Studi Deskriptif Mengenai State Anxiety Tentang Pre-Eklamsia pada Wanita Hamil Dewasa Madya yang Berisiko Pre-Eklamsia di Kota Bandung.

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang State Anxiety (kecemasan sesaat) tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 48 orang.

Alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur yang dibuat oleh peneliti berdasarkan 4 aspek state anxiety dari teori state-trait anxiety oleh Charles Daniel Spielberger (1972). Kuesioner state anxiety terdiri dari 32 item yang mewakili empat aspek state anxiety, yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension. Validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan expert validity (content validity). Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menghitung uji statistik dari data primer kemudian dilakukan tabulasi silang dengan data penunjang.

Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa sebesar 65 % wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung memiliki derajat state anxiety yang tinggi dan sebesar 35 % memiliki derajat state anxiety yang rendah. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa keempat faktor, yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman terhadap pre-eklamsia dan trait anxiety ternyata tidak memengaruhi state anxiety.

Peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai adanya kemungkinan faktor-faktor lain yang turut memengaruhi state anxiety dengan memperhatikan kriteria dari sampel. Selain itu, disarankan juga pada pihak rumah sakit (medis) agar memberikan informasi pada wanita hamil bahwa pre-eklamsia masih dapat ditanggulangi sehingga wanita hamil dapat merubah persepsinya terhadap pre-eklamsia dan dapat melewati proses kehamilan tanpa merasakan kecemasan yang berlebihan. Bagi anggota keluarga, khususnya suami disarankan untuk mendampingi pasangannya selama kehamilan dan mengingatkan pasangannya bahwa pre-eklamsia masih dapat ditanggulangi apabila mampu mengontrol kecemasan selama proses kehamilan.


(2)

v

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research aims to know the description of state anxiety toward pre-eclamsy on middle adulthood pregnant woman who have risk for the pre-pre-eclamsy in Bandung. The method used in this research was a descriptive method with survey techniques. Sampling was done by using snowball sampling, with a sample of 48 people.

A measuring instrument used in this research made by researcher based on four state anxiety aspect from state-trait anxiety theory by Charles Daniel Spielberger (1972). State anxiety questionnaire consisted of 32 items, which represent four aspect state anxiety that tension, nervousness, worry and apprehension. The validity of the measuring instrument has been done by expert validity. The obtained data then processed by calculating primary data with statistical test and then do a crosstabulation with supporting data.

Based on the results of processing data, it found that as many as 65% middle adulthood pregnant woman who have risk of pre-eclamsy in Bandung have a high state anxiety degree and as much as 35% have a low state anxiety degree. From this research, the conclusions obtained that the four factors such as age, education level, experience toward pre-eclamsy, and trait anxiety were not showed any influence to state anxiety degree.

Researcher suggested to do further research if there is any possibility of another factor that influence state anxiety by determining the criteria of sample. In addition, it is recommended also that the hospital/ medical worker suggest to all pregnant women that pre-eclamsy still could be manage so that pregnant woman would change up their old perception about pre-eclamsy and pass through their pregnancy process without having a lot of frightened. For the member of family, especially husband, it is recommended to stand by his wife as long as pregnancy process and remind his wife that pre-eclamsy still could be manage if she controlling her anxiety.


(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN...iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...iv

ABSTRAK ...v

ABSTRACT...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR BAGAN ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Identifikasi Masalah ...12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...12

1.3.1 Maksud Penelitian...12

1.3.2 Tujuan Penelitian ...12

1.4Kegunaan Penelitian ...13

1.4.1 Kegunaan Teoretis...13

1.4.2 Kegunaan Praktis ...13


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi Penelitian ...,...20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan ...22

2.1.2 Stressor ...26

2.1.3 Kecemasan Merupakan Proses Emosional ...27

2.1.4 Simptom-simptom kecemasan ...29

2.1.5 State-Trait Anxiety Theory ...32

2.1.6 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kecemasan ...35

2.1.7 Aspek-aspek State Anxiety ...36

2.2 Masa Dewasa Madya 2.2.1 Karakteristik Masa Dewasa Madya ...37

2.2.2 Perkembangan Fisik Masa Dewasa Madya ...37

2.2.3 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Madya ...39

2.3 Teori Kehamilan 2.3.1 Kehamilan ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan ...40

2.3.2 Kehamilan ditinjau secara fisiologis ...40

2.4 Pre-Eklamsia 2.4.1 Etiologi dan Patofisiologi dari Pre-Eklamsia ...41

2.4.2 Gambaran klinis Pre-Eklamsia ...42


(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...44

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...45

3.2.1 Variabel Penelitian ...45

3.2.2 Definisi Konseptual ...45

3.2.3 Definisi Operasional ...45

3.3 Alat Ukur 3.3.1 Alat ukur State Anxiety...46

3.3.2 Prosedur Pengisian Kuesioner ...48

3.3.3 Sistem Penilaian...48

3.3.4 Data Penunjang...50

3.3.5 Validitas Alat Ukur...50

3.3.6 Reliabilitas Alat Ukur……….……..51

3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1 Populasi Sasaran... ...53

3.4.2 Karakteristik Populasi... ...53

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel...54

3.5 Teknik Analisis Data ...54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian...56

4.1.1 Berdasarkan Usia Kehamilan...56


(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

4.1.3 Berdasarkan Kehamilan Ke-...58

4.1.4 Pendidikan Terakhir ………...59

4.2 Hasil Penelitian...59

4.2.1 Hasil Pengukuran Derajat State Anxiety...59

4.2.2 Hasil Tabulasi Silang Antara Derajat State Anxiety Dengan Derajat Aspek Tension, Nervousness, Worry dan Apprehension…60 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...69

