Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Produk Domestik Bruto Terhadap Return Saham Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia.

(1)

i

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT INFLASI, NILAI KURS RUPIAH DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA

EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:

MADE SATRIA WIRADHARMA A NIM: 0906205073

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT INFLASI, NILAI KURS RUPIAH DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA

EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:

MADE SATRIA WIRADHARMA A NIM: 0906205073

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 22 Maret 2016

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Drs. Ketut Mustanda,MM. ………

2. Sekretaris : Dra. Luh Komang Sudjarni,MM. ………...

3. Anggota : Ni Putu Ayu Darmayanti,SE,MM. ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., Msi. Dra. Luh Komang Sudjarni, MM NIP. 19610601 198503 2 003 NIP. 195304211985032 001


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak ada terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, April 2016

Made Satria Wiradharma A 0906205073


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah, skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Produk Domestik Bruto Terhadap Return Saham Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si.,selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Dra. Luh Komang Sudjarni, MM., selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan, serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. I Nyoman Nurcaya, SE., MM., selaku dosen pembimbing akademik atas motivasi dan saran yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Keluarga tercinta, Pdt. Ketut Philipus Aryawijaya, S.Th., MA., dan Pdt. Triasih Widhyati Reksasiswaya, BA. BD. MA orang tua yang selalu memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan dukungan moril maupun materi serta Putu Cempaka Giriyanti, M.Pd., sebagai kakak yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tidak henti-hentinya.


(6)

v

7. Teman-teman semua, khususnya para sahabat terdekat drh. Putu Anna Oktaviana, S.Kh., Kadek Arta Subawa, SE., I Putu Swastra, SE., Putu Agus Mahendra Dananjaya, Made Dhyana Intan Pratiwi, Saka Sumarsana Putra, SE., serta semua teman-teman di Fakultas Ekonomi, PP Kristiyasa Pusat dan pemuda kasih kudus yang bersedia berbagi suka duka, memotivasi, membantu dan memberikan masukan.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, April 2016


(7)

vi

Judul : Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Produk Domestik Bruto Terhadap Return Saham Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia

Nama : Made Satria Wiradharma A NIM : 0906205073

Abstrak

Tujuan utama dalam berinvestasi saham adalah untuk memperoleh return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi return saham, salah satunya adalah faktor makroekonomi. Dalam penelitian ini, faktor makroekonomi yang digunakan adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai kurs rupiah, dan produk domestik bruto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga (X1), tingkat inflasi (X2) nilai kurs rupiah (X3) dan produk domestik bruto (X4) secara parsial terhadap return saham (Y) pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia 2009-2013.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009 sampai 2013 sebanyak 15 perusahaan. Sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria antara lain perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2013 dan memiliki data laporan keuangan yang berkaitan dengan variabel penelitian secara lengkap sehingga diperoleh sampel sebanyak 11 perusahaan di sektor food and beverages. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2011 sampai 2014. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package for Social Science).

Hasil menunjukan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, tingkat inflasi dan nilai kurs rupiah tidak berpengaruh terhadap return saham dan produk domestik bruto berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Nilai adjusted R2 adalah 0,282 berarti 28,2 persen variasi return saham dipengaruhi oleh variabel dalam model, sedangkan sisanya 71,8 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian.

Kata kunci : Return Saham, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, Produk Domestik Bruto


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11

2.1.1 Pengertian saham ... 11

2.1.2 Pengertian return saham ... 13

2.1.3 Estimasi return saham ... 13

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham .. 16

2.1.5 Tingkat suku bunga ... 18

2.1.6 Tingkat inflasi ... 19

2.1.7 Nilai kurs rupiah ... 20

2.1.8 Produk domestik bruto ... 20

2.2 Hipotesis Penelitian ... 21

2.2.1 Pengaruh tingkat suku bunga terhadap return saham ... 21

2.2.2 Pengaruh tingkat inflasi terhadap return saham... 22

2.2.3 Pengaruh nilai kurs rupiah terhadap return saham... 23

2.2.4 Pengaruh produk domestik bruto terhadap return saham... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 25


(9)

viii

3.2 Lokasi Penelitian. ... 25

3.3 Obyek Penelitian. ... 25

3.4 Identifikasi Variabel. ... 25

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 26

3.6 Jenis dan Sumber Data. ... 28

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 28

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.9 Teknik Analisis Data ... 30

3.9.1 Uji regresi linier berganda ... 30

3.9.2 Uji asumsi klasik ... 31

3.9.3 Uji regresi parsial ... 33

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 35

4.1.1 Return saham ... 35

4.1.2 Tingkat suku bunga ... 35

4.1.3 Tingkat inflasi ... 36

4.1.4 Nilai kurs rupiah ... 36

4.1.5 Produk domestik bruto ... 36

4.2 Analisis Data ... 37

4.2.1 Uji asumsi klasik ... 37

4.2.2 Uji regresi linier berganda ... 40

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 44

4.3.1 Pengaruh tingkat suku bunga terhadap return saham ... …44

4.3.2 Pengaruh tingkat inflasi terhadap return saham... 45

4.3.3 Pengaruh nilai kurs rupiah terhadap return saham ... 45

4.3.4 Pengaruh produk domestik bruto terhadap return saham... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 48

DAFTAR RUJUKAN ... 49


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1.1 Perkembangan Return Saham Perusahaan Food and Beverage yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ... 6

