PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS NEGERI BANDAR.

(1)

Oleh:

Trisna Utami Putri NIM 4113111078

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2015


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII MTs Negeri Bandar”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Dr. E. Elvis Napitupulu, MS, Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, dan Bapak Mulyono S.Si, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Drs.W.L Sihombing, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak H. Bakhtiar, S.Pd selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di MTs Negeri Bandar. Ucapan terima kasih juga kepada Ibu Agus Riana, S.Pd selaku guru


(4)

bidang studi Matematika kelas VII-B yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada (Alm) Ayahanda tercinta H. Bustami Ibrahim dan Ibunda tercinta Hj. Semi Siti Harningsih, S.E, MAP orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, mendoakan, senantiasa memberi kasih sayang, semangat serta dukungan moral dan materi yang tak ternilai harganya hingga skripsi ini selesai. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayahanda dan Ibunda, Aamiin. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adikku tersayang Ridhaputri Chintami dan Agamal Brilliant Shiddiq yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa. Terima kasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu membantu dan memberi motivasi “Gengjoku” tersayang Nadya Arwinda, Novida Riyanti dan Saramika, sahabat kecil penulis Ira, Devi, Mentari, Ria, Renita dan Pradita. Terima kasih juga untuk teman-teman PPLT SMA Negeri 1 Gebang, keluarga posko gegana, terutama kepada sahabat saya Ana Romlah dan Annas Abdurrahman yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, dan motivasi. Tak lupa terima kasih spesial kepada teman-teman seperjuangan Mat Dik B 2011 Yuli, Isdah, Fifin, Fina, Raisyah, Asty, Shirley, Dian, Ridha, Ridho, serta teman-teman lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu, membangkitkan semangat dan memotivasi untuk sukses bersama.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Trisna Utami Putri NIM. 4113111078


(5)

Trisna Utami Putri (NIM 4113111078) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-B MTs Negeri Bandar T.A 2014/2015 yang berjumlah 36 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi aritmatika sosial.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap akhir siklus diberikan tes untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Dari analisis data diperoleh nilai rata-rata siswa pada siklus 1 adalah 54,93 atau tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria rendah dengan 25 siswa atau 69,44% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan pada siklus 2 nilai rata-rata siswa adalah 78,54 atau tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria sedang dimana banyak siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 31 orang atau 86,11% dari seluruh siswa. Berdasarkan nilai rata-rata siswa pada siklus 2 disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan. Dari hasil pengamatan, pembelajaran matematika pada materi aritmatika sosial dengan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving di kelas VII MTs Negeri Bandar terlaksana dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa penerapan metode Think Aloud Pair Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri Bandar.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 10

1.3 Batasan Masalah 10

1.4 Rumusan Masalah 10

1.5 Tujuan Penelitian 11

1.6 Manfaat Penelitian 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1 Kerangka Teoritis 12

2.1.1 Pengertian Belajar Pembelajaran Matematika 12

2.1.1.1 Pengertian Belajar 12

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika 14

2.1.2 Masalah Dalam Matematika 15

2.1.3 Pemecahan Masalah Matematika 17

2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 18

2.1.5 Pengertian Metode Pembelajaran 22

2.1.6 Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving 23 2.1.6.1 Pengertian Metode Pembelajaran TAPPS 23


(7)

2.1.6.2 Pelaksanaan Metode Pembelajaran TAPPS 25 2.1.6.3 Desain Metode Pembelajaran TAPPS dalam

Pembelajaran Matematika 27

2.1.6.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode TAPPS 30 2.1.7 Teori Belajar yang Mendukung Metode TAPPS 32

2.1.8 Materi Aritmatika Sosial 33

2.1.9 Penelitian yang Relevan 40

2.2 Kerangka Konseptual 41

2.3 Hipotesis Tindakan 43

BAB III METODE PENELITIAN 44

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 44

3.1.1 Lokasi Penelitian 44

3.1.2 Waktu Penelitian 44

3.2 Subjek dan Objek Penelitian 44

3.2.1 Subjek Penelitian 44

3.2.2 Objek Penelitian 44

3.3 Jenis Penelitian 44

3.4 Prosedur Penelitian 44

3.5 Alat Pengumpul Data 53

3.5.1 Obsevasi 53

3.5.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 53

3.6 Teknik Analisis Data 54

3.6.1 Reduksi Data 55

3.6.2 Paparan Data 55

3.6.3 Penarikan Kesimpulan 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 60

4.1 Hasil Penelitian 60

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 60


(8)

