PENERAPAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) MODEL ROLE PLAYING DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) UNTUK MENEKAN PERILAKU BULLYING SISWA DI SMP NEGERI 4 BANDUNG : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung.
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku
Bullying Siswa di SMP Negeri 4 Bandung
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Disusun oleh:
AGUNG WIRADIMADJA
0901332
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku
Bullying Siswa di SMP Negeri 4 Bandung
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-E SMP Negeri 4 Bandung)
Oleh
Agung Wiradimadja 0901332
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
© Agung Wiradimadja 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
November 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
(4)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
This research was motivated by the concern over student’s delinquency phenomenon, especially bullying that have been widespread in education. Like a vicious circle, if bullying was not stopped it’s more likely being passed from one generation to others among the victims. Special handling needed in order to break the bullying chain. Based on preliminary observations in SMP Negeri 4 Bandung, some bullying behaviors were visibly done by the students of class VIII - E. Based on the data collected, bullying behavior by students of class VIII - E were quite high, therefore a learning strategy should be formulated in social studies to reduce bullying. The approach used in this study was class activity observation by adopted the values clarification technique (VCT) model of role playing in social science learning implementation. The instrument used was a student’s bullying behavior observational sheet and student’s social science learning activities field note. Data collection techniques being used were observation, documentation studies and interview, while for the data processing and analysis qualitative and quantitative technique were used. Based on the final research being done, first the implementation started by determined the competency standards and basic competencies in order to arrange the lesson plan being used, second VCT role-playing model was implemented in the social science learning process in the classroom, third the result of the research during the class activities shown that bullying behavior of the students in 1st cycle up to the 3rd cycle were decreased, forth the obstacles from each cycle was reflected, fifth some efforts given to overcome the obstacles appeared from each cycle. Conclusion from the research was, the maximum result achieved in decreasing bullying behavior was in the 3rd cycle. Recommendation for the other researchers in the future that the research being done can be continued and method being used can be developed to get the maximum result.
(5)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap fenomena kenakalan remaja khususnya perilaku bullying siswa yang sudah meluas di dunia pendidikan. Seakan – akan seperti lingkaran setan, perilaku bullying ini jika tidak dihentikan akan cenderung menular atau ditularkan kepada korbanya, hal ini mengisyaratkan perlunya penanganan khusus untuk memutus mata rantai bullying. Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 4 Bandung, nampak perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa kelas VIII – E. Berdasarkan perolehan data dari observasi awal tersebut, perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa kelas VIII – E cukup tinggi. Maka perlu disusun strategi pembelajaran dalam mata pelajaran IPS untuk menekan perilaku bullying. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan penerapan metode value clarification technique (VCT) model role playing dalam mata pelajaran IPS. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi perilaku bullying siswa dan catatan lapangan proses pembelajaran IPS. Untuk teknik pengumpulan data digunakan observasi, studi dokumentasi dan wawancara, sedangkan untuk pengolahan data dan analisis data menggunakan kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil akhir penelitian yang dilakukan, pertama pembelajaran dimulai dengan perencanaan menentukan SK/KD dan penyusunan RPP, kedua penerapan VCT model role playing dalam pembelajaran IPS di kelas, ketiga menunjukan ada penurunan perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa pada siklus 1 sampai siklus 3, keempat merefleksikan kendala setiap siklus, kelima upaya menanggulangi kendala setiap siklus. Kesimpulan hasil penurunan perilaku bullying siswa paling tinggi terjadi pada siklus 3. Saran bagi peneliti selanjutnya peneliti berharap peneliti selanjutnya dapat meneruskan kembali penelitian ini dan dapat mengembangkan metode yang lebih baik, agar mencapai hasil yang lebih maksimal.
(6)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian. ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kenakalan Remaja ... 13
1. Definisi Kenakalan Remaja ... 13
2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja ... 18
B. Perilaku Bullying di Sekolah ... 23
1. Pengertian Bullying ... 23
2. Kategori Perilaku Bullying ... 26
C. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP ... 28
D. Value Clarification Technique Sebagai Metode Pembelajaran IPS ... 31
1. Nilai Subtantif ... 37
2. Nilai Prosedural ... 38
E. Role Playing Sebagai Model Pembelajaran IPS ... 38
F. Penelitian Terdahulu ... 40
(7)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian ... 42
C. Metode Penelitian ... 48
D. Definisi Operasional ... 49
E. Instrumen Penelitian ... 53
F. Teknik Pengumpulan Data ... 55
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 56
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Penelitian ... 59
B. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus 1 ... 60
1. Perencanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 61
2. Deskripsi Pelaksaan Tindakan Siklus 1 ... 62
3. Refleksi... 84
4. Revisi Perencanaan ... 85
C. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus 2 ... 85
1. Perencanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 86
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 ... 87
3. Refleksi... 105
4. Revisi Perencanaan ... 106
D. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus 3 ... 107
1. Perencanaan Pembelajaran Tindakan 3 ... 107
2. Deskripsi Pelaksaan Tindakan Siklus 3 ... 108
3. Refleksi... 128
E. Hasil Wawancara ... 129
F. Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 130
G. Analisis Hasil Penelitian ... 134 1. Perencanaan pembelajaran IPS melalui value clarification
(8)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
perilaku bullying selama ini di Kelas VIII-E SMP Negeri 4
Bandung ... 135
2. Implementasi Pembelajaran IPS Melalui Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung... 138
3. Perubahan Perilaku Bullying Siswa di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung, Setelah Melaksanakan Pembelajaran IPS Melalui Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing ... 140
4. Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung ... 141
5. Upaya Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung ... 143
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 145
B. Saran ... 149
DAFTAR PUSTAKA ... 151
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 153
(9)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
1. TABEL 2.1 Butir – butir Yang Mengukur Bullying Dari
Perspektif Korban dan Pelakunya ... 25 2. TABEL 3.1 Perbedaan Belajar Sosial Pada Tingkat
Jenjang Pendidikan ... 51 3. TABEL 4.1 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Verbal Langsung) ... 70 4. TABEL 4.2 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Verbal Tidak Langsung) ... 72 5. TABEL 4.3 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Fisik Langsung) ... 74 6. TABEL 4.4 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Fisik Tidak Langsung) ... 77 7. TABEL 4.5 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa ... 78 8. TABEL 4.6 Persentase Perilaku Bullying Siswa ... 83 9. TABEL 4.7 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Verbal Langsung) ... 92 10.TABEL 4.8 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Verbal Tidak Langsung) ... 94 11.TABEL 4.9 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Fisik Langsung) ... 96 12.TABEL 4.10 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Fisik Tidak Langsung) ... 99 13.TABEL 4.11 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa ... 100 14.TABEL 4.12 Persentase Perilaku Bullying Siswa ... 104 15.TABEL 4.13 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Verbal Langsung) ... 115 16.TABEL 4.14 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(10)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 17.TABEL 4.15 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Fisik Langsung) ... 119 18.TABEL 4.16 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa
(Fisik Tidak Langsung) ... 122 19.TABEL 4.17 Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa ... 123 20.TABEL 4.18 Persentase Perilaku Bullying Siswa ... 127 21.TABEL 4.19 Persentase Rata – rata Perilaku Bullying Tiap
(11)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
1. GAMBAR 2.2 Integrasi dalam Pembelajaran IPS ... 29 2. GAMBAR 2.2 Gambaran Dimensi dan Isi Nilai – Moral –
Norma (Darmadi, 2007 : 28) ... 32 3. GAMBAR 2.3 Diagram Kerangka Berpikir ... 41 4. GAMBAR 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas model Hopkins
dalam Sanjaya (2011 : 54) ... 48 5. GAMBAR 4.1.b Potongan Video Jenis – jenis Interaksi Sosial ... 64 6. GAMBAR 4.2.b Foto – foto Interaksi Sebagai Media
Pembelajaran ... 66 7. GAMBAR 4.4.f Diagram Persentase Perilaku Bullying Siswa ... 132 8. GAMBAR 4.5.f Diagram Rata – rata Persentase Perilaku
(12)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan tempat dimana orang melaksanakan pendidikan formal yang ditunjukan untuk mengasah kemampuan berfikir siswa. Pendidikan juga diarahkan untuk membantu siswa agar mandiri dan dapat membantu siswa dalam menghadapi segala tantangan yang dihadapi. Guru sebagai orang tua murid di sekolah bertugas menstimulus siswa dan membina perkembangan intelektual siswa, membina pertumbuhan nilai-nilai, sikap dan perilaku siswa. Sekolah juga merupakan tempat khusus merubah perilaku siswanya yang kurang baik menjadi baik dalam seluruh perkembangan kepribadian siswa sebagai anggota masyarakat. Hurlock (Widoretno, 2012:2) menyebutkan sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku.
Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Guna mencapai tujuan pendidikan seperti yang tertulis di dalam undang –undang di atas kondisi belajar haruslah berjalan kondusif dan jauh dari kekerasan. Maka dari karena itu perlu adanya pengaturan atau pengkondisian pendidikan khususnya di lingkungan sekolah oleh seluruh komponen atau setiap orang yang ada di sekolah
(13)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(kepala sekolah, guru dan siswa), untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif agar tercapai tujuan pendidikan dan jauh dari kekerasan di setiap jenjang pendidikan.
Kondisi belajar yang kondusif dan jauh dari kekerasan di sekolah – sekolah di Indonesia dirasa masih belum optimal. Pasalnya masih sering terjadi perilaku kekerasan dan perilaku tidak menyenangkan di sekolah merupakan bentuk perilaku agresif atau yang lebih sering kita kenal dengan bullying atau bully. Komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) (2012) menyatakan, berdasarkan hasil peneliatian 87,6 persen anak pernah mengalami kekerasan di sekolah, berdasarkan pengakuan para responden kekerasan paling banyak dilakukan oleh teman sekolahnya.
Bullying adalah perilaku atau tindakan seseorang mengintimidasi orang lain secara berulang – ulang dengan tujuan untuk menyakiti orang tersebut baik secara fisik maupun psikologis. Olweus dalam Krahe (2005:197) menyatakan bahwa seseorang dianggap menjadi korban bullying bila ia dihadapkan pada tindakan negatif seseorang atau sekelompok orang, yang dilakukan berulang – ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, maksudnya orang yang menjadi korban bullying ini adalah orang yang lemah, sedangkan pelakunya adalah orang yang kuat, dalam artian kuat secara fisik ataupun kuat secara kekuasaan dikomunitasnya. Siswa sebagai korban atau teman korban jarang sekali ada yang berani melaporkan tindakan bullying tersebut kepada guru. Korban dan teman korban tidak berani melaporkannya lantaran takut akan ancaman yang lebih parah dari pelaku. Pelaku bullying terkadang tidak ragu untuk menciderai korbannya jika ia melawan.
Berikut ini merupakan contoh kasus bullying, masih ingat dalam ingatan kita tentang kasus bullying yang terjadi di kampus STPDN di Jatinangor - Kabupaten Sumedang yang sekarang berubah nama menjadi IPDN. Dilansir oleh Wikipedia
(14)
3
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
bulan April 2007, kekerasan (bullying) dalam rangka pemberian pembinaan dari praja senior kepada praja junior di Kampus IPDN berimbas pada kematian Cliff Muntu 3 April 2007. Cliff Muntu adalah praja madya (mahasiswa tingkat II) di IPDN, anggota kontigen Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil autopsy forensic Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung (2007), ditemukan bahwa jantung, paru – paru, limpa, hati, ginjal, otak, buah pelir dan dada praja itu mengalami pendarahan karena benturan benda tumpul di tubuhnya. Sungguh sangat ironis, pembinaan yang ditunjukan dari praja senior terhadap juniornya adalah kekerasan hingga menghilangkan nyawa seseorang. Contoh kasus bullying yang yang kedua, adalah kasus yang terjadi di sekolah SMA Don Bosco di Jakarta bulan Juli 2012. Diberitakan oleh Rivki (2012) dalam media elektronik detik.com 31 Juli 2012 bahwa empat orang pelajar di sundut rokok dan dipukuli oleh tujuh orang kakak kelasnya. Selain itu korban juga diancam oleh pelaku menggunakan pisau lipat. Korban disuruh untuk tidak melaporkan tidakan bullying yang diterimanya kepada orang tua korban. Contoh kasus bullying yang ketiga, adalah kasus yang terjadi di sekolah tingkat SMP di Kota Blitar. Diberitakan oleh Marboen (2012) dalam media elektronik antaranews.com 1 Agustus 2012, seorang siswi SMP dikeroyok oleh temannya di sekolah hingga terluka. Korban dikeroyok dua kali, yang pertama saat pulang sekolah lokasinya di belakang sekolah dan yang kedua kali dilakukan di rumah kosong di Desa Sumberejo. Pelaku pengeroyokan tidak mengungkapkan apa alasan mereka melakukan hal tersebut. Akibat pengeroyokan tersebut korban yang berstatus siswi SMP di Kota Blitar harus menjalani pengobatan di RS Mardi Waluyo Blitar dan pelaku berhadapan dengan penegak hukum.
Ketiga contoh kasus bullying di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Coloroso (2006) bahwa bullying akan selalu melibatkan adanya ketidak seimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, ancaman agresi lebih lanjut, dan teror. Bahkan bullying pun dapat dilakukan oleh guru. Bullying oleh guru biasanya terjadi secara
(15)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
tidak sadar, misalnya seorang guru memarah – marahi siswa dengan memaki – maki siswa karena siswa tersebut tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Ada juga bullying yang dilakukan oleh guru secara sadar, seperti guru menampar muridnya, karena muridnya berkata kasar. Padahal maksud dari guru itu baik, yakni menegakan disiplin kepada siswa, namun cara yang dilakukan oleh guru tersebut kurang tepat. Jika guru melakukan tekanan, ancaman yang menimbulkan ketakutan bagi siswa atau mengakibatkan tekanan emosional yang berat bagi siswa maka tindakan – tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai bullying.
Bullying dikatakan sebagai perilaku agresif adalah terciptanya suatu situasi ketika tiga karakter tokoh utama melakukan aksinya dalam satu tempat. Tiga tokoh utama tersebut adalah pelaku, target, dan saksi mata atau penonton (Parsons, 2009:26). Ketika pelaku melakukan bullying terhadap targetnya dan disaksikan oleh saksi mata yang tidak bertindak artinya penerimaan secara pasif, saksi hanya menonton saja, ini membuat pelaku semakin berani dan memperkuat agresinya. Jika saksi tadi menjadikan kejadian tersebut suatu yang publik, maksudnya menceritakan kembali kejadian tersebut kepada orang lain (teman selain guru dan orang tua) secara luas maka kekusaan dan status pelaku akan menjadi tinggi dan status target akan semakin rendah, target akan semakin tidak berdaya. Menurut Rigby dalam tesis Setiyawati (2012:3), dampak lain yang dialami pelaku dalam dimensi kognitif dan perilaku adalah terjadinya disfungsi keyakinan dan pemikiran yang irasional bahwa dirinya merasa lebih kuatdan untuk menunjukan kekuatannya tersebut maka pelaku merasa pantas menindas korban yang lebih lemah. Pada akhirnya keyakinan tersebut dijadikan modal untuk intimidasi para korbannya. Ketika pelaku mengintimidasi atau mem-bully targetnya, dalam diri pelaku tersebut muncul perasaan dia adalah orang yang paling kuat disana dan menjadi dorongan untuk terus melakukan bully.
