PENGARUH VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK TARI SISWA KELAS VIII-5 SMP NEGERI 3 BANDUNG.

(1)

PENGARUH VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK TARI SISWA KELAS VIII-5

SMP NEGERI 3 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Seni Tari

Oleh:

ENTREES BUDI UTAMI 1103890

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PENGARUH VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK TARI SISWA KELAS VIII-5

SMP NEGERI 3 BANDUNG Oleh

Entrees Budi Utami

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari

© Entrees Budi Utami 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK TARI SISWA KELAS VIII-5

SMP NEGERI 3 BANDUNG

Oleh :

ENTREES BUDI UTAMI 1103890

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Heny Rohayani, S.Sen, M.Si NIP. 195901121985032001

Pembimbing II

Beben Barnas, M.Pd NIP. 197112062001121001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si. NIP. 19571018198503 2 001


(4)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu tercapainya pemahaman siswa terhadap nilai estetika gerak tari yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerak tari melalui VCT (Value Clarification Technique). VCT (Value

Clarification Technique ) pada pembelajaran seni tari merupakan pemahaman

mengenai nilai-nilai estetika gerak tari dengan menganalisis suatu bentuk gerak tari, di dalamnya terdapat tiga proses klarifikasi nilai yaitu memilih (memilih gerak, menjelaskan gerak, dan membedakan gerak), menghargai/ menjunjung tinggi seni tari (melakukan alternatif gerak), dan bertindak (menciptakan gerak , ketepatan gerak, dan mengkombinasikan gerak). Jenis penelitian ini adalah

pre-ekperimental design yaitu one-group pretest-posttest design untuk mengetahui

sebelum dan setelah diterapkannya VCT (Value Clarification Technique). Rangkaian penelitian dilakukan dimulai dengan pengumpulan data, observasi lapangan, wawancara, serta tes, sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis data maka kemampuan gerak tari siswa dalam pembelajaran seni tari sebelum menggunakan VCT (Value Clarification

Technique) memiliki kemampuan gerak tari rendah mencapai rata-rata (64,60),

saat pembelajaran seni tari melalui VCT Value Clarification Technique) dengan hasil data lapangan siswa mengalami peningkatan, siswa berhasil mencapai rata-rata (84,52), menunjukkan bahwa VCT (Value Clarification Technique) dapat

memberi peningkatan terhadap kemampuan gerak tari siswa dengan t hitung = 31,94 dan t tabel= 1,697, dapat diketahui t hitung lebih besar dari t tabel, hasil perlakuan signifikan atau mengalami peningkatan.


(5)

ABSTRACT

The purpose of this study is to achieve student understanding toward dance motion aesthetics value which is able to increase student ability in doing dance motion through VCT (Value Clarification Technique). VCT in the dance art lesson is a comprehension of dance motion aesthetics values based analyze dance motion form, there are three value clarification processes, they are choose ( choose, explain, and differentiate the motion), appreciate dance art (perform alternative motion) and act ( create the motion, motion accuracy, and combine the motion). The genre of this study is pre-eksperimental design of one-group pretest-posttest to find out before and after the VCT was applied. The structure of study are begun by data collection, field observation, interview, and test, whereas data analsis technique use descriptive statistics analysis.

Based on data analysis result from the student abilty in lesson of dance art before use VCT have low dance motion ability reach average (64,40), while lesson of dance art through VCT there is an increasing based on the result of field data, student able to reach average (84,52), it show that VCT able to give an increasing toward student dance motion ability with t count= 31,94 and t table 1,697, it can been seen that t count greater that t table, significant treatment results or has increased.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemampuan adalah kapasitas dan kesanggupan seseorang melakukan suatu tindakan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Sinaga dan Hadiati (2015), menjelaskan “kemampuan lebih kepada keefektifan seorang dalam melakukan segala macam pekerjaan”.

Dari penjelasan tersebut kemampuan merupakan dasar seseorang melakukan sebuah pekerjaan secara efektif dan efesien. Kemampuan merupakan kekuatan seseorang dalam melakukan segala sesuatu dengan baik. Dengan demikian kemampuan memberi makna bagi keberlangsungan hidup seseorang.

Kemampuan terdiri: (1) Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan berfikir; (2) Kemampuan fisik, yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut tenaga dan stamina berupa keterampilan, kekuatan, atau karakteristik serupa.

Kemampuan sangat penting dalam melakukan segala aktivitas, kemampuan intelektual dan kemampuan fisik sama pentingnya dalam kelangsungan hidup seseorang. Manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan mempunyai kewajiban dalam memelihara dan meningkatkan setiap kemampuan yang dimiliki. Dalam buku yang disadur oleh Sumandiyo (2003, hlm. 45) menyatakan bahawa “Kemampuan gerak tari merupakan pertumbuhan estetis untuk menghasilkan organisasi dan elemen-elemen tari yang harmonis”. Kemampuan gerak tari termasuk kedalam kemampuan fisik, merupakan bagian dari sesuatu yang sangat penting dalam menentukan kualitas suatu gerak. Kemampuan gerak tari yaitu keharmonisan elemen tari tenaga, ruang, dan waktu. tenaga merupakan kekuatan gerak yang menimbulkan tekanan yang dibutuhkan dalam setiap gerakan, ruang merupakan wadah (arah dan bentuk) gerak yang dilakukan, dan waktu merupakan berapa lama durasi yang dibutuhkan dalam melaksanakan gerak.


(7)

Pendidikan formal, mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh dalam menentukan potensi siswa, salah satunya pembelajaran seni sebagai pengalaman estetik yang memberikan pembinaan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah nusantara dan mancanegara. Di sekolah banyak ditemukan model-model pembelajaran yang dikembangkan dalam upaya meningkatkan potensi siswa dalam pembelajaran seni tari. Pembelajaran tersebut mengarah kepada kemampuan berfikir (kognitif), sedangkan upaya dalam meningkatkan kemampuan gerak tari (psikomotorik) tidak terlalu menjadi perhatian. Hal tersebut karena kurangnya perhatian pendidik terhadap perkembangan kemampuan gerak tari, lemahnya kreativitas dalam mengajar, tidak ada upaya dalam meningkatkan kemampuan gerak tari, dan pendidik bukan dari latar belakang pendidikan seni tari.

Lemahnya kemampuan gerak tari siswa menjadi sumber bukti saat melakukan observasi di SMP Negeri 3 Bandung. Dalam pembelajaran seni tari, usaha pendidik dalam menjalankan tugas sehingga dapat tercapainya fungsi pendidikan terlihat baik dengan peran aktif siswa. Di lapangan, siswa mampu menciptakan gerak, hafal seluruh gerak pada satu tarian, dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Kesulitan yang ditemukan adalah kemampuan gerak tari siswa dalam melaksanakan praktik tari tidak mengalami peningkatan. Hal tersebut diakibatkan pembelajaran hanya menekan kepada kreativitas, yaitu siswa diberi kebebasan dalam menciptakan dan bereksplorasi gerak tanpa dipahamkan teknik dalam melakukan gerak tari. Adapun kemampuan berfikir siswa mengarah kepada pengetahuan tari secara umum seperti memperkenalkan tari-tari daerah setempat dan nusantara.

Motivasi timbul karena ada keinginan dan ketertarikan apabila ada pemahaman mengenai teori yang menjadi dasar dalam melakukan sesuatu. Pemahaman menjadi faktor dalam meningkatkan kemampuan, seperti pada saat melakukan gerak tari, dengan pemahaman mengenai estetika gerak tari maka akan mudah mengetahui baik dan tidak suatu gerak tari yang dilakukan. Bukan sekedar kreativitas yang dikembangkan, tetapi perlu dipahamkan pendekatan yang menjadi dasar siswa dalam melakukan suatu gerak tari. Selain hal tersebut, guru


(8)

menggunakan metode pembelajaran yang kurang variatif dalam menumbuhkan minat atau motivasi siswa dalam pembelajaran, berupa penjelasan, diskusi tanya jawab, dan praktik pada umumnya, sehingga pembelajaran seni tari di SMP Negeri 3 Bandung memliki siswa yang lemah terhadap pembelajaran seni tari, khususnya dalam meningkatkan kemampuan gerak tari.

Penelitian ini bermaksud memperkenalkan perlu adanya pendekatan pembelajaran klarifikasi nilai-nilai yang terdapat pada gerak-gerak tari yaitu pendekatan pembelajaran yang memberi kemudahan siswa dalam memilih dan menilai suatu bentuk gerak tari melalui proses analisis gerak tari dan mencari pemecahan masalah bersama, sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar dan meningkatkan kemampuan gerak tari siswa.

Rahayudi (dalam Toyibin dan Djahiri, 2013, hlm. 4) menyatakan bahwa: VCT berasal dari kata Value ,Clarification dan Technique. Kata Value berarti nilai yang berasal dari kata Vlure (bahasa latin), yang artinya baik atau kuat, sedangkan arti Clarification Technique adalah teknik mengklarifikasi (memperjelas,mengungkapkan, memperinci) nilai, dan

Value Clarification Technique atau teknik mengklarifikasi nilai (TMN)

adalah suatu nama atau label dari suatu model pendekatan dan strategi belajar mengajar khusus untuk pendidikan nilai.

VCT (Value Clarification Technique) merupakan klarifikasi nilai-nilai terhadap sesuatu untuk memperoleh pengertian dan pemahaman. VCT (Value

Clarification Technique) merupakan pendekatan pembelajaran dalam menstimulus peserta didik yang didasarkan pada pemahaman nilai-nilai. Dengan menganalis nilai kemungkinan dapat dengan mudah memahami obyek atau materi yang akan dipelajari. Fungsi VCT (Value Clarification Technique) menurut Suryani (2013, hlm. 209):

(1) Mengukur dan mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; (2) Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; (3) Menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya.

Sementara itu, langkah-langkah VCT (Value Clarification Technique) menurut Komalasari (2013, hlm. 99), mengungkapkan bahwa:

(1) Apresiasi gambar atau video (Pembelajaran dapat dilakukan individu atau kelompok). Perhatikan komentar dan raut wajah siswa sebagai entry behavior mereka ; (2) Identifikasi komentar siswa; (3) Mengklarifikasi


(9)

masalah; (4) Kesimpulan yang dilakukan oleh siswa atau secara bersama-sama dengan guru; (5) Tindak lanjut kegiatan mengajar.

