PENGARUH PEMBELAJAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGERTHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DI KELAS VII SMP NEGERI 2 BERASTAGI.

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIS DI KELAS VIII SMP
NEGERI 2 BERAS TAG I

Oleh :
Stepany Cristy Tarigan
NIM 4113111075
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan limpahan kasih karunia yang diberiakan kepada penulis
sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Di Kelas VIII
SMP Negeri 2 Berastagi” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S,
Bapak Prof.Dr. S. Saragih, M.Pd, dan Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd yang telah
memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai

selesai penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku dosen pembimbing
akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai jurusan
matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Penghargaan juga
disampaikan kepada Bapak kepala sekolah (Bapak Lekton Sitepu, S.Pd, M.Pd),
guru matematika (Ibu Rismawati) dan staf pegawai tata usaha di SMP Negeri 2
Berastagi yang telah banyak membantu selama penelitian ini.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ayahanda M.Tarigan
dan Ibunda Y. Sembiring Milala, serta kedua adik penulis yaitu Febri Sri Ulina
Tarigan dan Sari Karina Tarigan serta semua saudara serta keluarga yang selalu
mendukung penulis dalam perkuliahan dan telah banyak memberi kasih sayang,

v

semangat, nasehat, dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat
terlaksana dengan baik.
Tak lupa juga terimakasih penulis ucapkan kepada teman seperjuangan yang
banyak membantu penulis Silva, Mery, Jessica, Putri, Nonce, Lenra, Marta, Mai,
Risda, Chrisna, Grestica, teman-teman seangkatan 2011 jurusan Matematika
mulai dari Dik A, Dik B, Dik C, Ekstensi, NonDik dan Bilingual, teman-teman

PPLT 2014 SMP Negeri 2 Berastagi terkhusus Fristy Yasinta Tarigan dan
Aprianta Pinem yang selalu memberikan support kepada penulis dan seluruh
orang yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan
pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan,

Juli 2015

Penulis

Stepany Cristy Tarigan
NIM. 4113111075

iii


PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIS DI KELAS VIII SMP
NEGERI 2 BERAS TAG I
Stepany Cristy Tarigan (NIM 4113111075)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together lebih tinggi daripada pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP
Negeri 2 Berastagi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Berastagi Tahun Ajaran 2014/ 2015 yang berjumlah 290 siswa
yang tersebar dalam 10 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian
ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VIII-9 sebanyak 31 siswa sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII-10 sebanyak 20 siswa sebagai kelas kontrol yang
ditentukan secara random sampling.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dimana pretest dan postest yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpul data merupakan instrumen
tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam bentuk tes uraian pada
materi persamaan linear dua variabel sebanyak 16 soal yang telah dinyatakan
valid. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data tes

dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data tes dengan
menggunakan uji F. Dari kedua pengujian tersebut diperoleh bahwa kedua sampel
berdistribusi normal dan homogen.
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis
inferensial regresi anakova. Hasil penelitian diperoleh model regresi untuk kelas
eksperimen yaitu � = 24,883 + 1,041 dan untuk kelas kontrol adalah � =
26,351 + 0,752 . Dari kedua model regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa
koefisien variabel X menyatakan besarnya pengaruh setiap pembelajaran terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
Berdasarkan uji keberartian model regresi dan uji linieritas model regresi
diperoleh kesimpulan bahwa model regresi kelas eksperimen dan kontrol berarti
dan linier. Berdasarkan uji kesamaan dua model regresi dan homogenitas gradien
regresi diperoleh kesimpulan bahwa kedua model regresi sama dan sejajar
(homogen). Karena syarat linieritas atau homogenitas dipenuhi, maka analisis
kovarians dapat dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis kovarians
diperoleh Fhitung < Ftabel yaitu 1,21 < 4,04 berarti hipotesis nol diterima. Maka
dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi
T.A.2014/ 2015.


vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
vi
ix

x
xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Defenisi Operasional

1
1
8
8
8
9
9
10


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.2 Kerangka Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
2.3. Model Pembelajaran Konvensional
2.4. Materi Pembelajaran: Persamaan Linear Dua Variabel
2.4.1. Membuat Persamaan Linear Dua Variabel
2.4.2. Menentukan Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel
2.4.3. Membuat Model Masalah dari Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel
2.4.4. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel
2.5. Pembelajaran Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pembelajaran
Kooperatif Numbered Head Together (NHT)

2.6. Kesimpulan
2.7. Penelitian Yang Relevan

11
11
14
14
16
18
21
22
24
24
27
29
33
38
41
43


vii

2.8. Kerangka Konseptual
2.9. Hipotesis Penelitian

44
45

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel Bebas
3.4.2. Variabel Terikat
3.5. Desain Penelitian
3.6. Prosedur Penelitian
3.7. Instrumen Penelitian

3.7.1. Uji Validitas
3.7.1.1. Uji Validitas Isi
3.7.1.2. Uji Validitas Konstruk
3.7.2. Uji Reliabilitas
3.8. Teknik Analisis Data
3.8.1. Menghitung Nilai Rata- Rata
3.8.2. Menghitung Varians dan Standar Deviasi
3.9
Uji Prasyarat Pengujian Hipotesis
3.9.1. Uji Normalitas
3.9.2. Uji Homogenitas Varians
3.9.3. Pengujian Hipotesis
3.9.3.1. Menentukan Model Regresi
3.9.3.2. Menguji Keberartian Koefisien Model Regresi
3.9.3.3. Pengujian Linieritas Model Regresi
3.9.3.4. Uji Kesamaan Dua Model Regresi
3.9.3.5. Uji Kesejajaran Model Regresi Dari Kedua Kelas
Model Regresi Linier
3.9.3.6. Uji Anakova

46
46
46
46
46
46
47
47
47
47
48
51
52
52
52
53
54
54
54
54
54
55
56
57
57
58
59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
4.1.1. Validitas Konstruk Tes (Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
4.1.2. Reliabilitas Tes
4.2
Deskripsi Data Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.2.1. Data Pretest
4.2.2. Data Postest
4.3. Analisis Data Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

63
63

59
60

63
64
64
64
66
67

viii

4.4

4.3.1. Uji Normalitas
67
4.3.2. Uji Homogenitas
68
4.3.3. Pengujian Hipotesis
68
4.3.3.1. Menentukan Model Regresi
69
4.3.3.2. Uji Keberartian Model Regresi
71
4.3.3.3. Pengujian Linieritas Model Regresi
72
4.3.3.4. Uji Kesamaan Dua Model Regresi
73
4.3.3.5. Uji Homogenitas Gradien Regresi
73
4.3.3.6. Uji Anakova
74
Pembahasan Hasil Penelitian
74
4.4.1. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together Lebih Tinggi Daripada Pembelajaran Konvensional
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

78
78
78

DAFTAR PUSTAKA

79

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Contoh Pengelompokan Heterogenitas- Akademis Dalam
Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.2. Brosur Penawaran Spesial Agen Bus Angkasa dan Galaksi
Gambar 2.3. Koperasi Sekolah
Gambar 2.4. Gadis Berambut Panjang
Gambar 2.5. Grafik penyelesaian 2 + 2 = 42 dan − = 9
Gambar 2.6. Kerangka Konseptual
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
Gambar 4.1. Model Regresi Kelas Eksperimen
Gambar 4.2. Model Regresi Kelas Kontrol

16
24
27
33
36
45
51
68
69

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV
Lampiran 7. Kisi-Kisi Pretest dan Postest
Lampiran 8. Soal Pretest dan Postest
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian Pretest dan Postest
Lampiran 10. Pedoman Penskoran Pretest dan Postest
(Tes Kemampuan Berpikir Kritis) Per Indikator
Lampiran 11. Lembar Validasi Pretest dan Postest
( Tes Kemampuan Berpikir Kritis)
Lampiran 12 Tabel Perhitungan Validitas Pretest dan Postest (Tes
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis) dengan
Uji Coba
Lampiran 13 Tabel Perhitungan Reliabilitas Pretest dan Postest (Tes
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis) dengan
Uji Coba
Lampiran 14 Perhitungan Validitas Konstruk
Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas
Lampiran 16 Data Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 17 Data Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Kontrol
Lampiran 18 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi
Kelas Eksperimen
Lampiran 19 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi
Kelas Kontrol
Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas
Lampiran 21 Perhitungan Uji Homogenitas Data
Lampiran 22 Perhitungan Uji Hipotesis
Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian 179

