PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplik

(1)

(Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplikasikan

peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan)

Oleh SITI FATIMAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ii ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplikasikan

peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan)

Oleh Siti Fatimah

Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi di SMP Negeri 2 Punggur, diketahui bahwa guru belum menggali kemampuan berpikir kritis siswa sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran kurang optimal. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran NHT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain pretes postes non ekuivalen.Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIC dan VIID yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa

keterampilan berpikir kritis yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji Mann-Whitney


(3)

iii

U.Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model NHT yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pada indikator

keterampilan berpikir kritis siswa, yaitu memberikan penjelasan dasar (60,83%); kemempuan memberikan alasan (54,17%); dan memberikan alternatif solusi (85,00%). Aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu bekerjasama dalam kelompok (90,83%); mengemukakan ide/gagasan (84,16%); mengajukan pertanyaan (72,50%); menjawab pertanyaan (89,16%); dan mendengarkan diskusi (92,50%). Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model tipe NHT dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktivitas siswa.

Kata kunci : aktivitas belajar siswa, keterampilan berpikir kritis siswa, numbered head together.


(4)

(5)

(6)

(7)

Halaman

DAFTAR TABEL... ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Fikir ... 7

G. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT ... 10

B. Berpikir Kritis ... 12

C. Aktivitas Belajar... 17

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Desain Penelitian ... 20

D. Prosedur penelitian ... 21

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38


(8)

xv

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN 1. Silabus ... 55

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 59

3. Lembar Kerja Siswa ... 75

4. Soal Pretes dan Postes ... 99

5. Data Hasil Penelitian ... 111


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan bangsa di masa depan. Oleh karena itu dunia pendidikan semakin hari terus mengadakan perbaikan kejenjang yang lebih baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus diperbaiki salah satunya ialah mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut Trianto (2009: 4) sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global. Dalam hal ini pendidikan merupakan faktor penting dalam menyiapkan dan membangun sumber daya manusia yang berkualitas.

Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam membentuk kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan. Selain mempersiapkan kualitas sumber daya manusia, pemerintah juga melakukan revisi Kurikulum 2004 (KBK) menjadi Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Menurut Kunandar (2009: 133), KTSP adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan (kompetensi) melakukan tugas-tugas dengan


(10)

standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

dalam KTSP, pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered Learning), siswa dituntut untuk lebih aktif dan senantiasa mengambil bagian dalam aktivitas belajar. Pada dasarnya siswa juga diharapkan tidak hanya

mempelajari konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis, untuk itu dibutuhkan keterampilan siswa untuk lebih berpikir kritis guna mencapai hal tersebut.

Kemampuan berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan di masyarakat karena manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan sehingga berpikir kritis sangat penting untuk dikembangkan selama proses pembelajaran Sugiarto (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 62). Karena begitu pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai tujuan utama dari pembelajaran. Selain itu berpikir kritis memainkan peranan yang penting dalam banyak macam pekerjaan, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis Yulianto (dalam Amri dan

Ahmadi, 2010:62). Pendapat tersebut sesuai juga dengan tujuan pembelajaran IPA dijenjang pendidikan menengah seperti tertuang baik dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang bertujuan agar siswa dapat

menggunakan IPA khususnya pada materi biologi untuk dapat melakukan inkuiri ilmiah guna menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan


(11)

bertindak ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Tetapi pada umumnya dalam proses pembelajaran di sekolah siswa lebih banyak menerima informasi dari guru sehingga siswa kurang optimal dalam memberdayakan potensi yang dimiliki, sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa juga terjadi di SMP Negeri 2 Punggur. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi di SMP Negeri 2 Punggur, diketahui bahwa guru belum pernah menggali kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari kegiatan guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran antara lain: metode pembelajaran yang biasanya digunakan adalah diskusi, yaitu guru memberikan penjelasan, kemudian tanya jawab, dan ditutup dengan

pemberian tugas atau latihan; Keterlibatan siswa kurang optimal disebabkan oleh banyaknya siswa yang pasif mengikuti pelajaran karena kegiatan pembelajaran berpusat pada guru; serta guru tidak mengaitkan aplikasi konsep dengan kehidupan sehari-hari dan tidak mengajak siswa berlatih untuk menganalisis suatu informasi data atau argumen.

