Pengembangan religiositas siswa di Sekolah Menengah Pertama Kanisius Kalasan Yogyakarta

(1)

PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Agung Jiwantoro

NIM: 121124067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

kedua orang tuaku (Petrus Sujono dan Maria Magdalena Marjiwatun Tri Nugroho), kakak saya (Fransiska Tutut Paulina), teman-teman PAK Angkatan 2012, seluruh warga SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, serta semua orang yang telah membantu


(5)

MOTTO

Tuhan memanggil melalui suara hati,

suara Tuhan yang membuat jiwa menjadi penuh iman, kasih, dan harapan.

“Adapun Allah, jalan-Nya sempurna;

Janji Tuhan adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya”


(6)

(7)

(8)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KANISIUS KALASAN

YOGYAKARTA. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis atas realitas yang terjadi terhadap perkembangan religiositas remaja yang semakin memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa remaja mudah terjerumus dalam tindakan yang dapat merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dipanggil untuk membantu dalam pengembangan religiositas siswa. Berdasar pada pernyataan tersebut bahwa remaja mudah terjerumus dalam budaya baru yang belum tentu baik dan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dipanggil untuk membantu dalam pengembangan religiositas siswa, maka skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana upaya SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dalam mengembangkan religiousitas siswa.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik telah mendukung sikap religiousitas siswa. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penyebaran angket kepada siswa dan wawancara terhadap guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga dimanfaatkan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran agar dapat menjadi bahan yang mendukung serta mampu direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan dalam upaya pengembangan religiousitas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

Hasil akhir menunjukkan bahwa SMP Kanisius Kalasan sudah mengupayakan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di sekolah. Dalam rangka membantu pengembangan religiositas siswa yang meliputi, aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect, sekolah mengadakan berbagai kegiatan, seperti pendidikan religiositas, Misa pelajar, rekoleksi, refleksi, doa sebelum dan sesudah pelajaran. Tetapi pengembangan religiousitas dirasa masih perlu ditingkatkan, karena siswa dirasa masih kurang mendalam dalam melakukan refleksi. Maka, untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, penulis mengusulkan panduan refleksi siswa. Panduan refleksi sebagai latihan-latihan atau sarana bagi siswa agar mampu berefleksi untuk meningkatkan pengembangan religiositas secara utuh. Refleksi merupakan tindakan yang menentukan untuk bergerak dari pengalaman ke perubahan, panduan refleksi yang sama juga dapat membantu guru dalam pendampingan pengembangan religiositas siswa.


(9)

ABSTRACT

The title of this thesis is DEVELOPING RELIGIOSITY IN JUNIOR HIGH SCHOOL KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA. The title is chosen from concerns of the author’s of on reality that happens to the developing of adolescent religiosity is increasingly alarming. Reality shows that adolescents are vulnerable to actions that can be harmful to themselves or others. Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta as a Catholic schools called in to assist in the developing of students' religiosity. Based on the statement that adolescents are vulnerable to a new culture that is not necessarily good and Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta as a Catholic school called in to assist in the developing of religiosity students, the thesis is purports to determine the extent of the effort Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta as a Catholic school in developing students religiosity.

The main issue in this thesis is religiosity how the implementation of the religiosity developing program in Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta as a Catholic school has supported the attitude religiousitas students. To investigate this issue is accurate data. Therefore, distributing questionnaires to students and interviews with teachers at Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta are employee in this research. In addition, the literature study is also used to obtain ideas that may be material to support and be able to be reflection, in order to obtain ideas that can be used as a contribution in the developing of students in Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta.

The results showed that the Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta has already working the implemented of the religiosity developing program in the school. In order to facilitaty the developing of religiosity students covering aspects of religiosity belief, aspects of religiosity practice, aspects of religiosity feeling, aspects of religiosity knowledge, and aspects of religiosity effect, the school held a variety of activities, such as religiosity class, Euchairst students, recollections, reflections, prayers before and after lesson. But the religiosity developing felt still needs to be improved, because the student is still not deep in reflection. So, to improve the implementation of the developing of students in Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta, the authors propose a reflection guide students. Free reflection as exercises or a means for students to be able to reflection to enhance the developing of religiosity in their entirety. Reflection is a determine action to move from experience to change, reflection the same guide can also help teachers in assisting the developing of students religiosity.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat limpahan kasih sayang-Nya, skripsi dengan judul PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA ini terselesaikan dengan baik.

Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan untuk Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi yang telah bersedia memberi dukungan, perhatian, motivasi kepada penulis selama berproses di Prodi PAK.

2. Y.H Bintang Nusantara, SFK, M.Hum, selaku dosen utama dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dalam mendampingi, menuntun, memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam mengembangkan ide sehingga penulis semakin bersemangat untuk menyelesaikan skripsi.

3. Y. Kristianto, SFK, M.Pd, selaku dosen penguji kedua, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini.

4. P. Banyu Dewa Hs, S.Ag, M.Si, selaku dosen penguji ketiga, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini.


(11)

5. Semua Staf Dosen Prodi PAK, yang sudah membantu penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 6. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakaan Prodi PAK maupun USD Pusat dan

seluruh karyawan bagian lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Yusup Indrianto P., S.Pd selaku Kepala SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang memberikan ijin kepada penulis untuk menjalankan penelitian di sekolah.

8. Darmini, S.Pd, Y. Endang Setya H., S.Pd, Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd dan B. Sri Sumekar Harjanti selaku guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk dapat diwawancara.

9. Siswa-siswi kelas IX SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah meluangkan waktu memberikan jawaban dalam penelitian melalui angket.

10.Bapak Petrus Sujono dan Ibu Maria Magdalena Marjiwatun Tri Nugraha, selaku orangtua penulis yang selalu mendampingi, memberi kasih sayang dan membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.

11.Kakak saya Fransiska Tutut Paulina yang selalu mendukung dan menyemangati penulis menyelesaikan skripsi.

12.Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan, doa, perhatian dan kerjasama sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.


(12)

Penulis menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua yang membacanya.


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR TABEL ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Permasalah... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS DI SEKOLAH KATOLIK ... 9

A. Pengertian Religiositas ... 10

1. Religiositas: Bagian Terdalam dari Pribadi Manusia ... 10

2. Religiositas: Melintasi Agama-agama ... 11

3. Religiositas: Melintasi Rasionalisasi ... 12

B. Aspek Religiositas ... 13

1. Aspek Religiositas Belief ... 13

2. Aspek Religiositas Practice ... 14


(14)

4. Aspek Religiositas Knowledge ... 15

5. Aspek Religiositas Effect ... 15

C. Perkembangan Religiositas Remaja ... 15

1. Perkembangan Remaja ... 16

a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental ... 16

b. Perkembangan Perasaan ... 16

c. Sikap dan Minat ... 17

2. 5 Aspek dalam Perkembangan Religiositas Remaja ... 17

a. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Belief... 17

b. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Practice ... 18

c. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Feeling ... 19

d. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Knowledge ... 19

e. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Effect... 20

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Religiositas Remaja ... 21

a. Faktor Keluarga ... 21

b. Faktor Sekolah ... 23

c. Faktor Masyarakat ... 24

d. Faktor Gereja ... 24

D. Dimensi Religiositas di Sekolah Katolik ... 25

1. Sekolah Pada Umumnya... 26

2. Makna Sekolah Katolik ... 26

3. Alasan Keberadaan Sekolah Katolik ... 27

4. Tujuan Sekolah Katolik ... 27

5. Dimensi Religiositas Pendidikan di Sekolah Katolik ... 28

a. Dimensi Religiositas Iklim Sekolah ... 28

b. Dimensi Religiositas Kehidupan dan Karya Sekolah .... 29

c. Pengajaran Agama di Kelas dan Dimensi Religiositas Pendidikan ... 30 E. Usaha Pengembangan Religiositas siswa


(15)

