PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA : Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Bisnis Kompetensi Dasar Teori Elastisitas Permintaan dan Elastisita

(1)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Bisnis

Kompetensi Dasar Teori Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran Kelas X PM

di SMK Negeri 1 Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Estu Niana Syamiya 1303223

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Bisnis

Kompetensi Dasar Teori Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran Kelas X PM

di SMK Negeri 1 Bandung)

Oleh:

Estu Niana Syamiya

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi SPs UPI

Bandung

© Estu Niana Syamiya 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

ESTU NIANA SYAMIYA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Bisnis

Kompetensi Dasar Teori Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran Kelas X PM

di SMK Negeri 1 Bandung)

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Disman, MS. NIP 19590209 198412 1 001

PEMBIMBING

Prof. Dr. H. Agus Rahayu, MP. NIP 19620607 198703 1 002


(4)

ABSTRAK

Estu Niana Syamiya. 2014. “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Siswa Kelas X Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Bandung Tahun

2014/2015)”. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Agus Rahayu, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan metode pembelajaran discovery pada mata pelajaran ekonomi di kelas X Pemasaran SMK Negeri 1 Bandung.

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan bentuk Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design. Teknik Analisis data dengan statistik parametrik yang meliputi uji beda rata-rata (paired sampels t-test dan independent samples t-test), gain score dan perhitungan effect size dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning sebesar 20,3, dan pembelajaran discovery sebesar 22,4. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan metode pembelajaran Problem based learning terhadap kelas kontrol dan metode pembelajaran discovery lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan metode pembelajaran discovery lebih tinggi dibandingkan dengan kelas metode pembelajaran Problem based learning.

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning, Kemampuan Berpikir Kritis


(5)

ABSTRACT

Estu Niana Syamiya. 2014. "The Influence of Problem Based Learning Methods and Discovery Methods Toward Student’ Critical Thinking Ability (Quasi Experimental Study On Supply And Demand Of Basic Competence Elasticity In 10th Grade of Marketing of SMKN 1 Bandung 2014/2015)" , Supervisor: Prof. Dr. Agus Rahayu, MP.

This research in the fundamental of the low ability to critical thinking of students in class X SMK Negeri 1 Bandung. The purpose of this study was to determine differences in critical thinking skills of students who receive treatment learning methods Problem Based Learning and learning methods discovery on economic subjects.

The method used in this research is quasi experimental with Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design. The data analysis technique with parametric statistical, test of difference (paired samples t-test and independent samples t-test), gain score and effect size calculation used in this research is SPSS versi 17.

The results of the study show that there are differences in the increase in critical thinking skills of students before and after treatment using problem Based Learning methods = 20,3 and discovery methods = 22,4. There are differences in the students' critical thinking skills problem Based Learning Methods and discovery Methods is more higher to improve the critical thinking ability than the control class that uses a conventional method. There are differences in the students' critical thinking skills discovery Methods is more is more higher to improve the critical thinking ability than the the Problem Based Learning Methods.

Keywords: Problem Based Learning (PBL) , Discovery Learning, Critical Thinking Ability


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 10

2.1 Teori Belajar ... 10

2.2 Teori belajar Kognitif ... 14

2.3 Teori Konstruktivisme ... 19

2.4 Kemampuan Berpikir Kritis ... 22

2.4.1Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 24

2.5 Metode Problem Based Learning ... 28

2.5.1Tujuan Metode Problem based Learning ... 29

2.5.2Karakteristik Metode Problem Based Learning ... 30

2.5.3Ciri-ciri Metode Problem Based Learning ... 30

2.5.4Langkah-langkah dalam Metode Problem Based Learning ... 31

2.6 Metode Discovery ... 36

2.6.1 Tujuan Metode Discovery... 38

2.6.2Ciri-ciri Metode Discovery ... 39

2.6.3 Langkah-Langkah Metode Discovery... 40

2.6.4Kelebihan dan Kelemahan Discovery Learning ... 42


(7)

2.8 Kerangka Pemikiran ... 47

2.9 Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

3.1 Metode Penelitian ... 53

3.2 Objek Penelitian... 54

3.3 Variabel Penelitian... 54

3.3.1 Kemampuan Berpikir Kritis ... 54

3.3.2 Metode Problem Based learning ... 58

3.3.3 Metode Discovery ... 57

3.4 Alat tes ... 58

3.5 Analisis Alat Tes... 58

3.5.1 Uji Validitas ... 58

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 59

3.5.3 Tingkat Kesukaran Soal ... 60

3.5.4 Daya Pembeda ... 62

3.6 Rancangan Analisis dan Pengolahan Data ... 64

3.6.1 Uji Normalitas ... 64

3.6.2 Uji Homogenitas ... 66

3.6.3 Uji Hipotesis ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

4.1 Deskripsi Tempat penelitian ... 71

4.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 71

4.3 Hasil Penelitian ... 73

4.3.1 Uji Hipotesis Pertama ... 74

4.3.2 Uji Hipotesis kedua ... 78

4.3.3 Uji Hipotesis Ketiga ... 82

4.3.4 Uji Hipotesis Keempat ... 88

4.3.5 Uji Hipotesis Kelima ... 94

4.4 Pembahasan Hasil penelitian ... 99

4.4.1 Pembahasan Pembelajaran Ekonomi dengan Metode Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa ... 100


(8)

4.4.2 Pembahasan Pembelajaran Ekonomi dengan MetodeDiscovery dalam

meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa ... 104

4.4.3 Perbedaaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan menggunakan metode (Problem Based Learning) dengan Metode Ceramah. ... 106

4.4.4 Perbedaaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan menggunakan metode Discovery dengan Metode Ceramah. ... 108

4.4.5 Perbedaaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan menggunakan metode (Problem Based Learning) dengan Metode Discovery. ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

5.1 Kesimpulam ... 112

5.2 Saran ... 113


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. 1 Nilai Rata-Rata ... 3

Tabel 1. 2Analisis Soal Pra Penelitian ... 3

Tabel 2. 1 Indiktor Berpikir Kritis ... 26

Tabel 2. 2Langkah-Langkah Metode PBL ... 32

Tabel 2. 3 Prosedur Pembelajaran Metode PBL ... 34

Tabel 2. 4 Penelitian terdahulu... 44

Tabel 3. 1 Desain Kuasi Penelitian ... 53

Tabel 3. 2 Variabel Berpikir Kritis ... 55

Tabel 3. 3 Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kritis ... 56

Tabel 3. 4 Hasil Uji Validitas ... Tabel 3. 5 Klasisfikasi Tingkat Reliabilitas ... 60

Tabel 3. 6 Hasil Uji Reliability Statistics ... 60

Tabel 3. 7 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... Tabel 3. 8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 62

Tabel 3. 9 Klasifikasi Daya Pembeda ... 63

Tabel 3.10 Hasil Uji Beda Soal ... 64

Tabel 4. 1 Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis metode PBL ... 74

Tabel 4. 2 Uji Normalitas Pretest dan PosttesetMetode PBL ... 75

Tabel 4. 3 Uji Homogen PretestdanPostTest Berpiki Kritis Metode PBL .... 75

Tabel 4. 4 Hasil Uji Kesamaan Pretest dan Post test berpikir Kritis ... 77

Tabel 4. 5 N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Metode PBL ... 77

Tabel 4. 6 Deskriptif Statistic Kemampuan Berpikir Metode Discovery ... 78

Tabel 4. 7 Uji Normalitas Pretset dan Posttest Metode Discovery ... 89

Tabel 4. 8 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Metode Discovery ... 80

Tabel 4. 9 Uji Kesamaan Pretest dan Posttest Metode Discovery ... 81


(10)

Tabel 4. 11 Rata-rata N-Gain Metode PBL dan Metode Ceramah ... 83

Tabel 4. 12 Uji Normalitas N-Gaian Kemampuan Berpikir pada Metode PBL dan Metode Ceramah ... 84

