Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konstribusinya terhadap Prestasi Belajar.

(1)

Triyanah, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN

KONSTRIBUSINYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Teknik Elektro

Oleh :

TRIYANAH NIM. 0900693

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Triyanah, 2015

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konstribusinya terhadap Prestasi Belajar” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

Triyanah NIM. 0900693


(3)

(4)

Triyanah, 2015

ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN

KONSTRIBUSINYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

Oleh Triyanah NIM. 0900693

Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konstribusinya

terhadap Prestasi Belajar” dilakukan pada siswa kelas X jurusan Teknik

Elektronika Industri SMK Negeri 1 Cirebon. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dampak dari implementasi kurikulum 2013 khususnya pada penerapan model

pembelajaran dengan pendekatan discovery dan inquiry. Kendala dari

pelaksanaannya adalah siswa yang tidak mengerjakan setiap instruksi dari guru untuk mencari informasi/materi dalam pembahasan setiap Kompetensi Dasar, maka siswa tersebut tidak mampu untuk mengikuti setiap tes/ujian dengan baik. Tingkat pemahaman dan daya ingat siswa kurang karena tidak semua siswa berpikir kritis dalam menyalin catatan teman-temannya yang sudah dibaca dan dirangkum sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah konstribusi peningkatan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini

menggunakan pendekatan campuran (mixed methode) khususnya strategi

transformatif sekuensial dengan menggunakan pre-experimental (one group pretest-posttest design). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan test, angket dan lembar observasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa berkonstribusi terhadap prestasi belajar siswa. Angket respon siswa menunjukkan mayoritas siswa merespon positif terhadap keefektifan model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan. Hal ini dibuktikan dengan siswa dapat lebih fokus, adanya keingintahuan, berani mengemukakan pendapat dan mau banyak belajar melalui sumber-sumber belajar yang relevan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan berkonstribusi terhadap prestasi belajar.

Kata Kunci : Berpikir Kritis, Pembelajan Berbasis Masalah, Prestasi Belajar, Gain


(5)

ABSTRACT

INCREASE STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILLS THROUGH THE PROBLEM BASED LEARNING MODEL AND CONTRIBUTION ON

LEARNING ACHIEVEMENT By

Triyanah NIM. 0900693

Research entitled increase students’ critical thinking skills through the problem based learning model and contribution towards learning outcomes carried out at x-class engineering industrial electronics SMK 1 Cirebon country. This research is motivated by the impact of the implementation of the curriculum in 2013., especially on the implementation model of learning by discovery approach and inquiry. Constraints on implementation are students who do not do any instruction from the teacher to find the information in any discussion of basic competence, then the students is not able to follow every test exam well. The level of undertanding and memory of students is less because not all students think critically in copying his notes friends’ notes have been read and summarized previously. This study aims to determine is there a contribution to increase the

students’ critical thinking through a problem based learning on learning achievement. Based on this, this study used a mixed methode, especially sequential transformative strategy by using pre-experimental design. Data collection techniques done with the test, questionnaire, and observasion sheet. The result obtined show that increaing student achievement. Student questionnaire responses showed the majority of students responded positively to the effectiveness of the problem based learning model applied to the basic competence to analyze the laws of electricy and electrical theory. This is evidenced by the students can be more focused, the curiosity, daring expression and want a lot of learning through relevant sources of learning resources. Thus, it can be concluded that through problem based learning models can enhance

students’ critical thinking skills and contribute on learning achievement.

Keywords : Critical Thinking, Problem Based Learning, Learning Achievement, Gain


(6)

Triyanah, 2015

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Batasan Masalah ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Hasil Penelitian ... 4

1.6Struktur Organisasi Skripsi ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Keterampilan Berpikir ... 6

2.2Berpikir Kritis ... 7

2.3Model Pembelajaran ... 12

2.4Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 13

2.4.1 Masalah ... 14

2.4.2 Merencanakan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 14

2.4.3 Menerapkan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis Masalah ... 16

2.5Prestasi Belajar ... 21

2.6Kurikulum 2013 ... 23

2.7Kompetensi Dasar Menganalisis Hukum-hukum Kelistrikan dan Teori Kelistrikan ... 25

2.8Penelitian Terdahulu ... 25


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1Lokasi, Populasi, Sampel dan Penelitian ... 29

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.1.2 Populasi dan Sampel ... 29

3.1.3 Waktu Penelitian ... 29

3.2Metode Peneltian ... 29

3.3Desain Penelitian ... 30

3.4Definisi Operasional ... 31

3.5Variabel Penelitian ... 31

3.6Paradigma Penelitian ... 31

3.7Prosedur dan Alur Penelitian ... 32

3.8Instrumen Penelitian ... 36

3.1.1 Validitas Instrumen ... 36

3.1.2 Reliabilitas Instrumen ... 37

3.1.3 Daya Pembeda ... 38

3.1.4 Derajat Kesukaran ... 39

3.9Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.10 Teknik Analisis Data ... 41

3.1.1 Deskripsi Data ... 41

3.1.2 Uji Normalitas Data ... 43

3.1.3 Uji Hipotesis ... 44

3.1.4 Uji Gain Ternormalisasi ... 45

3.1.5 Uji Pihak Kiri ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Temuan Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 48

4.1.2 Efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 49

4.1.2.1Hasil Hipotesis I ... 50

4.1.3 Konstribusi Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Prestasi Belajar 50 4.1.3.1Hasil Hipotesis II ... 54

4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 54

4.2.2 Efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 55

4.2.3 Konstribusi Berpikir Kritis terhadap Prestasi Belajar ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 57

5.2Saran ... 57


(8)

Triyanah, 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fase dalam Menerapkan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis

Masalah ... 16

Tabel 2.2 Jenis dan Indikator Prestasi Belajar ... 22

Tabel 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design ... 30

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 38

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda ... 39

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 40

Tabel 3.5 Penskoran Skala Likert ... 42

Tabel 3.6 Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data dengan Chi Kuadrat (X2) ... 44

