Profesionalisme Auditor pada Kantor Akuntan Publik dilihat dari Perbedaan Gender, Pengalaman dan Hirarki Jabatannya (Studi Kasus Pada KAP Robert Sanusi, KAP Bambang Budi Tresno, KAP Abubakar Usman, KAP Ekamasni Bustaman dan Rekan, KAP Drs.Ronald Haryanto,
viii
Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
The aims of the research is to knowing professionalism of the auditors in public accountant firm (KAP) if it is seen from gender, and its position hierarchy.
Research methods used in this study is a comparative method, the method that is fixed on the comparison between groups of research subjects. Data analysis methods in use are two independent sample test. Samples to this research is an auditor who work on seven public accountant office in the city of bandung. Data is collected through a questionnaire and as many as 30 respondents restore a questionnaire.
d
The results showed that reviewed based on gender there is a difference, where the auditor auditor profesionalime Women more professional compared to men's auditor. likewise review of work experience and the position hierarchy on the KAP, Shows the difference between the auditors who are already experienced with an auditor who is still less experienced and among the senior auditor with the junior auditor.
(2)
ix
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profesionalisme auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ditinjau berdasarkan gender, pengalaman dan hirarki jabatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yaitu metode yang tertuju pada perbandingan antar kelompok subyek penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah uji dua sampel independen. Sampel pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada 7 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan sebanyak 30 responden yang mengembalikan kuesioner
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditinjau berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan profesionalime auditor, dimana auditor Wanita lebih profesional dibanding auditor Pria. Demikian juga ditinjau dari pengalaman kerja dan hirarki jabatan pada KAP, menunjukkan perbedaan antara auditor yang sudah berpengalaman dengan auditor yang masih kurang berpengalaman dan antara auditor senior dengan auditor junior.
(3)
x
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii
KATA PENGANTAR... iv
ABSTRACT... viii
ABSTRAK... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneltian... 1
1.2 Indentifikasi Masalah... 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 10
1.4 Kegunaan Penelitian... 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRIAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka... 12
2.1.1 Profesionalisme... 12
(4)
xi
Universitas Kristen Maranatha
2.1.3 Profesi dan Profesionalisme... 16
2.1.4 Profesi Akuntan Publik... 16
2.1.5 Etika dan Profesi... 17
2.1.6 Teori Sosiologi Profesi... 17
2.1.7 Pemahaman Mengenai Gender... 18
2.1.8 Pengalaman... 18
2.1.9 Hirarki Jabatan Pada Kantor Akuntan Publik... 20
2.2 Kerangka Pemikiran... 21
2.3 Pengembangan Hipotesis... 25
2.3.1 Perbedaan Gender... 25
2.3.2 Perbedaan Pengalaman... 25
2.3.3 Perbedaan Hierarki Jabatan... 26
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 28
3.2 Populasi Dan Sampel... 28
3.2.1 Populasi... 28
3.2.2 Sampel... 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 30
3.3.1 Jenis Data... 31
3.3.2 Sumber Data... 31
(5)
xii
Universitas Kristen Maranatha
3.5 Teknik Analisis Data... 37
3.5.1 Uji Validitas... 38
3.5.2 Uji Reliabilitas... 39
3.5.3 Uji t-test... 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 41
4.1.1 Karakteristik Responden... 41
4.1.2 Hasil Pengujian Alat Ukur Penelitian... 45
4.1.2.1 Hasil Pengujian Validitas... 46
4.1.2.2 Hasil Pengujian Reliabilitas... 48
4.1.3 Gambaran Data Hasil Penelitian... 49
4.1.3.1 Dedikasi Terhadap Profesi... 50
4.1.3.2 Standar Profesi... 51
4.1.3.3 Sosial... 53
4.1.3.4 Otonomi... 54
4.1.3.5 Afiliasi... 56
4.1.4 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Dilihat Dari Perbedaan Gender, Pengalaman, dan Hirarki Jabatan... 57
4.1.4.1 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari Perbedaan Gender... 59
4.1.4.2 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari Pengalaman Kerja... 61
(6)
xiii
Universitas Kristen Maranatha 4.1.4.3 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari Hirarki Jabatan... 63 4.2 Pembahasan64
4.2.1 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau
Dari Perbedaan Gender... 64 4.2.2 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau
Dari Pengalaman Kerja... .65 4.2.3 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau
Dari Hirarki Jabatan... 66 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN... 67 5.2 SARAN... 68 DAFTAR PUSTAKA... 69 LAMPIRAN
(7)
xiv
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... 24 Gambar 4.1 Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Tanggapan Responden... 50
(8)
xv
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel... 32
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 42
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 43
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 44
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di KAP... 45
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Hirarki Jabatan... 46
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Kuesioner Penelitian... 47
Tabel 4.7Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Penelitian... 49
Tabel 4.8 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Dedikasi Auditor... 51
Tabel 4.9 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Standar Profesi... 52
Tabel 4.10 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Manfaat Sosial... 53
Tabel 4.11 Reakpitulasi Tanggapan Responden Mengenai Otonomi Auditor... 54
Tabel 4.12 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Afiliasi... 55
Tabel 4.13 Rata-Rata Skor Tanggapan Responden Mengenai Profesionalisme Auditor... 56
Tabel 4.14 Rangkuma Hasil Pengujian Profesionalisme Auditor Ditinjau Berdasarkan Jenis Kelamin... 61
Tabel 4.15 Rangkuma Hasil Pengujian Profesionalisme Auditor Ditinjau Berdasarkan Pengalaman Kerja... .63
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Pengujian Profesionalisme Auditor Ditinjau Berdasarkan Hirarki Jabatan... 65
(9)
xvi
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Surat Keterangan Penelitian Lampiran B : Kuisioner
Lampiram C : Data Hasil Kuesioner
Lampiran D : Output Uji Validitas dan Reliabiltas Lampiran E: Output Uji Beda
(10)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang PenelitianAkuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sesuai ketentuan yang berlaku, sedangkan Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan telah mendapatkan izin usaha dari pihak yang berwenang. Akhir-akhir ini profesi akuntan publik sedang banyak mendapatkan sorotan. Oleh karena itu, akuntan publik harus menjalankan tugasnya sesuai dengan standar dan kode etika profesi yang ditetapkan organisasi profesi serta mengikuti ketentuan / peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini publik sangat menuntut adanya integritas dan profesionalisme para Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
Awal abad 21 yang lalu kita dikejutkan adanya Enron gate yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Skandal di Enron tersebut terjadi karena timbul praktik persekongkolan (kolusi) yang melibatkan profesi akuntan publik, auditor internal dan manajemen. Berkaca dari skandal Enron tersebut, hendaknya kita dapat mengambil hikmah (pembelajaran), bahwa profesi akuntan publik ternyata rawan dari malpraktik yang sangat bertentangan dengan kode etik profesi.
Oleh karena itu, saat ini sangat mendesak untuk ditetapkannya Undang-Undang yang mengatur Akuntan Publik, sehingga terdapat kepastian hukum atas jasa profesi akuntan publik serta masyarakat (publik) terlindungi dari tindakan malpraktik
(11)
BAB I Pendahuluan 2
Universitas Kristen Maranatha yang dapat merugikan berbagai pihak. (
http://kiteklik.blogspot.com/2010/11/kode-etik-profesi-dan-hukum-akuntan.html)
Adapun contoh kasus serupa yang terjadi adalah Kasus Klaim: Auditor diganjar US$ 504,049 karena gagal mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Dimana Dua perusahan Auditor yang mengaudit laporan keuangan dari sebuah perusahaan real estate terkenal di Singapura, dinyatakan bersalah dan dihukum denda sebesar SGD 775,000 (US$ 504,049) karena terbukti gagal untuk memberikan peringatan kepada manajemen perusahaan tersebut tentang adanya kecurangan yang dilakukan oleh mantan manajer keuangannya yang dilakukan sepanjang tahun 2002 dan 2004 dimana sang manajer tidak menyetorkan uang perusahaan ke bank yang ditunjuk. Kecurangan sang manajer keuangan tersebut diketahui setelah perusahaan audit yang baru Patrick Lee Public accounting Cooperation menerima laporan rekonsiliasi bank yang berbeda dengan laporan akunting perusahaan, dimana terjadi kekurangan dana sebesar SGD 672,253 (US$ 437,224) diindikasikan penyebabnya adalah auditor tidak menguji saldo akun di bank. Pengadilan memutuskan bahwa seharusnya perusahaan audit sebelumnya dapat mendeteksi adanya kecurangan tersebut dan memberikan laporan peringatan kepada pihak manajemen atas adanya ketidak beresan laporan keuangan perusahaan. Keputusan pengadilan tersebut telah memberikan peringatan yang jelas kepada perusahaan audit tentang fungsi dan tanggung jawab profesi Auditor. (
http://ahliasuransi.com/kasus-klaim-auditor-diganjar-us-504049-karena-gagal-mendeteksi-kecurangan-laporan-keuangan/)
Dampak yang ditimbulkan dari kasus klaim tersebut adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi dan profesionalisme dari seorang auditor.
