Reaksi Pasar Terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 06/M- DAG/PER/1/2015 Tentang Larangan Peredaran Minuman Beralkohol.

(1)

REAKSI PASAR TERHADAP PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/1/2015 TENTANG

LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

SKRIPSI

Oleh:

APRILIA FAJARI ENDAH RACHMADEWI 1206305038

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

REAKSI PASAR TERHADAP PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/1/2015 TENTANG

LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

SKRIPSI

Oleh:

APRILIA FAJARI ENDAH RACHMADEWI 1206305038

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana di fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing serta diuji pada tanggal: 9 Mei 2016

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. Drs. I Made Sukartha,, M.Si., Ak. ………...

2. Sekretaris : Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. ………...

3. Anggota : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si.,Ak. ………...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si NIP. 196412251993031003

Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. NIP. 196503231991031004


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 9 Mei 2016 Mahasiswa

Aprilia Fajari Endah R. NIM. 1206305038


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Reaksi Pasar Terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 Tentang Larangan Peredaran Minuman Beralkohol” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah mendapatkan bantuan, pengarahan, semangat, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan, dan motivasinya selama penyelesaian skripsi ini. 2. Dr. Drs. I Made Sukartha, M.Si., Ak. dan Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE.,

M.Si.,Ak. selaku dosen pembahas dan dosen penguji atas waktu dan masukan yang telah diberikan untuk skripsi ini.

3. Keluarga penulis Bapak H. Hadi Santoso, Ibu Hj. Endang Purwinarti serta adik penulis Basitho Majid Endi Ananta atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada henti selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

4. Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

5. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.


(6)

v

6. Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

7. Prof. Dr. I Ketut Yadnyana., SE., M.Si., Ak., selaku Pembimbing Akademik. 8. Seluruh staf dosen pengajar dan karyawan yang telah mengajar dan

membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

9. Sahabat-sahabat penulis Endah Purwitajati, Siti Roviah, serta teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana selama menempuh pendidikan.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 9 Mei 2016


(7)

vi

Judul : Reaksi Pasar Terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 Tentang Larangan Peredaran Minuman Beralkohol

Nama : Aprilia Fajari Endah R. NIM : 1206305038

ABSTRAK

Banyak hal yang mempengaruhi naik turunnya harga saham. Beberapa dipengaruhi oleh faktor dari internal perusahaan (mikro) dan faktor dari luar perusahaan (makro). Penelitian ini membahas pengaruh releasenya suatu regulasi sebagai salah satu faktor makro pada pasar saham di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah

di-releasenya peraturan menteri perdagangan. Regulasi yang dikeluarkan mengatur

tentang pengendalian dan peredaran minuman beralkohol sehingga penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan minuman beralkohol yang terdaftar di BEI.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh terhadap dua perusahaan minuman beralkohol. Periode pengamatan dilakukan selama 5 hari release peraturan dan 5 hari diterapkannya peraturan. Hipotesis diuji dengan uji deskriptif, uji Mann-Whitney, dan Uji Wilcoxon Sign Rank. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan return saham antara sebelum-saat,sebelum-setelah release dan sebelum-saat, sebelum-setelah diterapkannya peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia nomor 06/M-DAG/PER/1/2015.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Teori Sinyal ... 9

2.1.2 Teori Pasar Efisien ... 9

2.1.3 Return Saham ... 11

2.1.4 Studi Peristiwa (Event Study) ... 12

2.1.5 Pasar Modal ... 14

2.1.6 Peraturan Menteri ... 15

2.1.7 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M- DAG/PER/4/2014 ... 16

2.1.8 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M- DAG/PER/1/2015 ... 17

2.2 Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 21

3.2 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 22

3.3 Obyek Penelitian ... 22

3.4 Identifikasi Variabel... 22

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 23

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 24

3.6.1 Jenis Data ... 24


(9)

viii

3.7 Populasi dan Sampel ... 25

3.7.1 Populasi ... 25

3.7.2 Sampel ... 25

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.9 Teknik Analisis Data... 26

3.9.1 Event Study ... 26

3.9.2 Uji Mann-Whitney ... 26

3.9.3 Wilcoxon Signed RankTest ... 27

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 28

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 29

4.2.1 Hasil Uji Hipotesis 1 ... 30

a) Terdapat Return Positif Sebelum Release Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 ... 30

b) Terdapat Return Negatif Saat Dan Setelah Release Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 ... 31