Tabel 3.7 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 45

Tabel 4.1 Deskripsi Data Lembar Observasi ... 48

Tabel 4.2 Deskripsi Data Angket ... 49

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 51

Tabel 4.4 Deskripsi Data Pretest ... 52

Tabel 4.5 Deskripsi Data Posttest ... 52


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Merencanakan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis

Masalah ... 14

Gambar 2.2 Kerangka Kompetensi ... 24

Gambar 3.1 Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen ... 32

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 35

Gambar 3.3 (a) Kurva Normal Baku (b) Kurva Distribusi yang Akan Diuji Normalitasnya ... 43

Gambar 4.1 Data Hasil Pengukuran Lembar Observasi ... 49

Gambar 4.2 Histrogram Data Angket ... 50

Gambar 4.3 Histrogram Data Pretest ... 51

Gambar 4.4 Histrogram Data Posttest ... 52

Gambar 4.5 Diagram Rata-rata Hasil Belajar Siswa ... 53


(10)

Triyanah, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A-1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Uji Coba ... 59

Lampiran A-2 Instrumen Tes Uji Coba ... 61

Lampiran A-3 Kunci Jawaban Instrumen Tes Uji Coba ... 70

Lampiran A-4 Hasil Uji Validitas Tes ... 72

Lampiran A-5 Hasil Uji Reliabilitas Tes ... 84

Lampiran A-6 Hasil Uji Derajat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 87

Lampiran A-7 Kisi-Kisi Instrumen Angket Uji Coba ... 89

Lampiran A-8 Instrumen Angket Uji Coba ... 91

Lampiran A-9 Hasil Uji Validitas Angket ... 94

Lampiran A-10 Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 103

Lampiran B-1 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ... 106

Lampiran B-2 Instrumen Lembar Observasi ... 109

Lampiran B-3 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 113

Lampiran B-4 Instrumen Pretest- Posttest Pertemuan 1 ... 115

Lampiran B-5 Instrumen Pretest- Posttest Pertemuan 2 ... 120

Lampiran B-6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Penelitian ... 123

Lampiran B-7 RPP Pertemuan 1 ... 125

Lampiran B-8 RPP Pertemuan 2 ... 139

Lampiran B-9 Kisi-Kisi Instrumen Angket ... 150

Lampiran B-10 Angket Respon Siswa ... 152

Lampiran C-1 Hasil Belajar Keseluruhan ... 155

Lampiran C-2 Gain Hasil Belajar ... 156

Lampiran C-3 Hasil Uji Normalitas Tes ... 157

Lampiran C-4 Tabulasi Skor Angket Respon Siswa ... 159

Lampiran C-5 Hasil Uji Normalitas Angket Respon Siswa ... 160

Lampiran C-6 Tabulasi Skor Lembar Observasi ... 161

Lampiran C-7 Hasil Uji Hipotesis (Uji Pihak Kiri) ... 163

Lampiran C-8 Hasil Perhitungan Manual ... 164

Lampiran D-1 Tabel Statistik ... 165


(11)

(12)

Triyanah, 2015

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam meningkatan mutu pendidikan, pemerintah telah banyak melakukan berbagai upaya dalam mensupervisi pendidikan. Diantaranya adalah melalui pengembangan kurikulum. Kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum 2013, di mana dampak implementasi dari kurikulum 2013 ini adalah salah satunya pada standar proses. Pada standar proses, kegiatan belajar mengajar dipusatkan pada siswa, guru hanya sebagai fasilisator. Untuk itu guru harus mampu membangun stimulus siswa agar lebih aktif dalam mengeksploritasi ilmu pengetahuan yang ada di kehidupan sekitar dan dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah.

Dalam implementasinya, masih terdapat banyak kendala. Diantaranya di SMK Negeri 1 Cirebon khususnya pada mata pelajaran teknik listrik, siswa yang tidak mengerjakan setiap instruksi dari guru untuk mencari informasi/materi dalam pembahasan setiap Kompetensi Dasar, maka siswa tersebut tidak mampu untuk mengikuti setiap tes/ujian dengan baik. Tingkat pemahaman dan daya ingat siswa kurang karena tidak semua siswa dapat berpikir kritis dalam menyalin catatan teman-temannya yang sudah dibaca dan dirangkum sebelumnya sebagai informasi yang perlu untuk membentuk pengetahuannya.

Permasalahan tersebut diperoleh dari data yang diambil berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, angket siswa dan uji coba siswa mengerjakan soal tentang hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan pada tanggal 31 Mei 2014 yang diberikan pada kelas X-TEI-2, yaitu :

Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru mata pelajaran adalah inquiry dan discovery di mana siswa secara mandiri ditekankan untuk mencari sendiri segala informasi mengenai materi ajar yang kemudian dikonfirmasi oleh guru mata pelajaran. Akan tetapi berdasarkan angket siswa hanya 56 % siswa yang suka belajar secara mandiri mengenai hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan. Akibatnya 68 % siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal tentang hukum-hukum dan teori kelistrikan, ini dibuktikan dengan uji coba menggunakan soal sebanyak 7 item yang semuanya pilihan ganda (PG) disertai dengan alasan dan cara


(13)

2

Triyanah, 2015

penyelesaiannya. Hasilnya adalah nilai rata-rata siswa 4,4 dari 5 siswa golongan atas yang diambil sebagai sampel.

Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestai belajar siswa. Karena belajar secara mandiri hanya mengandalkan kemampuan, kebutuhan, dan cara siswa sendiri dalam menyelesaikan masalah sehingga dapat memungkinkan terjadi ketidaksiaapan dan ketidakmatangan mental dalam prosesnya.

