Analisis kesulitan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Ciseeng Bogor

(1)

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM

MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH

IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR

Oleh :

SYARIPUDIN NIM : 503016029905

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH

IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi syarat-syarat gelar

Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh :

SYARIPUDIN NIM : 503016029905

Dibawah Bimbingan

Dra. Maifalinda Fatra M. Pd NIP :19700528 199603 2002

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul "Analisis Kesulitan Guru Matematika Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Ciseeng Bogor" yang disusun oleh: Syaripudin, NIM: 503016029905, Jurusan Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 25 Juni 2009

Yang Mengesahkan

Pembimbing

Dra. Maifalinda Fatra. M. Pd NIP :19700528 199603 2002


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: "ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR" telah diujikan dalam ujian munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Matematika.

Jakarta, 05 Maret 2010 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda tangan Dra.Maifalinda Fatra. M.Pd. 05-03-2010 ………. NIP :19700528 199603 2002

Sekretaris Jurusan

Otong Suhyanto M. Si 05-03-2010 ……….. NIP. 196811041999031001

Penguji I

Otong Suhyanto M. Si 05-03-2010 ………... NIP. 196811041999031001

Penguji II

Lia Kurniawati M. Pd 05-03-2010 ……….. NIP : 150408695

Mengetahui: Dekan

Prof. Dr. H. Dede Rosyada. MA NIIP. 19571005 198703 1003


(5)

PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Syaripudin NIM : 503016029905

Jurusan/Semester : Pendidikan Matematika Angkatan Tahun : 2003/2004

Alamat : Jl. H Usa. Desa Ciseeng Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR "adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan :

Nama : Dra Maifalinda Fatra M. Pd NIP : 19700528 199603 2002

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Yang Membuat Pernyataan


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang di Rahmati Allah SWT. Amin

Tiada kata yang dapat penulis ucapakan selain terima kasih yang sebesr-besarnya atas bantuan dan masukkannya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :

1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga sebagai pembimbing skripsi terima kasih atas motivasi dan kesabarannya member kesempatan kepada penulis untuk menyelsaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen program studi pendidikan matematika, yang telah dengan sabar dan penuh keikhlasan mendidik penulis, semoga ilmu yang diberikan kepada penulis dapat bermanfaat.


(7)

4. Yang tercinta ayahanda Djamiat dan Ibunda Engki yang telah melimpahkan segenap kasih sayang yang tak terhingga.

5. Ananda dan istri tercinta Latifah Asmul fauziah, Zulfa Nurfaiza dan Siti Rosmawati yang senantiasa memberikan dorongan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap guru matematika MI swasta Kecamatan Ciseeng Bogor, terima kasih atas partisipasinya membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Opik Ropiudin S. Pd, kepala MI Taufiqul Athfal Ciseeng Bogor serta

dewan guru dan staf yang selalu memberikan motivasi dan saran-sarannya.

8. Kepala sekolah MI/SD sekecamatan Ciseeng Bogor yang telah membantu memberikan data dan informasi untuk kepentingan penelitian.

9. Teman-teman scholarship angkatan tahun 2003 (Sutisna, Sanwani, Abdillah, Asep, Ropiudin, Suherman, Oni Yunansih, Umi Kulsum, Indrawati dan Khanifah) terima kasih atas saran-saran dan kebersamaannya.

10. Adinda tercinta (Mimin Mintarsih, Mimi Jamilah, Rudi Hartono, dan Siti Maesyaroh), terima kasih atas partispasi, motivasi dan cinta dan kasih sayang nya.

Semoga bantuan, bimbingan, arahan serta doa yang telah diberikan menjadi suatu amal sholih di sisi Allah SWT, dan karya kecil ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan matematika baik bagi pembaca maupun bagi penulis, Amin.


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PENDAHULUAN...i

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan penelitian... 9

E. Kegunaan penelitian ... 9

BAB II ACUAN TEORITIK 1. Tinajauan tentang belajar matematika...……..10

a. Pengertian Matematika dan ruang Lingkupnya... 10

b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika... 14

c. Metode Pembelajaran Matematika ... 18

d. Pendekatan pembelajaran Matematika... 22

e. Strategi Pembelajaran Matematika ... 26


(9)

a. Pengertian guru ... 28

b.Peranan Guru Matematika dalam Proses Pembelajaran ... 31

3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian. ... 42

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data. ... 43

E. Teknik Analisa Data... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 45

B. Deskripsi Data ... 47

C.Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 63

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(10)

DAFTAR TABEL

1. Keadaan Guru Matematika Di MI Swasta Ciseeng Bogor………. 2. Kesulitan Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran………. 3. Sebab Kesulitan Dalam Merencanakan proses Pembelajaran………. 4. Kesulitan Dalam Melaksanakan proses pembelajaran……… 5. Sebab kesulitan Dalam Proses Pembelajaran……….. 6. Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa………. 7. Sebab Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa……….. 8. Supervisi Terhadap Guru Matematika……….


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Angket Guru……… 2. Pertanyaan Wawancara………. 3. Berita Acara Wawancara……… 4. Pengajuan Judul Skripsi………. 5. Pemohonan Dosen Pembimbing……… 6. Permohonan Riset……… 7. Surat Keterangan Penelitian………


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan kemajuan zaman, maka peningkatan pendidikan mutlak diperlukan untuk menyeimbangi kemajuan teknologi yang semakin pesat. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu.

Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidik sampai pada usaha peningkatan mutu pendidikan. Kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional, harus benar-benar dipikirkan karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.

"Pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepridiannya dengan jalan membina potensi-potesi pribadinya, yaitu rohani, (pikir, karsa, rasa, cipta, dan nurani) dan jasmani (panca indra serta


(13)

keterampilan)"1. Pendidikan menurut John Dewey adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang tua dengan pergaulan orang dewasa, mungkin juga terjadi secara sengaja dilembagakan menghasilkan kesinambungan sosial. Lebih lanjut Hamdani Ali mengatakan, " Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya".2

Pendidikan merupakan proses pembentukan sumber daya manusia sehingga manusia dapat mengembangkan dirinya baik itu berupa keimanan (religius) maupun sosial (etika) dalam masyarakat. Mengenai hal itu Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional bab II menjelaskan:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab "3

Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah guru. Posisi guru sesungguhnya tidak sekedar instrumen dalam sistem

1

Tim Dosen IKIP Malang,Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, ( malang : IKIP Malang,1978)

2

HB.Hamdani Ali,Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta:PN .Kota Kembang,1987), hal 8

3

DEPDIKNAS, Undang –Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 2003), Cet, ke-1, hal 3


(14)

pendidikan belaka, sama halnya dengan gedung sekolah, kurikulum, dan prasarana lainnya, tetapi guru juga merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Dengan demikian guru harus mempunyai kemampuan dalam mengajar dan menciptakan kondisi belajar yang lebih nyaman, asyik, santai tapi serius. Oleh karena itu guru harus memahami proses belajar, mengetahui psikologis siswa, dan mampu membangkitkan minat siswa agar mempunyai semangat yang besar dalam belajar.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditawarkan sejak pertama masuk sekolah, dengan demikian, belajar matematika sangatlah penting untuk membekali diri dalam belajar ilmu yang lain, khususnya pelajaran eksakta, apalagi peran matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui belajar matematika, siswa diharapkan memiliki :

1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, atau masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berfikir kritis, logis,


(15)

sistematis, obyektif, jujur, disipin dalam memandang dan, menyelesaikan masalah.4

Melihat tujuan tersebut, nampaklah bahwa matematika, sangat penting baik sebagai ilmu pengetahuan, maupun pembentuk sikap. Mengenai hal ini Maier mengatakan:

"Matematika demikianlah dikatakan tidak mengenai benda pemikiran tertentu yang mungkin menarik perhatian seseorang dan yang lain tidak, matematika lebih-lebih, manyangkut pikiran itu sendiri, karena itu pelajaran matematika tidak hanya diberikan dalam pendidikan tertentu yang bersangkutan dengan pekerjaannya dikemudian hari, melainkan juga dalam rangka pembentukan kepribadian, matematika mempunyai arti penting."5

Kegiatan pembelajaran matematika, memerlukan keterampilan khusus bagi guru untuk dapat menyalurkan ilmunya, guru yang tidak memahami matematika dengan luas, tidak mampu memberikan pelajaran itu dengan baik, sebab mengetahui yang tidak sempurna dapat menimbulkan pengertian dan pemahaman yang samar-samar kepada anak, mengacaukan pikiran mereka, dan dengan demikian menyulitkan hidup anak-anak dan akan memupuk sikap yang negatif terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.6

Guru merupakan komponen sistem pendidikan yang bersifat human resources. Maka banyak sekali perhatian yang seharusnya diberikan kepada guru agar ia mampu melaksanakan tugasnya dalam menciptakan suasana belajar yang

4

Kurikulum Berbasis Kompetensi, Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar, (Jakarta,2001)

5

Herman Maier, Kopendium Didaktif Matematika, (Bandung :Remaja karya, 1989), hal.6

6


(16)

baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Koran Jawa Pos edisi Senin, 17 Mei 2004, dari 70 responden pelajar dan mahasiswa di Jakarta, menunjukan bahwa tiga jawaban urutan teratas adalah guru dalam mengajar masih belum dapat dengan mudah difahami siswa, karena guru yang belum sepenuhnya menguasai materi, sikapnya yang kurang baik, dan susah diajak kompromi. Artinya, guru harus benar-benar memperhatikan hal itu sehingga dalam perjalanan pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa.