Di Sekolah Katolik ... 30

1. Usaha Pengembangan dalam Aspek Belief ... 31

2. Usaha Pengembangan dalam Aspek Practice ... 32

3. Usaha Pengembangan dalam Aspek Feeling ... 32

4. Usaha Pengembangan dalam Aspek Knowledge ... 32

5. Usaha Pengembangan dalam Aspek Effect ... 33

BAB III. PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA ... 35

A. Gambaran Umum SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 35

1. Sejarah Singkat SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 36

2. Visi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 36

3. Misi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 37

4. Tujuan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 38

5. Lingkungan Fisik SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 40

6. Gambaran Guru SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 40

7. Gambaran Siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 41

B. Metodologi Penelitian ... 42

1. Permasalahan ... 43

2. Tujuan Penelitian ... 43

3. Jenis Penelitian ... 44

4. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ... 45

5. Sampel Penelitian ... 45

6. Variabel Penelitian ... 46

7. Teknik Pengumpulan Data ... 48

8. Analisis Data ... 53

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 54

1. Laporan Pelaksanaan Penelitian ... 54

2. Laporan Penelitian Melalui Penyebaran Angket ... 55

a. Identitas Responden... 56

b. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta... 57 c. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di


(16)

SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta... 59

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 66

e. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 68

3. Laporan Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 72

4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

a. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 84

b. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 85

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 91

d. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ... 94

D. Kesimpulan Penelitian ... 98

BAB IV. PANDUAN REFLEKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA ... 101

A. Latar Belakang Penyusunan Panduan Refleksi ... 101

B. Tujuan Penyusunan Panduan Refleksi ... 102

C. Materi Pokok Panduan Refleksi ... 103

D. Petunjuk Penggunaa Panduan Refleksi ... 106

E. Contoh Panduan Refleksi ... 109

1. Materi (Belief): Percaya Keberadaan Allah ... 109

2. Materi (Practice): Mengikuti Ibadah... 110

3. Materi (Feeling): Merasakan Kehadiran Allah ... 112

4. Materi (Knowledge): Pendidikan Religiositas ... 113

5. Materi (Effect): Perilaku Sehari-hari ... 114

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 116


(17)

LAMPIRAN ... 120

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Transkip Hasil Wawancara Guru ... (2)

Lampiran 3: Kisi-kisi dan Angket ... (6)

Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden ... (14)


(18)

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Ef : Efesus Mzm : Mazmur B. Singkatan Dokumen Gereja

GE : Gravissimum Educationis

Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen tanggal 28 Oktober 1965.

LG : Lumen Gentium

Dekrit Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964.

GS : Gaudium Et Spes

Dekrit Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini tanggal 7 Desember 1965.

SC : Sacrosanctum Concilium

Dekrit Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci tanggal 4 Desember 1963.

KGK : Katekismus Gereja Katolik

Terjemahan Indonesia dikerjakan berdasarkan edisi Jerman oleh P. Herman Embuiri, SVD. Tahun 2014.

C. Singkatan Lain

IKAPI : Ikatan Penerbit Indonesia BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional PA : Putra Altar

IQ : Intelligence Quotient PAK : Pendidikan Agama Katolik R : Responden


(19)

P : Persentase

J : Jumlah siswa yang memilih alternatif jawaban tertentu T : Jumlah total seluruh responden

dll : dan lain-lain No : Nomor

SMP : Sekolah Menengah Pertama Mapel : Mata Pelajaran

BNN : Badan Narkotika Nasional MS : Microsoft Word

SJ : Serikat Jesus

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam SK : Surat Keputusan

KD : Kompetensi Dasar

KKM : Kriteria Kelulusan Minimal

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran CTL : Contextual Teaching and Learning

PAIKEM :Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

SDM : Sumber Daya Manusia UKS : Unit Kesehatan Sekolah HP : Handphone


(20)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Kisi-kisi Kuesioner 2. Tabel 2.Kisi-kisi Wawancara

3. Tabel 3. Identitas Responden (N=60)

4. Tabel 4. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60)

5. Tabel 5. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60)

6. Tabel 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60)

7. Tabel 7. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60)

8. Tabel 8. Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta

9. Tabel 9. Contoh Struktur Materi Panduan Refleksi 10.Tabel 10. Lampiran 3: Kisi-kisi dan Angket Penelitian 11.Tabel 11. Lampiran 5: Rekap Hasil Angket


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Religiositas mempunyai peran yang penting dalam menentukan arah kehidupan dan perilaku seseorang. Religiositas adalah relasi antara pribadi dengan Allah yang diwujudnyatakan dalam hidup di tengah masyarakat. Dengan memiliki religiositas, seseorang bisa mengendalikan tingkah laku mereka dalam menghadapi setiap persoalan hidup serta mampu mengambil keputusan yang tidak merugikan pihak manapun, dan yang terpenting tidak bertentangan dengan ajaran Injil. Seorang religiositas akan mampu secara kritis menilai perbuatan apa yang baik dan perlu dilakukan, serta mengetahui perbuatan yang dinilai buruk dan tidak perlu dilakukan (Sarwono, 1989: 91).

Bagi remaja, religiositas juga sangat penting dalam membantu pembentukan konsep diri. Remaja yang memiliki religiositas akan secara kritis mengambil sikap dan keputusan yang tidak bertentangan dengan pandangan masyarakat, sehingga remaja yang religiositas, tidak akan mudah untuk terjerumus dalam tindakan yang dapat merugikan pribadinya atau orang lain. Dengan religiositas remaja akan berkembang menjadi pribadi yang utuh, karena remaja akan menyadari apa tanggung jawab dan tugas-tugas mereka sebagai remaja. Remaja akan melakukan tindakan yang mengembangkan pribadi dan mengembangkan masyarakat luas. Mereka melakukan semua itu tanpa ada paksaan dari manapun, karena religiositas menggerakkan hati yang terdalam remaja, sehingga remaja terdorong untuk melakukan tindakan –tindakan baik yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab


(22)

mereka sebagai remaja, baik itu saat ketika berada di sekolah atau ketika berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat (Sarwono, 1989: 71-91).

Religiositas remaja perlu dikembangkan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis antara pribadi dengan Allah dan sesama. Pada masa remaja, mereka mengalami perubahan dalam minat religiositas. Masa remaja mengalami masa keraguan religiositas, remaja banyak yang bersikap skeptis dalam menjalankan ajaran atau perintah agamanya, bila ajarannya tidak sesuai dengan keinginannya, remaja akan mencari kepercayaan baru dari orang terdekat mereka, baik itu teman, tetangga dll. Di berbagai negara peristiwa seperti ini sering terjadi kepada remaja yang kurang memiliki ikatan religiositas. Oleh sebab itu, sering remaja menjadi mangsa baru bagi mereka kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk mempengaruhi remaja mengikuti kultur baru yang belum tentu baik. Maka perlu bagi remaja untuk memiliki religiositas yang kuat agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh budaya baru yang dapat merugikan pribadi remaja dan orang di sekitar remaja yaitu masyarakat (Hurlock, 1980: 222)

Realitas yang terjadi bila religiositas tidak dikembangkan adalah semakin bertambah banyak remaja dengan begitu mudah mengambil tindakan atau tingkah laku nekat, yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. Seperti berita akhir-akhir ini, banyak kasus kenakalan usia remaja yang sudah sangat memprihatinkan, terlihat semakin bertambah setiap tahunnya remaja SMP yang kecanduan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Data yang dikeluarkan oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) tercatat pada tahun 2014 pelajar tingkat SD dan SMP yang kecanduan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya berjumlah lebih dari


(23)

44.768 jiwa dan mengalami peningkatan pecandu dari tahun ke tahun (Sumber: bnn.go.id). Kenakalan remaja lainnya adalah begitu mudahnya remaja sekarang untuk terpancing emosi dengan hal-hal kecil dan nekat menghabisi lawannya melalui berbagai cara, salah satunya menggunakan zat kimia untuk melumpuhkan musuh mereka yang sebenarnya masih berusia remaja (Sumber: kompas.com). Kasus remaja lainnya adalah remaja sekarang semakin nekat untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, di Jakarta 4 remaja merampok sepeda motor teman sendiri (sumber: merdeka.com). Di dunia dewasa ini remaja mempunyai intelektual yang baik, tetapi kebanyakan dari mereka tidak diimbangi oleh moral yang baik pula, maka begitu banyak remaja putri yang hamil di luar nikah dan jumlah kasus kelahiran remaja di luar nikah setiap tahunnya semakin bertambah (sumber: liputan6.com)

Sekolah Katolik sebagai wujud kehadiran Gereja di dunia persekolahan mempunyai peran penting untuk memberikan pertolongan dalam upaya pengembangan religiositas, supaya para remaja mempunyai prinsip-prinsip moral religiositas. Maka sekolah Katolik sungguh dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Selain itu, sekolah Katolik juga perlu menciptakan suasana lingkungan hidup bersama di sekolah untuk mendorong siswa agar memiliki religiositas, serta sesuai dengan semangat Injil. Sehingga sebagai sekolah Katolik mampu mengembangkan kepribadian siswa sebagai ciptaan baru yang cerdas dalam IQ dan sekaligus memiliki religiositas sebagai pegangan dan pedoman siswa, supaya siswa ketika mengambil keputusan dan tindakan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, serta yang terpenting tidak bertentangan dengan semangat Injil dan pandangan masyarakat (GE, art. 7-8).


