PERAN DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KABUPATEN SIDOARJO DALAM PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN (Studi Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Sidoarjo).

PERAN DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJ A KABUPATEN
SIDOARJ O
DALAM PEMBERDAYAAN ANAK J ALANAN
(Studi Pada Anak J alanan Di Kecamatan Sidoarjo)

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Gelar Sarjana Administrasi Negara pada
FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

SIGIT BAYU LEKSONO
NPM. 0441010063

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J URUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2011


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
ABSTRAKSI ................................................................................................... x

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................. 8
2.2. Landasan Teori ........................................................................ 9
2.2.1. Pengertian peranan .......................................................... 9
2.2.2. Pengertian pemberdayaan ................................................ 11
2.2.2.1. Tahapan Pemberdayaan....................................... 11
2.2.2.2. Tujuan pemberdayaan ......................................... 12
2.2.2.3. Strategi pemberdayaan ........................................ 13
2.2.2.4. Upaya pemberdayaan .......................................... 16
2.2.3. Konsep anak .................................................................... 17
2.2.3.1. Pengertian anak ................................................... 17
2.2.3.2. Pengertian anak jalanan....................................... 19

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2.2.3.3. Pengertian dan karakteristi anak jalanan .............. 20
2.2.3.4. Faktor-faktor penyebab timbul & tumbuhnya anak
Jalanan ............................................................. 29
2.2.3.5. Proses terjadinya anak jalanan............................. 33
2.2.3.6. Kelemahan anak jalanan dan hambatannya ......... 34
2.3. Kerangka Pikir ......................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian ........................................................................ 38
3.2. Situs penelitian ......................................................................... 38
3.3. Fokus penelitian ........................................................................ 39
3.4. Jenis dan pendekatan penilitian ................................................. 41
3.5. Sumber data .............................................................................. 42
3.6. Proses pengumpulan data .......................................................... 43
3.7. Teknik analisis data .................................................................. 44
3.8. Keabsahan data .......................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 49
4.1.1. Gambaran umum Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kabupaten sidoarjo ...................................................... 49

4.1.2. Letak Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kabupaten sidoarjo ...................................................... 50
4.1.3. Visi dan Misi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Sidoarjo .. 50
4.1.4. Tugas, pokok dan fungsi .............................................. 51
4.1.5. Tujuan, sasaran dan strategi ......................................... 52
4.1.6. Struktur organisasi ....................................................... 64

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2. Komposisi jumlah pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten
sidoarjo ...................................................................................... 64
4.3. Deskripsi hasil penelitian ......................................................... 66
4.3.1. Penertiban anak jalanan ............................................... 67
4.3.1.1. Razia atau patroli ............................................ 67
4.3.1.2. Kerjasama

dalam

pelaksanaan


operasi

terpadu

gelandangan dan pengemis ............................. 70
4.3.1.3. Lokasi atau tempat operasi terpadu ................. 71
4.3.1.4. Identivikasi .................................................... 73
4.3.2. Pembinaan sosial ......................................................... 75
4.3.2.1. Bimbingan sosial ............................................ 76
4.3.2.2. Bimbingan keterampilan ................................ 80
4.3.2.3. Pelaksanaan progran Usaha Ekonomi produktif (UEP)
....................................................................... 84
4.4. Pembahasan .............................................................................. 85
4.4.1. Operasi terpadu .............................................................. 85
4.4.2. Razia patroli ................................................................... 86
4.4.3. Pembinaan sosial ............................................................ 88
4.4.3.1. Bimbingan sosial ................................................ 88
4.4.3.2. Bimbingan keterampilan ..................................... 91
4.4.3.3. Program Usaha Ekonomi Produktif ..................... 91


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 93
5.2. Saran ......................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

SIGIT BAYU LEKSONO, PERAN DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJ A
DALAM PEMBERDAYAAN ANAK J ALANAN (Studi Pada Anak J alanan Di