Gerungan dalam Widoretno, (2012:6) mengemukakan faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying antara lain adalah latar belakang keluarga dan pola
(16)
5
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
asuh orang tua. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil di masyarakat. Keluarga menjadi tempat belajar anak. Anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya sehingga menjadi nilai dan perilaku yang ia anut. Hal ini disebut dengan hasil imitasi. Berkaitan dengan perilaku imitasi anak, jika seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang sering melakukan bullying, maka anak tersebut mempelajari bahwa bullying adalah perilaku yang biasa diterima, akhirnya anak tersebut meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Anak yang berasal dari keluarga yang broken home juga berpotensi menjadi pelaku bullying. Kebanyakan anak yang nakal memang berlatar belakang dari keluarga yang broken home. Karena kedua orang tuanya bercerai, atau selalu ada keributan dalam rumah tangga, anak ini menjadi kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Untuk melampiaskan kekesalan terhadap orang tuanya anak ini melampiaskan dengan tindakan agresifnya di sekolah yaitu dengan mem-bully temannya di sekolah.
Dampak dari perilaku bullying dapat mengakibatkan korbannya (siswa) akan merasa tertekan, depresi, pendiam, pemurung, rendah diri dan akhirnya siswa tersebut enggan untuk kembali bersekolah dan bahkan timbul perasaan untuk bunuh diri. Saripah dalam tesis Setiyawati (2012:4), di dalam hasil studi pendahuluannya juga menunjukan akibat permasalahan – permasalahan dalam hubungan sosial dengan teman sebaya khususnya sebagai dampak dari perilaku bullying, siswa menjadi mudah bosan (54,94%), menjadi suka marah – marah (41,83%) dan merasa tidak nyaman atau ketakutan di sekolah (11,41%), selain itu sebanyak 32 orang siswa (6,08%) yang merasa terkadang ingin bunuh diri karena frustasi. Lebih parahnya lagi korban dari bullying berpotensi menjadi berpotensi menjadi pelaku bullying dan ketika anak itu menjadi dewasa sangat berpotensial menjadi perilaku kriminal. Berdasarkan wawancara peneliti terhadap siswa yang pernah melakukan bullying, mereka melakukan hal tersebut karena mereka pernah mendapatkan hal tersebut dari seniornya terdahulu. Jadi hal ini seakan – akan menjadi ajang balas dendam.
(17)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti di SMP Negeri 4 Bandung, hasilnya memperlihatkan adanya kasus bullying yang terjadi di kalangan siswa. Peneliti menemukan beberapa siswa yang berkata kasar kepada temannya, berbicara tidak sopan / merendahkan, ejekan nama orang tua, ejekan nama panggilan, mencemooh, dan jahil terhadap temannya seperti mengganggu temannya yang sedang belajar dengan cara memukul tangan siswa yang sedang menulis dan mendorong kepala siswa yang sedang konsentrasi belajar. Dari hal tersebut peneliti berasumsi bahwa beberapa siswa dari SMP Negeri 4 Bandung melakukan praktik bullying terhadap teman se-kelasnya.
Sudah sangat jelas praktik bullying merupakan tindakan yang salah dan akan berdampak buruk baik bagi korban maupun pelaku. Jika kita perhatikan dasar hukum Negara Indonesia, yaitu pancasila praktik bullying jelas – jelas melanggar hukum. Atas keprihatinan peneliti terhadap permasalahan yang terjadi seperti yang telah diuraikan di atas. Peneliti ingin menekan perilaku bullying pada siswa SMP Negeri 4 Bandung melalui model pembelajaran nilai melalui demontrasi atau memainkan sketsa peran dalam mata pelajaran IPS.
Rokeah dalam Darmadi (2007:27) menyatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang berharga, dan dianggap bernilai, adil, baik dan indah serta menjadi pedoman atau pegangan diri. Mirip dengan pandangan Rokeah ialah Sapriya (2011:53) yang menyatakan bahwa pada hakikatnya nilai merupakan sesuatu yang sangat berharga, nilai adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Kedua ahli di atas mengungkapkan bahwa nilai merupakan seseuatu yang sangat penting bagi setiap orang. Nilai menjadi patokan dan dasar bagi setiap orang dalam mengambil keputusan dan berperilaku kesehariannya. Maka pendidikan nilai mutlak, harus diberikan kepada siswa (setiap orang) dalam setiap proses pembelajaran. Umumnya nilai dipelajari dari hasil
(18)
7
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pergaulan, seperti pergaulan dengan keluarga, teman sepermainan, masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, komunitas keagamaan, organisasi masyarakat yang diikuti dan sekolah.
Zuchdi (2009:5) menyatakan bahwa pendidikan nilai dapat disampaikan dengan metode langsung atau tidak langsung. Metode langsung dapat dilakukan dengan cara menentukan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran terhadap siswa. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menentukan perilaku yang diinginkan oleh pendidik, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan dan kondusif untuk dipraktikkan dalam pembelajaran oleh siswa di sekolah.
Mengacu kepada pemikiran Zuchdi dan Sapriya, pemikiran kedua ahli tersebut menguatkan bahwa model pembelajaran nilai merupakan salah satu teknik yang diperlukan untuk menangani perilaku bullying siswa di SMP Negeri 4 Bandung. Dalam pendekatannya lapangan, guru sebagai peneliti ingin menerapkan pembelajaran berbasis nilai melalui value clarification technique (VCT) model role playing atau memainkan sketsa peran. Proses pembelajaran menggunakan teknik bermain peran dapat menimbulkan rasa empati dalam diri siswa yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan tindakan toleransi, tenggang rasa dan sikap saling menghargai. Komalasari (2010:105) menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran VCT model role playing dapat melatih siswa menempatkan perasaan dirinya pada perasaan / keadaan orang lain dan melatih siswa terampil dalam mengambil keputusan secara objektif.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut. Maka peneliti mencoba melakukan penelitian untuk menangani atau menekan perilaku bullying di atas dengan judul
(19)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-E SMP Negeri 4 Bandung)”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas secara umum rumusan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana penerapan model value clarification technique (VCT) dalam
menekan perilaku bullying pada siswa Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung?”. Dan
selanjutnya rumusan masalah secara khusus diperinci kedalam poin–poin sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran IPS melalui value
clarification technique (VCT) model role playing untuk menekan perilaku bullying selama ini di Kelas VIII-E SMP Negeri 4 Bandung?
2. Bagaimana implementasi pembelajaran IPS melalui value clarification technique (VCT) model role playing di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung?
3. Bagaimana perubahan perilaku bullying siswa di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung, setelah melaksanakan pembelajaran IPS melalui value clarification technique (VCT) model role playing?
4. Apa kendala yang dihadapi guru dalam penerapan value clarification technique (VCT) model role playing di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung?
5. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam penerapan
value clarification technique (VCT) model role playing di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung?
(20)
9
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sikap setelah penerapan model pembelajaran berbasis nilai (value based learning) dalam pembelajaran IPS siswa SMP Negeri 4 Bandung khususnya kelas VIII-E? Selanjutnya tujuan penelitian secara khusus diperinci kedalam poin – poin sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran bagaimana guru membuat perencanaan
pembelajaran IPS menggunakan value clarification technique (VCT) model role playing untuk menekan perilaku bullying selama ini di Kelas VIII-E SMP Negeri 4 Bandung.
2. Memperoleh gambaran bagaimana cara guru mengimplementasikan
pembelajaran IPS menggunakan value clarification technique (VCT) model role playing untuk menekan perilaku bullying selama ini di Kelas VIII-E SMP Negeri 4 Bandung.
3. Memperoleh gambaran bagaimana perubahan yang terjadi pada siswa
setelah dilaksanakan pembelajaran IPS menggunakan value clarification technique (VCT) model role playing untuk menekan perilaku bullying selama ini di Kelas VIII-E SMP Negeri 4 Bandung.
4. Memperoleh gambaran kendala yang dihadapi guru dalam penerapan
value clarification technique (VCT) model role playing di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung.