Tabel 4. 13Uji Homogenitas N-Gain Berpikir Kritis ... 85

Tabel 4. 14 Independent Sample Test Metode PBL dan Metode ceramah ... 86

Tabel 4. 15Uji Anova dan Eta ... 87

Tabel 4. 16 Rata-Rata N-Gain Metode Discovery dan Metode Ceramah ... 88

Tabel 4. 17 Hasil Uji NormatifMetode Discovery dan Metode Ceramah... 90

Tabel 4. 18 Uji Homogenitas Metode Discovery dan Metode Ceramah... 91

Tabel 4. 19 Independent Sample Test Metode Discovery dan Metode Ceramah ... 92

Tabel 4. 20 Hasil Uji Anova dan Eta Metode Discovery dan Metode Ceramah ... 93

Tabel 4. 21 Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis Metode PBL dan Metode Discovery ... 94

Tabel 4. 22 Hasil Uji Normalitas Metode PBL dan Metode Discovery ... 95

Tabel 4. 23 Hasil Uji Homogenitas kemampuan Berpikir Kritis Metode PBL dan Metode Discovery ... 96

Tabel 4. 24 Independent Sample test Metode PBL dan Metode Discovery ... 98


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ... 51 Gambar 3.1 Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 ... 67 Gambar 4. 1 Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning) dan Kelas Kontrol ... 83 Gambar 4. 2 Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen metode Discovery

dan Kelas Kontrol ... 89 Gambar 4. 3 Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen metode Pembelajaran


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1 Silabus...120

LampiranA2 RPP ...125

LampiranA3 Lembar Kerja Siswa ...199

Lampiran B1 Kisi-Kisi Instrumen Soal...209

LampiranB2 Soal-Soal Validitas ...219

LampiranB3 SoalPreteset dan posttest ...224

LampiranC1 Uji Validitas ...229

LampiranC2 Uji Reabilitas ...230

LampiranC3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ...231

Lampiran C4 Hasil Uji Tingkat Beda ...232

LampiranD1Tabulasi Data Gain kemampuan Berpikir Kritis Metode PBL ...233

Lampiran D2Output SPSS Statistik Deskriptif ...236

LampiranD3Uji Normalitas Metode PBL ...237

LampiranD4 Uji Normalitas Metode Discovery ...237

Lampiran D5Uji Normalitas Metode Ceramah ...238

LampiranD6 Uji Homogenitas Metode PBL ...239

LampiranD7Uji Homogenitas Metode Discovery ...240

Lampiran D8 Uji Homogenitas Metode Ceramah ...241

LampiranD9Output SPSS 17UjiHipotesis1 ...242

Lampiran D10 Output SPSS 17UjiHipotesis2 ...243

LampiranD11 Output SPSS 17UjiHipotesis3 ...244

Lampiran D12 Output SPSS 17UjiHipotesis4 ...245

Lampiran D13 Output SPSS17UjiHipotesis5 ...246

Lampiran E1 Dokumentasi Pretest dan Post test Kelas Kontrol ...249

LampiranE2 Dokumentasi pretest dan posttest Kelas Ekesperimen PBL ...250

Lampiran E3 Dokumentasi Pretest dan Post test Kelas Eksperimen Discovery 251 LampiranE4 Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ...252

Lampiran E5 Dokumentasi Kelas Discovery ...253


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di kelas karena materi yang diperolehnya tidak selalu sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Yang dibutuhkannya adalah kemampuan untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif peserta didik. Menurut Lorin dan David (2010:12) yang mengemukkan bahwa klasifikasi tujuan pembelajaran dalam ranka taksonomi pendidikan ini membantu guru merencanakan secara sistematis cara yang efektif untuk memfasilitasi siswa mempelajari tujuan pembelajarannya.

Perubahan paradigma dari pengajaran (teaching), atau instruksi yang berfokus kepada aktivitas guru (teacher centered) menuju pembelajaran yang berfokus pada aktivitas siswa (student centered). Hal inilah yang disebut dengan membangun pengetahuan sendiri (kostruktivisme).

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara guru dalam belajar konstruktivistik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir.

Kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan salah satunya di sekolah. Dampak yang akan dirasakan jika siswa tidak mampu berpikir kritis maka siswa tersebut akan pasif. Karena salah satu ciri berpikir kritis yaitu siswa selalu bertanya dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran (student centre) dan guru hanya sebagai fasilitator. Diawali oleh Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis


(14)

2

Kompetensi) yang mengharapkan siswa menguasai kecakapan hidup (life skill) yang salah satunya adalah kecakapan berpikir (thinking skill) yang harus diajarkan pada semua mata pelajaran.

Dalam kurikulum 2013 di SMK , untuk pelajaran ekonomi diberikan porsi tersendiri berpisah dengan materi sosial lainnya menjadi pelajaran pengantar ekonomi bisnis. Pengantar ekonomi bisnis ini adalah mata pelajaran yang harus diberikan kepada semua program keahlian, sedangkan untuk materinya sendiri didalamnya lebih menyangkut materi ekonomi. Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Luasnya ilmu ekonomi dan terbatasnya waktu yang tersedia membuat standar kompetensi dan kompetensi dasar ini dibatasi dan difokuskan kepada fenomena empirik ekonomi yang ada disekitar peserta didik, sehingga peserta didik dapat merekam peristiwa ekonomi yang terjadi disekitar lingkungannya dan mengambil manfaat untuk kehidupannya yang lebih baik.

SMK Negeri 1 Bandung merupakan salah satu sekolah kejuruan terfavorit di Kota Bandung. Hal ini terbukti dengan banyaknya prestasi yang diraih oleh siswa-siswi SMK Negeri 1 baik mulai tingkat kota bandung sampai pada tingkat nasional, Contohnya beberapa kali menjadi juara tingkat nasional dalam lomba kompetensi siswa pada bidang akuntansi maupun administrasi perkantoran. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Atty Srie selaku guru mata pelajaran pengantar ekonomi bisnis kelas X di SMK Negeri 1 Bandung diperoleh informasi bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa masih kurang berperan aktif . Hal ini terlihat dari pasifnya siswa-siswa dalam proses pembelajaran, mereka lebih banyak mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Tentunya hal tersebut sangat bertentangan dengan kurikulum 2013, dimana dalam kurikulum 2013 ingin merubah gaya berfikir dalam standar proses yang tadinya lebih ke teacher centre menjadi student centre. Akan tetapi dalam pelajaran pengantar ekonomi bisnis belum bisa seperti itu. Kemampuan berpikir siswa bisa terlihat dari perolehan presentase nilai rata-rata kelas masih dibawah standar kelulusan minimum sebagai berikut:


(15)

3

Tabel 1. 1

Nilai Rata-Rata Ujian Akhir Semester Ganjil

Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kelas X SMK Negeri 1 Bandung Kompetensi Keahlian Pemasaran

Tahun Pelajaran 2013/2014

No Kelas Nilai Rata-Rata KKM

1. X AK 1 69,66 75

2. X AK 2 70,56 75

3. X AK 3 72,91 75

4. X AK 4 65,06 75

Rata-Rata Nilai 69,54

Sumber: Nilai Guru Kelas X SMKN 1 Bandung

Dari hasil belajar siswa tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil untuk mata pelajaran pengantar ekonomibisnis masihrendah. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan rata-rata kelas masih di bawah standar kriteria kelulusan minimal (KKM). Berikut ini hasil analisis soal ujian akhir semester ganjil untuk mata pelajaran pengantar ekonomi.