Untuk itu, model pembelajaran berbasis masalah merupakan alternatif lain yang dapat diterapkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan menggunakan metode diskusi, selain dapat memecahkan masalah juga dapat mempertinggi partisipasi dan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dikarenakan siswa dapat mengolah nalar dan pikirannya untuk dapat menemukan atau mempertahankan pendapat yang diyakininya.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang dapat membawa siswa untuk dapat berpikir kritis. Berpikir kritis menurut Paul & Elder (2005) merupakan “cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas”. Dengan berpikir kritis diharapkan siswa mampu menganalisa setiap permasalahan yang ditemui selama proses belajar mengajar pada mata pelajaran teknik listrik.

“Model pembelajaran berbasis masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa” (Nata, 2009, hlm. 243). Model pembelajaran berbasis masalah sering disebut juga sebagai scientific method. Model pembelajaran ini cukup relevan digunakan berdasarkan perubahan struktur elemen kurikulum 2013 yaitu “... semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (scientific) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta” (Salirawati, 2013).

Hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran berbasis masalah bertujuan agar siswa dapat mengkonstruksi konsep pengetahuannya dengan mengembangkan pikiran dan mental secara sistematis.


(14)

3

Triyanah, 2015

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konstribusinya Terhadap Prestasi Belajar.”

1.2Batasan Masalah

Untuk tidak meluasnya bahasan penelitian dan agar lebih terarah, maka perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah yang dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada siswa jurusan Teknik Elektronika Industri kelas X SMK Negeri 1 Cirebon pada mata pelajaran teknik listrik dengan Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.

2. Penelitian hanya difokuskan pada tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengkonseptualisasi, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan menerapkan terkait dengan hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.

3. Pengukuran prestasi belajar hanya mencakup kemampuan kognitif yaitu

pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5), Evaluasi (C6).

4. Penilaian diukur dengan menggunakan test, observasi, dan angket.

5. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran berbasis

masalah dengan metode diskusi.

1.3Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Seberapa meningkat kemampuan berpikir kritis siswa melalui model

pembelajaran berbasis masalah?

2. Seberapa efektif model pembelajaran berbasis masalah diterapkan pada

Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan?


(15)

4

Triyanah, 2015

1.4Tujuan Penelitian

Adapun secara umum tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah :

1. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model

pembelajaran berbasis masalah.

2. Mengetahui efektifitas dari model pembelajaran berbasis masalah apabila diterapkan pada Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.

3. Mengetahui konstribusi kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa, model pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan dapat

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis sebagai kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki siswa sebagai bekal untuk memasuki ranah industri.

2. Bagi guru/peneliti, model pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan dapat

menambah wawasan ilmu pengetahuan melalui diskusi permasalahan yang ditemukan oleh siswa serta sebagai langkah awal untuk lebih mengetahui keunikan dari karakteristik siswa agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

1.6Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan diperlukan sebagai pedoman agar proses penelitian yang akan dilakukan lebih terarah dan sistemtis. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(16)

5

Triyanah, 2015

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB II Kajian pustaka, berisi mengenai landasan teori yang meliputi teori-teori yang mendukung penelitian dan penelitian terdahulu yang terkait dan hipotesis penelitian.

BAB III Metodelogi penelitian, berisi lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, prosedur dan alur penelitian, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV Temuan penelitian dan pembahasan, berisi mengenai penjelasan temuan dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang diajukan.

BAB V Kesimpulan dan saran, berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian


(17)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1Lokasi, Populasi, Sampel dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi

Lokasi merupakan tempat di mana peneliti akan melakukan penelitian. Adapun lokasi penelitiannya adalah di SMK Negeri 1 Cirebon pada siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri yang beralamat di Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi No. 92 Cirebon, Jawa Barat.

3.1.2 Populasi dan Sampel

Adapun populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 1 Cirebon Tahun Ajaran 2014-2015 yang berjumlah 105 siswa dari 3 kelas. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

sampling purposive. Teknik pengambilan sampel ini akan dilakukan pada siswa kelas X Teknik Elektronika Industri I (X TEI I) yang telah memenuhi pertimbangan tertentu dari peneliti.

3.1.3 Waktu Penelitian

Penilitian ini dilaksanakan selama empat minggu pada bulan September sampai dengan Oktober 2014.

3.2Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan metode campuran (mixed methods), di mana penelitian metode campuran merupakan kombinasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitaif.

Secara khusus strategi yang digunakan adalah strategi transformatif

sekuensial, di mana pada strategi ini peneliti dapat memilih studi kualitatif atau kuantitatif yang pertama dilakukan.

Metode campuran cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena untuk mengetahui siswa yang berpikir kritis dapat dilakukan dengan analisis data kualitatif dan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dapat dilakukan


(18)

30

Triyanah, 2015

dengan analisis data kuantitatif dan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui hasil peningkatan berpikir kritis dan hasil prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah. Yang kemudian dapat ditarik kesimpulannya mengenai hasil penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan.

3.3Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah pre-experimental designs

dengan secara khusus menggunakan metode one-group pretest-posttest design.

One-group pretest-posttest design mengandung pengertian bahwa terdapat

sekelompok siswa yang diberikan perlakuan/treatment yang sebelumnya telah diberikan pretest yang kemudian diobeservasi dan diberikan posttest setelah perlakuan/treatment. Selanjutnya dibandingkan hasil antar keduanya yaitu hasil sebelum dan sesudah diberi perlakuan, dengan demikian hasil yang dapat diketahui akan lebih akurat.

Alur penelitian menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design adalah

dengan memberikan pretest (O1) pada kelas eksperimen (kelas penelitian),

kemudian diberi perlakuan/treatment (X) yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah (PBL) yang selanjutnya diberi posttest (O2) dan dianalisis hasilnya. Ketika kelas eksperimen sedang diberi perlakuan (treatment), maka peneliti berperan sebagai observer partisipan di mana peneliti mengamati sikap aktif dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Secara sederhana dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

(Sumber : Sugiyono, 2011, hlm. 111)

Keterangan :

O1 : Tes awal (pretest) yang dilakukan sebelum memulai menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).