4.2.2 Hasil Uji Hipotesis 2 ... 31

a) Terdapat Return Positif Sebelum Diterapkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 ... 31

b) Terdapat Return Negatif Saat Diterapkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/2015 ... 32

4.2.3 Hasil Uji Hipotesis 3 ... 32

a) Terdapat Beda Return Antara Sebelum Dan Saat Release Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 ... 32

b) Terdapat Beda Return Antara Sebelum Dan Setelah Release Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 ... 32

4.2.4 Hasil Uji Hipotesis 4 ... 33

a) Terdapat Beda Return Antara Sebelum Dan Saat DiterapkanPeraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 ... 33

b) Terdapat Beda Return Antara Sebelum Dan Setelah DiberlakukamPeraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 .... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 35

5.2 Saran ... 36

DAFTAR RUJUKAN ... 37


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Penjualan minuman beralkohol PT. Multi Bintang Tbk

(MLBI) selama delapan tahun ... 3 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif... 28


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 21 3.2 Periode Pengamatan ... 23


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Daftar perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI ... 41

2. Daftar perusahaan yang bergerak di industri minuman beralkohol ... 43

3. Harga saham penutupan perusahaan minuman beralkohol di Indonesia ... 44

4. Return Realisasian Saham Minuman Beralkohol Periode Release Peraturan 45 5. Return Realisasian Saham Minuman Beralkohol Periode Diterapkannya Peraturan ... 46

6. Hasil Analisis Deskriptif ... 47

7. Hasil Uji Mann-Whitney Sebelum dan Saat Release Peraturan ... 48

8. Hasil Uji Wilcoxon Sebelum dan Setelah Release Peraturan ... 49

9. Hasil Uji Mann-Whitney Sebelum dan Saat DiterapkanPeraturan ... 50

10. Hasil Uji Wilcoxon Sebelum dan Setelah DiterapkanPeraturan ... 51

11. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 06/M-DAG/PER/ 1/2015 ... 52


(13)

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang terjadi dalam penelitian ini. Selain itu bab ini memuat rumusan masalah penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika dalam penulisan skripsi.

1.1 Latar Belakang Masalah

Investasi dalam pasar saham erat kaitannya dengan naik turun harga saham. Perkembangan harga saham merupakan indikator penting bagi investor untuk mengetahui perilaku pasar. Terjadinya perilaku pasar sebagai hasil diterimanya suatu informasi dari lingkungan ekonomi mikro maupun makro. Mikro yang bersumber dari dalam perusahaan (internal) itu sendiri. Sedangkan makro merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan (eksternal), seperti; tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, dan kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu. Ketika beberapa faktor makro tersebut terjadi perubahan, maka harga saham akan terpengaruh dengan seketika. Investor akan mengkalkulasi dampak yang ditimbulkan baik yang positif maupun negatif terhadap kinerja perusahaan beberapa tahun kedepan (Samsul,2006: 200). Boyd

et al. (2001) juga sudah terlebih dahulu menegaskan bahwa memang terdapat

keterkaitan yang kuat anta harga saham dan macroeconomic news.

Regulasi publik dalam pasar saham sudah menjadi topik yang menarik perhatian semenjak special study of security market (Schewert, 1981). Schewert (1977) juga menyatakan bahwa kontroversi mengenai dampak dari regulasi publik


(15)

2

terkonsentrasi pada dua hal antara lain; (1) hipotesis kesejahteraan umum yakni aturan pemerintah tersebut memberikan keuntungan bagi para konsumen barang dan jasa, (2) hipotesis capture yakni manfaat bersih diterima oleh para produsen barang dan jasa atas adanya regulasi pemerintah. Sebagai petinggi di sebuah negara, tentu pemerintah lebih mementingkan pada kesejahteraan yang dapat dicapai bersama-sama.

Peraturan menteri sebagai salah satu instrumen hukum sangat diperlukan dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan diatasnya yang secara jelas mendelegasikan. Tindakan menteri untuk mengeluarkan peraturan disasarkan pada tertib penyelenggaraan pemerintahan yang diinginkan dalam rangka mempermudah pelaksanaan administrasi atau kepentingan prosedural lainnya (Suharyono,2004). Januari 2015, menteri perdagangan Republik Indonesia Rachmat Gobel mengeluarkan perubahan kedua atas peraturan menteri perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 yang berisikan larangan penjualan minuman beralkohol golongan A di minimarket. Hal tersebut tertuang dalam peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol.