Berdasarkan fungsi dan langkah-langkah VCT (Value Clarification

Technique) yang dikemukakan di atas, kaitannya dengan pembelajaran seni tari

tentunya diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa khususnya dalam meningkatkan kemampuan gerak tari. VCT (Value Clarification Technique) merupakan pendekatan pembelajaran yang dikira mampu meningkatkan kemampuan gerak tari. Hal tersebut karena VCT (Value

Clarification Technique) merupakan pendekatan yang mempengaruhi siswa dalam

memahami dan menemukan nilai gerak tari yang dianggap baik atau tepat melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

Sekaitan dengan hal tersebut, Angriyani (dalam Casteel, 2012, hlm. 9) ada enam alasan mengapa pendidik sebaiknya menggunakan VCT (Value

Clarification Technique) dalam pembelajaran nilai di kelas, yaitu :

1. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide- ide mereka, keyakinan, nilai-nilai, dan perasaan; 2. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk berempati dengan

orang lain, terutama situasi mungkin berbeda secara signifikan dari mereka sendiri;

3. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah yang muncul;

4. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk persetujuan dan perbedaan pendapat sebagai anggota dari Grup Sosial;

5. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk terlibat dalam pengambilan keputusan;

6. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk memegang dan menggunakan keyakinan konsisten.

Pembelajaran melalui VCT (Value Clarification Technique) diharapkan peserta didik dapat menganalisis atau mengidentifikasi gerak tari sehingga dapat dengan mudah meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam melakukan gerak tari. Dengan demikian, peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan merumuskan judul “Pengaruh VCT (Value Clarification

Technique) Terhadap Peningkatkan Kemampuan Gerak Tari Siswa Kelas VIII-5


(10)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Lemahnya kemampuan gerak siswa dalam pembelajaran praktek tari b. Pembelajaran hanya menekankan kepada kreativitas, yaitu siswa diberi

kebebasan dalam menciptakan dan bereksplorasi gerak tanpa diberi pemahaman teknik dalam melakukan gerak tari.

c. Sarana belajar yang kurang kondusif (ruangan yang cukup sempit), sehingga kurangnya komunikasi yang terjadi antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran seni tari.

d. Siswa juga tidak memahami makna gerak tari itu sendiri karena pembelajaran hanya dengan apresiasi bukan dengan kreativitas, sehingga siswa tidak dapat berekspresi yang membuat siswa lebih cepat bosan dan tidak termotivasi dengan pembelajaran yang disampaikan.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalahnya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana kemampuan gerak tari siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 3 Bandung sebelum menggunakan VCT (Value Clarification Technique)? b. Bagaimana proses penerapan VCT (Value Clarification Technique) terhadap peningkatan kemampuan gerak tari siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 3 Bandung ?

c. Bagaimana hasil penerapan VCT (Value Clarification Technique) terhadap peningkatkan kemampuan gerak tari siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 3 Bandung ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

VCT (Value Clarification Technique) merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki tiga proses klarifikasi yaitu memilih (memilih gerak tari, menjelaskan gerak tari, dan membedakan gerak tari), menghargai/ menjunjung


(11)

tinggi seni tari (dapat melakukan alternatif gerak), dan bertindak (menciptakan gerak, ketepatan gerak, dan mengkombinasikan gerak). Tujuan umum dari penelitian ini yaitu tercapainya pemahaman siswa terhadap gerak tari sehingga dapat meningkatkan kemampuan gerak tari siswa melalui VCT (Value

Clarification Technique).

2. Tujuan Khusus

Sejalan pada rumusan masalah, penelitian ini disusun dengan tujuan untuk : a. Mengetahui kemampuan gerak tari siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 3

Bandung sebelum menggunakan VCT (Value Clarification Technique). b. Menganalisis proses penerapan VCT (Value Clarification Technique)

terhadap peningkatkan kemampuan gerakt tari siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 3 Bandung.

c. Meningkatkan kemampuan gerak tari siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 3 Bandung melalui VCT (Value Clarification Technique).

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

VCT (Value Clarification Technique) merupakan pendekatan pembelajaran yang memberi kemudahan kepada siswa dalam menilai suatu gerak tari pada pembelajaran seni tari. Sehingga manfaat secara teoretis penelitian ini diharapkan siswa dapat belajar melalui VCT (Value Clarification Technique) dalam pembelajaran seni tari di SMP Negeri 3 Bandung, sehingga dapat meningkatkan kemampuan gerak tari siswa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkannya, diantaranya ‘

a. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi terhadap siswa dalam pembelajaran seni tari melalui VCT (Value Clarification


(12)

b. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan mampu menggugah minat, perhatian, dan keinginan, serta masukan para guru untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak tari siswa.

c. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia Menambah referensi perpustakaan jurusan pendidikan seni tari dan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan gerak tari dengan mengembangkan VCT (Value

Clarification Technique).

d. Bagi Sekolah/SMP Negeri 3 Bandung

Memberikan masukan positif dan menjadi alternatif dalam meningkatkan kemampuan gerak tari dengan pengembangan VCT (Value Clarification Technique).

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi yang merupakan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari lima bab. Bab I yang merupakan pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat signifikansi penelitian terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, dan struktur organisasi dalam skripsi ini.

Bab II yang merupakan kajian pustaka, terdiri dari teori-teori yang didapat dari berbagai sumber buku. Berbagai teori ini dikumpulkan peneliti unuk mendukung isi skripsi. Teori tersebut berkaitan dengan belajar dan pembelajaran, VCT (Value Clarification Technique) dan kemampuan gerak tari.

Bab III merupakan metode penelitian yang menjelaskan mengenai prosedur dan cara peneliti melakukan penelitiannya. Terdiri dari metode penelitian, tempat penelitian dan partisipan, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, serta prosedur penelitian yang terdiri dari langkah-langkah; defenisi operasional; alur atau skema; identifikasi variabel penelitian; asumsi dan hipotesis, dan teknik analisis data.

Bab IV adalah temuan penelitian dan pembahasan terhadap temuan hasil penelitian tersebut, dengan memaparkan jawaban yang ada dalam rumusan masalah.


(13)

Bab V yang berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi dari penelitian yang dilakukan. Skripsi ini dilengkapi juga dengan daftar pustaka sumber-sumber yang digunakan, serta lampiran-lampiran selama kegiatan penelitian.


(14)

BAB II KAJIANPUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu 1. Subjek Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan penelitian, peneliti mencantumkan penelitian terdahulu oleh Harry Fajar Junianto berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui VCT (Value Clarification Technique) Pada Mata Pelajaran PKN Kelas V di SD Negeri 2 Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012”.

2. Temuan Penelitian

Pada penelitian terdahulu membahas mengenai pengaruh VCT (Value

Clarification Technique) terhadap hasil belajar siswa yang ditujukan pada

program study PKn (pendidikan kewarganegaraan) dalam membantu siswa menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain, membantu siswa berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lainberkaitan dengan nilai-nilai yang diyakininya, membantu siswa mampu menggunakan akal budi, kesadaran emosional dalam memahami perasaan atau nilai-nilai dan pola tingkah laku sendiri. Hal tesebut pada pembelajaran PKn dikaitkan dalam pendidikan moral sebagai bentuk upaya membangun karakter bangsa.

3. Posisi Teoretis Peneliti

Pada penelitian terdahulu VCT (Value Clarification Technique) diterapkan pada mata pelajaran PKn (pendidikan kewarganegaraan) sedangkan pada penelitian ini, peneliti menerapkan VCT (Value Clarification Technique) pada pembelajaran seni tari, sehingga pada aspek kalrifikasi nilai yang digunakan berbeda. Pada penelitian terdahulu lebih menekan kepada nilai moral/etika sedangkan pada penelitian ini, peneliti lebih menekan kepada nilai estetika, dengan tidak melepaskan nilai-nilai lain yang ikut terlibat seperti nilai logika, moral/etika, dan lain sebagainya. Hal tersebut disesuaikan berdasarkan bidang

study. variabel (y) yang digunakan pada penelitian terdahulu berupa “hasil belajar siswa” dan jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan


(15)

Kelas (PTK) sedangkan pada penelitian ini variabel (y) yang digunakan berupa “kemampuan gerak tari” dan jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. VCT (Value Clarification Technique) mempunyai kelebihan berupa penilaian terhadap sesuatu yang dianalisis dan ingin diketahui kebenarannya yang berpusat kepada siswa (student centered approach), dan guru juga memiliki peranan penting dalam mengklarifikasi setiap pendapat siswa, sehingga pada pembelajaran seni tari VCT (Value Clarification Technique) merupakan pendekatan pembelajaran yang sangat tepat dalam menganalisis suatu nilai estetika siswa terhadap suatu gerak tari dengan adanya bantuan guru dalam proses klarifikasi nilai tersebut, sehingga siswa dapat dengan mudah mengetahui dan paham estetika gerak tari sebagai sesuatu yang dianalisis, dan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan gerak tari setiap siswa.

B. VCT (Value, Clarificationdan Technique) 1. Pengertian

Value berasal dari bahasa latin, “Valere” secara harfiah berarti baik/buruk

yang kemudian artinya diperluas menjadi segala sesuatu yang disenangi, diinginkan, dicita-citakan dan disepakati. Nilai atau “value” (bahasa Inggris)

termasuk bidang kajian filsafat. Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjukan kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (wort) atau kebaikan

(goodness), dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian, Darmadi (dalam Fransena, 2007, hlm. 67). Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian selanjutnya diambil keputusan. Keputusan tersebut merupakan keputusan nilai yang menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai tentu berhubungan dengan unsur yang ada pada manusia sebagai subjek penilai, yaitu unsur-unsur jasmani, akal, rasa, karsa, (kehendak) dan kepercayaan. Sesuatu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berharga berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya.