Halaman
81
98
107
111
115
123
127
128
130
135
140

146

148
149
151
153
155
156
158
160
164
166

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan arus informasi
menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang
kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai
bagian dari sistem kehidupan telah berupaya mengembangkan struktur kurikulum,
sistem pendidikan, dan model pembelajaran yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan
kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas karena
pendidikan merupakan proses yang memanusiakan manusia. Dengan kata lain
melalui pendidikan tingkah laku seorang siswa diubah menjadi manusia dewasa
yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan
alam sekitar.
Menurut Shukor ( Muhfahroyin, 2009:2) untuk menghadapi perubahan dunia
yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir kritis di masyarakat.
Prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang
bagaimana cara belajar dan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah keharusan dalam
usaha menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan menganalisis asumsiasumsi. Berpikir kritis diterapkan kepada siswa untuk belajar memecahkan
masalah secara sistematis, inovatif, dan mendesain solusi yang mendasar. Dengan
berpikir kritis, siswa menganalisis apa yang mereka pikirkan, mensintesis
informasi, dan menyimpulkan. Berpikir kritis itu sendiri dapat dikembangkan
melalui pembelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang digunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Matematika adalah suatu kumpulan
konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan sistem deduktif dimana dasar
komunikasinya dimulai dari unsur -unsur yang tidak terdefinisikan. Oleh karena
konsep-konsep matematika tersebut bersifat abstrak, sehingga belajar matematika
memerlukan kemampuan berpikir yang tinggi. Sejalan dengan hal tersebut dalam
pembelajaran matematika saat ini dikembangkan High Order Thinking Skills
1

2

(HOTS) dan menjelaskan HOTS sebagai tujuan utama dari pembelajaran
matematika. Dengan kata lain kemampuan berpikir yang tinggi harus dimiliki oleh
setiap siswa dalam mempelajari matematika.
Kemampuan berpikir siswa yang tinggi akan matematika sangat diperlukan
terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan berpikir tersebut adalah
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan dan memecahkan permasalahan yang ada dalam
kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, siswa sebagai bagian dari masyarakat
harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis yang baik. Oleh sebab itu,
kemampuan berpikir terutama yang menyangkut aktivitas matematika perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika.
Sejalan dengan hal tersebut, Hasruddin (2009: 50) menyatakan bahwa:
Pelajar hidup sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, dan bagian
daripada warga negara. Dalam kehidupannya mereka tidak telepas dari
berpikir dan kebiasaan atau kemampuan berpikir kritis menjadikan hidup
mereka akan lebih bermakna. Sebaliknya orang yang tidak berpikir adalah
orang yang dalam kehidupannya tidak berarti.
Permendiknas No 22 Tahun 2006 (tentang standar isi) menyatakan bahwa
mata

pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik untuk

membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
kreatif dan kemampuan bekerjasama. Oleh karena itu sangat diperlukan
peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang merupakan salah satu
prioritas dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir kritis
sangatlah penting. Namun, kenyataan di lapangan belum sesuai dengan yang
diharapkan. Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, namun fokus dan perhatian pada upaya
meningkatkan

kemampuan

berpikir

matematika

siswa

masih

jarang

dikembangkan. Rendahnya kemampuan berpikir kritis matematika siswa juga
dapat dilihat dari hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika di
sekolah yang masih belum memuaskan. Khususnya siswa SMP masih belum