Tidak dapat dipungkiri, sampai sekarang matematika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan siswa, hal ini menjadi pekerjaan besar bagi guru untuk bisa menumbuhkan minat siswa dalam belajar matematika. Meskipun demikian, tapi itulah bagian dari cara peningkatan mutu pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, sebenarnya ada masalah penting yang harus menjadi perhatian bersama yakni kenapa pelajaran matematika menjadi pelajaran yang demikian sulitnya? Apakah siswa yang belum bisa memahaminya, ataukah justru guru yang tidak mampu memberikan formula dan inovasi dalam mengajar sehingga siswa menjadi jemu dan pada akhirnya akan sulit untuk menangkap apa yang diberikan guru.

Menurut Prof. Dr. Santoso Murwani dari Universitas Negeri Jakarta, bahwa pembelajaran matematika di sekolah merupakan persoalan kompleks, karena saling terkait, mulai dari faktor guru, murid, orang tua, bahan ajar, tujuan pembelajaran matematika sampai faktor kesejahteraan guru. Tetapi faktor sumber daya manusia atau guru masih harus menjadi perhatian bersama, karena


(17)

ia merupakan titik persoalan sebenarnya. Soal pembelajaran matematika lanjut Santoso sangat terkait dengan kemauan para guru dalam mengajar. Bukan tidak mungkin guru sebenarnya tahu konsep matematika, tetapi tetap malas mengajar. Karena mereka tidak mempunyai unsur segar, pintar dan benar. Segar dapat diartikan guru secara fisik dan fsikis tampil penuh siap untuk mengajar.7

Lebih lanjut Santoso mengatakan, tentang masih adanya orang tua atau murid yang mengeluhkan sulitnya pelajaran matematika, hal itu karena sebagian mereka dari awal sudah apriori terhadap pelajaran matematika, karena pada umumnya guru matematika bersikap angker. Akibatnya anak didik menilai matematika sebagai momok yang menakutkan. Sebab utama sebenarnya ada pada siswa yang belum sepenuhnya menguasai konsep dasar pelajaran matematika, sementara itu orang tua tidak mengerti karena pada pelajaran berhitung dahulu tidak ada konsep. Atau kemungkinan yang lain bisa jadi buku ajar yang terlalu dipaksakan kepada murid untuk dikuasai, padahal kemampuan setiap anak antar yang satu dengan yang lain berbeda. Kenyataannya tetap saja pembelajaran matematika masih menjadi pembelajaran yang rumit.

Dari berbagai persoalan tentang pembelajaran matematika, nampaknya posisi guru menjadi sentral. Hal ini juga disinyalir oleh Prof. Dr. Santoso Muwarni, yang menekankan keberhasilan pembelajaran matematika pada sumber daya manusia yaitu guru sebagai perancang proses pembelajaran. Guru juga sebagai motivator, pendidik, pembmbing yang mempunyai peran penting dalam

7


(18)

mengarahkan anak didiknya untuk mampu dan mengaktualisasikan dalam kehidupan nyata tentang pelajaran yang dapat di sekolah.8 Adanya kesan guru matematika umumnya angker menjadi krirtik tajam bagi guru matematika yang harus diperhatikan. Tetapi dalam kenyataannya, menurut Santoso, guru juga merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Kesulitan ini bisa saja datang dari dalam guru itu sendiri ketika mengajar maupun dari faktor lain di luar kelas.

Begitu penting peran guru matematika dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, penulis merasa tertantang sekaligus tertarik untuk mengkaji masalah ini dan mencari solusi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dan peminat masalah ini, dengan mengambil judul "Analisis Kesulitan Guru Matematika Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyyah Ciseeng Bogor."

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana cara mengatasi kesulitan guru dalam merencanakan proses pembelajaran untuk menentukan media pembelajaran dan mendesain ruang belajar ?

2. Hal-hal apa saja yang dilakukan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar siswa termotivasi untuk bertanya ?

8


(19)

3. Usaha apa saja yang dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi dengan siswa, agar siswa itu terangsang minatnya terhadap pelajaran matematika ?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarakan judul tersebut ada beberapa hal yang perlu penulis kemukakan sesuai dengan pembatasan masalah, yakni :

9. Kesulitan-kesulitan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran 10. Kesulitan-kesulitan yang dimaksud adalah yang terjadi ketika

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran berlangsung, misalnya:

a) Kesulitan dalam media pembelajaran dan mendesain ruang belajar. b) Kesulitan dalam berkomunikasi dengan siswa, untuk merangsang

minat siswa terhadap belajar matematika. c) Kesulitan dalam melaksanakan evaluasi.

Berdasarkan indikator di atas, maka rumusan masalahnya adalah "Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyyah Ciseeng Bogor."

D. Tujuan Penelitian


(20)

1. Mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang kesulitan guru matematika, terutama dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Memberikan sumbangan pikiran demi usaha peningkatan kualitas guru matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Ciseeng dalam melaksanakan pembelajaran

E.Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan antara lain:

1) Sebagai bahan informasi bagi para guru, khususnya dalam meningkatkan kualitas dan profesi.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam meningkatkan mutu guru dan pengangkatannya.

3) Sebagai bahan pertimbangan fakultas dalam memberikan mata kuliah tentang materi kependidikan.

4) Sebagai bahan dokumentasi penulis dalam menambah perbendaharaan pengetahuan dalam rangka memadukan ilmu pengetahuan teoritis dan empiris.


(21)

BAB II

ACUAN TEORITIK 1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematiaka

a. Pengertian matematika dan ruang lingkupnya

Matematika dikenal sebagai suatu ilmu yang abstrak, yang dapat dipandang sebagai instruktur untuk berfikir secara sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsisten. Sekalipun abstrak, berbagai konsep maupun teori matematika disusun berdasarkan berbagai fenomena nyata, atau dipicu oleh kebutuhan dalam memecahkan permasalahan dalam situasi nyata. Hal ini menjadi dasar mengapa matematika acapkali berperan besar dalam pengembangan berbagai bidang ilmu lain. Bahkan sering pula secara langsung menyelesaikan permasalahan nyata. Oleh karenanya, aspek teori yang abstrak dan aspek terapan matematika pada situasi nyata merupakan dua aspek yang sangat berhubungan erat.9

Matematika merupakan bahasa yang mampu menerjemahkan pengertian yang kita inginkan. Matematika juga yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial, maksudnya hanya dapat dimengerti setelah diketahui arti darinya. Tanpa itu, matematika hanyalah merupakan kumpulan rumus-rumus yang akan membuat orang jadi malas untuk bergelut dengannya. Matematikapun mengembangkan bahasa numerik, disamping bahasa sains, yang akan

9

Tim Penulis PEKERTI, Hakekat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PAU-PPAI), hal. 13


(22)

mengantarkan kita pada pengertian-pengertian kuantitatif. Karena sangat

pentingnya, matematika dapat memberikan makna tersendiri ketika orang membutuhkannya dalam menafsirkan secara eksak dari berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan.

Kata matematika yang berasal dari bahasa asing seperti mathematic(Inggris), mathematic (Jeman), Mathematique (Prancis), mathematic (Italy), matematiceski (Rusia) atau mathematick/Wiskunde (belanda) mempunyai arti sama dengan mathema yaitu "belajar atau hal yang dipelajari".10 Menurut Reys dkk (1984), seperti dikutip Russeffendi, matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan idea, peroses, dan penalaran. Terdiri atas 4 (empat) wawasan yang luas: aritmetika, aljabar, geometri, analisis.11 Sementara itu menurut Herman Hudoyo, matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran yang deduktif.12

Ada dua golongan pemikiran yang mempengaruhi ahli matematika. Golongan pertama berpendapat bahwa matematika itu tak ubahnya seperti hukum tertentu fisika di alam, ia ada di alam, sedangkan unsur-unsur dan hukum-hukum matematika telah ditemukan oleh ahli matematika, berbeda dengan

10

Badan Penelitian dan Bimbingan, KBK Mata Pelajaran Matematika SD (Jakarta: DEPDIKNAS, 2001), hal 148

11

E.T. Russeffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG (Bandung:Tarsito, 1980), hal.148

12


(23)

sebelumnya, karakter golongan kedua mengatakan bahwa matematika itu diciptakan oleh ahlinya. Matematika diibaratkan seperti karya seni, sebuah lukisan tidak mungkin ada sebelum seniman (dalam hal ini ahli matematika) menciptakannya.