Tabel 1. 2

Analisis Soal Pra Penelitian

Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kelas X AP 4 SMK Negeri 1 Bandung

Sumber : Hasil Observasi Lapangan

Dari data-data di atas maka dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan berpikir kritis siswa di SMK Negeri 1 Bandung masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yang belum mencapai standar KKM. Dan setelah mengadakan pra penelitian dengan menyebarkan soal-soal diketahui bahwa

Skor Jumlah Siswa Presentase

10 - -

20 - -

30 - -

40 10 32,3 %

50 15 48,4 %

60 4 12,9%

70 2 6,40 %

80 - -

90 - -

100 - -


(16)

4

perolehan nilai siswa masih rendah. Menurut Richard Parker (1986 : 5) “Critical Thinking as fair mindedly interpreting, analyzing, or evaluating information, arguments, or experiences with a set of reflective attitude skills, and abilities to guide our thoughts, beliefs, and actions”. Hal tersebut menerangkan bahwa Berpikir kritis menafsirkan adil dengan pikiran, menganalisis, mengevaluasi atau informasi, argumentasi, atau pengalaman dengan satu set keterampilan sikap reflektif, dan kemampuan untuk membimbing pikiran kita, keyakinan, dan tindakan.

Maka dari itu, peneliti beranggapan perlu adanya suatu metode dan strategi pembelajaran yang tepat yang mampu membuat kemampuan berpikir kritis siswa meningkat. Seorang guru harus menguasai beberapa macam metode agar dapat memilih dan menggunakan metode yang paling efektif untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Salah satu obat atau solusi untuk mengatasi masalah kemampuan berpikir kritis siswa SMK yaitu dengan menggunakan metode Problem Based Learning, serta metode Pembelajaran Discovery Learning. Menurut Seng dalam buku Suparno (2013:5) pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kiritis

Metode Problem Based Learning banyak digunakan pada disiplin ilmu kesehatan. Tetapi metode ini sudah menyebar ke seluruh disiplin ilmu seperti ekonomi, manajemen dan lain sebagainya. Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu Metode Problem Based Learning (PBL). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Victor Forrester (2004) dalam jurnal yang mengatakan bahwa metode Problem Based Learning tujuannya yaitu untuk meningkatkan keterampilan belajar yang spesifik misalnya konstruksi pengetahuan dan penalaran.

Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.


(17)

5

PBL merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, karena di dalam PBL siswa dihadapkan pada masalah sebagai stimulus yang menjadi fokus dan harus dipecahkan dalam aktivitas belajar. Menurut Jauhar (2003:37) menyampaikan pandangannya tentang PBL sebagai pembelajaran konstruktivistik sebagai berikut: 1) Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, 2) Mengutamakan proses, 3) Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, 4) Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

Alder dan Milne (1997:195) mendefinisikan PBL dengan metode yang berfokus kepada identifikasi permasalahan serta penyusunan kerangka analisis dan pemecahan.

Metode PBL sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis juga disampaikan oleh Duch, Groh, and Allen (Savery, J. R. 2006:12) bahwa:

The methods used in PBL and the specific skills development, including the ability to think critically,analyze and solve complex, real worls problems, to find, evaluate, and use appropriate learning resources; to work cooperatively to demonstrate effective communications skills, and to use content knowledge and intellectual skills to become continual learners.

Menerangkan bahwa :

Metode yang digunakan dalam PBL dan pengembangan keterampilan khusus, termasuk kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisa dan memecahkan kompleks, masalah nyata, untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan sumber daya pembelajaran yang tepat; untuk bekerja sama untuk menunjukkan keterampilan komunikasi yang efektif, dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan intelektual konten untuk menjadi pembelajar terus-menerus.

Selain metode Problem Based Learning ada juga metode discovery learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan


(18)

6

kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.

Menurut Brunner dalam buku Slameto (2003:11) mengemukakan bahwa, Dalam proses belajar mementingkan partisipasi aktif dari setiap siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan, dan dalam upaya meningkatkan belajar perlu lingkungan dimana dinamakan “discovery learning” siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.

Menurut Bruner terhadap proses belajar daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah metode Penemuan (discovery learning). Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivitas.

Bruner menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kritis jika guru memberikan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep melalui contoh-contoh yang mewakili aturan tersebut.

Selanjutnya menurut Ballew (1967:2) mengutarakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran discovery learning adalah agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis.

Mengacu kepada keseluruhan paparan di atas, dan dalam upaya memahami dan memecahkan masalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa SMK Negeri 1 Bandung. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based Learning dan

Metode Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Bisnis Kelas X AK di SMK Negeri 1 Bandung).


(19)

7

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pernyataan permasalahan di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian.

1. Apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning?

2. Apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pembelajaran menggunakan metode PBL dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional?

4. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara metode pembelajaran Discovery learning dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional?

5. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pembelajaran dengan metode pembelajaran PBL dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini diarahkan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Problem based Learning dan metode pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran pengantar Ekonomi Bisnis. untuk lebih jelasnya dapat dirinci sebagai berikut.

1. Untuk Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning.

2. Untuk Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning.


(20)

8

3. Untuk Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pembelajaran menggunakan metode PBL dengan kelas yan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

4. Untuk Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara metode pembelajaran Discovery learning dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

5. Untuk Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pembelajaran dengan metode pembelajaran PBL dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan ada manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat secara teoritis

b. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA dengan menerapkan metodeProblem based Learning dan metode discovery learning dalam proses pembelajaran dikelasnya untuk mata pelajaran pengantar ekonomi bisnis.

c. Penelitian ini mampu memberikan dukungan empiris terhadap khasanah teori dan konsep pembelajaran terutama bagi konsep metode PBL dan metode discovery learning, yang mendorong untuk pengkajian lebih mendalam. d. Penelitian ini memberi alternatif metode pembelajaran bagi praktisi

pendidikan dalam mengembangkan pross pembelajaran.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam belajar

b. Bagi guru, penelitian ini merupakan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang metode pembelajaran, terutama dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa


(21)

9

c. Bagi sekolah, penelitian dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran dan pemanfaatan media untuk pelajaran Pengantar Ekonomi Bisnis di sekolah

d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dengan menggunakan metode PBL dan metode discovery learning dalam proses pembelajaran e. Semua pihak yang berkepentingan untuk dapat dijadikan bahan rujukan untuk


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen . Metode eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (treatment/perlakuan) tehadap variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang terkendalikan ( Sugiyono, 2013:160). Desain penelitian yang digunakan adalah desain Nonequivalent Control Group Designyang merupakan desain penelitian eksperimen semu atau kuasi eksperimen (Quasi Experiment).

Pada desain ini digunakan tiga sampel kelas, satu kelas eksperimen yang diberikan perlakuan Metode Problem Based Learning, satu kelas eksperimen menggunakan Metode Pembelajaran Discovery dan satu kelas untuk kelas kontrol yaitu kelas yang diberikan perlakukan metode konvensional, sehingga desain yang digunakan adalah kuasi eksperimen yang dapat diilustrasikan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1

Desain Kuasi Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X1 O2

Eksperimen O1 X2 O2

Kontrol O1 O2

1 Desain Kuasi Penelitian Keterangan:

O1 : Tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

O2 : Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

X1 : Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran metode Problem Based

Learning


(23)

54

3.2 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah kemampuan berpikir kritis sedangkan unit analisisnya adalah siswa SMK Negeri 1 Bandung.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMK Negeri 1 Bandung, Tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 872 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 SMK Negeri 1 Bandung. Sampel pada penelitian ini terdiri dari tiga kelas, yaitu 2 kelas eksperimen dengan metode PBL dan Discovery Learning dan sebagai kelas kontrol dengan metode konvensional (ceramah). Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 3 dari 4 kelas dan dipilih kelas X PM 1 , X PM 4 dan X PM 3 dengan pertimbangan siswa X telah mendapat materi prasyarat sehingga dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan yang dikehendaki dalam penelitian ini, dan kemampuan kelas X yang diperkirakan telah dapat mengikuti proses pembelajaran yang akan diberikan. Dari kedua kelas tersebut ditentukan kelas X PM 3 yang terdiri dari 36 orang siswa sebagai kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan metode PBL, sedangkan kelas X PM 4 sebagai kelas kontrol terdiri dari 36 orang siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Discovery Learning dan X PM 1 yang terdiri dari 35 orang yang mendapatkan pembelajaran dengan metode konvensional (ceramah).