(19)

31

X : Perlakuan/treatment yaitu menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (PBL).

O2 : Tes akhir (posttest) yang dilakukan setelah menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah (PBL).

3.4Definisi Operasional

Adanya definisi operasional dalam penelitian dimaksudkan agar terhindar dari kesalahan dalam penfasiran atau pemahaman dalam istilah-istilah tertentu”.

Berikut ini merupakan penjelasan dari definisi yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Berpikir Kritis

Berpikir kritis menurut Paul & Elder (2005) merupakan “cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas”.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

“Model pembelajaran berbasis masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa” (Nata, 2009, hlm. 243).

3. Prestasi Belajar

Prestasi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti “hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sedangkan belajar berarti perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Dari arti kedua kata tersebut, maka ditafsirkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses pembelajaran yang ditandai dengan perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman belajar.

3.5Variabel Penelitian


(20)

32

Triyanah, 2015

1. Variabel Bebas/Independen (X)

Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah berpikir kritis (X1) dan pembelajaran berbasis masalah (X2).

2. Variabel Terikat/Dependen (Y)

Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah prestasi belajar (Y).

3.6Paradigma Penelitian

Adapun bentuk paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah paradigma ganda dengan dua variabel independen dan secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen

(Sumber : Sugiyono, 2011, hlm. 68) Keterangan :

X1 : Berpikir kritis

X2 : Pembelajaran berbasis masalah Y : Presatasi belajar

3.7Prosedur dan Alur Penelitian

Untuk lebih terarahnya penelitian maka, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Yang dilakukan pada tahap persiapan diantaranya adalah :

a. Studi pendahuluan melalui survey nilai harian siswa pada mata pelajaran teknik listrik, wawancara dengan guru mata pelajaran mengenai pola belajar siswa dan strategi pembelajaran yang diterapkan, pokok bahasan materi serta


(21)

33

dampak positif kurikulum 2013, angket siswa dan uji coba siswa mengerjakan soal tentang hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.

b. Studi literatur yaitu untuk memperoleh teori dan data yang akurat mengenai pokok permasalahan yang akan diteliti.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

d. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian dan RPP.

e. Menyusun instrumen penelitian yaitu berupa soal tes, lembar observasi dan angket.

f. Melakukan uji coba instrumen penelitian yaitu berupa soal tes dan angket.

g. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui layak atau

tidaknya soal tes digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Yang dilakukan pada tahap pelaksanaan diantaranya adalah :

a. Memberikan pretest untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mengetahui

dan memahami materi yang hendak diajarkan sebelum diberi

perlakuan/treatment..

b. Memberikan perlakuan/treatment yaitu menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah sebagai strategi pembelajaran pada kompetensi dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap seluruh kegiatan siswa meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotoriknya. Selain itu, dilakukan juga pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.

c. Memberikan posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi belajar model pembelajaran berbasis masalah.

d. Memberikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap efektivitas

model pembelajaran yang diterapkan.

3. Tahap Pelaporan Penelitian


(22)

34

Triyanah, 2015

a. Mengolah data hasil pretest dan posttest, angket dan lembar observasi.

b. Menganalisis data yang dihasilkan dan dibandingkan antara sebelum dan

sesudah perlakuan/treatment.

c. Membuat kesimpulan dari hasil analisis data yang diperoleh dari pengolahan data.

d. Menyusun laporan penelitian.

Dan secara sederhana, alur penelitian dapat digambarkan melalui gambar 3.2 di bawah ini :

Studi Pendahuluan

Studi Literatur

Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian

Menyusun Instrumen Penelitian

Menyusun Kisi-kisi Instrumen dan RPP Penelitian Menentukan Populasi dan Sampel Penelitian

Mulai

Tahap Persiapan Penelitian

Survey, angket dan uji coba tes ke siswa

Wawancara guru

Angket dan Tes Lembar Observasi

Validasi isi


(23)

35

Gambar 3.2 Alur Penelitian Posttest

Perlakuan/treatment

Pretest

Mengolah Data

Menganalisis Data

Menyusun Laporan Membuat Kesimpulan

Selesai

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap Pelaporan Penelitian


(24)

36

Triyanah, 2015

3.8Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Instrumen nontest berupa lembar observasi dan angket. Lembar observasi digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dengan

menggunakan rating scale. Sedangkan angket digunakan untuk mengukur

respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan skala Likert yang berbentuk checklist.

2. Instrumen tes berupa lembar soal tes. Lembar soal tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan berbentuk multiple choice (pilihan ganda).

Sebelum instrumen dapat digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian baik melalui para ahli, membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan maupun membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan yang disebut sebagai uji validitas instrumen. Sedangkan uji reliabilitas instrumen dapat melalui

test-retest, equivalent, ataupun split half ke responden baik ke responden yang sama ataupun berbeda. Karena pada dasarnya “... instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting tersebut yaitu valid dan reliabel” (Arikunto, 2010, hlm. 211).

3.8.1 Validitas Instrumen

Untuk mengetahui validitas dari tiap butir soal atau pernyataan, maka dapat

digunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar yang

dikemukakan oleh Pearson yaitu :

(Arikunto, 2011, hlm. 72) Keterangan :

rXY : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y ΣX : Jumlah skor tiap siswa pada setiap item soal ΣY : Jumlah skor total tiap siswa


(25)

37

N : Banyaknya siswa

Dari hasil perhitungan rhitung, maka untuk mengetahui signifikansi koefisien

korelasi harus dibandingkan dengan rtabel Product Moment dengan taraf

signifikansi yang telah ditentukan. Uji signifikansi selain dapat menggunakan rtabel

Product Moment juga dapat menggunakan uji t pada taraf nyata tertentu dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien korelasi valid atau tidak. Uji t dapat dihitung dengan rumus :

(Sugiyono, 2007, hlm. 230) Keterangan :

t = thitung

r = Koefisien korelasi n = Banyaknya siswa

Selanjutnya hasil dari perhitungan thitung dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikansi (α) = 5% dan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Apabila thitung > ttabel, maka item soal atau pernyataan dikatakan valid, akan tetapi apabila thitung < ttabel, maka item soal atau pernyataan dikatakan tidak valid.