Terlepas dari pengaruh yang mana ahli matematika berkomentar tentang definisi matematika, sesungguhnya mencari kesamaan dari masing-masing definisi tidaklah begitu sulit, karena mereka tertuju makna yang terangkum dalam ciri-ciri atau karakteristik matematika, disamping memang mereka melihatnya dari sudut pandang berbeda serta disiplin ilmu yang dikaji juga tidak sama, maka pantaslah kalau tidak ada kesepakatan tunggal tentang matematika.

Untuk lebih jelasnya berikut definisi-definisi menurut para ahli tentang matematika:

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis.

2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

4) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan .


(24)

6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan –aturan yang ketat.13

b. Pengertian belajar dan pembelajaran matematika.

Dalam proses pembelajaran, belajar mempunyai kedudukan yang penting, sebab melalui belajar akan berkembang tiga dasar hubungan manusia yaitu kemampuan berkomunikasi, dan kesadaran masyarakat, dan kesadaran lingkungan. Dengan belajar seseorang diharapkan mampu merubah tingkah lakunya melalui pengalaman yang ia dapatkan, baik dengan melihat orang lain, lingkungan maupun dengan diberi pelajaran oleh orang lain.

Menurut pendapat Kimble dan Garmezi bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman.14 Sedangkan Garry Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman –pengalaman dan latihan. Belajar merupakan kegiatan dinamis dimana siswa dapat berkembang secara aktif. Lebih lanjut Piaget menyatakan,"Pengetahuan dibangun dalam diri setiap orang melalui keterlibatannya secara aktif dengan orang lain."

Perkembangan intelektual, menurut Piaget, melalui empat priode yaitu :

13

R.Soedjadi, Kiat Pendidika matematika di Indonesia Konstalasi Keadaan Masa Depan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1999), hal.11

14


(25)

1. Priode sensorik motorik ( 0 - 2 tahun ) karakteristik ini merupakan gerakan –gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan.

2. Priode pra operasional ( 2 – 7 tahun), anak didalam berfkir tidak didasarkan pada keputusan yang logis melainkan didasarkan pada keputusan yang dapat dilihat seketika.

3. Priode operasi kongkrit ( 7 -11 tahun), pada priode ini berfikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek.

4. Priode operasi formal (11 tahun keatas), sudah mampu memberikan alasan dengan menggunakan lebih banyak simbol atau gagasan dalam cara berfikir.

Sementara itu, Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil apabila proses pengajaran diarahkan pada konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.15

Mengajar adalah peristiwa yang bertujuan, artinya mengajar adalah peristiwa yang terkait oleh tujuan, terarah pada tujuan yang dilaksanakan semata-mata uuntuk mencapai tujuan itu. Apabila yang dituju adalah titik C, maka dengan sendirinya proses pengajaran belum tercapai apabila yang dituju atau yang akan dicapai didalam kenyataan berubah ke titikA atau B. Dengan kata lain, taraf pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk praktis tentang sejauh mana interaksi edukatif itu harus dibawa untuk mencapai tujuan yang terakhir. Hal ini berlaku umum, baik dalam situasi keluarga maupun dalam situasi

kelompok-15


(26)

kelompok sosial seperti dalam organisasi dan sekolah.16 Dari pengertian tersebut terlihat bahwa mengajar haruslah mempunyai tujuan , tujuan mengajar secara umum agar peserta didik dapat merubah tingkah lakunya setelah menerima pelajaran dari seseorang.

Ada dua teori yang mendukung konsep pembelajaran yaitu teori belajar konvesional dan modern. Teori yang pertama mengatakan bahwa belajar adalah menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Bila siswa belajar, maka dirinya diibaratkan sebagai bejana kosong yang siap diisi ilmu sehingga penuh dengan berbagai ilmu pengetauan. Sehingga pendapat yang modern menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku sebelumnya ketika ada respon menghadapi situasi baru.17

Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.18 Menurut Arif Sadiman, bahwa pembelajaran lebih umum dari pengajaran. Ia mengatakan, pembelajaran bisa berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang kelas, sementara pengajaran terjadi jika guru dan murid sam-sama berada dalam ruang kelas. Senada dengan Arif, Corey melengkapi dengan menyatakan bahwa pembelajaran merupakan

16

Winarno Surakhmat, Metodologi pengajaran nasional, (Bandung: PN. Jemmars,1979)

17

Margaret E. Bell Gretler, Belajar dan Membelajarkan, terjemahan munandir, (Jakarta :Rajawali, 1986), hal.12

18

I Nyoman Sudan Degeng,Strategi Pembelajaran : Mengorganisasikan Isi Dan Model Elaborasi , ( Malang, 1997 ), hal 1


(27)

suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. (Miarso dan kawan-kawan, 1997). Pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar.19

Dari berbagai pengertian diatas nampaklah bahwa pembelajaran ditekankan bukan pada guru mengajar melainkan siswa belajar. Hal ini juga berlaku didalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika sendiri juga dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah ) yang memungkinkan siswa dapat belajar matematika di sekolah. Unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai perancang, proses-proes yang telah dirancang kemudian disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sebagai objek pembelajaran.

Menurut Demunth (1976) seperti dijelaskan Erman Suherman, membedakan konsepsi-konsepsi matematika berdasarkan falsafah mejadi :

1. Konsepsi bahwa pembelajaran matematika berorientasi pada matematika formal. Pengertian-pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok, vector, diperkenalkan dan dimasukkan dengan definisi dan dihubugkan satu sama lain dalam suatu sistem yang disusun secara deduktif.

19


(28)

2. Bahwa pembelajaran matematika berorientasi pada dunia sekeliling. Titik tolaknya adalah tema yang diambil dari jangkauan pengalaman belajarnya. Pelajaran bertugas mematematiskan sekelilingnya.

3. Konsep heuristik yaitu pembelajaran matematika sebagai sistem dimana pelajarnya dilatih untuk menemukan sesuatu secara mandiri.

4. Pembelajaran matematika berorientasi pada matematika sebagai alat. Dalam konsep ini kesiapan menjadi menonjol dan hanya digunakam sebagai kesiapan teknis.

c. Metode Pembelajaran Matematika

Seorang guru wajib membuat rencana pembelajaran sebelum melaksanakan kegiatan mengajar. Dalam rencana mengajar tersebut terdapat komponen-komponen, seperti, tujuan, materi, strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode dan media pembelajaran. Jadi, metode mengajar merupakan salah satu koponen yang perlu diperhatikan guru dalam perencanaan mengajar.20

Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu. Sedangkan metode mengajar adalah suatu cara yang direncanakan dan digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, sebelum menggunakan metode tersebut, seorang guru perlu terlebih dahulu mengetahui macam-macam metode lalu memilihnya berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan

20


(29)

menggunakannya bersama dengan komponen lain agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, jelaslah bahwa metode termasuk komponen yang penting21.

Metode mengajar yang diperlukan dalam pembelajaran matematika, diantaranya :

1. ceramah

Metode ini sering digunakan oleh kalangan guru pada umumnya, karena begitu mudah dijalankan. Dengan cara menyampaikan keterangan atau informasi secara lisan kepada pendengar, metode ini sudah dapat dikatakan berjalan. Karena lebih dikendalikan oleh penceramah yang mendominasi seluruh kegiatan maka komunikasi yang terjadi hanya satu arah, dari pusat (penceramah) ke pendengar (siswa).

2. Ekspositori

Metode ini lebih aktif dari pada metode ceramah, dimana guru memberikan bahan ajar dengan ceramah kemudian siswa membuat soal latihan dan bertanya jika terdapat penjelasan yang kurang dimengerti.

3. Demontrasi

Merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yaitu guru memberikan penjelasan sambil memperagakan atau memperlihatkan suatu proses kepada siswa, sedang siswa hanya melihat apa yang dikerjakan oleh guru.

21


(30)

4. Drill

Metode ini lebih mengedepankan pada kemampuan untuk cepat ingat dan bagaimana supaya mudah untuk hafalan. Fakta dasar operasi hitung, definisi, rumus, sifat, serta aplikasai-aplikasinya dan hal-hal lain yang tidak memerlukan prosedur pengerjaan pada materi yang diajarkan.

