HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajat Sarjana S-1

Diajukan Oleh:
OKTARIANI KOMALASARI
F. 100 070 040

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S-1

Diajukan Oleh:

OKTARIANI KOMALASARI
F. 100 070 040

Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA

Oktariani Komalasari

Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prestasi belajar seni budaya pada siswa SMA Batik 2 Surakarta dari tahun
2008 hingga 2011 menunjukkan prestasi yang selalu meningkat. Hasil ini
didukung oleh minat siswa terhadap kegiatan seni budaya di sekolah dan
didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana seni budaya yang memadai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seni budaya selain minat dan
ketersediaan sarana dan prasarana adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan
intelektual memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak,
kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan
emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri
dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain
dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik
berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki
motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali
atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak
kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki
pikiran yang jernih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar seni budaya, tingkat kecerdasan emosional, prestasi seni
budaya, dan untuk mengetahui sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar seni budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Metode pengambilan datanya menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Sampel
penelitian adalah siswa-siswi SMA Batik 2 Surakarta kelas XI IA1, IA2, IA3, IS1,
IS2, IS3, IS4, dan IS5. Teknik pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi yang
didahulu dengan uji asumsi berupa normalitas dan linieritas.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan ada hubungan positif
antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya, faktor
kecerdasan emosional mempunyai pengaruh 60,9 % terhadap prestasi belajar seni
budaya dan ini membuktikan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu
faktor yang sangat penting yang mempengaruhi prestasi belajar seni budaya pada
siswa. Sedangkan 39,1 % lagi dipengaruhi oleh faktor lainnya, misalnya faktor
motivasi, emosi, faktor lingkungan sosial dan non sosial, dan kecerdasan
emosional yang tergolong tinggi dan hal ini ditunjukkan dari rerata empirik
sebesar 122,44 dan rerata hipotetik sebesar 90.
Kata kunci : kecerdasan emosional, prestasi belajar seni budaya

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya
(Oktariani Komalasari)

1


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah
satu wahana untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Karena
keberhasilan
dunia
pendidikan sebagai faktor penentu
tercapainya tujuan pembangunan
nasional di bidang pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal tersebut diperlukan sebagai
bekal dalam rangka menyonsong
datangnya era global dan pasar bebas
yang penuh dengan persaingan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam
dunia pendidikan, maka keterpaduan
antara kegiatan guru dengan siswa
sangat diperlukan. Oleh karena itu
guru diharapkan mampu mengatur,

mengarahkan, dan menciptakan
suasana yang mampu mendorong
motivasi siswa untuk belajar. Karena
guru merupakan kunci dalam
peningkatan mutu pendidikan dan
mereka berada di titik sentral dari
setiap usaha reformasi pendidikan
(Syah,2003).
Masalah pendidikan perlu
mendapat perhatian khusus oleh
Negara Indonesia yaitu dengan
dirumuskannya Undang-undang RI
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan (2003) yang berbunyi:
pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan
kemampuan,
membentuk watak serta peradapan
bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa,
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sujana
(2000)
mengemukakan hasil belajar yang
didapatkan oleh siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama, yaitu faktor
dari dalam diri siswa dan faktor yang
datangnya dari luar siswa, bahwa
hasil belajarnya siswa disekolah 70%

dipengaruhi oleh kemampuan siswa
itu sendiri, dan 30% dipengaruhi
oleh lingkungan. Tetapi perlu diingat
bahwa faktor lain yaitu motivasi,
minat, perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, kondisi sosial
ekonomi dan politik, kondisi psikis
dan fisik mampu memberikan
pengaruh.
Pembelajaran seni rupa di
sekolah
mengembangkan
kemampuan siswa dalam berkarya
seni yang bersifat visual dan rabaan.
Pembelajaran seni rupa memberikan
kemampuan bagi siswa untuk
memahami
dan
memperoleh
kepuasan dalam menanggapi karya

seni rupa ciptaan siswa sendiri
maupun karya seni rupa ciptaan
orang lain. Melalui pengalaman
berkarya,
siswa
memperoleh
pemahaman
tentang
berbagai
penggunaan media, baik media untuk
seni rupa dwimatra maupun seni rupa
trimatra. Dalam berkarya seni rupa,
siswa belajar menggunakan berbagai
teknik tradisional dan modern untuk
mengeksploitasi
sifat-sifat
dan
potensi estetik media. Melalui seni
rupa, siswa belajar berkomunikasi
melalui gambar dan bentuk, serta

mengembangkan rasa kebanggaan
dalam menciptakan ungkapan pikiran
dan perasaannya.
Pada penelitian ini variabel
determinan atau yang menjadi