(12)
BAB I Pendahuluan 3
Universitas Kristen Maranatha Menurut Hall (1968) profesionalisme dijabarkan menjadi lima dimensi, yaitu (1) dedikasi (2) social obligation (3) autonomy (4) regulation (5) community affiliation. Lima dimensi profesionalisme di atas dipakai oleh Kalbers dan Forgaty (1995) untuk mengukur tingkat profesionalisme internal auditor dan akan dipakai juga dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat profesionalisme auditor KAP di Indonesia khususnya di Kota Bandung.
Profesionalisme juga dapat dilihat dari sudut pandang perbedaan gender. Sejarah perbedaan gender antara pria dan wanita terjadi melalui proses yang sangat panjang. Terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya akibat dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial, kultural, atau melalui ajaran agama maupun negara. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan, seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan (Fakih, 2008).
Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan. Perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat diganggu-gugat (misalnya, secara biologis wanita mengandung), perbedaan peran gender dapat diubah karena bertumpu pada faktor-faktor sosial dan sejarah. Bidang akuntan publik terkait dengan banyak disiplin ilmu sosial tentunya akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut (Sri Trisnaningsih dan Sri Iswati, 2003).
Jane Sanders (2011) menyatakan bahwa dalam lingkungan sosial, perilaku pria cenderung kuat dan mandiri sehingga dapat mengatur dirinya dimanapun ia
(13)
BAB I Pendahuluan 4
Universitas Kristen Maranatha berada. Dan dalam lingkungan pekerjaan ketika terkena konflik, pria cenderung menangani konflik secara langsung karena kompetitif dan superiornya. Sedangkan wanita seringkali menghindar dan takut pada konflik. Wanita diajarkan untuk tidak menyakiti perasaan orang lain.
Tingkat profesionalisme auditor pada KAP berbeda jika dilihat dari perbedaan gender. Lehman (1992), Parent et all (1989) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa wanita mempunyai tingkat profesionalisme yang berbeda dibanding pria, karena ada intern peran yang besar, yaitu kerja dan keluarga. Abdurrahim (1998) menyimpulkan adanya perbedaan sikap antar pria dan wanita dalam merespon perubahan yang terjadi di lingkungan kerjanya. Didukung oleh penelitian Santoso (2001) yang menyatakan selain terdapat perbedaan sikap terhadap pekerjaan antara auditor wanita dan pria di inonesia juga terdapat perbedaan motivasi dan keinginan berpindah yang juga diperkuat oleh penelitian Yuyeta (2001).
Profesionalisme seorang auditor juga dapat dilihat dari pengalaman yang diperoleh oleh auditor tersebut. Knoers dan Haditono (1999) mengatakan bahwa pengalaman kerja merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel pengalaman kerja akan diukur dengan menggunakan indikator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan yang dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang diikuti.
Gusnardi (2003) dalam Budi (2009) mengemukakan bahwa pengalaman kerja audit (audit experience) dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat
(14)
BAB I Pendahuluan 5
Universitas Kristen Maranatha auditor bekerja, tahun pengalaman kerja, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman kerja, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Masalah penting yang berhubungan dengan pengalaman kerja auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.
Puspa (2006) dalam Budi (2009) mengemukakan bahwa persuasi atas preferensi klien berdasarkan pengalaman kerja audit masing-masing responden dalam penelitian ini memberikan hasil yang sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan setiap responden dihadapkan pada empat kasus yang berbeda, sehingga judgment masing-masing responden juga bervariasi tergantung dari pengetahuan, intuisi, dan persepsinya masing-masing. Hasil ini juga memberikan bukti bahwa auditor dengan tingkat pengalaman kerja yang hampir sama (memiliki masa kerja dan penugasan yang hampir sama) ternyata memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dan sangat bervariasi.
Shelton (1999) dalam Budi (2009) menyatakan bahwa pengalaman kerja akan mengurangi pengaruh informasi yang tidak relevan dalam pertimbangan (judgment) auditor. Auditor yang berpengalaman kerja (partner dan manajer) dalam membuat pertimbangan (judgment) mengenai going concern tidak dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Sedangkan auditor yang kurang pengalaman kerjanya dalam membuat pertimbangan (judgment) mengenai going concern dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan.
Penelitian Haynes et al, (1998) yang menyelidiki pengaruh peran auditor dalam melayani kepentingan klien menemukan bahwa auditor tidak secara otomatis mengambil posisi advokasi bagi klien, terutama bila kepentingan klien tidak dibuat
(15)
BAB I Pendahuluan 6
Universitas Kristen Maranatha eksplisit. Tetapi bila kepentingan itu ditonjolkan (salient), auditor khususnya yang berpengalaman kerja akan berperilaku konsisten dengan posisi advokasi. Penelitian Haynes et al. ini menunjukkan pengalaman kerja audit yang dipunyai audior ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.
Pengalaman kerja dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi dan menilai kinerja auditor dalam melakukan pemeriksaan. Pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan audit dapat dijadikan pertimbangan auditor berkualitas (Libby dan Trotman dalam Milan Widhiati, 2005). Auditor yang lebih berpengalaman akan lebih cepat tanggap dalam mendeteksi kekeliruan yang terjadi. Bertambahnya pengalaman kerja auditor juga akan meningkatkan ketelitian dalam melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi akan menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Pengalaman profesional auditor dapat diperoleh dari pelatihan-pelatihan, supervisi-supervisi maupun review terhadap hasil pekerjaannya yang diberikan oleh auditor yang lebih berpengalaman. Pengalaman kerja seorang auditor akan mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang (Putri dan Bandi, 2002).
Selain masalah gender, profesionalisme juga dapat dilihat dari sudut pandang hirarki jabatan. Menurut Jiambalvo (1979) dan Jiambalvo et all (1983) dalam Pratt dan beaulieu (1992) menyatakan dalam KAP yang memiliki tingkatan hirarki dalam organisasi, berarti memiliki batasan wewenang yang jelas. Pekerjaan yang dilakukan secara tim yang terdiri beberapa staf diketuai supervisor. Hasil kerja tim ditinjau oleh manajer, kemudian manajer bertanggungjawab terhadap seorang partner. Penelitian tersebut mengindikasikan dengan semakin tinggi level hirarkinya, maka semakin
(16)
BAB I Pendahuluan 7
Universitas Kristen Maranatha tinggi profesionalisme. Tingkatan hiraki jabatan yang banyak dijumpai di KAP di indonesia yaitu mengacu pada Simamora (2002) yaitu partner, manajer, senior auditor, serta junior auditor.