5. Latihan

Seperti ditulis Khoerunnisa dalam skripsinya, bahwa latihan berhubugan dengan algoritma, berhitung atau prosedur matematika serta terampil menggunakannya. Semakin banyak berlatih maka kesempurnaan penguasaan makin mudah diraih.

6. Tanya Jawab

Metode ini juga sering digunakan guru dalam menyampaikan materi, biasanya sebelum guru memulai dengan tanya jawab, terlebih dahulu guru memberikan apersepsi kepada siswa perihal materi yang akan dibahas, gunanya untuk merangsang siswa lebih aktif dalam menjawab masalah yang ada.

7. Penemuan (Discovery)

Metode pembelajaran yang mengusahakan agar setelah mengalami berbagai pengalaman siswa memungkinkan menemukan hal baru. Hal baru itu bisa berupa teorema, rumus, pola aturan dan lain sebagainya.


(31)

8. Permainan

Biasanya metode ini dilakukan sekolah tingkat dasar, tujuannya agar siswa tidak jemu dan bosan dalam belajar matematiak. Permainan dalam matematika adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang mapu menunjang tujuan pembelajaran matematika.

9. Pemberian tugas

Dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah, misalnya tugas membaca bahan materi yang akan disampaikan pada perteemuan berikutnya, tugas menjawab soal, tugas mencari rumus, dan tugas-tugas yang lain yang berhubungan dengan materi matematika, sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran matematika.

10.Laboratorium

Learning by Doing atau belajar dengan berbuat adalah sebuah perinsip yang diterapkan dalam metode ini. Oleh karenanya, tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan baik. Metode ini ditujukan supaya siswa dibimbing sehingga mampu menemukan fakta-fakta dalam matematika serta menerapkan pengetahuannya.

11.Kegiatan Lapangan

Dengan menggunakan metode ini, siswa dapat langsung mengalami dan melakukan suatu pekerjaan yang memanfaatkan hasil belajarnya, sehingga


(32)

siswa mengetahui secara langsung kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,bagaimana mengukur tinggi pohon, jarak, luas tanah, pembelian dan lain-lain.

12.Diskusi

Metode ini merupakan metode pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi antar guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Dengan diskusi, siswa menjadi lebih aktif dalam menyalurkan pendapatnya, sekaligus akan membawa siswa pada keterampilan berbicara di depan umum. Intinya, siswa dilatih untuk mengekspresikan pendapatnya dalam belajar matematika ketika guru memberikan suatu permasalahan.

d. Pendekatan Pembelajaran yang efektif

Dalam proses pembelajaran, suatu pendekatan tertentu sangat penting dilakukan untuk memberikan kosep atau prosedur yang dapat disalurkan dalam membahas pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Artinya, ketika sebuah proses pembelajaran mengabaikan pendekatan, maka tujuan pembelajaran sulit tercapai ataupun kalau hal ini dilakukan maka tujuan pembelajaran berhasil diraih secara tidak optimal. Pendekatan pembelajaran adalah suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.22 Jadi, pendekatan pembelajaran matematika merupakan suatu

22


(33)

konsep yang diperlukan untuk membahas pelajaran matematika agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai dengan maksimal.

Pendekatan pembelajaran yang efektif adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pebelajar. Pada saat ini telah ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada pebelajar. Dalam hal ini banyak pendekatan yang dapat dipelajari, diantaranya23 :

1. Pendekatan Spiral

Pendekatan spiral digunakan untuk membelajarkan konsep matematika. Pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan ini, suatu konsep tidak diajarkan dari awal hingga akhir secara tuntas dan berurutan dalam angka waktu tertentu. Pendekatan ini, juga dimulai dari yang sederhana, dari abstrak ke kongkrit, dari cara intuitif ke analisis, dari penyelidikan ke penguasaan. Suatu konsep diberikan secara sebagian-sebagian, berulang-ulang dalam selang waktu yang terpisah. Mula-mula konsep tersebut dikenalkan dengan cara dan dalam bentuk yang sederhana yang makin lama makin kompleks. Misalnya dalam pembelajaran konsep A, selang pertama dikenalkan dalam sebuah topik dengan cara intuitif melalui benda-benda kongkrit, nyata sesuai kemampuan siswa dan konsep A dinyatakan dengan notasi atau simbol yang sederhana . setelah selang waktu selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan konsep-konsep lain, misal konsep


(34)

B atau konsep C, mungkin konsep A yang sederhana itu digunakan dalam konsep B dan konsep C diselang-selang waktu yang terpisah. Selanjtnya, konsep A diajarkan lagi, yang semakin lama makin kompleks dan dalam bentuk yang lebih abstrak, yang akhirnya menggunakan notasi umum dalam matematika.

2. Pendekatan deduktif

Pendekatan deduktif sudah biasa dilakukan, maisalnya pemakaian teorema atau rumus untuk membuktikan atau menyelesaikan masalah. Pendekatan deduktif memerlukan waktu yang relatif singkat sehingga dapat lebih efisien, setiap kesimpulan yang diperoleh dijamin berlaku secara umum. Pendekatan pembelajaran ini menggnakan proses penalaran deduktif. Sehingga metode ini tidak layak digunakan dikalangan anak-anak. Karena terlalu sulit untuk bisa memahami. Pendekatan deduktif merupakan cara memetik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme.24

Contoh :

Premis mayor : P → Q

Premis minor : Q → R ___________________ Kesimpulan : P → R

24


(35)

3. Pendekatan Induktif

Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang prosedurnya menggunakan proses penalaran induktif. Dengan menggunakan contoh-contoh yang menuju pada satu rumus tertentu akan membawa siswa pada pengenalan sebuah teorema, dengan demikian pendekatan ini lebih cocok dan sesuai jika digunakan pada siswa-siswa tingkat rendah yang masih menggunakan rumus dalam menyelesaikan masalah matematika.

4. Pendekatan Intuitif

Sesuai dengan namanya, maka pendekatan ini lebih mengacu pada kemampuan memahami sesuatu hal tanpa harus mempelajari ( proses penalaran intuisi ), tetapi dikoneksikan dengan keadaan kongkrit sehari-hari, permainan, maupun masalah matematika yang menarik sehingga siswa lebih mudah untuk mengingat.

5. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic (RME).

Meskipun tergolong baru popular tiga tahun belakang, tetapi pendekatan ini cukup menggugah kalangan pendidik, khususnya pemerhati pendidikan matematika. Secara konseptual, sebenarnya pendekatan ini sudah sering digunakan oleh guru matematika, hanya saja popularitasnya kemudian baru ada dalam beberapa tahun terakir ini. Pendekatan pendidikan matematika realistis adalah pendekatan pembelajran matematik yang bertitik tolak pada hal nyata,


(36)

menghubungkan matematika dengan kehidupan nyata dan siswa biarkan menemukan diri tentang matematika. Lebih tegas lagi Zulkardi mengatakan,

"RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang 'real' bagi siswa, menekankan keterampilan 'proses of doing mathematices', berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri ( 'student inventing' sebagai kebalikan dari 'teacher telling' ) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator, sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan 'reasoningnya' melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain".25

Ada beberapa karakteristik yang terdapat dalam pendekatan ini, yaitu (1) penggunaan real konteks sebagai titik tolak belajar matematika; (2)

penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus , (3) mengaitkan sesama topik dalam matematika ; (4) penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika dan, (5) menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa.

e. Strategi Pembelajaran Matematika

25

Zulkardi, RME: Teori, Contoh Pembelajaran, dan Taman Belajar di Internet "makalah Seminar RME", (Bandung: UPI.bandung, 2001).hal 1


(37)

Guru sebaiknya memahami strategi pembelajaran matematika yang cocok dan mampu menerapkannnya dalam peraktek mengajar di kelas, sehingga siswa dapat pelajaran matematika dengan baik. Menurut Roth Well, seperti ditulis Drs. H. Muhammad Ali Hamzah, mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan langkah selanjutnya dari proses desain pembelajaran atau bagaimanakah caranya menuju ke proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah serangkaian kejadian eksternal bagi siswa yang dirancang unutk meningkatkan proses internal dalam belajar. Sementara itu, Miarso menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum, pembelajaran yang dijabarkan dari teori belajar tertentu.26

Suharsimi Arikunto27 membagi strategi pembelajaran menjadi dua tahap yaitu :

1. Tahap sebelum siswa masuk kelas. Disebut juga tahap persiapan atau precondition.

2. Tahap saat siswa masuk kelas. Tahap ini dilakukan didalam kelas dan disebut sebagai operating prosedurs.

Mengenai strategi mana yang akan dipilih, sebaiknya didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut28 :