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya
(Oktariani Komalasari)

2

prediktor variabel prestasi belajar
yaitu faktor dalam diri individu yang
terkait dengan prestasi belajar
diantaranya
yaitu
kecerdasan
emosional. Kenyataannya, dalam
proses belajar mengajar di sekolah
sering ditemukan siswa yang tidak

dapat meraih prestasi belajar yang
setara
dengan
kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang
mempunyai kemampuan inteligensi
tinggi tetapi memperoleh prestasi
belajar yang relatif rendah, namun
ada
siswa
yang
walaupun
kemampuan inteligensinya relatif
rendah, dapat meraih prestasi belajar
yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf
inteligensi bukan merupakan satusatunya faktor yang menentukan
keberhasilan seseorang, karena ada
faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut
Goleman

(2000),
kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan,
sedangkan 80% adalah sumbangan
faktor
kekuatan-kekuatan
lain,
diantaranya
adalah
kecerdasan
emosional atau Emotional Quotient
(EQ) yakni kemampuan memotivasi
diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur
suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Berdasarkan uraian tersebut,
maka
peneliti
merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut
“Apakah ada hubungan antara
kecerdasan
emosional
terhadap
prestasi belajar seni budaya?”.
Berdasarkan rumusan masalah yang
ada maka peneliti berkeinginan
untuk
membuktikan
dengan
mengajukan judul “Hubungan antara
Kecerdasan Emosional terhadap
Prestasi Belajar Seni budaya”.

LANDASAN TEORI
Prestasi Belajar
Prestasi belajar tidak dapat
dipisahkan dari berbuatan belajar,
karena belajar merupakan suatu
proses, sedangkan prestasi belajar
adalah hasil dari proses pembelajaran
tersebut. Bagi seorang siswa belajar
merupakan suatu kewajiban. Berhasil
atau tidaknya seorang siswa dalam
pendidikan tergantung pada proses
belajar yang dialami oleh siswa
tersebut.
Pendidikan
seni
pada
umumnya meliputi rupa, seni musik,
seni tari dan seni drama (seni teater).
Sejak awal munculnya kurikulum
umum para pendidikan seni budaya
berjuang agar seni dipertimbangkan
secara serius. Sejak lama seni telah
diasumsikan
memiliki
peranan
penting untuk menghasilkan warga
masyarakat yang baik, tambahan
bagi mata pelajaran akademik,
program khusus bagi anak-anak
berbakat,
atau
kegiatan
ekstrakurikuler.
Menurut Goldberg (1997),
terdapat tiga cara mengintegrasikan
seni dalam pembelajaran, yaitu
belajar dengan seni belajar tentang
seni (learning about the arts), belajar
dengan seni (learning with the arts),
dan belajar melalui seni (learning
through the arts). Belajar dengan
seni terjadi jika seni diperkenalkan
kepada siswa sebagai cara untuk
mempelajari
materi
pelajaran
tertentu. Sebagai contoh, guru
memperkenalkan
lukisan
Piet
Mondrian untuk dalam mengajarkan
garis sejajar. Dalam hal ini, siswa
belajar dengan bantuan bentuk seni
yang memberikan informasi tentang
materi pelajaran.