Beberapa hasil riset di Indonesia adalah penelitian Arfan Ikhsan (2007) yang meneliti tentang “Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Dilihat Dari Perbedaan Gender, Kantor Akuntan Publik dan Hirarki Jabatannya”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gender, kantor akuntan publik serta hirarki jabatan mempengaruhi profesionalisme seorang auditor. Selain itu juga didasari dari penelitian Fahriah Tahar (2012) yang meneliti tentang “Pengaruh Diskriminasi
Gender dan Pengalaman Terhadap Profesionalisme Auditor”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa diskriminasi gender dan pengalaman berpengaruh terhadap profesionalisme auditor. Penelitian ini juga didasari oleh penelitian DRA. Ratna Utami, MM yang meneliti tentang “Analisis Perbedaan Profesionalisme Auditor Senior dan Auditor Yunior (Studi Terhadap Auditor Yang Bekerja Pada KAP Di Malang)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan profesionalisme antara senior auditor dengan yunior auditor.
Oleh karena itu, dengan adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afran Ikhsan (2007) profesionalisme auditor pada kantor akuntan publik dilihat dari perbedaan gender, kantor akuntan publik serta hirarki jabatan, maka penulis ingin melakukan pengujian kembali tentang profesionalisme auditor pada kantor akuntan publik dilihat dari perbedaan gender, pengalaman, dan hirarki jabatan.
Kelebihan dari penelitian ini adalah dengan mengganti variabel kantor akuntan publik dengan pengalaman. Karena pengalaman kerja dipandang sebagai
(17)
BAB I Pendahuluan 8
Universitas Kristen Maranatha faktor penting dalam memprediksi dan menilai kinerja auditor dalam melakukan pemeriksaan. Pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan audit dapat dijadikan pertimbangan auditor berkualitas (Libby dan Trotman dalam Milan Widhiati, 2005). Auditor yang lebih berpengalaman akan lebih cepat tanggap dalam mendeteksi kekeliruan yang terjadi. Bertambahnya pengalaman kerja auditor juga akan meningkatkan ketelitian dalam melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi akan menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Pengalaman profesional auditor dapat diperoleh dari pelatihan-pelatihan, supervisi-supervisi maupun review terhadap hasil pekerjaannya yang diberikan oleh auditor yang lebih berpengalaman. Pengalaman kerja seorang auditor akan mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang (Putri dan Bandi, 2002).
Selain itu, Knoers dan Haditono (1999) juga mengatakan bahwa pengalaman kerja merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel pengalaman kerja akan diukur dengan menggunakan indikator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan yang dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang diikuti.
Penelitian ini dilakukan di KAP Robert Sanusi, KAP Bambang Budi Tresno, KAP Abubakar Usman, KAP Ekamasni Bustaman dan Rekan, KAP Drs.Ronald Haryanto, KAP Drs.Karel dan Widyarta, KAP Koesbandijah dan Rekan di Bandung, hal ini dikarenakan responden dari penelitian ini adalah para auditor internal dan
(18)
BAB I Pendahuluan 9
Universitas Kristen Maranatha biasanya di dalam suatu KAP terdapat banyak auditor internal yang kompeten sehingga memudahkan penulis untuk melakukan penelitian.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PROFESIONALISME AUDITOR PADA KANTOR
AKUNTAN PUBLIK DILIHAT DARI PERBEDAAN GENDER,
PENGALAMAN DAN HIRARKI JABATANNYA”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal diatas, masalah yang diidentifikasikan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah auditor pada KAP dengan gender wanita memiliki tingkat profesionalisme yang berbeda dibanding pria (Studi kasus pada KAP Robert Sanusi, KAP Bambang Budi Tresno, KAP Abubakar Usman, KAP Ekamasni Bustaman dan Rekan, KAP Drs.Ronald Haryanto, KAP Drs.Karel dan Widyarta, KAP Koesbandijah dan Rekan) ?
2. Apakah perbedaan pengalaman seorang auditor dalam KAP berdampak pada perbedaan tingkat profesionalismenya (Studi kasus pada KAP Robert Sanusi, KAP Bambang Budi Tresno, KAP Abubakar Usman, KAP Ekamasni Bustaman dan Rekan, KAP Drs.Ronald Haryanto, KAP Drs.Karel dan Widyarta, KAP Koesbandijah dan Rekan) ?
3. Apakah perbedaan posisi hirarki jabatan seorang auditor dalam KAP berdampak pada perbedaan tingkat profesionalismenya (Studi kasus pada KAP Robert Sanusi, KAP Bambang Budi Tresno, KAP Abubakar Usman, KAP Ekamasni
(19)
BAB I Pendahuluan 10
Universitas Kristen Maranatha Bustaman dan Rekan, KAP Drs.Ronald Haryanto, KAP Drs.Karel dan Widyarta, KAP Koesbandijah dan Rekan) ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah auditor pada KAP dengan gender wanita memiliki tingkat profesionalisme yang sama dengan auditor pria pada KAP (Studi kasus pada KAP Robert Sanusi, KAP Bambang Budi Tresno, KAP Abubakar Usman, KAP Ekamasni Bustaman dan Rekan, KAP Drs.Ronald Haryanto, KAP Drs.Karel dan Widyarta, KAP Koesbandijah dan Rekan).
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan antara pengalaman auditor dan dampaknya terhadap profesionalisme auditor pada KAP (Studi kasus pada KAP Robert Sanusi, KAP Bambang Budi Tresno, KAP Abubakar Usman, KAP Ekamasni Bustaman dan Rekan, KAP Drs.Ronald Haryanto, KAP Drs.Karel dan Widyarta, KAP Koesbandijah dan Rekan).
3. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah perbedaan posisi hirarki jabatan auditor berdampak terhadap perbedaan tingkat profesionalisme auditor pada KAP (Studi kasus pada KAP Robert Sanusi, KAP Bambang Budi Tresno, KAP Abubakar Usman, KAP Ekamasni Bustaman dan Rekan, KAP Drs.Ronald Haryanto, KAP Drs.Karel dan Widyarta, KAP Koesbandijah dan Rekan).
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat berguna:
1. Bagi kantor akuntan publik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah serta lembaga yang terkait khusunya kantor
(20)
BAB I Pendahuluan 11
Universitas Kristen Maranatha akuntan publik berkaitan dengan rekruitmen pegawai, perencanaan kerja, serta pelaksanaan tugas..
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai masalah yang diteliti serta mengembangkan wawasan keilmuan dan pengetahuan dalam bidang penelitian..
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai refrensi bagi pembaca atau peneliti selanjutnya.
(21)
41 Universitas Kristen Maranatha
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Responden
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden, yaitu auditor yang bekerja pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung. Data mengenai karakteristik dari responden tersebut disajikan sebagai berikut:
1. Responden Berdasarkan Usia
Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase
1 Kurang 25 tahun 17 56,67%
2 25 – 30 tahun 7 23,33%
3 31 – 40 tahun 5 16,67%
4 Diatas 40 tahun 1 3,33%
Total 30 100%
(22)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 42
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan usia seperti tampak pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa paling banyak responden masih berusia kurang dari 25 tahun, yaitu berjumlah 17 orang atau sebesar 56,67%, kemudian disusul responden yang berusia antara 25-30 tahun, yaitu berjumlah 7 orang atau sebesar 23,33% dari total responden. Sementara responden yang berusia diatas 40 tahun hanya ada sebanyak 1 orang atau sebesar 3,33 % dari total responden.
2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Pria 16 53,33%
2 Wanita 14 46,67%
Total 30 100%
Sumber: Data Hasil Kuesioner [2012]
Berdasarkan jenis kelamin seperti disajikan pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden dalam penelitian ini berjenis kelamin pria yaitu berjumlah 16 orang atau sebesar 53,33% dan responden yang berjenis kelamin wanita berjumlah 14 orang atau sebesar 46,67% dari total responden.
(23)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 43
Universitas Kristen Maranatha 3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Diploma 1 3,33%
2 Sarjana (S-1) 23 76,67%
3 Pascasarjana (S-2) 6 20,00%
Total 30 100%
Sumber: Data Hasil Kuesioner [2012]
Berdasarkan pendidikan terakhir seperti disajikan pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan sarjana S1, yaitu sebanyak 23 orang atau sebesar 76,67%, kemudian responden dengan pendidikan S2 sebanyak 6 orang atau sebesar 20,0% dari total responden. Sedangkan responden dengan pendidikan diploma hanya sebanyak 1 orang atau sebesar 3,33% dari total responden.