5. Guru dapat mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam penerapan value
clarification technique (VCT) model role playing di Kelas VIII - E SMP Negeri 4 Bandung
(21)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun pelaksanaan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS di tingkat SMP. Selanjutnya manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: 1. Manfaat Teoritis, dan 2. Manfaat praktis;
1. Pengembangan keilmuan strategi pembelajaran IPS ini diharapkan
berkontribusi bagi peneliti selanjutnya, untuk dijadikan sebagai rujukan dalam pengembangan metode pembelajaran, khususnya dalam penerapan metode pembelajaran untuk menekan perilaku bullying.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat:
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai perbaikan dalam upaya stop perilaku bully di kalangan siswa tingkat SMP, selain itu adapun manfaat lain seperti di bawah ini:
a. Melalui metode pembelajaran value clarification technique (VCT) model role playing dalam mata pelajaran IPS di kelas, merupakan langkah melaksanakan perubahan sikap siswa yang tadinya melakukan tindakan bullying menjadi pribadi yang anti bullying..
b. Bagi Dinas pendidikan.
Sebagai masukan agar dapat mengembangkan metode
pembelajaran lebih banyak pada semua mata pelajaran.
c. Bagi guru.
Meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran value clarification technique (VCT) model role
(22)
11
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
playing dalam mata pelajaran IPS dalam menekan perilaku bullying.
d. Bagi siswa
Untuk merubah sikap dari yang tadinya melakukan bullying menjadi orang yang anti bullying.
e. Untuk Peneliti.
Untuk dijadikan pegangan pembelajaran tersendiri dan sebagai bekal untuk menghadapi siswa dalam menekan perilaku bullying di sekolah agar tercipta suasana belajar yang kondusif.
E) Sistematika Penulisan
Pada bagian ini akan dijelaskan oleh peneliti tentang urutan penulisan dari setiap bab dalam skripsi ini, mulai dari Bab I hingga Bab V. Berikut penjelasan urutan penulisan:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini penulis menulis berupa uraian tentang latar belakang masalah yang di teliti oleh penulis. Pada bagian ini penulis menguraikan semua masalah – masalah yang terjadi beserta data – data di lapangan. Penulis mencantumkan alasan rasional mengapa penulis melakukan penelitian tentang tema bullying. Pada bab ini juga peneliti menawarkan solusi yang akan coba diterapkan oleh peneliti untuk menanggulangi masalah yang terjadi. Selain daripada latar belakang masalah peneliti menuliskan rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian pada bab pendahuluan.
(23)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Bab II Kajian Pustaka
Seperti yang diungkapkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI 2012 bahwa kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting dalam penelitian dan penulisan hasil penelitian. Kajian pustaka bisa menjadi landasan teori dan menjadi koridor bagi peneliti untuk menyusun hipotesis
– hipotesis agar penelitian yang sedang dilakukannya tidak melenceng jauh atau gagal.
3. Bab III Metode Penelitian
Pada bab metode penelitian ini penulis menjabarkan secara rinci mengenai metode yang digunakan oleh peneliti sekaligus penulis, termasuk kompenen – komponen seperti: lokasi, subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan ini penulis menjabarkan data hasil penelitian yang dilakukan secara langsung oleh penulis di lapangan. Data hasil penelitian akan dipaparkan secara kualitatif, temuan – temuan baru, masalah – masalah yang dihadapi oleh peneliti, dan reaksi subjek penelitian setelah dilakukannya treatment menggunakan metode PTK. Selanjutnya data hasil penelitian tersebut akan dibahas secara keseluruhan oleh penulis.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisi kesimpulan mulai dari perencanaan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian hingga seluruh hasil penelitian. Pada bab ini juga peneliti memasukan saran – saran baik bagi masyarakat,
(24)
13
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dinas terkait, dan peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan tema yang sama dengan penelitian ini.
(25)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi tempat penelitian adalah SMP Negeri 4 Bandung. SMP Negeri 4 Bandung ini terletak di Jalan Samoja No. 5 Bandung. Kolabor peneliti adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) kelas VII dan kelas VIII, yaitu Ibu Nindin Leti Dahliati, S.Pd. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII – E berjumlah 34 orang siswa yang terdiri dari 14 siswa laki – laki dan 20 siswi perempuan. Alasan peneliti memilih kelas VIII - E adalah karena di kelas tersebut ditemukan kemiripan masalah dengan judul skripsi yang dibuat oleh peneliti yaitu masalah bullying. Peneliti menawarkan memperbaiki masalah tersebut dalam proses mengajar dikelas.
B. Desain Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model spiral yang diungkapkan oleh Hopkins dalam Sanjaya (53:2011). Menurutnya pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan membentuk spiral, dimulai dari peneliti merasakan adanya masalah di dalam kelas, lalu guru sebagai peneliti menyusun perencanaan untuk memecahkan masalah. Setelah perencanaan peneliti melaksanakan tindakan (implementasi) apa yang telah direncanakan oleh peneliti, lakukan observasi ketika rencana di-implementasikan, mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mencari kekurangan dari perencanaan dan implementasi. Jika siklus pertama tidak membuahkan hasil, melakukan rencana ulang, melaksanakan siklus yang kedua, dan seterusnya hingga masalah yang ada di dalam kelas terselesaikan. Peneliti menyadari, karena dalam praktik merubah perilaku setiap siswa itu tidak bisa secara instan langsung berubah. Perlu
(26)
43
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
proses berkepanjangan dan membiasakan siswa untuk menganalisis nilai – nilai siswa sendiri dan nilai – nilai orang lain, agar siswa dapat merasakan, berpikir logis, dan akhirnya ada perubahan dalam diri siswa baik secara langsung maupun bertahap. Maka dari itu peneliti menerapkan model Hopkins agar siswa mampu
berkelanjutan menumbuhkan hubungan sosial yang baik dengan teman –
temannya.
Langkah – langkah penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 4 Bandung sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Ide pemikiran yang diajukan peneliti yaitu mengurangi perilaku bullying pada siswa SMP dan hal ini menjadi suatu tindakan pemecahan masalah yang ada di kelas VIII – E SMP Negeri 4 Bandung. Permasalahan yang terjadi dilapangan ditemukan bahwa siswa sering melakukan tindakan bullying kepada temannya dikelas, sehingga dikhawatirkan akan terjadi perpecahan di dalam kelas dan lebih buruknya di khawatirkan
terjadinya tindakan yang menjurus kepada tindakan kriminal.
Pembelajaran berbasis nilai dengan model role playing di dalam kelas diharapkan mampu merubah perilaku siswa yang kurang baik.
2. Pemeriksaan di Lapangan (Reconnaissance)
Reconnaissance atau pemeriksaan awal di lapangan (kelas) perlu dilakukan oleh peneliti, agar peneliti paham apa yang terjadi di kelas, seberapa buruk masalah itu terjadi, berapa banyak orang (siswa) yang bermasalah. Dari pemeriksaan di lapangan peneliti akan mendapatkan informasi, dan dari informasi tersebut akan membantu peneliti untuk memilih cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah di lapangan. Reconnaissance telah dilakukan pada saat observasi awal di kelas VIII – E SMP Negeri 4 Bandung. Dari tahapan ini peneliti mendapat beberapa
(27)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
rencana berupa model pembelajaran dan tugas yang akan disajikan dalam mata pelajaran IPS yang dirasa tepat oleh peneliti untuk menyelesaikan masalah ini. Permasalahan yang terjadi di lapangan yang dirasa oleh peneliti adalah perilaku bullying, yaitu perilaku mengintimidasi teman se-kelasnya baik dengan cara verbal, non-verbal maupun secara fisik. Rencana yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menerapkan value clarification technique (VCT) yang dikemas kedalam model pembelajaran role playing.
3. Perencanaan
Perencanaan dalam sebuah penelitian ialah mutlak dilakukan. Rencana adalah serangkaian tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam kelas. Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti bertema yang sama yaitu menerapkan value clarification technique (VCT) yang dikemas kedalam model pembelajaran role playing. Namun cara implementasi model pembelajaran role playing dapat diubah – ubah oleh peneliti pada setiap siklusnya, ini sesuaikan dengan hakikat penelitian tindakan kelas dimana strategi implementasinya dapat diubah jika ada kekurangan hingga masalah terselesaikan.