Kecamatan Sidoarjo), Skripsi, 2011
Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia juga memiliki
sejumlah permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang akan terus menerus
mengikuti laju pembangunan dan pertumbuhan. Salah satu fenomena sosial yang
terjadi saat ini yaitu munculnya anak-anak jalanan. Kabupaten Sidoarjo merupakan
salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur. Keberadaan anak jalanan di beberapa
titik yang ada di Sidoarjo, hal ini seringkali memicu stigma negatif dari masyarakat,
selain itu juga banyak masyarakat yang menggambarkan mereka dekat dengan dunia
miras, narkoba bahkan sex bebas. Melihat hal tersebut, sebaiknya perlu adanya
penanganannya dari pemerintah yang dipusatkan pada titik tersebut, agar kawasan
tersebut terbebas dari kesan yang tak sedap. Akan tetapi pada kenyataan peran
pemerintah dalam penanganan anak jalanan dapat dikatakan sangat lamban dan masih
kurang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang peran
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam pemberdayaan anak jalanan di Kecamatan
Sidoarjo.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, sedangkan sumber data diperoleh dengan melakukan wawancara dan
observasi dengan pihak terkait, dalam hal ini adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
dalam pemberdayaan anak jalanan di Kabupaten Sidoarjo dan juga para anak-anak
jalanan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah
anak jalanan yang tertangkap pada saat operasi penertiban yang telah dilakukan oleh
Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo dan secara bersama-sama oleh pihak
Satpol PP, Kepolisian, dan Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo mayoritas
berasal dari Sidoarjo yaitu sebanyak 14 orang atau sebesar 82,35%. Setelah di
lakukan registrasi. Untuk anak jalanan yang berasal dari Kabupaten Sidoarjo di
tangani langsung oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo, dan diberikan
pembinaan sosial melalui bimbingan sosial dan pembinaan ketrampilan kerja, sesuai
dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh anak jalanan. Selain itu pengawasan
juga dilakukan terhadap anak jalanan yang ditampung dalam pembinaan Dinas Sosial
dan melakukan evaluasi terhadap pelatihan dan pembinaan dari berbagai kegiatan
yang diikuti oleh anak – anak jalanan, sehingga nantinya mereka dapat berpartisipasi
dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia juga memiliki
sejumlah permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang akan terus menerus
mengikuti laju pembangunan dan pertumbuhan. Salah satu fenomena sosial yang
terjadi saat ini yaitu munculnya anak-anak jalanan. Anak jalanan yang dimaksud
di sini adalah anak yang berusia di bawah 15 tahun dengan kepribadian yang lebih
dewasa dari usianya, baik secara fisik maupun sifatnya menjadi anak dewasa
walaupun usia mereka masih anak-anak. Dengan adanya anak jalanan seringkali
dianggap sebagai cermin kemiskinan kota, atau suatu kegagalan adaptasi
kelompok orang tersebut terhadap kehidupan dinamis kota besar.
Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa
Timur. yang juga mempunyai permasalahan dengan munculnya anak-anak
jalanan. Fenomena anak jalanan ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Mulyadi selaku Kasie Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kabupaten Sidorajo,
mengatakan bahwa keberadaan anak jalanan di beberapa titik yang ada di Sidoarjo
yaitu seperti di Pertigaan Larangan, Perempatan Celep, dan GOR serta alun-alun,
seringkali memicu stigma negatif dari masyarakat, selain itu juga banyak
masyarakat yang menggambarkan mereka dekat dengan dunia miras, narkoba
bahkan sex bebas.

Melihat hal tersebut, Anik seorang politisi asal Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB) berpendapat bahwa memang sebaiknya perlu adanya penanganan khusus

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

dari pemerintah yang dipusatkan pada titik tersebut, agar kawasan tersebut
terbebas dari kesan yang tak sedap. Disinggung mengenai acuan peraturan tentang
anak jalanan, politisi asal PKB ini menjelaskan bahwa kondisi anak jalanan ini
diatur dalam Perda dan masuk dalam Peraturan Daerah Kabupaten, Daerah tingkat
II Sidoarjo Nomor 5 tahun 2007 tentang penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum dalam Kabupaten Daerah tingkat II pasal 8 poin b pemerintah
daerah melakukan penertiban terhadap anak jalanan yang mencari penghasilan
dan meminta-minta dipersimpangan jalan dan lampu lalu lintas (traffic light) dan
fasilitas umum lainnya. Agar perda tersebut dapat berjalan efektif maka sangat
perlu untuk dilakukan sosialisasi yang baik.
Terkait pemberlakuan Peraturan Daerah No 5 Tahun 2007 tersebut peran

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam pemberdayaan anak jalanan di Kabupaten
Sidoarjo, diharapkan tidak bersifat teknis semata, namun juga dari sisi
kemanusiaan.
Operasi terpadu merupakan langkah awal yang dilakukan oleh Dinas
Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo dalam rangka menertibkan para anak
jalanan

Dalam melakukan operasi penertiban terhadap anak jalanan Dinas

Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo tidak bekerja sendiri tetapi bekerjasama
dengan pihak lain atau instansi-instansi yang terkait seperti Polres Sidoarjo dan
Satpol PP. Kegiatan razia atau patroli untuk penertiban anak jalanan di wilayah
Sidoarjo yang dilakukan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo
bersama – sama dengan Satpol PP dan Kepolisian dengan cara patroli berkeliling
ke wilayah-wilayah yang diperkirakan terdapat anak jalanan. merupakan bagian
dari operasi terpadu yang dilakukan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Sidoarjo. Penertiban ini dilakukan 1 kali dalam 1 bulan, tetapi tidak menutup
kemungkinan operasi terpadu dilakukan lebih dari 1 kali tergantung situasi dan
kondisi yang ada dan memungkinkan untuk perlu dilakukan adanya penertiban
atau operasi terpadu. Kegiatan berikutnya setelah operasi, dilanjutkan dengan
kegiatan lain yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan yaitu identifikasi.
Pencatatan atau pendataan tentang identitas dari anak jalanan yang terjaring dalam
operasi terpadu. Anak Jalanan yang terjaring kemudian mereka didata tentang
segala identitas yang mereka miliki. Pendataan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah Anak Jalanan yang bersangkutan sudah pernah tertangkap atau belum.
Setelah para anak jalanan ditertibkan kemudian di identifikasi, mana yang dari
luar Kabupaten Sidoarjo dan mana yang asli Kabupaten Sidoarjo, dan setelah
diidentifikasi anak jalanan yang berasal dari luar Kabupaten Sidoarjo diserahkan
kepada Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur untuk dipulangkan ke daerah asalnya
dan menjadi tanggungan Pemerintah Kabupaten atau kota setempat. Sementara
untuk anak jalanan yang berasal dari Kabupaten Sidoarjo di tangani langsung oleh
Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo.
Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo selaku pelaksana
dalam urusan rumah tangga daerah di bidang kesejahteraan sosial dan tugas
pembantuan. Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja
menjalankan fungsi pelaksanaan pembinaan teknis dan bimbingan teknis dalam
rangka pelayanan terhadap usaha-usaha sosial. Hal ini dapat diwujudkan melalui
program kegiatan sosial kemasyarakatan salah satunya adalah program pembinaan
anak jalanan.
Program pembinaan anak jalanan merupakan salah satu program yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