(24)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 44
Universitas Kristen Maranatha 4. Responden Berdasarkan Masa Kerja
Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan masa kerja di kantor akuntan publik dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di KAP
No Masa Kerja Frekuensi Persentase
1 Kurang 1 tahun 6 20,00%
2 1-3 tahun 15 50,00%
3 >3 – 5 tahun 1 3,33%
4 Diatas 5 tahun 8 26,67%
Total 30 100%
Sumber: Data Hasil Kuesioner [2012]
Berdasarkan lama kerja di KAP seperti disajikan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa paling banyak responden sudah bekerja antara 1-3 tahun, yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 50%, kemudian responden yang sudah bekerja di KAP diatas 5 tahun sebanyak 8 orang atau sebesar 26,67% dari total responden. Sedangkan responden yang baru bekerja di KAP kurang dari 1 tahun ada sebanyak 6 orang atau sebesar 20 % dari total responden.
5. Responden Berdasarkan Hirarki Jabatan
Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan hirarki jabatan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
(25)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 45
Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Hirarki Jabatan
No Jabatan Frekuensi Persentase
1 Manajer 1 3,33%
2 Senior Auditor 8 26,67%
3 Junior Auditor 21 70,00%
Total 100 100%
Sumber: Data Hasil Kuesioner [2012]
Berdasarkan hirarki jabatan seperti disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden masih junior auditor, yaitu sebanyak 21 orang atau sebesar 70 %, kemudian responden yang sudah menjadi senior auditor ada sebanyak 8 orang atau sebesar 26,67% dari total responden. Sedangkan responden yang memiliki jabatan manajer hanya sebanyak 1 orang atau sebesar 3,33% dari total responden.
4.1.2 Hasil Pengujian Alat Ukur Penelitian
Sebelum dianalisis, data hasil kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan berupa item-item pernyataan yang diajukan kepada responden telah mengukur secara cermat dan tepat apa yang akan diukur.
(26)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 46
Universitas Kristen Maranatha 4.1.2.1 Hasil Pengujian Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah dirancang dalam bentuk kuesioner benar-benar dapat menjalankan fungsinya. Seperti telah dijelaskan pada metodologi penelitian bahwa untuk melihat valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor totalnya, apabila koefisien korelasi lebih besar dari 0,30 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan korelasi product moment (indeks validitas) diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Kuesioner Penelitian
Kuesioner Nomor Item
Indeks Validitas
Nilai kritis Keterangan
Dedikasi Terhadap Item 1 0,586 0,30 Valid
Profesi Item 2 0,467 0,30 Valid
Item 3 0,692 0,30 Valid
Item 4 0,603 0,30 Valid
Standar Profesi Item 1 0,734 0,30 Valid
(27)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 47
Universitas Kristen Maranatha Kuesioner Nomor Item
Indeks Validitas
Nilai kritis Keterangan
Item 3 0,508 0,30 Valid
Item 4 0,639 0,30 Valid
Sosial Item 1 0,421 0,30 Valid
Item 2 0,685 0,30 Valid
Item 3 0,704 0,30 Valid
Item 4 0,664 0,30 Valid
Otonomi Item 1 0,854 0,30 Valid
Item 2 0,452 0,30 Valid
Item 3 0,653 0,30 Valid
Item 4 0,679 0,30 Valid
Afiliasi Item 1 0,564 0,30 Valid
Item 2 0,637 0,30 Valid
Item 3 0,512 0,30 Valid
Item 4 0,484 0,30 Valid
(28)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 48
Universitas Kristen Maranatha Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai koefisien korelasi setiap butir pernyataan lebih besar dari 0,30, hal ini menunjukkan bahwa semua butir pertanyaan valid dan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian dan dapat diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
4.1.2.2 Hasil Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah dirancang dalam bentuk kuesioner dapat diandalkan, suatu alat ukur dapat diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan berulangkali akan memberikan hasil yang relatif sama (tidak berbeda jauh) . Untuk melihat andal tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui koefisien reliabilitas dan apabila koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0.70 maka secara keseluruhan pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliabel). Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan metode
alpha-cronbach diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Penelitian
Kuesioner Jumlah
Pertanyaan
Koefisien Reliabilitas
Keterangan
Dedikasi Terhadap Profesi 4 0,752 reliabel
Standar Profesi 4 0.785 reliabel
Sosial 4 0,786 reliabel
(29)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 49
Universitas Kristen Maranatha
Kuesioner Jumlah
Pertanyaan
Koefisien Reliabilitas
Keterangan
Afiliasi 4 0,738 reliabel
Sumber : Lampiran Output Uji Validitas dan Reliabilitas
4.1.3 Gambaran Data Hasil Penelitian
Dalam menganalisis data hasil jawaban responden dilakukan kategorisasi terhadap skor jawaban responden yang dikumpulkan melalui kuesioner penelitian. Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan kategorisasi terhadap rata-rata skor tanggapan responden yang diinterpretasikan menurut garis kontinum berikut:
Gambar 4.1
Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Tanggapan Responden
Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
(30)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 50
Universitas Kristen Maranatha 4.1.3.1 Dedikasi Terhadap Profesi
Dedikasi auditor terhadap profesi diukur melalui 4 butir pernyataan. Berikut gambaran dedikasi auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung terhadap profesi akuntan publik.
Tabel 4.8
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Dedikasi Auditor
Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean Skor SS S KS TS STS Memilih profesi sebagai auditor KAP
karena menyukai pekerjaan pada profesi ini
F 12 18 0 0 0 4,40
% 40,0 60,0 0,0 0,0 0,0
Ada dorongan untuk melihat akuntan publik yang idealis dengan pekerjaannya
F 12 14 3 1 0 4,23
% 40,0 46,7 10,0 3,3 0,0
Puas melihat hasil kerja dan pengabdian yang dilakukan oleh rekan sesama auditor KAP
F 8 18 4 0 0 4,13
% 26,7 60,0 13,3 0,0 0,0
Akan tetap berkarir sebagai auditor KAP meskipun gaji dikurangi
F 1 12 11 3 3 3,17
% 3,3 40,0 36,7 10,0 10,0
(31)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 51
Universitas Kristen Maranatha Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa semua responden sependapat memilih profesi sebagai auditor KAP karena menyukai pekerjaan pada profesi akuntan publik. Kemudian sebagian besar responden sependapat ada dorongan untuk melihat akuntan publik yang idealis dengan pekerjaannya dan merasa puas melihat hasil kerja dan pengabdian yang dilakukan oleh rekan sesama auditor di Kanto Akuntan Publik. Namun pada umumnya responden kurang setuju dan tidak setuju akan tetap berkarir sebagai auditor KAP apabila gaji dikurangi.
4.1.3.2 Standar Profesi
Standar profesi auditor diukur melalui 4 butir pernyataan. Berikut gambaran pendapat auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung mengenai standar profesi.
Tabel 4.9
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Standar Profesi
Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean Skor SS S KS TS STS Tidak ada hukuman yang pasti bagi
seorang auditor KAP yang melanggar standar profesi
F 0 0 11 8 11 4,00
% 0,0 0,0 36,7 26,7 36,7
Saat ini standar profesional akuntan publik (SPAP) tidak diterapkan secara memadai pada semua KAP di Indonesia
F 5 8 6 10 1 3,20
(32)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 52
Universitas Kristen Maranatha Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean Skor SS S KS TS STS Organisasi profesi akuntan publik
seharusnya mempunyai kekuatan untuk mengembangkan dan menerapkan standar perilaku bagi anggotanya
F 11 18 1 0 0 4,33
% 36,7 60,0 3,3 0,0 0,0
Dalam profesi ini tidak memiliki cara untuk mengembangkan dan menerapkan standar perilaku bagi anggotanya
F 1 4 8 11 6 3,57
% 3,3 13,3 26,7 36,7 20,0
Sumber: Data Hasil Kuesioner [2012]
Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa semua responden tidak sependapat bahwa tidak ada hukuman yang pasti bagi seorang auditor KAP yang melanggar standar profesi. Kemudian mayoritas responden juga tidak sependapat bahwa saat ini standar profesional akuntan publik (SPAP) tidak diterapkan secara memadai pada semua KAP di Indonesia karena dalam profesi ini tidak memiliki cara untuk mengembangkan dan menerapkan standar perilaku bagi anggotanya. Akan tetapi hampir semua responden setuju dan bahkan sangat setuju bahwa organisasi profesi akuntan publik seharusnya mempunyai kekuatan untuk mengembangkan dan menerapkan standar perilaku bagi anggotanya.