Kelemahan diskusi yang diganakan oleh guru selama ini adalah tidak semua siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi seperti ini menurut Hasnunidah (2009:1) tidak memberdayakan siswa untuk mau berpikir dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun kemampuan berpikir kritis,


(12)

pemahaman, dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to how dan learning to know). Oleh karena itu guru dalam menyusun persiapan mengajar perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal (Sanjaya, 2006:128). Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajarannya. Jika dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dalam belajar kemungkinan siswa untuk lebih memahami suatu materi pun akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan hal yang dikatakan oleh Hamalik (2001:172) bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Berdasarkan kondisi di atas, pada proses pembelajaran perlu dikembangkan keterampilan berpikir kritis yang merupakan suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sangat penting, karena perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Keterampilan berpikir kritis siswa dapat

dikembangkan melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (dalam Muhfahroyin, 2009:1) dalam

mengembangkan keterampilan berpikir kritis, paradigma student centered lebih tepat digunakan. Tujuan dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.


(13)

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah NHT, teknik ini memberi

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka (Lie, 2008 :59). Teknik ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Hal ini didukung oleh hasil penelitian (Arbi, 2006:32) yang menyatakan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor, siswa cenderung lebih aktif selama proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht

(Numbered Head Together) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh


(14)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi guru dan calon guru: memberikan suatu alternatif dalam memilih metode mengajar yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Bagi siswa: memberikan pengalaman belajar biologi yang tidak menjenuhkan dengan penerapan model NHT.

3. Sekolah: yaitu dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMP.

4. Dapat menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa yang tertarik ingin meneliti tentang topik penelitian yang sama.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. NHT merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran cooperative yang dapat memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Terdiri dari empat fase, yaitu: fase


(15)

penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab pertanyaan (Trianto, 2010: 82-83).

2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi: (1) memberikan penjelasan dasar, (2) memberikan alasan, dan (3) memberikan alternatif solusi. Yang diukur dari nilai pretes pada awal pertemuan dan postes di akhir pertemuan.

3. Aktivitas siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi: (1) Bekerja sama dalam Kelompok, (2) Mengemukakan ide/gagasan, (3) Mengajukan Pertanyaan, (4) Menjawab Pertanyaan, dan (5) Mendengarkan diksusi. 4. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Punggur semester genap TP 2012/2013.

5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan kompetensi dasar mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

F. Kerangka Pikir

Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan dan objek kajiannya sangat luas, yaitu mencakup semua makhluk hidup. Pendidikan biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu

dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Pembelajaran Biologi bukan hanya merupakan mata pelajaran hafalan, namun juga membutuhkan


(16)

keterampilan lain seperti kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir kritis bukanlah pembawaan sejak lahir namun kemampuan seseorang yang harus ditumbuhkembangkan. Dalam hal ini guru memegang peranan dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pemrosesan informasi yang dapat menumbuhkan proses berpikir siswa adalah model pembelajaran NHT, yang tahapannya melalui siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, yang bertujuan untuk saling membantu dalam memahami materi pelajaran, karena dalam hal ini guru hanya berperan sebagai

pembimbing dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa secara

langsung dalam kegiatan pembelajaran akan membuat materi yang dipelajari lebih lama diingat oleh siswa, karena siswa melakukan dan bekerja sendiri sehingga terjadi proses berpikir terhadap materi yang baru diterima. Masing-masing siswa dalam kelompok tersebut diberi nomor, yang bertujuan agar setiap siswa harus menguasai materi untuk siap mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas

Teknik NHT ini mengharapkan potensi ribut siswa ke arah yang positif seperti aktif berbicara pada saat diskusi dalam kelompok, menjawab

pertanyaan LKS pada saat nomornya ditunjuk oleh guru, menyimak pendapat yang dikemukakan oleh siswa yang lain. Hal tersebut dapat melatih siswa untuk menarik kesimpulan materi yang telah disampaikan, serta melatih