(24)

SMP Kanisius Kalasan sebagai sekolah Katolik sudah berupaya memberikan sarana bagi siswa untuk mengembangkan religiositas mereka, yaitu dengan adanya pendidikan religiositas, misa pelajar yang diikuti oleh seluruh siswa se-kecamatan Kalasan dan rekoleksi siswa SMP Kanisius Kalasan yang diadakan sebulan sekali. Selain itu juga setiap sebelum dan sesudah pelajaran diawali dengan doa. Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta juga selalu mendoakan doa Malaikat Tuhan (Angelus) dengan speaker yang dipimpin oleh salah satu siswa yang bertugas, serta setiap ada lomba SMP Kanisius Kalasan selalu mengadakan lomba yang menumbuhkan religiositas, misal seperti lomba CCA (Cerdas Cermat Alkitab), lector, dan Mazmur. SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta memiliki letak geografis yang strategis dalam pengembangan religiositas siswa, karena letaknya yang bersebelahan dengan Gereja Paroki Kalasan, setiap sebulan sekali di awal bulan selalu diadakan refleksi bersama, yang dituliskan pada buku khusus, untuk mengetahui pergulatan siswa, dari refleksi tersebut tentu sangat beragam ada siswa yang kuat religiositasnya, tapi ada juga siswa yang kurang religiositasnya.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui sejauh mana upaya SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dalam mengembangkan religiositas siswa. Dalam rangka ini penulis memberi judul skripsi yakni “PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA.”

Melalui penulisan skripsi ini, penulis ingin mengajak para pendidik khususnya para pendidik yang berada di sekolah Katolik untuk semakin


(25)

mengembangkan iklim religiositas di sekolah melalui berbagai macam metode yang membantu siswa untuk mengembangkan religiositas agar menjadi pribadi yang utuh.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah pokok dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik?

2. Bagaimana pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?

3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik. 2. Mengetahui bagaimana pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius

Kalasan Yogyakarta.

3. Mengembangkan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pendidik:

Memberikan sumbangan gagasan dan hasil penulisan demi tercapainya tujuan dan maksud sekolah Katolik dalam mengembangkan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.


(26)

2. Bagi Penulis:

Menambah pemahaman, pengalaman, pengetahuan serta wawasan akan pentingnya peranan sekolah Katolik dalam mengembangkan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

3. Bagi Sekolah SMP Kanisius Kalasan:

Supaya SMP Kanisius Kalasan selaku sekolah Katolik dapat lebih memperhatikan perkembangan religiositas siswa.

4. Bagi Kampus PAK

Membantu Program Studi PAK untuk menyediakan data ilmiah mengenai pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, dengan memanfaatkan data dari studi pustaka yang relevan dan mendukung, serta penelitian untuk memperoleh gambaran tentang upaya “Pengembangan Religiositas Siswa Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.”

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi menyeluruh skripsi ini, penulis akan menggambarkan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bagian pendahuluan dengan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.


(27)

Bab kedua menguraikan tentang pengembangan religiositas di sekolah Katolik, yang terdiri dari lima bagian. Bagian pertama mengenai pengertian religiositas. Bagian kedua mengenai aspek religiositas yang terdiri dari aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Bagian ketiga mengenai perkembangan religiositas remaja terdiri atas perkembangan remaja, 5 aspek dalam perkembangan religiositas remaja, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan religiositas remaja. Bagian keempat mengenai dimensi religiositas di sekolah Katolik yang meliputi sekolah pada umumnya, makna sekolah Katolik, alasan keberadaan sekolah Katolik, tujuan sekolah Katolik, dan dimensi religiositas pendidikan di sekolah Katolik. Bagian kelima mengenai usaha pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik.

Bab ketiga menguraikan metodologi penelitian dan pembahasan hasil penelitian terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari permasalahan, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bagian kedua mengenai hasil penelitian dan pembahasan, meliputi laporan pelaksanaan penelitian, laporan penelitian melalui penyebaran angket, laporan hasil penelitian wawancara dengan para guru, dan pembahasan hasil penelitian. Bagian ketiga mengenai kesimpulan penelitian

Bab keempat berisi uraian mengenai panduan refleksi sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, terdiri dari lima bagian, meliputi latar belakang penyusunan


(28)

panduan refleksi, tujuan penyusunan panduan refleksi, materi pokok panduan refleksi, petunjuk penggunaan panduan refleksi, dan contoh-contoh panduan refleksi.

Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang sebaiknya dilakukan untuk semakin membantu dalam pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.


(29)

BAB II

PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS DI SEKOLAH KATOLIK

Kondisi dunia dewasa seperti sekarang ini, memang menuntut setiap orang untuk memiliki kemampuan intelektual yang sangat baik demi bisa bersaing dalam dunia kerja, akan tetapi seharusnya juga dituntut untuk memperkembangkan religiositas. Religiositas tidak dengan sendirinya berkembang, religiositas dalam lingkungan sekolah memang memiliki peran penting dalam mengembangkan dunia seperti sekarang ini yang memiliki kecenderungan untuk mementingkan kemampuan intelektual, oleh karenanya religiositas dapat mengembangkan bagian pribadi siswa secara utuh. Religiositas dapat berarti memeriksa lagi, menimbang-nimbang, merenungkan, hati nurani yang terdalam. Bagaimanapun manusia religiositas dapat diartikan, sebagai manusia yang berhati nurani serius, saleh, teliti dalam pertimbangan batin dan sebagainya. Maka religiositas berbeda dengan agama. Agama lebih menunjukkan kelembagaan, kebaktian kepada Tuhan atau kepada dunia atas dalam aspek yang resmi, sedangkan religiositas lebih menunjuk ke bagian terdalam dari pribadi manusia, yaitu hati nurani. Orang beragama belum tentu dia itu memiliki religiositas, maka dapat dikatan juga religiositas itu melintasi agama-agama. Pemahaman lebih lanjut tentang pengembangan religiositas di sekolah Katolik akan dibahas dalam lima bagian. Bagian pertama mengenai religiositas, bagian kedua mengenai aspek religiositas, bagian ketiga mengenai perkembangan religiositas remaja, bagian keempat membahas mengenai dimensi religiositas di sekolah, bagian


(30)

kelima membahas mengenai usaha pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik.

A. Pengertian Religiositas

Pemahaman yang lebih luas mengenai pengertian religiositas akan lebih jelas dan lebih lanjut dibahas dalam tiga bagian berikut. Bagian pertama mengenai religiositas: bagian terdalam dari pribadi manusia. Bagian kedua tentang religiositas: melintasi Agama-agama. Sedangkan bagian ketiga mengenai religiositas: melintasi rasionalisasi.

1. Religiositas: Bagian Terdalam dari Pribadi Manusia

Religiositas menunjuk pada kedalaman pribadi manusia dalam berhubungan dengan yang Ilahi, dan memuat kepercayaan, keterkaguman, hormat, penyerahan diri, kasih sayang, dan lain-lain. Religiositas semata-mata bukan hanya tingkah laku dalam keagamaan, misal pergei ke Gereja atau berziarah, tetapi lebih merupakan segi kedalaman, segi batin manusia, walaupun segi seperti ini dapat diungkapkan dengan berbagai cara misal pergi ke tempat Ibadah (Gereja atau Masjid dll). Religiositas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’ riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas, ‘de coeur’ dalam Pascal, yaitu cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi) ke dalam si pribadi manusia (Y.B.Mangunwijaya, 1982: 11).