(33)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 53
Universitas Kristen Maranatha 4.1.3.3 Sosial
Manfaat sosial dari profesi akuntan publik di masyarakat diukur melalui 4 butir pernyataan. Berikut gambaran pendapat auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung mengenai manfaat sosial dari profesi akuntan publik di masyarakat.
Tabel 4.10
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Manfaat Sosial
Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean Skor SS S KS TS STS Profesi akuntan publik sangat penting bagi
kesejahteraan masyarakat
F 4 25 0 1 0 4,07
% 13,3 83,3 0,0 3,3 0,0
Pentingnya jasa akuntan publik kadang-kadang karena adanya tekanan
F 2 6 9 13 0 2,90
% 6,7 20,0 30,0 43,3 0,0
Lemahnya sikap profesionalisme atau kurangnya independensi akuntan publik akan merugikan masyarakat
F 11 14 1 4 0 4,07
% 36,7 46,7 3,3 13,3 0,0
Hanya sedikit orang yang mengakui pentingnya jasa akuntan publik
F 1 5 4 8 12 3,83
% 3,3 16,7 13,3 26,7 40,0
(34)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 54
Universitas Kristen Maranatha Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hampir semua responden sependapat bahwa profesi akuntan publik sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Namun mayoritas responden tidak sependapat bahwa Pentingnya jasa akuntan publik kadang-kadang karena adanya tekanan dan juga tidak sependapat hanya sedikit orang yang mengakui pentingnya jasa akuntan publik. Akan tetapi sebagian besar responden setuju dan bahkan sangat setuju lemahnya sikap profesionalisme atau kurangnya independensi akuntan publik akan merugikan masyarakat.
4.1.3.4 Otonomi
Otonomi auditor akuntan publik diukur melalui 4 butir pernyataan. Berikut gambaran otonomi auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung.
Tabel 4.11
Reakpitulasi Tanggapan Responden Mengenai Otonomi Auditor
Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean Skor SS S KS TS STS Ingin diberi kesempatan membuat
keputusan mengenai apa yang saya audit
F 9 20 1 0 0 4,27
% 30,0 66,7 3,3 0,0 0,0
Keputusan auditor yang berpengalaman tidak perlu dinilia oleh supervisornya
F 7 6 8 8 1 3,33
% 23,3 20,0 26,7 26,7 3,3
(35)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 55
Universitas Kristen Maranatha Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean Skor SS S KS TS STS auditor KAP dalam pekerjaannya selalu
dicek ulang oleh supervisornya, membuat auditor merasa gampang mengambil keputusan
% 3,3 26,7 20,0 30,0 20,0
Hanya sedikit otonomi dalam melakukan pekerjaan sebagai auditor KAP
F 0 8 10 8 4 3,27
% 0,0 26,7 33,3 26,7 13,3
Sumber: Data Hasil Kuesioner [2012]
Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa hampir semua responden sependapat ingin diberi kesempatan membuat keputusan mengenai apa yang dia audit. Namun banyak responden yang tidak sependapat bahwa keputusan auditor yang berpengalaman tidak perlu dinilai oleh supervisornya. Kemudian mayoritas responden juga tidak sependapat bahwa setiap keputusan yang diambil oleh auditor KAP dalam pekerjaannya selalu dicek ulang oleh supervisornya, membuat auditor merasa gampang mengambil keputusan dan pada umumnya responden kurang setuju dan tidak setuju hanya sedikit otonomi dalam melakukan pekerjaan sebagai auditor KAP.
(36)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 56
Universitas Kristen Maranatha 4.1.3.5 Afiliasi
Afiliasi sesama auditor KAP diukur melalui 4 butir pernyataan. Berikut gambaran afiliasi sesama auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung.
Tabel 4.12
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Afiliasi
Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean Skor SS S KS TS STS Berlangganan dan membaca berbagai
jurnal atau majalah yang berkaitan dengan profesi sebagai auditor pada KAP
F 1 16 5 6 2 3,27
% 3,3 53,3 16,7 20,0 6,7
Sering menghindari dan berpartisipasi dalam setiap pertemuanyang diadakan oleh akuntan publik
F 4 7 8 10 1 3,10
% 13,3 23,3 26,7 33,3 3,3
Sering meminta dan mengajak saling bertukar ide dan pengalaman dengan auditor dari KAP lain
F 10 18 0 2 0 4,20
% 33,3 60,0 0,0 6,7 0,0
Yakin masih sangat dibutuhkan lebih banyak lagi auditor KAP untuk mendukung profesi akuntan publik
F 18 10 2 0 0 4,53
% 60,0 33,3 6,7 0,0 0,0
Sumber: Data Hasil Kuesioner [2012]
Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pada umumnya responden sependapat telah berlangganan dan membaca berbagai jurnal atau majalah yang berkaitan
(37)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 57
Universitas Kristen Maranatha dengan profesi sebagai auditor pada KAP. Namun banyak responden yang tidak sependapat sering menghindari dan berpartisipasi dalam setiap pertemuan yang diadakan oleh akuntan publik. Kemudian mayoritas responden sering meminta dan mengajak saling bertukar ide dan pengalaman dengan auditor dari KAP lain dan merasa yakin masih sangat dibutuhkan lebih banyak lagi auditor KAP untuk mendukung profesi akuntan publik.
4.1.4Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Dilihat Dari Perbedaan Gender, Pengalaman dan Hirarki Jabatan
Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bagaimana tanggapan responden terhadap setiap butir pernyataan yang diajukan dalam kuesioner penelitian. Selanjutnya akan dikaji bagaimana profesionalisme auditor pada Kantor Akuntan Publik bila ditinjau dari perbedaan gender, pengalaman dan hirarki jabatan. Tujuan yang ingin dicapai pada kajian ini adalah untuk menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada profesionalisme auditor bila ditinjau dari perbedaan gender, pengalaman dan hirarki jabatan. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah analisis komparatif menggunakan uji beda 2 sampel independen.
Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan disajikan gambaran rata-rata skor tanggapan responden mengenai profesionalisme auditor ditinjau bedasarkan gender, pengalaman dan hirarki jabatan seperti disajikan pada tabel berikut:
(38)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 58
Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.13
Rata-Rata Skor Tanggapan Responden Mengenai Profesionalisme Auditor
Karakteritik Kategori
Rata-Rata Skor
Kriteria
Gender
Pria 3,58 Tinggi
Wanita 3,96 Tinggi
Pengalaman
Kurang Bepengalaman 3,59 Tinggi
Sudah Berpengalaman 4,11 Tinggi
Hirarki Jabatan*
Junior Auditor 3,59 Tinggi
Senior Auditor 4,19 Tinggi
Sumber: Lampiran Output Uji Beda
*Dikelompokkan menjadi 2kategori karena tidak ada partner yang mengisi kuesioner dan hanya 1 orang manajer yang mengisi kuesioner
Pada tabel 4.13 dapat dilihat rata-rata skor jawaban auditor yang berjenis kelamin wanita lebih tinggi dibanding auditor yang berjenis kelamin Pria. Artinya pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung yang menjadi subyek penelitian, auditor yang berjenis kelamin Wanita lebih profesional dibanding auditor yang berjenis kelamin Pria. Kemudian berdasarkan pengalaman kerja, terlihat auditor yang sudah berpengalaman (memiliki masa kerja 3 tahun atau lebih) lebih profesional dibanding auditor yang kurang berpengalaman (memiliki masa kerja kurang dari 3
(39)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 59
Universitas Kristen Maranatha tahun). Berdasarkan hirarki jabatan juga terlihat bahwa senior auditor lebih profesional dibanding junior auditor.
