Selanjutnya

REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN
ANT ARA
PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
DE NGAN
DEPARTEMEN PENGAWAS KEUANGAN

BANK NASIONAL TAJIKISTAN
TENTANG KERJA SAMA
PERTUKARAN INFORMASI INTELIJEN KEUANGAN TERKAIT DENGAN
PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME

Otoritas yang berwenang pada Republik Indonesia (Pusat Pelaporan dan Analisis
Tra nsaksi Keuangan/PPATK) dan pada Republik Tajikistan (Departemen PenQ9was
Keuangan Bank Nasional Tajikistan) yang selanjutnya secara bersama-sama disebut
sebagai "Para Otoritas":

Berkeinginan, dengan semangat kerja sama dan kepentingan bersama, untuk
memfasilitasi investigasi dan penegakan hukum terhadap tersangka yang terkait


dalam pencucian uang, pendanaan terorisme, atau tindak pidana yang berkaitan
dengan pencucian uang dan pendanaan terorisme;

Mengingat Prinsip Unit lntelijen Keuangan Egmont Group untuk Pertukaran lnformasi
Anta r-Unit lntelijen Keuangan tahun 2013 (yang selanjutnya disebut sebagai sebagai
"Prinsip");

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan masing-masing negara.

Telah mencapai kesepahaman sebagai berikut:

,....
,,

1. Para Otoritas akan bekerja sama untuk mengumpulkan, mengembangkan, dan
menganalisis informasi dalam kewenangannya mengenai transaksi keuangan
yang diduga memiliki keterkaitan dengan pencucian uang, pendanaan terorisme,
atau tindak pidana yang berhubungan dengan pencucian uang dan pendanaan
terorisme. Untuk itu Para Otoritas akan saling bertukar informasi secara spontan

dan atas permintaan tentang informasi yang tersedia yang kiranya relevan
dengan investigasi yang dilakukan oleh PARA OTORITAS terhadap transaksi
keuangan yang berkaitan dengan pencucian uang dan pendanaan terorisme dan
terduga orang atau perusahaan yang terlibat. Semua permintaan informasi akan
dijustifikasi dengan pernyataan singkat dengan fakta yang sesuai dengan
paragraf 20 dari Prinsip.
2. lnformasi yang diperoleh dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini bersifat
rahasia. lnformasi tersebut tunduk pada kerahasiaan resmi dan dilindungi
setidaknya dengan kerahasiaan yang sama yang berlaku dalam peraturan
perundang-undangan nasional dari Otoritas penerima untuk informasi serupa
dari sumber nasional.
3. lnformasi yang dipertukarkan hanya dapat digunakan untuk tujuan sebagaimana
dimintakan atau diberikan. Penyampaian informasi atau dokumen kepada
otoritas lain atau pihak ketiga, atau penggunaan informasi untuk tujuan
administratif, investigasi kepolisian, penuntutan atau proses peradilan, selain
i

sebagaimana telah disetujui sebelumnya, harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Otoritas yang diminta.


I

4. Dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, tindak pidana yang berkaitan
dengan pencucian uang terdaftar dalam Lampiran I untuk Indonesia dan
Lampiran II untuk Tajikistan.
5. Para

Otoritas tidak berkewajiban

untuk memberi bantuan jika mereka

"

menentukan bahwa pemberian informasi yang diminta dapat mengganggu
investigasi atau proses peradilan di negara Otoritas yang diminta, atau jika
proses peradilan telah dijalankan atas fakta-fakta yang terkait dengan informasi
yang dimintakan, atau jika pemberian informasi tersebut dapat menyebabkan
gangguan

terhadap


kedaulatan, keamanan, kepentingan

nasional,

atau
'

kepentingan mendasar lainnya dari Otoritas yang diminta. Otoritas yang
menerima permintaan harus memberikan alasan penolakan kepada Otoritas
ya ng meminta.
6.

Pertukaran informasi antar-Otoritas dilakukan dengan menggunakan bahasa
lnggris. Permintaan

informasi akan disampaikan secara tertulis dengan

menggunakan transmisi elektronik atau komunikasi secara aman.
7.


Nota Kesepahaman ini dapat diubah sewaktu-waktu dengan persetujuan
bersama.

8.

Setiap perbedaan atau sengketa yang terjadi karena penafsiran , pelaksanaan,
dan implementasi dari Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan secara damai
antara Para Otoritas melalui konsultasi dan/atau negosiasi.

9.

Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sewaktu-waktu. Pengakhiran tersebut akan
berlaku sejak diterimanya pemberitahuan tertulis dari salah satu Otoritas kE:.padq
Otoritas yang lain.