dilakukan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial bagi anak – anak jalanan yang
terjaring rasia.. Untuk pembinaan yang pertama, anak jalanan tersebut mendapat
bimbingan sosial melalui bimbingan mental berupa ceramah agama dan ceramah
sosial. Bimbingan Sosial ini dilakukan untuk memberikan suatu bimbingan dan
pengarahan kepada para anak jalanan tentang ajaran nilai-nilai dan norma-norma
yang terkandung dalam agama dan masyarakat agar mereka dapat menjalankan
kehidupannya dengan baik. Setelah para anak jalanan mendapatkan bimbingan
sosial melalui ceramah agama dan ceramah sosial, mereka mendapatkan
pembinaan ketrampilan kerja, yang sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka.
Hal ini dilakukan agar para anak jalanan mempunyai bekal ketrampilan yang
nantinya dapat digunakan untuk mencari kerja atau usaha baru sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki Dalam pemberian ketrampilan tersebut Dinas
Kesejahteraan Sosial bertindak sebagai mediator dengan maksud agar para anak
jalanan mendapatkan tenaga ahli yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Setelah para anak jalanan diberikan pembinaan sosial dan pembinaan ketrampilan
maka Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo memberikan bantuan
langsung berupa Bantuan ekonomi produktif dimana bantuan tersebut sesuai
dengan pelatihan ketrampilan yang mereka miliki, misalnya ketrampilan menjahit
mereka dibantu dengan disediakannya penjahitan, kemudian pertukangan mereka
juga disediakan alat-alat pertukangan seperti peralatan membuat mebel dan lain
sebagainya. Selanjutnya untuk mengevaluasi terhadap pelatihan dan pembinaan
dari berbagai kegiatan yang diikuti oleh anak – anak jalanan, dilakukan program
pengawasan dan evaluasi sehingga mereka mengatahui sejauh mana kegiatan
tersebut dapat diserap sehingga nantinya mereka dapat berpartisipasi dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

pembangunan kesejahteraan sosial.
Dari Fenomena tersebut diatas, mencerminkan bahwa peran Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Kecamatan Sidoardjo terhadap pemberdayaan anak jalanan
sangatlah besar. Akan tetapi pada kenyataan peran pemerintah dalam penanganan
anak jalanan dapat dikatakan sangat lamban dan masih kurang maksimal. Hal ini
terbukti dari data yang diperoleh dari Dinkesos mengenai jumlah anak jalanan
yang ada di Kecamatan Sidoarjo selama 5 (lima) tahun terakhir ini yaitu tahun
2006 samapai dengan tahun 2010, menunjukkan adanya peningkatan. Untuk lebih
jelasnya, maka berikut ini data jumlah anak jalan kecamatan Sidoarjo yang dapat
disajikan pada tabel 1, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1 : Data J umlah Anak J alanan
Di Kecamatan Sidoarjo
Tahun 2006 - 2010
Nama Kabupaten

Tahun

Kabupaten Sidoar jo

2006
2007
2008
2009
2010

J umlah
Anak J alanan

Per tumbuhan
(% )
125
156
188
215
245

24,80
20,51
14,36
13,95

Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo, 2010
Berdasarkan pada tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah anak jalanan
di Kecamatan Sidoarjo selama 5 (lima) tahun terakhir ini yaitu tahun 2006
samapai dengan 2010, mengalami peningkatan, misalnya untuk tahun 2006
jumlah anak jalanan di Kecamatan Sidoarjo sebanyak 125 orang, Untuk tahun
2007 sebanyak 156 atau naik sebesar 24, 80% dari tahun 2006, Untuk tahun 2008
sebanyak 188 atau naik sebesar 20, 51% dari tahun 2007, Untuk tahun 2009

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

sebanyak 215 atau naik sebesar 14, 36% dari tahun 2008, dan Untuk tahun 2010
sebanyak 245

atau naik sebesar 13,95% dari tahun 2007. Fenomena ini

membuktikan bahwa peran pemerintah dalam penanganan anak jalanan khususnya
di Kecamatan Sidoarjo dapat dikatakan lamban dan masih kurang maksimal.
Dari uraian permasalahan diatas, maka peneliti merasa perlu untuk
mendeskripsikan mengenai pemberdayaan para anak jalanan yang diterapkan
selama ini oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Sidoarjo dan untuk
mengetahui model pemberdayaan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, serta
harapan para anak jalanan dengan judul ”PERAN DINAS SOSIAL DAN
TENAGA KERJ A DALAM PEMBERDAYAAN ANAK J ALANAN ((Studi
Pada Anak J alanan Di Kecamatan Sidoarjo)”

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumusan suatu masalah yaitu Bagaimanakah peran Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja dalam pemberdayaan anak jalanan di Kecamatan Sidoarjo?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang peran Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja dalam pemberdayaan anak jalanan di Kecamatan Sidoarjo.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan
manfaat :
1.