Penulis melaksanakan penelitian ini dibantu oleh guru mitra agar hasil yang diharapkan tercapai secara optimal. guru mitra yang dimaksud ialah guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 4 Bandung. Rencana yang disusun oleh penulis (peneliti) dan guru mitra diuraikan sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada guru mitra untuk melakukan penelitian pada kelas yang dibimbingnya dan meminta kesediaan untuk menjadi guru mitra.
(28)
45
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
b. Melakukan observasi awal guna menentukan kelas yang cocok
(yang paling banyak melakukan bully) untuk penelitian.
c. Peneliti bersama guru mitra menentukan waktu pelaksanaan dan lama tindakan.
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (khusus
penelitian) untuk diterapkan dalam KBM.
e. Menyusun instrumen penilaian untuk mengukur keberhasilan penelitian.
f. Penilaian subjek penelitian dilakukan oleh guru mitra agar penilaian lebih objektif.
g. Peneliti bersama guru mitra mendiskusikan hasil tindakan. h. Merencanakan perbaikan terhadap kekurangan dari tindakan
(rencana) yang sebelumnya di terapkan. i. Mengolah data yang diperoleh dari penelitian.
4. Tindakan (act)
Setelah peneliti mempersiapkan perencanaan, langkah selanjutnya ialah tindakan (act). Tindakan tindakan disini ialah penerapan segala perencanaan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Perlu diperhatikan tiap langkah tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, agar berjalan sesuai kaidah penelitian dan terkontrol tidak melenceng (salah arah). Ada pun tindakan yang dilakukan peneliti dapat dirinci sebagai berikut:
a. Menerapkan tindakan yang telah direncanakan oleh peneliti dan guru mitra, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.
b. Menugaskan siswa memperagakan role playing (bermain
drama) di depan kelas, dan di dalamnya terkandung nilai – nilai sosial seperti sikap saling menghargai, empati, toleransi
(29)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dan tenggang rasa sebagai upaya menyelesaikan masalah bullying.
c. Menyiapkan instrumen penilaian siswa berupa format
penilaian diri (perilaku) setiap siswa beserta rubrik penilaian. d. Melakukan penilaian secara objektif terhadap perilaku siswa
setelah diterapkankan tindakan dalam pembelajaran IPS. e. Peneliti dengan guru mitra melakukan diskusi terkait hasil
penelitian dan diskusi atas kekurangan dari tindakan yang telah diterapkan dalam pembelajaran IPS.
f. Melaksanakan perbaikan tindakan untuk diterapkan pada siklus selanjutnya sebagai upaya menyelesaikan masalah bullying pada siswa dalam matapelajaran IPS.
g. Pengolahan data hasil penelitian ketika sudah ada perubahan sikap (perilaku) pada siswa atau jika sudah menemui titik jenuh penelitian.
Tindakan yang di terapkan oleh peneliti di dalam kelas adalah perencanaan yang telah dirumuskan oleh peneliti pada tahap sebelumnya, yaitu tahap pemeriksaan lapangan. Tindakan penelitian lapangan menjadi titik acun peneliti untuk memilih (menerapkan) obat yang tepat untuk menuntaskan masalah.
Penerapan pembelajaran menggunakan value clarification
technique (VCT) yang dikemas kedalam role playing adalah merupakan hasil identifikasi yang disandarkan kepada informasi awal hasil reconnaissance. Selanjutnya hasil pembelajaran pada siklus satu (tindakan satu) akan menghasilkan kembali informasi. Informasi tersebut bisa berupa reaksi dari siswa dan apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran, untuk dikembangkan ditindak lanjuti pada siklus selanjutnya (revisi). Revisi ini dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus – siklus sebelumnya.
(30)
47
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 5. Pengamatan (Observe)
Pengamatan dalam penelitian perlu dilakukan, hasil dari pengamatan itu sendiri akan dicatat hal – hal penting yang berkaitan dengan hasil dari tindakan yang diterapkan (didokumentasi). Dari catatan – catatan hasil penelitian akan membantu peneliti untuk melakukan penulisan hasil penelian. Melalui pengamatan peneliti akan mengetahui seberapa efektif tindakan yang diterapkan.
Pengamatan itu sendiri dilakukan oleh peneliti dan guru mitra dari SMP Negeri 4 Bandung. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan di terapkannya tindakan dan pertemuan selanjutnya setelah diterapkan tindakan. Pada kegiatan pengamatan ini yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut:
a. Pengamatan terhadap kedaan kelas VIII – E yang sedang di teliti.
b. Pengamatan terhadap perilaku siswa kelas VIII – E ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dan ketika istirahat (diluar kelas).
c. Pengamatan terhadap bahasa yang digunakan oleh siswa kelas
VIII – E dalam bergaul dengan teman – teman di sekolahnya.
d. Pengamatan terhadap perubahan cara berbahasa dan
berperilaku siswa setelah diterapkan tindakan.
e. Pengamatan tehadap keefektifan metode pembelajaran value clrification technique (VCT) dengan model pembelajaran role playing.
Pada tahap ini peneliti mencatat segala kekurangan pada setiap tindakan yang kemuduan akan dibuat perencanaan ulang untuk diterapkan kembali pada siklus selanjutnya.
(31)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 6. Refleksi (reflect)
Dalam penelitian tindakan kelas perlu diadakan refleksi. Refleksi dimaksudkan untuk mendiskusikan hasil dari tindakan, apakah dalam tindakan ada kekurangan, bagaimana pengaruhnya terhadap siswa. Melalui tahap refleksi ini memberikan arahan kepada peneliti untuk memperbaiki tindakan di siklus selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini ialah:
a. Mendiskusikan dengan siswa atas kegiatan yang telah
dilakukan.
b. Mendiskusikan hasil tindakan dengan guru mitra. c. Merefleksikan hasil diskusi.
d. Melakukan perencanaan ulang.
GAMBAR 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas model Hopkins dalam Sanjaya (2011:54)
(32)
49
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). PTK adalah proses serangkaian kegiatan dimulai dari menyadari adanya permasalahan di dalam kelas lalu diberikan tindakan dan refleksi sebagai upaya memecahkan permasalahan di dalam kelas tersebut. Kemmis dalam Sanjaya (2011:24) menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.
Selain dari upaya meningkatproses dan hasil pembelajaran terhadap siswa PTK juga berperan penting untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan guru sebagai tenaga pendidik. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2011:32) PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional guru. Melalui PTK guru senantiasa berupaya meningkatkan segala kemampuannya dalam mengelola kelas. Guru akan mencoba sesuatu hal yang dianggap baru agar adanya perubahan proses pembelajaran ke arah yang lebih positif.
Metode penelitian tindakan kelas ini sengaja diterapkan untuk memperbaiki sikap dan perilaku siswa kelas VIII – E SMP Negeri 4 Bandung. Dengan menerapkan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yang dikemas kedalam role playing diharapkan perilaku bullying yang dilakukan siswa tersebut dapat terselesaikan atau tidak dilakukan kembali.
D. Definisi Operasional
1. Value Clarification Technique (VCT) atau Teknik Klarifikasi Nilai
Value clarification technique adalah metode pembelajaran yang dimana dalam penerapan materi pelajarannya dikelas, disajikan dengan berbagai nilai – nilai sosial yang berlaku di sekitar siswa, bahkan nilai – nilai yang sifatnya universal. Dari nilai – nilai sosial yang dibawakan oleh guru dalam pembelajaran siswa akan mengidentifikasi nilai – nilai sosial
(33)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
yang telah dianutnya. Lalu siswa tersebut akan mencoba membandingkan nilai – nilainya dengan nilai – nilai yang dianut oleh orang lain.