3.8.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas intrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half). Adapun rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut :

(Sugiyono, 2007, hlm. 359) Keterangan :

ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua

Harga rb dapat diperoleh dari belahan pertama yang diambil dari kelompok instrumen ganjil dan belahan kedua diambil dari kelompok instrumen genap.


(26)

38

Triyanah, 2015

(Sugiyono, 2011, hlm. 255) Keterangan :

x = X – X dan y = Y - Y

Selanjutnya harga ri dibandingkan dengan rtabel. Instrumen dikatakan reliabel apabila ri>rtabel. Dan apabila ri<rtabel, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Adapun interpretasi derajat reliabilitas instrumen dapat ditunjukkan pada tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Instrumen

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41– 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

(Arikunto, 2011, hlm. 75)

3.8.3 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah “pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu

membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria yang ditentukan” (Arifin, 2009, hlm. 273). Rumusan untuk menghitung daya pembeda sebagai berikut :

(Arifin, 2009, hlm. 273)

Keterangan :

DP = Daya pembeda

wL = Jumlah individu kelompok bawah (27% dari bawah) yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu


(27)

39

wH = Jumlah individu kelompok atas (27% dari atas) yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu

n = Jumlah kelompok atas atau kelompok bawah (N x 27%)

Adapun kriteria indeks daya pembeda (DB) dapat ditunjukkan pada tabel 3.3 di bawah ini :

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

Nilai DB Klasifikasi

0,40 and up Veri good items

0,30 – 0,39 Reasonably good, but possibly subject to improvement

0,20 – 0,29 Marginal item, usually needing and being subject to

improvement

Below – 0,19 Poor items, to be rejected or improved by revision

(Arifin, 2009, hlm. 274)

“Daya beda ideal yaitu daya beda 0,40 ke atas. Namun untuk ulangan-ulangan harian masih dapat ditolelir daya beda sebesar 0,20 ke atas” (Nurkancana, 1986, hlm. 140).

3.8.4 Derajat Kesukaran

“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu sukar” (Arikunto, 2011, hlm. 207). Taraf kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui mudah atau tidaknya soal dikerjakan oleh peserta tes. Untuk menghitung derajat kesukaran soal digunakan rumus :

(Arifin, 2009, hlm. 266) Keterangan :

DK = Derajat kesukaran

nL = Jumlah kelompok bawah (N x 27%) nH = Jumlah kelompok atas (N x 27%)


(28)

40

Triyanah, 2015

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Nilai DB Klasifikasi

DK > 75% Terlalu Sukar

25% ≤ DK < 75% Sedang

DK < 25% Terlalu Mudah

Derajat kesukaran baik yaitu derajat kesukaran bergerak antara 25% sampai 75%. Item mempunyai derajat kesukaran di bawah 25% berarti bahwa item tersebut terlalu mudah. Sebaliknya item yang mempunyai derajat kesukaran di atas 75% berarti bahwa item tersebut terlalu sukar (Nurkancana, 1986, hlm. 140).

3.9Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghasilkan penelitian yang valid dan reliabel, maka tentu diperlukan pengumpulan data yang tepat dengan cara-cara yang tepat. Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi pendahuluan. Dilakukan sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, yaitu

dimaksudkan untuk mengetahui strategi pembelajaran yang sedang diterapkan, sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi ajar pada kompetensi dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan serta hasil belajar siswa melalui tugas harian siswa.

2. Studi literatur. Dilakukan untuk mendapatkan segala sumber informasi yang relevan yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, dengan membaca, menela’ah, maupun mengutip dari berbagai sumber yang dapat dipercaya melalui buku, jurnal, skripsi, internet dan sumber lainnya.

3. Observasi. Teknik observasi yang digunakan adalah observasi berperan serta dengan menggunakan lembar obeservasi. Lembar observasi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yang meliputi konseptualisasi, analisis, sintesis, evaluasi, dan penerapan terkait dengan hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.


(29)

41

4. Angket. Format angket disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup, digunakan

untuk mengukur respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada kompotensi dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.

5. Tes. Pada penelitian ini digunakan pretest dan posttest dengan isi dan format soal yang sama yaitu pilihan ganda. Pretest diberikan sebelum diberikan perlakuan, yaitu untuk mengetahui kemampuan awal subjek penelitian. Sedangkan posttest diberikan setelah diberi perlakuan, tujuannnya adalah untuk mengetahui tingkat perubahan dari sebelum dan sesudah diberi perlakuan dalam hal ini adalah tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dan prestasi belajarnya.

3.10 Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, sehingga untuk analisis datanya menggunakan statistik. Statistik yang digunakan adalah statistik parametris, yaitu “statistik yang digunakan untuk menguji parameter statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel” (Sugiyono, 2011, hlm. 210).

3.10.1 Deskripsi Data

Sudjana dan Ibrahim (2010, hlm. 128) mengemukakan bahwa :

Sebelum dilakukan analisis data, baik untuk keperluan pendeskripsian variabel maupun untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu harus dilakukan pengolahan data. Pengolahan data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut.

Untuk itu, maka sebelum melakukan analisis data peneliti mengolah data terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan hasil tes siswa dan skoring

Pada jenis soal tes objektif pilihan ganda setiap item soal yang dijawab benar diberi nilai 1 (satu) dan setiap item soal yang dijawab salah diberi nilai 0 (nol). Skor keseluruhan siswa dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh item jawaban yang benar.