5.2 Saran...70

5.2.1 Saran Teoritis...70

5.2.2 Saran Praktis...70

DAFTAR PUSTAKA ...72

DAFTAR RUJUKAN ...73 LAMPIRAN


(7)

xvi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.4.1 Simptom-simptom Kecemasan ...30

Tabel 2.1.4.2 Manifestasi Kecemasan ...32

Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur state anxiety ...47

Tabel 3.2 Sistem Penilaian...48

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Kehamilan...56

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia...57

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kehamilan Ke-...58

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan...59

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Derajat State Anxiety...59

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Tension...60

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Nervousness...61

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Worry...61

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Apprehension...62 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Trait Anxiety

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Tingkat Pendidikan Tabel 4.12 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Pengalaman Terhadap

Pre-Eklamsia

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Usia Kehamilan Tabel 4.14 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Kehamilan Ke- Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Pekerjaan


(8)

xvii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ...22 Bagan 2.1.3 Kecemasan sebagai proses emosional ...28 Bagan 3.1 Prosedur Penelitian ...45


(9)

xviii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Lampiran 2 Kuesioner Data Penunjang Lampiran 3 Kuesioner State Anxiety Lampiran 4 Data Primer State Anxiety Lampiran 5 Skor Masing-masing Aspek Lampiran 6 Data Mentah Trait Anxiety

Lampiran 7 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Keempat Aspek Lampiran 8 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Faktor-faktor yang Memengaruhi dan Data Pribadi

Lampiran 9 Kuesioner Trait Anxiety Lampiran 10 Reliabilitas Alat Ukur


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Mendapatkan seorang anak merupakan dambaan dari setiap pasangan yang telah disahkan dalam ikatan pernikahan. Hadirnya seorang anak dalam suatu pasangan sendiri tentunya melalui proses biologis yang panjang. Bagi seorang wanita, kehamilan merupakan saat yang sangat menakjubkan dan juga menegangkan ketika menyadari bahwa sebuah kehidupan baru tumbuh dan berkembang di dalam rahim. Dimulai dari bertemunya inti ovum (sel telur) dengan inti spermatozoa yang disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot hingga mengalami perkembangan selama kurang lebih 40 minggu di dalam rahim ibu dan akhirnya lahir melalui proses persalinan (Manuaba,2005).

Usia kehamilan yang paling ideal bagi seorang perempuan untuk memiliki keturunan adalah pada usia 20 tahun ke atas dan berhenti pada usia 35 tahun. Sebaliknya usia kehamilan bagi perempuan yang berusia di bawah usia 20 tahun serta diatas 35 tahun disebut kehamilan berisiko tinggi. Hal itulah yang menyebabkan pemerintah Indonesia menetapkan sebuah rumus kependudukan 2:5:35 yang berarti setiap pasangan diharapkan untuk memiliki dua orang anak saja, dengan jarak 5 tahun dan berhenti melahirkan setelah mencapai usia 35 tahun (Prawirohardjo,2002).


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Kehamilan yang terjadi di usia di bawah 20 tahun dikategorikan sebagai kehamilan risiko tinggi karena secara fisiologis alat reproduksi belum matang dan memungkinkan terjadinya beberapa hal, antara lain anemia kehamilan, keracunan kehamilan (gestosis), keguguran serta kelainan bawaan. Sebaliknya kehamilan diatas usia 35 tahun dikategorikan sebagai kehamilan berisiko tinggi karena secara fisiologis kualitas dari ovum atau sel telur perempuan akan menurun serta berisiko mengalami penyakit degeneratif, seperti Pregnancy Induced Hypertension (tekanan darah tinggi saat kehamilan) dan gestasional diabetes (peningkatan glukosa darah saat kehamilan) serta memperbesar kemungkinan bayi lahir cacat (Manuaba,2005).

Pregnancy Induced Hypertension dan Gestasional Diabetes yang termasuk dalam jenis-jenis penyakit degeneratif dapat muncul pada saat kehamilan, selain dapat disebabkan oleh faktor keturunan juga dapat terjadi karena perubahan hormonal dan bentuk penyesuaian maladaptif pada tubuh wanita saat kehamilan dan paling sering terjadi bagi wanita yang hamil diatas usia 35 tahun.

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan yang diakibatkan oleh menurunnnya fungsi organ atau alat tubuh. Sementara itu, hal-hal yang termasuk faktor turunan atau genetik, antara lain : gangguan-gangguan seperti obesitas, kelainan tulang atau organ dalam, serta mengandung anak kembar. Penyakit maupun gangguan-gangguan diatas sebaiknya perlu diwaspadai pada wanita hamil karena dapat memicu berbagai komplikasi kehamilan, salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah pre-eklamsia.


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Pre- eklamsia adalah penyakit yang disertai dengan tanda-tanda hipertensi (meningkatnya tekanan darah), edema (pembengkakan hebat pada tangan, kaki hingga wajah), serta proteinuria (terdapatnya kandungan protein pada air seni). Pada kondisi berat, pre-eklamsia dapat menjadi eklamsia dengan penambahan gejala kejang-kejang. Di Indonesia sendiri, pre-eklamsia dan eklamsia merupakan penyebab kematian ibu hamil yang berkisar 1,5 sampai 25 %, sedangkan kematian bayi antara 45 sampai 50% (Manuaba, 2005).