26

Yusuf hadi Miarso, Monograf Tehnik Pembelajaran, (Jakarta: DepDikBud, 1993),hal 5

27

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa ( Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000),

28


(38)

a) Tujuan belajar, jenis, dan jenjang

b) Sifat kedalaman dari banyaknya isi ajaran c) Latar belakang, motivasi, dan kondisi siswa d) Jumlah, kualifikasi, kompetensi tenaga pengajar e) Lama dan jadwal

f) Sarana yang dapat dimanfaatkan dan biaya

2. Tinjauan tentang guru

a. Pengertian guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia anak dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, guru juga sebagai agen pembelajaran (learning agent) yaitu sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.29

Dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya komunikasi yang tepat agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai degan baik. Adanya tujuan pembelajaran itu, menjadikan possisi guru dalam proses pebelajaran mempunyai peran penting. Guru sebagaimana telah diketahui secara popular berarti orang yang pekerjaannya mengajar. Namun demikian, arti guru dikalangan para ahli juga berbeda meskipun merujuk pada satu pengertian tunggal. Menurut

29


(39)

pandangan tradisional guru adalah orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.30

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, baik mengajar bidang studi ataupun mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada orang lain yang diharapkan orang yang diajar dapat mengerti dan mampu melaksanakannya. Jadi, yang dimaksud guru matematika adalah guru yang mengajarkan matematika yang diarapkan siswa dapat memahami konsep matematika dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jabatan guru adalah jabatan propesional karena tidak semua orang dapat melaksanakan tugas keguruan dengan baik kecuali orang yang telah disiapkan melalui pendidikan untuk guru. Ketidakmampuan dasar yaitu proesional, intelektual, dedikasi sosial, hendaknya dimiliki oleh guru sehingga ia mampu mendidik, baik dikalangan keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru memiliki peran sebagai pengajar dan pendidik murid, di rumah guru sebagai orang tua, dan di masyarakat guru berperan sebagai tokoh masyarakat yang mencerminkan kepribadian yang baik, sehingga perilaku dan gerak-geriknya dapat menjadi contoh bagi lingkungan sekitar.

Tidak semua orang dapat menjadi guru dengan mudah, apalagi menjadi guru matematika yang harus mempunyai keterampilan tersendiri. Matematika

30


(40)

sebagai ilmu pengetahuan abstrak, menuntut adanya penyampai pesan ( guru matematik ) yang mampu mengkondisika keadaan belajar lebih rilek dan pengetahuan matematika yang memadai. Hal ini dilakukan agar materi matematika benar-benar tersalurkan dan tidak menimbulkan pengertian ganda dikalangan siswa. Sutrisman murtadho.31 Mengatakn bahwa guru matematika harus mengetahui sifat dan dasar dari subyek yang akan, walaupun subyek ini kurang sempurna. Guru matematika, lanjut Sutrisman merupakan pengabdi dan pemikir-pemikir yang telah mengetahui kelemahan dan kekuatan matematika akan melatih kesabarannya untuk menolong murid supaya mawas diri dan mengerti apa yang di maksud konsep yang jelas.

Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini adalah32:

1. Guru tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan, seminar, lokakarya, dan kegiatan sejenisnya. Guru jangan terjebak pada aktifitas dating, mengajar, pulang, begitu berulang-ulang sehingga lupa mengembangkan potensi secara maksimal.

2. Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) yang

31

" Sutrisman murtadho. Dan Drs.Tambunan

32

Kunandar, S. Pd., M. Si. Guru professional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru ( Jakarta :PT Rajagrafindo Persada, 2008) Hal. 42.


(41)

dapat menggairahkan motivasi belajar peserta didik. Guru harus menguasai berbagai macam strategi dan pendekatan serta model pembelajaran sehingga proses belajar-mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan.

3. Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri, dan kreatif dalam proses belajar mengajar.

4. Guru mampu memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang bervariasi.

5. Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi yang menyenangkan.

6. Guru mengikuti pekembangan ilmu pengetehuan dan teknologi yang mutakhir sehingga memiliki wawasan yang luas dan tidak tertinggal dengan informasi terkini.

7. Guru mampu menjadi teladan bagi pserta didik dan masyarakat luas dengan selalu menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji dan mempunyai integritas yang tinggi.

8. Guru mempunyai visi kedepan dan mapu membaca tantangan zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tak menentu yang membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik.


(42)

b. Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran Matematika

Guru bukan semata-mata sebagai pengajar ( transfer of knowledge ), bukan juga sekedar pendidik ( transfer of Values ), tetapi ia juga pendukung norma. Ia tidak hanya menunjuk atau mengambil nilai-nilai atau norma-norma itu untuk kemudian diberikan pada anak. Tetapi norma atau nilai itu sebelum diberikan kepada anak harus sudah menjadi miliknya. Norma-norma itu harus sudah meresap dalam sanubari guru Norma-norma itu harus merupakan sebagian isi dari kepribadiannya yang memanisfestasikan diri sebagai tingkah laku yang jujur, luhur, dan terpuji. Surackhmad (1990) memberikan gambaran tentang posisi guru dengan mengatakan.

"Dalam masyarakat yang sebagian besar memandang tugas sekolah adalah mengajarkan yang penting dan berguna yang oleh masyarakat dianggap wajar diterima sebagai kebenaran umum, sebenarnya berarti meletakan kepercayaan tersebut pada falsafah dari masing-masing guru secara individual, karena segala kegiatan yang dijalankan adalah kegitan yang ditetapkan oleh guru dan menjadi tanggung jawab professional dari guru itu sendiri"33

Strategisnya peranan guru dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dapat difahami dari hakekat guru yang selama ini dijadikan sebagai asumsi pragmati pendidikan guru. Yang dimaksud disini adalah asumsi-asumsi yang

33


(43)

dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan program pendidikan guru. Asumsi-asumsi itu adalah bahwa guru :

1) Agen pembaharuan

2) Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subyek didik untuk belajar.

3) Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik. 4) Ditutnut menjadi contoh subjek didik.

5) Bertangung jawab secara profesional untuk meningkatkan kemampuannya. 6) Menjunjung tinggi kode etik

Guru sebagai salah satu perancang kegiatan dalam pembelajaran matematika tentunya harus merujuk pada penciptaan atau penataan kondisi dan situasi lingkungan kelas yang mengarah pada terciptanya suasana yang optimal bagi siswa. Pada umumnya pembelajaran matematika dikatakan berhasil jika siswa dapat belajar secara optimal dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dapat difahami , bahwa guru adalah unsur manusiawi, antara yang satu dengan yang lain berbeda baik sisi pengalaman, kemampuan, maupun falsafah hidupnya dengan segala keterbatasannya. Hal ini mendasari adanya perbedaan karakter dari masing-masing guru. Namun demikian, perbedaan itu justru akan membawa pada kesempurnaan guru yang saling melengkapi dan saling memberi masukan antara guru yang satu dengan yang lain.

Dalam pandangan sosoiologi, proses pembelajaran merupakan proses sosialisasi dalam lingkungan sekup kecil yang merupakan bagian dari sekup yang


(44)

lebih luas yaitu pendidikan. Ini berarti, guru harus memandang siswa, kelas dan sekolah sebagai masyarakat kecil yang mempunyai norma-norma tertentu, dimana guru adalah bagian dari masyarakat tadi. Semakin beragamnya pengetauan siswa, dengan demikian proses pembelajaran perlu beragam pendekatan, metode, maupun strateginya. Hendaknya disadari bahwa suatu pelajaran matematika yang dirancang oleh guru tidak dapat menjamin keberhasilan pembelajaran matematika. Yang terpenting bagi guru matematika adalah bagaimana menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih baik, penuh kasih sayang, dan mudah diajak kompromi, sehingga siswa tidak merasa takut dengan guru tersebut.

Secara rinci tugas guru terpusat pada teoerama pendidikan anak yang menitikberatkan memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek, kedua memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, dan ketiga membantu perkembangan aspek-aspek pribadi, seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.

Dengan profesionalisme guru, maka guru masa depan tidak lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning manager). Sebagai pelatih, seorang guru akan berperan seperti pelatih olah raga. Ia mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswanya untuk mencapai prestasi setinggin-tingginya, dan membantu siswa menghargai nilai belajar dan pengetahuan. Sebagai pembimbing atau konselor, guru akan berperan


(45)

sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hornat dan keakraban dari siswa. Sebagai manajer belajar, guru akan membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan ketiga peran guru ini, maka diharapkan para siswa mampu mengembangkan potensi diri masing-masing. Mengembangkan kreatifitas, dan mendorong adanya keilmuan dan teknologi yang inovatif sehingga para siswa mampu bersaing dengan masyarakat global.