3.1 Sampel Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI ... 29

4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas ... 38

4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Multikolinearitas ... 38

4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 39

4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Autokorelasi... 40

4.5 Rekapitulasi Ringkasan Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 40


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Produk Domestik Bruto terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ... 24


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Penentuan Sampel Perusahaan Sektor Food and Beverages di

Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ... 56

2 Harga Saham Perusahaan Sektor Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ... 59

3 Return Sektor Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ... 60

4 Tingkat Suku Bunga Indonesia Periode 2009-2013... 63

5 Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2013 ... 63

6 Nilai Kurs Rupiah Indonesia Periode 2009-2013 ... 63

7 Produk Domestik Bruto Indonesia Periode 2009-2013 ... 63

8 Statistik Deskriptif ... 64

9 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 65

10 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 67

11 Tabel Uji Durbin Watson ... 68


(13)

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan tempat bertemunya penjual dengan pembeli modal atau dana yang transaksinya diperantarai oleh para anggota bursa. Pasar modal berperan penting dalam kegiatan perekonomian karena merupakan sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan. Pasar modal memiliki beberapa instrumen yang salah satunya adalah saham. Saham adalah serifikat yang menunjukan bukti kepemilikian suatu perusahaan (Tandelilin, 2010:32). Tujuan utama dalam berinvestasi saham adalah untuk memperoleh return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return dapat berupa realized return atau expected return. Realized return merupakan return yang telah terjadi dan dihitung menggunakan data historis. Expected return merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan datang (Hartono, 2013:235).

Kondisi ekonomi makro dapat mempengaruhi operasi perusahaan sehari‐hari. Hasil keputusan investor dalam menentukan investasi yang menguntungkan salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan investor tersebut dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang. Dalam ekonomi makro terdapat beberapa indikator yang harus dipertimbangkan investor dalam membuat keputusan investasinya (Tandelilin 2010:341). Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa variabel ekonomi makro yang perlu diperhatikan investor antara lain adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs rupiah, produk domestik bruto


(15)

2

(PDB), anggaran defisit, investasi swasta, serta neraca perdagangan dan pembayaran. Kegiatan-kegiatan yang memperkuat perekonomian merupakan dorongan pertumbuhan laba dan pendapatan perusahaan sehingga mendorong peningkatan harga saham. Umumnya perekonomian yang stabil dan berkembang dengan pesat akan menghasilkan bull market di pasar modal karena pendapatan sektor bisnis juga mengalami peningkatan. Sebaliknya perekonomian yang tidak bertumbuh dan tidak stabil akan menghasilkan bear market.

Tingkat suku bunga memiliki dampak negatif terhadap harga saham dan return saham. Pada tingkat bunga pinjaman yang tinggi, beban bunga kredit meningkat dan dapat menyebabkan penurunan laba bersih. Di sisi lain, kenaikan suku bunga deposito dapat menyebabkan investor menjual sahamnya untuk berinvestasi ke deposito. Hal tersebut menyebabkan jatuhnya harga saham akibat penjualan saham secara besar-besaran (Samsul, 2006:201). Penelitian yang dilakukan Nazwar (2008) menemukan bahwa tingkat suku bunga (interest rate) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Uddin et al (2007) mengenai pengaruh pertumbuhan tingkat suku bunga terhadap harga saham, menemukan bahwa pertumbuhan tingkat suku bunga berpengaruh negatif secara signifikan terhadap harga saham sedangkan penelitian yang dilakukan Meta (2006) menemukan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap return saham. Krisna (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap return saham.

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya terjadi akibat kondisi ekonomi yang overheated. Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan produk yang


(16)

3

melebihi kapasitas penawaran produknya yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga produk secara keseluruhan (Bodie, dkk. 2009:178). Inflasi secara relatif berpengaruh negatif terhadap harga saham karena inflasi meningkatkan biaya suatu perusahaan. Apabila peningkatan biaya lebih tinggi daripada pendapatan perusahaan, maka profitabilitas dari perusahaan tersebut mengalami penurunan. Penurunan laba perusahaan akan menyebabkan investor tidak tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan, hal ini akan mengakibatkan penurunan harga saham dan berdampak pada penurunan return saham (Tandelilin, 2010:343). Melihat kondisi seperti ini berarti tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karim (2015) menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham sedangkan Kurniadi (2013) menemukan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham..