Pada penelitian WHO (2014), asia tenggara mengalami peningkatan hingga 68,3% perkapita selama lima tahun dari 2001 hingga 2005. Sedangkan ditahun 2005 hingga 2010 asia tenggara menempati peringkat kedua setelah Amerika dalam prosentase peningkatan konsumsi alkohol perkapita. Disamping itu, untuk


(16)

3

mengetahui pertumbuhan konsumsi di Indonesia disajikan data penjualan oleh salah satu produsen minuman beralkohol terbesar di Indonesia berikut ini.

Tabel 1.1 Penjualan minuman beralkohol PT. Multi Bintang Tbk (MLBI) selama delapan tahun.

No Tahun Penjualan Bersih (dalam juta rupiah)

Laba Bersih (dalam juta rupiah)

1 2015 2.696.318 496.909

2 2014 2.988.501 794.883

3 2013 2.713.027 865.944

4 2011 1.858.750 507.382

5 2010 1.790.164 442.916

6 2009 1.616.264 340.458

7 2008 1.325.661 222.307

8 2007 978.600 84.385

Sumber: Multibintang (berdasarkan annual report)

Dari tabel 1.1 didapat bahwa penjualan bersih minuman beralkohol PT. Multi Bintang Tbk mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami peningkatan sebesar 35,47% dan tetap mengalami peningkatan ditahun-tahun berikutnya. Peningkatan seperti ini adalah peningkatan yang tentunya diharapkan oleh para investor selaku pihak pemberi dana. Namun, pada tahun 2015 terlihat tabel 1.1 menyajikan penurunan penjualan bersih yang dialami perusahaan sebesar 9,77%. Hal yang sama terjadi pula pada laba bersih tahunan perusahaan yang selalu mengalami peningkatan dari tahun 2008, seketika anjlok pada laporan tahunan 2015. Hal ini membuat peneliti yakin bahwa pasar mereaksi negatif atas di-release nya peraturan menteri mengenai larangan peredaran minuman beralkohol.

Penelitian mengenai dampak perubahan regulasi menteri perdagangan terhadap industri minuman beralkohol memang belum ada, namun beberapa penelitian mengenai reaksi pasar atas di-release nya suatu regulasi telah ada


(17)

4

beberapa tahun sebelum penelitian ini berlangsung. Umam (2014), menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan tarif tenaga listrik. Hal yang sama juga terjadi di dunia internasional, berdasarkan penelitian Ohnuma (2015) mengenai penerapan

Transfer Pricing Taxation (TPT) yang terjadi di Jepang menimbulkan reaksi

negatif di pasar modal.

Sebaliknya, di beberapa penelitian lalu seperti yang dilakukan oleh Liu et al. (2009), yang menyatakan bahwa tidak terdapat dampak yang signifikan secara statistik pada return saham atas dikeluarkannya federal securities statutes and

amendments. Hasil yang tidak signifikan tersebut juga terjadi pada penelitian saat

pembatasan loan to value 15 Maret 2012 (Utomo,2014) dan terjadi pula pada penelitian Ningsih (2014) atas pengumuman kenaikan harga BBM 22 Juni 2013. Hal yang unik terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Djunaedi (2014) penelitian tersebut mendapatkan perbedaan return yang signifikan sebelum dan sesudah permen ESDM RI No. 7 tahun 2012 dan No. 11 tahun 2012 pada perusahaan subsektor pertambangan logam & mineral lainnya dengan menggunakan uji t, namun dengan menggunakan uji paired sample T test didapat hasil bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah dikeluarkannya permen ESDM tersebut. .Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil dalam beberapa penelitian tersebut, maka reaksi pasar terhadap di-release nya suatu regulasi menjadi semakin menarik untuk diteliti.


(18)

5 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1) (a) Apakah terdapat return positif sebelum release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015?

(b) Apakah terdapat return negatif saat dan setelah release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015?

2) (a) Apakah terdapat return positif sebelum diterapkannya peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015?

(b) Apakah terdapat return negatif saat dan setelah diterapkannya peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015?

3) (a) Apakah terdapat beda return antara sebelum dan saat release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015?

(b) Apakah terdapat beda return antara sebelum dan setelah release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015?

4) (a) Apakah terdapat beda return antara sebelum dan saat diterapkan peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015?