(16)

Berikut kasifikasi nilai:

Gambar 2.1 Klasifikasi Nilai (Sumber: Darmadi, 2007, hlm. 28)

Darmadi (dalam Everet (2007, hlm. 69), menggolongkan nilai-nilai kedalam delapan kelompok sebagai berikut :

a. Nilai-nilai ekonomis (ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli).

b. Nilai-nilai kejasmanian (membantu kepada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan badan).

c. Nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan).

d. Nilai-nilai sosial (berasal mula dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan).

e. Nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan).

f. Nilai-nilai estetis (nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni). g. Nilai-nilai intelektual (Nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran

kebenaran).

h. Nilai-nilai keagamaan.

VCT (Value Clarification Technique) digunakan pertama kali oleh Louis Rath pada tahun 1950-an ketika mengajar di New York University. VCT (Value

Clarification Technique) adalah “pendekatan pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik. Pendekatan ini akan membantu peserta didik dalam memahami dan menemukan nilai-nilai/makna secara mendalam (ultimate

meaning). VCT (Value Clarification Technique) memberi penekanan pada usaha

membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatan sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.

NILAI

Logika Benar-salah

Etika Baik-buruk

Estetika

Indah-tidak indah


(17)

Penyajian VCT (Value Clarification Technique) bisa dikemas dengan bantuan media yang dapat memperjelas penyampaian pesan atau informasi pada siswa. Media pembelajaran menurut Rahayudi (dalam Ibrahim, 2013, hlm. 5) menyatakan bahwa :

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

VCT (Value Clarification Technique) dapat dilihat dari proses kegiatan belajar siswa yang terjadi. Menurut Angriyani (dalam Kosasih, 2012, hlm. 9) antara lain yaitu:

a. Proses kegiatan belajar siswa yang bersifat klarifikasi, di mana siswa melalui berbagai potensi dirinya mencari dan mengkaji kejelasan nilai dan norma yang disampaikan.

b. Proses kegiatan belajar siswa bersifat spiritualisasi dan penilaian melalui kata hati (Valuing).

c. Bersama dengan proses Valuing juga terjadi proses pelaksanaan diri atau berperan serta.

2. Tujuan VCT (Value Clarification Technique)

Tujuan VCT (Value Clarification Technique) oleh Angriyani (2012, hlm. 7), diantaranya adalah:

a. Membantu peserta didik untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai-nilai-nilai orang lain.

b. Membantu peserta didik agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berkaitan dengan nilai-nilai yang diyakininya. c. Membantu peserta didik agar mampu menggunakan akal budi dan

kesadaran emosionalnya untuk memahami perasaan, nilai-nilai dan pola tingkah lakunya sendiri.

3. Proses, langkah-langkah, kelebihan dan kelemahan VCT (Value Clarification Technique)

Berdasar pada fungsi, tujuan dan manfaat yang telah dijelaskan maka pendekatan VCT (Value Clarification Technique) mempunyai proses dan langkah-langkah dalam penerapannya, serta kelebihan dan kelemahan.


(18)

a. Proses VCT (Value Clarification Technique) Tabel 2.1.

Tiga proses klarifikasi nilai melalui VCT (Value Clarification Technique)

No Proses Kegiatan

1. Memilih 1) Memilih dengan bebas

2) Memilih dari berbagai alternative 3) Memilih dari berbagai alternatif

setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya

2. Menghargai/Menjunjung tinggi

1) Menghargai dan merasa bahagia dengan pilihannya

2) Bersedia mengakui/menegaskan pilihannya itu didepan umum 3. Bertindak 1) Berbuat atau berprilaku sesuatu

sesuai dengan pilihannya

2) Berulang-ulang bertindak sesuai pilihannya itu hingga akhirnya merupakan pola hidupnya

Sumber: Angriyani (dalam Hall, 2012, hlm.8)

Tabel 2.2

Tiga proses klarifikasi nilai melalui VCT (Value Clarification Technique) pada Pembelajaran Seni Tari

No Proses Kegiatan

1. Memilih 1) Memilih Gerak

2) 3)

Menjelaskan Gerak Membedakan Gerak 2. Menghargai/Menjunjung

tinggi Seni Tari

1) Alternatif Gerak

3. Bertindak 1) Menciptakan Gerak

2) Ketepatan Gerak

3) Mengkombinasikan Gerak


(19)

b. Kelebihan dan kelemahan VCT (Value Clarification Technique)

Tabel 2.3

Kelebihan dan kelemahan VCT (Value Clarification Technique)

Kelebihan Kelemahan

Siswa belajar lebih aktif. Masalah nilai (value) merupakan masalah abstrak, sehingga sulit diungkapkan secara konkrit. Siswa mendapat kejelasan

tentang nilai-nilai yang dapat dipertahankan.

Terjadinya perbedaan pendapat dalam masalah nilai sulit dihindari, sehingga kadang-kadang mengundang

kebingungan para siswa.

Masalah nilai adalah masalah apa yang diinginkan, seharusnya (normatif), karenanya sering terdapat kesenjangan dengan apa yang terjadi dalam praktek nyata (empiris).

Sumber: Angriyani (dalam Hall, 2012, hlm.9)

C. Kemampuan Gerak Tari

Gerak merupakan unsur pokok pada diri manusia dan gerak merupakan alat bantu yang paling tua didalam kehidupan manusia, untuk mengemukakan keinginan atau kenyataan refleksi spontan didalam jiwa manusia. Gerak yang tercipta melalui sarana alami pada diri atau tubuh manusia sebagai unsur pokok, merupakan suatu rangkaian atau susunan gerak. Gerak tubuh manusia ada yang bersifat pragmatis rutin ada yang bersifat ekspresif. Seni tari pada dasarnya adalah gerak ekspresif menuju suatu pengungkapan yang artistik.

Tari adalah seni,walaupun substansinya adalah gerak, tetapi gerak-gerak didalam tari bukanlah gerak realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif. Menurut Soedarsono (dalam K. Langer, 1986, hlm. 82), bentuk ekspresif itu, ialah bentuk yang diungkapkan manusia untuk dinikmati dengan rasa. Adapun gerak yang indah, ialah gerak yang distilir, didalamnya mengandung ritme tertentu. Kata indah didalam dunia seni identik dengan bagus, yang oleh


(20)

Soedarsono (dalam Martin, 1986, hlm. 82), diterangkan sebagai sesuatu yang halus saja yang bisa indah, tetapi gerak-gerak yang keras, kasar, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan serta aneh dapat merupakan gerak yang indah.

Gerak tari lahir sebagai simbol emosi dan lebih menampilkan jiwa dan liris. Sasaran komunikasinya lebih kearah rasa dan suasana hati dari pada kepada situasi dan peristiwa. Gerak tari mewujud melalui bahan baku gerak tubuh, yang setiap orang melakukannya setiap hari.

Gerakan manusia berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Bekerja, adalah gerak yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, dimana naluri emosional jauh-jauh ditinggalkan. Sebagai misal, adalah gerakan manusia dalam mencari ikan, menanam padi, memetik buah, membelah kayu, dan sebagainya.

2. Bermain, yaitu gerak yang dilakukan untuk kepentingan sipelaku dalam mana dipraktekan keterampilan-keterampilan gerak yang didalam kehidupan sehari-hari sering dipandang tak berfaedah. Di dalam bermain, jika kegiatan melibatkan orang lain, maka peranan nya adalah untuk menguatkan kesenangan dari pelakunya.

3. Berkesenian, adalah gerakan yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang, dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain.

Dari uraian tersebut, jelas bahwa tidak setiap gerak dapat dijadikan bahan penyusun tari atau merupakan gerak tari. Sekalipun demikian, setiap gerak dapat dirubah atau digarap menjadi gerak tari dengan melakukan idealisasi atau distorsi (pengindahan atau perubahan) dari bentuk yang biasa tentu dengan kualitas gerak yang baik.

Daya fisik merupakan faktor yang menentukan di dalam memberi watak kepada gerak ekspresif dan dapat menunjukan kualitasnya. Di dalam kaitan dengan hal ini perlu diberi perhatian khusus pada faktor energi di dalam menggerakan tubuh. Perlu diatur secara seksama koordinasi bagian-bagian tubuh atau otot dan pengaturan di dalam pelaksanaannya. Gerak yang terampil dan terkoordinir sangat diperlukan di dalam tari.


(21)

Gerak di dalam tari merupakan medium untuk ekspresi dan bukan sebagai suatu aktivitas yang diungkapkan dengan peragaan dan berfungsi sebagai pemeran tubuh dan kekuatan-kekuatannya, seperti pada olah raga. Gerak tari diciptakan melalui keperanan dengan bersumber pada dorongan spontan, yang tercipta dengan suatu motivasi pemikiran yang diperlukan atau merupakan bagian dari pengungkapannya. Gerak itu tidak bisa berfungsi tidak saja karena koordinasi berbagai faktor, tetapi juga karena fungsi ritmis dari struktur tubuh. Atas dasar gerak-gerak alamiah yang tidak perlu dilatih, gerak tari berkembang menuju perwatakannya dan nilai ekspresifnya.

Di dalam tari, proses koordinasi telah tercapai, apabila gerak dapat ditunjang, diperkuat dan digerakan dengan kualitas dari suatu kondisi perasaan yang menyebabkan ekspresi seperti terjadi dalam keadaan yang sebenarnya. Peningkatan kemampuan gerak tari meninggalkan maksud-maksud praktis dan mengarah kepencapaian nilai-nilai yang estetis. Demikian gerak tubuh itu sendiri dari elemen-elemen yang menciptakan kegiatan (aksi) yang menggambarkan kualitas tertentu daripada kondisi yang muncul dari dalam diri manusia.

Tenaga, ruang, dan waktu adalah elemen-elemen dasar dari gerak. Kepekaan terhadap elemen-elemen tersebut, pemilihannya secara khas serta pemikiran akan penyusunannya berdarkan pertibangan-pertimbangan yang mendalam merupakan alasan utama kenapa tari dapat menjadi ekspresi seni.