Kurs merupakan tingkat nilai mata uang dimana nilai mata uang domestik dikonversi menjadi nilai mata uang asing (Bodie, dkk. 2009:175). Depresiasi kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing dapat meningkatkan volume ekspor. Hal ini dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan yang kemudian meningkatkan harga saham perusahaan apabila permintaan pada pasar international cukup elastis dan mempengaruhi return yang akan di terima oleh investor (Kewal, 2012). Di sisi lain, depresiasi kurs mata uang domestik dapat memberi dampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang dalam mata uang asing sedangkan produk emiten tersebut dijual didalam negeri. Hal ini mengakibatkan penurunan harga saham emiten tersebut di bursa efek yang


(17)

4

berakibat terhadap penurunan return saham (Samsul, 2006:202). Ahmadi et al (2012) mengenai pengaruh kurs valuta asing terhadap return saham di pasar modal Teheran menemukan bahwa perubahan kurs valuta asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Octafia (2013) menemukan hasil yang berbeda dimana nilai kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap return saham.

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing (Sukirno, 2010:35). Produk Domestik Bruto termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Produk Domestik Bruto yang bertumbuh dengan cepat menunjukan bahwa perekonomian mengalami pertumbuhan (Bodie, dkk. 2009:177). Pertumbuhan ekonomi yang baik berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat yang merupakan peluang bagi perusahaan untuk meningkatan penjualannya. Peningkatan penjualan perusahaan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga investor tertarik berinvestasi pada perusahaan dan berakibat harga saham naik serta mempengaruhi return saham (Tandelilin, 2010:342). Berarti produk domestik bruto mempunyai pengaruh postif terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Signh (2011) menemukan bahwa produk domestik bruto berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hsing (2011) menemukan bahwa produk domestik bruto mempengaruhi return saham dengan hubungan yang positif. Indraswari (2013) menemukan hasil yang berbeda dalam


(18)

5

penelitiannya bahwa produk domestik bruto berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.

Perusahaan food and beverage dipilih sebagai sampel penilitian karena kebutuhan makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia untuk mempertahankan hidup. Sektor barang konsumsi merupakan salah satu sektor yang berkembang di Indonesia. Industri makanan dan minuman dinilai mempunyai prospek cerah seiring dengan perkembangan ekonomi dan didukung sumber bahan baku yang melimpah. Perusahaan foods and beverages merupakan salah satu sektor yang dapat bertahan di tengah kondisi perekonomian indonesia karena pendiriannya yang semakin banyak diharapkan dapat memberikan prospek yang menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Yovin, 2012).


(19)

6

Perkembangan return saham pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Perkembangan Return Saham Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

No. Nama Perusahaan Return Saham (%)

2009 2010 2011 2012 2013

1 ADES 1.84 1.53 -0.38 0.90 0.04

2 AISA -0.15 2.36 -0.11 3.17 0.32

3 ALTO - - - - 0.81

4 CEKA 1.13 -0.48 -0.37 1.18 -0.11

5 DAVO -0.14 0.00 0.00 0.00 0.00

6 DLTA 2.10 0.94 -0.07 1.29 0.49

7 ICBP - - 0.11 0.50 0.31

8 INDF 2.82 0.37 -0.06 0.27 0.13

9 MLBI 2.58 0.55 0.31 1.06 -

10 MYOR 2.95 1.39 0.33 0.40 0.30

11 PSDN 0.10 -0.27 2.88 -0.34 -0.27

12 ROTI - - 0.25 1.08 -0.85

13 SKLT 0.67 -0.07 0.00 0.29 0.00

14 STTP 0.67 0.54 0.79 0.52 0.48

15 ULTJ -0.28 1.09 -0.11 3.17 0.00

Sumber: ICMD 2014 (diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 perusahaan food and beverage mengalami fluktuasi nilai return saham dari tahun ke tahun. Kenaikan return saham paling tinggi terjadi pada perusahaan AISA dan ULTJ pada tahun 2012 yaitu 317%. Di sisi lain penurunan paling besar terjadi pada perusahaan ROTI pada tahun 2013 yaitu sebesar 85%. Perusahaan ALTO mulai terdaftar di BEI pada tahun 2013 sedangkan perusahaan ICBP dan ROTI mulai terdaftar di BEI pada tahun 2011.


(20)

7 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1) Apakah tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013?

2) Apakah tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013?

3) Apakah nilai kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013?

4) Apakah pertumbuhan PDB berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh tingkat suku bunga terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2013.


(21)

8

2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh tingkat inflasi terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013.

3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh nilai kurs rupiah terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013.