(17)

siswa berpikir secara kritis serta berkolaborasi dengan teman kelompoknya. Seluruh siswa berkesempatan menyumbangkan ide-ide dan hasil pemikiran mereka, kemudian mempertimbangkan jawaban yang paling tepat untuk dipresentasikan pada tiap-tiap kelompok, sehingga diharapkan dengan pembelajaran NHT, keterampilan berpikir kritis siswa dapat berkembang.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperati tipe NHT, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis. Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Ket: X: Model pembelajaran kooperati tipe NHT Y: Keterampilan berpikir kritis

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. H0: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

H1: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. 2. Penerapan model pembelajaran NHT berpengaruh terhadap peningkatan

aktivitas belajar siswa.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT

Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pem-belajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut Ibrahim (dalam Haisat, 2007: 17), pembelajaran kooperatif NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Menurut Trianto (2010:82) pembelajaran kooperatif NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

Model pembelajaran kooperatif NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka (Lie, 2008 :59). Teknik ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim (dalam Herdian, 2009:1) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:


(19)

1. Hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:

1. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

2. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

3. Fase 3: Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 4. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Trianto, 2010: 82-83).

Adapun kelebihan dan kekurangan model ini menurut Lundgren (dalam Haisat 2011:18) adalah :


(20)

1. Kelebihan

1) Kelas menjadi benar-benar hidup dan dinamis.

2) Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapatnya.

3) Munculnya jiwa kompetisi yang sehat.

4) Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa lebih efektif dan efisien. 2. kekurangan

1) Adanya alokasi waktu yang panjang.

2) Ketidakbiasaan siswa dalam melakukan pembelajaran kooperatif, sehingga siswa lebih cepat bosan dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif teknik NHT siswa lebih bertanggung jawab ter-hadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran ini tiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mempresentasikan hasil diskusi walaupun bekerja dalam satu kelompok. Oleh karena itu semua anggota kelompok dituntut untuk berdiskusi, dan berbagi informasi sehingga tiap anggota kelompok benar-benar memahami materi pembelajaran yang didiskusikan, tidak ada anggota kelompok yang mengandalkan teman satu kelompoknya yang memiliki kemampuan akademik tinggi.

B.Berpikir Kritis

Berpikir Kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh

percaya diri, “Ide saya bagus karena berdasarkan alasan yang logis”, atau “ide

anda bagus karena di dukung oleh bukti yang kuat”. Berpikir kritis

memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah banjir kejadian informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan

mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti,


(21)

asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud di balik ide yang mengarahkan hidup kita sehari-hari. Pemahaman mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian. Sayangnya, banyak orang yang kelihatanya curiga pada pemikir kritis. Mungkin pemikir kritis memiliki reputasi yang buruk, sebagian karena mereka kritis, yeng berarti “tepat”

dan “tajam” dalam berpikir, yang secara tersirat juga berarti keras. Mungkin

berpikir kritis dicurigai sebagian orang karena orang-orang mempraktikannya wajib bertanya. Bahkan, ketika disusun sangat rapi pun, tentu saja, pertanyaan masih membuat orang takut (Johnson, 2002:185).

Proses berpikir kritis mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran. Kualitas-kualitas tersebut membantu seseorang mencapai pemahaman yang mendalam. Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik. Pada awal abad yang lalu, dalam tulisannya, Dewey mengatakan bahwa sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Ruggiero (1988:2) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu

merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna. Berpikir kritis memungkinkan untuk menganalisis pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa mereka telah menetukan pilihan dan menarik kesimpulan cerdas. Mereka yang tidak berpikir kritis tidak dapat memutuskan untuk diri mereka sendiri apa yang harus dipikirkan, apa yang harus dipercaya atau bagaimana harus bertindak. Karena berpikir gagal mandiri, mereka meniru


(22)

orang lain, mengadopsi keyakinan dan menerima kesimpulan orang lain dengan pasif (Johnson, 2002:185).

Senada dengan pendapat di atas, Gunawan (2004:177) menjelaskan bahwa keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking) meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi,

membandingkan dan mempertentangkan, dan kemampuan untuk membedakan antara fakta dan opini.