(b) Apakah terdapat beda return antara sebelum dan setelah diberlakukam peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain;

1) (a) Untuk mengetahui ada tidaknya return positif sebelum release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015


(19)

6

(b) Untuk mengetahui ada tidaknya return negatif saat dan setelah release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

2) (a) Untuk mengetahui ada tidaknya return positif sebelum diterapkannya peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

(b) Untuk mengetahui ada tidaknya return negatif saat dan setelah diterapkannya peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 3) (a) Untuk mengetahui ada tidaknya reaksi pasar berupa beda antara sebelum dan saat release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

(b) Untuk mengetahui ada tidaknya reaksi pasar berupa beda antara sebelum dan setelah release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

4) (a) Untuk mengetahui ada tidaknya reaksi pasar berupa beda antara sebelum dan saat diterapkan peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

(b) Untuk mengetahui ada tidaknya reaksi pasar berupa beda antara sebelum dan setelah diberlakukam peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan bisa memberikan beberapa kegunaan, antara lain;


(20)

7 1 Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik akan pembuktian mengenai reaksi pasar yang timbul sebagai dampak atas release-nya suatu regulasi.

2 Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi emiten maupun investor apabila terjadi even release –nya suatu regulasi sehingga para pelaku pasar mampu secara tepat memilah dan menganalisis informasi yang relevan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis. Gambaran umum mengenai isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika dalam penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Bab ini mengkaji landasan teori dan konsep yang digunakan, dalam menjawab masalah penelitian yang akah dibahas dalam skripsi. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, variabel penelitian,


(21)

8

definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum pasar modal Indonesia, deskripsi sampel dan variabel penelitian, hasil uji hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan simpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan disertakan pula saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(22)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai teori yang akan digunakan dalam skripsi. Selain itu, akan diungkapkan pula hipotesis yang dikemukakan oleh penulis berdasarkan teori yang ada.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang diperoleh investor

dalam mempertimbangkan dan menentukan apakah para investor akan menanamkan sahamnya atau tidak pada perusahaan yang bersangkutan (Suwardjono, 2005). Teori sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang mengamati pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai yang memperhatikan pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Investor membutuhkan informasi selengkap dan seakurat mungkin guna membuat keputusan investasi yang tepat, sehingga investor berharap bisa mendapatkan seluruh informasi relevan yang berkaitan dengan perusahaan baik yang bersifat positif maupun negatif.

2.1.2 Teori Pasar Efisien

Wolk dan Tearney (2001) dalam bukunya yang berjudul Accounting Theory mengungkapkan“The Efficient Market Hypothesis (EMH)refers to the speed with which securities in the capital market respond to announcements of new


(23)

10

penuh ketersediaan informasi dan (2) sebagai akibatnya, harga pasar bereaksi seketika terhadap informasi baru. Jauh sebelum itu pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama. Menurut Fama (1970) dalam Gumanti (2002) suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. “Stock prices reflect all available information” ini berarti, harga-harga yang terbentuk di pasar secara penuh mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. Penelitian terakhir Mandelbrot dan Samuelson dalam Jensen et al. (1972) juga menyebutkan keberhasilan perubahan harga yang konsisten dengan pasar efisien, dimana pasar menyesuaikan secara cepat terhadap munculnya informasi baru. Bentuk pasar efisien dikelompokkan menjadi tiga, yakni (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah, (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat, dan (3) hipotesis pasar efisien bentuk kuat (Fama, 1970 dalam Fabozzi, 1999).

1) Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form of The Efficient Market Hypotesis)

Hipotesis ini menyatakan harga sekuritas diasumsikan sebagai cerminan semua informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang bersangkutan. Hal ini berarti harga yang terbentuk atas suatu saham merupakan cerminan pergerakan harga sekuritas yang bersangkutan di masa lalu. 2) Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Setengah Kuat (Semi-Strong Form of The


(24)

11

Hipotesis ini menyatakan harga sekuritas diasumsikan telah mencerminkan secara penuh informasi yang dipublikasikan. Termasuk jenis informasi ini adalah laporan tahunan perusahaan atau informasi yang disajikan dalam prospektus , harga saham historis, maupun informasi umum lainnya seperti dipublikasikannya regulasi yang terkait dengan kegiatan perusahaan.

3) Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form of The Efficient Market Hypotesis)

Hipotesis ini menyatakan bahwa harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia baik berupa data historis, informasi umum serta informasi privat perusahaan. Dalam kondisi ini, tidak satupun investor yang mampu memperoleh tingkat pengembalian yang berlebih karena setiap investor mempunyai akses yang sama terhadap informasi privat perusahaan, sehingga asimetri informasi tidak akan terjadi.