3

memuaskan. Hal ini antara lain dapat dilihat pada rendahnya persentase jawaban
benar siswa dalam Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) 1999 dan 2003 serta dalam Program for International Students
Assessment (PISA) 2003. Secara internasional dua studi ini merupakan indikator
hasil belajar matematika. Pada studi TIMSS terungkap bahwa siswa Indonesia
lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi
atau pembuktian, pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematika,
menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara datadata atau fakta yang diberikan. Sedang dalam studi PISA, siswa Indonesia lemah
dalam menyelesaikan soal- soal yang difokuskan pada mathematics literacy yang
ditunjukkan oleh kemampuan siswa dalam menggunakan matematika yang
mereka pelajari untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari- hari.
Berdasarkan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan berpikir kritis, dan reflektif siswa pada umumnya masih
rendah.
Sejalan dengan pernyataan di atas, berdasarkan pengamatan selama
melakukan program pengalaman lapangan terpadu (PPLT), kebanyakan siswa
menganggap bahwa matematika hanya mata pelajaran menghitung dan
menggunakan rumus sehingga sulit untuk dipelajari sehingga jika diadakan
ulangan matematika, kebanyakan siswa memperoleh nilai di bawah KKM yaitu
65. Terlepas dari hal itu ada siswa yang hanya datang, duduk dan diam saja. Jika
diberi soal kebanyakan siswa hanya menulis soal dan menunggu tuntunan dari
guru.
Kemampuan berpikir kritis seseorang dalam bidang studi tidak terlepas dari
pemahamannya terhadap materi bidang tersebut. Seseorang tidak mungkin dapat
berpikir kritis dalam suatu bidang tertentu tanpa pengetahuan mengenai isi dan
teori bidang tersebut. Oleh karena itu, agar siswa dapat berpikir kritis dalam
matematika, maka siswa tersebut harus memahami matematika dengan baik.
Adapun keterampilan yang harus dicapai siswa dalam berpikir kritis yaitu
keterampilan dalam memberikan penjelasan sederhana, keterampilan dalam

4

memberikan penjelasan lanjut, keterampilan dalam mengatur strategi dan taktik
serta keterampilan dalam menyimpulkan dan mengevaluasi.
Pada saat pembelajaran berlangsung sering ditemukan, bahwa para siswa
untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari
memerlukan penggunaan matematika dan menyusunnya ke dalam sebuah model
matematika. Kesulitan yang dihadapi dapat dilihat dari bagaimana cara siswa
berpikir secara kritis dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan tanggal 19 Januari 2015 di
SMP Negeri 2 Berastagi bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa di
sekolah tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari tes awal yang diberikan berupa
materi prasyarat persamaan linear dua variabel yaitu persamaan linear satu
variabel dimana siswa mengalami kesulitan menyelesaikannya. Adapun soal yang
diberikan yaitu:
1.

Harga satu celana adalah dua kali harga satu baju. Harga dua celana dan tiga
baju adalah Rp. 700.000. Berapakah harga satu celana dan satu baju?

2.

Jumlah dua bilangan genap berurutan adalah 54. Tentukan kedua bilangan
genap tersebut?
Dari kedua soal tersebut terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan soal yaitu:
Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa
No
Soal
1

Hasil Kerja Siswa

Analisis Kesalahan
Siswa
Siswa kurang terampil
memberikan penjelasan
sederhana
menganalisis
memfokuskan
pertanyaan

dalam
dan

5

Siswa kurang terampil
memberikan penjelasan
lanjut

dalam

mengidentifikasi asumsi
dan

kurang

mengatur

terampil

strategi dan

taktik dalam menentukan
jawaban soal
Siswa kurang terampil
menyimpulkan

dan

mengevaluasi

hasil

jawaban

2

Siswa kurang terampil
memberikan penjelasan
sederhana
menganalisis
memfokuskan
pertanyaan