Menurut Halpen (dalam Achmad, 2007: 1), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat


(23)

keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.

Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis menurut Dressel (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 63) adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk

menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan. Keduanya juga menambahkan bahwa dalam berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Selain itu, Achmad (2007: 3) telah menuliskan delapan karakteristik berpikir kritis, yakni kegiatan merumuskan pertanyaan, membatasi permasalahan, menguji data-data, menganalisis berbagai pendapat dan bias, menghindari pertimbangan yang sangat emosional, menghindari

penyederhanaan berlebihan, mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan mentoleransi ambiguitas.

Tujuan berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi tindakan yang dipercaya paling baik. Kerangka kerja yang menimbulkan proses berpikir ketika dilakukan

penggalian informasi dan penerapan kriteria yang pantas untuk memutuskan cara bertindak atau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Semangat berpikir kritis adalah harus selalu berusaha keras dan tetap terbuka terhadap informasi dan banyak sumber yang dapat dipercaya (Ennis, 1996:55).


(24)

Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya Keterampilan Berpikir

Kritis

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis Aspek

1.Memberikan penjelasan dasar

1.Memfokuskan pertanyaan

a.Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan.

b.Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin.

c.Menjaga pikiran terhadap situasi yang dihadapi

2.Menganalisis Argumen

a.Mengidentifikasi kesimpulan

b.Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan. c.Mengidentifikasi alasan yang tidak

dinyatakan.

d.Mencari persamaan dan perbedaan e.Mengidentifikasi dan menangani ketidak

relevanan.

f.Mencari struktur dari sebuah pendapat/argumen g.Meringkas 3.Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang. a.Mengapa?

b.Apa yang menjadi alasan utama? c.Apanyang kamu maksud dengan? d.Apa yang menjadi contoh? e.Apa yang bukan contoh?

Bagaimana mengaplikasikan kasus tersebut?

f.Apa yang menjadikan perbedaanya? g.Apa faktanya?

h.Apakah ini yang kamu katakan?

i. Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu?

2.Membangun keterampilan dasar

4.Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak?

a.Keahlian

b.Mengurangi konflik interest c.Kesepakatan antar sumber d.Reputasi

e.Menggunakan prosedur yang ada f.Mengetahui resiko

g.Keterampilan memberikan alasan h.Kebiasaan berhati-hati

5.Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi

a.Mengurangi praduga/menyangka b.Mempersingkat waktu antara observasi

dengan laporan

c.Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri d.Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan e.Penguatan

f.Kemungkinan dalam penguatan g.Kondisi akses yang baik

h.Kompeten dalam menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas

kriteria

3.Menyimpulkan

6.Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi

a.Kelas logika

b.Menkondisikan logika

c.Menginterpretasikan pernyataan 7.Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a.Menggeneralisasi b.Berhipotesis


(25)

8.Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

a.Latar belakang fakta b.Konsekuansi

c.Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum, asas)

d.Mempertimbangkan alternatif e.Menyeimbangkan, menimbang dan

memutuskan 4.Membuat penjelasan

lebih lanjut 9.Mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi

Ada 3 dimensi:

a.Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan mencontoh

b.Strategi definisi c.Konten (isi) 10.Mengidentifikasi

asumsi

a.Alasan yang tidak dinyatakan

b.Asumsi yang diperlukan : rekonstruksi argumen

5.Strategi dan taktik

11.Memutuskan suatu tindakan

a.Mendefinisikan masalah

b.Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan

c.Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi

d.Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan e.Mereview

f.Memonitor implementasi 12.Berinteraksi dengan

orang lain

a.Memberi label b.Strategi logis c.Strategi retorik

d.Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan

Sumber: Ennis, (dalam Costa, 2011: 19)

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri

(Hamalik, 2004:171). Melalui aktivitas, siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim dilaksanakan


(26)

selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif lain yang dilakukan oleh siswa. Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 100-101) membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :

1. ”Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.

Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa


(27)

sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat

menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik (Slameto, 2003:36).

Dalam suatu proses pembelajaran, penting bagi siswa untuk melakukan berbagai aktivitas yang relevan. Menurut Djamarah dan Zain (2006:40) menyatakan bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.

Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009:170). Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004:6).


(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Mei 2013 tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 2 Punggur.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Punggur tahun pelajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang sengaja dipilih dan ditetapkan dari populasi yang ada dengan tujuan tertentu. Sampel tersebut adalah siswa-siswi kelas VIID yang berjumlah 30 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas VIIB yang berjumlah 32 orang sebagai kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain tes awal-tes akhir non equivalen. Kelas kontrol maupun kelas eksperimen menggunakan 2 kelas dari 4 kelas yang ada dalam satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model NHT, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Hasil tes awal dan tes akhir pada kedua kelompok subyek dibandingkan.


(29)

Struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Keterangan :

I : kelompok eksperimen

II : kelompok kontrol O1 : tes awal

O2 : tes akhir

X : perlakuan eksperimen (menggunakan model numbered head together) C : perlakuan kontrol (menggunakan metode diskusi)

Gambar 2. Desain tes awal-tes akhir non equivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung untuk observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, dan untuk mengetahui kondisi awal nilai siswa serta mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi guru saat ini.

c. Menetapkan sampel penelitian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2


(30)

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal tes awal dan tes akhir berupa

soal uraian, kemudian dilakukan uji ahli.

f. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa. Nilai

diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk kelas eksperimen dan pembelajaran menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan menggunakan model NHT)

Kegiatan awal

a) Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai pencemaran lingkungan

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

c) Siswa mendengarkan penjelaskan tentang proses pembelajaran menggunakan model NHT

d) Siswa diberi apersepsi: :  Pertemuan 1.


(31)

“Pertemuan yang lalu kalian telah mempelajari tentang pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan.

Bagaimanakah hubungan antara kepadatan populasi manusia tersebut dengan pencemaran lingkungan?”

 Pertemuan 2.

“Pertemuan yang lalu kita telah membahas mengenai

pencemaran lingkungan. Apakah dari pencemaran lingkungan tersebut dapat menimbulkan kerusakan lingkungan?”

e) Siswa diberi motivasi:  Pertemuan 1

”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui

ketergantungan antara hidup manusia dengan lingkungan. Oleh karena itu, kita harus mengetahui cara mengelola lingkungan yang baik dan benar, sehingga kita dapat terhindar dari pencemaran lingkungan.”

 Pertemuan 2

“Setelah mempelajari materi ini kita dapat menciptakan ide atau cara-cara upaya pencegahan kerusakan lingkungan.”

Kegiatan inti

Sebelum dilakukan kegiatan belajar mengajar, guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara heterogen berdasarkan nilai akademik siswa. Nilai diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas.


(32)

1. Guru mengondisikan siswa dalam kelompok dan memberikan kartu bernomor yang berbeda pada masing-masing anggota kelompok.

2. Guru menyampaikan indikator pembelajaran. b). Fase 2 : Pengajuan pertanyaan

1. Guru membagikan LKS pada setiap kelompok

2. Guru menginstruksikan siswa untuk menuliskan menjawab pertanyaan dalam LKS secara berkelompok.

c). Fase 3 : Berpikir bersama

1. Guru membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan dalam LKS.

d). Fase 4 : Pemberian jawaban

1. Guru memanggil 1 nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangannya lalu menyampaikan jawabannya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan bimbingan guru.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk bertanya atau memberi penjelasan mengenai jawaban dari hasil diskusi.

Kegiatan akhir

a). Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah didiskusikan dan kemudian guru bersama siswa menyimpulkan seluruh materi yang telah dipelajari.


(33)

b). Siswa mengerjakan tes akhir (postes) yang sama dengan tes awal (pretes) pada pertemuan kedua.

b. Kelas kontrol (Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi)

Kegiatan Awal

a) Siswa diberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai pencemaran lingkungan.

b) Siswa diberikan apersepsi:

 Pertemuan 1.

“Pertemuan yang lalu kalian telah mempelajari tentang pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan. Bagaimanakah hubungan antara kepadatan populasi manusia tersebut dengan pencemaran lingkungan?”

 Pertemuan 2.