10. Nota Kesepahaman ini mulai berlaku sejak ditandatangani oleh Para Otoritas.
SEBAGAI BUKTI , yang bertanda tangan di bawah ini, diberikan kewenangan oleh
masing-masing Pemerintah, telah menandatangani Nota Kesepahaman ini di
Jakarta, pada tanggal Satu bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas, dibuat dalam

dua rangkap naskah as li dalam bahasa Indonesia, bahasa Taj ik, dan bahasa lnggris,

semua naskah memiliki keabsahan

yang

sama, apabila terjadi

perbedaan

penafsiran, maka naskah dalam bahasa lnggris yang berlaku.
UNTUK PUSAT PELAPORAN DAN

UNTUK DEPARTEMEN

ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PENGAWASAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA


BANK NASIONAL TAJIKISTAN

セ@

--

Jamshed Nurmahmadzoda
Ketua Bank Nasional Tajikistan

1

LAMPIRAN I

Undang Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 2 Ayat (1) menyatakan
bahwa sumber dana atau harta kekayaan adalah tidak sah apabila diperoleh dari
tindak pidana sebagai berikut:

a. Korupsi ;

b. Penyuapan;
c. Narkotika;
d. Psikotropika;
e. Penyelundupan tenaga kerja;
f. Penyelundupan migran;
g. Di bidang perbankan;
h. Di bidang pasar modal;

i.

Di bidang perasuransian;

j.

Kepabeanan;

k. Cukai;

I.


Perdagangan orang ;

m. Perdagangan senjata gelap;
n. Terorisme;
o. Penculikan;
p. Pencurian;
q. Penggelapan;
r. Penipuan;
s. Pemalsuan uang;

t.

Perjudian;

u. Prostitusi;
v. Di bidang perpajakan;
w. Di bidang kehutanan ;
x. Di bidang lingkungan hidup;
y . Di bidang kelautan dan perikanan; atau


z. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih.

Pasal 2 Ayat (2) menyatakan:
Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau
digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi
teroris,

atau

teroris

perseorangan

disamakan

sebagai

hasil


tindak

pidana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, Pasal 2 Ayat (1)

menyatakan Undang-Undang ini berlaku terhadap: (a) Setiap orang yang melakukan
atau bermaksud melakukan tindak pidana pendanaan terorisme di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan/atau (b) Dana yang terkait dengan Pendanaan Terorisme di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

LAMPIRAN II

Berdasarkan peraturan Republik Tajikistan, sumber dana atau harta kekayaan
adalah tidak sah apabila berasal dari tindak pidana terkait dengan:

a. Keikutsertaan pada kelompok kejahatan terorganisasi dan pemerasan;
b. Terorisme, termasuk pendanaan terorisme;
c. Perdagangan manusia dan migrasi ilegal;
d. Eksploitasi seksual, termasuk eksploitasi seksual anak-anak;
e. Perdagangan gelap narkotika dan psikotropika;
f. Perdagangan senjata gelap;
g. Korupsi dan penyuapan;
h. Penipuan;
i.

Pemalsuan uang;

j.

Kejahatan lingkungan ;

k. Pembunuhan, menyebabkan Iuka berat;
I.

Penculikan, penahanan ilegal, dan penyanderaan;

m. Penyelundupan;
n. Pemerasan;
o. Pemalsuan;
p. Pembajakan;
q. Kesepakatan orang dalam dan manipulasi pasar;
r. Perampokan atau pencurian benda;
s. Usaha ilegal;
t.

Di bidang perbankan;

u. Pelanggaran pajak.

REPUBLIK INDONESIA

EAA 0 IIITJ1 TAO zyM
EAJ1HJ1 MAPKA311 TA)\Ml.llJtl AMA1111 ET BA )\JtfCOEOT)\OJtl MO/ H15IBJt1J1
11H,l.l,OHE3IDI BA ,l.l,EilAPT AMEHTM MOHJt1TOPJt1HfJt1 MOJ1MfilH1J1 BOHKJ1
MJ1.llllJ1J1 TOlJ;MKJ1CTOH 011,l.I, EA )\AMKOPM AAP CO)\AM MYEO,l.l,J1J1AJ1
MTTJ1.ll00TM MA.IA -

Ycy11x;o)

Kall.IWOVrn11.J11 MTTYtAOOTM Aa p 111xrYtepA01.IITa

OMA 6a ax;A,x;o111 MOAJtIJIBJlle, KM Aap K,0ttyHMTapA0HJllJl1 (paCM.t1KJH0ID1(1l j
AapOMaAx;Ovt 60 p ox;111 セjャQhPUt@
cpaoOAJl[JITW

セihojt@

6a4aCTOBapA3 Ba Ma6Aarry30pJ11J11 TeppopY13M e
Map6yT

6a

K,OH)'IDITapAOHHJit

( paCMJ11KJHOHY1J11)

AapoMaAx;OJ11 60 pox;M Y:HHO>IT 6a4acroeap4a Ba Ma6.1iarry3opMJ11 reppopw3M
ryMoH6ap

AOH1'1CTa

MernaBaHA,

xaMKOpi"t

xox;aHA

I