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan :
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sedikit
gambaran mengenai sebuah metode dari sekian banyak metode yang
memberikan kontribusi sebagai gambaran pengembangan metode-metode
selanjutnya.

2.

Bagi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja :
Temuan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan acuan untuk membantu dan membina para anak jalanan.

3.

Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur :
a

Meningkatkan perbendaharaan bacaan bagi rekan–rekan mahasiswa
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

b

Memperluas jaringan kerja sama dengan instansi atau lembaga lain yang
terkait.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain dan dapat
dipakai sebagai bahan masukan dan kajian yang terkait dengan penelitian ini,
telah dilakukan oleh
1.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Astutik, S.Ag (Program pasca sarjanah
Universitas Airlangga; 2005) dengan judul : “Pengembangan Model
Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah Di Jawa Timur” Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa program pembinaan anak jalanan selama
ini melalui rumah singgah di wilayah Jawa Timur berjalan sesuai standart
layanan dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur. dan terdapat variasi konsep
dan pendekatan sesuai kebutuhan kondisi dilapangan dan daerah setempat.
Karena mustahil jika seluruh rumah singgah yang ada hanya kaku mengikuti
standart layanan yang ditentukan dari Dinas terkait. Dari variasi konsep dan
pendekatan yang muncul sesuai kebutuhan kondisi dilapangan tersebut
diharapkan akan memunculkan pengembangan model pembinaan.

2.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sutari (Universitas Airlangga Surabaya;
2001) dengan judul : “Pemberdayaan Anak Jalanan di Rumah Singgah”.
Penelitian yang

dilakukan lebih

ingin

menggambarkan atau

melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian ini yaitu dalam pelaksaan
pemberdayaan yang dilakukan lebih menekankan pada rangkaian kegiatan
pembelajaran

berbagai

jenis

pendidikan,

pemberian

8
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

modal

9

usaha/mengembalikan status anak-anak jalanan ke dalam lingkungan
masyarakat sesuai dengan aturan dan norma-norma yang berlaku. Dari hasil
analisis diketahui bahwa program pemberdayaan anak jalanan melalui rumah
singgah, memang belum memenuhi target yang diharapkan, hal tersebut
berkaitan

dengan

faktor-faktor

teknis

maupun

non

teknik

yang

mempengaruhi pelaksanaan program pemberdayaan anak jalanan dan banyak
hal yang menyebabkan anak-anak binaan tidak tertarik akan kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh rumah.
Perbedaan dengan kedua penelitian di atas, yaitu penelitian yang dilakukan
Sri Utari dan Dwi Astuti lebih menekankan pada peran Rumah Singgah dalam
pemberdayaan anak jalanan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
lebih menekankan pada peran Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam
pemberdayaan anak jalanan di Kabupaten Sidoarjo.

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Peranan
Peranan merupakan suatu kata yang sudah mendapat akhiran yaitu kata
dasar peran dan akhiran -an, sehingga menjadi peranan. Dalam kamus bahasa
Indonesia ada dua arti yaitu yang pertama adalah bagian yang dimainkan seorang
pemain, sedangkan arti kedua adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
dalam suatu peristiwa.
Dalam pendapat lain yang dikemukakan oleh Soekanto (2000 : 268)
Peranan (Role) yakni merupakan aspek kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah
untuk kepentingan ilmu pengetahuan keduanya tak dapat dipisahkan, karena yang
satu tergantung dengan yang lainnya.
Melihat dari artian peranan diatas maka antara kedudukan dengan peranan
tidak bisa dipisahkan. Jadi peranan seseorang dapat dilihat dari keberadaan dalam
masyarakat baik secara struktural maupun kultural.
Soekanto mengatakan lebih lanjut (2000 : 269) bahwa peranan mencakup
tiga hal sebagai berikut :
1.

Peranan meliputi norma norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat.

2.

Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat diiakukan oleh individu
dalam hidup bermasyarakat sebagai suatu organisasi.

3.

Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat. Peranan yang melekat pada individu individu dalam
masyarakat penting bagi hal hal sebagai berikut :
a.

Peranan harus dilaksanakan jika ingin mempertahankan kelangsungan
struktur masyarakat.

b.

Peranan melekat pada individu-individu yang mampu melaksanakannya.

c.