Religiositas dapat diungkapkan melalui ritus agama maupun tidak, maksudnya religiositas itu dapat diungkapkan melalui kegiatan yang berciri agama maupun bukan. Kegiatan yang berciri agama itu misalnya seperti membaca Kitab


(31)

Suci, ibadat dan lain sebagainya. Religiositas yang diungkapkan dalam bahasa non agama misalnya kegiatan kemanusiaan, menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan, berbagi berkat yang sudah diterima dari Allah untuk dibagikan kepada sesama (waktu, tenaga, ekonomi dll).

Sejarah religiositas merupakan drama hilangnya dan ditemukannya kembali nilai-nilai keagamaan yang berlangsung terus-menerus. Sejarah religiositas menyoroti tentang kerinduan manusia akan kebutuhan-kebutuhan paling dalam dan paling eksistensial yang tidak bisa dituntaskan dengan rumusan-rumusan doktrinal. Dengan kata lain, setiap jaman mempunyai tantangannya yang unik dalam menemukan serta mengungkapkan pengalaman-pengalaman keberagamaan (Moedjanto, 1995: 209).

2. Religiositas: Melintasi Agama-agama

Religiositas Juga dapat dikatakan sebagai suatu karya nyata yang tidak terbatas pada agama-agama tertentu, tetapi religousitas justru menjadi pendorong seseorang untuk meningkatkan kualitas diri dalam hubungannya dengan yang Ilahi yang berdampak pada kemakmuran atau kesejahteraan umat manusia. Y.B Mangunwijaya menulis tentang religiositas itu sebagai berikut:

“Pada tingkat religiositas, bukan peraturan atau hukum yang berbicara, akan tetapi keiklasan, kesukarelaan, kepasrahan diri kepada Tuhan. Dalam rasa hormat takjub, namun pula dalam rasa cinta. Dalam suasana pujian yang tidak lagi mencari menang. Karena tergenang oleh rasa syukur penuh rendah diri, sebab kita sadar bahwa yang menang bukan agama ini atau agama itu melainkan Tuhan Allah sendiri, yang Maha Agung, namun juga Maha pemurah dan Maha kasih (Mangunwijaya, 1991: 6)”.

Tumbuhnya sikap religiositas pada diri seseorang akan menumbuhkan sikap cinta kasih kepada sesama, baik itu manusia atau alam ciptaan Tuhan, sehingga dalam hidup sehari-hari akan membuahkan sikap saling percaya, mencintai,


(32)

menghargai dan muncul rasa peduli terhadap sesama dan alam. Berbicara mengenai religiositas biasanya tidak terlepas dari kemrosotan kualitas penghayatan orang dalam beragama. Religiositas, dengan demikian merupakan salah satu bentuk kritik terhadap kualitas keberagamaan seseorang terhadap agama sebagai lembaga dan ajaran. Kritik dimaksudkan untuk membuka jalan supaya kehidupan orang beragama menjadi semakin intens. Moedjanto (1995: 208) mengatakan bahwa semakin orang religiositas, semakin hidupnya menjadi nyata. Religiositas pertama-tama tidak dipertentangkan dengan ketidak beragaman seseorang dengan ireligiositas. Religiositas lebih berkaitan dengan sikap orang untuk menjaga kualitas keberagamaannya dilihat dari dimensinya yang paling mendalam dan personal yang sering kali berada di luar kategori-kategori ajaran agama yang resmi. Religiositas sangat sulit untuk diukur atau dinilai dari gejala-gejala lahiriah semata. Religiositas merupakan isi, dasar dari agama atau hidup keagamaan manusia. Maka jika tanpa religiositas hidup keagamaan jadi tanpa arti dalam menjalaninya atau dapat dikatakan dalam hidup beragama akan menjadi sesuatu yang hampa, karena religiositas yang menentukan kualitas hidup beragama. Orang yang rajin mengikuti peraturan keagamaan, belum tentu manusia itu religiositas. Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut dapat disimpukan bahwa religiositas dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku, bersikap, dan bertidak sesuai dengan ajarannya.

3. Religiositas: Melintasi Rasionalisasi

Dalam sejarah Eropa, salah satu tantangan terbesar terhadap penghayatan hidup beragama adalah pola pemikiran yang semakin rasionalisme. Tidak dapat


(33)

dipungkiri dan tidak dapat diabaikan, bahwa perkembangan zaman dapat mempengaruhi pandangan seseorang salah satunya yaitu, munculnya rasionalisme, semenjak saat itu orang-orang beragama tidak hanya dibantu untuk bersifat kritis, namun sikap kritis ini mendorong orang untuk mengaitkan agama dengan irasionalitas. Di Prancis, Pascal membela agama dan religiositas dengan meluncurkan sebuah ungkapan yang masih termahsyur sampai sekarang: Hati mempunyai rasionya sendiri (Moedjanto, 1995: 210). Maka religiositas mengembangkan segi terdalam dari diri manusia, meskipun religiositas itu melintasi rasionalisasi, namun tidak ada satu pertentangan sesungguhnya antara religiositas dan rasionalisasi, tetapi justru yang utama rasionalisasi orang merupakan akal budi menghadapi setiap persoalan, karena Allah yang mewahyukan rahasia-rahasia dan mencurahkan iman telah menempatkan di dalam roh manusia cahaya akal budi.

B. Aspek Religiositas

Religiositas memiliki berbagai aspek, dalam Paloutzian ada 5 aspek religiositas akan lebih jelas dibahas dalam lima bagian berikut. Bagian pertama mengenai aspek religiositas belief. Bagian Kedua membahas tentang aspek religiositas practice. Bagian ketiga membahas aspek religiositas feeling. Bagian keempat mengenai aspek religiositas knowledge. Bagian kelima mengenai aspek religiositas effect.

1. Aspek Religiositas Belief

Aspek religiositas belief, mengacu pada apa yang diyakini sebagai bagian dari agama, seberapa kuat keyakinan diadakan, dasar untuk persetujuan intelektual, dan


(34)

bagaimana menonjol bahwa kepercayaan dalam kehidupan seseorang. Misalnya, keyakinan akan keberadaan Tuhan adalah ideologi agama, dengan kata lain aspek belief merupakan dimensi ideology, memberikan gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya. Misalnya: percaya adanya surga, Neraka, malaikat, kiamat, dan lain-lain (Paloutzian, 1996: 15).

2. Aspek Religiositas Practice

Aspek religiositas practice, mengacu pada serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menyatakan keyakinan agama tertentu. Penekanannya bukan pada efek agama mungkin memiliki pada "non religiositas" aspek kehidupan sehari-hari seseorang, tapi pada tindakan spesifik yang merupakan bagian dari dirinya religiositas. Maka aspek practice dapat disebut sebagai dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya. Misalnya: mengikuti Misa kudus pada hari minggu (Paloutzian, 1996: 16).

3. Aspek Religiositas Feeling

Aspek religiositas feeling, berkaitan dengan dalam jiwa dan dunia emosional individu. Selain pengalaman peristiwa yang orang mungkin memberi label "pengalaman religiositas", dimensi perasaan meliputi hal seperti keinginan untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tentang tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari keyakinan, dan sejenisnya merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu. Misalnya: merasa dicintai Tuhan, merasa dosanya diampuni, merasa doanya dikabulkan Tuhan (Paloutzian, 1996: 17-18).


(35)

4. Aspek Religiositas Knowledge

Aspek religiositas knowledge, merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Misalnya: orang mengetahui maksud dari hari raya agamanya, hukum atau dogma ajarannya, memahami isi Kitab Suci dan lain sebagainya (Paloutzian, 1996: 19).

5. Aspek Religiositas Effect

Aspek religiositas effect, mengacu pada perilaku, tetapi tidak perilaku yang merupakan bagian resmi dari praktik keagamaan itu sendiri. Sebaliknya, referensi di sini adalah untuk efek agama seseorang memiliki di sisi lain "non religiositas" segi kehidupan seseorang. Yakni mengungkapkan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: Mau mengampuni kesalahan sesama yang telah menyakitinya dengan sengaja atau tidak sengaja, mendoakan dan mencintai musuhnya, dan lain-lain (Paloutzian, 1996: 19).