Pada saat tersebut siswa akan berpikir kritis untuk memahami nilai – nilai sosial yang berlaku disekitar siswa. Melalui proses tersebut siswa mengalami pendewasaan, ia akan menganut nilai – nilai sosial yang dirasa benar oleh dia. Orang tua, guru, saudara dekat, tokoh idola, teman sepermainan, buku bacaan dan masyarakat disekitar tempat tinggal menjadi pengaruh yang cukup besar dalam pengambilan keputusan anak (siswa) dalam menentukan sikap (menganut nilai sosial), terutama orang tua dan guru. Seperti yang diungkapkan oleh Soetjiningsih (2012:23) bahwa nurture merupakan konsep yang menitikberatkan faktor lingkungan sebagai faktor yang paling menentukan dalam perkembangan sosial setiap individu. Karena intensitas proses sosialisasi yang sering dilakukan anak dengan orang tua dan guru, mereka menjadi panutan setiap anak. Terkadang siswa memandang orang tua dan guru itu sebagai sosok pahlawan dalam hidupnya.
Dari VCT sebagai metode pembelajaran diharapkan siswa memahami nilai – nilai sosial yang berlaku di lingkungan tempat tinggalnya dan nilai – nilai universal. Setelah siswa memutuskankan nilai – nilai sosial yang dianutnya, siswa tersebut akan memiliki keterampilan sosial. Ia akan luwes menempatkan dirinya di masyarakat, memainkan perannya dimasyarakat dengan baik dan menjadi warga negara yang baik.
2. Role Playing atau Bermain Peran
Role playing atau bermain peran adalah membawakan materi pelajaran dengan cara menugaskan setiap siswa untuk bermain peran sebagai orang lain (drama). Bermain peran sebagai model pembelajaran membantu siswa mengasah kepekaan sosialnya. Melalui bermain peran
(34)
51
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
siswa berlatih empati, yaitu menempatkan perasaan orang lain kepada dirinya.
Ketika siswa melihat peran yang dimainkan oleh temannya mereka akan mengidentifikasi tindakan – tindakan seperti apa saja yang dapat menyakiti orang lain atau sebaliknya malah menyenangkan orang lain. Setelah siswa paham akan tindakan apa saja yang dapat menyakiti orang lain ia akan berusaha untuk menghindari tindakan tersebut (toleransi) dalam pergaulan setiap hari, sebaliknya ia akan senantiasa menjaga perasaan orang lain terhadap siswa tersebut (tenggang rasa).
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu pengetahuan sosial atau lebih sering kita dengar dengan singkatan IPS adalah mata pelajaran yang diberikan pada siswa tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) sudah bukan IPS lagi, namun Ilmu – ilmu sosial seperti Sejarah, Geografi, Antropologi, Sosiologi dan Ekonomi. Pada hakikatnya IPS itu sendiri terdiri dari kumpulan ilmu sosial, tetapi yang membedakan belajar sosial di SD, SMP dan SMA sebagai berikut
SD Korelasi
SMP Integrasi
SMA Terpisah
(35)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Dapat kita lihat dari tabel di atas bagaimana perbedaan belajar IPS di pada jenjang pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Jika belajar sosial di tingkat sekolah dasar materi IPS itu dikait – kaitkan antar ilmu – ilmu sosial. Pada tingkat sekolah menengah pertama belajar IPS itu secara terpadu (integrasi), satu tema pelajaran dipandang dari berbagai ilmu sosial. Materi pelajarannya pun tidak begitu mendalam seperti pada tingkat sekolah menengah atas. Pada tingkat sekolah menengah pertama hanya membahas konsep – konsep sosialnya saja dan dibawakan oleh satu orang guru saja, berbeda dengan belajar IPS di sekolah menengah pertama yang dipelajari secara mendalam dengan guru yang berbeda setiap mata pelajaran ilmu sosial. Sedangkan pelajar IPS pada sekolah menengah atas, dipelajari secara terpisah tiap – tiap ilmu sosial.
Mata pelajaran IPS di berikan kepada anak bertujuan agar menciptakan orang – orang yang berwawasan luas, berahklak mulia, disiplin dan menjadikan orang sebagai warga negara yang baik. Hampir sama halnya seperti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Misalkan contoh berikut: “Perilaku bullying pada anak sekolah”. Perilaku “bullying” tersebut dapat kita indikasikan sebagai perilaku menyimpang, dalam hal ini mata pelajaran IPS memiliki peran penting untuk membahasnya dan memecahkan masalah bullying yang terjadi pada anak sekolah tersebut. Mata pelajaran IPS juga membahas tentang tatacara / perilaku individu maka dari itu IPS juga berperan penting untuk menciptakan warga negara yang baik.
4. Bullying
Bullying asal kata bully yang artinya intimidasi (mengintimidasi). Bullying adalah perilaku seseorang mengintimidasi orang lain yang lebih
(36)
53
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
lemah dan dilakukan secara berulang – ulang dengan tujuan membuat orang lain merasa sakit hati dan terkucilkan. Bagi pelaku sendiri ada kepuasan yang timbul ketika ia melakukan bullying dan melihat korbannya sedih. Sejalan dengan yang diungkapkan Krahe (2005:198), menurutnya seorang pelaku bullying merasa senang ketika melihat korbannya tertindas, orang lain takut kepada dia dan ia akan lebih sering melakukan penindasan tersebut.
Bullying sendiri bisa dilakukan oleh siapa saja, dari senior ke junior, junior ke senior, teman sekelas (se-usia), guru ke murid, laki – laki ke perempuan maupun perempuan ke laki – laki. Yang jelas perilaku bullying terjadi karena perbedaan kekuatan, orang yang kuat di komunitasnya menindas orang yang lemah dikomunitasnya.
Pada anak sekolah perilaku bullying ini yang paling sering dilakukan dari senior kepada juniornya. Contoh yang paling terlihat yaitu pada saat masa orientasi sekolah siswa baru. Oleh seniornya siswa baru tersebut disuruh mengenakan aksesories yang aneh – aneh ketika masa orientasi dan tak jarang pula ada siswa baru yang dimarahi seniornya jika tidak mengenakan aksesories yang diperintahkan atau benda – benda yang harus dibawa. Sayangnya perilaku ini cenderung turun – temurun. Ketika korban bullying berubah status menjadi senior disekolahnya, ia turut melakukan apa yang telah dilakukan oleh seniornya sebelumnya, dan diterapkan kepada juniornya. Perilaku tersebut dijadikan ajang balas dendam atas apa yang telah ia terima sebelumnya.
E. Instrumen Penelitian
Pengambilan data dalam suatu penelitian adalah salah satu kegiatan yang sangat penting. Melalui data – data yang didapat dan kemudian di olah, peneliti akan mengetahui apakah penelitiannya efektif atau sebakiknya tidak efektif.
(37)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah perilaku siswa dalam bergaul dengan teman dikelasnya sehari – hari sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan penelitian. Oleh karena itu peneliti membutuhkan catatan lapangan dan instrumen untuk mengumpulkan data di lapangan. Catatan lapangan adalah rekaman atas semua kegiatan pembelajaran di dalam kelas, catatan ini merekam setiap peristiwa yang terjadi selama pembelajaran IPS yang meliputi aspek keguatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Untuk instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi Perilaku Bullying Siswa :
a. Verbal Langsung:
1) Memaki – maki
2) Plesetkan nama
3) Memanggil dengan nama orang tua
4) Mencemooh
5) Memanggil dengan nama binatang atau yang lainnya
6) Mencibir secara langsung
7) Menyoraki
8) Mengeluarkan ucapan ancaman
b. Verbal tidak langsung:
1) Menyebarkan gosip
2) Mengucilkan
3) Tidak menanggapi lawan bicara
4) Menulis ejekan di papan tulis, buku atau bangku 5) Mencibir secara tidak langsung
6) Membuat gambar berupa ejekan
(38)
55
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8) Mengacungkan tinju
c. Fisik Langsung:
1) Memukul
2) Menendang
3) Mendorong
4) Menjegal kaki
5) Mendorong kepala (menoyorkan kepala)
6) Menampar
7) Mencubit
8) Menyentuh (pelecehan seksual)
9) Meludah
d. Fisik Tidak Langsung :
1) Melempar benda
2) Menyimpan atau menempelkan benda menjijikan pada baju, tas,
buku atau bangku korban.