“Pertemuan yang lalu kita telah membahas mengenai pencemaran lingkungan. Apakah dari pencemaran lingkungan tersebut dapat menimbulkan kerusakan lingkungan?”

c) Siswa diberi motivasi:  Pertemuan 1

”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui

ketergantungan antara hidup manusia dengan lingkungan. Oleh karena itu, kita harus mengetahui cara mengelola lingkungan yang baik dan benar, sehingga kita dapat terhindar dari pencemaran lingkungan.”


(34)

 Pertemuan 2

“Setelah mempelajari materi ini kita dapat menciptakan ide atau cara-cara upaya pencegahan kerusakan lingkungan.”

Kegiatan Inti

a) Siswa dibagi siswa menjadi 7 kelompok secara heterogen,

berdasarkan nilai akademik siswa. Nilai diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 - 5 orang. b) Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

c) Siswa berdiskusi secara berkelompok dalam mengerjakan LKS dengan membaca dan mengkaji sumber belajar yang relevan d) Guru berkeliling untuk membimbing setiap kelompok dalam

mengerjakan LKS.

e) Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS, siswa mengumpulkan Lembar Kerja.

f) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelasdan kelompok yang lain dapat memberikan tanggapan

g) Siswa diberikan penguatan dengan menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa.

Kegiatan akhir:

a). Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah berlangsung dan memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.

b). Siswa mengerjakan tes akhir (postes) yang sama dengan tes awal (pretes) pada pertemuan kedua.


(35)

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes, lalu dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran NHT.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu : S = 100

N R

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar


(36)

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mendapatkan LKS dalam bentuk essay atau uraian.

c. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

d. Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai model pembelajaran NHT dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 7 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju .

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

S = 100 N R

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari);


(37)

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112). Sedangkan skor N-gain, diperoleh dengan menggunakan rumus Meltzer (dalam Coletta dan Phillips, 2005: 1) yaitu:

Keterangan: X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor maksimal.

Nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang

sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas data dan uji hipotesis sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

1. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal 2. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

b. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17.


(38)

1. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda 2. Kriteria Uji

Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 71).

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan

menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).


(39)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak c. Uji Mann-Whitney U

1. Hipotesis

H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tidak sama

2. Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima

4. Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) Siswa Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi sebagai berikut:

1. Memberi skor sesuai rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis, seperti pada tabel berikut.


(40)

Tabel 2. Rubrik Penilaian KBK Pada Pretes, dan Postes

Variabel Indikator Skor Indikator Operasional Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) Memberikan penjelasan dasar

0 Tidak dapat memberikan penjelasan dasar 1 Dapat memberikan penjelasan dasar,

namun tidak sesuai

2 Dapat memberikan penjelasan dasar yang sesuai

Keterampilan memberikan alasan

0 Tidak dapat memberikan alasan 1 Jawaban sesuai dengan masalah tetapi

tidak disertai fakta atau bukti yang jelas 2 Jawaban sesuai dengan masalah disertai

fakta dan bukti yang jelas Merumuskan

alternatif-alternatif untuk solusi

0 Tidak dapat memberikan solusi 1 Dapat memberikan solusi, namun tidak

sesuai dengan masalah

2 Dapat memberikan solusi lengkap dan sesuai dengan masalah

2. Kemudian memasukkan skor yang diperoleh masing-masing siswa ke dalam tabel berikut.

Tabel 3. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No. Urut Siswa

Skor pada Indikator KBK A

(no. soal …)

B

(no. soal …)

C

(no. soal …)

D

(no soal …) 1 2 3 4 5 dst. R N S Kriteria

Keterangan Aspek KBK:

A = memberikan penjelasan dasar; B = keterampilan memberikan alasan;

C = merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi; Sumber : dimodifikasi dari Paidi (2010: 8).


(41)

4. Menentukan nilai (S) pada setiap indikator kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

S = Nilai KBK yang diharapkan (dicari) R = Jumlah skor KBK yang diperoleh N = Jumlah skor KBK maksimum

Sumber: dimodifikasi dari Purwanto (2008: 112).

5. Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka kriteria kemampuan berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4. Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2010: 245)

3. Data Kualitatif a. Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

Poin Kriteria 80,1-100

60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

n xi

 


(42)

Keterangan  = Rata-rata skor aktivitas siswa

xi = Jumlah skor maksimal yang diperoleh

n = Jumlah Siswa

Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Tabel 6. Keterangan Lembar Observasi Aktivitas

Indikator Rubrik Petunjuk

penilaian A. Bekerja sama

dalam Kelompok

0.Tidak bekerja sama dalam kelompok 1.Bekerja sama dalam kelompok tetapi hanya

satu atau dua teman

2.Bekerja sama dalam kelompok dengan semua anggota kelompok

melakukan observasi terhadap siswa saat melakukan diskusi kelompok dalam mengerjakan LKS B. Mengemukakan ide/gagasan

0.Tidak menuliskan ide/gagasan

1. Mengemukakan ide/gagasan namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok pencemaran lingkungan. 2. Mengemukakan ide/gagasan sesuai

dengan pembahasan pada materi pokok pencemaran lingkungan. melakukan observasi terhadap siswa saat melakukan diskusi kelompok C. Mengajukan Pertanyaan

0.Tidak mengajukan pertanyaan. 1.Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak

mengarah pada permasalahan pada materi pokok pencemaran lingkungan.

2.Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok pencemaran lingkungan

melakukan observasi terhadap siswa saat

melakukan diskusi kelompok

D. Menjawab 0.Tidak menjawab pertanyaan

melakukan observasi terhadap No Nama

Aspek yang diamati

XI

A B C D E

0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 1

2 Dst

Jumlah Skor maksimal yang diperoleh Rata-Rata Skor aktivitas

Indeks Aktivitas Siswa Interprestasi


(43)

Pertanyaan 1.Menjawab pertanyaan tetapi tidak relevan dengan materi

2.Menjawab pertanyaan yang relevan dengan materi

siswa dalam menjawab pertanyaan ketika ditunjuk oleh guru.

E. Mendengarkan diksusi

0.Diam saja, tidak mendengarkan diskusi dalam kelompok

1.Mendengarkan diskusi tetapi tidak fokus 2.Melakukan diskusi secara seksama

melakukan observasi terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan presentasi yang dilakukan oleh siswa kelompok lain dan kegiatan diskusi kelas 2) Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus : Xi

X = x 100 n

Ket: X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh n = Jumlah skor aktivitas maksimum

3) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 7 dibawah ini :

Tabel 7. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa Persentase

(%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sumber: Hidayati (2011:17).

b. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran NHT

Data tanggapan siswa model pembelajaran NHT dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan siswa berisi 7 pernyataan yang


(44)

terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1. Membuat pertanyaan angket tanggapan siswa seperti pada tabel 8. Tabel 8. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model

Pembelajaran NHT

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya senang mempelajari materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan model pembelajaran NHT

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui model NHT

3 Model NHT menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok

4 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran berlangsung

5 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui model pembelajaran NHT

6 Saya menjadi memiliki rasa tanggung jawab dalam kelompok.

7 NHT tidak memberi kesempatan untuk berpikir kritis

2. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 9.

Tabel 9. Skor per jawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).

3. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.


(45)

Tabel 10 . Data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran NHT No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase 1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31).

4. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100  

maks in S S X

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69).

5. Menafsirkan persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran NHT sesuai kriteria Hendro (dalam Hastriani, 2006:43).

Tabel 11. Tafsiran persentase jawaban tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran NHT

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75

50 26 – 49 1 s– 25

0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model NHT berpengaruh secara signifikan terhadap KBK siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan

2. Penggunaan model NHT berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada pembelajaran dengan materi pokok peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan model NHT dapat digunakan oleh

guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengembangkan KBK siswa pada materi pokok mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Dalam pelaksanaan penelitian sebaiknya diperhatikan waktu pelaksanaan tiap sintaks sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam RPP.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Diakses dari

http://re-searchengines.com/1007arief3.html pada selasa 5 Februari 2013 19: 23 WIB Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif

dalam Kelas. PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arbi, Z. 2006. Penerapan Pembelajaran Tipe Kepala Bernomor Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi Manusia Pada Siswa Kelas VIII di MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2005/2006 (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Colleta, V. P. dan J. A, Phillips. 2005. Interpreting FCI Scores: Normalized-gain,

Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability. Department of Physics (Loyola Marymount University). California.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Ennis, H. R. 1996. Critical Thinking. Prentice-hall inc. USA.