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu metode Problem Based Learning dan metode Discovery Learning sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan berpikir kritis.

3.3.1 Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis yang dimaksud dalam kajian ini adalah berpikir kritis yang didefinisikan sebagai keterampilan yang aktif mengenai masalah-masalah, pertanyaan yang sulit dengan menerapkan metode-metode penalaran yang logis.


(24)

55

Tabel 3. 2

Variabel Berpikir Kritis No Indikator Berpikir

Kritis

Sub Indikator Berpikir Kritis

No Pertanyaan

1. Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) Memfokuskan pertanyaan 7,22 Menganalisis argumen 6,17 Bertanya dan menjawab

pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

1.4,5

2 Basic Support (membangun

keterampilan dasar)

Mempertimbangkan kredibitas ( kriteria suatu sumber)

11, 13

Mengobservasi dan mempertimbangakan observasi

8,18

3 Inference

(Menyimpulkan)

Membuat dediksi dan mempertimbangkan hasil deduksi.

10

Membuat induksi dan mempertimbangakan hasil induksi.

15,19

Membuat dan

mempertimbangkan keputusan

20, 23

4 Advance clasification (membuat

klasifikasi lanjut)

Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi

14, 3

Mengidentifikasi asumsi 9, 16 5 Strategies and

tactics (strategi dan taktik)

Memutuskan suatu tindakan

2, 24 Berinteraksi dengan

orang lain.

12, 21 Sumber: Ennis (Prabawati, Mega Nur, 2011 : 40)

Berdasarkan indikator-indikator di atas maka dikembangkan instrument untuk mengukur kemampuan berpikir kritis kepada siswa yang diukur menggunakan teknik penilaian tes tertulis dengan bentuk instrument esai.

Adapun pemberian skor untuk soal- soal berpikir kritis dalam bentuk plhan berganda dengan memakai alasan mengacu kepada holistic sclae dari north caroline of public instruction (Ratnaningsih, 2003 : 35) seperti tabel berikut :


(25)

56

Tabel 3.3

Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kritis

Respon Anak didik terhadap soal Skor

Tidak ada pilihan ganda dan alasan yang dijawab dengan benar 0

Hanya Alasan saja yang dijawab dengan benar 1

Hanya pilihan ganda yang dijawab dengan benar 2

Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/jelas dan benar 3 Ratnaningsih (2003 : 35)

3.3.2 Metode Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) dalam penelitian ini didefinisikan sebagai metode pembelajaran yang menjadikan permasalahan yang berkaitan dengan topik-topik dalam kurikulum sebagai titik tolak dalam proses pembelajaran secara mandiri dan kolaboratif. Tahapan yang dipakai dalam proses pembelajaran dalam penelitian ini, terdiri dari langkah-langkah yaitu sebagai berikut (Richard I. Arends, 2012:411): 1. Orientasi siwa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menginformasikan metode PBL dalam melaksanakan pembelajaran. Memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas penyelesaian masalah, meminta siswa terlibat langsung dan aktif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan mengenalkan siswa pada masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Menunjukkan dan menjelaskan alat-alat (logistik) yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti soal, LKS, Video, PPTM LCD dan alat tulis yang dibutuhkan

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Meminta siswa untuk bergabung bersama kelompoknya. Menetapkan ketua kelompok masing-masing dan mendelegasikan tugas secara merata


(26)

57

Masing-masing individu dalam kelompok diberikan dorongan untuk mengumpulkan informasi sesuai permasalahan selama pembelajaran berlangsung. Melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan lebih akurat dan agar mampu memecahkan masalah tersebut.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu dalam merencanakan dan menyiapkan laporan. Mempresentasikan hasil kegiatannya di depan kelas yang diwakili oleh satu kelompok yang bersedia dipilih secara acak, sementara kelompok lainnya menanggapi dengan memberikan pertanyaan atau pendapat.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah

Guru membantu dan mengarahkan siswa untuk melakukan tanya jawab terhadap hasil penyelidikan mereka serta proses yang mereka gunakan. Merefleksi proses pembelajaran dengan meninjau permasalahan awal melalui pertanyaan-pertanyaan

3.3.3 Metode Discovery Learning

Menurt Balim (2009:20) Langkah-langkah dasar dalam melakukan pelajaran penemuan adalah:

1. Jelaskan kepada siswa tujuan pelajaran dan memberitahu mereka pentingnya untuk mencapai tujuan itu. ("Hari ini kita akan mempelajari konsep. Hal ini penting untuk dipahami karena)

2. Tampilkan contoh berbagai konsep dan menggunakan nama konsep ("melihat laporan, gambar, grafik, diagram, dll Mereka adalah contoh dari konsep) 3. Mengharuskan siswa untuk menemukan atau menyimpulkan ciri-ciri tertentu

dari contoh yang disajikan. ("Apa karakteristik yang membuat masing-masing contoh?)

4. Jika perlu, isyaratkan siswa dalam rangka mendorong penemuan mereka. ("Bagian mana dari contoh yang ada yang merupakan konsep?)

5. Mintalah siswa untuk secara resmi menentukan konsep. ("Bagaimana Anda mendefinisikan konsep).

Akhirnya, mengharuskan siswa untuk menerapkan konsep untuk kasus baru untuk memastikan pembentukan konsep dan untuk memperkuat dan memperluas pembelajaran.


(27)

58

3.4 Alat Test

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kemampuan berpikir kritis dimana tujuanya auntuk mengukur sejauh mana penggunaan pembelajaran metode Problem Based Learning dan metode Discoery dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes diadakan dalam bentuk pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum perlakuan dengan tujuan mengetahui skor hasil belajar awal siswa sebelum perlakuan pada kelompok eksperimen. Sementara posttest diberikan setelah perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan skor hasil belajar siswa setelah perlakuan pada kelompok eksperimen, sehingga diperoleh gain, yaitu selisih antara skor pretest dan skor posttest.

3.5 Analisis Uji Alat Tes

Untuk mengetahui kualitas instrumen tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba instrumen terhadap siswa. Instrumen tes yang berkualitas dapat ditinjau dari beberapa hal diantaranya validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda. Adapun penjelasan dari hal tersebut adalah:

3.5.1 Validitas

Pengujian validitas alat tes dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat tes dalam mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yang disesuaikan dengan indikator yang ada. Sugiyono (2008:137) menjelaskan bahwa “instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.”

Data soal diuji coba dengan program SPSS versi 17.0 sehingga diperoleh nilai koefesien korelasi validitas butir. Adapun jumlah soal adalah 24 soal dengan sampel 36 siswa. Berkenaan dengan rumus validitas yaitu (df = 36-2 = 34), maka r tabel adalah 0.329. adapun data keseluruhan dari validitas soal adalah sebagai berikut :


(28)

59

Tabel 3.4

Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No Soal r Hitung r table Keterangan

1 0.354 0.329 VALID

2 0.359 0.329 VALID

3 0.341 0.329 VALID

4 0.069 0.329 TIDAK VALID

5 0.377 0.329 VALID

6 0.359 0.329 VALID

7 0.492 0.329 VALID

8 0.382 0.329 VALID

9 0.471 0.329 VALID

10 0.409 0.329 VALID

11 0.370 0.329 VALID

12 0.408 0.329 VALID

13 0.344 0.329 VALID

14 0.335 0.329 VALID

15 0.007 0.329 TIDAK VALID

16 0.413 0.329 VALID

17 0.418 0.329 VALID

18 0.384 0.329 VALID

19 0.394 0.329 VALID

20 0.339 0.329 VALID

21 0.397 0.329 VALID

22 0.443 0.329 VALID

23 0.335 0.329 VALID

24 0.373 0.329 VALID

Sumber : Lampiran C1

Uji coba soal tes kemampuan berpikir terdiri 24 soal pada awalnya dengan bentuk pilihan berganda beralasan. Berdasarkan hasil validitas soal, terdapat 15 soal yang valid dan p soal tidak valid. 15 soal yang telah valid akan dipergunakan untuk pretest dan posttest.