3) Merusak benda milik korban
4) Mencoret – coret baju, buku atau tas korban
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, peneliti hanya menggunakan dua cara yaitu observasi atau pengamatan langsung dan studi dokumentasi atau pengambilan gambar dan video selama pelaksanaan tindakan penelitian. Sumber data penelitian yang diperoleh peneliti bersumber dari guru mitra, dan siswa yang menjadi objek penelitian, serta sumber pihak – pihak lain yang relevan seperti dari guru – guru yang ada di SMP Negeri 4 Bandung, kepala sekolah dan satuan keamanan sekolah. Data penelitian yang diambil oleh peneliti meliputi segala tindakan siswa, ucapan siswa, sikap siswa dan peristiwa yang menyangkut siswa sebagai objek penelitian, yang dapat diamati selama tindakan penelitian
(39)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dilaksanakan. Kegiatan yang diamati oleh peneliti adalah perkembangan perubahan perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa. Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini:
1. Observasi
Observasi ini adalah teknik pengambilan data dengan cara mengamati secara langsung objek penelitian. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh guru mitra dalam mengambil data. Guru mitra ikut masuk kedalam kelas mengamati secara langsung dalam pengumpulan data. Peneliti dan guru mitra mencatat setiap kejadian sebagai data penelitian. Data yang di dapatkan kemudian di analisis oleh peneliti dan guru mitra, lalu didiskusikan untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama penerapan tindakan penelitian.
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi atau yang lebih populer dengan
mendokumentasikan adalah teknik pengunpulan data dengan cara merekam segala aktifitas siswa menjadi berupa visual (gambar) dan audio visual (video). Peneliti menggunakan teknik ini karena teknik ini cukup akurat dalam merekam segala aktifitas dan peristiwa yang terjadi selama proses tindakan penelitian dilaksanakan.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada siswa sebagian siswa yang dianggap representatif mewakili seluruh siswa kelas VIII-E dan guru mitra. Wawancara ini dilakukan setelah pelaksanaan penelitian untuk
(40)
57
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
memberikan gambaran kepada peneliti terkait metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian.
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang didapat oleh peneliti secara langsung dari lapangan adalah berupa data mentah. Setelah peneliti mendapatkan data mentah dari hasil penerapan tindakan penelitian, data tersebut tentunya perlu diolah agar dapat membantu peneliti dan pembaca lainnya untuk membacanya dan memahaminya. Data mentah ini perlu diolah agar dapat menggambarkan kejadian sebenarnya yang terjadi. Berikut teknik pengolahan data dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti:
1. Data Kuantitatif
Pengolahan data dengan cara kuantitatif adalah data – data yang didapatkan dalam penelitian dirubah kedalam bentuk angka – angka. Melalui pengolahan data kuantitatif peneliti dapat mengatahui seberapa besar perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa, dan seberapa besar perkembangan perubahan perilaku setelah dilaksanakannya tindakan penelitian. Pada penelitian ini peneliti merubah data yang di dapat menjadi skor, kemudian skor tersebut diolah kembali menjadi skor persentase. Berikut rumus persentase dari Komalasari (2010:156) yang digunakan oleh peneliti dalam merubah skor menjadi skor persentase:
Skor persentase = Jumlah skor total subjek x 100 %
Jumlah skor total maximum
(41)
Agung Wiradimadja, 2013
Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 4 Bandung (Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Rata – rata persentase = Jumlah skor persentase
Jumlah total persentase
2. Data Kualitatif
Pengolahan data secara kualitatif adalah pemaparan data yang didapatkan dari lapangan disajikan dengan cara dideskripsikan. Pengolahan data hasil penelitian dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data dari lapangan dan kemudian dipisah – pisahkan berdasarkan kategori atau aspeknya pada instrumen penelitian.
b. Validasi Data
1) Member check yaitu mengecek kebenaran data dengan cara
mengamati objek penelitian secara langsung di lapangan. 2) Expert opinion yaitu peneliti melakukan konsultasi dengan
para ahli atau pakar mengenai data di lapangan. Para ahli atau pakar disini adalah dosen pembimbing yang mengampu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
c. Interpretasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi terhadap data – data atau temuan yang ditemukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Interpretasi disini bukan semata – mata penerjemahan oleh peneliti saja, tetapi tentunya berdasarkan landasan teoritis agar validitas data terjamin.
Dalam penerapan value clarification technique (VCT) model role playing ini, peneliti menargetkan perubahan perilaku bullying siswa menurun hingga dibawah 5 %, atau 95 % siswa tidak melakukan perilaku bullying lagi.
(1)
dilaksanakannya role playing guru menstimulus siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya seputar role playing tadi, selanjutnya guru menstimulus siswa untuk berani menggali nilai – nilai sosial dan pesan – pesan moral yang terdapat pada adegan tersebut tanpa merasa takut salah. Setelah siswa mengeluarkan pendapatnya, guru memberikan penguatan seputar nilai – nilai sosial yang dipelajari. Guru memberi apresiasi kepada siswa yang mau mengeluarkan pendapatnya dan siswa yang telah mau membantu guru memperagakan adegan role playing.
Pada saat yang bersamaan diterapkannya penelitian tindakan kelas siklus 1 sampai siklus 3 ini peneliti mengambil data yang dibantu oleh guru mitra di dalam kelas. Guru mitra membantu peneliti dalam mengobservasi dan memperhatikan perilaku – perilaku bullying yang dilakukan siswa, dan mencatatnya dalam lembar observasi perilaku bullying siswa.
Ketiga, perubahan perilaku bullying siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS melalui value clarification technique (VCT) model role playing mulai dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 nampak signifikan. Hasilnya menunjukan penurunan yang sangat drastis pada perilaku siswa dari siklus 1 ke siklus 2, bahkan penurunan perilaku bullying ini terjadi lagi dari siklus 2 ke siklus 3 walaupun tidak sebesar penurunan sebelumnya seperti yang terjadi pada siklus 1 ke siklus 2.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyatakan penerapan metode pembelajaran value clarification technique (VCT) model role playing dalam mata pelajaran IPS di Kelas VIII – E SMP Negeri 4 Bandung untuk menekan perilaku bullying telah mencapai target yang diharapkan oleh peneliti pada siklus 3.
Keempat, guru menghadapi beberapa kendala yang dalam menerapkan model pembelajaran IPS menggunakan metode value clarification technique (VCT) model role playing untuk menuntaskan perilaku bullying siswa kelas VIII – E SMP Negeri 4 Bandung. Dalam penerapan penelitian ini guru menghadapi
(2)
148
beberapa kendala yang cukup berpengaruh dalam penerapan tindakan. Kendala yang muncul selama penerapan tindakan diantaranya; pada siklus 1 siklus 2 penerapan value clarification technique model role playing dalam pembelajaran IPS di kelas masih membuat siswa kebingungan dalam menggali nilai – nilai sosial yang terkandung dalam role playing yang dimainkan oleh siswa, siswa masih belum bisa merasakan empati dari peragaan role playing yang ia lihat, siswa belum bisa merasakan bagaimana jika cerita role playing itu nyata dan ia ada pada posisi tersebut, siswa belum terbiasa dalam melakukan reka adegan role playing, siswa membutuhkan penjelasan yang lebih dalam dan rinci dalam menggali nilai – nilai sosial dan pesan – pesan moral yang terkandung dalam role playing, siswa belum betul – betul paham dengan nilai – nilai sosial yang diangkat dalam pembelajaran, siswa membutuhkan waktu yang lebih lama dalam peragaan role playing, pada siklus ke 3 dalam menggali nilai – nilai sosial dan pesan – pesan moral siswa selalu ingin disuapi oleh guru.