2.1.3 Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi (Hartono, 2013).

Return dibedakan menjadi dua jenis, yakni return realisasian (realized return) dan return ekspektasian (expected return). Return realisasian adalah return yang telah terjadi dan perhitungannya menggunakan data historis. Sementara return ekspektasian adalah return yang diharapkan investor untuk diperoleh di masa depan.

Return realisasian merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Return realisasian saham (Ri,t) sesungguhnya diperoleh dari harga saham harian sekuritas


(25)

12

i pada periode t (Pi,t) dikurangi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1), dibagi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1), lebih jelasnya dapat diformulasikan, sebagai berikut :

... (1)

Keterangan:

Ri,t = Return saham harian sekuritas i pada periode t Pi, t = Harga saham harian sekuritas i pada periode t Pi,t-1= Harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 2.1.4 Studi Peristiwa (Event Study)

Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa dimana informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Hartono, 2013). Studi peristiwa dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dan menguji efisiensi pasar. Pengujian yang melibatkan kecepatan reaksi pasar menyerap informasi yang diumumkan maka pengujian tersebut merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (informational efficient market) bentuk setengah kuat, sehingga apabila terjadi reaksi pasar atas suatu pengumuman berarti pengumuman tersebut mengandung informasi bagi investor. Pengujian efisiensi pasar ditujukan untuk melihat seberapa cepat pasar mampu menyerap informasi, sehingga apabila pasar mereaksi seketika terhadap informasi dari suatu pengumuman berarti pasar tersebut dikatakan efisien.

Pada penelitian Binder (1985) yang meneliti tentang pengukuran dampak regulasi menggunakan data harga saham diperoleh bahwa penelitian menggunakan teknik event study ini hanya dapat dilakukan jika peneliti dapat mengidentifikasi pengumuman yang mengandung informasi yang tidak dapat


(26)

13

diantisipasi . Sehingga akan menjadi tidak bereaksi apabila dilakukan antisipasi atas event tersebut. Di sisi lain, Hitzz et al. (2015) menemukan bahwa beberapa event yang pada akhirnya menuju penerapan regulasi memberikan hasil negatif pada persepsi pasar. Tandelilin (2010) dalam Primasari (2015) terdapat empat macam studi peristiwa yakni studi peristiwa konvensional, studi peristiwa kluster, studi peristiwa tak terduga dan studi peristiwa berurutan.

1) Studi Peristiwa Konvensional

Studi peristiwa konvensional dimaksudkan untuk dapat melihat respon yang diberikan pasar terhadap peristiwa-peristiwa yang biasa terjadi dan diumumkan secara terbuka oleh emiten di pasar modal. Dikarenakan peristiwa biasa terjadi, maka dampak yang ditimbulkan dapat diantisipasi dengan mudah oleh pelaku pasar. Contohnya pembagian dividen, right issue, CEO turnover, dan lain-lain. 2) Studi Peristiwa Kluster

Studi peristiwa kluster dimaksudkan untuk dapat melihat respon pasar atas peristiwa yang diumumkan secara terbuka dan berdampak pada sekelompok perusahaan secara bersamaan. Contohnya ketika pemerintah menetapkan peraturan perpajakan baru terhadap suatu industri. Begitu pula yang dilakukan dalam penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini.

3) Studi Peristiwa Tak Terduga

Studi peristiwa tidak terduga adalah varian dari studi peristiwa kluster. Studi ini dimaksudkan untuk dapat melihat respon pasar terhadap suatu peristiwa tak terduga sehingga reaksi pasar akan sangat sulit untuk diprediksi. Contohnya bencana alam, kecelakaan, kebakaran, dan lain-lain.


(27)

14 4) Studi Peristiwa Berurutan

Studi ini juga merupakan varian dari studi peristiwa kluster. Studi ini dimaksudkan untuk dapat melihat respon pasar tehadap serangkaian peristiwa yang terjadi secara berurutan dalam situai ketidakpastian yang tinggi. Contohnya adalah ketika suatu perusahaan mengalami kecelakaan yang sama berturut turut.

2.1.5 Pasar Modal

Perusahan yang ingin mendapatkan atau menambah modal usahanya tentu harus mencarinya melalui sumber-sumber penawaran modal yang tersedia. Menurut Tandelilin (2007) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Sedangkan menurut Husnan (2003) secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta.

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Efek adalah surat berharga , yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.