dalam
dan

6

Siswa kurang terampil
memberikan penjelasan
lanjut

dalam

mengidentifikasi asumsi
dan

kurang

mengatur

terampil

strategi dan

taktik dalam menentukan
jawaban soal
Siswa kurang terampil
menyimpulkan

dan

mengevaluasi

hasil

jawaban

Hasil yang diperoleh yaitu keterampilan siswa memberikan penjelasan yang
sederhana 45% kategori sangat rendah, keterampilan siswa memberikan
penjelasan lanjut 1% kategori sangat rendah, keterampilan siswa mengatur strategi
dan taktik 2,25% kategori sangat rendah dan keterampilan siswa menyimpulkan
dan mengevaluasi atau menilai 3% kategori sangat rendah. Dengan kata lain,
berdasarkan hasil penilaian per aspek berpikir kritis siswa diperoleh hasil
kemampuan berpikir kritis siswa pada kategori sangat rendah dengan persentase
12,81 %.
Masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika tersebut disebabkan
banyak guru matematika yang menganut paradigma transfer of knowledge. Dalam
hal ini, interaksi dalam pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu dari guru
sebagai sumber informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Siswa tidak
diberikan banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
belajar- mengajar (KBM) di kelas. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berpusat
pada guru bukan pada siswa. Selain itu, pembelajaran matematika yag

7

dilaksanakan dewasa ini orientasinya lebih kepada hasil dan bukan kepada proses.
Dengan kata lain, guru masih kurang tepat dalam memilih dan menggunakan
model pembelajaran yang mengakibatkan siswa menjadi lebih jenuh karena
kurang bervariasinya model pembelajaran yang diterapkan.
Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu alternatif dalam mengatasi
masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Para ahli telah
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
(Trianto 2009:59). Pada kelompok kooperatif ini, siswa dapat saling membantu,
saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang
mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masingmasing. Cara belajar kooperatif tidak menggantikan pengajaran yang diberikan
oleh guru, tetapi lebih pada menggantikan pengaturan tempat duduk yang
individual, cara belajar yang individual, dan dorongan yang individual.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan adalah
Numbered Head Together. Menurut Sanjaya (Restiyani, 2013: 3-4) bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan teknik yang
baik dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dan berpikir kritis karena siswa
diberikan kesempatan untuk mencari sendiri pemecahan masalah dengan
kerjasama kelompok sehingga mereka lebih mudah memahami materi. Model
pembelajaran ini merupakan sebuah varian diskusi kelompok dengan ciri khasnya
adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
memberi tahu terlebih dahulu siapa yang mewakili kelompoknya itu. Cara ini
menjamin keterlibatan total semua siswa sehingga sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Struktur
kooperatif dibandingkan dengan struktur kompetisi dan usaha individual, lebih
menunjang komunikasi yang lebih efektif dan pertukaran informasi diantara
siswa, saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik, lebih banyak
bimbingan perorangan, berbagi sumber diantara siswa, perasaan terlibat yang

8

lebih besar, berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling
mempercayai diantara para siswa.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Di Kelas VIII SMP
Negeri 2 Berastagi”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Prestasi siswa Indonesia dalam belajar matematika rendah.

2.

Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit bagi siswa dikarenakan
siswa menganggap bahwa matematika hanya mata pelajaran menghitung dan
menggunakan rumus.

3.

Siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar.

4.

Penggunaan model pembelajaran menganut paradigma transfer of knowledge.

5.

Kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi masih
tergolong kategori sangat rendah.

1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together tentang kemampuan berpikir kritis
matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP Negeri 2
Berastagi.

9

Dari rumusan masalah ini, peneliti merincinya menjadi pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
Apakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih
tinggi daripada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama:
1.

Bagi Peneliti
Sebagai referensi bagi penulis sebagai calon guru di masa yang akan datang
dalam menentukan penggunaan model pembelajaran khususnya pada
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika.

2.

Bagi Siswa
a.

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
matematika khususnya pada materi pokok persamaan linear dua
variabel.

b.

Hasil belajar matematika siswa lebih baik.

c.

Peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran semakin meningkat.

d.

Siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama, kemampuan
mengemukakan pendapat dan pertanyaan, kemampuan memecahkan
masalah, dan kemampuan berkomunikasi meskipun kompetensikompetensi tersebut tidak secara langsung diukur dalam penelitian ini.

3.

Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk dapat mempertimbangkan metode
pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran matematika khususnya
pada kemampuan berpikir kritis siswa.

10

4.

Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah
dalam perbaikan pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Berastagi.

1.7 Definisi Operasional
Untuk mengurangi perbedaan atau kekurang jelasan makna, maka definisi
operasional dalam penelitian ini adalah:
1.

Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan menggunakan
logika atau standar intelektual yang dimilikinya untuk memberikan
penjelasan sederhana dalam menganalisis dan memfokuskan permasalahan,
memberikan penjelasan lanjut dalam mengidentifikasi asumsi terhadap
permasalahan, mengatur strategi dan taktik untuk memperoleh solusi dari
permasalahan, dan menyimpulkan serta mengevaluasi suatu permasalahan
sehingga dihasilkan suatu keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan
dilakukan.

2.

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional yang ciri
khasnya adalah terdapat penomoran siswa dalam kelompok dan melalui
penomoran tersebut, guru mengevaluasi suatu nomor yang tertuju kepada
seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih
dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan
jawaban akhir dari penyatuan pikiran siswa dalam kelompok terhadap
permasalahan atau pernyataan yang diajukan oleh guru.

3.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sudah biasa dilakukan
oleh guru di kelas dimana pembelajaran berpusat pada guru, komunikasi satu
arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran menggunakan ceramah dan
demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep
bukan kompetensi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
kesimpulan, yaitu:pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah: Kepada guru khususnya guru matematika sebaiknya menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran
matematika khususnya pada persamaan linear dua variabel dan membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi persamaan linear dua
variabel.

78

79

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2006), Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta
Djamarah, (1996), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Emzir, Dr.Prof., (2014), Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan
Kualitatif, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Ennis, R. H., (1996), Critical thinking, Prentice-Hall, Upper Saddle River, NJ
Glaser, E., (1941), An Experience in the Development of Critical Thinking,
Advanced School of Education at Teacher’s College, Columbia University
Hasruddin, (2009), Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui
Pendekatan Kontekstual, Jurnal Tabularasa PPS Unimed 6(1): 48-60,
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-24572-Hasruddin.pdf
( Diakses 16 Desember 2014)
Ibrahim, (2000), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya University Press, Surabaya
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Kemendikbud, (2014), Matematika Kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Balitbang, Jakarta
Lie, A., (2008), Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang- Ruang Kelas,
Grasindo, Jakarta
Muhfahroin,
(2009),
Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis,
http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html ( Diakses 13
Januari 2015)
Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, http://dikti.go.id ( Diakses
03 Maret 2015)
Pritasari, A.D.C., (2011), Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada
Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI), Skripsi, FMIPA, UNY, Yogyakarta
Restiyani, D., (2013), Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Terhadap Peningkatan Kemampuan

80

Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik, Skripsi, FMIPA, Universitas
Siliwangi, Tasikmalaya
Simbolon, R.A., (2014), Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) Dan Pembelajaran Konvensional Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP N Satu Atap 6
Pakkathumbahas, Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan
Siregar, E. dan Nara, H., (2014), Teori Belajar dan Pembelajaran,
Indonesia, Bogor

Ghalia

Slavin, R.E., (2014), Cooperative Learning: theory, research, and practice, Nusa
Media, Bandung
Sudjana, (2001), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung
Sunarto, (2009), Pembelajaran Konvensional Paling Banyak Dikritik, Namun
Paling Disukai, http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajarankonvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai (Dikases 28 Maret
2015)
Suprijono, A., (2009), Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka
Pelajar, Surabaya
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta
Wardhani, E.R., (2010), Analisis Kovarian, http://www.docstoc.com/docs/228963
33/statistik-anakova-analisis-kovarian ( Diakses 08 Maret 2015)

Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Materi Segitiga (Penelitian pada SMP Kharisma Bangsa)

1 9 104

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended

0 7 0

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplik

0 19 50

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta).

0 1 10

PENGARUH DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 REMBANG

0 0 18

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE SHARE LISTEN CREATE (FSLC) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PURWOJATI

0 0 16