4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan PDB terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Kegunaan Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi tentang pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai kurs rupiah dan produk domestik bruto terhadap return saham, sehingga dapat digunakan sebagai referensi dan dasar penelitian-penelitian selanjutnya dalam teori yang berkaitan dengan penelitian ini.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor mengenai faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi return saham yang menjadi tujuan investasi dan memberikan informasi bagi perusahaan


(22)

9

yang menerbitkan saham mengenai pengaruh faktor makro ekonomi terhadap return saham perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun dalam beberapa bab secara sistematis sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah mengenai return saham serta faktor-faktor yang memengaruhinya, pokok perumusan masalah variabel yang diteliti, tujuan dan kegunaan penelitian serta diakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Dalam bab ini diuraikan tentang teori-teori yang menunjang pembahasan terhadap masalah dalam penelitian ini, penjelasan mengenai return saham, diakhiri dengan perumusan hipotesis dan model penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini dipaparkan mengenai desain penelitian yang digunakan, menentukan lokasi dan ruang lingkup wilayah dilakukannya penelitian, penentuan obyek penelitian, menjelaskan mengenai identifikasi variabel faktor yang


(23)

10

memengaruhi return saham, mendefinisikan operasional variabel, jenis dan sumber data yang digunakan, teknik penentuan populasi, sampel dan metode pengumpulan sampel, serta metode pengumpulan data dan teknik analisis data untuk meneliti pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen. Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum obyek penelitian pada perusahaan food and beverages, deskripsi data hasil penelitian terhadap return saham serta pembahasan hasil penelitian output SPSS.

Bab V : Simpulan dan Saran

Dalam bab ini diuraikan tentang simpulan yang dibuat berdasarkan uraian pada bab sebelumnya serta saran-saran yang nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian berikutnya.


(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian saham

Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal. Saham juga merupakan sekuritas yang paling dikenal masyarakat Indonesia sehingga pasar ekuitas pada pasar modal sering disebut dengan pasar saham oleh masyarakat Indonesia. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder) (Samsul, 2006:45). Menurut Wiagustini (2010:210) saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Seseorang atau suatu pihak dikatakan sah menjadi pemegang saham apabila dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) orang atau pihak tersebut telah terdaftar sebagai pemegang saham. Saham dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock)

Saham biasa merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (Husnan, 2003:275). Saham biasa (common stock) adalah sertifikat yang menunjukan kepemilikan suatu perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham memiliki hak proposional dalam berbagai pengambilan keputusan perusahaan seperti persetujuan dalam pengambilan keputusan pada rapat umum pemegang saham (RUPS) (Tandelilin, 2010:32). Menurut Samsul (2006:45) saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Harga saham biasa merupakan dasar


(25)

12

penghitungan indeks harga saham di pasar modal. Selain itu, suara dalam RUPS hanya dapat dimiliki oleh pemegang saham biasa.

Menurut Bodie (2009:45) saham biasa memilliki dua karakteristik penting sebagai alat investasi yaitu klaim sisa (residual claim) dan kewajiban terbatas (limited liabillity). Klaim sisa memiliki arti bahwa pemegang saham biasa berada pada barisan terakhir dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas aset dan pendapatan perusahaan. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa memiliki klaim setelah klaim dari pihak-pihak kantor pajak, karyawan, pemasok, pemegang obligasi, dan kreditor.

Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak lebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak dimana pemegang saham preferen mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada tahun perusahaan mengalami kerugian, tetapi dibayarkan pada tahun berikutnya ketika perusahaan mengalami keuntungan sehingga besar laba yang diterima pemegang saham preferen tersebut adalah dua kali lipat. Hak ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena ketika perusahan mengalami kesulitan keuangan, merekalah yang memasok dana ke perusahaan tersebut (Samsul, 2006:45). Saham preferen memliki persamaan seperti halnya obligasi dimana pemegang saham preferen akan mendapatkan laba tetap setiap tahun tanpa jatuh tempo. Perusahan tidak memiliki kewajiban tertulis untuk membayar deviden yang berarti perusahaan dapat menahan pembayaran deviden yang ditujukan kepada pemegang saham preferen (Bodie, dkk., 2009:45).


(26)

13 2.1.2 Pengertian return saham

Tujuan utama investor melakukan invetasi adalah untuk memaksimalkan return. Return adalah sejumlah imbalan yang didapatkan investor atas keberanian menanggung risiko dalam melakukan suatu investasi. Sumber return terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain (loss). Yield adalah komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi berupa deviden. Capital gain (loss) adalah komponen kedua dari return yang merupakan kenaikan atau penurunan harga saham yang dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi investor. Return total suatu investasi dapat dihitung dengan menjumlahkan yield dan capital gain (Tandelilin, 2010:102).

Return dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu realized return dan expected return. Realized return merupakan return yang telah terjadi. Expected return dihitung menggunakan data historis dan merupakan salah satu pengukur kinerja suatu perusahaan. Expected return merupakan return harapan yang akan diperoleh investor dimasa yang akan datang. Kedua return tersebut memliki perbedaan dimana realized return bersifat sudah terjadi sedangkan expected return bersifat belum terjadi (Hartono, 2009:199).