Sementara iru, sikap dan sifat guru yang baik adalah (1) bersikap adil; (2) percaya dan suka kepada murid-muridnya; (3) sabar dan rela berkorban; (4) memiliki wibawa di hadapan pserta didik; (5) penggembira; (6) bersikap baik terhadap guru-guru lainnya; (7) bersikap baik terhadap masyarakat; (8) benar-benar menguasai mata pelajarannya; (9) suka dengan mata pelajaran yang diberikannya; dan (10) berpengetahuan luas (Ngalim Purwanto, 2002).34

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar

Setiap kegiatan, baik yang dilakukuan oleh kelompok maupun individu, inistitusi atau perorangan pasti ingin hasil yang diraih maksimal. Tak ragu lagi, berbagai carapun dilakukan untuk menunjang kegiatan itu dan demi menghasilkan yang diharapkan. Begitu pula seorang guru yang mempunyai tugas untuk mengajar dan Ia akan melaksanakan tugas semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar

34


(46)

sekali untuk mendidik siwa agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan menjadi pribadi paripurna sehingga mampu menerapkan ilmu yang diperoleh ketika dirumah dan masyarakat . Hasil belajar yang diharapkan tercapai, diantaranya dipengaruhi oleh kualitas pengajar dan kemampuan siswa sendiri.

Untuk dapat memperoleh kualitas pembelajaran yang baik, guru harus bisa memperhatikan petunjuk dan perencanaan dalam menyampaikan pelajaran. Seorang guru harus bisa melayani perbedaan individual siswa, memotivasinya, membimbing, serta mampu mencari buku ajar yang cocok dan mudah dipelajari siswa. Seorang guru juga harus mempertimbangkan taraf berfikir siswa. Karena setiap siswa antara yang satu dengan yang lain berbeda, guru harus menyiapkan langkah-langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Persiapan ini penting untuk diperhatikan guru sebelum mulai mengajar.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:35 a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan seni;

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar

35


(47)

belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peseta didik dalam pembelajaran;

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang–undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Salah satu fungsi guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan , dan sikap dengan kemampuan. Dalam hal ini, tugas

guru adalah menawarkan dan mengorganisasikan keterampilan dalam mengatur metode-metode, alat peraga, buku-buku, dan lain sebagainnya.

Untuk dapat memperoleh pengajaran dan pendidikan yang baik, guru perlu mengetahui adanya tehnologi pendidikan. Tehnologi pendidikan mencakup setiap kemungkinan sarana yang dapat digunakan untuk menyajikan infomasi. Hal ini berhubungan dengan alat-alat yang dipakai dalam pendidikan dan latihan – latihan seperti TV, laboratorium, dan sebagainya. Dalam teknologi pendidikan terdapat cara pendidikan yang dilakukan oleh manusia, dengan mempunyai prosedur, gagasan, dan peralatan-peralatan yang mepunyai tujuan agar mencapai hasil pendidikan maupun pengajaran yang baik. Rumusan teknologi pendidikan membentuk sebuah teori karena telah memenuhi kriteria adanya penomena penguraian dan penjelasan, pengintisarian, orientasi, sistematisasi, identifikasi,


(48)

keputusan, menciptakan strategi-strategi untuk penelitian, peramalan, dan adanya suatu asas-asas atau prinsip-prinsip. 36

Teknologi pendidikan merupakan satu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan, yang memandang soal belajar dan mengajar sebagai masalah yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiyah. Penerapan teknologi pendidikan perlu karena dapat membantu dan mempermudah guru dalam mencapai tujuan khusus intruksional secara efektif dan efisien, mempermudah siswa menangkap pelajaran memperkaya pengalaman belajar, setra membantu memperluas cakrawala pengetahuan mereka, dan instimulasi mengembangkan pribadi serta profesi dari para guru dalam usahanya mempertinggi mutu pengajarannya di sekolah.37

Penilaian pendidikan tidak hanya dimaksudkan kepada tujuan- tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga diarahkan kepada pengkajian terhadap komponen pendidikan serta untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi isiswa. Ada tiga ruang lingkup yang menjadi sasaran pokok dalam penilaian, yaitu:

(1)Program pendidikan (2)Proses belajar mengajar (3)Hasil-hasil belajar38

36

Pred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan , ( Jakarta: PN. Erlangga,1988), hal 3

37

Soedjono Trino, Pengembangan Pendidikan, (Bandung :PN. Remadja Karya, 1986)hal 151

38


(49)

Penilaian program pendidikan meliputi program pendidikan, isi program, pelaksanaan program, lingkungan pendidikan, dan saran. Penilaian program belajar mengajar menyangkut penilaian kegiatan guru, kegiatan siswa, pola inertaksi antar guru dan siswa, terlaksanya program belajar mengajar. Adanya penilaian dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengetahui pencapaian hasil suatu kegiatan. Apabila kegiatan itu kurang berhasil maka akan mudah mencari usaha peningkatannya. Demikian juga dalam kegiatan pembelajran, dengan adanya penilaian tersebut maka dapat diketahui kelemahan-kelemahannya atau keberhasilanya. Secara umum, yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi ;

a. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam guru sendiri

b. Faktror eksternal, yaitu yang timbul dari luar antara lain, sarana dan prasarana pendidikan, kondisi lembaga yang bersangkutan, dan faktor lain yang menunjang dalam peningkatan pembelajaran.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah :

1) Faktor guru

Guru sebagai pemegang kendali, mempunyai peran penting dalam menunjang keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. Ia yang merencanakan pengajaran, evaluator, menerapkan metode dan menciptakan kondisi belajar. Hubungan baiknya dengan siswa akan dapat membantu keberhasilannya.


(50)

2) Faktor profesi guru

Profesi penting untuk menjadi pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran bidang studi tertentu. Karena guru tanpa mengindahkan pekerjaannya sebagai tenaga professional akan membuat anak didik bisa salah faham. Sehingga mengganggu dalam pencapaian keberhasilannya.

3) Bahan pelajaran

Bahan pelajaran adalah hal yang esensi dalam interaksi pendidikan, karena pada dasarnya proses pembelajaran adalah menyampaikan pesan pelajaran kepada siswa.

4) Metode mengajar

Penyajian bahan pelajaran tersalurkan dengan baik jika menggunakan metode mengajar yang tepat, sebaliknya pelajaran tidak akan berhasil dengan baik jika metode yang dilaksanakn kurang tepat. Jadi dalam proses pembelajaran perlu menggunakan metode yang tepat agar pelaksaan kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan memuaskan.

5) Sarana belajar mengajar

Saran belajar akan sangat menunjang dalam pelaksaan kegiatan belajar mengajar dan bisa membangkitkan semangat anak didik.


(51)

Suasana yang mnyenangkan akan dapat membantu dan mengakifkan proses pembelajaran, sebaliknya jika suasana kurang kondusif akan menghambat jalannya proses pembelajaran.

7) Kondisi masyarakat

Kondisi masyarakat dimaksud disisni adalah lingkungan dimana proses pembelajaran itu berlangsung

8) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran harus disadari betul-betul oleh seorang guru sebelum melaksanakan pembelajaran Dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan dan diarahkan pada tujuan yang telah dirumuskan.

9) Faktor siswa

Sebagaimana diketahui, proses pembelajaran merupaan hubungan edukatif antar guru dan siswa, sehingga tanpa siswa sebuah pembelajaran tidak akan pernah berlangsung. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran melibatkan siswa dan akan mempengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Adapun ciri-ciri pembelajaran yang berhasil diantaranya :


(52)

(b)Makin tinggi kegiatan belajar siswa

(c) Makin tinggi peluang berhasilnya pembelajaran.39

39


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 Juli-15 Agustus 2008, dan bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Ciseeng yang menjadi sampel penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis adalah deskriptif analisis, yaitu menganalisa data-data dan informasi yang didapat dari hasil penelitian untuk kemudian diinterpretasi sesuai dengan kenyataannya.

C.Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, penulis mengambil populasi semua guru matematika Madrasah Ibtidaiyah swasta di Ciseeng, yang berdasarkan data penulis dari Kandepag Kab. Bogor pada tahun 2003, ada 10 Madrasah Ibtidaiyah. Dengan mengadakan wawancara dari beberapa guru di Madrasah tersebut.Sampel diambil sebanyak 20 orang guru.

D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data lapangan, penulis menggunakan metode : 1) Wawancara

Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah dengan membuat pedoman terlebih dahulu sebagai pedoman dalam melaksanakan


(54)

wawancara, sehingga dapat dilaksanakan secara sistematis dan terarah. Sasaran isi wawancara menyangkut pengawasan pelaksanaan pembelajaran matematika, upaya-upaya yang dilakukan untuk peningkatan mutu guru sekaligus langkah apa yang dilakukan agar guru matematika manjadi guru professional.