3.5.2 Realibilitas

Menurut Kusnendi (2008:96) koefisien alpha Cronbach merupakan statisitk uji yang paling umum digunakan para peneliti untuk menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian. Dilihat menurut statistik alpha Cronbach, suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefesien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

r n 1n 1 SS i2 t2


(29)

60

Keterangan:

r = Koefisien realibilitas n = Jumlah soal

S12 = Variansi skor soal tertentu (soal ke 1)

ΣSi2 = Jumlah varians skor seluruh soal menurut skor soal tertentu

St2 = Varians skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan

Tabel 3. 5

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas

0,90< r ≤1,00 Sangat tinggi

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,70 Sedang

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

r ≤ 0,20 Sangat rendah

Nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkan dengan menggunakan interpretasi nilai r dari Guilford dan data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 17 untuk mengetahui nilai Alpha.

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefesien realiabilitas soal tes pilihan berganda beralasan sebesar 0.589 yang berarti soal-soal yang diujicobakan termasuk dalam klasifikasi tingkat realibilitas sedang

Tabel 3.6

HASIL UJI REALIBILITAS

Cronbach's Alpha N of Items

.697 24

3.5.3 Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab item dengan benar dan banyaknya penjawab item (Arikunto, 2010:128). Tingkat kesukaran merupakan suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(30)

61

P =

Keterangan :

P : IndeksKesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk mengklasifikasikan tingkat kesukaran soal, digunakan interpretasi tingkat kesukaran dikemukan oleh Suherman dan Kusumah (2003). Interpretasi tersebut disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3. 7

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Harga TK Klarifikasi

TK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < TK ≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < TK ≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < TK < 1,00 Soal Mudah


(31)

62

Rangkuman hasil perhitungan uji tinkat kesukaran untuk tiap soal dapat lihat pada tabel 3.8 berikut

Tabel 3.8

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

NO

SOAL JBA JBB JSA 2.JSA TK

KETERANGA N

1 8 2 18 36 0.27 SUKAR

2 14 4 18 36 0.5 SEDANG

3 20 4 18 36 0.66 SEDANG

5 9 0 18 36 0.25 SUKAR

6 17 5 18 36 0.61 SEDANG

7 21 3 18 36 0.66 SEDANG

8 24 11 18 36 0.97 MUDAH

9 30 12 18 36 0.88 MUDAH

10 22 4 18 36 0.72 MUDAH

11 16 4 18 36 0.55 SEDANG

12 19 6 18 36 0.69 SEDANG

13 24 7 18 36 0.86 MUDAH

14 17 2 18 36 0.52 SEDANG

16 19 6 18 36 0.69 MUDAH

17 26 6 18 36 0.94 MUDAH

18 25 10 18 36 0.97 MUDAH

19 20 6 18 36 0.72 MUDAH

20 17 9 18 36 0.72 MUDAH

21 14 3 18 36 0.47 SEDANG

22 20 5 18 36 0.69 MUDAH

23 21 8 18 36 0.81 MUDAH

24 23 12 18 36 0.97 MUDAH

Sumber : Lampiran C3

Hasil uji tingkat kesukaran soal menunjukan bahwa 1 soal termasuk dalam kriteria sukar, 4 soal termasuk soal tingkat sedang, 10 soal termasuk soal mudah.

3.5.4 Daya Pembeda

Setiap butir soal tes hasil belajar siswa diawali dengan pengurutan skor total seluruh seluruh soal yang dari yang terbesar ke yang terkecil seperti pada perhitungan tingkat kesukaran soal. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Perrhitungan daya pembeda soal


(32)

63

menggunakan skor kelompok atas dan kelompok bawah. Adapun harganya dihitung dengan rumus berikut;

DP=

Keterangan:

DP = Daya pembeda

JBA = Jumlah jawaban benar untuk kelompok atas JBB = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah N = Jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah

Penentuan jawaban benar dan salah dari soal tes kemampuan berfikir kritis yang berbentuk uraian ini sama seperti pada perhitungan tingkat kesukaran butiran soal tes. Jumlah jawaban benar untuk masing-masing kelompok selanjutnya digunakan untuk menghitung harga DP dengan rumus di atas. Untuk mengklasifikasikan daya pembeda soal digunakan interpretasi daya pembeda. Interpretasi daya pembeda dari tes yang dilakukan itu disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. 9

Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Rangkuman hasil tes daya pembeda pada kemampuan berpikir kritis dilihat pada tabel 3.10


(33)

64

Tabel 3.10

Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan berpikir Kritis

NO

SOAL JBA JBB JSA 2.JSA TK KETERANGAN

1 8 2 18 36 0.33 SEDANG

2 14 4 18 36 O.55 BAIK

3 20 4 18 36 0.88 SANGAT BAIK

5 9 0 18 36 0.5 BAIK

6 17 5 18 36 0.66 BAIK

7 21 3 18 36 1 SANGAT BAIK

8 24 11 18 36 0.72 SANGAT BAIK

9 30 12 18 36 1 SANGAT BAIK

10 22 4 18 36 1 SANGAT BAIK

11 16 4 18 36 0.66 BAIK

12 19 6 18 36 0.72 SANGAT BAIK

13 24 7 18 36 0.94 SANGAT BAIK

14 17 2 18 36 0.83 SANGAT BAIK

16 19 6 18 36 0.72 SANGAT BAIK

17 26 6 18 36 1.1 SANGAT BAIK

18 25 10 18 36 0.83 SANGAT BAIK

19 20 6 18 36 0.77 SANGAT BAIK

20 17 9 18 36 0.44 BAIK

21 14 3 18 36 0.61 BAIK

22 20 5 18 36 0.83 SANGAT BAIK

23 21 8 18 36 0.72 SANGAT BAIK

24 23 12 18 36 0.61 BAIK

Sumber : Lampiran C4

Dari hasil perhitungan daya pembeda pada uji soal instrumen dapat diketahui bahwa 2 soal termasuk kriteria cukup, 6 soal termasuk kriteria baik, 7 soal termasuk kriteria baik sekali.

3.6 Rancangan Analisis dan Pengolahan Data 3.6.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh tersebar secara normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat dengan langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Membuat distribusi frekuensi a. Menentukan rentang

R = skor tertinggi – skor terendah b. Menentukan banyaknya kelas interfal (k)


(34)

65

K = 1 + 3,3 log n

c. Menentukan panjangnya interfal (P)

d. Memasukan data skor ke dalam tabel

X Fi Xi Fi.Xi (Xi – X) Fi (Xi-X) 2

e. Menghitung rata-rata skor dengan rumus : ∑

f. Menghitung standar deviasi dengan rumus : ∑

g. Menguji Normalitas dengan langkah-langkah berikut ini :

1) Menentukan batas kelas interval (L), yaitu degan cara batas ujung bawah kelas interval – 0,5 dan ujung kelas interval ditambah 0,5

2) Mentransformasikan batas kelas interval ke dalam bentuk normal standar Z, dengan rumus :

c. Menghitung luas kelas interval (L)

L kelas interval dihitung dengan menggunakan standar Z yaitu dengan cara Za - Zb

d. Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei), yang dapat dihitung dengan rumus berikut ini :

Dim;ana :

Ei : frekuensi yang diharapkan I : luas kelas interval

N : jumlah data

e. Menghitung Chi-Kuadrat dengan rumus

f. Menentukan derajat kebebasan dengan rumus :


(35)

66

g. Menentukan nilai Chi-Kuadrat pada daftar nilai ditentukan

h. Menentukan kriteria uji normalitas

Jika hitung tabel maka data distribusi normal dan jika diluar kriteriatersebut maka data tidak terdistibusi normal.