C. Perkembangan Religiositas Remaja

Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Masa remaja dipandang sebagai periode yang sangat penting, di mana pada masa remaja mulai ditandai dengan pemekaran yang tidak hanya terlihat dari fisik, tetap juga pola perubahan minat religiositas, yaitu semakin menyadari akan pentingnya religiositas bagi dirinya atau keraguan akan religiositas. Masa remaja juga mampu untuk melihat diri sendiri secara objectif yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai


(36)

wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan menangkap humor. Memiliki falsafah hidup tertentu, remaja mulai mengetahui kedudukannya di masyarakat dan mengetahui bagaimana harus bersikap di dalam masyarakat. Beberapa kelompok keagamaan menganggap masa remaja sebagai saat yang tepat untuk mengembangkan religiositas baik itu di sekolah maupun ketika berada di tengah masyarakat.

1. Perkembangan Remaja

Menurut Hurlock (1980: 222) perkembangan remaja ditandai oleh beberapa sikap. Perkembangan itu adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental

Periode remaja memang disebut sebagai periode keraguan religiositas. Wagner menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keraguan religiositas tersebut adalah tanya-jawab religiositas. Menurut Wagner para remaja ingin mempelajari agama berdasar pengertian intelektual dan tidak ingin menerima begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin “agnostic” atau “ateis”, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna. Mereka ingin mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri ( Hurlock, 1980: 222). b. Perkembangan Perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja untuk menghayati peri kehidupan dalam lingkungannya. Kehidupan religiositas akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religiositas pula. Perubahan minat religiositas selama masa remaja lebih radikal dari pada perubahan dalam minat akan pekerjaan. Adanya perubahan minat akan agama pada remaja tidak mencerminkan kurangnya keyakinan, melainkan suatu kekecewaan terhadap organisasi keagamaan dan


(37)

penggunaan keyakinan serta kotbah dalam penyelesaian masalah sosial, politik dan ekonomi (Hurlock, 1980: 222).

c. Sikap dan Minat

Sikap dan minat remaja terhadap perkembangan religiositas dapat dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.

2. 5 Aspek dalam Perkembangan Religiositas Remaja

Remaja dilihat sebagai periode yang sangat penting dalam memperkembangkan sikap religiositasnya, di mana ditandai dengan pemekaran diri yang tidak hanya bersifat secara fisik tetapi juga dalam religiositasnya. Beberapa kelompok keagamaan memandang masa remaja sebagai saat “penyadaran”, maksudnya bahwa masa remaja adalah saat di mana keimanan yang tadinya bersifat pinjaman, kini menjadi miliknya sendiri (Hamalik, 1995: 108). Dalam pernyataan tersebut terdapat anggapan bahwa masa remaja merupakan suatu masa dimana remaja telah siap untuk melakukan pertobatan atau siap untuk menceburkan dirinya serta terlibat langsung dalam memperkembangkan sikap religiositasnya mereka dalam kehidupan. Dalam membahas perkembangan religiositas remaja, kiranya perlu mengetahui aspek akan sikap religiositas remaja.

a. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Belief.

Sebagian besar para remaja menganut keyakinan agama dan kepercayaan akan keperluan beragama dalam situasi kehidupan sehari-hari remaja. Dalam perkembangan religiositas, remaja memerlukan yang sesuai dengan kehidupan


(38)

sehari-hari dan dapat menolongnya untuk dapat mengatasi konflik atau permasalahan yang sedang mereka hadapi, serta dapat mengatasi keragu-raguan yang dialami oleh remaja. Dalam kesadaran mengenai masalah yang dialami oleh remaja, ada yang masih kurang bersikap toleran terhadap dogma-dogma yang mereka anggap kuno. Dalam hal seperti ini remaja memerlukan agama yang dapat menolongnya untuk mengolah masa transisi yang dialami oleh para remaja (Supriyati, 1988:359).

b. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Practice.

Kesadaran remaja akan mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya ini erat kaitannya dengan situasi kehidupan remaja yang penuh tekanan, rasa kurang aman dan rasa ingin tahu serta rasa ketidak pastian. Remaja membutuhkan agama yang lebih spesifik yang dapat membimbing sikap serta tingkah laku mereka, karena kesadaran beragama bagi remaja berarti penambahan minat dalam hal hidup beragama yang mengarah pada suatu rekonstruksi sikap-sikap dan keyakinan beragama. Sering orang menganggap remaja beragama dari hal practice saja, tetapi bukan dari keyakinan yang timbul dari dalam diri remaja. Minat beragama di kalangan remaja timbul karena remaja merasakan bahwa nilai-nilai keagamaan yang dibawanya sejak kecil sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan-kebutuhannya pada masa remaja; tidak sesuai lagi dengan perkembangan aspirasi dan gagasan-gagasannya (Supriyati, 1988: 360). Pada masa-masa seperti inilah kadang-kadang remaja malas berdoa ke Gereja atau malas berdoa secara teratur. Keadaan ini bukan karena remaja tidak percaya atau tidak taat lagi terhadap agamanya, tetapi remaja sering merasa bosan dengan perayaan-perayaan rutin dalam upacara-upacara Gerejani. Remaja akan senang apabila dapat melibatkan diri dalam gerakan Gerejani


(39)

bersama-sama remaja yang lain, tentu gerakan ini harus timbul melalui bagian terdalam dari diri setiap remaja yang disebut sebagai religiositas remaja.

c. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Feeling.

Dalam perkembangan remaja terdapat kecenderungan mengalami perubahan di dalam cara berpikir dan cara mereka merasakan kehadiran Allah “religiositas feeling”. Perkembangan itu dipengaruhi oleh pengalamaan keagamaan yang menunjuk pada pengalaman subjektif individu dalam berhubungan dengan yang Ilahi. Meskipun bersifat pribadi, tetapi tetap mempunyai elemen sosial, karena mempengaruhi pribadi dalam menginterpretasikan pengalaman personal tersebut. Pengalaman keagamaan yang personal itu berbeda-beda intensitasnya. Pengalaman-pengalaman religiositas bisa berbentuk rasa damai, atau kagum yang bersifat sesaat saja atau juga pengalaman mistik yang luar biasa. Isi dari pengalaman religiositas itu berbeda-beda. Di dalamnya bisa terdapat pengalaman yang menggembirakan seperti damai, harmonis, sukacita, merasa dicintai oleh Allah dan rasa aman. Namun dipihak lain ada juga pengalaman yang tidak menggembirakan yang mengasilkan teror, ketakutan, dan kecemasan. Sementara itu, isi dari pengalaman-pengalaman itu bergantung pada religiositas tentang apa yang dihadapi, sehingga remaja dapat memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan yang dialami individu, bahwa remaja mempunyai perasaan dicintai oleh Allah tergantung dari pengalaman religiositas yang dialami oleh remaja sebagai individu (Raho, 2013: 16).

d. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Knowledge

Besarnya minat remaja terhadap ilmu pengetahuan sangat dipengaruhi oleh apa yang kedepannya dapat berguna bagi mereka. Kalau remaja menginginkan


(40)

pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap seperti batu loncatan saja, contoh konkritnya beberapa tahun terakhir kriteria kelulusan siswa menitik beratkan pada ujian nasional, mereka cenderung untuk lebih serius mendalami materi pelajaran yang diajukan di ujian nasional saja dan kurang memperhatikan materi pelajaran yang lain (Hurlock, 1980: 220). Kurang minatnya remaja terhadap ilmu pengetahuan tertentu biasanya menunjukkan cara-cara berikut, remaja bekerja di bawah kemampuannya atau dalam mengerjakan tidak pernah serius, peristiwa ini sering terjadi pada usaha dan upaya untuk mengembangkan religiositas remaja dalam aspek knowledge, sehingga ketika ditanya siapa itu Kristus?, Apa maksud kedatangan Yesus Kristus di dunia?, mereka akan menjawab dasarnya saja atau kulitnya dan tidak terpikirkan untuk mendefinisikan jawaban dari pertanyaan tersebut, sebab mereka bekerja (berfikir) di bawah kemampuannya, padahal sebenarnya para siswa memiliki potensi yang sangat besar untuk mampu menjawab dengan lebih baik, dan bahkan mampu mengambil makna dari apa yang mereka pelajari serta mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari mereka. e. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Effect