Selanjutnya perbedaan tersebut akan diuji untuk membuktikan secara statistik apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak. Berikut hasil pengujian profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung yang ditinjau berdasarkan gender, pengalaman kerja dan hirarki jabatan.
4.1.4.1Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari Perbedaan Gender
Seperti yang kemukakan oleh Hunton et al, 1995 bahwa perlakuan diskriminasi yang sering diterima oleh kaum wanita seringkali menimbulkan konflik inter peran yang dapat berakibat pada krisis profesionalisme (Red et al, 1994) sehingga akan mempengaruhi waktu dan keterlibatannya dalam profesinya. Untuk membuktikan pendapat trersebut, maka berikut ini akan dilakukan pengujian apakah pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung terdapat perbedaan profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan gender dengan hipotesis statistik sebagai berikut.
Ho: 1 = 2 Tidak terdapat perbedaan profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan
gender
Ha: 1≠ 2 Terdapat perbedaan profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan gender
(40)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 60
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan menggunakan software IBM
SPSS Statistics 20 diperoleh rangkuman hasil pengujian profesionalisme auditor pada
tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan gender seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.14
Rangkuma Hasil Pengujian Profesionalisme Auditor Ditinjau Berdasarkan Jenis Kelamin
Uji Homogenitas Varian Uji Perbedaan Rata-Rata
F hitung Sig. t hitung Sig.
0,280 0,601 2,202 0,036
Sumber: Lampiran Output Uji Beda
Hasil uji homogenitas varian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa nilai signifikansi Fhitung sebesar 0,601 lebih besar dari 0,05 yang berarti variasi tanggapan kedua kelompok (Pria dan Wanita) mengenai profesionalisme auditor adalah sama. Kemudian dari uji perbedaan rata-rata diperoleh thitung sebesar 2,202 dengan nilai signifikansi 0,036 yang berarti hasil pengujian perbedaan rata-rata signifikan pada level 5% (Ho ditolak). Artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan gender pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung, dimana auditor yang berjenis kelamin Wanita justru lebih profesional dibanding auditor yang berjenis kelamin Pria. Hasil penelitian ini membantah pendapat yang menyatakan bahwa konflik inter peran yang sering diterima oleh kaum wanita dapat berakibat pada krisis profesionalisme.
(41)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 61
Universitas Kristen Maranatha Berarti hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Red et al, 1994 bahwa keunggulan wanita dengan kesabaran, ketekunan dan akurasi dalam akuntansi akan tepat untuk berkarir sebagai akuntan.
4.1.4.2Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari Pengalaman Kerja
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumardi (2011) bahwa lamanya seseorang bekerja sebagai auditor menjadi bagian penting yang mempengaruhi profesionalisme. Untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan pengalaman kerja, maka dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik sebagai berikut.
Ho: 1 = 2 Tidak terdapat perbedaan profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan pengalaman kerja
Ha: 1≠ 2 Terdapat perbedaan profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan pengalaman kerja
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan menggunakan software IBM
(42)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 62
Universitas Kristen Maranatha tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan pengalaman kerja seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.15
Rangkuma Hasil Pengujian Profesionalisme Auditor Ditinjau Berdasarkan Pengalaman Kerja
Uji Homogenitas Varian Uji Perbedaan Rata-Rata
F hitung Sig. t hitung Sig.
1,171 0,289 2,991 0,006
Sumber: Lampiran Output Uji Beda
Hasil uji homogenitas varian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa nilai signifikansi Fhitung sebesar 0,289 lebih besar dari 0,05 yang berarti variasi tanggapan kedua kelompok (kurang berpengalaman dan sudah berpengalaman) mengenai profesionalisme auditor adalah sama. Kemudian dari uji perbedaan rata-rata diperoleh thitung sebesar 2,991 dengan nilai signifikansi 0,006 yang berarti hasil pengujian perbedaan rata-rata signifikan pada level 5% (Ho ditolak). Artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan pengalaman kerja pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung, dimana auditor yang sudah berpengalaman lebih profesional dibanding auditor yang masih kurang berpengalaman.
(43)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 63
Universitas Kristen Maranatha 4.1.4.3Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari
Hirarki Jabatan
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Adler dan Aranya (1984) bahwa semakin tinggi jabatan akuntan publik dalam tingkatan hirarki organisasi, mereka akan memiliki tingkat aktualisasi diri yang lebih kuat serta komitmen profesional yang lebih tinggi. Untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan hirarki jabatan, maka dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik sebagai berikut.
Ho: 1 = 2 Tidak terdapat perbedaan profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan hirarki jabatan
Ha: 1≠ 2 Terdapat perbedaan profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan hirarki jabatan
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan menggunakan software IBM
SPSS Statistics 20 diperoleh rangkuman hasil pengujian profesionalisme auditor pada
tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan hirarki jabatan seperti disajikan pada tabel berikut.
(44)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 64
Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.16
Rangkuma Hasil Pengujian Profesionalisme Auditor Ditinjau Berdasarkan Hirarki Jabatan
Uji Homogenitas Varian Uji Perbedaan Rata-Rata
F hitung Sig. t hitung Sig.
0,447 0,509 3,641 0,001
Sumber: Lampiran Output Uji Beda
Hasil uji homogenitas varian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa nilai signifikansi Fhitung sebesar 0,509 lebih besar dari 0,05 yang berarti variasi tanggapan kedua kelompok (senior auditor dan junior auditor) mengenai profesionalisme auditor adalah sama. Kemudian dari uji perbedaan rata-rata diperoleh thitung sebesar 3,641 dengan nilai signifikansi 0,001 yang berarti hasil pengujian perbedaan rata-rata signifikan pada level 5% (Ho ditolak). Artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan hirarki jabatan pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung, dimana senior auditor lebih profesional dibanding junior auditor.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari Perbedaan Gender
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa profesionalisme auditor pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung menunjukkan perbedaan ditinjau dari gender. Auditor yang berjenis kelamin Wanita memiliki profesionalisme yang lebih tinggi
(45)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 65
Universitas Kristen Maranatha dibanding auditor yang berjenis kelamin Pria. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Red et al, 1994 bahwa keunggulan wanita dengan kesabaran, ketekunan dan akurasi dalam akuntansi akan tepat untuk berkarir sebagai akuntan. Kessler Haris, 1982 juga mengatakan banyak wanita yang berupaya untuk mendobrak hambatan profesionalis yang melingkupi bidang akuntansi dengan memasuki tenaga kerja bayaran tersebut.
4.2.2 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari Pengalaman Kerja
Ditinjau dari pengalaman kerja, auditor yang sudah berpengalaman (memiliki masa kerja 3 tahun atau lebih) lebih profesional dibanding auditor yang kurang berpengalaman (memiliki masa kerja kurang dari 3 tahun). Kemudian dari hasil uji perbedaan rata-rata diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada profesionalisme auditor di tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung ditinjau berdasarkan pengalaman kerja. Dian (2005) dalam Khairiah (2009) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya:
1. Mendeteksi kesalahan 2. Memahami kesalahan
(46)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 66
Universitas Kristen Maranatha 4.2.3 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari
Hirarki Jabatan
Berdasarkan hirarki jabatan menunjukkan bahwa auditor senior lebih profesional dibanding auditor junior. Kemudian dari hasil uji perbedaan rata-rata diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada profesionalisme auditor di tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung, dimana senior auditor lebih profesional dibanding junior auditor ditinjau berdasarkan hirarki jabatan. Jiambalvo (1979) dan Jiambalvo et all (1983) dalam Pratt dan beaulieu (1992) juga menyatakan dalam KAP yang memiliki tingkatan hirarki dalam organisasi, berarti memiliki batasan wewenang yang jelas.