Belum tentu semua orang mampu melaksanakan peranannya secara baik
karena

terbentur

dengan kepentingan

kepentingan

pribadi

dan

kepentingan orang lain.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah hak dan
kewajiban yang harus dilakukan oleh seseorang berkaitan dengan kedudukan,
tugas dan fungsinya dalam masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2.2.2. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat menurut Suharto (2006 : 58) adalah sebuah
proses dengan mana orang menjadi cukup kuat berpartisipasi dalam berbagai
pengontrolan dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembagalembaga dan mempengaruhi kehidupannya.
Selanjutnya pemberdayan menurut Rappaport (1984) dalam Suharto (2006 :
59) adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas mampu
menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.
Sedangkan Hulme dan Turner dalam Soekanto (2000 : 268) menyatakan
bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang
memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan
pengaruh lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pemberdayaan adalah suatu
proses perubahan sosial yang dapat mempengaruhi kehindupan dari seseorang.

2.2.2.1. Tahapan Pemberdayaan
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 2-6) ada tiga tahapan dalam
pemberdayaan yaitu :
1.

Penyadaran
Adalah pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka

mempunyai “sesuatu”.
2.

Pengkapasitasan
Pengkapasitasan ini disebut capacity building atau memampukan manusia

baik dalam arti memampukan manusia, baik dalam konteks individu maupun
kelompok yaitu dengan pelatihan, workshop (loka latih), seminar, dan sejenisnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

3.

Pemberian daya
Pemberian daya ini disebut empowerment, pada tahap ini target diberikan

daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.

2.2.2.2. Tujuan Pemberdayaan
Menurut Sumodiningrat dalam Onny (2001 : 101) pemberdayan memiliki
tujuan kemanusiaan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dengan
jalan sebagai berikut :
1.

Mengidentifikasi kebutuhan kelompok lokal setempat dengan tujuan dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.

2.

Merumuskan kegiatan untuk mencapai sasaran.

3.

Menyiapkan dana dan kondisi.

4.

Memobilisir sumber daya setempat atau luar untuk kegiatan pembangunan
setempat.
Sedangkan menurut Suharto (2006 : 58) pemberdayaan bertujuan untuk

meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.
Selanjunya Mashoed (2004 : 40) mengatakan bahwa upaya pemberdayaan
masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan adalah :
1.

Bantuan dana sebagai modal usaha.

2.

Pembangunan prasana sebagai pendukung pengembangan sosial ekonomi
rakyat.

3.

Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi dan jasa
masyarakat.

4.

Pelatihan bagi aparat dan masyarakat.

5.

Penguatan kelembagaan sosial ekonomi rakyat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2.2.2.3. Strategi Pemberdayaan
Salah satu prasyarat bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat adalah
perlunya kondisi keterbukaan yang lebih besar dalam masyarakat. Peran
pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat menurut Onny (2001 : 106) antara
lain dapat dirumuskan melalui pendidikan kemandirian dengan berperan sebagai
berikut:
1.

Fasilitator dan katalisator, yaitu melalui para pembina yang tinggal di tengahtengah kelompok menyertai proses perkembangan masyarakat, membantu
memecahkan masalah dan ikut menetukan alternatif pemecahan.

2.

Pelatih dan pendidik, yaitu mencarikan dan menyalurkan informasi dan
pengalaman dari luar ke dalam kelompok melalui berbagai metode belajar
mengajar.

3.

Pemupukan modal antara lain dengan mendorong upaya-upaya penghematan,
menabung, dan usaha produktif.

4.

Penyelenggaraan proyek-proyek stimulant dalam meningkatkan kemandirian
kelompok-kelompok swadaya seperti proyek teknologi tepat guna, produksi
dan pemasaran.
Dengan mengacu pada strategi yang di kemukakan oleh Korten, Elliot dan

Brodhead dalam Onny (2001 : 103) memberdayakan masyarakat dilakukan
melalui tiga pendekatan sebagai berikut :
1.

Pendekatan kemanusiaan, tujuan pendekatan ini adalah membantu secara
spontan dan sukarela kelompok masyarakat tertentu yang membutuhkan
bantuan karena terkena musibah, atau kurang beruntung. Pendekatan ini
dilakukan oleh lembaga penyandang dana seperti Yayasan Dana Gotong
Royong.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.

Pendekatan pengembangan masyar akat, bertujuan mengembangkan,
memandirikan, dan menswadayakan masyarakat seperti Yayasan Sejahtera
Indonesia (YIS) yang merintis pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang
kemudian menjadi salah satu program pemerintah.

3.

Pendekatan pemberdayaan rakyat, bertujuan memperkuat posisi tawar
menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekanan
di segala bidang dan sektor kehidupan.
Menurut Kartasasmita dalam Onny (2001 : 105), untuk meraih keberhasilan

dalam

proses

pemberdayaan

masyarakat

tersebut,

diupayakan

langkah

pemberdayaan masyarakat :
1.

Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling) dengan mendorong, motivasi dan membangkitkan
potensi yang dimiliki untuk mengembangkan usahanya.

2.

Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering)
dengan diadakannya program untuk menggali potensi yang ada dalam
masyarakat.

3.

Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi (protecting) dengan adanya
peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas melindungi masyarakat
yang lemah.
Hal-hal yang berkaitan dengan strategi tersebut

akan dijelaskan sebagai

berikut :
1.

Enabling.
Adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat terus berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalah bahwa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

setiap manusia, setiap masyarakat memiliki pootensi yang dapat dikembangkan.
Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan artinya
tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena sudah punah,
pemberdayaan adalah untuk membangun daya. Itu yang mendorong, memotivasi
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya.
2.