(30)

42

Triyanah, 2015

Selanjutnya, skor yang diperoleh siswa diubah menjadi nilai standar dengan ketentuan sebagai berikut :

Dari hasil pemeriksaan pretest dan posttest akan diperoleh masing-masing :

a. Skor siswa (N)

b. Skor terbesar siswa (Nmaks) c. Nilai siswa (X)

d. Nilai rata-rata (X) 2. Skoring hasil observasi

Penskoran hasil observasi dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan rating scale. Interval jawaban diberi skor 1 - 4 yang selanjutnya akan diperoleh nilai kriteria, yaitu :

Dimana :

3. Skoring hasil angket

Penskoran hasil angket dilakukan untuk mengukur respon atau sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan menggunakan skala Likert yang berbentuk checklist. Adapun ketentuan skor untuk skala Likert dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini :

Tabel 3.5 Penskoran Skala Likert

Skala Sikap Skor

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (ST) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

(Sugiyono, 2011, hlm. 135) Yang selanjutnya akan diperoleh skor ideal, yaitu :


(31)

43

Analisis data yang bertujuan untuk menguji asumsi-asumsi statistik yaitu uji normalitas data dan uji hipotesis.

3.10.2 Uji Normalitas Data

“Pada penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal” (Sugiyono, 2011, hlm. 241). Untuk itu, maka sebelum uji hipotesis harus dipastikan bahwa data berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data pada penelitian ini digunakan teknik Chi Kuadrat (X2). Sugiyono (2007, hlm. 79) mengemukakan bahwa

Pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat (X2) dilakukan dengan cara membandingkan kurve normal yang terbentuk dari data yang terkumpul (B) dengan kurve normal baku/standard (A). Apabila tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara A dan B, maka data berdistribusi normal”.

Gambar 3.3 (a) Kurva Normal Baku (b) Kurva Distribusi yang Akan Diuji Normalitasnya

(Sugiyono, 2007, hlm. 80) Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menguji normalitas data adalah :

1. Menentukan jumlah kelas interval dengan menggunakan rumus Sturgess,

yaitu : k = 1 + (3,3) log n (Sudjana, 2002, hlm. 47)

Keterangan :

k = banyaknya kelas interval yang akan ditentukan n = banyaknya data

2. Menentukan panjang kelas interval

(Sugiyono, 2007, hlm. 80)

3. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk


(32)

44

Triyanah, 2015

Tabel 3.6 Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data dengan Chi

Kuadrat (X2)

Interval fo fh fo-fh (fo-fh)2

Jumlah

(Sugiyono, 2007, hlm. 81) Keterangan :

fo = Frekuensi/jumlah data hasil observasi

fh = Frekuensi/jumlah yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan dengan jumlah responden)

fo-fh = Selisih antara data fo dengan fh 4. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh)

5. Memasukkan harga-harga fh ke dalam kolom untuk menghitung (fo-fh)2 dan

. Harga merupakan harga Chi Kuadrat (X2).

6. Membandingkan Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel dengan taraf signifikansi = 5% dan derajat kebebasan (dk) = k – 1. Apabila (X2)hitung< (X2)tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan begitu sebaliknya apabila (X2)hitung > (X2)tabel maka distribusi data dinyatakan tidak normal.

3.10.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima. Hipotesis yang diajukan merupakan hipotesis deskriptif dan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Hipotesis Nol

a. H0 : Model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kompetensi

dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dianggap efektif apabila 75 % dari siswa merespon positif.


(33)

45

b. H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dianggap berkonstribusi terhadap prestasi belajar apabila 40% dari siswa mengalami peningkatan gain minimal berkategosi sedang.

2. Hipotesis Alternatif

a. Ha : Model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kompetensi

dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dianggap tidak efektif apabila kurang dari 75 % dari siswa yang merespon positif.

b. Ha : Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dianggap tidak

berkonstribusi terhadap prestasi belajar apabila kurang dari 40% dari siswa mengalami peningkatan gain minimal berkategosi sedang.

3. Hipotesis Statistik a. H0 : μ≥ 75%

Ha : μ < 75% b. H0 : π≥ 40% Ha : π< 40%

3.10.4 Uji Gain Ternormalisasi

Gain dijadikan sebagai data peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

Kriteria skor gain ternormalisasi dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini : Tabel 3.7 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

Batasan Kategori g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

3.10.5 Uji Pihak Kiri

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis deskriptif. Dari hipotesis yang diajukan, maka peneliti menggunakan uji hipotesis pihak kiri untuk H0berbunyi “lebih besar atau sama dengan (≥)” dan Haberbunyi “lebih kecil (<).


(34)

46

Triyanah, 2015

3.10.5.1Hipotesis Ke-1

Pernyataan pada hipotesis ke-1 dapat menggunakan rumus z. Rumus z

digunakan pada pengujian rata-rata (μ) apabila simpangan baku dari populasi tidak diketahui dan data berdistribusi normal baku. Namun simpangan baku sampel dapat dihitung berdasarkan data yang telah terkumpul. Adapun rumus z

dapat dituliskan sebagai berikut :

(Sugiyono, 2011, hlm. 250) Dimana :

z = nilai z yang dihitung

X = nilai rata-rata

μ0 = nilai yang dihipotesiskan

s = simpangan baku sampel

n = jumlah anggota sampel

Selanjutnya hasil dari perhitungan zhitung dibandingkan dengan ztabel. Kriteria pengujian adalah zhitung≥ - z(0,5- α), di mana - z(0,5- α), didapat dari daftar normal baku pada taraf signifikansi (α) = 5% untuk uji rata-rata satu pihak, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Akan tetapi apabila zhitung < - z(0,5- α), maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.10.5.2Hipotesis Ke-2

Rumus z digunakan pada pengujian proporsi (π ) apabila simpangan baku dari populasi diketahui. Adapun rumus z dapat dituliskan sebagai berikut :

(Sudjana, 2002, hlm. 233) Dimana :

Z = nilai z hitung

π0 = nilai yang dihipotesiskan


(35)

47

n = jumlah seluruh anggota sampel

Selanjutnya hasil dari perhitungan zhitung dibandingkan dengan ztabel. Kriteria pengujian adalah zhitung ≥ - z(0,5- α), di mana - z(0,5- α), didapat dari daftar normal baku pada taraf signifikansi (α) = 5% untuk uji rata-rata satu pihak, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Akan tetapi apabila zhitung < - z(0,5- α), maka H0 ditolak dan Ha diterima.