Kelima, upaya menaggulangi kendala – kendala yang dihadapi oleh peneliti tersebut dapat diatasi dengan melakukan upaya perbaikan. Berikut adalah upaya perbaikan yang dilakukan oleh guru: pada siklus 1 dan siklus 2 guru akan menstimulus siswa dalam menggali nilai – nilai sosial yang terkandung dalam adegan role playing yang dilakukan siswa, dengan cara memberikan kode – kode, guru akan menjelaskan empati secara terperici dan terus melatih siswa untuk bisa berempati (merasakan perasaan orang lain), reka adegan role playing dibuat sesederhana mungkin, seperti adegan yang sehari – hari siswa lakukan, setelah siswa mengomentari adegan role playing, guru akan menggali kembali nilai – nilai sosial yang terkandung dalam adegan tersebut dan guru akan memberikan penjelasan hingga siswa paham maksud dari dilaksanakan role playing tersebut dan dapat menangkap pesan yang tersirat, memberikan materi tentang nilai – nilai sosial dengan jelas agar siswa paham dan mempersilahkan siswa untuk bertanya tentang nilai – nilai sosial, meluangkan waktu yang lebih lama untuk melaksanakan role playing.
(3)
Kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dalam penerapan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) model role playing untuk menekan perilaku bullying siswa di kelas VIII – E SMP Negeri 4 Bandung ini berhasil menurunkan perilaku bullying yang dilakukan siswa pada siklus 1, sampai dengan siklus 3. Dengan demikian peneliti menyatakan penelitian tindakan kelas ini sudah mencapai hasil yang diharapkan oleh peneliti pada siklus 3, dengan skor rata – rata presentase dibawah 5% perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa, untuk setiap kategori bullying.
B. Saran
Pada bagian ini, berisi saran dari peneliti bagi beberapa pihak yang terkait dengan penelitian ini. Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian penerapan metode pembelajaran value clarification technique (VCT) model role playing dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) untuk menekan perilaku bullying siswa adalah sebagai berikut:
Bagi pihak sekolah, peneliti berharap jika ada kelas yang memiliki masalah yang mirip dengan kelas VIII – E SMP Negeri 4 Bandung, dapat diterapkan penelitian dengan penerapan metode pembelajaran value clarification technique (VCT) model role playing untuk menekan perilaku bullying siswa, selain dapat diterapkan dalam dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), menurut peneliti metode ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran kewarganegaraan (PKn) dan bimbingan konseling (BK). Karena kedua mata pelajaran tersebut memiliki kemiripan dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Selain itu sekolah harus mampu membuat lingkungan sekolah yang bebas dari perilaku bullying, baik bullying yang dilakukan oleh siswa mau pun bullying yang dilakukan oleh guru. Kalau perlu setiap setahun sekali sekolah membuat acara kampanyeu atau gerakan anti bullying dengan melibatkan siswanya secara
(4)
150
langsung. Karena sekolah adalah merupakan harapan pembentuk karakter bangsa generasi masa depan.
Bagi pihak guru, penelitian tindakan kelas merupakan sarana meningkatkan kemampuan guru dalam menyelesaikan berbagai – macam masalah yang terjadi di dalam kelas. PTK juga meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Jika di sekolah, guru menemukan masalah bullying pada siswa, guru jangan menganggap itu adalah hal yang biasa. Bila masalah ini tidak di tanggulangi, perilaku bullying ini cenderung menular atau di turunkan. Siswa yang pernah menjadi korban bullying, besar kemungkinan akan melakukan bullying kepada orang lain. Hal ini dapat diartikan sebagai ajang balas dendam atas apa yang pernah diterimanya.
Bagi siswa, perilaku bullying merupakan perilaku yang sangat tidak baik, banyak kasus yang membuat siswa harus berhadapan dengan para penegak hukum. Awalnya siswa tersebut hanya iseng menjahili temanya, lalu mem-bully temannya. Karena temannya itu tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh siswa tersebut, akhirnya temannya itu melawan dan terjadi perkelahian. Bullying adalah perilaku yang dapat dikatakan menyimpang dari norma – norma sosial. Jadi bagi siapa saja yang melakukan bullying artinya dia telah melanggar hukum dan norma masyarakat. Bagi para siswa peneliti berharap, pikir dahulu sebelum bertindak. Jangan sampai apa yang kalian lakukan itu dapat menyakiti perasaan orang lain.
Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap peneliti selanjutnya jika melakukan penelitian yang mirip dengan penelitian ini, agar merencanakan penelitian dengan matang. Agar peneliti selanjutnya tidak mengalami kendala dalam penerapan penelitiannya. Peneliti berharap penelitian ini bisa menjadi rujukan bagi penelitian yang akan diteliti oleh peneliti selanjutnya. Untuk melakukan penelitian tindakan kelas, khususnya yang meneliti masalah perilaku siswa harap agar bersabar, karena untuk merubah perilaku siswa tidaklah instan, butuh proses yang cukup lama.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Adinda. (2013). Effectiveness of Role-Playing Method to Improve Student’s Achievment and Attitude In Learning Psychotropic and Addictive Subtances in Junior High School. Bandung: Tidak diterbitkan
Coloroso, Barbara. (2006). Penindasan, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU. Jakarta: Serambi. Daldjoeni, N. (1992). Dasar – dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Penerbit
Alumni.
Darmadi, Hamid. (2007). Dasar Konsep Pendidikan Moral Landasan Konsep Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Haryanto. (2012). Pengertian Kenakalan Remaja – Cara Mengatasi Kenakalan Remaja. Tersedia di: http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/ (10 April 2011).
Joyce, Bruce dkk. .(2009). Model of Teaching: Model-model Pengajaran (Edisi ke-8). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2012). Basic Education Capacity – Trust Fund; Survei: Bullying Merajalela di Sekolah – sekolah lokal. Tersedia di: http://bectrustfund.wordpress.com. (31 Juli 2012).
Krahe, Barbara .(2005). The Social psychology of aggression: Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Lamintang, P.A.F. .(1988). Hukum Panitensier Indonesia (Cetakan ke-3). Bandung: CV. Armico
Marboen, Ade.(2012). Seorang Siswi Blitar dikeroyok Teman Sekolah Hingga Terluka. Tersedia di: http://www.antaranews.com/berita/324990/seorang-siswi-blitar-dikeroyok-teman-sekolah-hingga-terluka. (1 Agustus 2012). Okezone.(2012). Kecanduan Game Online, Dua Remaja Nekat Mencuri. Tersedia
di: http//m.okezone.com/read/2012/05/23/521/634280/kecanduan-game-online-dua-remaja-nekat-mencuri. (23 Mei 2012).
Parsons, Les.(2009). Bullied Teacher Bullied Student: Guru dan Siswa yang Terintimidasi Mengenali Budaya Kekerasan di Sekolah Anda dan Mengatasinya. Jakarta: Grasindo.
(6)
Rivki.(2012). Korban Bullying di SMA Don Bosco. Tersedia di: http://detik.com. (31 Juli 2012).
Saad, Hasballah M.(2008). Perkelahian Pelajar. Yogyakarta: Galang press
Sanjaya, Wina.(2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Sapriya, dkk,(2008). Konsep Dasar IPS: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia (Tidak diterbitkan) Sapriya.(2011). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Setiyawati, Tri Murni.(2010). Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing Untuk Menangani Perilaku Bullying: Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia (Tidak diterbitkan). Shafel, Fannie dan Shafel G. .(1967). Role-Playing For Social Values:
decision making in the Social Studies. New Jersey:Prentice-Hall, INC. Englewood Cliffs.
Smith, Peter K. and Sonia Sharp.(1994). School Bullying. New York: Routledge.
Soetjiningsih, Chritiana Hari.(2012). Seri Psikologi Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak – kanak Akhir. Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP.
Sumaatmadja, Nursid.(1984). Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) cetakan II. Bandung: Penerbit Alumni.
Widoretno, Hayu.(2012). Teknik Role Playing Untuk Mengurangi Perilaku Bullying Siswa: Studi Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Universitas Pendidikan Indonesia. (Tidak diterbitkan).
Wikipedia.(2007).Cliff Muntu. Tersedia di:
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Cliff_Muntu. (April 2007).
Willis, S. Sofyan.(2010). Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya. Bandung: CV. Alfabeta.
Zuchdi, Darmiyati.(2009). Humanisasi Pendidikan; Menemukan Kembali Pendidikan Yang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.