4.1.1.2 Rencana Tindakan Siklus I 63

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 64

4.1.1.4 Observasi I 67

4.1.1.5 Analisis Data I 71

4.1.1.6 Refleksi I 81

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 82

4.1.2.1 Permasalahan II 82

4.1.2.2 Rencana Tindakan Siklus II 83

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 84

4.1.2.4 Observasi II 88

4.1.2.5 Analisis Data II 91

4.1.2.6 Refleksi II 101

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108

5.1 Kesimpulan 108

5.2 Saran 108


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kegiatan Jual Beli 33

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 45 Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes

Diagnostik 62

Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

TKPM I 74

Gambar 4.3 Jawaban Siswa nomor 1.a TKPM I 75

Gambar 4.4 Jawaban Siswa nomor 1.b TKPM I 76

Gambar 4.5 Jawaban Siswa nomor 2.a TKPM I 77

Gambar 4.6 Jawaban Siswa nomor 2.b TKPM I 77

Gambar 4.7 Jawaban Siswa nomor 3.a TKPM I 78

Gambar 4.8 Jawaban Siswa nomor 3.b TKPM I 79

Gambar 4.9 Jawaban Siswa nomor 4.a TKPM I 80

Gambar 4.10 Jawaban Siswa nomor 4.b TKPM I 80

Gambar 4.11 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

TKPM II 94

Gambar 4.12 Deskripsi Perubahan Nilai Rata-rata kelas tiap Siklus 95

Gambar 4.13 Jawaban Siswa nomor 1.a TKPM II 95

Gambar 4.14 Jawaban Siswa nomor 1.b TKPM II 96

Gambar 4.15 Jawaban Siswa nomor 2.a TKPM II 97

Gambar 4.16 Jawaban Siswa nomor 2.b TKPM II 98

Gambar 4.17 Jawaban Siswa nomor 3.a TKPM II 98

Gambar 4.18 Jawaban Siswa nomor 3.b TKPM II 99 Gambar 4.19 Jawaban Siswa nomor 4.a TKPM II 100 Gambar 4.20 Jawaban Siswa nomor 4.b TKPM II 101 Gambar 4.21 Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa pada tes kemampuan pemecahan maslah siklus I


(10)

Gambar 4.22 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus 112

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus I) 120 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus I) 127 Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus II) 134 Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus II) 140 Lampiran 6 : Lembar Aktivitas Siswa 1 146

Lampiran 7 : Lembar Aktivitas Siswa 2 153

Lampiran 8 : Lembar Aktivitas Siswa 3 160

Lampiran 9 : Lembar Aktivitas Siswa 4 167

Lampiran 10 : Kisi-Kisi Tes Diagnostik 174

Lampiran 11 : Tes Diagnostik 175

Lampiran 12 : Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 176 Lampiran 13 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 181 Lampiran 14 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 182 Lampiran 15 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 184

Lampiran 16 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 186

Lampiran 17 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 192 Lampiran 18 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 193 Lampiran 19 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 196

Lampiran 20 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 198

Lampiran 21 : Pendoman Penskoran 204

Lampiran 22 : Lembar Observasi Guru Siklus I

( Pertemuan 1) 205

Lampiran 23 : Lembar Observasi Guru Siklus I


(12)

Lampiran 24 : Lembar Observasi Guru Siklus II

( Pertemuan 1) 209

Lampiran 25 : Lembar Observasi Guru Siklus II

( Pertemuan 2) 211

Lampiran 26 : Skor kemampuan pemecahan masalah siswa 213

Lampiran 27 : Hasil Tes Diagnostik 215

Lampiran 28 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 217 Lampiran 29 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 219 Lampiran 30 : Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I 221 Lampiran 31 : Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II 223


(13)

1.1 Latar Belakang Masalah.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan berperan dalam menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan, seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan menuju kepada keberhasilan.