2.1.3 Estimasi return saham

Return investasi dimasa yang akan datang merupakan return harapan yang hanya dapat diperkirakan melalui estimasi. Return harapan dapat menghasilkan return yang berbeda dari return aktual yang diterima. Secara umum mengestimasi


(27)

14

return harapan dapat dihitung menggunakan metode-metode berikut ini (Tandelilin, 2010:106)

1) metode rata-rata tertimbang

Return harapan atas suatu sekuritas dapat diestimasi dengan cara mencari nilai rata-rata tertimbang dari semua return yang mungkin terjadi. Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai aset tunggal investor harus memperhitungkan kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu yaitu probabilitas kejadian. Hasil dari perkiraan return harapan dan probabilitas disebut dengan distribusi probabilitas dimana spesifikasi tingkat return harapan dan tingkat probabilitas terjadinya return tersebut ditunjukan pada distribusi probabilitas tersebut. Nilai return harapan dapat dihitung dengan menentukan nilai rata-rata tertimbang dari distribusi return tersebut. Rumus menghitung return harapan dituliskan dalam persamaan berikut:

� � = ∑��=1�����………(1)

Keterangan:

E(R) = return harapan dari suatu sekuritas

Ri = return ke-i yang mungkin terjadi

pri = probabilitas kejadian return ke-i


(28)

15

2) metode rata-rata aritmatik (arithmetic mean)

Disamping cara menghitung return harapan dengan metode nilai rata-rata tertimbang, perhitungan return harapan dapat dihitung menggunakan metode rata-rata aritmatik (arithmetic mean). Metode arithmetic mean adalah metode perhitungan statistik untuk menghitung nilai rata-rata. Metode ini sesuai apabila digunakan dalam perhitungan suatu rangkaian aliran return dalam suatu periode tertentu. Secara matematis rumus arithmetic mean dapat ditulis sebagai berikut:

� =∑ � ………(2)

Keterangan:

x = return harapan

∑X = penjumlahan nilai return selama suatu periode

n = total jumlah periode

3) metode rata-rata geometrik (geometric mean)

Metode rata geometrik dapat mengatasi kekurangan pada metode rata-rata aritmatik dimana metode rata-rata-rata-rata geometrik dapat menunjukan nilai rata-rata yang sebenarnya dari suatu distribusi return dalam periode waktu tertentu. Perhitungan geometric mean memiliki sifat compounding atau pelipatgandaan aliran return selama periode tertentu. Metode rata-rata geometrik sangat tepat digunakan ketika menghitung tingkat perubahan aliran


(29)

16

return pada periode yang bersifat serial dan kumulatif. Rumus menghitung dengan metode rata-rata geometrik adalah sebagai berikut:

G=[(1+R1) (1+R2) …… (1+Rn)] 1 / n–1 ……….(3) Keterangan:

G = nilai return harapan

Rn = return relative pada periode n

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi return saham

Investor perlu memperhatikan deviden dan earning perusahaan dalam menentukan nilai saham perusahaan yang sangat tergantung pada keuntungan yang dihasilkan suatu perusahaan. Menurut Tandelilin (2010:338) prospek perusahaan sangat tergantung pada kondisi ekonomi makro dan kondisi internal perusahaan itu sendiri. Ini berarti tingkat return yang dihasilkan perusahaan dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro dan faktor internal perusahaan.

Menurut Tandelilin (2010:363) kondisi internal perusahaan dapat mempengaruhi return saham suatu perusahaan. Analisis perusahan digunakan investor untuk mengetahui kondisi internal suatu perusahan.Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalamanalisis perusahaan antara lain : earning per share, price earning ratio, profitabilitas perusahaan dan informasi laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas (Tandelilin, 2010:378).


(30)

17

Tandelilin (2010:339) menyebutkan bahwa analisis makro ekonomi perlu dilakukan investor karena adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan makro terhadap kinerja pasar modal. Ketika perekonomian suatu negara mengalami pertumbuhan maka pasar modal negara tersebut juga mengalami pertumbuhan. Pasar modal mencerminkan kondisi ekonomi makro dimana nilai investasi ditentukan oleh aliran kas dan tingkat return yang di pengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro. Samsul (2006:200) menyebutkan bahwa faktor makro ekonomi merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi memiliki pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa dalam mengestimasi aliran kas, bunga, premi risiko, atau return suatu sekuritas, investor perlu mempertimbangkan analisis ekonomi.

Investor perlu memperhatikan beberapa indikator dalam menganalisis faktor makro ekonomi yaitu variabel ekonomi makro yang mempengaruhi keuntungan perusahaan. Variabel makro ekonomi yang perlu diperhatikan investor antara lain adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs rupiah, produk domestik bruto (PDB), anggaran defisit, investasi swasta, dan neraca perdagangan dan pembayaran (Tandelilin, 2010:343). Faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain: tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian international, siklus ekonomi, faham ekonomi, peredaran uang (Samsul, 2006:200). Penelitian ini membatasi


(31)

18

untuk mencari pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai kurs rupiah dan produk domestik bruto terhadap return saham.