Sekaitan dengan hal tersebut, dipertegas dengan pendapat Sumandino (2003, hlm. 45) yang menjelasankan elemen-elemen tari sebagai berikut :

1. Tenaga

Tenaga atau kekuatan adalah sumber gerak, dan ia merupakan unsur dasar dalam kualitas-kualitas estetis tari. Peranan kekuatan menumbuhkan tindakan, dengan tersusunnya gerak membangkitkan respon kinestetis dalam diri seseorang, dan kemudian memungkinkan para penari dapat berkomunikasi. Aspek-aspek dari ketegangan gerak menyebabkan para pengamat empati atau merasa sampai pada tarian serta merasakan penampilan itu.

Beberpa faktor yang berhubungan dengan penggunaan tenaga dalam melakukan gerakan, Murgiyanto (1986, hlm. 34) adalah:

a. Intensitas, atau banyak sedikitnya tenaga yang digunakan dalam melakukan gerak.

b. Tekanan atau aksen, yakni penggunaan tenaga yang tidak merata ada bagian gerak yang hanya sedikit menggunakan tenaga, tetapi ada pula yang besar/banyak menggunakan tenaga.


(22)

c. Kwalitas atau cara bagaimana tenaga disalurkan untuk menghasilkan gerak : bergetar, menusuk, mengayun, terus menerus tegang dan sebagainya.

2. Ruang

Ruang adalah sesuatu yang tidak bergerak dan diam sampai gerakan yang terjadi didalamnya mengintrodusir waktu, dan dengan cara demikian terwujudnya ruang sebagai suatu bentuk, suatu ekspresi khusus yang berhubungan dengan waktu yang dinamis dari gerakan. Ruang terdiri dari ruang sempit, sedang, dan lebar.

3. Waktu

Waktu dalam gerak adalah suatu alat untuk memperkuat hubungan-hubungan kekuatan dari rangkaian gerak, dan juga sebagai alat untuk mengembangkan secara kontinyu serta mengalirkan secara dinamis, sehingga menambah keteraturan tari.Struktur waktu dalam tari dapat kita pahami adanya aspek-aspek tempo yaitu kecepatan atau kelambatan sebuah gerak, ritme yaitu pola hubungan timbal balik atau perbedaan dari jarak waktu cepat dan lambat, dan durasi yaitu jangka waktu berapa lama gerakan itu berlangsung.

D. VCT (Value Clarification Technique) dalam pembelajaran Seni Tari VCT (Value Clarification Technique) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan siswa mengidentifikasi dan menganalisis nilai estetika yang termuat dalam suatu video tari atau gambar pose tari.

Kemampuan gerak tari yaitu tidak terlepas kepada elemen-elemen tari yaitu, tenaga, ruang, dan waktu. Elemen tari dapat dengan mudah diterapkan dengan mengklarifikasi nilai-nilai estetika yang terdapat pada tarian yang dianalisis. Diskusi dan saling berpendapat dalam menentukan kesesuaian gerak tentu peserta didik dapat dengan mudah memahami tenaga, ruang, dan waktu dalam setiap klarifikasi gerak. Selain itu, sebagai dasar dalam menciptakan gerak-gerak tari sesuai pada kesadaran nilai estetis siswa.


(23)

Fase-fase VCT (Value Clarification Technique) pada pembelajaran seni tari:

Tabel 2.4

Fase-fase model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Fase Langkah-langkah VCT (Value Clarification

Technique)

Deskripsi Kegiatan

Fase I Memilih Apresiasi Gambar

a. Guru menempelkan 6 gambar gerak tari dipapan tulis yaitu 3 gambar gerak tari Nusantara dan 3 gambar gerak tari yang dilakukan beberapa siswa.

b. Guru menyuruh siswa memilih gambar gerak tari yang menurutnya tepat (memilki penguasaaan elemen tari yang harmonis), kemudian membedakannya dari gambar gerak tari yang lain.

Fase II Menghargai/menjunjung tinggi Seni Tari.

Identifikasi komentar siswa

a. Guru menyuruh siswa melakukan alternatif gerak tari berdasarkan ide dan imajinasi siswa dari gambar gerak tari yang dipilihnya. b. Siswa lain melakukan tanggapan

mengenai tenaga, ruang, dan waktu terhadap alternatif gerak tari yang dilakukan temannya didepan kelas.

Mengklarifikasi masalah. d. Guru menjelaskan elemen-elemen

tari (tenaga, ruang, dan waktu). e.. Latihan praktik tari (Pembagian

kelompok)

Fase III Bertindak a. Guru menyuruh siswa menciptakan

gerak tari dari berbagai alternatif seperti internet dan lain sebagainya. (berdasarkan kelompok).

Demonstrasi

b. Guru menyuruh siswa melakukan gerak tari dengan tepat (memilki penguasaaan elemen tari yang harmonis).

c. Guru melihat kombinasi gerak tari siswa.

Kesimpulan yang dilakukan oleh siswa dan secara bersama-sama dengan guru


(24)

a. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang sudah

dilaksanakan seperti menegaskan kembali mengenai elemen tari, hasil apresiasi gambar dan analisis rata-rata siswa.

Tindak lanjut

a. Siswa melakukan ujian praktik tari kelompok (posttest).

Sumber:Hasil Penelitian 2015

Berikut gambar-gambar yang disajikan dalam pembelajaran VCT (Valule

Clarification Technique) :

Gambar 2.2

(Sumber : Hasil Penelitian 2015 ;google.com)

Tabel 2.5

Aspek Penilaian VCT (Value Clarification Technique) pada pembelajaran Seni Tari

No Proses Kegiatan Penilaian

1. Memilih 1) Memilih Gerak 90 = Siswa dapat memilih 3 gambar gerak tari dengan melakukan gerak tari secara serius dan sesuai pada gambar. 80 = Siswa dapat memilih 3


(25)

melakukan gerak tari dengan serius, tetapi tidak seluruh gerak tari dapat dilakukan siswa sesuai pada gambar. 70 = Siswa dapat memilih 2

gambar gerak tari dan

melakukan gerak tari dengan serius tetapi kurang sesuai pada gambar.

60 = Siswa dapat memilih 2 gambar gerak tari dan

melakukan gerak tari dengan kurang serius dan kurang sesuai pada gambar.

50 = Siswa dapat memilih 1 gambar gerak tari dan

melakukan gerak tari dengan tidak serius dan tidak sesuai pada gambar.

2) Menjelaskan Gerak 90 = Siswa dapat menjelaskan 3 gambar gerak tari yang ada pada gambar dengan serius dan tepat.

80 = Siswa dapat menjelaskan 3 gambar gerak tari yang ada pada gambar dengan serius tetapi kurang tepat.

70 = Siswa dapat menjelaskan 2 gambar gerak tari dengan serius tetapi tidak tepat. 60 = Siswa menjelaskan 2 gambar gerak tari dengan kurang serius dan kurang tepat.

50 = Siswa menjelaskan 2 gambar gerak tari dengan tidak serius dan tidak tepat.

3) Membedakan Gerak

90 = Siswa dapat membedakan 3 gambar gerak tari secara jelas yang ada pada gambar yang dipilihnya dengan gambar gerak tari yang tidak dipilihnya.

80 = Siswa dapat membedakan 3 gambar gerak tari dengan penjelasan sedikit dengan gambar gerak tari yang tidak


(26)

dipihnya.

70 = Siswa kurang dapat membedakan 3 gambar gerak tari yang dipilihnya dengan gambar gerak tari yang tidak dipilihnya.

60 = Siswa tidak dapat membedakan 3 gambar gerak tari yang dipilihnya dengan gambar gerak tari yang tidak dipilihnya.

2. Menghargai/ Menjunjung tinggi Seni Tari

1) Alternatif Gerak 90 = Siswa dapat melakukan 3 alternatif gerak tari dari gambar yang dipilih.

80 = Siswa dapat melakukan 2 alternatif gerak tari dari gambar yang dipilihnya. 70 = Siswa dapat melakukan 1

alternatif gerak tari dari gambar yang dipilih.

60 =.Siswa dapat melakukan 1 alternatif gerak tari tetapi tidak dapat menyelesaikan gerak tari yang dilakukannya.

50= Siswa tidak dapat

melakukan alternatif gerak tari dari gambar yang dipilihnya. 3. Bertindak 1) Menciptakan Gerak 90 = Siswa dapat menciptakan

gerak tari dengan banyak atau lebih dari 3 variasi gerak. 80 = Siswa dapat menciptakan gerak tari dengan 3 variasi gerak.

70 = Siswa dapat menciptakan gerak tari dengan 2 variasi gerak.

60 = Siswa menciptakan gerak tari dengan 1 variasi gerak tari.

2) Ketepatan Gerak 90 = Siswa dapat melakukan gerak tari dengan tepat

(keharmonisan seluruh elemen tari) dengan serius.

80 = Siswa dapat melakukan gerak tari dengan tepat

(keharmonisan seluruh elemen tari) tetapi kurang serius dalam pelaksanaannya.


(27)

Sumber : Hasil Penelitian 2015

E. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama

Yusuf L.N. dan Sugandhi dalam bukunya menyatakan masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa dewasa, dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Masa remaja disebut juga

adolescence, yang dalam Bahasa latin berasal dari kata adolescere, yang berarti to grow into adulthood”. Adolesen merupakan periode transisi dari masa anak ke

masa dewasa, dalam mana terjadi perubahan dalam aspek biologis, psikologis, dan sosial.

Untuk memahami masa remaja ini, pada paparan berikut dijelaskan tentang pendapat atau pandangan para ahli (filsafat, antropologi, dan psikologi) Yusuf dan Sugandhi (2011, hlm.78), yaitu sebagai berikut :

1. Aristoteles, berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja adalah kemampuannya untuk memilih dan determinasi diri (self-determination) sebagai tanda kematangannya.

70 = Siswa kurang tepat dalam melakukan gerak tari (hanya salahsatu energi, ruang, atau waktu yang dapat terpenuhi). 60= Siswa tidak dapat

melakukan gerak tari dengan tepat (tidak ada keharmonisan elemen tari).

3) Mengkombinasikan Gerak

90 = Siswa dapat melakukan lebih dari 3 kombinasi gerak tari dengan tepat.