(36)

Triyanah, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan analisis data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode diskusi yang

diterapkan memberikan konstribusi yang cukup baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Setiap kategori yang dirumuskan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa melalui observasi menunjukkan adanya peningkatan yang cukup.

2. Mayoritas siswa merespon positif terhadap keefektifan model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan. Hal ini dibuktikan dengan siswa dapat mengetahui langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah, lebih fokus, adanya keingintahuan, berani mengemukakan pendapat dan mau banyak belajar melalui sumber-sumber belajar yang relevan.

3. Hasil uji gain yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa memberikan konstribusi terhadap prestasi belajar siswa.

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka terdapat beberapa saran baik untuk siswa, guru maupun pihak-pihak yang terkait. Berikut ini adalah saran dari hasil penelitian ini :

1. Kurikulum 2013 memberikan banyak dampak positif terhadap pendidikan

khususnya dalam hal pembelajaran di kelas. Banyaknya model pembelajaran yang relevan dan dianjurkan untuk diterapkan agar siswa tidak pasif dan bukan sebagai obyek melainkan subyek dan juga agar siswa dapat mengamati,


(37)

58

menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta pengetahuannya sendiri. Guru sebagai fasilisator harus mampu memberikan stimulus serta mampu mengamati dan menilai setiap perilaku siswa agar siswa dapat mengetahui perannya sebagai pembelajar sebagai bekal untuk memasuki ranah masyarakat dan dunia usaha atau dunia industri.

2. Model pembelajaran berbasis masalah cukup efektif diterapkan pada

Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dan mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, untuk itu peneliti sangat merekomendasikan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran ini di kompetensi dasar yang lainnya pada suatu mata pelajaran tertentu.

3. Pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menemukan

beberapa kekurangan dan keterbatasan. Beberapa kekurangan dalam penelitian ini diantaranya instrumen yang digunakan belum cukup mewakili kemampuan siswa. Metode yang digunakan hanya menggunakan kelas eksperimen sehingga tidak ada kelas kontrol sebagai pembanding yang mungkin dapat lebih mengendalikan variabel luar yang mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu, keterbatasan peneliti dalam memberikan stimulus berupa permasalahan yang harus dipecahkan dalam pembelajaran sehingga tidak semua siswa dapat merespon dengan baik proses pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan untuk dilakukan penelitian selanjutnya terkait penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(38)

Triyanah, 2015

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah DAFTAR PUSTAKA

BUKU

---. (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah UPI. UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. (2001). A Taxomony for Learning,

Teaching, and Assesing. A Revision of Bloom's Taxtonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Amir, M.T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning :

Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Eggen, P. dan Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran :

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta : Indeks.

Endang, R dan Made, N. (2011). Pengembangan Soft Skill di SMK. Jakarta : Sekar Mita

Feldman, Daniel A. (2010). Berpikir Kritis. Indeks : Jakarta

Fios, F. (2013). Pengantar Filsafat Ilmu dan Logika. Jakarta : Salemba Humanika.

Himawan, K.K. (2013). Pemikiran Magis : Ketika Batas antara Magis dan Logis

Menjadi Bias. Jakarta : Indeks.

Nata, A. (2011). Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Nurkancana, Wayan. (1986). Evaluasi Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya

Paul, R and Linda, E. (2005). The Miniature Guide to Critical

Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. California : The Foundation of Critical Thinking.

Putra, Nusa dan Hendarman. (2013). Metode Riset Campur Sari : Konsep Strategi


(39)

Triyanah, 2015

Rakhmat, J. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya

Ramdhani, M. (2008). Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.

Sudjana, N. dan Ibrahim, M.A. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Triwahyuni, Terra Ch. dan Kadir, A. (2012). Mahir Mengolah Data dengan Excel

2010 : From Zero to a Pro. Yogyakarta : Andi

ONLINE

---. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online . [Online]. Tersedia : http://kbbi.web.id/index.php?w=prestasibelajar. Diakses pada tanggal 03 Maret 2014

Afrizon, R. et al. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTSN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction.

[Online]. Tersedia :

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jppf/article/download/598/517. Diakses pada tanggal 21 Februari 2014.

Kemendikbud. (2013). Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI :

Pengembangan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia :

http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/1060. Diakses pada

tanggal 15 Februari 2014

Patmawati, H. (2011). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada

Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode

Praktikum. [Online]. Tersedia :

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3912/1/HERTI %20PATMAWATI-FITK.pdf. Diakses pada tanggal 21 Februari 2014.


(40)

Triyanah, 2015

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Rubi, A.P. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Diklat Praktik Dasar Intalasi Listrik (PDIL) di SMK Muhammadiyah 3

Yogyakarta. [Online]. Tersedia :

http://eprints.uny.ac.id/6682/1/Jurnal%20PBL.pdf. Diakses pada tanggal 15 Februari 2014.

Said Hudri. (2014). Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar Menurut Para Ahli.

[Online]. Tersedia : http://expresisastra.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014

Salirawati, D. (2013). Elemen Perubahan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG/Elemen%20Perubah an%20Kurikulum%202013.ppt. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014.