Menurut Dr.Hayka Natasha Silitonga.,Sp.Og (2014), banyak pasien wanita hamil berusia diatas 35 tahun menunjukkan kekhawatiran yang besar terhadap pre-eklamsia, antara lain : adanya kekhawatiran akan terjadinya keguguran, khawatir mengalami pembedahan operasi Caesar saat usia kandungan belum mencapai usia 42 minggu (bayi lahir prematur), khawatir untuk memiliki anak lagi (biasanya hal ini terjadi pada wanita yang pada kehamilan sebelumnya mengalami pre-eklamsia), mengalami kesedihan yang berlarut-larut (hal ini pernah terjadi pada wanita yang pernah mengalami tiga kali keguguran berulang akibat pre-eklamsia), khawatir akan terulangnya kejadian seperti kehilangan memori, mata buram, kejang-kejang, kerusakan ginjal serta gangguan ritme jantung (hal ini juga terjadi pada wanita yang pada kehamilan sebelumnya mengalami pre-eklamsia), khawatir bayinya terlahir cacat dan terutama risiko terburuk yang dapat diakibatkan oleh pre-eklamsia yaitu merenggut nyawa ibu dan bayi.

Selain hal diatas, Dr. Hayka juga mengungkapkan bahwa pada beberapa wanita hamil yang mengidap penyakit turunan tertentu seperti diabetes dan


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha obesitas, mereka juga mengalami kekhawatiran tertentu dalam menghadapi kehamilannya walaupun belum didiagnosis pre-eklamsia. Kekhawatiran yang mereka rasakan adalah adanya perasaan khawatir tentang kesehatan janinnya, sering tampak gelisah, mengalami kesulitan tidur atau insomnia, lebih emosional dari biasanya serta tidak percaya diri dalam menghadapi kehamilannya.

Hal tersebut menunjukkan adanya kecemasan yang dirasakan wanita hamil terhadap pre-eklamsia,Dr.Hayka Natasha Silitonga.,Sp.Og juga menambahkan bahwa biasanya wanita yang berpotensi mengalami pre-eklamsia ini merasakan ketakutan dan kekhawatiran tinggi yang justru semakin memperburuk kondisi kehamilannya karena dapat menyebabkan dua gejala komplikasi muncul secara bersamaan. Misalnya tekanan darah yang tidak stabil diakibatkan kecemasan yang tinggi terjadi bersamaan pada wanita yang juga mengalami Diabetes Gestasional di awal kehamilannya.

Pada umumnya jika terjadi hal seperti ini dokter kandungan akan melakukan tindakan preventif berupa tes darah, pemeriksaan tekanan darah secara rutin serta pemindaian dengan alat bernama Doppler untuk mengurangi komplikasi. Namun, bagi sebagian besar wanita hamil rasa cemas dan khawatir tersebut akan tetap ada dan cenderung akan semakin tinggi dimulai dari trimester pertama hingga trimester ketiga kehamilan.

Menurut Spielberger (1972) kecemasan adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan pada bahaya-bahaya yang nyata maupun bahaya-bahaya yang dibayangkan dan dicirikan dengan adanya perasaan-perasaan ketakutan,


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha ketegangan serta adanya peningkatan aktivitas sistem saraf otonom. Spielberger mengemukakan dua konstruk dalam menjelaskan kecemasan, yaitu kecemasan dasar dan kecemasan sesaat. Kecenderungan penghayatan kecemasan yang relatif menetap disebut sebagai kecemasan dasar (trait anxiety) sedangkan kecemasan sesaat (state anxiety) adalah suatu keadaan atau kondisi emosional dari individu yang bervariasi dalam intensitasnya dan berfluktuasi sepanjang waktu.

Trait anxiety (kecemasan dasar) membedakan bagaimana individu menanggapi stressor(stimulus yang mengancam), baik itu stressor psikologis maupun stressor yang secara fisik berbahaya, sedangkan state anxiety bertugas merespon trait anxiety terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh stressor tersebut.

Perbedaan individu dalam menanggapi stressor itu sendiri dipengaruhi oleh makna stressor tersebut dan pengalaman individu dalam menghadapi stressor dimasa yang lalu. Respon state anxiety dalam menanggapi suatu situasi yang dinilai mengancam akan diekspresikan langsung melalui perilaku. Hal inilah yang dihayati oleh individu secara subyektif sehingga individu mengalami rasa khawatir, gelisah, disertai pengaktifan sistem saraf otonom.

Spielberger juga mengemukakan konsep mengenai Cognitive Appraisal (Penilaian Kognitif) yang mekanismenya dipengaruhi oleh trait anxiety, yaitu bagaimana pengalaman di masa lalu tentang kecemasan yang dialami. Individu dengan trait anxiety yang relatif tinggi, cognitive appraisal-nya cenderung memersepsi suatu stressor sebagai ancaman, sehingga dalam kesehariannya


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha individu dengan trait anxiety tinggi cepat merasa cemas dalam menghadapi masalah sehari-hari yang mungkin tidak dinilai sebagai suatu masalah yang besar bagi orang lain.

Meningginya state anxiety saat individu berhadapan dengan stressor yang bersifat mengancam (sebagai akibat dari proses cognitive appraisal) dimunculkan secara fisiologis dalam empat aspek yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension. Derajat keempat aspek inilah yang menjadi indikasi nyata bagi individu saat merasakan kecemasan.

Menurut Coleman (dalam Fisher,1988), terdapat juga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan individu yaitu usia, pengalaman, tingkat pendidikan dan kecemasan dasar(trait anxiety). Faktor usia dapat memengaruhi cara individu dalam mengevaluasi keadaan yang menimbulkan kecemasan. Individu dewasa dengan rentang usia 25 sampai dengan 45 tahun biasanya kecemasannya cenderung lebih tinggi daripada individu yang berusia lebih muda dan hal ini cenderung dirasakan lebih bervariasi saat kehamilan(Kaplan & Sadock, 1997).

Faktor pengalaman adalah faktor yang berkaitan erat dengan proses belajar individu. Individu yang pernah mengalami pre-eklamsia pada saat kehamilan sebelumnya ataupun juga memiliki relasi atau keluarga yang pernah mengalami peristiwa pre-eklamsia akan menilai pre-eklamsia sebagai suatu ancaman yang menimbulkan kecemasan dibandingkan individu yang tidak memiliki pengalaman tertentu dengan risiko pre-eklamsia.