2.1.5 Tingkat suku bunga

Tandelilin (2010:343) menyatakan bahwa perubahan tingkat suku bunga menyebabkan perubahan pada tingkat suku bunga yang diisyaratkan pada suatu sekuritas. Tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang pada aliran kas perusahaan yang dapat menyebabkan kesempatan-kesempatan investasi yang ada menjadi tidak menarik bagi investor. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan. Selain itu suku bunga yang tinggi akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor akan meningkat. Meningkatnya tingkat suku bunga juga mengakibatkan investor dapat menarik investasinya di pasar modal dan memindahkan investasinya pada tabungan atau deposito. Bodie dkk (2009:178) mengatakan bahwa tingkat suku bunga yang tinggi mengurangi nilai kas sekarang dari arus kas masa depan, sehingga mengurangi daya tarik peluang investasi. Menurut Samsul (2006:201) kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak yang negatif terhadap setiap emiten, karena meningkatkan beban bunga kredit serta menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan menurunnya harga saham di pasar. Naiknya tingkat suku bunga deposito akan mengakibatkan investor menjual sahamnya di pasar modal, dan menabung hasil penjualan saham tersebut dalam deposito. Penjualan saham secara besar-besaran mengakibatkan jatuhnya harga saham di pasar modal.


(32)

19 2.1.6 Tingkat inflasi

Inflasi adalah kecendrungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi perokonomian yang panas dimana kondisi perekonomian mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya yang mengakibatkan harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang tinggi juga mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Disamping itu inflasi yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan penurunan pendapatan riil investor dari investasinya. Peningkatan inflasi berdampak pada peningkatan harga jual dan biaya produksi perusahaan. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan penjualan perusahan, maka profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yang berakibat terhadap penurunan tingkat return saham. Sebaliknya apabila penjualan perusahaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi daripada biaya produksi perusahaan maka profitabilitas perusahan mengalami peningkatan. Secara relatif penigkatan inflasi merupakan sinyal negatif bagi para investor (Tandelilin, 2010:343). Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap return saham tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerugian perekonomian secara keseluruhan, dimana banyak perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Inflasi yang sangat rendah dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi sangat lamban yang menyebabkan harga saham bergerak dengan lamban (Samsul, 2006:201).


(33)

20 2.1.7 Nilai kurs rupiah

Kurs merupakan tingkat dimana nilai mata uang domestik dikonversi menjadi nilai mata uang asing (Bodie, dkk. 2009:175). Depresiasi kurs mata uang domestik dapat memberi dampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang dalam mata uang asing sedangkan produk emiten tersebut dijual didalam negeri. Hal ini mengakibatkan penurunan harga saham emiten tersebut di bursa efek. Penurunan harga saham berarti terjadi penurunan terhadap return saham (Samsul, 2006:202). Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku (Tandelilin, 2010:344).

2.1.8 Produk domestik bruto

Produk domestik bruto (PDB) adalah ukuran produksi barang dan jasa total dari suatu negara. Bodie, dkk. (2009:177) mengatakan PDB termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham dan PDB yang bertumbuh dengan cepat menunjukan bahwa perekonomian mengalami pertumbuhan. Tandelilin (2010:343) menjelaskan bahwa pertumbuhan PDB mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mengakibatkan peningkatan daya beli masyarakat yang merupakan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan. Adanya peningkatan penjualan perusahaan maka peluang keuntungan yang akan diperoleh


(34)

21

perusahaan meningkat. Ini berarti peningkatan PDB merupakan sinyal yang baik bagi para investor untuk berinvestasi.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh tingkat suku bunga terhadap return saham

Samsul (2006:201) mengatakan bahwa kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak yang negatif terhadap setiap emiten, karena meningkatkan beban bunga kredit serta menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan menurunnya harga saham di pasar. Tandelilin (2010:343) menyatakan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham. Perubahan tingkat suku bunga menyebabkan perubahan pada tingkat suku bunga yang diisyaratkan pada suatu sekuritas. Meningkatnya tingkat suku bunga mengakibatkan investor dapat menarik investasinya di pasar modal dan memindahkan investasinya pada tabungan atau deposito. Nazwar (2008) meneliti mengenai analisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap return saham syariah di Indonesia menemukan bahwa tingkat suku bunga (interest rate) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Uddin et al (2007) mengenai pengaruh pertumbuhan tingkat suku bunga terhadap harga saham, menemukan bahwa pertumbuhan tingkat suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Sodikin (2007) dalam penelitiannya mengenai variable makro ekonomi yang mempengaruhi return saham di BEJ menemukan tingkat suku bunga berpengaruf terhadap return saham. Kajian empiris inilah yang


(35)

22

menjadi dasar dalam perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu

H1 : tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham. 2.2.2 Pengaruh tingkat inflasi terhadap return saham

Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa secara relatif inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham. Inflasi yang tinggi mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Inflasi yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan penurunan pendapatan riil investor dari investasinya. Peningkatan inflasi berdampak pada peningkatan harga jual dan biaya produksi perusahaan. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan penjualan perusahan, maka profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yang berakibat terhadap penurunan tingkat return saham. Sebaliknya apabila penjualan perusahaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi daripada biaya produksi perusahaan maka profitabilitas perusahan mengalami peningkatan. Sitinjak (2011) yang meneliti mengenai faktor makro ekonomi (variabel crr) pada return portofolio pasar saham di indonesia saat bullish dan bearish menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap return portofolio. Penelitian lain oleh Jana (2013) mengenai hubungan antara tingkat inflasi terhadap harga saham pada bursa efek india menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Karim (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Nasir (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu:


(36)

23

H2 : tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham 2.2.3 Pengaruh nilai kurs rupiah terhadap return saham

Tandelilin (2010:344) mengatakan bahwa nilai kurs berdampak positif terhadap return saham. Menguatnya kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Menguatnya kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini akan mengakibatkan investor untuk membeli saham yang berakibat pada peningkatan harga saham dan return saham. Penelitian yang dilakukan Ahmadi et al (2012) mengenai pengaruh kurs valuta asing terhadap return saham di pasar modal Teheran menemukan bahwa perubahan kurs valuta asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Kamir (2015) menemukan bahwa nilai kurs rupiah berpengaruh positif terhadap return saham. Handiani (2014) menemukan bahwa nilai kurs rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Penelitian lain yang dilakukan Hadianto (2009) menemukan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menjadi dasar perumusan hipotesis yang diajukan, yaitu:

H3 : nilai kurs rupiah berpengaruh positif terhadap return saham 2.2.4 Pengaruh produk domestik bruto terhadap return saham

Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa meningkatnya produk domestik bruto mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga dapat meningkatkan return. Penelitian yang dilakukan oleh Signh (2011) menemukan


(37)

24

bahwa produk domestik bruto berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hsing (2011) menemukan bahwa produk domestik bruto mempengaruhi return saham dengan hubungan yang positif. Hal ini menjadi dasar dalam merumuskan hipotesis yang diajukan, yaitu:

H4 : produk domestik bruto (PDB) berpengaruh positif terhadap return saham Berdasarkan hipotesis yang ada, maka dapat digambarkan kerangka konsepsual seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Produk Domestik Bruto terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Beverage Periode 2009-2013

Sumber : Data diolah peneliti, 2016 Sumber :Gambar diolah peneliti, 2013

Tingkat Suku Bunga (X1)

Tingkat Inflasi (X2) Nilai Kurs Rupiah (X3)

Return Saham (Y) H2

H1

Produk Domestik Bruto (X4)

H3 H4


(1)

19 2.1.6 Tingkat inflasi

Inflasi adalah kecendrungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi perokonomian yang panas dimana kondisi perekonomian mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya yang mengakibatkan harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang tinggi juga mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Disamping itu inflasi yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan penurunan pendapatan riil investor dari investasinya. Peningkatan inflasi berdampak pada peningkatan harga jual dan biaya produksi perusahaan. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan penjualan perusahan, maka profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yang berakibat terhadap penurunan tingkat return saham. Sebaliknya apabila penjualan perusahaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi daripada biaya produksi perusahaan maka profitabilitas perusahan mengalami peningkatan. Secara relatif penigkatan inflasi merupakan sinyal negatif bagi para investor (Tandelilin, 2010:343). Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap return saham tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerugian perekonomian secara keseluruhan, dimana banyak perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Inflasi yang sangat rendah dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi sangat lamban yang menyebabkan harga saham bergerak dengan lamban (Samsul, 2006:201).


(2)

20 2.1.7 Nilai kurs rupiah

Kurs merupakan tingkat dimana nilai mata uang domestik dikonversi menjadi nilai mata uang asing (Bodie, dkk. 2009:175). Depresiasi kurs mata uang domestik dapat memberi dampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang dalam mata uang asing sedangkan produk emiten tersebut dijual didalam negeri. Hal ini mengakibatkan penurunan harga saham emiten tersebut di bursa efek. Penurunan harga saham berarti terjadi penurunan terhadap return saham (Samsul, 2006:202). Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku (Tandelilin, 2010:344).

2.1.8 Produk domestik bruto

Produk domestik bruto (PDB) adalah ukuran produksi barang dan jasa total dari suatu negara. Bodie, dkk. (2009:177) mengatakan PDB termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham dan PDB yang bertumbuh dengan cepat menunjukan bahwa perekonomian mengalami pertumbuhan. Tandelilin (2010:343) menjelaskan bahwa pertumbuhan PDB mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mengakibatkan peningkatan daya beli masyarakat yang merupakan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan. Adanya peningkatan penjualan perusahaan maka peluang keuntungan yang akan diperoleh


(3)

21

perusahaan meningkat. Ini berarti peningkatan PDB merupakan sinyal yang baik bagi para investor untuk berinvestasi.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh tingkat suku bunga terhadap return saham