(47)
67 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang profesionalisme auditor pada Kantor Akuntan Publik ditinjau berdasarkan gender, pengalaman dan hirarki jabatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan gender pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana auditor yang berjenis kelamin Wanita memiliki profesionalisme yang lebih tinggi dibanding auditor yang berjenis kelamin Pria.
2. Profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan pengalaman kerja pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana auditor yang sudah berpengalaman memiliki profesionalisme yang lebih tinggi dibanding auditor yang masih kurang berpengalaman.
3. Profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan hirarki jabatan pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana auditor senior memiliki profesionalisme yang lebih tinggi dibanding auditor junior.
(48)
BAB V Simpulan Dan Saran 68
Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
a. Staf junior auditor sebaiknya diikutsertakan dalam pelatihan pendidikan internal audit sehingga junior auditor juga memiliki kualitas yang sama dengan senior auditor.
b. Bagi peneliti selanjutnya, dalam melakukan penelitian perbanyaklah jumlah kuesioner yang akan disebar dan tambahlah jumlah sampel yang akan diambil agar data sampel yang diambil dapat mewakili data penelitian selanjutnya.
(49)
69
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim. 1998. Pengaruh Gender Terhadap Perilah Akunran Pena'idik Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada, Yogyakana.
Amstrong.,MB dan Janice I. Vincent 1988. "Public Accounting: A Profession at a Crossroads," Accounting Horizons. March.
Aranya N. dan Amemic, J. Pollock. 1981. "An Examination of Professional Commited in Public Accountting,"Accounting Organization and Sociefy. Vol. 6. No. 4.
Aranya dan K. Ferris. 1984. "A Reexamination of accountants organizational profesional conflict." The Accounting Review, Januari, pp. 1-15.
Arens. AA. dan J.K. Loebbecke. 1994. "Audifineo n Inte~ratedA ouroach." Sixth Edition. Prentice-Hall Inc.Ghu; R Wyatt. 1989. "Accounting Standart and the 6ofession'al ~udiior,"~ ccountin~i orizonsJ,u ne.Beatty, Rondalph P. 1989. "Auditor Reputation and The Pricing of Initial Public Offerings," The Accountling Review, Vol. LXIV, No. 4.
Bedard, Jean, Columbe. Daniel dan Courteau, Lucie, 2000 "Demand and Suplly of Auditing in IPO's: An Empirial Analysis of the Qoebec Market':
international Journal ofAuditing
Berton, L. 1985. "Audit Fee Fall as CPA Firm Jockey for Bids." The WaNStreer Journal, January h. 33.
Boynton, W.C, dan W.C. Kell. 1996. Medern Auditing, John Wiley & Sons Inc. United States America.
Bums, C. D. dan Haga I. W. 1977. "Much do about Profesionalism: A second Look at Accounting," The Accounting Review (July) 52 (3): 705 - 715.
Business Week. 2002. "Tip Beberapa Tindakan Reformasi Profesi Akuntan," Media Akuntansi, Edisi: 25 April.
Darmoko., HD. 2003, Profesionalisme Auditor pada KAP dilihat dari Perbedaan Gender, Tipe KAP dan Hirarki Jabatannya, Thesis Univeritas Diponegoro Tidak Terpublikasi.
Fahriah T. 2012. Pengaruh Diskriminasi Gender Dan Pengalaman Terhadap Profesionalitas Auditor Skripsi Jurusan Akuntansi FE Hasanudin Makasar.
(50)
70
Universitas Kristen Maranatha Hunton, JE., Presha E. Neidermeyer dan Benson Weir. 1995. "Hierarchical and
Gender Differences in private Accounting Practice," Accounting Horizons, Vol 10 No. 2 June 1996.
IFAC. 1998. Guidance on the Formation and Organization of a Proefssional Accounting Body (2000), Media Akuntansi, September 2002.
Imam Musjab. 2008. Kasus Klaim: Auditor diganjar US$ 504,049 karena gagal
mendeteksi kecurangan laporan keuangan. http://ahliasuransi.com/kasus-
klaim-auditor-diganjar-us-504049-karena-gagal-mendeteksi-kecurangan-laporan-keuangan/ diunduh pada 01 November 2012.
Jeffrey R. Cohen dan RM. Tumer, 1990, "Ethics and Profesionalism: The CPA in Industry," CPA Joumal. Johnson J. T. 1991. Profesi don Kekuasaan, Pustaka Grafiti Jakarta. Kalben dan Fogarty. 1995. "Profesionalism and lts Consequences: A Study of internal Aduiton," Journal of Practice & Theory, Vol. 14 No. 1.
Katty Petrony dan Mark Beasley. 1997. "Error in Estimation of Accouting Judgment," Accounting Horizon, April.
Lekatompessy. 1999. Hubungan Profesionalism dengan Konsekuensinya: komitmen organisasi, kepuasan kerja, prestasi kerja dan keinginan berpindah, studi empirik dilingkungan akuntan publik Skripsi Jurusan Akuntansi FE UGM. Mayangsari, 02. "Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi lndustri Auditor Terhadap
Earning Response Coefficient," Proceeding SNA ke V Semarang. Mendenhall W. dan R.J. Beaver, 1992. A Curse in Business Stalistics, Thirth
Edition, PWS Ken Publishing Company.
Menteri Keuangan RI. 1997. SKMenkeu Nomor 43/KMK.017,27 Januari 1997. Norris, Dwight T dan Nieburh. 1983. "Profesionalism, Organizational, Commitmen and Job Satisfation in Accounting Organization," Accounting Organization and Sociely, Vol. 9 No. 1.
Muh. Arief Effendi. 2009. Kode Etik Profesi Dan Kewajiban Hukum Akuntan Publik.
http://kiteklik.blogspot.com/2010/11/kode-etik-profesi-dan-hukum-akuntan.html diunduh pada 01 November 2012
Power, C. 1984. CannedAccountants, Forbes, Januruy 16th, h. 123.
Pratt, J dan P Beaulieu, 1992. "Organizational Culture in Public Accounting: Size, Technology, Rank and Functional area," Accounting Organization and Sociew, Vol. 17, No. 7, p. 667-684.
(51)
71
Universitas Kristen Maranatha Primawati, Lucia Diah, 2001. Sikap Kerja, Moiivasi, Persepsi Diskriminan dan
Komitmen Organisasi Akuntan Manajemen, dilihat dariperbedaan Gender don Jabatan. Tesis Magister Sains Akuntansi
UniversitasDiponegoro,Semarang.
Rahmawati. 1997. Hubungan antara Profesionalisme Internal Auditor dengan Kinerja, Kapuasan Kerja, komitmen Organisasi dan Keinginan Berpindah. Tesis Magister Sains Akunfansi UGM, Yogyakarta.
Rahmi W. 2001. Analisa perbedaan Gender terhadap Perilaku dan Etika Akuntan Pemerintah di Jateng. Tesis Magisfer Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.
Richard H . Hall. Normaln J. Johnson, Eu-re ne Haas. 1980. "Organizational Size, Complexity and Formalization," American Sociological Review.
Santosa, Kanto. 2002. Dampak Kebangkrutan Entron terhadap citra profesi akuntan publik, Media Akuntansi, edisi 25 April.
Sulton, Steven G. 1993. "Toward and Understanding of the Factor Affecting the Quality of the Audit Process," Decision Sciences, Vol. 24, h. 88-105.
Trapp, MW., R H. Hermanson dan D H. Tumer. 1989. "Current Perceptions of Issues Related to Women Employed in Public Accounting," Accounting Horizon, March.