80 = Siswa melakukan 3 kombinasi gerak tari dengan tepat tetapi kurang serius dalam pelaksanaannya. 70 = Siswa melakukan 2

kombinasi gerak tari dengan tepat tetapi kurang serius dalam pelaksanaannya. 60 = Siswa melakukan 2

kombinasi gerak tari tetapi kurang tepat dan kurang serius dalam pelaksanaanya.


(28)

2. Jean-Jacques Rousseau, berpendapat bahwa pada usia 15-20 tahun, individu sudah matang emosinya, dan dapat mengubah sikap selfishness (memerhatikan atau mementingan diri sendiri) ke interest in others (memerhatikan orang lain).

3. Stanley Hall, sebagai pionir dalam studi ilmiah tentang remaja berpendapat bahwa adolesen adalah masa and-stress, masa penuh konflik, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi, antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.

4. Margaret Mead, seorang ahli antropologi yang mempelajari masa adolesen di Samoa. Dia berpendapat bahwa hakikat dasar adolesen bukan biologis tetapi sosial budaya.

5. Jacqueline Lerner dan kawan-kawan (2009) sebagai ahli yang mempromosikan Positive Youth Development (PYD) berpendapat bahwa remaja memilki lima karakteristik positif, yaitu (a) Competence, remaja memiliki persepsi positif, terhadap aspek sosial, akademik, fisik, karier, dan sebagainya; (b) Confidence, remaja memilki keyakinan dan sikap positif, seperti memilki self-worth dan self-efficacy; (c) Connection, remaja memilki hubungan positif dengan orang lain, seperti dengan keluarga, taman sebaya, guru, dan yang lainnya dalam kehidupan masyarakat; (d) Character, remaja memilki sikap respek terhadap peran-peran sosial, memahami benar-salah atau baik-buruk, dan memiliki integritas; dan (e) Caring/compassion, remaja menunjukan perhatian emosional terhadap orang lain, terutama pada saat mereka sedang berada dalam keadaan duka cita (distress).

Aspek perkembangan siswa masa remaja berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang memuat aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan afektif, dan aspek perkembangan psikomotorik. Secara ringkas tiga kawasan dalam taksonomi Bloom adalah sebagai berikut :

1. Aspek Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan (kapasitas) individu untuk memanipulasi dan mengingat informasi. Menurut Yusuf dan Sugandhi (dalam Peaget, 2011, hlm.81), perkembangan kognitif remaja berada pada tahap “formal operation stage”, yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahapan berpikir formal ini terdiri atas dua sub periode Broughton (dalam Santrock, 2010, hlm.97) yaitu: (a) Eerly formal

operational thought, yaitu kemampuan remaja untuk berfikir dengan cara

hipotetik yang menghasilkan pikiran-pikiran sukarela (bebas) tentang sebagian mungkin yang tidak terbatas; (b) Late formal operational thought, yaitu remaja mulai menguji pikirannya yang berlawanan dengan pengalamannya, dan


(29)

mengembalikan keseimbangan intelektualnya. Kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu :

a. Pengetahuan (mengingat, menghafal). b. Pemahaman (menginterpretasikan).

c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah). d. Analisis (menjabarkan suatu konsep).

e. Sintesis (menggabungkan bagian - bagian konsep menjadi suatu konsep utuh).

f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya).

Tabel 2.6

Ranah Kognitif (Pengetahuan)

NO Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

1. Pengetahuan Kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali

Contoh: menyatakan kebijakan.

Mendefinisikan, menyusun daftar, menamai, menyatakan, mengidentifikasikan,

mengetahui, menyebutkan, membuat

rerangka, menggaris bawahi, menggambarkan,

menjodohkan, memilih.

2. Pemahaman Kemampuan memahami instruksi/masalah,

menginterpretasikan dan menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri

Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran

Menerangkan, menjelaskan , menguraikan,

membedakan,

menginterpretasikan,

merumuskan, memperkirakan, meramalkan,

menggeneralisir,

menterjemahkan, mengubah, memberi contoh, memperluas, menyatakan

kembali, menganalogikan, merangkum

Menerangkan, menjelaskan , menguraikan,

membedakan,

menginterpretasikan,

merumuskan, memperkirakan, meramalkan,

menggeneralisir,

menterjemahkan, mengubah, memberi contoh, memperluas, menyatakan

kembali, menganalogikan, merangkum.


(30)

3. Penerapan Kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru

Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.

Menerapkan, mengubah, menghitung, melengkapi, menemukan. membuktikan, menggunakan, mendemonstrasikan, memanipulasi, memodifikasi, menyesuaikan, menunjukkan,

mengoperasikan, menyi apkan, menyediakan, menghasilkan.

4. Analisa Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas atas

dampak komponen – komponen

terhadap konsep tersebut secara utuh.

Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.

Menganalisa,

mendiskriminasikan, membuat skema /diagram, membedakan, membandingkan,

mengkontraskan, memisahkan, membagi, menghubungkan, menunjukan hubungan antara variabel,

memilih, memecah menjadi beberapa bagian,

menyisihkan, mempertentangkan.

5. Sintesa Kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen-komponen dalam rangka menciptakan arti/pemahaman/ struktur baru.

Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.

Mengkategorikan mengkombinasikan, mengatur memodifikasi, mendisain,

mengintegrasikan, mengorganisir,

mengkompilasi, mengarang, menciptakan,

menyusun kembali, menulis kembali, merancang, merangkai, merevisi, menghubungkan, merekonstruksi, menyimpulkan, mempolakan.

6. Evaluasi Kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria. Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban. Mengkaji ulang, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mengkontraskan, mempertentangkan menjustifikasi, mempertahankan, mengevaluasi,


(31)

membuktikan, memperhitungkan,

menghasilkan, menyesuaikan, mengkoreksi,

melengkapi, menemukan.

Sumber : Utari, dkk (2011)

Ketidakmatangan berfikir remaja menurut Yusuf dan Sugandhi (dalam Elkin, 2011, hlm.82) dimanifestasikan kedalam enam karakteristik, yaitu:

a. Idealisme dan kekritisan (suka berfikir ideal dan mengkritik orang lain, orang dewasa atau orang tua sendiri).

b. Argumentativitas (menjadi argumentatif ketika mereka menyusun fakta atau logika untuk mencari alasan, misalnya: begadang).

c. Ragu-ragu (meskipun remaja dapat menyimpan berbagai alternatif dalam pikiran mereka pada waktu yang sama, tetapi karena kurangnya pengalaman, mereka kekurangan strategi efektif untuk memilih).

d. Menunjukan hypocrisy (remaja sering kali tidak menyadari perbedaan antara mengekspresikan sesuatu yang ideal dengan membuat pengorbanan yang dibutuhkan untuk mewujudkannya).

e. Kesadaran diri (meskipun remaja sudah dapat berpikir tentang pemikiran mereka sendiri dan orang lain, akan tetapi mereka sering kali berasumsi bahwa yang dipikirkan orang lain sama dengan yang mereka pikirkan, yaitu diri mereka sendiri).

f. Kekhususan dan ketangguhan (istilah Elkind personal fable, untuk menunjukan keyakinan remaja bahwa mereka special, pengalamannya unik, dan tidak tunduk pada peraturan.

Pembelajan seni tari pada siswa sekolah menengah pertama harus disesuaikan kepada karakteristik siswa pada aspek perkembangan kognitif. Dengan menyesuaikan tingkat kesulitan dan materi yang akan disampaikan siswa dapat mempunyai motivasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Motivasi pada siswa tentu memberi pengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sehingga pada penelitian ini, peneliti menggunakan materi elemen tari meliputi tenaga, ruang, dan waktu. Melalui VCT (Value Clarification Technique), memberi kemudahan siswa sekolah menengah pertama menerima pembelajaran yang disampaikan.

2. Aspek Perkembangan Afektif

Perkembangan afektif merupakan kelanjutan dari aspek perkembangan kognitif yaitu mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Pada aspek perkembangan afektif terlihat dalam berbagai tingkah laku


(32)

siswa seperti memperhatikan, partisipasi aktif, menghargai, sehingga penilaian yang dilakukan dapat berupa skala sikap. Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu :

a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b. Merespon (aktif berpartisipasi)

c. Penghargaan (menerima nilai-nilai)

d. Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercayainya) e. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)

Tabel 2.7 Ranah Afektif (Sikap)

NO Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

1. Penerimaan Kemampuan untuk menunjukkan

atensi dan penghargaan terhadap orang lain

Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama seseorang

menanyakan, mengikuti, memberi, menahan / mengendalikan diri, mengidentifikasi,

memperhatikan, menjawab. 2. Responsif Kemampuan berpartisipasi

aktif

dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas Menjawab, membantu, mentaati, memenuhi, menyetujui, mendiskusikan, melakukan, memilih, menyajikan, mempresentasikan, melaporkan, menceritakan, menulis, menginterpretasikan, menyelesaikan, mempraktekkan. 3. Niat yang

dianut (nilai diri)

Kemampuan menunjukkan nilai

yang dianut untuk membedakan

mana yang baik dan kurang baik

terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku.

Contoh: Mengusulkan kegiatan Corporate Social

Responsibility

Menunjukkan,

mendemonstrasikan, memilih, membedakan, mengikuti, meminta, memenuhi, menjelaskan, membentuk, berinisiatif, melaksanakan, memprakarsai, menjustifikasi, mengusulkan, melaporkan, menginterpretasikan, membenarkan,


(33)

sesuai dengan nilai yang berlaku

dan komitmen perusahaan.

menolak, menyatakan / mempertahankan pendapat,

4. Organisasi Kemampuan membentuk sistem

nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai.

Contoh: Menyepakati dan mentaati etika profesi, mengakui

perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab

Mentaati, mematuhi, merancang, mengatur, mengidentifikasikan, mengkombinasikan, mengorganisisr, merumuskan, menyamakan, mempertahankan, menghubungkan, mengintegrasikan, menjelaskan, mengaitkan, menggabungkan, memperbaiki, menyepakati, menyusun, menyempurnakan, menyatukan pendapat, menyesuaikan, melengkapi, membandingkan, memodifikasi 5. Karakteristik Kemampuan mengendalikan

perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan social. Contoh: Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok Melakukan, melaksanakan, memperlihatkan membedakan, memisahkan, menunjukkan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi, mempraktekkan, mengusulkan, merevisi, memperbaiki, membatasi, mempertanyakan, mempersoalkan, menyatakan, bertindak, Membuktikan, mempertimbangkan.