Empowering
Adalah memperkuat potensi yang dimiliki oleh masyarakat, untuk itu

diperlukan langkah-langkah lebih positif selain menciptakan iklim dan suasana.
Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan
berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan
membuat masyarakat menjadi lebih berdaya. Untuk itu diperlukan program,
khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program yang umum, yang
berlaku untuk semua tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat..
3.

Protecting
Adalah mengandung arti pula melindungi dalam proses pembedayaan harus

di cegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena kurang berdaya
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat,
perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya, dalam
rangka ini peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas melindungi
golongan yang lemah sangat diperlukan, melindungi harus dilihat sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang. Pemberdayaan
masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai
program pemberian, karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus
dihasilkan atas usaha sendiri dan hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Menurut Soeharto (2006 : 66) pemberdayaan dapat dilakukan dengan tiga
aras atau matra pemberdayaan (empowering setting) yaitu :
1.

Aras Mikro.
Pemberdayaan dilakukan melalui bimbingan, konseling, stres manajemen,

crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
2.

Aras Mezzo.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media

intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.
3.

Aras Makro.
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena sistem

perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas.

2.2.2.4. Upaya Pemberdayaan
Menurut Mashoed (2004 : 44) dilihat dari profil kemiskinan (Property profil)
masyarakat terdapat beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian,
diantaranya :
1.

Masalah kemiskinan tidak hanya masalah kesejahteraan (welfare) akan tetapi
masalah kerentanan. Disini berarti bahwa penanganan terhadap masalah
kemiskinan masyarakat di samping diarahkan untuk menangani masalah
kesejahteraan

dengan

memberikan

sejumlah

program

kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

peningkatan

17

2.

Masalah kemiskinan adalah masalah ketidakberdayaan (powerlessness)
karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan
diri, tidak dapat kesempatan untuk ikut menentukan keputusan yang
menyangkut dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi.

3.

Masalah kemiskinan adalah masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap
peluang kerja, karena hubungan produksi di dalam masyarakat tidak memberi
peluang kepada mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya
tingkat kwalitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya
persyaratan kerja.

4.

Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses
masyarakat pada pasar lantaran aksesibilitas yang rendah dan karena kondisi
alam yang miskin.

5.

Masalah kemiskinan yang teridentifikasi karena penghasilan masyarakat
sebagian besar dihabiskan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan
dalam kuantitas dan kualitas yang terbatas, sehingga produktivitas mereka
menjadi rendah. Masalah kemiskinan juga ditandai dengan tingginya depency
ratio karena besarnya anggota keluarga sehingga berpengaruh terhadap
kemampuan untuk membiayai pendidikan dan kesehatan. Akibatnya kualitas
sumber daya manusianya menjadi rendah.

2.2.3. Pengertian Anak
Konsep “anak” didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda,
sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang berusia di
bawah 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Untuk kebutuhan penelitian ini, anak didefinisikan sebagai seorang manusia
yang masih kecil yang berkisar usianya antara 6–16 tahun yang mempunyai ciriciri fisik yang masih berkembang dan masih memerlukan dukungan dari
lingkungannya.
Seperti manusia pada umumnya, anak juga mempunyai berbagai kebutuhan:
jasmani, rohani dan sosial. Menurut Abraham H. Maslow dalam Mangkunegara,
(2001 : 94), menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu mencakup : kebutuhan
fisik (udara, air, makan), kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan
disayangi, kebutuhan untuk penghargaan, kebutuhan untuk mengaktualisasikan
diri dan bertumbuh.
Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki keterbatasan
untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan hak anak.
Orang dewasa termasuk orang tuanya, masyarakat dan pemerintah berkewajiban
untuk memenuhi hak anak tersebut. Permasalahannya adalah orang yang berada
di sekitarnya termasuk keluarganya seringkali tidak mampu memberikan hak-hak
tersebut. Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga yang pendidikan orang
tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua akan keberadaan anak,
dan sebagainya. Pada anak jalanan, kebutuhan dan hak-hak anak tersebut tidak
dapat terpenuhi dengan baik. Untuk itulah menjadi kewajiban orang tua,
masyarakat dan manusia dewasa lainnya

untuk

mengupayakan

perlindungannya agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara optimal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

upaya

19

Berbagai upaya telah dilakukan dalam merumuskan hak-hak anak. Respon ini
telah menjadi komitmen dunia international dalam melihat hak-hak anak. Ini
terbukti dari lahirnya konvensi internasional hak-hak anak. Indonesiapun sebagai
bagian dunia telah meratifikasi konvensi tersebut. Keseriusan Indonesia melihat
persoalan hak anak juga telah dibuktikan dengan lahirnya Undang-undang RI
Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Tanpa terkecuali, siapapun
yang termasuk dalam kategori anak Indonesia berhak mendapatkan hak-haknya
sebagai anak.