2) Angket

Merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden melalui prosedur membuat item pertanyaan terlebih dahulu. Angket yang penulis gunakan adalah angket terbuka, yang berkaitan dengan kesulitan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran, dengan respoden yang sebenarnya.

D.Teknik Analisis Data

Pada dasarnya data yang diperoleh penulis baik dari wawancara maupun angket berupa data mentah, yang kemudian penulis peroleh melalui beberapa teknik yaitu :

1) Kategorisasi

Agar lebih mudah untuk dianalisis, data yang diperoleh penulis baik dari wawancara maupun angket kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Masing-masing kategori merupakan data yang mempunyai kesamaan maksud. Kategorisasi dilakukan berdasarkan metode yang sering digunakan, strategi pembelajaran, kesulitan guru, sebab, dan cara mengatasinya.


(55)

2) Perhitungan

Setelah data dikategorisasi, penulis melakukan pengolahan data dan perhitungan dengan menggunakan rumus statistik prosentasi :

P = F x 100%, dengan P = Prosentasi Jawaban N

F = Frekuensi Jawaban Responden N = Banyaknya responden

100% = Bilangan tetap konstan

Setelah data dihitung melalui rumus statistik, kemudian dilakukan analisis dengan triangulasi. Triangulasi dimaksudkan untuk membandingkan jawaban angket dan jawaban wawancara. Perbandingan ini dilakukan sebagai penguat jawaban angket sekaligus mencari sebab kesulitan yang dialami guru. Dengan begitu analisis yang penulis lakukan bukan hanya mencari kesulitan guru matematika secara kuantitas (jumlah) tetapi juga kualitas (sebab terjadi) serta solusi bagi kesulitan itu.

BAB IV


(56)

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta Ciseeng Bogor yang menjadi obyek penelitian ada 11 Madrasah, yaitu MI Taufiqul Athfal, MI Mathlaul Anwar, MI Tho’amul Athfal, MI Nurul Islamiyah Cilangkap, MI Nurul Islamiyah Nyalawati, MI Nurul Islamiyah Babakan, MI Nurul Iman Babakan, MI Al-Irsyadiyah, MI Nurul Huda, MI Raudhatul Athfal dan MI Al-Manar. Adapun Guru matematika yang menjadi responden berjumlah 20 guru, masing-masing tersebar di 11 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta Ciseeng Bogor. Untuk lebih jelasnya berikut tabel keadaan guru matematika.

Tabel 1

Keadaan guru matematika di MI Swasta Ciseeng Bogor


(57)

Mengajar Bidang Studi lain Mengajar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T L L P P L L L P L P L P P L P P L P L P S1 Matematika S1 Matematika S1 PAI D2 PGSD S1 PAI S1 Ekonomi S1 PAI D2 PGSD Masih Kuliah Masih Kuliah Masih Kuliah S1 PAI D2 PGSD Masih Kuliah D2 PGSD Masih Kuliah S1 PAI Masih Kuliah Masih Kuliah Masih Kuliah 2 2 4 4 3 2 2 4 1 4 1 3 3 1 4 1 3 3 2 3 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak 15 Tahun 15 Tahun 3 Tahun 3 Tahun 5 Tahun 1 Tahun 14 Tahun 12 Tahun 12 Tahun 11 Tahun 8 Tahun 7 Tahun 4 Tahun 4 Tahun 4 Tahun 3 Tahun 2 Tahun 2 Tahun 2 Tahun 1 Tahun

Dari tabel 1 menjelaskan, sebagian besar guru matematika mengajar di lebih dari satu tempat. Adapun guru matematika yang juga mengajar pelajaran lain hanya 30 %, selebihnya berkonsentrasi pada pelajaran


(58)

matematika sebagai bidangnya. Dapat dikatakan bahwa guru matematika di MI Swasta Ciseeng Bogor bukan merupakan lulusan sarjana pendidikan matematika.

B.Deskripsi Data

1. Kesulitan Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran

Menjadi guru matematika yang profesional dapat dilihat dari persiapannya merencanakan proses pembelajaran dengan baik. Dalam merencanakan proses pembelajaran, seorang guru matematika harus bisa membuat peta tentang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fakta membuktikan bahwa salah satu kesulitan guru matematika adalah ketika merencanakan proses pembelajaran. Lebih detail, tabel berikut akan menjelaskan gambarannya.

Tabel 2

Kesulitan Guru Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran Matematika


(59)

(%) 1 Membuat satuan

pelajaran

Kurang faham cara membuat satpel

1 5

2 Mendesain ruang belajar

Siswa telalu banyak ,ruangan terlalu kecil

4 20

3 Menentukan media pembelajaran

Tidk terjangkau siswa

Terbatasnya saran prasarana

8 40

4 Menetukan prosedur penilaian

Nilai untuk siswa yang lemah

2 10

5 Menentukan buku matematika pegangan sebagai sumber

Daya serap anak berbeda

Berubahnya kurikulum

1 5

6

Menentukan metode mengajar

Tingkat intelegensi berbeda

1 5

7

Tidak ada kesulitan 3 15

Jumlah 20 100

Dari data tabel 2 di atas menunjukkan bahwa menentukan media pembelajaran merupakan kesulitan terbanyak yang dialami guru matematika. Hal ini terjadi karena terbatasnya sarana prasarana yang disediakan sekolah untuk menunjang proses pembelajaran ( sebab ini mendapat jawaban terbanyak dari


(60)

responden), disamping itu kesulitan tersebut juga karena media yang harganya tidak terjangkau oleh siswa ( lihat tabel 3). Posisi kedua dan ketiga dari kesulitan dalam merencanakan proses pembelajaran berturut-turut adalah mendesain ruang belajar dan menentukan prosedur penelitian, kedua kesulitan ini disebabkan siswa dalam satu kelas yang terlalu banyak, ruang kelas kecil, dan nilai siswa yang relatif rendah. Sementara itu, membuat satuan pelajaran, menentukan buku matematika pegangan sebagai sumber, dan menentukan metode mengajar, masing-masing hanya 5% dari responden, artinya sedikit sekali guru matematika yang mengalami kesulitan itu. Tentang penyebab kesulitan yang terakhir ini dapat dilihat pada tabel 3.

Di samping guru matematika yang mengalami kesulitan di atas, ada juga guru yang tidak mengalami kesulitan. Guru matematika yang tidak mengalami kesulitan jumlahnya relatif lebih kecil dibandingkan jumlah guru yang mengalami kesulitan. Pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru matematika mengalami kesulitan dalam merencanakan proses pembelajaran, meski kesulitannya berbeda-beda.

2. Kesulitan Dalam Melaksanakan Proses Pemebelajaran

Dari penelitian yang dilakukan penulis, berikut data tentang kesulitan yang sering dialami guru matematika dalam melaksanankn pembelajaran


(61)

Tabel 3

Sebab Kesulitan Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran

Tabel 3 menunjukkan bahwa kesulitan yang paling sering dialamai guru matematika adalah merangsang respon dan memotivasi siswa bertanya tentang materi yang telah disampaikan, kenyataan ini begitu tinggi karena ada 60 % responden menjawab hal itu. Adapun kesulitan kedua adalah mengatur waktu belajar yang direncanakan, disusul dengan mempraktekkan metode mengajar dan

No Kesulitan Sebab Jumlah

Prose ntase ( % ) 1 2 3 4 Memperaktekkan Metode Respon dan Memotivasi Siswa untuk Bertanya

Alokasi Waktu Belajar Mengetahui Kemampuan Siswa Yang Berbeda

Kurang alat peraga Tidak menguasai dasar matematika

Kurang minat terhadap matematika

Siswa malu dan takut Materi terlalu banyak Banyaknya siswa dalam 1 kelas Bekerjasama dalam menjawab soal 2 5 4 4 3 1 1 10 25 20 20 15 5 5


(62)

mengetahui kemampuan siswa yang berbeda-beda di posisi ketiga dengan jumlah jawaban responden sama. Mengenai kesulitan dalam menjelaskan materi, data yang diperoleh penulis hanya 5%, prosentase ini cukup kecil meskipun tidak dapat dikatakan bahwa semua guru matematika mudah dalam menjelaskan materi, karena kemudahan itu hanya dapat dilihat ketika siswa bisa memahami apa yang diajarkan guru.

Berbicara masalah materi dan bagaimana menjelaskan materi itu dengan baik begitu sulit, karena orang yang menguasai materi belum tentu dapat menjelaskan dengan baik isi materi itu dan orang yang bisa menjelaskan materi dengan baik terkadang belum menguasai materi sepenuhnya. Idealnya, guru metematika (dan juga guru lain ) harus bisa menguasai materi dan bisa menyajikan materi itu dengan baik.