Pentingnya pendidikan tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No.20 tahun 2003.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika juga memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika sebagai salah satu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.

Seperti yang dikemukakan Abdurrahman (2010:253) bahwa :

Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah sehari – hari, sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, serta sarana untuk menghasilkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.


(14)

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2010:253) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Selain itu, Paling (dalam Abdurrahman, 2010:252) juga menyatakan bahwa: Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Liebeck dalam Abdurrahman (2010:253) “ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner dalam Abdurrahman (2010:253) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen “(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.

Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2005, memaparkan standar matematika sekolah meliputi standar isi atau materi (mathematical content) dan standar proses (mathematical processes). Standar proses meliputi pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), koneksi (connection), komunikasi (communication), dan representasi (representation). Menurut NCTM bahwa baik standar materi maupun standar


(15)

proses secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman dasar yang sangat dibutuhkan para siswa pada abad ke-21 ini. NCTM juga menegaskan bahwa pemecahan masalah merupakan integrasi dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh lepas dari pembelajaran matematika.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Karena dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika maka akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru di semua tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Oleh karena itu, pemecahan masalah ini sudah seharusnya mendapat perhatian khusus, mengingat peranannya dalam mengembangkan dimensi kognitif siswa. Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau sering disebut dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah matematika menurut Polya (1973:5) yaitu: 1) Understanding the problem (memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih


(16)

operasional (dapat dipecahkan), 2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian), yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3) Carrying out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang telah dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (memeriksa hasil yang diperoleh), yaitu memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, mencari hasil itu dengan cara yang lain, dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan untuk soal-soal lainnya.

Kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Indonesia tergolong rendah berdasarkan hasil survei pada pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir, kemampuan siswa Indonesia sangat rendah, Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 65 negara peserta pemeringkatan. Hasil belajar yang ditunjukkan Indonesia juga belum memuaskan. Hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) pada tahun 2011, nilai rata-rata siswa untuk matematika 386 dengan rata-rata skor internasional 500. Dengan nilai itu, Indonesia berada diposisi ke-38 dari 63 negara. Nilai tersebut mengalami penurunan 11 angka dari hasil pada tahun 2007. Tentu saja nilai matematika siswa Indonesia secara signifikan berada di bawah nilai rata-rata internasional dan belum mencapai hasil yang diharapkan.

Kondisi secara umum tentang hasil belajar matematika yang masih rendah ini juga terjadi pada siswa kelas VII-B MTs Negeri Bandar. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata matematika untuk kelas VII-B sebagai berikut.

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Matematika Siswa Kelas VII-B No. Tahun Ajaran Nilai Rata-rata

1 2011/2012 69,69

2 2012/2013 70,12


(17)

Nilai rata-rata diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata matematika siswa kelas di VII-B selama tiga tahun terakhir belum begitu memuaskan, belum mencapai nilai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 70. Mencapai kentuntasan pada tahun ajaran 2012/2013 tetapi selisihnya dengan KKM sangat kecil dan tidak selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi masalah dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.

Didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti di MTs Negeri Bandar pada tanggal 15 Januari 2015 juga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah. Hal ini terlihat pada saat peneliti memberikan tes diagnostik kepada siswa kelas VII-B MTs Negeri Bandar. Tes yang diberikan berupa tes berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial, berikut adalah hasil kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes yang diberikan.

Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Diagnostik Langkah-langkah Pemecahan

Masalah Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa

Memahami Masalah 25 69,44 %

Merencanakan Penyelesaian Masalah 16 44,44 %

Melaksanakan Penyelesaian Masalah 14 38,89 %

Memeriksa Kembali 5 13,89 %

Dalam setiap langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut adalah sebagian siswa masih menganggap bahwa matematika itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga siswa cenderung tidak ingin mencoba untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan soal. Bahkan ada siswa beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang paling menakutkan dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Abdurrahman (2010:252) menjelaskan: “ Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang berkesulitan


(18)

belajar maupun bagi yang tidak berkesulitan belajar”. Tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini sangat sulit mempelajari matematika. Jika kita lihat kenyataan yang terjadi, guru menuntut siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah tetapi jarang guru mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah tersebut. Guru kurang memperhatikan cara mengajar dan metode apa yang cocok dipilih pada suatu materi tertentu. Tidak ada variasi dalam metode yang dibawakan sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan kurang termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika. Hal ini tergambar dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Saat peserta didik diberi kesempatan bertanya, sedikit sekali dari peserta didik yang bertanya, akibatnya peserta didik yang belum jelas tidak dapat terdeteksi oleh guru. Diperparah lagi sebagian peserta didik hanya mencatat dan mendengarkan guru saja. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 65) bahwa:

Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang. Padahal menurut Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs dinyatakan bahwa ” Metode pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi”.