(1)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 66
Universitas Kristen Maranatha 4.2.3 Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Ditinjau Dari
Hirarki Jabatan
Berdasarkan hirarki jabatan menunjukkan bahwa auditor senior lebih profesional dibanding auditor junior. Kemudian dari hasil uji perbedaan rata-rata diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada profesionalisme auditor di tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung, dimana senior auditor lebih profesional dibanding junior auditor ditinjau berdasarkan hirarki jabatan. Jiambalvo (1979) dan Jiambalvo et all (1983) dalam Pratt dan beaulieu (1992) juga menyatakan dalam KAP yang memiliki tingkatan hirarki dalam organisasi, berarti memiliki batasan wewenang yang jelas.
(2)
67 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang profesionalisme auditor pada Kantor Akuntan Publik ditinjau berdasarkan gender, pengalaman dan hirarki jabatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan gender pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana auditor yang berjenis kelamin Wanita memiliki profesionalisme yang lebih tinggi dibanding auditor yang berjenis kelamin Pria.
2. Profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan pengalaman kerja pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana auditor yang sudah berpengalaman memiliki profesionalisme yang lebih tinggi dibanding auditor yang masih kurang berpengalaman.
3. Profesionalisme auditor ditinjau berdasarkan hirarki jabatan pada tujuh kantor akuntan publik di kota Bandung menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana auditor senior memiliki profesionalisme yang lebih tinggi dibanding auditor junior.
(3)
BAB V Simpulan Dan Saran 68
Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
a. Staf junior auditor sebaiknya diikutsertakan dalam pelatihan pendidikan internal audit sehingga junior auditor juga memiliki kualitas yang sama dengan senior auditor.
b. Bagi peneliti selanjutnya, dalam melakukan penelitian perbanyaklah jumlah kuesioner yang akan disebar dan tambahlah jumlah sampel yang akan diambil agar data sampel yang diambil dapat mewakili data penelitian selanjutnya.
(4)
69
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim. 1998. Pengaruh Gender Terhadap Perilah Akunran Pena'idik Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada, Yogyakana.
Amstrong.,MB dan Janice I. Vincent 1988. "Public Accounting: A Profession at a Crossroads," Accounting Horizons. March.
Aranya N. dan Amemic, J. Pollock. 1981. "An Examination of Professional Commited in Public Accountting,"Accounting Organization and Sociefy. Vol. 6. No. 4.
Aranya dan K. Ferris. 1984. "A Reexamination of accountants organizational profesional conflict." The Accounting Review, Januari, pp. 1-15.
Arens. AA. dan J.K. Loebbecke. 1994. "Audifineo n Inte~ratedA ouroach." Sixth Edition. Prentice-Hall Inc.Ghu; R Wyatt. 1989. "Accounting Standart and the 6ofession'al ~udiior,"~ ccountin~i orizonsJ,u ne.Beatty, Rondalph P. 1989. "Auditor Reputation and The Pricing of Initial Public Offerings," The Accountling Review, Vol. LXIV, No. 4.
Bedard, Jean, Columbe. Daniel dan Courteau, Lucie, 2000 "Demand and Suplly of Auditing in IPO's: An Empirial Analysis of the Qoebec Market':
international Journal ofAuditing
Berton, L. 1985. "Audit Fee Fall as CPA Firm Jockey for Bids." The WaNStreer Journal, January h. 33.
Boynton, W.C, dan W.C. Kell. 1996. Medern Auditing, John Wiley & Sons Inc. United States America.
Bums, C. D. dan Haga I. W. 1977. "Much do about Profesionalism: A second Look at Accounting," The Accounting Review (July) 52 (3): 705 - 715.
Business Week. 2002. "Tip Beberapa Tindakan Reformasi Profesi Akuntan," Media Akuntansi, Edisi: 25 April.
Darmoko., HD. 2003, Profesionalisme Auditor pada KAP dilihat dari Perbedaan Gender, Tipe KAP dan Hirarki Jabatannya, Thesis Univeritas Diponegoro Tidak Terpublikasi.
Fahriah T. 2012. Pengaruh Diskriminasi Gender Dan Pengalaman Terhadap Profesionalitas Auditor Skripsi Jurusan Akuntansi FE Hasanudin Makasar.
(5)
70
Universitas Kristen Maranatha Hunton, JE., Presha E. Neidermeyer dan Benson Weir. 1995. "Hierarchical and
Gender Differences in private Accounting Practice," Accounting Horizons, Vol 10 No. 2 June 1996.
IFAC. 1998. Guidance on the Formation and Organization of a Proefssional Accounting Body (2000), Media Akuntansi, September 2002.
Imam Musjab. 2008. Kasus Klaim: Auditor diganjar US$ 504,049 karena gagal mendeteksi kecurangan laporan keuangan. http://ahliasuransi.com/kasus- klaim-auditor-diganjar-us-504049-karena-gagal-mendeteksi-kecurangan-laporan-keuangan/ diunduh pada 01 November 2012.
Jeffrey R. Cohen dan RM. Tumer, 1990, "Ethics and Profesionalism: The CPA in Industry," CPA Joumal. Johnson J. T. 1991. Profesi don Kekuasaan, Pustaka Grafiti Jakarta. Kalben dan Fogarty. 1995. "Profesionalism and lts Consequences: A Study of internal Aduiton," Journal of Practice & Theory, Vol. 14 No. 1.
Katty Petrony dan Mark Beasley. 1997. "Error in Estimation of Accouting Judgment," Accounting Horizon, April.
Lekatompessy. 1999. Hubungan Profesionalism dengan Konsekuensinya: komitmen organisasi, kepuasan kerja, prestasi kerja dan keinginan berpindah, studi empirik dilingkungan akuntan publik Skripsi Jurusan Akuntansi FE UGM. Mayangsari, 02. "Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi lndustri Auditor Terhadap
Earning Response Coefficient," Proceeding SNA ke V Semarang. Mendenhall W. dan R.J. Beaver, 1992. A Curse in Business Stalistics, Thirth
Edition, PWS Ken Publishing Company.
Menteri Keuangan RI. 1997. SKMenkeu Nomor 43/KMK.017,27 Januari 1997. Norris, Dwight T dan Nieburh. 1983. "Profesionalism, Organizational, Commitmen and Job Satisfation in Accounting Organization," Accounting Organization and Sociely, Vol. 9 No. 1.
Muh. Arief Effendi. 2009. Kode Etik Profesi Dan Kewajiban Hukum Akuntan Publik.
http://kiteklik.blogspot.com/2010/11/kode-etik-profesi-dan-hukum-akuntan.html diunduh pada 01 November 2012
Power, C. 1984. CannedAccountants, Forbes, Januruy 16th, h. 123.
Pratt, J dan P Beaulieu, 1992. "Organizational Culture in Public Accounting: Size, Technology, Rank and Functional area," Accounting Organization and Sociew, Vol. 17, No. 7, p. 667-684.
(6)
71
Universitas Kristen Maranatha Primawati, Lucia Diah, 2001. Sikap Kerja, Moiivasi, Persepsi Diskriminan dan
Komitmen Organisasi Akuntan Manajemen, dilihat dariperbedaan Gender don Jabatan. Tesis Magister Sains Akuntansi
UniversitasDiponegoro,Semarang.
Rahmawati. 1997. Hubungan antara Profesionalisme Internal Auditor dengan Kinerja, Kapuasan Kerja, komitmen Organisasi dan Keinginan Berpindah. Tesis Magister Sains Akunfansi UGM, Yogyakarta.
Rahmi W. 2001. Analisa perbedaan Gender terhadap Perilaku dan Etika Akuntan Pemerintah di Jateng. Tesis Magisfer Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.
Richard H . Hall. Normaln J. Johnson, Eu-re ne Haas. 1980. "Organizational Size, Complexity and Formalization," American Sociological Review.
Santosa, Kanto. 2002. Dampak Kebangkrutan Entron terhadap citra profesi akuntan publik, Media Akuntansi, edisi 25 April.
Sulton, Steven G. 1993. "Toward and Understanding of the Factor Affecting the Quality of the Audit Process," Decision Sciences, Vol. 24, h. 88-105.
Trapp, MW., R H. Hermanson dan D H. Tumer. 1989. "Current Perceptions of Issues Related to Women Employed in Public Accounting," Accounting Horizon, March.