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Faktor tingkat pendidikan berhubungan dengan penerimaan dan pengolahan informasi yang diperoleh oleh individu. Individu yang memeroleh pendidikan tinggi cenderung lebih baik dalam mengolah informasi yang diperoleh sehingga mampu untuk berpikiran lebih obyektif dan luas sebaliknya kecemasan cenderung lebih mudah terjadi pada individu dengan tingkat pendidikan yang rendah dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh.

Selanjutnya, trait anxiety berhubungan dengan kecenderungan individu dalam bereaksi menanggapi suatu stimulus dan tidak tergantung pada waktu. Seperti dijelaskan sebelumnya, individu yang trait anxiety-nya tinggi lebih mudah memersepsi stressor sebagai ancaman yang menyebabkan state anxiety-nya juga menjadi cenderung lebih tinggi. Keempat faktor inilah yang nantianxiety-nya akan diolah melalui cognitive appraisal sehingga dapat memengaruhi kecemasan individu.

Dalam batas wajar, kecemasan sampai batas tertentu; dalam hal ini kecemasan tersebut dimunculkan dalam reaksi fisiologis, namun masih bisa dikendalikan dan tidak mengganggu aktivitas, berguna bagi seorang wanita hamil dan merupakan hal yang normal. Kecemasan dalam bentuk seperti itu akan berfungsi sebagai sistem alarm yang berfungsi memberikan sinyal-sinyal atau tanda bahaya, sehingga wanita hamil akan lebih siap dan siaga menghadapi keadaan yang akan muncul. Kesiagaan ini dibutuhkan agar wanita hamil tetap waspada menghadapi segala bentuk reaksi dari kehamilannya, baik reaksi dari perubahan fisik maupun emosinya. Kesiagaan tersebut juga bermanfaat agar


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha wanita hamil bertindak hati-hati sehingga dapat melakukan tindakan preventif dalam meminimalisir komplikasi pre-eklamsia.

Kecemasan diluar batas kewajaran atau kecemasan yang tinggi justru malah akan berdampak negatif. Kecemasan seperti ini dapat menganggu seseorang secara psikis dan fisiologis, berakibat dalam aktivitas sehari-hari serta dapat menganggu kenyamanan orang disekitarnya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang wanita hamil yang berusia diatas usia 35 tahun dan memiliki riwayat penyakit turunan dan degeneratif di RS Swasta ‘X’ Bandung, didapatkan data sebagai berikut. Sebanyak 60% responden merasa sering merasa cemas, 20% responden merasa cemas hanya pada saat-saat tertentu, dan 20% responden jarang merasa cemas.

Dari 60% responden yang sering merasa cemas, mereka mengungkapkan bahwa sebelum hamil mereka memang mudah merasa cemas dalam melakukan rutinitas sehari-harinya (ada pengaruh dari trait anxiety). Apabila mereka mengalami masalah dalam pekerjaan maupun rumah tangga mereka mudah merasa gelisah, uring-uringan, kesulitan tidur, lekas marah dan sering berujung pada ketegangan emosional seperti marah-marah dan berteriak pada orang di sekitarnya.

Saat mereka mengetahui diri mereka sedang hamil (state anxiety), mereka mengatakan bahwa mereka merasa sangat senang sekaligus gelisah dikarenakan kelima responden tersebut memiliki riwayat penyakit turunan. Salah seorang responden mengatakan bahwa sebelumya ia sudah pernah hamil dan mengalami


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha keguguran di saat bulan kedua kehamilan dikarenakan mengalami pre-eklamsia berat sehingga janinnya sulit berkembang. Responden tersebut mengungkapkan bahwa ia sering menangis dan mengalami kesulitan tidur karena ia tidak ingin kejadian tersebut terulang. Ia juga mengatakan bahwa sejak hamil ia menjadi sangat tergantung pada suaminya dan hal tersebut cukup membuat suaminya terganggu.

Ada juga responden yang mengungkapkan bahwa ia mulai merasa uring-uringan saat mengetahui bahwa tekanan darahnya naik menjadi 130/90 mmHg saat usia kandungan 27 minggu. Ia menjadi lekas marah dan tidak bisa berkonsentrasi dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Ia juga sering meminta dokter untuk dibuatkan resep obat-obatan penurun tekanan darah yang sebenarnya tidak boleh dikonsumsi terlalu sering.

Salah seorang responden dengan yang didiagnosa oleh dokter mengalami obesitas atau kelebihan berat badan sejak remaja (obesitas yang dialami oleh responden ini diakibatkan oleh faktor genetik) mengungkapkan bahwa dalam menjalani kehamilannya saat ini ia menjadi memilah-milih asupan makanan yang masuk dan tidak jarang ia hanya mengkonsumsi nasi dan lauk secukupnya. Ia merasa cemas dikarenakan saat kelahiran anak pertamanya ia terpaksa harus mengalami pembedahan Caesar di usia 37 minggu kehamilan. Ia mengalami insomnia parah, pusing, lemas serta tidak bersemangat menjalani aktivitas sehari-harinya. Ia juga lebih memilih untuk beristirahat sepanjang hari dan mengkonsumsi suplemen makanan yang diberikan oleh dokter.


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha Dari 20% responden yang mengalami rasa cemas di saat-saat tertentu, mereka mengungkapkan bahwa sebelum hamil, kadang-kadang mereka mengalami perasaan cemas dalam menjalani rutinitas sehari-harinya (trait anxiety). Di saat mereka masih merasa mampu untuk mengatasi suatu masalah mereka biasanya masih bisa menenangkan dirinya, namun ada kalanya masalah muncul bertubi-tubi sehingga memunculkan perasaan cemas yang berlebihan.