3.6.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dua buah varian dilakukan apakah kedua populasi mempunyai varians yang homogeny atau heterogen. Tes uji homogen dua buah varians ini dilakukan bila dua kelompok data ternyata berdisribusi normal. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menentukan varians data penelitian 2. Menghitung nilai F dengan rumus :

Dimana :

F : nilai terbesar uji homogenitas : varians terbesar

: varians terkecil

3. Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus :

=

4. Mnentukan kriteria pengujian homogeitas

Jika F hitung F tabel maka data terdistribusi homogen dan jika diluar kriteria tersebut maka data tida terdistribusi homogeny.

3.6.3 Uji Hipotesis (Uji t )

Uji hipotesis dalam penelitian di dasarkan pada data peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep ekonomi, yaitu data selisih nilai pre-test dan post-test.Pengujian hipotesis tersebut menggunakan uji-t independen dua arah ( t- test independent). Uji t independen dua arah ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan rata- rata ( mean) yang terdapat pada program pengolahan data. Pengujian uji dua arah ini dilakukan karena tidak mengetahui kemana arah kurva hasil penelitian yang akan dilakukan arah positif (+) atau negatif (-). Adapun yang


(36)

67

diperbandingkan pada pengujian hipotesis ini adalah skor gain post-test dan pre-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, baik secara keseluruhan maupun setiap ranah. kriteria pengujian untuk hipotesis ini adalah

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1≠ µ2

Dimana : µ1 = skor gain kelompok ekperimen

µ2 = skor gain kelompok Kontrol

jika dibandingkannya dengan T table, maka :

- Jika Thitung> Ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

- Jika Thitung≤ Ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Berikut merupakan gambaran daerah penolakan dan penerimaan H

Daerah penolakan H0 Daerah penolakan

H0

Daerah penerimaan

d 1 (T tabel minimum) d 2 (T tabel maksimum)

Gambar 3.1

Daerah penolakan dan penerimaan H0

Selanjutnya selisih gain kontrol dan eksperimen tersebut dihitung Normalized Gain (N-Gain). Untuk menghitung Normalized Gain (N-Gain) pada table di atas digunakan rumus sebagai berikut:

) ( ) ( test pre skor maksimum skor test pre skor test post skor Gain N   

 (Suharsimi Arikunto, 2006:126)

Penelitian ini hipotesis akan disimbolkan dengan hipotesis alternatif (HA)

dan hipotesis nol (H0). Agar tampak ada dua pilihan, hipotesis ini perlu didampingi

oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini merupakan hipotesis tandingan antara (HA) terhadap (H0). Hipotesis yang diuji adalah:


(37)

68

1. H0: μ1 μ2

Tidak Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning. H1: μ1≠ μ2

Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning.

dengan kriteria : H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1≠ µ2

Dimana : µ1 = N-Gain kelompok ekperimen

µ2 = N- Gain kelompok Kontrol

jika dibandingkannya dengan T table, maka :

- Jika Thitung> Ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

- Jika Thitung≤ Ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

2. H0: μ1 μ2

Tidak Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning. H1: μ1≠ μ2

Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning.

dengan kriteria : H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1≠ µ2

Dimana : µ1 = N-Gain kelompok ekperimen

µ2 = N- Gain kelompok Kontrol

jika dibandingkannya dengan T table, maka :

- Jika Thitung> Ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima


(38)

69

3. H0: μ1 μ2

Tidak Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pembelajaran menggunakan metode PBL dengan kelas yan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

H1: μ1≠ μ2

Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pembelajaran menggunakan metode PBL dengan kelas yan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

dengan kriteria : H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1≠ µ2

Dimana : µ1 = N-Gain kelompok ekperimen

µ2 = N- Gain kelompok Kontrol

jika dibandingkannya dengan T table, maka :

- Jika Thitung> Ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

- Jika Thitung≤ Ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

4. H0: μ1 μ2

Tidak Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara metode pembelajaran Discovery learning dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

H1 : μ1 ≠ μ2 : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara metode

pembelajaran Discovery learning dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

dengan kriteria : H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1≠ µ2

Dimana : µ1 = N-Gain kelompok ekperimen


(39)

70

jika dibandingkannya dengan T table, maka :

- Jika Thitung> Ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

- Jika Thitung≤ Ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

5. H0: μ1 μ2

Tidak Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis antara pembelajaran dengan metode pembelajaran PBL dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning.

H1: μ1≠ μ2

Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis antara pembelajaran dengan metode pembelajaran PBL dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning.

dengan kriteria : H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1≠ µ2

Dimana : µ1 = N-Gain kelompok ekperimen

µ2 = N- Gain kelompok Kontrol

jika dibandingkannya dengan T table, maka :

- Jika Thitung> Ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

- Jika Thitung≤ Ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Artinya antara metode pembelajaran problem based learning dan discovery learning akanada yang lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran pengantar ekonomi siswa di kelas X PM.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan struktur hubungan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan metode pembelajaran Discovery yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis di SMK Negeri 1 Bandung. Sehingga diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut adalah:

1. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kelas eksperimen. Dibandingkan antara sebelum dan sesudah perlakuan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL), kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi untuk kompetensi dasar elastistitas permintaan dan penawaran terdapat peningkatan setelah diberikan perlakuan dengan mengunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh secara positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery pada kelas eksperimen. Dibandingkan antara sebelum dan sesudah metode Discovery, kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi untuk kompetensi dasar elastistitas permintaan dan penawaran terdapat peningkatan setelah diberikan perlakuan dengan mengunakan metode pembelajaran Discovery. Maka dapat disimpulkan bahwa metode Discovery berpengaruh secara positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kompetensi dasar elastisitas permintaan dan penawaran antara siswa yang belajar dengan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional (ceramah). Dilihat dari nilai rata-rata gainnya, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan metode Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi


(41)

113

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional (ceramah). Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh secara positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

4. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kompetensi dasar elastisitas permintaan dan penawaran antara siswa yang belajar dengan metode Discovery dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional (ceramah). Dilihat dari nilai rata-rata gainnya, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan metode Discovery lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional (ceramah). Metode Discovery lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa metode Discovery berpengaruh secara positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

5. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa kelas eksperimen dalam mata pelajaran ekonomi pada kompetensi dasar elastisitas permintaan dan penawaran antara siswa yang belajar dengan perlakuan metode Discovery dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Dilihat dari nilai rata-rata gainnya, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan perlakuan metode Discovery lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa metode Discovery dan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh secara positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penelitian mengajukan saran atau rekomendasikan sebagai berikut:

1. Bagi guru, pengunaan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan discovery ini bias menjadi metode pilihan dalam


(42)

114

pengajaran karena sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan kedua metode ini mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatanke mampuan berpikir kritis siswa dan metode-metode sesuai dengan tuntutan pendidikan sekarang yang menginginkan cara belajar yang aktif dan terpusat dengan siswa (student center). Proses pembelajaran dibangun dari siswa lewat pengalaman-pengalaman yang mereka buat sendiri, sehingga pemahaman mereka terhadap materi bias bertahan lebih lama dan lebih baik.