Gunawan, W. 2004. Genius Learning Strategy. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Haisat. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam Meningkatkan Ketrampilan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Sistem Koloid. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.


(48)

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered -head-together/. (5 Februari 2013, 17:34 WIB)

Hertiavi, M. A., H. Langlang, dan S.Khanafiyah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning

Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Ibrahim dan M. Nur. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Universitas Press. Surabaya.

Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching & Learning. MLC. Bandung. Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching and Learning, Menjadikan kegiatan

belajar mengajar mengasyikan dan bermakna, Kaifa Learning. Bandung. Kunandar. 2009. Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.

Muhfahroyin. 2009. Critical Thinking as a Core Skill, the Ability to Think Critically is a Key Skill for Academic Success.

http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5570. (5 Februari 2013 19: 37 WIB).

Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S. P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung


(49)

Ruggiero. V. 1988. Science Inquiry for The Classroom. North west Region Education Laboratory. Oregon.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d045 060146_chapter4.pdf. (5 Februari 2013 19: 35 WIB).

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Jakarta.


(50)

(1)

Tabel 10 . Data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran NHT No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase 1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31).

4. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100  

maks in S S X

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69).

5. Menafsirkan persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran NHT sesuai kriteria Hendro (dalam Hastriani, 2006:43).

Tabel 11. Tafsiran persentase jawaban tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran NHT

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75

50 26 – 49 1 s– 25

0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model NHT berpengaruh secara signifikan terhadap KBK siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan

2. Penggunaan model NHT berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada pembelajaran dengan materi pokok peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan

lingkungan

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan model NHT dapat digunakan oleh

guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengembangkan KBK siswa pada materi pokok mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Dalam pelaksanaan penelitian sebaiknya diperhatikan waktu pelaksanaan tiap sintaks sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam RPP.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Diakses dari

http://re-searchengines.com/1007arief3.html pada selasa 5 Februari 2013 19: 23 WIB Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif

dalam Kelas. PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arbi, Z. 2006. Penerapan Pembelajaran Tipe Kepala Bernomor Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi Manusia Pada Siswa Kelas VIII di MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2005/2006 (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Colleta, V. P. dan J. A, Phillips. 2005. Interpreting FCI Scores: Normalized-gain,

Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability. Department of Physics (Loyola Marymount University). California.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Ennis, H. R. 1996. Critical Thinking. Prentice-hall inc. USA.

Gunawan, W. 2004. Genius Learning Strategy. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Haisat. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam Meningkatkan Ketrampilan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Sistem Koloid. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.


(4)

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered -head-together/. (5 Februari 2013, 17:34 WIB)

Hertiavi, M. A., H. Langlang, dan S.Khanafiyah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning

Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Ibrahim dan M. Nur. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Universitas Press. Surabaya.

Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching & Learning. MLC. Bandung. Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching and Learning, Menjadikan kegiatan

belajar mengajar mengasyikan dan bermakna, Kaifa Learning. Bandung. Kunandar. 2009. Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.

Muhfahroyin. 2009. Critical Thinking as a Core Skill, the Ability to Think Critically is a Key Skill for Academic Success.

http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5570. (5 Februari 2013 19: 37 WIB).

Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S. P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung


(5)

Ruggiero. V. 1988. Science Inquiry for The Classroom. North west Region Education Laboratory. Oregon.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d045 060146_chapter4.pdf. (5 Februari 2013 19: 35 WIB).

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Jakarta.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Semester Ganjil SMK Negeri 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 13 60

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 6 46

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 28 57

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DANPENGUASAAN MATERI SISWA (Kuasi Eksperimen PadaSiswa Kelas VII SMP Negeri Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 47

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 123

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplik

0 19 50

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2

0 3 120

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61