Dalam menghadapi kehamilannya saat ini (state anxiety), mereka mengatakan bahwa dukungan orang terdekat dapat membuat mereka merasa lebih tenang. Namun,apabila mereka mulai merasa sakit perut, tubuh membengkak dan beberapa gejala lain yang mirip dengan gejala pre-eklamsia, mereka lekas merasa pusing, insomnia dan lemas. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mulai sering menangis dan membayangkan hal-hal buruk yang dapat menimpa janinnya. Salah seorang responden juga mengatakan bahwa ia rela membayar mahal untuk mendapatkan rawat inap di Rumah Sakit selama sebulan penuh untuk meminimalisir komplikasi pre-eklamsia.

Selain itu, ada juga responden yang mengatakan bahwa dikarenakan ia didiagnosa mengalami gestasional diabetes saat kehamilan ketiganya ia menjadi lekas tersinggung, mengalami gatal-gatal tanpa sebab, imsonia serta gugup. Responden tersebut mengungkapkan bahwa ia tidak menyangka bahwa keputusannya untuk hamil lagi di usia yang memasuki 41 tahun ternyata bukanlah keputusannya yang tepat. Ia juga mengatakan kadang ia tidak berkonsentrasi dalam mengurus rumah tangganya dan kedua anaknya yang masih kecil karena kekhawatirannya akan pre-eklamsia. Ia juga mengungkapkan sejak didiagnosa


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha gestasional diabetes ia mulai mempertimbangkan untuk berhenti bekerja agar bisa rutin mengikuti terapi dari dokter.

Dari 20% responden yang jarang merasa cemas, mereka mengungkapkan bahwa sebelum hamil mereka selalu menjalani rutinitas sehari-harinya dengan tenang dan jarang merasa cemas (ada pengaruh dari trait anxiety). Mereka mengatakan bahwa mereka baru akan merasa cemas saat menghadapi tekanan atau masalah yang dirasa benar-benar serius.

Dalam menghadapi kehamilannya saat ini (state anxiety),mereka merasa berusaha untuk tetap tenang dan berpikir positif meskipun salah seorang responden mengungkapkan bahwa baru-baru ini ia didiagnosa mengalami pre-eklamsia ringan yang ditandai dengan sakit perut yang intens dan pandangan mata yang buram. Responden tersebut mengatakan bahwa ia sempat menangis dan gelisah sehingga akhirnya memilih rawat inap sementara untuk mengatasi gejala pre-eklamsia tersebut. Namun, saat ini ia mengungkapkan bahwa ia akan mencoba lebih tenang dan lebih banyak berdoa untuk mencegah kemungkinan munculnya komplikasi lain.

Dari hasil wawancara diatas, didapatkan bahwa pre-eklamsia menimbulkan kecemasan yang bervariasi bagi wanita hamil, terutama wanita hamil yang berada dalam tahapan usia dewasa madya serta berisiko pre-eklamsia. Tingginya kecemasan yang dirasakan tentunya dapat menimbulkan dampak secara fisiologis maupun psikologis bagi wanita dengan karakteristik diatas. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul state anxiety


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha (kecemasan sesaat) tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi dari masalah yang akan diteliti adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran state anxiety tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran mengenai state anxiety tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh pemahaman mengenai state anxiety (kecemasan sesaat) tentang eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung, ditinjau dari faktor-faktor yang memengaruhinya serta cognitive appraisal.


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

• Dapat memberikan informasi pengetahuan untuk ilmu Psikologi Klinis, terutama mengenai state anxiety tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia.

• Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai state anxiety pada wanita hamil dan mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Memberikan tambahan informasi kepada wanita hamil tentang pentingnya mengenali gejala-gejala kecemasan yang dapat terjadi pada kehamilan di usia riskan (diatas 35 hingga 45 tahun), efek-efek yang dapat ditimbulkan oleh tingginya kecemasan terhadap pre-eklamsia dan faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya kecemasan terhadap komplikasi tersebut sehingga wanita hamil dapat mengurangi kecemasannya selama kehamilan.

• Memberikan tambahan informasi kepada keluarga, khususnya kepada suami mengenai state anxiety terhadap pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia, sehingga dapat mendampingi istrinya selama menjalani kehamilan.


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha • Memberikan tambahan informasi kepada pihak rumah sakit, yaitu dokter,

bidan, perawat dan psikolog mengenai state anxiety tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia agar dapat mengetahui dan memahami keadaan psikologis ibu hamil sehingga dapat menentukan tindakan preventif yang tepat, pendampingan secara psikis serta treatment yang tepat untuk mengurangi tingginya kecemasan yang dirasakan.

1.5 Kerangka Pikir

Wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun sampai 45 tahun berada dalam usia masa dewasa tengah (middle adulthood). Menurut Santrock (2006), saat seorang individu memasuki usia masa dewasa tengah (middle adulthood), maka mulai terjadi penurunan kondisi fisik yang dipersulit dengan semakin besarnya tanggung jawab. Penurunan kondisi fisik yang dimaksud dapat berupa menurunnya kesehatan sistem reproduksi, berkurangnya intensitas aktivitas seksual, hingga munculnya penyakit-penyakit pra-penuaan (penyakit degeneratif).

Pada masa dewasa madya, periode haid juga mulai mengalami ketidakteraturan yang menjadi pertanda bahwa kualitas sel telur perempuan juga mengalami penurunan. Hal tersebut menyebabkan kehamilan tidak begitu dianjurkan saat melewati usia 35 tahun. Meskipun begitu, menurut Gilbert Brim (1992) karakteristik-karakteristik ini tidak menggambarkan semua wanita dalam usia tengah baya karena banyak juga wanita yang memutuskan untuk memiliki


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha anak lagi maupun memutuskan untuk siap memiliki seorang anak di periode usia ini.