Samsul (2006:201) mengatakan bahwa kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak yang negatif terhadap setiap emiten, karena meningkatkan beban bunga kredit serta menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan menurunnya harga saham di pasar. Tandelilin (2010:343) menyatakan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham. Perubahan tingkat suku bunga menyebabkan perubahan pada tingkat suku bunga yang diisyaratkan pada suatu sekuritas. Meningkatnya tingkat suku bunga mengakibatkan investor dapat menarik investasinya di pasar modal dan memindahkan investasinya pada tabungan atau deposito. Nazwar (2008) meneliti mengenai analisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap return saham syariah di Indonesia menemukan bahwa tingkat suku bunga (interest rate) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Uddin et al (2007) mengenai pengaruh pertumbuhan tingkat suku bunga terhadap harga saham, menemukan bahwa pertumbuhan tingkat suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Sodikin (2007) dalam penelitiannya mengenai variable makro ekonomi yang mempengaruhi return saham di BEJ menemukan tingkat suku bunga berpengaruf terhadap return saham. Kajian empiris inilah yang


(4)

22

menjadi dasar dalam perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu

H1 : tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham.

2.2.2 Pengaruh tingkat inflasi terhadap return saham

Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa secara relatif inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham. Inflasi yang tinggi mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Inflasi yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan penurunan pendapatan riil investor dari investasinya. Peningkatan inflasi berdampak pada peningkatan harga jual dan biaya produksi perusahaan. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan penjualan perusahan, maka profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yang berakibat terhadap penurunan tingkat return saham. Sebaliknya apabila penjualan perusahaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi daripada biaya produksi perusahaan maka profitabilitas perusahan mengalami peningkatan. Sitinjak (2011) yang meneliti mengenai faktor makro ekonomi (variabel crr) pada return portofolio pasar saham di indonesia saat bullish dan bearish menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap return portofolio. Penelitian lain oleh Jana (2013) mengenai hubungan antara tingkat inflasi terhadap harga saham pada bursa efek india menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Karim (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Nasir (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu:


(5)

23

H2 : tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham

2.2.3 Pengaruh nilai kurs rupiah terhadap return saham

Tandelilin (2010:344) mengatakan bahwa nilai kurs berdampak positif terhadap return saham. Menguatnya kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Menguatnya kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini akan mengakibatkan investor untuk membeli saham yang berakibat pada peningkatan harga saham dan return saham. Penelitian yang dilakukan Ahmadi et al (2012) mengenai pengaruh kurs valuta asing terhadap return saham di pasar modal Teheran menemukan bahwa perubahan kurs valuta asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Kamir (2015) menemukan bahwa nilai kurs rupiah berpengaruh positif terhadap return saham. Handiani (2014) menemukan bahwa nilai kurs rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Penelitian lain yang dilakukan Hadianto (2009) menemukan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menjadi dasar perumusan hipotesis yang diajukan, yaitu:

H3 : nilai kurs rupiah berpengaruh positif terhadap return saham

2.2.4 Pengaruh produk domestik bruto terhadap return saham

Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa meningkatnya produk domestik bruto mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga dapat meningkatkan return. Penelitian yang dilakukan oleh Signh (2011) menemukan


(6)

24

bahwa produk domestik bruto berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hsing (2011) menemukan bahwa produk domestik bruto mempengaruhi return saham dengan hubungan yang positif. Hal ini menjadi dasar dalam merumuskan hipotesis yang diajukan, yaitu:

H4 : produk domestik bruto (PDB) berpengaruh positif terhadap return saham

Berdasarkan hipotesis yang ada, maka dapat digambarkan kerangka konsepsual seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Produk Domestik Bruto terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Beverage Periode 2009-2013

Sumber : Data diolah peneliti, 2016 Sumber :Gambar diolah peneliti, 2013

Tingkat Suku Bunga (X1)

Tingkat Inflasi (X2)

Nilai Kurs Rupiah (X3)

Return Saham (Y) H2

H1

Produk Domestik Bruto (X4)

H3 H4


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kurs Rupiah – USD, Tingkat Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap indeks Harga saham Sektoral di Bursa Efek Indonesia

2 51 96

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 53 85

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, KURS, CADANGAN DEVISA, TINGKAT SUKU BUNGA RIIL, DAN VOLATILITAS KURS TERHADAP PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, KURS, CADANGAN DEVISA, TINGKAT SUKU BUNGA RIIL, DAN VOLATILITAS KURS TERHADAP PERMINTAAN IMPOR DI INDONESIA TAHU

0 3 15

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI KURS Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, Tingkat Suku Bungaterhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2013.

0 2 12

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, Tingkat Suku Bungaterhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2013.

0 3 4

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI KURS RUPIAH, TINGKAT SUKU BUNGATERHADAP HARGA Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, Tingkat Suku Bungaterhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2013.

0 2 17

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, dan Nilai Kurs Dollar (USD) terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

0 0 23

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah dan Suku Bunga terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur

0 1 9