(19)

Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan pembelajaran langsung secara klasikal, konsep dan aturan matematika diberikan dalam bentuk jadi dari guru ke siswa, pemberian contoh-contoh, interaksi satu arah, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab, pemberian tugas di rumah. Peneliti tidak menemukan siswa belajar secara berkelompok. Selama kegiatan pembelajaran siswa mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Siswa sungkan bertanya pada guru dan temannya (khususnya siswa yang lemah) walaupun diberi dorongan dan motivasi. Siswa yang pintar lebih senang bekerja sendiri dan jika mengalami kesulitan langsung bertanya kepada guru tanpa melewati hasil diskusi dalam kelompoknya. Guru melatih siswa mengerjakan soal-soal rutin dengan menggunakan rumus dan aturan-aturan yang ada dalam materi yang diajarkan, kurang mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi baru yang sedang diajarkan. Pembelajaran cenderung tidak bermakna bagi siswa. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Aritmatika sosial merupakan materi yang tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk berhitung tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk memahami soal cerita dan membuat model matematika dari soal tersebut sehingga siswa mengetahui apa yang terlebih dahulu harus dikerjakan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang ada. Akan tetapi masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari soal-soal khususnya didalam pemecahan masalah pada materi Aritmatika Sosial. Hal ini diakibatkan karena dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan siswa dalam suatu situasi baru atau situasi berbeda. Sedangkan siswa cenderung hanya menggunakan rumus-rumus yang ada tanpa memahami konsepnya terlebih dahulu. Sehingga jika diberikan soal yang berbeda dari soal yang sebelumnya siswa sulit mengerjakan soal tersebut. Soal-soal yang diberikan pada materi Aritmatika Sosial merupakan soal cerita yang dapat melatih kemampuan pemecahan masalah siswa.


(20)

Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bidang studi matematika kelas VII-B MTs Negeri Bandar yang mengatakan bahwa:

Dalam proses pembelajaran matematika sebagian besar siswa tidak aktif, jarang di antara mereka yang mau bertanya, ataupun memberi tanggapan. Pada materi Aritmatika Sosial jika diberikan soal cerita terkait pemecahan masalah, nilai yang diperoleh siswa cenderung lebih rendah dibanding soal objektif. Dari jawaban yang diberikan siswa dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah yang diberikan ke dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka cenderung mengambil kesimpulan untuk melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita tanpa memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal.

Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Dan berdasarkan observasi tersebut juga diketahui bahwa metode pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2010:38) bahwa:

Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemecahan peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konvensional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai pendengar.

Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga hasil belajar pun meningkat. Disamping itu metode pembelajaran yang digunakan harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu mempengaruhi pengetahuan mereka. Sebagaimana dinyatakan Slameto (2010:36) bahwa:

Penerimaan penalaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif maka ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik.


(21)

Dengan demikian, kemampuan guru dalam memilih metode penyajian materi merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar. Agar pembelajaran matematika lebih berhasil, maka guru harus bisa mengkondisikan siswanya untuk belajar aktif. Karena pembelajaran yang menyebabkan siswa belajar aktif akan lebih dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman siswa dibandingkan dengan belajar pasif (mengingat dan latihan) sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa pun meningkat.