Sumber : Utari, dkk (2011)

Pada penelitan, skala sikap tidak menjadi fokus permasalahan dalam penelitian. Tetapi dengan melihat prilaku siswa dalam pembelajaran, dapat menjadi ukuran awal bagi peneliti terhadap proses pembelajaran melalui VCT (Value Clarification Technique).


(34)

3. Aspek Perkembangan Psikomotorik

Perkembangan psikomorik merupakan aspek perkembangan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Pada aspek ini, siswa sudah memiliki kemampuan sempurna dalam menerima informasi berupa tindakan dan bentuk sikap/gerak yang harus ditiru. Psikomotor, terdiri atas lima tingkatan, yaitu :

a. Peniruan (menirukan gerak)

b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

d. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus denganbenar) e. Naturalisasi (melakukan gerak dengan wajar)

Tabel 2.8

Ranah Psikomotorik (Keterampilan)

NO Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

1. Persepsi Kemampuan menggunakan saraf

sensori dalam

menginterpretasikan nya dalam memperkirakan sesuatu

Contoh: menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas.

Mendeteksi, mempersiapkan diri, memilih,

menghubungkan, menggambarkan,

mengidentifikasi, mengisolasi, membedakan

menyeleksi. 2. Kesiapan Kemampuan untuk

mempersiapkan diri, baik mental,

fisik, dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan dan

kekurangan seseorang.

Memulai, mengawali, memprakarsai,

membantu, memperlihatkan mempersiapkan

diri, menunjukkan, mendemonstrasikaan.

3. Reaksi yang diarahkan

Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan bantuan / bimbingan dengan meniru dan uji

coba.Contoh: Mengikuti arahan dari instruktur.

Meniru, mentrasir, mengikuti, mencoba, mempraktekkan, mengerjakan, membuat, memperlihatkan, memasang, bereaksi, menanggapi.


(35)

4 Reaksi Natural (Mekanisme)

Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat

ketrampilan ahap yang lebih sulit. Melalui tahap ini

diharapkan siswa akan terbiasa melakukan tugas rutinnya. Contoh: menggunakan computer. Mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki, melaksanakan

sesuai standar, mengerjakan, menggunakan,

merakit, mengendalikan, mempercepat,

memperlancar, mempertajam, menangani.

5. Reaksi yang Kompleks

Kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam

melakukan

sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efsiensi dan efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara

spontan, lancar, cepat, tanpa ragu.

Contoh: Keahlian bermain piano.

Mengoperasikan, membangun, memasang,

membongkar, memperbaiki, melaksanakan

sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, merakit, mengendalikan, mempercepat, memperlancar, mencampur, mempertajam, menangani, mngorganisir, membuat draft/sketsa, mengukur. 6. Adaftasi Kemampuan mengembangkan

keahlian, dan memodifikasi pola sesuai dengan yang dbutuhkan,

Contoh: Melakukan perubahan secara cepat dan tepat terhadap kejadian tak terduga tanpa merusak pola yang ada.

Mengubah, mengadaptasikan, memvariasikan,

merevisi, mengatur kembali, merancang kembali,

memodifikasi.

7. Kreativitas Kemampuan untuk menciptakan

pola baru yang sesuai dengan kondisi/situasi tertentu dan juga

kemampuan mengatasi masalah

dengan mengeksplorasi kreativitas diri. Contoh: membuat formula baru , inovasi, produk baru. Merancang, membangun, menciptakan, mendisain, memprakarsai, mengkombinasikan, membuat, menjadi pioneer.


(36)

Pada pembelajaran seni tari, aspek perkembangan psikomotorik tentu mempengaruhi keterampilan siswa dalam melakukan gerak tari. Pada siswa sekolah menengah pertama yang tidak memiliki hambatan secara fisik, memiliki peluang luas dalam mengembangkan kemampuan psikomotorik pada pembelajaran seni tari. Sehingga penilaian dapat dilakukan dengan melakukan uji kerja/praktik dari hasil kemampuan siswa dalam melakukan gerak tari melalui VCT (Value Clarification Technique).

F. Komponen Pembelajaran

Konsep belajar dan mengajar menjadi padu dalam satu kegiatan ketika terjadi interaksi antara guru atau siswa dalam pengajaran yang berlangsung. Proses pendidikan harus dilaksanakan dengan memanfaatkan semua komponen yang terkait dengannya agar mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas.

Ada beberapa komponen dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan, materi/bahan ajar, media, evaluasi, anak siswi/siswa, dan adanya pendidik/guru, MKDP (2009, hlm.137). Komponen proses pembelajaran menjadi hal penting yang harus diperhatikan guru agar kegiatan yang dilaksanakannya mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Di bawah ini terdapat komponen-komponen pembelajaran seperti berikut :

Gambar 2.3 Skema Komponen Pembelajaran

(Sumber: Fathoni dan riyana (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009,hlm.137)

Tujuan Pembelajaran

Bahan Pembelajaran

Media Pembelajaran Strategi

Pembelajaran Evaluasi


(37)

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh kegiatan pembelajaran. Menurut Ruhimat (2012, hlm. 148) tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Berdasarkan apa yang diungkapkan Ruhimat di atas maka tujuan pembelajaran dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran menurut Baker ( 1971, dikutip dari Ruhimat T. 2012, hlm. 151) terdapat empat komponen yang perlu diperhatikan saat merumuskan tujuan pembelajaran diantaranya audience (dimaksudkan sasaran siapa yang belajar. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran dirumuskan secara spesifik untuk siapa tujuan pembelajaran diarahkan), behavior (dimaksudkan perilaku atau sikap yang diharapkan dilakukan atau dimunculkan setelah KBM berlangsung),

condition (dimaksudkan syarat/kriteria yang harus dipenuhi atau dikerjakan

peserta didik saat tes), dan Degree (dimaksudkan standar minimal keberhasilan yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan).

Fathoni dan riyana (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009,hlm.139), hirarki tujuan dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara (Indonesia didasari oleh Pancasila.

b. Tujuan Institusional/Lembaga, yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau lembaga pendidikan.

c. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi.

d. Tujuan Intruksional/Pembelajaran, yaitu tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan instruksional atau kegiatan. Tujuan ini seringkali dibedakan menjadi dua bagian yaitu tujuan instruksional/tujuan pembelajaran umum merupakan tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih spesifik, tujuan umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok bahasan suatu bidang studi, dan tujuan instruksional/pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum, tujuan ini


(38)

dirumuskan oleh guru dengan maksud agar tujuan instruksional umum tersebut dapat lebih dispesifikan dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya.

Dalam taksonomi Bloom tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

a. Domain kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berpikir;

b. Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai.

c.Domain psikomotorik; berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik.

Berdasar kepada fokus penelitian mengenai pembelajaran seni tari, tujuan pembelajaran diarahkan kepada peningkatan kemampuan gerak tari yang pelaksanaannya diuraikan menjadi indikator-indikator dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2. Bahan Pembelajaran

Pada komponen ini, tugas guru adalah memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirancang. Fathoni dan riyana (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009, hlm.141), pada dasarnya materi pembelajaran merupakan “isi” dari kurikulum yang berupa mata pelajaran dengan topik/sub topik beserta rinciannya, sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam kurikulum terdapat tiga aspek yang harus dicapai yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam pemilihan materi atau bahan pembelajaran guru seyogyanya mengetahui bahan pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Bahan pembelajaran pada dasarnya isi kegiatan yang akan dilakukan berupa materi yang akan diberikan. Fathoni dan riyana (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009, hlm.141), isi kurikulum atau bahan pembelajaran dapat dikategorikan menjadi 6 jenis, yaitu : fakta, konsep/teori, prinsip, proses, dan nilai, serta keterampilan.

a. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau telah dialami/dikerjakan, bisa berupa objek atau keadaan tentang sesuatu hal.


(39)

b. Konsep/teori adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian umum. Suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian fakta, dimana pernyataan tersebut harus memadukan, universal, dan meramalkan. c. Prinsip merupakan suatu aturan/kaidah untuk melakukan sesuatu, atau

kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berfikir.

d. Proses adalah serangkaian gerakan, perubahan, perkembangan atau suau cara/prosedur untuk melakukan kegiatan secara operasional.

e. Nilai adalah suatu pola, ukuran norma, atau suatu tipe/model. Ia berkaitan dengan pengetahuan atas kebenaran yang bersifat umum.

f. Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu, baik dalam pengertian fisik maupun mental.

Fathoni dan riyana (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009, hlm.142), tugas guru di sini adalah memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran. Dalam bahan pembelajaran, guru dapat mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut : relevansi (secara psikologis dan sosiologis), kompleksitas, rasional/ilmiah, fungsional, ke-up to date-an, dan komperehensif/keseimbangan, sedangkan pengembangan bahan ajar itu sendiri dapat disusun dengan menggunakan suatu sekuen kausal, sekuen stuktural, sekuen logis dan psikologis, sekuen spiral, dan lain-lain. Pada penelitian ini, bahan pembelajaran yang digunakan berupa psikomotorik (keterampilan), sehingga bahan pembelajaran mengarah kepada pengenalan elemen tari meliputi (tenaga, ruang, dan waktu) dan disesuaikan kepada silabus sekolah tempat penelitian.

3. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat mendukung pada proses pembelajaran. Beberapa faktor perlu diperhatiakan dalam pemilihan media pembelajaran seperti waktu, peserta didik, kondisi sekolah, serta guru. Pemilihan media pembelajaran ada baiknya memperhatikan alokasi waktu yang tersedia, kegunaan atau manfaat penggunaan media pembelajaran salah satunya untuk mengefisienkan dan mengefektifkan waktu. Fathoni dan riyana (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009, hlm.150) ada beberapa macam media pembelajaran, diantaranya:


(40)

a. Media visual, merupakan media yang hanya dapat dilihat dengan indra penglihatan, dan biasanya membantu guru menyampaikan isi materi pelajaran.

b. Media audio, merupakan media yang hanya dapat dirasakan oleh indra pendengaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik untuk mempelajari bahan ajar. Penggunaan media ini untuk melatih keterampilan mendengarkan.

c. Media audio-visual, merupakan kombinasi dari media audio dan media visual, penggunaan media ini dalam penyajiannya jauh lebih optimal dibandingkan media audio atau visual saja. Dalam hal ini peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar. Contohnya video, televisi pendidikan dan lainnya.