(28)

15 2.1.6 Peraturan Menteri

Peraturan menteri merupakan salah satu instrumen hukum yang keberadaannya masih sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang- undangan di atasnya yang secara jelas mendelegasikan. Kemandirian menteri untuk mengeluarkan suatu peraturan atas dasar suatu kebijakan, bukan atas dasar pemberian kewenangan mengatur (delegasi) dari peraturan di atasnya. Tindakan menteri untuk mengeluarkan peraturan tersebut didasarkan pada tertib penyelenggaraan pemerintahan yang diinginkan dalam rangka mempermudah pelaksanaan administrasi atau kepentingan prosedural lainnya. Pembentukan peraturan perundang-undangan diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, Pasal 7 ayat (1) menyatakan

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Daerah.

Dalam hierarki tersebut memang tidak secara tersurat disajikan posisi peraturan menteri dalam kaitannya dengan pembentukan peraturan, namun hal tersebut tersurat pada Pasal 8 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Jenis Peraturan Perundang-undangan berlaku secara sah atas peraturan yang dikeluarkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa


(29)

16

Keuangan, Bank Indonesia, Menteri, kepala badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang, dewan perwakilan rakyat daerah provinsi, gubernur, dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota, bupati/walikota, kepala desa atau yang setingkat. Hal ini berarti menteri memiliki kedudukan yang sah dalam kaitannya terhadap pembuatan peraturan yang berlaku.

2.1.7 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014

Baerdasar pada peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 Pasal 1, yang dimaksud minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol atau etil alkohol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi. Peredaran minuman beralkohol adalah kegiatan menyalurkan minuman beralkohol yang dilakukan oleh distributor, subdistributor, pengecer, atau penjual langsung untuk diminum ditempat. Berdasarkan peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 Pasal 2 yang dikategorikan minuman beralkohol antara lain; a) Minuman beralkohol golongan A adalah minuman yang mengandung etil

alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 5% (lima per seratus);

b) Minuman beralkohol golongan B adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 5% (lima per seratus) sampai dengan 20% (dua puluh per seratus); dan


(30)

17

c) Minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 20% (dua puluh per seratus) sampai dengan 55% (lima puluh lima per seratus)

2.1.8 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 berisi mengenai perubahan kedua atas peraturan sebelumnya tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol yang antara lain;

Pasal I

1. Ketentuan Pasal 14 ayat (3) diubah dan ayat (4) dihapus. 2. Ketentuan Pasal 22 ayat (7) diubah dan ayat (8) dihapus

Pasal II

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku SKP-A untuk minimarket dan toko pengecer lainnya dinyakatan tidak berlaku.

(2) Pengecer Minuman Beralkohol skala minimarket dan pengecer lainnya, paling lambat 3 (tiga) bulan harus sudah menarik produk Minuman Beralkohol golongan A dari peredaran

Pasal III

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.


(31)

18 2.2 Hipotesis Penelitian

Sebagai suatu instrumen ekonomi, pasar modal tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan. baik lingkungan ekonomi mikro maupun lingkungan ekonomi makro. Faktor makro yang berasal dari luar perusahaan dapat berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan dan kinerja saham secara langsung (Samsul, 2006). Pengaruh lingkungan ekonomi makro yang dapat berdampak langsung terhadap kinerja saham antara lain seperti tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, serta kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu. Seperti pada penelitian Durham (2003) yang mengemukakan bahwa kebijakan moneter memiliki dampak yang mengejutkan bagi return saham harian.

Informasi-informasi yang bersumber dari lingkungan makro tersebut bisa menjadi suatu sinyal tersendiri bagi para investor maupun perusahaan baik berupa good news maupun bad news. Prinsip signaling theory adalah setiap tindakan mengandung informasi .Pada saat informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dulu menginterpretasikan dan menganalisisi informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Apabila informasi memiliki penilaian yang baik akan mengakibatkan investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham , sebaliknya apabila informasi yang disampaikan mengandung informasi buruk akan membuat investor tidak tertarik untuk melakukan perdagangan saham (Sharpe, 2005 dalam Tiara, 2015).