Kehamilan yang terjadi pada wanita diatas usia 35 tahun dikategorikan dalam kehamilan berisiko tinggi. Dikategorikan berisiko tinggi karena pada usia 35 tahun keatas seorang wanita rentan untuk mengalami penyakit/ gangguan kesehatan yang disebabkan oleh penuaan atau menurunnya fungsi tubuh. Penyakit atau gangguan tersebut disebut juga penyakit degeneratif. Dampak penyakit degeneratif ini akan semakin membahayakan karena memperbesar potensi wanita hamil mengalami pre-eklamsia.

Bagi seorang wanita hamil, pre-eklamsia ini dapat dinilai sebagai stressor karena dapat mengancam keselamatannya dan bayi yang dikandungnya sehingga wanita tersebut dapat merasakan kecemasan selama menjalani kehamilannya. Sementara apabila kecemasan yang dirasakan cukup tinggi maka akan berdampak buruk bagi kehamilannya.

Menurut Spielberger(1972), kecemasan adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan pada bahaya-bahaya yang nyata maupun bahaya-bahaya yang dibayangkan dan dicirikan dengan adanya perasaan-perasaan ketakutan, ketegangan serta adanya peningkatan aktivitas sistem saraf otonom (Spielberger,1972). Kecemasan terbagi dalam dua konstruk yaitu kecemasan sesaat (state anxiety) dan kecemasan dasar (trait anxiety).

Trait anxiety adalah kecemasan dasar atau kecemasan umum yang sifatnya relatif menetap dan terbentuk dari pengalaman masa lalu. Pada wanita hamil, trait


(25)

16

Universitas Kristen Maranatha anxiety tampak dalam caranya merespon masalah sehari-hari, wanita hamil yang trait anxiety-nya tinggi cenderung merasa cemas dalam menanggapi keberadaan suatu stimulus yang menjadi ancaman yang mungkin bagi individu lain tidak dinilai mengancam.

Oleh karena itu, trait anxiety mengacu pada perbedaan individual dalam mengalami kecemasan, yaitu perbedaan-perbedaan dalam individu untuk menangkap stimulus yang dianggap berbahaya atau mengancam, sedangkan kecenderungan berespon pada ancaman-ancaman diperlihatkan dalam bentuk state anxiety (Spielberger,1972).

State anxiety dapat dikonseptualisasikan sebagai keadaan emosional yang berubah-ubah atau kondisi emosi individu yang memiliki variasi intensitas dan fluktuasi sepanjang waktu. Kondisi ini dihayati sebagai ketegangan yang dirasakan secara sadar dan diaktivasi oleh sistem saraf pusat. Ketika individu memersepsi suatu keadaan sebagai hal yang berbahaya atau mengancam, maka state anxiety akan berada dalam derajat yang tinggi sehingga dapat menimbulkan dampak pada kognitif individu (khawatir, sulit berkonsentrasi), emosi (mudah tersinggung, sensitif, marah-marah) dan juga berdampak pada reaksi fisiologis seperti kehilangan kekuatan otot, merasa lebih lemah dari biasanya.

Reaksi-reaksi tersebut merupakan manifestasi state anxiety yang dikemukakan oleh Spielberger melalui 4 aspek yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension. Aspek tension merupakan suatu kondisi kecemasan yang disertai dengan ketegangan otot dimana otot-otot kehilangan koordinasinya dan


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha tulang sendi menjadi kaku. Pada wanita hamil aspek tension termanifestasi sebagai akibat dari tingginya kecemasan yang dirasakan wanita hamil sehingga berdampak pada kondisi fisiologisnya.

Aspek nervousness merupakan suatu keadaan gelisah dengan emosionalitas yang semakin meninggi. Pada wanita hamil aspek nervousness termanifestasi baik secara kognitif, emosi, maupun fisiologis, namun akibat yang ditimbulkan bagi fisiologis tidak sekuat aspek tension. Hal ini yang menyebabkan wanita hamil mudah tersinggung, tampak gugup apabila mendengar hal-hal tentang kesehatan kehamilan ataupun pre-eklamsia.

Sementara itu, aspek worry melibatkan kognitif wanita hamil sepenuhnya sehingga timbul penilaian dalam diri wanita hamil bahwa kehamilannya yang berisiko pre-eklamsia merupakan penyebab ketidakmampuan-nya dalam melewati proses kehamilan sehingga dimanifestasikan dalam kekhawatiran yang berlebihan sebagai usaha untuk mengantisipasi kehamilannya dari pre-eklamsia.

Sama hal-nya dengan aspek worry, aspek apprehension juga melibatkan peran kognitif, namun penilaian yang timbul mengarah pada stressor. Dalam hal ini pre-eklamsia dinilai wanita hamil sebagai suatu ancaman yang berbahaya sehingga wanita hamil akan melakukan pencegahan yang tampak berlebihan hanya karena ia merasa terlalu khawatir.

Terdapat juga faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan individu, yaitu faktor usia, faktor pengalaman dan faktor tingkat pendidikan. Ketiga faktor ini diolah melalui cognitive appraisal dalam diri individu. Faktor usia memengaruhi


(27)

18

Universitas Kristen Maranatha individu dalam mengevaluasi keadaan yang menimbulkan kecemasan. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), individu dewasa dengan rentang usia 25 sampai dengan 45 tahun kecemasannya cenderung lebih tinggi daripada individu yang berusia lebih muda dan pada saat seorang wanita menghadapi kehamilan, kecemasan yang dirasakan akan cenderung menjadi lebih tinggi lagi dari biasanya.