Orang tua atau guru tidak dapat lagi mengawasi remaja dari dekat seperti yang dilakukan pada sat mereka masih anak-anak. Oleh karena itu remaja harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam pengendalian perilakunya sendiri. Bila dulu pada saat masih anak-anak rasa takut yang ditimbulkan dari hukuman merupakan pencegahan yang terbaik untuk anak supaya tidak melakukan kesalahan atau dapat menekan perbuatan salah yang dilakukan, ketika mereka sekarang mencapai usia remaja itu dimengerti sebagai sumber motivasi berdasarkan pengendalian dari luar


(41)

yang hanya efektif bila ada perilaku yang nyata-nyata salah dan hukuman bagi pelakunya. Bahkan sejumlah telaah mengenai kenakalan remaja menunjukkan bahwa hukuman tidak hanya mencegah perbuatan yang salah tetapi malah menjadi pendorong untuk berperilaku salah, maka ada istilah bagi para remaja, bahwa “peraturan dibuat untuk dilanggar”, dan ketika remaja berbuat salah, mereka akan mencari berbagai alasan untuk dapat menghindari kesalahan agar terbebas dari berbagai bentuk hukuman dengan melakukan berbagai cara, yaitu dengan berbohong, menyalahkan orang lain dll.

Peran suara hati dalam pengendalian perilaku remaja sangatlah penting untuk menimbulkan sikap perilaku yang baik ketika berada di tengah-tengah masyarakat, remaja yang memiliki suara hati yang matang tentu selalu merasa bersalah dan malu ketika berperilaku yang tidak baik, rasa bersalah ini penting timbul dari dalam diri setiap remaja, sehingga remaja selalu berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan atau berbuat salah lagi, karena motivasi ini timbul dari dalam diri remaja itu sendiri. Telaah-telaah mengenai perkembangan moral telah menekankan bahwa cara yang efektif bagi semua orang untuk mengawasi perilakunya sendiri adalah melalui pengembangan suara hati, yaitu kekuatan ke-dalam (batiniah) yang tidak memerlukan pengendalian lahiriah (Hulrock, 1980: 226).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Religiositas Remaja a. Faktor Keluarga

Faktor keluarga dalam perkembangan religiositas remaja mempunyai tempat yang khas, sebagai pendidik pertama dan utama keluarga mempunyai peran yang


(42)

penting bagi perkembangan religiositas remaja khususnya menyangkut aspek belief dan aspek feeling. Aspek belief mengacu pada apa yang diyakini dari suatu agama, seberapa kuat keyakinan diadakan dalam keluarga, dan bagaimana menonjol bahwa kepercayaan kepada Tuhan yang tumbuh dalam keluarga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan remaja. Aspek feeling berkaitan dalam jiwa dan dunia emosional individu. Pengalaman religiositas mempunyai tempat tersendiri dalam aspek feeling, karena menyangkut dimensi perasa yang meliputi hal seperti untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari Allah, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami remaja, maka keluarga sebagai pendidik pertama dan utama mempunyai tempat yang khas untuk ikut ambil bagian dalam mendampingi pengembangan religiositas remaja, agar supaya mereka semakin dapat merasakan cinta kasih Allah. Karena orang tua juga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dan berkewajiban untuk memberikan pengalaman religiositas kepada anaknya, supaya dapat selalu melatih suara hati remaja, sehingga nantinya anak mereka mampu memiliki tingkat perkembangan religiositas dalam bertingkah laku di tengah masyarakat. Berkat Sakramen Baptis, suami-istri dan anak menerima dan memiliki tiga martabat Kristus, yaitu martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Dengan martabat kenabian orangtua mempunyai tugas memperkenalkan Injil kepada anak mereka; dengan martabat imamat, orang tua mempunyai tugas untuk mengajarkan kepada anaknya cara menguduskan hidup, terutama dalam menghayati Sakramen-Sakramen dan hidup doa; dan dengan martabat rajawi, mereka mempunyai tugas untuk mengenalkan kepada anaknya tugas untuk melayani sesama (KWI, 2011: 15).


(43)

b. Faktor Sekolah

Sekolah mempunyai peran yang sangat kuat dalam perkembangan religiositas remaja secara khas menyangkut aspek religiositas knowledge dan religiositas feeling. Aspek religiositas knowledge merupakan dimensi intelektual yang menyangkut seberapa jauh pengetahuan remaja terhadap ajaran agama yang dianutnya. Remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah, selama remaja berada di sekolah banyak sekali pengalaman-pengalaman remaja yang didapatkan ketika berdinamika bersama teman, guru dan seluruh warga sekolah, oleh karena itu dengan banyaknya interaksi yang terjadi, perlu menciptakan adanya perasaan yang baik. Sebagai sekolah Katolik aspek religiositas feeling perlu dikembangkan agar remaja juga berkembang tidak hanya dalam hal intelektual, tetapi juga aspek religiositas feeling, sehingga remaja terbiasa untuk melatih perasaan yang dapat menggerakkan suara hati mereka melakukan hal-hal yang baik. Oleh karena itu sekolah juga mempunyai makna yang istimewa untuk terus-menerus mengembangkan daya kemampuan akal budi, memperkenalkan harta warisan Gereja seperti dogma-dogma dan praktek-praktek agamanya, meningkatkan kesadaran siswa akan tata-nilai yang baik, membantu untuk mengelola religiositas siswa, sehingga siswa mampu bersikap jujur, rukun dan terbuka terhadap sesama yang beraneka watak dan latar belakang yang berbeda-beda, sikap saling peduli terhadap keadaan sekitar dan penderitaan orang lain. Semua motivasi untuk melakukan perbuatan itu akan lebih baik jika muncul dari dalam diri siswa itu sendiri. Maka sungguh sekolah mempunyai peran yang strategis untuk perkembangan remaja, sehingga pekerjaan sebagai pendidik juga dapat disebut sebagai sebuah panggilan, panggilan itu memerlukan bakat-bakat khas budi maupun


(44)

hati, persiapan yang amat seksama, kesediaan tiada hentinya untuk membaharui dan menyesuakan diri dengan kondisi dan keadaan siswa yang nantinya akan berdampak pada perkembangan siswa secara utuh (GE, art. 5).

c. Faktor Masyarakat

Remaja juga merupakan manusia yang mempunyai tempat dan peran yang khas dalam kehidupan di tengah masyarakat, sehingga sebagai keseluruhan masyarakat dituntut untuk memperlihatkan sekaligus memberikan contoh-contoh sikap religiositas yang baik bagi para remaja, secara khas dalam aspek religiositas effect yang mengacu pada perilaku. Masyarakat majemuk yang tidak mengikatkan diri pada sikap religiositas dalam hidup sehari-hari akan kehilangan arah hidup dalam kesejahteraan bersama, menjadikan nilai-nilai sosial yang dihayati sering tidak jelas (KWI, 1996: 452). Masyarakat harus memberikan contoh atau pengalaman yang baik kepada remaja, bahwa masyarakat mempunyai prinsip-prinsip mau menolong orang dalam mengatasi masalah sosial, bersikap terbuka dan peduli terhadap sesama. Prinsip saling berbagi, tolong-menolong seperti ini perlu diwujudkan secara nyata di tengah masyarakat untuk memberikan teladan bagi para remaja, sehingga masayarakat dalam hal ini sesuai dengan pengembangan aspek religiositas effect yang mengacu pada perilaku yang tidak terbatas pada praktik keagamaan, tetapi lebih terhadap segi perilaku kehidupan dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat. d. Faktor Gereja

Gereja mempunyai peran dalam perkembangan religiositas remaja, terutama dalam aspek religiositas practice, yang mengacu pada serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menyatakan keyakinan agama tertentu, atau juga


(45)

dapat dikatakan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual keagamaannya. Karena Konsili Vatikan II menyebut Gereja “Persekutuan iman, harapan dan cinta” (LG, art. 8), persekutuan persaudaraan yang menerima Yesus dengan iman dan cinta kasih (GS, art. 32). Tetapi Konsili juga mengajarkan bahwa Gereja dibentuk kerena perpaduan unsur manusia dan Ilahi (LG, art. 8). Kesatuan Gereja terjadi tidak hanya karena karya Roh Kudus, tetapi juga hasil komunikasi antar manusia, khususnya perwujudan komunikasi iman di antara anggota Gereja. Komunikasi iman terjadi terutama dalam perayaan iman (KWI, 1996: 392). Remaja sebagai anggota Gereja juga mempunyai tempat dan peran tersendiri di dalam komunikasi iman yang terjadi dalam perayaan iman, tentu remaja dalam keikutsertaan penuh dan aktif dalam perayaan Liturgi (SC, art. 41), Gereja mempunyai peran untuk mewujudkan keterlibatan remaja tersebut.