(32)

19

Beberapa penelitian yang berupa good news tentu akan memberikan dampak yang baik pula yang tercermin pada perilaku pasar, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Gonzalo (2014) mengenai antisipasi tingkat pengangguran dengan dikeluarkannya suatu kebijakan oleh pemerintah Fed dengan menurunkan suku bunga, sehingga menyebabkan harga saham mengalami kenaikan. Disisi lain, Stephen (2013) melakukan pengujian terhadap dikeluarkannya undang-undang pembatasan penjualan produk keuangan (Dodd Frank Act) yang memberikan dampak negatif bagi industri asuransi di Amerika Serikat. Hal tersebut juga diorong oleh respon negatif investor akibat ketidakpastian aturan tersebut. Penelitian mengenai regulasi likuiditas juga pernah dilakukan oleh Bruno et al. (2014) yang memberikan reaksi negatif di pasar modal.

Liu et al. (2009), melakukan penelitian terhadap return saham atas

dikeluarkannya federal securities statutes and amendments dan ditemukan bahwa tidak terdapat dampak yang signifikan secara statistik pada return. Hasil yang tidak signifikan tersebut juga terjadi pada penelitian saat pembatasan loan to value 15 Maret 2012 (Utomo, 2014) dan terjadi pula pada penelitian Ningsih (2014) atas pengumuman kenaikan harga BBM 22 Juni 2013. Sesuai dengan teori dan beberapa penelitian sebelumnya maka dibentuklah hipotesis sebagai berikut: 1 Hipotesis 1 (H1a): Terdapat return positif sebelum release peraturan

menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Hipotesis 1 (H1b): Terdapat return negatif saat dan setelah release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015


(33)

20

2 Hipotesis 2 (H2a): Terdapat return positif sebelum diterapkannya peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Hipotesis 2 (H2b): Terdapat return negatif saat dan setelah diterapkannya peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

3 Hipotesis 3 (H3a): Terdapat beda antara sebelum dan saat release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Hipotesis 3 (H3b): Terdapat beda antara sebelum dan setelah release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

4 Hipotesis 4 (H4a): Terdapat beda antara sebelum dan saat diterapkan peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Hipotesis 4 (H4b): Terdapat beda antara sebelum dan setelah diberlakukam peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015


(1)

2.1.6 Peraturan Menteri

Peraturan menteri merupakan salah satu instrumen hukum yang keberadaannya masih sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang- undangan di atasnya yang secara jelas mendelegasikan. Kemandirian menteri untuk mengeluarkan suatu peraturan atas dasar suatu kebijakan, bukan atas dasar pemberian kewenangan mengatur (delegasi) dari peraturan di atasnya. Tindakan menteri untuk mengeluarkan peraturan tersebut didasarkan pada tertib penyelenggaraan pemerintahan yang diinginkan dalam rangka mempermudah pelaksanaan administrasi atau kepentingan prosedural lainnya. Pembentukan peraturan perundang-undangan diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, Pasal 7 ayat (1) menyatakan

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Daerah.

Dalam hierarki tersebut memang tidak secara tersurat disajikan posisi peraturan menteri dalam kaitannya dengan pembentukan peraturan, namun hal tersebut tersurat pada Pasal 8 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Jenis Peraturan Perundang-undangan berlaku secara sah atas peraturan yang dikeluarkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan


(2)

Keuangan, Bank Indonesia, Menteri, kepala badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang, dewan perwakilan rakyat daerah provinsi, gubernur, dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota, bupati/walikota, kepala desa atau yang setingkat. Hal ini berarti menteri memiliki kedudukan yang sah dalam kaitannya terhadap pembuatan peraturan yang berlaku.

2.1.7 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014

Baerdasar pada peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 Pasal 1, yang dimaksud minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol atau etil alkohol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi. Peredaran minuman beralkohol adalah kegiatan menyalurkan minuman beralkohol yang dilakukan oleh distributor, subdistributor, pengecer, atau penjual langsung untuk diminum ditempat. Berdasarkan peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 Pasal 2 yang dikategorikan minuman beralkohol antara lain; a) Minuman beralkohol golongan A adalah minuman yang mengandung etil

alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 5% (lima per seratus);

b) Minuman beralkohol golongan B adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 5% (lima per seratus) sampai dengan 20% (dua puluh per seratus); dan


(3)

c) Minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 20% (dua puluh per seratus) sampai dengan 55% (lima puluh lima per seratus)

2.1.8 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 berisi mengenai perubahan kedua atas peraturan sebelumnya tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol yang antara lain;

Pasal I

1. Ketentuan Pasal 14 ayat (3) diubah dan ayat (4) dihapus. 2. Ketentuan Pasal 22 ayat (7) diubah dan ayat (8) dihapus

Pasal II

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku SKP-A untuk minimarket dan toko pengecer lainnya dinyakatan tidak berlaku.