Maka dari itu, salah satu alternatif metode pembelajaran aktif dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Aritmatika Sosial dalam penelitian ini adalah metode Think Aloud Pair Problem Solving. Aktivitas metode Think Aloud Pair Problem Solving dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen, hal ini memungkinkan terjadinya interaksi yang positif antar siswa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam

menyelesaikan masalah-masalah matematika. Metode Think Aloud Pair Problem

Solving merupakan salah satu metode pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar melalui pemecahan masalah yang dilakukan secara berpasangan dan saling bertukar peran, dimana satu siswa memecahkan masalah dan siswa lain mendengarkan pemecahan masalah tersebut sehingga siswa menjadi pembelajar mandiri yang handal serta aktif dalam proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Elizabeth (2010:259)

menjelaskan bahwa:

Metode Think Aloud Pair Problem Solving melibatkan siswa bekerja secara berpasangan dengan tugas yang berbeda untuk setiap siswa, satu pihak siswa sebagai problem solver yaitu bertugas menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan menjelaskannya kepada listener dan satu pihak siswa lainnya sebagai listener dan ketika menjadi seorang problem solver, siswa harus dapat menemukan ide-ide, memahami konsep matematika yang dipelajari untuk dapat menyelesaikan permasalahannya, memahami urutan langkah-langkah yang mendasari pemikiran mereka, dan dapat mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan. Sehingga pada saat siswa menjadi seorang problem solver, siswa dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematik mereka. Dengan metode pembelajaran TAPPS, diharapkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat.


(22)

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian berjudul “ Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII MTs Negeri Bandar”. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain:

1. Masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit.

3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga kurang mendukung siswa untuk aktif.

4. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan

masalah.

5. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah pada materi aritmatika sosial. 1.3Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah agar penelitian ini terarah. Batasan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah : Apakah Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem

Solving Dapat Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII MTs Negeri Bandar?


(23)

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Kelas VII MTs Negeri Bandar.

1.6 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran sebagai calon guru.

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving .

3. Bagi siswa

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini memberikan suatu alternatif pengajaran untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving .


(24)

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan bab IV, kesimpulan pada penelitian ini adalah Penerapan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri Bandar. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara klasikal sebesar 16,67% dari 69,44% pada siklus I menjadi 86,11% pada siklus II. Selain itu, pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dalam memenuhi kriteria tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebanyak 25 siswa sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa. Rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 67,98 dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 78,54.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah khususnya pada soal cerita, melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dan menerapkan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving sebagai salah satu alternatif. 2. Kepada siswa disarankan untuk lebih berani dalam menyampaikan pendapat

atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pembelajaran matematika.

3. Kepada Kepala Sekolah MTs Negeri Bandar, agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.


(25)

4. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang sama, hendaknya lebih memperhatikan proses dan alokasi waktu pelaksanaan metode ini dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar penelitian selanjutnya semakin berhasil.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2010), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Arifin, Z., (2011), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Barkley, E., (2012), Colaborative Learning Techniques, Penerbit Nusa Media, Bandung.

Barkley, E., (2010), Student Engagement Techniques: A handbook for Collage Faculty, First Eixtion, San Fransisco.

David, J., (2004), Learning to Solve Problem An Intructional Design Guide, Pfeiffer, San Francisco.

Djamarah, S., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Dimyati, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Hamalik, O., (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit UM Press, Malang.

Kunandar, (2007), Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Penerbit Raja Grafindo Persanda, Jakarta.

Narlan, S., (2014), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), UIN, Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan.

NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8 Mathematics, Reston VA, United States.


(27)

Nurwulandari, A., (2013), Pengembangan Karakter Dan Pemecahan Masalah Peserta Didik Melalui Pembelajaran Matetika Dengan Metode TAPPS Berbantuan Kartu Permasalahan Kelas VII Pada Materi Segiempat, UNNES, Semarang, Skripsi tidak diterbitkan.

Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method, Princeton University Press, New Jersey.

Pratiwi, M., (2009), Think Aloud Pair Problem Solving [Online]. Tersedia : http://www.google.com/search?q=miranti+pratiwi+think+aloud+pair+pr oblem+solving&ie:utf-&oe=utf-8/ ..[20 Januari 2015]

Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana Prenada Media, Bandung.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Stice, (1987), Teaching Problem Solving [Online]. Tersedia: http://wwwcsi.unian.it/educa/problemsolving/stice_ps.html..[20..Januari 2015]

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Supriati, (2012), Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah matematik melalui metode Think aloud Pair Problem Solving (TAPPS) di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan, UIN, Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan.