D. Dimensi Religiositas di Sekolah Katolik

Berkat kasih yang begitu besar dari Tuhan Yesus kepada umat-Nya, melalui Konsili Vatikan II mengumumkan tentang pendidikan Kristen Gravissimum Educationis yang menguraikan secara khusus dalam hal pendidikan Kristen. Sekolah Katolik mengusahakan cita-cita budaya dan perkembangan remaja secara alamiah sama seperti di sekolah pada umumnya. Yang membedakan sekolah Katolik dengan sekolah lainnya adalah usaha untuk selalu menciptakan suasana kekeluargaan di sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil. Sekolah Katolik berusaha membimbing siswa agar dapat berkembang secara utuh, baik dalam hal mengembangkan intelektual tetapi juga sekaligus mengembangkan religiousitas siswa dari keseluruhan


(1)

(2)

[33]

Lampiran 5: Rekap Hasil Angket

Kelas IX B

No Nama L/P Agama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Agustinus Dias

Setiawa L Katolik

s ss ss ss ss ss s r s r r

s

s

s

2 Akhillah

Zatadine P Katolik

s s ss s s ss ss ss ss ss ss

ss

ss

ss

3 Aloisius Bagas

Dwi Saputra L Katolik

s ss ss ss ss ss s s s s ss

s

s

s

4 Alvonsos Tito

Bima Aditya L Katolik

ss ss ss s ss s ss s s ss s

ss

ss

ss

5 Anastasia Imelda

Putri P Katolik

s s ss s s s s ss ss ss s

ss

ss

s

6 Andreas Kelvin

Pranata L Kristen

s s s s ss s ss r s s r

ss

r

r

7 Angel Charisthia

Puling P Kristen

s s ss ss ss ss s r s ss ss

ss

s

s

8 Ayub Ferdianto L Kristen s ss ss s s ss s s r ss r

ss

s

ss

9 Bingkas Punagi L Katolik s s ss s ss s s s s s s

s

s

s

10 Brigitta Kartika

Kusuma P Katolik

s s s s s ss s s s s s

ss

ss

s

11 Claudya Dwi

Yanti Lory P Katolik ss ss ss ss ss ss ss ss r r ss

s

s

s

12 Corinna Ivana

Jessica Rianti P Kristen

s ss ss s s s s ts ts ts ts

ss

ss

ss

13 Hansen L Budha s s r r ss ss ts ts ss ts ts

s

r

ts

14 Hengki Natanae L Kristen ss s ss r ss s s s ss ss ts

ss

s

ss

15 Isabela Mutiara

Pratiwi P Katolik

s s r s s ss ss r s ss s

ss

s

s

16 Isidorus Andrew

Windy A L Katolik

s s s s ss s ss r ts s ts

ss

ss

s

17 J Don Bos Ko

Sambara S L Katolik

s s ss s s s s s s s s

s

s

ss

18 Nafiana Putrima

Dwi P Islam

s ss ss s ss r ts ts ts ts ts

ss

ss

ss

19

Nathalia Chrisyana Marcelina N

P Kristen

s s s ss ss ss s s s s s

ss

ss

ss

20 Octa Christanda

Wijay L Kristen

s ss s ss ss s ss s s s s

ss

ss

ss

21 Oktavianus De

Brita Pangayom L Katolik

ss ss ss ss ss s ss ss r s ss

ss

ss

s

22 Patric Devafali

Yunadi L Katolik

s ss ss ss s s s r r r ts

ss

s

r

23 Rafael Igo

Aldian L Katolik

s ss ss s s ss s s s s s

ss

s

s

24 Sixtus Sabdo

Langit Raharjo L Katolik

s ss ss ss ss r s r s r r

s

s

s

25 Vincentius

Moreno L Katolik

ss ss ss ss ss ss s ss s ss s

ss

ss

ss

26 Vincentius Yuda

Wahyu Kusuma L Katolik

s ss s s s s s s r ts ts

ss

s

s

27 Vira Asri

Maylani P Islam

s ss ss s s s s s s s ts

ss

ss

ss

28 Wahyu Prasetiyo L Kristen ss ss ss ss ss ss s s ss ss s

ss

ss

ss

29 Yobo Aji

Hantara L Katolik

s s s s ss ss ss s s s r

ss

s

s

30 Yovin

Purnamasari P Katolik


(3)

[34]

No Nama L/P Agama 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

1 Agustinus Dias

Setiawa L Katolik

s

s

s

s

s

s

ss

s

s

s

s

s

s

s

2 Akhillah

Zatadine P Katolik

r

s

s

s

s

r

s

r

r

ss

ss

ss

ss

ss

3 Aloisius Bagas

Dwi Saputra L Katolik

s

ss

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

4 Alvonsos Tito

Bima Aditya L Katolik

s

s

s

s

ss

s

ss

s

ss

ss

ss

ss

ss

ss

5 Anastasia Imelda

Putri P Katolik

s

ss

s

s

ss

s

s

s

s

ss

s

s

s

s

6 Andreas Kelvin

Pranata L Kristen

s

s

ss

r

s

s

ss

s

s

s

s

s

s

s

7 Angel Charisthia

Puling P Kristen

ss

ss

s

r

ss

ss

ss

r

r

ss

ss

ss

ss

ss

8 Ayub Ferdianto L Kristen

s

s

s

r

s

ss

ss

ss

ss

ss

ss

ss

ss

ss

9 Bingkas Punagi L Katolik

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

10 Brigitta Kartika

Kusuma P Katolik

ss

ss

s

s

ss

ss

ss

s

s

ss

ss

s

ss

s

11 Claudya Dwi

Yanti Lory P Katolik

s

ss

s

ss

ss

ss

ss

r

s

ss

ss

ss

ss

ss

12 Corinna Ivana

Jessica Rianti P Kristen

ss

r

r

r

ss

s

ss

r

ss

ss

ss

s

ss

ss

13 Hansen L Budha

s

s

r

r

ts

ss

s

r

ss

r

ss

ss

ss

ss

14 Hengki Natanae L Kristen

r

s

s

r

ss

ss

ss

s

ss

s

s

s

ss

ss

15 Isabela Mutiara

Pratiwi P Katolik

s

s

s

r

ss

s

s

r

s

ss

r

s

s

ss

16 Isidorus Andrew

Windy A L Katolik

s

r

s

s

s

s

s

s

r

s

s

s

s

s

17 J Don Bos Ko

Sambara S L Katolik

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

18 Nafiana Putrima

Dwi P Islam

s

r

r

r

ss

ss

r

r

s

r

ts

ts

ss

ss

19

Nathalia Chrisyana Marcelina N

P Kristen

s

s

s

s

s

s

s

s

ss

s

s

ss

ss

ss

20 Octa Christanda

Wijay L Kristen

ss

s

ss

ss

ss

ss

ss

ss

s

ss

s

s

ss

ss

21 Oktavianus De

Brita Pangayom L Katolik

ss

r

s

s

ss

s

ss

r

s

ss

ss

ss

ss

s

22 Patric Devafali

Yunadi L Katolik

s

r

s

s

s

ss

s

s

s

ss

s

s

s

ss

23 Rafael Igo

Aldian L Katolik

s

ss

s

s

s

s

s

s

s

ss

s

s

s

s

24 Sixtus Sabdo

Langit Raharjo L Katolik

s

r

r

r

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

25 Vincentius

Moreno L Katolik

ss

s

s

s

ss

ss

ss

ss

s

ss

ss

ss

ss

s

26 Vincentius Yuda

Wahyu Kusuma L Katolik

s

s

s

s

ss

s

ss

s

s

s

s

s

s

s

27 Vira Asri

Maylani P Islam

ss

r

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

s

28 Wahyu Prasetiyo L Kristen

ss

ss

ss

s

ss

ss

ss

ss

ss

ss

ss

ss

ss

ss

29 Yobo Aji

Hantara L Katolik

s

s

s

r

s

r

s

s

r

ss

s

ss

ss

ss

30 Yovin

Purnamasari P Katolik


(4)