2.2.3.1. Pengertian Anak J alanan
Anak jalanan merupakan “sebuah fenomena masyarakat yang menunjukkan
terganggunya social fanctuoringnya”. Dikatakan terganggu social fanctuoringnya
karena seharusnya seorang anak berada pada posisi Rumah Singgah, sekolah, atau
lingkungan bermain yang didalamnya terdapat interaksi yang mendukung
perkembangan anak tersebut (Hanadi. 2001 : 32).
Lain halnya dengan Dinas Sosial yang mengartikan bahwa anak jalanan
adalah yang berusia 6-18 tahun, menghabiskan waktu di jalan minimal 4 jam
untuk mencari nafkah di jalan atau di tempat-tempat umum lainnya.
Sedangkan menurut Rumah Singgah “Anak Ceria” anak jalanan adalah anakanak yang menghabiskan waktunya di jalan atau kehidupan luar rumah atau out
door life. Mereka biasanya kita jumpai di tempat/faslitas umum kota, seperti
pasar, terminal, plaza-plaza, stasiun, traffic ligth, dan lain-lain. Anak jalanan
umum berasal dari keluarga marginal perkotaan, kaum urbanis, anak bermasalah,
korban kekerasan, dan anak-anak salah asuhan. Definisi ini terkait dengan anak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

jalanan, khususnya Rumah Singgah di bawah pengawasan pemerintah. Definisi
ini tidak bermaksud pada remaja yang sering menghabiskan waktu di pusat-pusat
perbelanjaan atau tempat-tempat umum lainnya, tidak dengan bertujuan mencari
nafkah. (Hanadi, 2001 : 36)
Tentang siapa yang disebut sebagai “Anak Jalanan” belum ada juga
kesepakatan ataupun batasan-batasan teknis. Dari segi usia terdapat variasi pula.
Ada yang masih dalam usia sekolah, sekalipun demikian rata-rata anak jalanan
adalah para remaja yang kegiatannya menyatu dengan jalanan kota. Mereka tidak
bisa disebut anak terlantar, anak penggelandang, anak pengemis, anak nakal, toh
anak-anak remaja kita ini dengan nyata-nyata melaksanakan kegiatan yang dapat
saja disebut menjual jasa dan produk fisik lainnya. Anak jalanan muncul karena
ketimpangan struktur penduduk, dimana usia muda jumlahnya banyak, sedangkan
tingkat kesejahteraan mereka masih minim sekali, juga kehadiran anak jalanan
dari pengaruh alkohol, budaya pendidikan dan psikologis. (Tunggioe, 2002 : 115)

2.2.3.2. Pengertian Dan Karakteristik Anak J alanan
Sebenarnya istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika
selatan, tepatnya di Brazilia, dengan nama meninos de ruas untuk menyebut
kelompok anak-anak yang hidup di jalanan dan tidak memiliki tali ikatan dengan
(Bambang, 2004 : 9), Namun, di beberapa tempat lainnya istilah anak jalanan
berbeda-beda. Di Colombia mereka disebut gamin (urchin atau melarat) dan
chinches (kutu kasur), marginais (kriminal atau marginal) di Rio, bui doi (anak
dekil) di Vienam, balados (pengembara) di Zaire dan Kongo. Istilah-istilah
tersebut sebenarnya menggambarkan bagaimana posisi anak-anak jalanan ini di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

posisi masyarakat. Semua anak sebenarnya memiliki hak penghidupan yang layak
tidak terkecuali pada anak jalanan. Namun ternyata realita berbicara lain,
mayoritas dan bisa dikatakan aemua anak jalanan terpinggirkan dalam segala
aspek kehidupan.
Menurut PBB anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar
waktunya di jalanan untuk bekerja, bermain atau beraktifitas lain. Anak jalanan
tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampak dari keluarga yang tidak
mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya.
Umumnya anak jalanan bekerja sebagai pengasong, pemulung, tukang semir,
pelacur anak, dan pengais sampah. Tidak jarang menghadapi resiko kecelakaan
lalu lintas, pemerasan, perkelahian, dan kekerasan lain. Anak jalanan lebih mudah
tertular kebiasaan tidak sehat dari kultur jalanan, khususnya seks bebas dan
penyalagunaan obat. Lebih memprihatinkan lagi, lingkungan akan mendorong
anak jalanan menjadi obyek seksual seperti sodomi atau pelacuran anak.
Sementara itu menurut Soedijar (2000) dalam studinya menyatakan bahwa
anak jalanan adalah usia antara 7 tahun sampai 15 tahun yang bekerja di jalanan
dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketenteraman dan keselamatan
orang lain serta membahayakan keselamatan dirinya.
Selain itu Rahayu (2002) mendefinisikan anak jalanan adalah merupakan
anak-anak yang berusia di bawah 21 tahun yang berada di jalanan untuk mencari
nafkah dengan berbagai cara (tidak termasuk pengemis, gelandangan, bekerja di
toko/kios.
Dalam buku “Intervensi Psikososial” Depsos, (2001:20), mendefinisikan
anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
definisi tersebut memberikan 4 (empat) faktor penting yang saling terkait yaitu
sebagai berikut :
1.

Anak-anak.

2.

Menghabiskan sebagian waktunya.

3.

Mencari nafkah atau berkeliaran.

4.