(2) Pengecer Minuman Beralkohol skala minimarket dan pengecer lainnya, paling lambat 3 (tiga) bulan harus sudah menarik produk Minuman Beralkohol golongan A dari peredaran

Pasal III

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.


(4)

2.2 Hipotesis Penelitian

Sebagai suatu instrumen ekonomi, pasar modal tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan. baik lingkungan ekonomi mikro maupun lingkungan ekonomi makro. Faktor makro yang berasal dari luar perusahaan dapat berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan dan kinerja saham secara langsung (Samsul, 2006). Pengaruh lingkungan ekonomi makro yang dapat berdampak langsung terhadap kinerja saham antara lain seperti tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, serta kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu. Seperti pada penelitian Durham (2003) yang mengemukakan bahwa kebijakan moneter memiliki dampak yang mengejutkan bagi return saham harian.

Informasi-informasi yang bersumber dari lingkungan makro tersebut bisa menjadi suatu sinyal tersendiri bagi para investor maupun perusahaan baik berupa good news maupun bad news. Prinsip signaling theory adalah setiap tindakan mengandung informasi .Pada saat informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dulu menginterpretasikan dan menganalisisi informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Apabila informasi memiliki penilaian yang baik akan mengakibatkan investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham , sebaliknya apabila informasi yang disampaikan mengandung informasi buruk akan membuat investor tidak tertarik untuk melakukan perdagangan saham (Sharpe, 2005 dalam Tiara, 2015).


(5)

Beberapa penelitian yang berupa good news tentu akan memberikan dampak yang baik pula yang tercermin pada perilaku pasar, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Gonzalo (2014) mengenai antisipasi tingkat pengangguran dengan dikeluarkannya suatu kebijakan oleh pemerintah Fed dengan menurunkan suku bunga, sehingga menyebabkan harga saham mengalami kenaikan. Disisi lain, Stephen (2013) melakukan pengujian terhadap dikeluarkannya undang-undang pembatasan penjualan produk keuangan (Dodd Frank Act) yang memberikan dampak negatif bagi industri asuransi di Amerika Serikat. Hal tersebut juga diorong oleh respon negatif investor akibat ketidakpastian aturan tersebut. Penelitian mengenai regulasi likuiditas juga pernah dilakukan oleh Bruno et al. (2014) yang memberikan reaksi negatif di pasar modal.

Liu et al. (2009), melakukan penelitian terhadap return saham atas dikeluarkannya federal securities statutes and amendments dan ditemukan bahwa tidak terdapat dampak yang signifikan secara statistik pada return. Hasil yang tidak signifikan tersebut juga terjadi pada penelitian saat pembatasan loan to value 15 Maret 2012 (Utomo, 2014) dan terjadi pula pada penelitian Ningsih (2014) atas pengumuman kenaikan harga BBM 22 Juni 2013. Sesuai dengan teori dan beberapa penelitian sebelumnya maka dibentuklah hipotesis sebagai berikut: 1 Hipotesis 1 (H1a): Terdapat return positif sebelum release peraturan

menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Hipotesis 1 (H1b): Terdapat return negatif saat dan setelah release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015


(6)

2 Hipotesis 2 (H2a): Terdapat return positif sebelum diterapkannya peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Hipotesis 2 (H2b): Terdapat return negatif saat dan setelah diterapkannya peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

3 Hipotesis 3 (H3a): Terdapat beda antara sebelum dan saat release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Hipotesis 3 (H3b): Terdapat beda antara sebelum dan setelah release peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

4 Hipotesis 4 (H4a): Terdapat beda antara sebelum dan saat diterapkan peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015

Hipotesis 4 (H4b): Terdapat beda antara sebelum dan setelah diberlakukam peraturan menteri perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/1/2015


Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis terhadap Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015

4 45 116

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 06/M-DAG/PER/1/2015

0 0 5

Tinjauan Yuridis terhadap Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015

0 0 1

Tinjauan Yuridis terhadap Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015

0 0 30

Tinjauan Yuridis terhadap Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015

0 0 36

Tinjauan Yuridis terhadap Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015

0 0 4

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/1/2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERAKHOHOL (Studi pada Perusahaan PT. Multi B

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/1/2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERAKH

0 0 10

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/1/2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERAKH

0 0 46

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan - ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/1/2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERAKHOHOL (St

0 0 8