[35]

Kelas IX C

No Nama L/P Agama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1

Anastasia Bela

Madu P Katolik

SS

S

SS

S

S

SS

SS

SS

S

S

R

SS

S

S

2

Andreas Devara Angga

N L Katolik

S

S

S

S

S

S

S

R

S

R

R

S

S

S

3

Benedictus Haryo

Wisnugroho L Katolik

S

SS

SS

S

S

SS

S

SS

SS

S

R

S

SS

SS

4

Carolina Novi

Pertama Putri P Katolik

SS

SS

SS

SS

SS

S

SS

SS

S

SS

S

SS

SS

SS

5

Cicilia Sehvi

Cahyaningsih P Katolik

SS

SS

S

S

SS

S

S

S

SS

R

R

SS

S

S

6

Cicilia Vita

Natalia P Katolik

S

SS

S

S

R

S

R

SS

S

R

S

SS

S

S

7

Cindy Marcella

Rumere P Kristen

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

R

S

S

S

8

Deni Kristian

Advento L Katolik

S

S

SS

S

S

R

S

S

S

S

S

S

S

S

9

Felix Yosa

Ardiawan L Kristen

SS

R

S

TS

R

S

SS

SS

S

S

R

SS

SS

SS

10

Fransisco

Gilberth N L Katolik

S

SS

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

11

Glorious Aldo

Putra Jatmiko L Kristen

S

S

SS

R

SS

R

R

R

S

S

S

S

SS

S

12

Johanes Bergas

Gius Putranto L Katolik

SS

S

S

S

SS

R

S

R

S

R

R

R

S

SS

13

Kristina Ari

Susanti P Kristen

S

S

S

S

SS

R

S

R

S

S

S

SS

S

S

14

Maria Cesia A

M P Katolik

SS

SS

SS

SS

SS

S

SS

R

S

SS

R

SS

SS

SS

15

Petrus Cahyo

Yudi Nugroho L Kristen

S

SS

SS

R

SS

SS

R

R

SS

SS

R

SS

SS

SS

16

Restu Puji

Lestari P Kristen

S

S

SS

S

S

S

S

S

S

R

R

SS

SS

SS

17

Skolastika Tiara

Puspitawati P Katolik

S

S

S

S

SS

S

S

S

SS

SS

S

SS

SS

SS

18

Taufan

Rahmadani L Katolik

SS

R

SS

S

R

S

SS

R

R

R

S

S

S

S

19

Theodorus Mika Nova

Riyanta L Katolik

SS

SS

SS

SS

S

S

S

S

R

S

S

SS

SS

SS

20

Theresia Defa Tesya

Kumalasari P Katolik

S

S

S

S

SS

SS

S

S

S

S

S

SS

S

S

21

Theresia Eklesia

Saumanuk P Kristen

S

SS

SS

SS

SS

SS

R

R

S

S

R

SS

SS

SS

22

Thomas Wildan

Andreansyah L Katolik

S

S

S

SS

R

S

S

SS

S

R

TS

SS

S

S

23 Tifani Pudyasti P Islam

S

SS

SS

SS

SS

S

S

S

S

S

S

SS

R

SS

24

Veronica Liana

Sari P Katolik

S

SS

SS

S

S

S

S

S

R

S

R

SS

S

S

25

Vincentius


(5)

[36]

26

William Suryjaya

Sudarta L Kristen

S

S

SS

R

SS

R

R

R

S

R

R

S

R

S

27

Yohanes Prasetio

Widodo L Kristen

SS

SS

S

S

SS

SS

S

R

S

R

TS

SS

S

SS

28

Yohanes Regi

Surya Putra L Katolik

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

29

Yose Ziganda

Wibowo L Katolik

SS

SS

SS

S

S

SS

SS

S

S

SS

R

S

SS

SS

30

Rebecca

Sihombing P Kristen

SS

SS

SS

SS

SS

S

S

R

SS

S

S

SS

SS

SS

No Nama L/P Agama 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

1

Anastasia Bela

Madu P Katolik

R

S

S

R

SS

SS

SS

R

SS

S

S

S

S

R

2

Andreas Devara Angga

N L Katolik

S

S

S

S

S

R

S

S

R

S

SS

S

S

S

3

Benedictus Haryo

Wisnugroho L Katolik

R

S

R

S

SS

R

SS

TS

R

S

S

S

S

SS

4

Carolina Novi

Pertama Putri P Katolik

S

S

SS

S

SS

SS

SS

SS

S

SS

SS

SS

SS

SS

5

Cicilia Sehvi

Cahyaningsih P Katolik

R

S

S

R

SS

S

S

SS

S

SS

S

S

SS

SS

6

Cicilia Vita

Natalia P Katolik

R

SS

R

TS

S

R

R

S

SS

SS

SS

S

S

SS

7

Cindy Marcella

Rumere P Kristen

R

S

S

R

S

S

S

S

S

S

S

S

S

SS

8

Deni Kristian

Advento L Katolik

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

9

Felix Yosa

Ardiawan L Kristen

S

SS

SS

R

S

R

SS

R

S

SS

SS

SS

SS

SS

10

Fransisco

Gilberth N L Katolik

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

11

Glorious Aldo

Putra Jatmiko L Kristen

S

S

S

S

SS

SS

SS

R

R

S

S

S

S

S

12

Johanes Bergas

Gius Putranto L Katolik

R

S

SS

SS

S

SS

S

R

SS

S

S

S

SS

SS

13

Kristina Ari

Susanti P Kristen

S

SS

SS

S

SS

S

SS

S

S

S

S

S

SS

S

14

Maria Cesia A

M P Katolik

SS

R

S

S

SS

SS

SS

SS

SS

SS

SS

SS

SS

SS

15

Petrus Cahyo

Yudi Nugroho L Kristen

SS

S

SS

S

SS

R

S

S

SS

SS

SS

S

SS

SS

16

Restu Puji

Lestari P Kristen

S

S

S

R

S

R

SS

R

S

S

S

S

SS

SS

17

Skolastika Tiara

Puspitawati P Katolik

S

S

S

SS

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

18

Taufan

Rahmadani L Katolik

S

S

R

S

S

S

R

S

TS

R

S

S

S

S

19

Theodorus Mika Nova


(6)

[37]

20

Theresia Defa Tesya

Kumalasari P Katolik

R

R

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

SS

21

Theresia Eklesia

Saumanuk P Kristen

S

SS

SS

SS

SS

SS

S

SS

S

SS

SS

S

SS

SS

22

Thomas Wildan

Andreansyah L Katolik

R

S

SS

S

SS

SS

S

SS

S

SS

S

SS

SS

SS

23 Tifani Pudyasti P Islam

S

S

R

R

SS

SS

S

S

S

R

S

S

S

SS

24

Veronica Liana

Sari P Katolik

S

S

S

S

S

S

SS

S

S

S

S

S

SS

SS

25

Vincentius

Arya Wijaya L Kristen

R

SS

SS

SS

S

SS

SS

SS

SS

SS

SS

SS

SS

SS

26

William Suryjaya

Sudarta L Kristen

S

R

S

R

SS

SS

SS

TS

R

SS

SS

SS

SS

SS

27

Yohanes Prasetio

Widodo L Kristen

R

S

S

R

SS

S

SS

S

SS

SS

SS

S

S

S

28

Yohanes Regi

Surya Putra L Katolik

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

S

29

Yose Ziganda

Wibowo L Katolik

SS

SS

SS

SS

SS

SS

S

SS

SS

SS

SS

SS

S

SS

30

Rebecca