Saat cognitive appraisal wanita hamil memersepsi bahwa keputusannya untuk hamil di usia dewasa madya dapat lebih berisiko mengalami pre-eklamsia terlebih lagi jika ia memiliki salah satu riwayat penyakit atau gangguan, maka hal tersebut dapat menjadi stressor sehingga derajat state anxiety-nya akan cenderung tinggi. Namun, apabila cognitive-nya memersepsi bahwa banyak wanita yang bisa melewati proses kehamilan di usia matang tanpa harus merasakan kekhawatiran terhadap pre-eklamsia atau komplikasi apapun, derajat state anxiety-nya akan cenderung rendah.

Faktor pengalaman adalah faktor yang berkaitan erat dengan proses belajar individu. Individu yang sebelumnya pernah memiliki pengalaman dengan salah satu stimulus (sumber kecemasan), biasanya akan cenderung lebih cemas dalam menghadapi (stimulus) serupa dan akan menunjukkan perilaku menghindar(Stuart &Sundeen, 1998).

Bagi individu yang pernah mengalami pre-eklamsia pada saat kehamilan sebelumnya ataupun juga memiliki relasi atau keluarga yang pernah mengalami pre-eklamsia, cognitive appraisal-nya akan menilai bahwa pre-eklamsia merupakan suatu ancaman yang menimbulkan kecemasan sehingga derajat state


(28)

19

Universitas Kristen Maranatha anxiety-nya akan cenderung tinggi dikarenakan selain adanya kemungkinan komplikasi tersebut diturunkan secara genetik, individu tersebut telah melihat maupun mendengar dampak yang timbul dari pre-eklamsia.

Faktor tingkat pendidikan berhubungan dengan penerimaan dan pengolahan informasi yang diperoleh individu. Individu yang memiliki wawasan serta pengetahuan yang luas mampu mengolah informasi dan dengan keluasan pengetahuan yang dimiliki, individu dimungkinkan untuk membandingkan antara kebenaran informasi yang satu dan lainnya.

Bagi individu yang cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah, biasanya lebih kesulitan untuk memiliki pengertian dan telaah yang rinci mengenai suatu informasi. Pre-Eklamsia selama ini sering ditangani dengan cara yang salah dikarenakan informasi preventif yang didapat mengenai risiko penyakit ini sering simpang siur sehingga hal ini semakin menyulitkan bagi individu yang cenderung berpendidikan rendah.

Apabila wanita hamil didiagnosa mengalami salah satu penyakit turunan atau degeneratif sehingga berpotensi pre-eklamsia, maka hal ini dapat menjadi stressor baginya karena cognitive-nya menyimpan informasi yang terbatas mengenai penjelasan lebih lanjut tentang pre-eklamsia, serta cara-cara pencegahannya. Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya derajat state anxiety.

Keempat faktor diatas-lah yang memengaruhi tinggi atau rendahnya derajat state anxiety terhadap pre-eklamsia, tentunya setelah melalui proses


(29)

20

Universitas Kristen Maranatha cognitive appraisal. Dengan demikian, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat disusun dalam bagan sebagai berikut :

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir

1.6 Asumsi Penelitian

Wanita hamil yang memiliki trait anxiety tinggi, cenderung memiliki state anxiety yang tinggi karena cognitive appraisal akan memersepsi pre-eklamsia sebagai ancaman atau keadaan yang membahayakan.

Faktor yang memengaruhi kecemasan :

- Usia

- Pengalaman terhadap pre-eklamsia

- Tingkat Pendidikan

Cognitive Appraisal mengenai Pre-Eklamsia Wanita hamil usia

demasa madya yang berisiko

pre-eklamsia di Kota Bandung

State Anxiety

Rendah

Tinggi

Aspek State Anxiety :

- Tension

- Nervousness

- Worry

- Apprehension


(30)

21

Universitas Kristen MaranathaWanita hamil yang memiliki trait anxiety rendah, cenderung memiliki

state anxiety yang rendah karena cognitive appraisal memersepsi pre-eklamsia bukan sebagai ancaman atau keadaan yang membahayakan.

State anxiety pada wanita hamil dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu

usia, pengalaman, dan tingkat pendidikan.

State anxiety pada wanita hamil dimanifestasikan secara fisiologis dan

psikologis melalui 4 aspek yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension.


(31)

69

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai derajat state anxiety yang dilakukan kepada 48 wanita hamil usia dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Sebagian besar wanita hamil yang berisiko pre-eklamsia (65%) memiliki derajat state anxiety yang tinggi dan sebagian lagi (35%) memiliki derajat state anxiety yang rendah.

2. Tinggi atau rendahnya derajat state anxiety wanita hamil yang berisiko pre-eklamsia, dimanifestasikan secara kognitif dan fisiologis melalui 4 aspek state anxiety yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension. Dan berdasarkan hasil penelitian, pada wanita hamil berisiko pre-eklamsia dengan derajat state anxiety tinggi, ada kecenderungan derajat dari keempat aspek-pun tinggi sehingga kecemasannya termanifestasi secara nyata melalui reaksi fisiologis dalam kehidupan sehari-hari.

3. Derajat state anxiety pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu usia, pengalaman, dan tingkat pendidikan. Namun dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ketiga faktor tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap derajat state anxiety wanita hamil yang berisiko pre-eklamsia.


(32)

70

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoritis

1. Peneliti lain dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan, dengan memperhatikan kriteria dari responden serta kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang ternyata lebih berpengaruh dalam menimbulkan kecemasan diluar dari faktor -faktor yang dikemukakan oleh Spielberger.

5.2.2 Saran Praktis

1. Untuk memberikan informasi kepada wanita hamil bahwa pre-eklamsia masih bisa ditanggulangi dengan cara yang tepat sehingga cognitive appraisal-nya tidak lagi memersepsi bahwa pre-eklamsia akan selalu berbahaya bagi kehamilan, sehingga dari penilaian yang muncul tersebut wanita hamil dapat mengurangi kecemasannya.