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta.

Whimbey, A., (1999), Problem Solving & comprehension, Lawrence Erlbaum Associates, London.


(1)

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian berjudul “ Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII MTs Negeri Bandar”. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain:

1. Masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit.

3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga kurang mendukung siswa untuk aktif.

4. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

5. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pada materi aritmatika sosial.

1.3 Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah agar penelitian ini terarah. Batasan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Dapat Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII MTs Negeri Bandar?


(2)

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Kelas VII MTs Negeri Bandar.

1.6 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran sebagai calon guru.

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving .

3. Bagi siswa

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini memberikan suatu alternatif pengajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving .


(3)

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan bab IV, kesimpulan pada penelitian ini adalah Penerapan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri Bandar. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara klasikal sebesar 16,67% dari 69,44% pada siklus I menjadi 86,11% pada siklus II. Selain itu, pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dalam memenuhi kriteria tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebanyak 25 siswa sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa. Rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 67,98 dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 78,54.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah khususnya pada soal cerita, melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dan menerapkan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving sebagai salah satu alternatif.

2. Kepada siswa disarankan untuk lebih berani dalam menyampaikan pendapat

atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pembelajaran matematika.

3. Kepada Kepala Sekolah MTs Negeri Bandar, agar dapat mengkoordinasikan

guru-guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.


(4)

4. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang sama, hendaknya lebih memperhatikan proses dan alokasi waktu pelaksanaan metode ini dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar penelitian selanjutnya semakin berhasil.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2010), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Arifin, Z., (2011), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Barkley, E., (2012), Colaborative Learning Techniques, Penerbit Nusa Media, Bandung.

Barkley, E., (2010), Student Engagement Techniques: A handbook for Collage Faculty, First Eixtion, San Fransisco.

David, J., (2004), Learning to Solve Problem An Intructional Design Guide, Pfeiffer, San Francisco.

Djamarah, S., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Dimyati, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Hamalik, O., (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit UM Press, Malang.

Kunandar, (2007), Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Penerbit Raja Grafindo Persanda, Jakarta.

Narlan, S., (2014), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), UIN, Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan.

NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8 Mathematics, Reston VA, United States.


(6)

Nurwulandari, A., (2013), Pengembangan Karakter Dan Pemecahan Masalah Peserta Didik Melalui Pembelajaran Matetika Dengan Metode TAPPS Berbantuan Kartu Permasalahan Kelas VII Pada Materi Segiempat, UNNES, Semarang, Skripsi tidak diterbitkan.

Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method, Princeton University Press, New Jersey.

Pratiwi, M., (2009), Think Aloud Pair Problem Solving [Online]. Tersedia : http://www.google.com/search?q=miranti+pratiwi+think+aloud+pair+pr oblem+solving&ie:utf-&oe=utf-8/ ..[20Januari 2015]

Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana Prenada Media, Bandung.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Stice, (1987), Teaching Problem Solving [Online]. Tersedia:

http://wwwcsi.unian.it/educa/problemsolving/stice_ps.html..[20..Januari 2015]

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Supriati, (2012), Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah matematik melalui metode Think aloud Pair Problem Solving (TAPPS) di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan, UIN, Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan.

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta.

Whimbey, A., (1999), Problem Solving & comprehension, Lawrence Erlbaum Associates, London.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Di Mts Hidayatul Umam

2 14 203

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKASISWA KELAS VIII SMP NEGERI 24 MEDAN.

0 3 26

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN METODE PEMBELAJARAN THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL KELAS VIII MTS NEGERI BANDAR.

2 7 28

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metode Problem Solving (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1

0 2 14

PENERAPAN STRATEGI THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI Penerapan Strategi Think Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis (PTK Bagi Siswa Kelas VIII Semester Ganjil S

0 2 18

PENERAPAN STRATEGI THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI Penerapan Strategi Think Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis (PTK Bagi Siswa Kelas VIII Semester Ganjil S

0 1 13

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika.

0 0 16

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH.

0 2 59

Kata kunci: Pemecahan masalah, Think Aloud Pair Problem Solving Abstract: This research aims to determine Think Aloud Pair Problem

0 5 12