Jalanan dan tempat-tempat umum lainnya.
Bersarkan hasil kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan di

bedakan menjadi tiga kelompok (Surbakti dkk, eds : 2003) :
Pertama, Children on the str eet, yakni anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi-sebagai pekerja anak-di jalan, tetapi masih mempunyai
hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka
dijalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga
ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di
tanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.
Kedua, Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di
jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih
mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekwensi pertemuan mereka
tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu
sebab-biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan
salah, baik secara sosial, emosional, fisik maupun seksual.
Ketiga, Childr en from families of the street, yakni anak-anak yang berasal
dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang ambing
dari satu tempat ke tempat lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting
dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayibahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini mudah ditemui di
berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan
pinggiran sungai- walau secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui secara
pasti.
Menurut penelitian Departemen Sosial dan UNDP di Jakarta dan Surabaya
(BKSN, 2000 : 2-4) anak jalanan di kelompokkan dalam empat kategori :
1.

Anak jalanan yang hidup di jalanan, dengan kriteria :
a.

Putus hubungan atau lama tidak ketemu dengan orang tuanya;

b.

8-10 jam berada di jalan untuk “bekerja” (mengamen, mengemis,
memulung) dan sisanya menggelandang/tidur;

2.

c.

Tidak lagi sekolah;

d.

Rata-rata berusia dibawah 14 tahun

Anak jalanan yang bekerja di jalanan, dengan kriteria :
a.

Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya;

b.

8-16 jam berada di jalanan;

c.

Mengontrak kamar sendiri, bersama teman; ikut orang tua/saudara,
umumnya di daerah kumuh;

d.

Tidak lagi sekolah;

e.

Pekerjaan : penjual koran, pengasong, pencuci bus, pemulung, penyemir
sepatu, dll;

f.

Rata-rata berusia dibawah 16 tahun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

3.

4.

Anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria :
a.

Bertemu teratur setiap hari / tinggal dan tidur dengan keluarganya;

b.

4-5 jam kerja di jalanan;

c.

Masih bersekolah;

d.

Pekerjaan : penjual koran, penyemir, pengamen, dll;

e.

Usia rata-rata di bawah 14 tahun.

Anak jalanan berusia di atas 16 tahun, dengan kriteria :
a.

Tidak lagi berhubungan/berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya;

b.

8-24 jam berada di jalanan;

c.

Tidur di jalan atau di rumahorang tua;

d.

Sudah tamat SD atau SLTP namun tidak bersekolah lagi;

e.

Pekerjaan : calo, mencuci bis, menyemir, dll.

Dalam buku “standar pelayanan sosial anak jalanan melalui rumah singgah”
(2002 : 13-15). Setiap rumah singgah boleh menentukan sendiri kategori anak
jalanan yang didampingi. Kategori anak jalanan dapat disesuaikan dengan kondisi
anak jalanan di masing-masing kota. Secara umum kategori anak jalanan sebagai
berikut :
1.

Anak jalanan yang hidup di jalanan dengan cirinya sebagai berikut :
a.

Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya minimal
setahun yang lalu.

b.

Berada di jalanan seharian untuk bekerja dan menggelandang.

c.

Bertempat tinggal di jalanan dan tidur sembarangan tempat seperti
emper toko, kolong jembatan, taman, terminal, stasiun, dll.

d.

Tidak lagi bersekolah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2.

Anak jalanan yang bekerja di jalanan :
a.

Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, yakni pulang secara
periodik misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan tidak tentu.
Mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekerja di jalanan.

b.

Berada di jalanan sekitar 8-12 jam untuk bekerja, sebagian mencapai 16
jam.

c.

Bertempat tinggal dengan car mengontrak sendiri arau bersama teman,
dengan orang tua/saudaranya, atau di tempat kerjanya di jalan.

d.
3.

Tidak bersekolah lagi.

Anak yang rentan menjadi anak jalanan, cirinya adalah :
a.

Setiap hari bertemu dengan orang tuanya (teratur).

b.

Berada di jalanan sekitar 4-6 jam untuk bekerja.

c.

Tinggal dan tidur bersama orang tua/wali.

d.

Masih bersekolah.

Lebih jelasnya dalam buku “modul pelatihan pimpinan rumah singgah”
(BKSN, 2006 : 61-62) kategori dan karakteristik anak jalanan :
1.

Kelompok anak yang hidup dan bekerja di jalanan.
Karakteristiknya :
a.

Menghabiskan seluruh waktunya di jalanan.

b.

Hidup dalam kelompok kecil atau perorangan.

c.

Tidur di ruang-ruang/cekungan di perkotaan, seperti : terminal, stasiun,
emperan toko, kolong jembatan, dan pertokoan.

d.

Hubungan dengan orang tua biasanya sudah putus.

e.

Putus sekolah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.

f.

Bekerja sebagai pemulung, ngamen, mengemis, dan semir..

g.

Berpindah-pindah tempat.

Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan dan masih pulang kerumah
orang tua mereka setiap hari.
Karakteristiknya :
a.

Hubungan dengan orang tua masih ada tapi tidak harmonis.

b.

Sebagian besar dari mereka telah putus sekolah dan sisanya rawan untuk
meninggalkan bangku sekolah.

c.

Rata-rata pulang setiap hari atau seminggu sekali.

d.

Bekerja sebagai : pengemis, pengamen di perempatan, kernet, asongan
koran dan ojek payung.

3.

K