Wahyuni, S. (2011). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

melalui Pembelajaran IPA Berbasis Problem-Based Learning. [Online]. Tersedia:

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201146.pdf. Diakses pada tanggal 13 Januari 2015


(1)

47

n = jumlah seluruh anggota sampel

Selanjutnya hasil dari perhitungan zhitung dibandingkan dengan ztabel. Kriteria

pengujian adalah zhitung ≥ - z(0,5- α), di mana - z(0,5- α), didapat dari daftar normal baku pada taraf signifikansi (α) = 5% untuk uji rata-rata satu pihak, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Akan tetapi apabila zhitung < - z(0,5- α), maka H0 ditolak dan Ha diterima.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan analisis data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode diskusi yang diterapkan memberikan konstribusi yang cukup baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Setiap kategori yang dirumuskan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa melalui observasi menunjukkan adanya peningkatan yang cukup.

2. Mayoritas siswa merespon positif terhadap keefektifan model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan. Hal ini dibuktikan dengan siswa dapat mengetahui langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah, lebih fokus, adanya keingintahuan, berani mengemukakan pendapat dan mau banyak belajar melalui sumber-sumber belajar yang relevan.

3. Hasil uji gain yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa memberikan konstribusi terhadap prestasi belajar siswa.

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka terdapat beberapa saran baik untuk siswa, guru maupun pihak-pihak yang terkait. Berikut ini adalah saran dari hasil penelitian ini :

1. Kurikulum 2013 memberikan banyak dampak positif terhadap pendidikan khususnya dalam hal pembelajaran di kelas. Banyaknya model pembelajaran yang relevan dan dianjurkan untuk diterapkan agar siswa tidak pasif dan bukan sebagai obyek melainkan subyek dan juga agar siswa dapat mengamati,


(3)

58

menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta pengetahuannya sendiri. Guru sebagai fasilisator harus mampu memberikan stimulus serta mampu mengamati dan menilai setiap perilaku siswa agar siswa dapat mengetahui perannya sebagai pembelajar sebagai bekal untuk memasuki ranah masyarakat dan dunia usaha atau dunia industri.

2. Model pembelajaran berbasis masalah cukup efektif diterapkan pada Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dan mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, untuk itu peneliti sangat merekomendasikan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran ini di kompetensi dasar yang lainnya pada suatu mata pelajaran tertentu.

3. Pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menemukan beberapa kekurangan dan keterbatasan. Beberapa kekurangan dalam penelitian ini diantaranya instrumen yang digunakan belum cukup mewakili kemampuan siswa. Metode yang digunakan hanya menggunakan kelas eksperimen sehingga tidak ada kelas kontrol sebagai pembanding yang mungkin dapat lebih mengendalikan variabel luar yang mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu, keterbatasan peneliti dalam memberikan stimulus berupa permasalahan yang harus dipecahkan dalam pembelajaran sehingga tidak semua siswa dapat merespon dengan baik proses pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan untuk dilakukan penelitian selanjutnya terkait penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

---. (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah UPI. UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. (2001). A Taxomony for Learning, Teaching, and Assesing. A Revision of Bloom's Taxtonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Amir, M.T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning : Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Eggen, P. dan Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran :

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta : Indeks.

Endang, R dan Made, N. (2011). Pengembangan Soft Skill di SMK. Jakarta : Sekar Mita

Feldman, Daniel A. (2010). Berpikir Kritis. Indeks : Jakarta

Fios, F. (2013). Pengantar Filsafat Ilmu dan Logika. Jakarta : Salemba Humanika. Himawan, K.K. (2013). Pemikiran Magis : Ketika Batas antara Magis dan Logis

Menjadi Bias. Jakarta : Indeks.

Nata, A. (2011). Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Nurkancana, Wayan. (1986). Evaluasi Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya Paul, R and Linda, E. (2005). The Miniature Guide to Critical

Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. California : The Foundation of Critical Thinking.

Putra, Nusa dan Hendarman. (2013). Metode Riset Campur Sari : Konsep Strategi & Aplikasi. Jakarta : Indeks


(5)

Triyanah, 2015

Rakhmat, J. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya Ramdhani, M. (2008). Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.

Sudjana, N. dan Ibrahim, M.A. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Triwahyuni, Terra Ch. dan Kadir, A. (2012). Mahir Mengolah Data dengan Excel 2010 : From Zero to a Pro. Yogyakarta : Andi

ONLINE

---. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online . [Online]. Tersedia : http://kbbi.web.id/index.php?w=prestasibelajar. Diakses pada tanggal 03 Maret 2014

Afrizon, R. et al. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTSN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction.

[Online]. Tersedia :

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jppf/article/download/598/517. Diakses pada tanggal 21 Februari 2014.

Kemendikbud. (2013). Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI : Pengembangan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia : http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/1060. Diakses pada tanggal 15 Februari 2014

Patmawati, H. (2011). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode

Praktikum. [Online]. Tersedia :

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3912/1/HERTI %20PATMAWATI-FITK.pdf. Diakses pada tanggal 21 Februari 2014.


(6)

Rubi, A.P. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Diklat Praktik Dasar Intalasi Listrik (PDIL) di SMK Muhammadiyah 3

Yogyakarta. [Online]. Tersedia :

http://eprints.uny.ac.id/6682/1/Jurnal%20PBL.pdf. Diakses pada tanggal 15 Februari 2014.

Said Hudri. (2014). Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia : http://expresisastra.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014

Salirawati, D. (2013). Elemen Perubahan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG/Elemen%20Perubah an%20Kurikulum%202013.ppt. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014. Wahyuni, S. (2011). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

melalui Pembelajaran IPA Berbasis Problem-Based Learning. [Online]. Tersedia:

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201146.pdf. Diakses pada tanggal 13 Januari 2015