2. Penggunaan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan discovery ini bias memberikan hasil baik jika persiapan untuk pelaksanaannya dimaksimalkan. Kedua metode ini membutuhkan persiapan dan pemahaman yang tinggi. Persiapan tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi siswa juga harus disiapkan sebelum melaksanakan metode-metode ini. 3. Bagi sekolah, metode-metode pembelajaran yang mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswaa tau menjadikan proses belajar yang kritis harus sering dilakukan. Dengan proses pembelajaran yang kritis diharapkan siswa mampu memberikan kebebasan berpikir kepada siswa sehingga bias memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang baru, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi yang nantinya bias berguna bagi siswa itu sendiri.

4. Bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian menggunakan metode-metode ini harus memperhatikan instrumen yang digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir siswa.


(43)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdorrakhman Ginting. (2012). Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran (Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen). Bandung: Humaniora Abidin, Yunus (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung: PT Refika Aditama

Adler, Ralph W. and Milne, Markus J. 1997. Improving The Quality of Accounting

Students’Learning Through Action-Oriented Learning Tasks. Accounting Education. Vol. 6 No. 3: 191-215.

Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning(Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar Di Era Pengetahuan). Jakarta: Kencana.

Arif Mustafa(2011). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT.Rineka Cipta. Arend, R.I. (2012). Learning to Teach. New York: McGraw Hill.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Azhar Lalu (1993). Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya:UsahaNasional.

Balım, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and

Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari Eurasian Journal of Educational Research , 35, 1-20.

Baharudin & Esa Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Ballew, H. 1967.Discovery Learning and Critical Thinking in Alegbra. Alegbra :The University Of North Carolina Press.

Budiningsih, Asri C. Belajar dan Pembelajaran. (2005). Jakarta: PT Rineka Cipta. Blumhof, J., Hall, M., and Honeybone, A. 2001. Using Problem-Based Learning to

Develop Graduate Skills, dalam Planet Special Edition, Case Studies in Problembased Learning (PBL) from Geography, Earth and Environmental Sciences,hal. 6-10, LTSN, UK.

Cahyo, Agus N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar (Teraktula dan Terpopuler). Jogjakarta: DIVA Press


(44)

116

Costa, A. L. (ed). (1985). Developing Minds: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Cucu Suhada(2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: RefikaAditama. Duch, Barbara Susan E. Groh, and Deborah E. Allen. (2001). The Power of Problem

Based Learning (A Practical “How To” for Teaching Undergraduate

Courses in Any Discipline). Sterling, Virginia. Stylus Publishing, LLC

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Eveline Siregar & Hartininara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. bogor: Ghalia Indoneisa

Fisher, Alec. (2007). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga

Fogarty, R. 1997. Problem-based learning and other curriculum modelsfor the

multiple intelligences classroom. Arlington Heights Illionis: Sky Light. Frandsen (1961). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hassoubah, Z. I.(2002). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Jacobsen.David A, et all. (2009). Methodes For Teaching (Metode-Metode

Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jauhar. M. (2003). Implementasi PAIKEM dari behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural (Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREAL). Bandung: Alfabeta.

Lorin W & David R Karthwohl (2010). Kerangka Landasan Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesment (Revisi Taksonomi Pendidikan Blom). Ypgyakarta: Pustaka Pelajar.

Moon, Jennifer. (2008).Critical Thingking (An Exploration Of Theory And Practice). New York: Routledge.

Moedjiono, Dimyati (1993) . Stategi Belajar Mengajar . Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.


(45)

117

Purbawati, Mega Nur (2011). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran dengan Teknik SQ3R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA. Tesis UPI:Tidak Dipublikasikan.

Ratnaningsih (2003). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Mateatis Peserta didik melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis UPI;Tidak Dipublikasikan Richard parker (1986). Critical Thinking. Evaluating Clalims and Argument in

Everyday Life. California; Mayfield Publishing Company.

Rusman. (2013). Metode-Metode Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Rustaman (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung:UPI

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schafersman, Steven D. 1991. An Introduction to critical thinking.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta. Suryosubroto B (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Slameto (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung. Suparno. (2013). Pengaruh Metode PBL Menggunakan Hypermedia terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPS. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Suprijono, Agus (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto. (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa (2012) Belajar dan Pembelajaran,

Mengembangkan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Trianto. (2010) Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana


(46)

118

Trianto. (2011) Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. (Konsep, Landasan Teori, Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Jurnal

Alias Masek (2011). The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Revie. Vol.2, No.1 (2011), pp. 215-221. FITRI APRIANI PRATIWI (2014). Pengaruh Penggunaan Discovery Learning

dengan Pendekatan Saintifik Terhadap KeterampilanBerpikir Kritis Siswa SMA. Artikel Penelitian.

I Made Sutabawa, Jantje Ngangi, Verra Mawitjere (2012). Pengaruh Metode Guided Discovery Learning Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014). Pengaruh Penggunaan Metode DiscoveryY Terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK AL-IKHSAN Pamarican Kab CIAMIS JAWA BARAT. Pendidikan Matematika FKIP UHAMKA. Vol 3, No.1, Februari 2014 3.

Sandra Atikasari, Wiwi Isnaeni, Andreas Priyono Budi Prasetyo (2012). Pengaruh Pendekatan PROBLEM-BASED LEARNING Dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis. Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Unnes.J.Biol.Educ. 1 (3). Senar Temel (2014). The effects of problem-based learning on pre-service

teachers’critical thinking dispositions and perceptions of problem-solving Ability.South African Journal of Education; 2014; 34(1) 1 Art. # 769, 20 pages,http://www.sajournalofeducation.co.za

Victor Forrester. (2004). Problem-Based Learning: A Problem With Education?. Hong Kong Baptist University. Hong Kong Teachers Centre. Journal Vol3 Winter. (2001). Problem Based Learning. Journal of Speaking of Teaching, Vol. 11

(1), hlm. 1-8

Yuzhi W 2003. Using problem-based learning and teaching analytical chemistry. The

China Papers, July:28-33. Available at

http://science.uniserve.edu.au/pubs/china/vol2/wangyuzhi.pdf. Accessed 13 January 2014.


(47)

119

Ariska Divisi Pengembangan Diri’s Blog. 2012. Tujuan Pendidikan SMA.[Online]. Tersedia:

ariska67.blogspot.com/2012/02/tujuan-pendidikan-sma.html?m=1

Anonim. 2013.dalam http://apriantogde.blogspot.com/2014/01/problem-based-learning-pbl-pendekatan.html. diakses 01 Juni 2015

Dumas.A. 2003. Cooperative Learning Response to Diversity. California Departemen of Education. [Online]. Tersedia:

http://www.cde.ca.gov/iasa/cooplrng2.html.

Jean, M. (2003). Critical Thingking and Creativity an Overview and Comparison of the Theories. [Online]. Tersedia:

http://www.applestar.org/capella/CRITICAL%20THINGKING%20AND%2 0CRETIVITY.pdf.

Kompas.com. Indeks Pendidikan Indonesia Menurun. (5 Oktober 2012). [Online]. Tersedia:

(http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.PendidikanInd onesia.Menurun.

Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning. [Online]. Tersedia: http://condor.admin.ccny.cuny.edu /-eg9306candy%20research.htm.


(1)

114

pengajaran karena sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan kedua metode ini mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatanke mampuan berpikir kritis siswa dan metode-metode sesuai dengan tuntutan pendidikan sekarang yang menginginkan cara belajar yang aktif dan terpusat dengan siswa (student center). Proses pembelajaran dibangun dari siswa lewat pengalaman-pengalaman yang mereka buat sendiri, sehingga pemahaman mereka terhadap materi bias bertahan lebih lama dan lebih baik.