Media yang digunakan pada penelitian berupa gambar-gambar gerak tari yang dianalisis berdasarkan langkah-langkah VCT (Value Clarification

Technique). Media gambar yang digunakan berupa gambar gerak Tari Nusantara

dan gambar gerak tari yang dilakukan oleh beberapa siswa.

4. Strategi Pembelajaran:

Fathoni dan riyana (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009, hlm.142), strategi pembelajaraan merupakan salahsatu komponen di dalam sistem pembelajaran, yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lain di dalam sistem tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran ialah: (1) tujuan, (2) materi, (3) siswa, (4) fasilitas, (5) waktu, (6) guru.

Strategi dan metode yang digunakan berbeda-beda berdasarkan pada tujuan masing-masing aspek yang harus dicapai (kognitif, afektif dan psikomotor). Selain perbedaan strategi dan metode pembelajaran pada aspek-aspek kompetensi, penggunaan strategi dan metode berpengaruh juga terhadap jumlah siswa, waktu, ketersediaan sarana dan prasarana, dan kompetensi guru. Fathoni dan riyana (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009, hlm.143), ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi pembelajaran, adalah : (1) faktor tujuan, yaitu menggambarkan tingkah laku yang harus dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar selesai


(41)

dilaksanakan. Tingkah laku yang harus dimiliki siswa dikelompokan ke dalam kelompok pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (2)faktor materi, yaitu ilmu atau materi pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Secara teoritis di dalam ilmu atau mata pelajaran terdapat beberapa sifat materi, yaitu : fakta, konsep, prinsip, masalah, prosedur, (keterampilan), dan sikap (nilai). Mengajarkan materi-materi tersebut berbeda antara yang satu dengan yang lain bergantung kepada sifatnya, (3) faktor siswa, yaitu siswa sebagai pihak yang berkepentingan di dalam proses belajar mengajar, sebab tujuan yang harus dicapai semata-mata untuk mengubah perilaku siswa itu sendiri, (4)faktor waktu, dibagi dua yaitu yang menyangkut jumlah waktu dan kondisi waktu. Hal yang menyangkut jumlah waktu ialah berapa puluh menit atau berapa jam pelajaran waktu yang tersedia untuk proses belajar mengajar, sedangkan untuk menyangkut kondisi waktu ialah kapan atau pukul berapa pelajaran itu dilaksanakan, (5)faktor guru, yaitu salahsatu faktor penentu, pertimbangan semua faktor akan sangat bergantung kepada kreativitas guru. Dedikasi dan kemampuan gurula yang pada akhirnya mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran.

Dari penjelasan diatas, proses pembelajaran seni tari pada strategi pembelajaran disesuaikan terhadap strategi VCT (Value Clarification

Technique) yang didalamnya sudah dirumuskan oleh peneliti sebagai pemberi treatment/perlakuan.

5. Evaluasi Pembelajaran:

Arifin (2009. hlm.5), evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.

Melalui evaluasi pembelajaran, guru dapat mengetahui seberapa jauh penguasaan bahan pelajaran oleh masing-masing peserta didik. Dari hasil evaluasi dapat memberikan motivasi peserta didik untuk mencapai prestasi lebih tinggi. Evaluasi dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam mengevaluasi


(42)

kinerjanya, dan perbaikan bagi guru dalam merencanakan pembelajaran, pemilihan materi, media, metode dan alat evaluasi agar tercapainya tujuan pembelajaran ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hal itu, dapat ditafsirkan tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektifitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Efektifitas pembelajaran tersebut dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi dan dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan dalam perumusan tujuan dan isi program pembelajaran, dengan demikian instrumen evaluasi merujuk pada tujuan dan isi program pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tiga proses klarifikasi nilai yang ada pada VCT (Value Clarification

Technique), sebagai berikut:

Tabel. 2.9 Indikator Penilaian

No. Indikator Penilaian

Rentang Nilai

A B C D

81 – 90%

71 – 80%

61 – 70%

51 - 60% 1 Memilih

2 Menghargai/menjunjung tinggi Seni Tari

3 Bertindak

Sumber:Hasil Penelitian 2015

Keterangan: A :Sangat Baik B : Baik C : Cukup

D : Kurang

81 – 90% : Siswa dikatakan mampu melakukan gerak tari sangat baik atau tepat (keharmonisan elemen tari) dengan rata-rata nilai dari


(43)

masing-masing indikator (memilih, menghargai/ menjunjung tinggi seni tari, dan bertindak) sangat baik.

71 – 80% : Siswa dikatakan mampu melakukan gerak tari dengan baik atau tepat (keharmonisan elemen tari) dengan rata-rata nilai dari masing-masing indikator (memilih, menghargai/ menjunjung tinggi seni tari, dan bertindak) baik.

61 – 70% : Siswa dikatakan mampu melakukan gerak tari cukup baik atau tepat (keharmonisan elemen tari) dengan rata-rata nilai dari masing-masing indikator (memilih, menghargai/ menjunjung tinggi seni tari, dan bertindak) cukup baik.

51 - 60% : Siswa kurang baik atau tepat (keharmonisan elemen tari) dalam melakukan gerak tari dengan rata-rata nilai dari masing-masing indikator (memilih, menghargai/ menjunjung tinggi seni tari, dan bertindak) kurang baik.


(44)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian

Pada bab ini peneliti memaparkan hasil penelitian pembelajaran seni tari di SMP Negeri 3 Bandung sebelum menggunakan VCT (Value Clarification Technique), proses pembelajaran seni tari mengggunakan VCT (Value Clarification Technique) , dan pembelajaran seni tari setelah menggunakan VCT (Value Clarification Technique). Peneliti melaksanakan pretest pada tanggal 9 februari 2015. Proses pembelajaran seni tari menggunakan VCT (Value Clarification Technique) dilaksanakan selama satu hari pada tanggal 23 februari 2015 yang di implementasikan kepada siswa kelas VIII-5 dengan jumlah 34 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sedangkan pelaksanaan untuk memperoleh hasil posttes dilaksanakan pada tanggal 27 februari 2015.

1. Kemampuan gerak tari sebelum menggunakan VCT (Value Clarification Technique)

SMP Negeri 3 Bandung merupakan sekolah menengah pertama yang berada di jalan Rd Dewi Sartika No. 96, dengan kondisi lingkungan sekolah yang bersih dan terdiri dari 27 kelas, yaitu kelas VII-1 sampai VII-9, VIII-1 sampai VIII-9, dan IX-1 sampai IX-9. Selain itu, terdapat ruang guru, ruang staf tata usaha, UKS, ruang OSIS, ruang pramuka, dan gor olahraga. SMP Negeri 3 Bandung memiliki siswa yang tergolong cukup unggul dan disiplin dalam melaksanakan aturan yang ada di sekolah, sehingga sekolah tesebut memiliki akreditas A pada tahun ajaran periode sekarang.

Pembelajaran seni tari di SMP Negeri 3 Bandung merupakan salah satu mata pelajaran seni budaya yang meliputi seni rupa, seni musik, dan seni tari, dengan kurikulum yang digunakan berupa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Guru mata pelajaran seni budaya terutama pelajaran seni tari yaitu Ibu Rita Nurfatimah S.Pd, beliau merupakan lulusan dari Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Seni Tari, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari, beliau sudah memilki dasar dalam penyampaian materi mengenai seni tari. Berdasarkan wawancara dilakukan pada tanggal 9 februari 2015, beliau mengatakan metode pembelajaran seni tari di SMP Negeri 3 Bandung sebelum menggunakan VCT (Value


(45)

Clarification Technique) berupa metode ceramah, CTL, dan diskusi. Siswa ditugaskan

membuat tari secara bebas berdasarkan kreativitas siswa dengan kelompok yang sudah dibuat.

Pada proses pembelajaran, aspek penilaian pada pembelajaran seni tari berupa kerjasama, disiplin, tanggungjawab, dan sejauh mana siswa melakukan gerak tari secara kreatif. Melihat kepada kreativitas, siswa dapat melakukan variasi gerak dengan susunan tari dari beberapa gagasan atau alternatif sumber lainnya. Beliau mengatakan bahwa siswa sudah cukup mampu melakukan gerak tari, meski gerak yang dilakukan kurang begitu tepat, karena kesulitan yang didapat pada pembelajaran seni tari menurut beliau yaitu kurangnya motivasi siswa laki-laki terhadap pembelajaran seni tari, sehingga sudah cukup bagus siswa mampu melaksanakan pembelajaran seni tari. Demikian siswa hanya mengetahui estetika gerak tari tanpa paham pelaksanaannya yaitu bergerak tanpa mengetahui gerak yang dilakukan sudah betul atau tidak, selain itu pembelajaran seni tari hanya bisa dilakukan didalam ruang kelas, karena tidak ada ruang khusus untuk seni tari yang mengakibatkan pembelajaran praktik siswa tidak dapat leluasa dalam melakukan gerak.

Evaluasi pembelajaran seni tari di SMP Negeri 3 Bandung berupa tes tulis dan tes ujian praktek tari yang disesuaikan dengan materi pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Pada saat ditanya dan dijelaskan oleh peneliti mengenai VCT (Value Clarification

Technique) kepada ibu Rita Nurfatimah S.Pd, beliau berpendapat VCT (Value Clarification Technique) sangat menarik diterapkan pada pembelajaran seni tari. Selain

menumbuhkan ide-ide baru, memberi peluang siswa dalam berfikir dan mengetahui secara jelas gerak-gerak yang tepat dan tidak tepat sehingga dalam melakukan praktik tari siswa mengetahui kesalahan yang dilakukannya dan dapat memotivasi siswa untuk lebih baik dalam melakukan gerak tari.