2. Bagi pihak rumah sakit/ medis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada wanita hamil mengenai kehamilan-kehamilan seperti apa yang rentan mengalami pre-eklamsia, efek-efek pre-eklamsia bagi ibu dan bayi serta cara penanggulangannya sehingga wanita hamil untuk kedepannya


(33)

71

Universitas Kristen Maranatha dapat merubah persepsinya terhadap pre-eklamsia dan dapat melewati proses kehamilannya tanpa merasakan kecemasan yang berlebihan.

3. Memberikan informasi kepada anggota keluarga, khususnya suami agar mendampingi istrinya, mengingatkan istrinya bahwa pre-eklamsia masih bisa ditanggulangi apabila istrinya mampu mengontrol kecemasannya selama proses kehamilan, memperhatikan asupan gizi dan gejala-gejala fisik tertentu yang tampak tidak biasa pada saat proses kehamilan.


(34)

72

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiarsana Indonesia

Hamilton, D. M. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Kaplan, H. I. dan Sadock, B. J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Manuaba, Chandranita Ayu Ida. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP- SP.

Santrock, John W. 2006. Life-Span Development 10th Edition. New York: Mc.Graw Hill.

Spielberger, Charles D. 1972. Current Trends in Theory and Research. London: Academic Press.

Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.


(35)

73

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Donald, Alex Sanger. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Derajat State Anxiety Pada Siswa Kelas XII yang sedang Menghadapi Persiapan Ujian Nasional di SMA”X” Bandung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://www.babycenter.com/0-preeclamsia-257.bc, diakses pada tanggal 16 Januari 2014.

http://bhougheil.blogspot.com/2010/02/kecemasan.html, diakses pada tanggal 30 Maret 2014.

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pre-eklampsi-dan-eklamsi, diakses pada tanggal 10 Desember 2013.


(1)

Wanita hamil yang memiliki trait anxiety rendah, cenderung memiliki

state anxiety yang rendah karena cognitive appraisal memersepsi

pre-eklamsia bukan sebagai ancaman atau keadaan yang membahayakan. State anxiety pada wanita hamil dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu

usia, pengalaman, dan tingkat pendidikan.

State anxiety pada wanita hamil dimanifestasikan secara fisiologis dan

psikologis melalui 4 aspek yaitu tension, nervousness, worry dan


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai derajat state anxiety yang dilakukan kepada 48 wanita hamil usia dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Sebagian besar wanita hamil yang berisiko pre-eklamsia (65%) memiliki

derajat state anxiety yang tinggi dan sebagian lagi (35%) memiliki derajat

state anxiety yang rendah.

2. Tinggi atau rendahnya derajat state anxiety wanita hamil yang berisiko pre-eklamsia, dimanifestasikan secara kognitif dan fisiologis melalui 4 aspek state anxiety yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension. Dan berdasarkan hasil penelitian, pada wanita hamil berisiko pre-eklamsia dengan derajat state anxiety tinggi, ada kecenderungan derajat dari keempat aspek-pun tinggi sehingga kecemasannya termanifestasi secara nyata melalui reaksi fisiologis dalam kehidupan sehari-hari.

3. Derajat state anxiety pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu usia, pengalaman, dan tingkat pendidikan. Namun dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ketiga faktor tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap derajat state anxiety wanita hamil yang berisiko pre-eklamsia.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoritis

1. Peneliti lain dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan, dengan memperhatikan kriteria dari responden serta kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang ternyata lebih berpengaruh dalam menimbulkan kecemasan diluar dari faktor -faktor yang dikemukakan oleh Spielberger.

5.2.2 Saran Praktis

1. Untuk memberikan informasi kepada wanita hamil bahwa pre-eklamsia masih bisa ditanggulangi dengan cara yang tepat sehingga cognitive appraisal-nya tidak lagi memersepsi bahwa pre-eklamsia akan selalu berbahaya bagi kehamilan, sehingga dari penilaian yang muncul tersebut wanita hamil dapat mengurangi kecemasannya.

2. Bagi pihak rumah sakit/ medis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada wanita hamil mengenai kehamilan-kehamilan seperti apa yang rentan mengalami pre-eklamsia, efek-efek pre-eklamsia bagi ibu dan bayi serta cara penanggulangannya sehingga wanita hamil untuk kedepannya


(4)

71

dapat merubah persepsinya terhadap pre-eklamsia dan dapat melewati proses kehamilannya tanpa merasakan kecemasan yang berlebihan.

3. Memberikan informasi kepada anggota keluarga, khususnya suami agar mendampingi istrinya, mengingatkan istrinya bahwa pre-eklamsia masih bisa ditanggulangi apabila istrinya mampu mengontrol kecemasannya selama proses kehamilan, memperhatikan asupan gizi dan gejala-gejala fisik tertentu yang tampak tidak biasa pada saat proses kehamilan.


(5)

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiarsana Indonesia

Hamilton, D. M. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Kaplan, H. I. dan Sadock, B. J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Manuaba, Chandranita Ayu Ida. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,

dan KB. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP- SP.

Santrock, John W. 2006. Life-Span Development 10th Edition. New York:

Mc.Graw Hill.

Spielberger, Charles D. 1972. Current Trends in Theory and Research. London: Academic Press.

Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Donald, Alex Sanger. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Derajat State Anxiety Pada Siswa Kelas XII yang sedang Menghadapi Persiapan Ujian Nasional di SMA”X” Bandung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://www.babycenter.com/0-preeclamsia-257.bc, diakses pada tanggal 16 Januari 2014.

http://bhougheil.blogspot.com/2010/02/kecemasan.html, diakses pada tanggal 30 Maret 2014.

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pre-eklampsi-dan-eklamsi, diakses pada tanggal 10 Desember 2013.