Adanya kesulitan yang terjadi di atas bukanlah sesuatu yang harus dipungkiri, semuanya harus dicari solusi guna meningkatkan kualitas dalam mengajar dan menjadi guru yang sesuai profesi.

Pada tabel berikutnya ( tabel 3 ), dapat memperlihatkan bahwa tidak menguasai konsep dasar matematika, kurang minat terhadap matematika, dan siswa merasa malu dan takut menjadi sebab pokok kurangnya respon dan motivasi siswa untuk bertanya. Tentang guru matematika mengalami kesulitan dalam mengatur waktu yang telah direncanakan, semua responden menjawab karena materi matematika terlalu banyak sedangkan menjelaskan materi matematika butuh waktu lama untuk bisa cepat dipahami siswa.


(63)

60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

Del LP CT ET DiT

P ro s e n ta s e J a w a b a n

Lain halnya untuk mempraktekkan metode mengajar, meski hamper semua responden tidak mengalami kesulitan ini, ada juga guru matematika yang mengeluh karena kurangnya alat peraga untuk materi matematika tertentu, sehingga mereka harus berusaha memanfaatkan alat-alat disekitarnya sebagai penunjang proses pembelajaran. Sedikitnya guru matematika yang mengalami kesuliatan dalam mempraktekkan metode mengajar karena sebagian besar menggunakan metode yang mudah dan lebih efisien untuk mengajar tanpa harus menggunakan alat peraga. Hasil dari metode yang sering digunakan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran nampak pada diagram berikut .

Del: Demontrasi dan Latihan

LP : Latihan dan Penugasan

CT: Ceramah dan Tanya jawab

ET: Ekspositori dan Tanya jawab

DiT : Diskusi dan Tanya jawab

Adapun kesulitan dalam mengetahui kemampuan siswa yang berbeda menurut 5 % responden ( Tabel 5 ) karena jumlah siswa yang terlalu banyak. Dengan prosentase yang sama juga, perbedaan kemampuan siswa sulit diketahui karena seringnya kerjasama dalam menjawab soal. Untuk masalah ini guru matematika memberikan banyak soal latihan yang bervariasi sebagai caranya untuk mengetahui kemampuan siswa yang berbeda. Dari data pada tabel 5 juga, meski jumlahnya sedikit, ada juga guru yang kurang menguasai materi sehingga


(64)

ketika menjelaskan kepada siswa mengalami kesulitan. Dengan memperhatikan data yang ada, secara umum semua responden mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran dan kesulitan terbanyak ada pada respon dan memotivasi siswa untuk bertanya.

3. Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa

Anggapan guru matematika “ galak “ dan “ Menakutkan “ bagi siswa sehingga menampakkan matematika merupakan pelajaran yang sulit menjadi hal yang harus diperhatikan. Persoalan yang terpenting adalah bagaimana supaya siswa senang dan nyaman ketika belajar matematika. Komunikasi merupakan salah satu jawaban agar siswa bisa lebih menghargai guru tanpa ada perasaan takut dan terpaksa.

Tabel 4

Sebab Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa

No Kesulitan Sebab Jumlah Prosentase


(65)

1 2 3 4 Membantu menumbuhkan

kepercayaan diri siswa Merangsang minat siswa

Menumbuhkan sikap positif

Terhadap matematika Tidak ada kesulitan

Tidak bisa

matematika dan takut salah Matematika sulit, tidak menarik Siswa susah memahami 5 12 1 2 25 60 5 10

Jumlah 20 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar guru matematika mengalami kesulitan dalam merangsang minat siswa terhadap pelajaran matematika, karena matematika oleh kebanyakan siswa dianggap sulit dan tidak menarik.

Kesulitan berikutnya adalah membantu menumbuhkan kepercayaan diri siswa, penyebabnya karena siswa merasa tidak bisa dan takut salah jika mengerjakan soal, kesulitan ini mendapat jumlah yang cukup banyak karena ada 25% dari responden menjawabnya. Menumbuhkan sikap positif terhadap matematika tidaklah sulit bagi sebagian besar guru matematika karena dalam setiap pelajaran matematika selalu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari – hari.

Berbagai kesulitan guru matematika menurut analisis di atas sudah menjadi perhatian juga bagi Kepala Sekolah dalam meningkatkan cara kerja dan


(66)

mutu guru. Dari hasil wawancara dengan beberapa Kepala Sekolah ada jawaban 100% responden selalu memotivasi guru matematika untuk meningkatkan kinerjanya, menyarankan ikut program MGMP, dan selalu diskusi dengan teman sejawatnya. Meskipun, hanya sedikit sekali Kepala Sekolah yang membedakan perhatian terhadap guru matematika dan guru lain, tetapi peran supervisor yang dilakukannya cukup bagus dari hasil wawancara tergambar sebagai berikut.

Tabel 5

Supervisi Terhadap Guru

No Program Supervisi Jumlah Prosentase

1 2 3 4

Bulanan Semester Tahunan

Bulanan dan Semester

2 2 1 5

20 20 10 50

Jumlah 10 100

C.Pembahasan

Penafsiran data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data hasil temuan yang merupakan proposisi, kemudian dihubungkan dengan kajian pustaka maupun hasil penelitian lain yang relevan dengan rumusan proposisi tersebut. Pembahasan temuan yang dimaksud adalah :


(1)

BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 11 Agustus 2008 Waktu : 11.15 WIB

Interview : Basri AM. Pd Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?

Di sekolah tetap harus disiplin, baik untuk gurui atau siswa…

Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar?

Ya… mengawasi dari luar, apakah sudah bagus atau belum..

Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika?

Kita punya tanggumng jawab terhadap perintah terlebih Allah SWT…

Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?

Harus punya skill matematika

Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas?

Mungkin pendekatan sih…artinya semua langkah-langkah harus berjalan..

Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan?

Ya…benar-benar mau membaca skill siswa sejauhmana dia harus mempunyai persiapan yang bagus…


(2)

mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa?

Perhatian sama saja

Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran?


(3)

BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Selasa 12 Agustus 2008 Waktu : 10.00 WIB

Interview : Hj. Een Munawaroh S. Ag Jabatan : Kepala Sekolah

Interviewer : Syaripudin

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?

Kalau kepala sekolah tugasnya keluar, sedangkan urusan dalam ada wakilnya yang berjumlah empat orang, jadi kepala sekolah hanya memenej tinggal bawahannya yang kerja

Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar?

Ada pengawasan setiap tahun sekali

Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika?

Ya..itu tadi

Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?

Harus bisa matematika, tidak mesti lulusan matematika, kalau ada yang bisa matematika, kenapa tidak? Meskipun ia tak berlatar belakang matematika

Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas?

Kalau kurangnya alat peraga wajar tapi kiktabukan matematikayang menjadi proritaas, jadi ya…guru harus bisa mengatur seefisien mungkin

Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan?


(4)

seminar KKM, kita kirim

Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa?

Tidak ada, kalau matematika dibilang sulit ga juga….buktinya kemarin hasil UAN justruyang ngulang pelajaran Bahasa Indonesia….

Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran?


(5)

BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Rabu, 13 Agustus 2008 Waktu : 09.45 WIB

Interview : Ir. Hj. Endan K Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?

Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar?

Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika?

Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?

Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas?

Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan?

Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa?

Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran?


(6)

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Agustus 2008 Waktu : 10.30 WIB

Interview : A.Tohawi, SH Jabatan : kepala sekolah Interviewer : Syaripudin

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?

Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar?

Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika?

Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?

Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas?

Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan?

Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa?

Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran?


Dokumen yang terkait

Implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa arab di madrasah ibtidaiyah

0 12 14

Analisis kesulitan guru kelas dalam pembelajaran metematika dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) anggota Madrasah Learning centere Kecamatan Parung dan Ciseeng

0 6 117

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

ANALISIS KESULITAN GURU BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMP SE KABUPATEN ACEH TAMIANG.

0 2 27

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI Identifikasi Kesulitan Guru IPA Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 16

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI Identifikasi Kesulitan Guru IPA Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 17

BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TRANGSAN GATAK SUKOHARJO TAHUN PEMBELAJARAN 2010 / 2011

0 0 14

PENDAHULUAN BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TRANGSAN GATAK SUKOHARJO TAHUN PEMBELAJARAN 2010 / 2011.

0 0 6

KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP NEGERI DAN SWASTA KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN DALAM DESKRIPSI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP NEGERI DAN SWASTA KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2004.

0 1 14

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SAINS GURU KELAS MADRASAH IBTIDAIYAH

0 0 18