Pada penelitian sudah dijelaskan sebelumnya bahwa peneliti menggunakan

one-group pretest-posttest design yaitu suatu perlakuan yang dilaksanakan tanpa kelompok

pembanding atau kontrol. Dengan mengetahui hasil pretest dan posttest, maka sebelum dilakukannya treatment, peneliti melakukan tes awal untuk memperoleh hasil pretest berupa tes praktik dan tes tulis yang sebelumnya sudah disiapkan lembar pengamatan


(1)

Dari grafik di atas dapat dilihat hasil nilai perolehan siswa paling tinggi berada pada nilai 84-85 dengan jumlah 15 siswa, dan hasil nilai paling rendah berada pada nilai 78-79 dengan jumlah 1 siswa.

a. Perbandingan Nilai Pretest dan Postest

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Siswa (Sumber : Hasil Penelitian 2015)

Pada grafik pretest dan posttest dapat telihat bahwa terdapat peningkatan yang signifikan. Pada grafik dapat dilihat rata-rata nilai siswa yang menunjukan grafik paling tinggi berada pada kelas interval nilai pretest 62-63 pada posttest 84-85 , sedangkan grafik paling terendah berada pada kelas interval nilai pretest 68-69, 70-71, 72-73 pada

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

62-63 64-65 66-67 68-69

70-71 72-73 74-75

Pretest 0 2 4 6 8 10 12 14 16 78 -79

80 – 81

82 – 83

84 – 85

86 -87

88 -90

Graffik Nilai Post-Test Siswa


(2)

93

Entrees Budi Utami , 2015

PENGARUH VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK TARI SISWA KELAS VIII-5 SMP NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

posttest 78-79, dan nilai paling besar pada pretest yaitu 74-75 dan posttest yaitu 88-90,

sehingga sangat terlihat sekali peningkatan dari hasil pretest dan posttest

Dapat terlihat juga peningkatan pretest dan posttest melalui analisis data. Berikut tabel analisis data pretest dan posttest :

Tabel 4.23

Analisis Data Pretest dan Posttest

NO NAMA SISWA Preetest Posttest D D2

1 Adela Ayudia Putri 62,71 85,29 22,58 509,86 2 Adill Muhammad Rasyid 65,00 88,57 23,57 555,54 3 Adinda Syafira Qolbin S. 62,71 84,71 22,00 484,00 4 Anisa Nur Hapyah 63,43 87,29 23,86 569,30 5 Ariel Ramadhani 64,43 85,71 21,28 452,84 6 Arya Diputra Kusumah 62,00 83,29 21,29 453,26 7 Azqi Az Z. Khairun N. 64,43 88,00 23,57 555,54 8 Desti Rahmawati R. 62,00 83,57 21,57 465,26 9 Dinar Fitri Rahardian 71,86 84,29 12,43 154,50 10 Edelweis Tiany Danissa 62,71 83,71 21,00 441,00 11 Fadila Imanda 62,43 85,00 22,57 509,40 12 Fajar Ramdani 62,86 78,14 15,28 233,48 13 Fitri Azizah 64,29 80,00 15,71 246,80 14 Hilmi Fauzan 62,43 84,00 21,57 465,26 15 Ilham Kusumah 63,43 80,29 16,86 284,26 16 Kayla Fakhriyya Jasmine 62,29 83,14 20,85 434,72 17 Khoirunisa Amalia 62,29 83,14 20,85 434,72 18 Luthfi Pratama Setyawan 63,71 87,14 23,43 548,96 19 Marha Putri Rachmatina 61,86 82,43 20,57 423,12 20 Much. Maulana Sidik 63,00 83,71 20,71 428,90 21 Muhammad Ariq A. 63,43 87,43 24,00 576,00 22 Nanda Ergi Novian 63,71 80,29 16,58 274,90 23 Nida Khoerunisa 63,71 83,57 19,86 394,42 24 Onail Jabar 64,57 85,00 20,43 417,38 25 Rafli Ramadhan 62,29 84,57 22,28 496,40 26 Rahma Baharini A. 63,71 85,29 21,58 465,70 27 Regina Maharanni 62,86 84,29 21,43 459,24 28 Renaldy Serby Yudistira 74,43 86,43 12,00 144,00


(3)

29 Rizky Akbar Sanjaya 65,71 80,00 14,29 204,20 30 S. Aulia Ramadianti 68,71 87,14 18,43 339,66 31 Sahrani Angelica K. 74,43 85,00 10,57 111,72 32 Salsabila Nadhifa G. 71,00 89,29 18,29 334,52 33 Sarah Aulia Nurdin 66,00 90,00 24,00 576,00 34 Wiga Rahayu Putri 62,00 83,86 21,86 477,86

x

2196,43 2873,57 677,15 13922,79

RATA-RATA (X) 64,6 84,52

Uji Hipotesis :

� = ∑�

√ �∑� − ∑�� −

� = ,

√ , − ,

� = ,

√ , − ,

� = ,

√ ,

� = , √ , � = , `,


(4)

95

Entrees Budi Utami , 2015

PENGARUH VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK TARI SISWA KELAS VIII-5 SMP NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.9 Grafik Pretest dan Posttest (Sumber : Hasil Penilitian 2015)

Keterangan : 1-34 = No Siswa 10-100 = Nilai Siswa

Pada warna hijau merupakan posttest dengan rata-rata nilai 84,52 dan warna ungu merupakan pretest dengan rata-rata nilai 64,60. Peningkatan dapat kita lihat bahwa grafik pada warna hijau lebih tinggi dibanding grafik warna ungu. Dapat diketahui bahwa dengan O2 sebagai posttest dan O1 sebagai pretest, O2 - O1= 84,52 - 64,60= 19,92,

sehingga nilai siswa mengalami peningkatan dari rata-rata nilai 64,60 menjadi 84,52 dengan peningkatan nilai 19,92.

Berdasarkan hasil pretest dan posttest diatas maka dapat terlihat bahwa siswa kelas VIII-5 mengalami peningkatan dalam kemampuan melakukan gerak tari. Hal ini sesuai berdasarkan fungsi VCT (Value Clarification Technique) menurut Suryani (2013, hlm. 209) dalam proses pembelajaran.

Analisis data yang dilakukan berdasarkan uji hipotesis (uji t), diketahui bahwa terdapat peningkatan dalam melakukan gerak tari diperoleh t hitung = 31,94 sedangkan diperoleh t tabel= 1, 697 sehingga dapat diketahui t hitung lebih besar dari t tabel, maka hasil perlakuan dikatakan signifikan atau mengalami peningkatan.

0 20 40 60 80 100

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33

Pretest Posttest


(5)

DAFTAR PUSTAKA

a. Sumber Buku

Had, Y. Sumandiyo. (1996). Aspek-aspek dasar koreografi kelompok. Bandung : STSI Bandung.

Had, Y. Sumandiyo. (2003). Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta : ISI Yogyakarta.

Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Darmadi, Hamid. (2009). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta.

Sedyawati, Edi, dkk. (1986). Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah

Tari. Jakarta : Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian

Jakarta Departemen Pendidikan Kebudayaan.

L.N, Syamsu Yusuf, Sugandhi, Nani M. (2011). Pengembangan Peserta Didik. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan

Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Tekhnologi

Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Sumber Internet

Admin .(2012). Media Pembelajaran. Tersedia di: http://www.google.com/ MediaPembelajaran/2012/Admin.blog.html.[Diakses 12 April 2015].

Model Pembelajaran VCT Anaisis Nilai. [Online].Tersedia:http://www. sekolahdasar.net/2011/04/pembelajaran-value-clarification.html?m=1 [13 april 2011]

Fatonah, Siti, Oktober 2005, “Aplikasi Aspek Kognitif (Teori Bloom) Dalam

Pembuatan Soal Kimia”, Kauna, Vol. I No. 2 Oktober 2005,

http://putra-ariantha.blogspot.com/2011/10/model-pembelajaranvct.html?m=1 [13 Oktober

2011]

Suryani, Nunuk, July 2013, “Pengembangan Model Intalasi Nilai Karakter dalam Pembelajaran” Paramita, Vol. 23 No. 2-July 2013 [ISSN : 0854-0039], Hlm.


(6)

206-Entrees Budi Utami , 2015

PENGARUH VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK TARI SISWA KELAS VIII-5 SMP NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

219,http://putra-ariantha.blogspot.com/2011/10/model-pembelajaranvct.html?m=1

[13 Oktober 2011]

Ulwan, M. Nashinun, February 2014, “Uji Realibilitas” Tersedia di :

http://www.portal-statistik.com/2014/02/teknik-pengambilan-sampel-dengan-metode. html. [Diakses 8 Juni 2015]


Dokumen yang terkait

PEMBINAAN RASA NASIONALISME DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)

2 12 101

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Pada Mata pelajaran PKn Kelas V di SD Negeri 2 Nogosari Kabupaten Boyolali

0 0 17

UPAYA MENGUBAH SIKAP SISWA MELALUI PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT).

0 0 35

Pengaruh Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Sikap Ecoliteracy dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD.

0 4 39

PENERAPAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) MODEL ROLE PLAYING DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) UNTUK MENEKAN PERILAKU BULLYING SISWA DI SMP NEGERI 4 BANDUNG : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung.

0 1 49

PENGARUH METODE VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) DALAM PEMBELAJARAN PKn TERHADAP KECERDASAN MORAL SISWA KELAS V SD NEGERI TUKANGAN.

0 0 200

PENGARUH VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK TARI SISWA KELAS VIII-5 SMP NEGERI 3 BANDUNG - repository UPI S PST 1103890 Title

0 0 3

PENGARUH BODY PERCUSSION TERHADAP KEMAMPUAN RITMIK GERAK TARI SISWA KELAS VIII SMP LABSCHOOL UPI BANDUNG - repository UPI S STR 1201810 Title

0 7 2

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) DI KELAS V SDN SUKOAGUNG PATI

0 0 25

Pengaruh Metode Vct (Value Clarification Technique) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas Viii Smpn 03 Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi

0 0 10