2. Penggunaan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan discovery ini bias memberikan hasil baik jika persiapan untuk pelaksanaannya dimaksimalkan. Kedua metode ini membutuhkan persiapan dan pemahaman yang tinggi. Persiapan tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi siswa juga harus disiapkan sebelum melaksanakan metode-metode ini. 3. Bagi sekolah, metode-metode pembelajaran yang mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswaa tau menjadikan proses belajar yang kritis harus sering dilakukan. Dengan proses pembelajaran yang kritis diharapkan siswa mampu memberikan kebebasan berpikir kepada siswa sehingga bias memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang baru, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi yang nantinya bias berguna bagi siswa itu sendiri.

4. Bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian menggunakan metode-metode ini harus memperhatikan instrumen yang digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir siswa.


(2)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdorrakhman Ginting. (2012). Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran (Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen). Bandung: Humaniora Abidin, Yunus (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung: PT Refika Aditama

Adler, Ralph W. and Milne, Markus J. 1997. Improving The Quality of Accounting Students’Learning Through Action-Oriented Learning Tasks. Accounting Education. Vol. 6 No. 3: 191-215.

Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning(Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar Di Era Pengetahuan). Jakarta: Kencana.

Arif Mustafa(2011). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT.Rineka Cipta. Arend, R.I. (2012). Learning to Teach. New York: McGraw Hill.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Azhar Lalu (1993). Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya:UsahaNasional. Balım, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and

Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari Eurasian Journal of Educational Research , 35, 1-20.

Baharudin & Esa Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Ballew, H. 1967.Discovery Learning and Critical Thinking in Alegbra. Alegbra :The University Of North Carolina Press.

Budiningsih, Asri C. Belajar dan Pembelajaran. (2005). Jakarta: PT Rineka Cipta. Blumhof, J., Hall, M., and Honeybone, A. 2001. Using Problem-Based Learning to

Develop Graduate Skills, dalam Planet Special Edition, Case Studies in Problembased Learning (PBL) from Geography, Earth and Environmental Sciences,hal. 6-10, LTSN, UK.

Cahyo, Agus N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar (Teraktula dan Terpopuler). Jogjakarta: DIVA Press


(3)

116

Costa, A. L. (ed). (1985). Developing Minds: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Cucu Suhada(2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: RefikaAditama. Duch, Barbara Susan E. Groh, and Deborah E. Allen. (2001). The Power of Problem

Based Learning (A Practical “How To” for Teaching Undergraduate

Courses in Any Discipline). Sterling, Virginia. Stylus Publishing, LLC

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Eveline Siregar & Hartininara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. bogor: Ghalia Indoneisa

Fisher, Alec. (2007). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga

Fogarty, R. 1997. Problem-based learning and other curriculum modelsfor the

multiple intelligences classroom. Arlington Heights Illionis: Sky Light.

Frandsen (1961). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hassoubah, Z. I.(2002). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Jacobsen.David A, et all. (2009). Methodes For Teaching (Metode-Metode

Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jauhar. M. (2003). Implementasi PAIKEM dari behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural (Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREAL). Bandung: Alfabeta.

Lorin W & David R Karthwohl (2010). Kerangka Landasan Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesment (Revisi Taksonomi Pendidikan Blom). Ypgyakarta: Pustaka Pelajar.

Moon, Jennifer. (2008).Critical Thingking (An Exploration Of Theory And Practice). New York: Routledge.

Moedjiono, Dimyati (1993) . Stategi Belajar Mengajar . Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.


(4)

Purbawati, Mega Nur (2011). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran dengan Teknik SQ3R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA. Tesis UPI:Tidak Dipublikasikan.

Ratnaningsih (2003). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Mateatis Peserta didik melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis UPI;Tidak Dipublikasikan Richard parker (1986). Critical Thinking. Evaluating Clalims and Argument in

Everyday Life. California; Mayfield Publishing Company.

Rusman. (2013). Metode-Metode Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Rustaman (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung:UPI

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schafersman, Steven D. 1991. An Introduction to critical thinking.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta. Suryosubroto B (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Slameto (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung. Suparno. (2013). Pengaruh Metode PBL Menggunakan Hypermedia terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPS. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Suprijono, Agus (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto. (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa (2012) Belajar dan Pembelajaran,

Mengembangkan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Trianto. (2010) Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana


(5)

118

Trianto. (2011) Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. (Konsep, Landasan Teori, Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Jurnal

Alias Masek (2011). The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Revie. Vol.2, No.1 (2011), pp. 215-221. FITRI APRIANI PRATIWI (2014). Pengaruh Penggunaan Discovery Learning

dengan Pendekatan Saintifik Terhadap KeterampilanBerpikir Kritis Siswa SMA. Artikel Penelitian.

I Made Sutabawa, Jantje Ngangi, Verra Mawitjere (2012). Pengaruh Metode Guided Discovery Learning Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014). Pengaruh Penggunaan Metode DiscoveryY Terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK AL-IKHSAN Pamarican Kab CIAMIS JAWA BARAT. Pendidikan Matematika FKIP UHAMKA. Vol 3, No.1, Februari 2014 3.

Sandra Atikasari, Wiwi Isnaeni, Andreas Priyono Budi Prasetyo (2012). Pengaruh Pendekatan PROBLEM-BASED LEARNING Dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis. Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Unnes.J.Biol.Educ. 1 (3). Senar Temel (2014). The effects of problem-based learning on pre-service

teachers’critical thinking dispositions and perceptions of problem-solving Ability.South African Journal of Education; 2014; 34(1) 1 Art. # 769, 20 pages,http://www.sajournalofeducation.co.za

Victor Forrester. (2004). Problem-Based Learning: A Problem With Education?. Hong Kong Baptist University. Hong Kong Teachers Centre. Journal Vol3 Winter. (2001). Problem Based Learning. Journal of Speaking of Teaching, Vol. 11

(1), hlm. 1-8

Yuzhi W 2003. Using problem-based learning and teaching analytical chemistry. The

China Papers, July:28-33. Available at

http://science.uniserve.edu.au/pubs/china/vol2/wangyuzhi.pdf. Accessed 13 January 2014.


(6)

Ariska Divisi Pengembangan Diri’s Blog. 2012. Tujuan Pendidikan SMA.[Online]. Tersedia:

ariska67.blogspot.com/2012/02/tujuan-pendidikan-sma.html?m=1

Anonim. 2013.dalam http://apriantogde.blogspot.com/2014/01/problem-based-learning-pbl-pendekatan.html. diakses 01 Juni 2015

Dumas.A. 2003. Cooperative Learning Response to Diversity. California

Departemen of Education. [Online]. Tersedia:

http://www.cde.ca.gov/iasa/cooplrng2.html.

Jean, M. (2003). Critical Thingking and Creativity an Overview and Comparison of the Theories. [Online]. Tersedia:

http://www.applestar.org/capella/CRITICAL%20THINGKING%20AND%2 0CRETIVITY.pdf.

Kompas.com. Indeks Pendidikan Indonesia Menurun. (5 Oktober 2012). [Online]. Tersedia:

(http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.PendidikanInd onesia.Menurun.

Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning. [Online]. Tersedia: http://condor.admin.ccny.cuny.edu /-eg9306candy%20research.htm.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN METODE DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SIMULASI DIGITAL

2 22 230

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Pengantar Ak

0 3 16

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Pengantar Akuntans

0 2 17

Pengaruh Metode Problem Based Introduction (PBI) dan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan A

0 0 47

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING DAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 1 30

PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA: studi kuasi eksperimen pada materi elastisitas permintaan mata pelajaran pengantar ekonomi dan bisnis di kelas X SMK pasundan 1 kota bandung.

0 3 50

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Studi Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Konsep ManajemenPada Si

0 0 6

Pengaruh Penerapan Metode Problem-Based Learning dan Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik (Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pada Peserta Didik Kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI).

2 58 51

STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi

0 7 77

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Bisnis) | - | Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 10645

0 0 8