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya
(Oktariani Komalasari)

3

Belajar
melalui
seni
merupakan metode untuk mendorong
siswa untuk mempelajari dan
mengekspresikan
pemahamannya
tentang materi pelajaran melalui
bentuk-bentuk karya seni. Belajar
melalui dapat diterapkan untuk
semua jenjang sekolah. Sebagai
contoh, siswa disuruh menggambar
objek alam (misalnya kerang laut)
untuk memahami fenomena objek
alam tersebut. Dalam hal ini, siswa
secara aktif dilibatkan dalam berpikir
imajinatif dan kreatif dalam belajar
melalui seni dan mengkonstruksi
makna.
Pengukuran prestasi belajar seni
budaya
Pada dasarnya pendidikan
seni disekolah diarahkan untuk
menumbuhkan kepekaan rasa estetik
dan artistik sehingga terbentnk sikap
kritis, apresiasif dan kreatif pada diri
peserta didik secara menyeluruh.
Sikap ini akan tumbuh, apabila
dilakukan
serangkaian
proses
kegiatan pada peserta didik yang
meliputi
kegiatan
pengamatan,
penilaian, dan pertumbuhan rasa
memiliki melalui keterlibatan peserta
didik dalam segala aktivitas seni di
dalam kelas dan atau di luar kelas.
Dengan demikian pendidikan
seni melibatkan semua bentuk
kegiatan berupa aktivitas fisik dan
cita rasa keindahan yang tertuang
dalam
kegiatan
berekspresi,
bereksplorasi,
berapresiasi
dan
berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi,
gerak dan peran (seni budaya,musik,
tari, dan teater). Masing-masing
mencakup mated sesuai dengan
bidang seni dan aktivitas dalam
gagasan-gagasan seni, keterampilan

berkarya seni serta berapresiasi
dengan memperhatikan konteks
sosial budaya masyarakat.(Diknas,
2006).
Berikut ini prinsip penilaian
karya seni budaya pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah,
yang mengacu pada Peraturan
Menteri No 20 tahun 2007:
a. Sahih
b. Objektif
c. Adil
d. Terpadu
e. Terbuka
f. Menyeluruh dan
berkesinambungan
g. Sistematis
h. Beracuan
i. Akuntabel
Penilaian karya seni rupa
peserta didik tentunya tidak tepat
kalau hanya dilihat dari hasil karya
saja, tetapi akan lebih lengkap dan
baik bila dilengkapi dengan penilaian
proses peserta didik pada waktu
membuat karya tersebut. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan Zainul
(2005), yang menyatakan bahwa
asesmen kinerja secara sederhana
didefinisikan
sebagai
penilaian
terhadap
proses
perolehan,
penerapan,
pengetahuan
dan
ketrampilan,
melalui
proses
pembelajaran yang menunjukkan
kemampuan peserta didik dalam
proses dan produk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar.
Sumadi Suryabrata (1998)
dan Shertzer dan Stone (Winkle,
1997), secara garis besar faktorfaktor yang mempengaruhi belajar
dan
prestasi
belajar
dapat
digolongkan menjadi dua bagian,

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya
(Oktariani Komalasari)

4

yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor internal
Merupakan
faktor
yang
berasal dari dalam diri siswa yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Faktor ini dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu :
1) Faktor fisiologis
a) Kesehatan badan.
b) Pancaindera.
2) Faktor psikologis
a) Intelligensi.
b) Sikap.
c) Motivasi.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan keluarga
2) Faktor lingkungan sekolah
3) Faktor
lingkungan
masyarakat
Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emo
sional” pertama kali dilontarkan
pada tahun 1990 oleh psikolog Peter
Salovey dari Harvard University dan
John Mayer dari University of New
Hampshire untuk
menerangkan
kualitas-kualitas emosional yang
tampaknya
penting
bagi
keberhasilan. Salovey dan Mayer
mendefinisikan
kecerdasan
emosional atau yang sering disebut
EQ sebagai himpunan bagian dari
kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan
sosial yang melibatkan kemampuan
pada orang lain, memilah-milah
semuanya
dan
menggunakan
informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindakan (Shapiro, 1998).
Kecerdasan emosional sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, tidak
bersifat menetap, dapat berubahubah setiap saat. Untuk itu peranan

lingkungan terutama orang tua pada
masa
kanak-kanak
sangat
mempengaruhi dalam pembentukan
kecerdasan emosional. Keterampilan
EQ bukanlah lawan keterampilan IQ
atau keterampilan kognitif, namun
keduanya
berinteraksi
secara
dinamis, baik pada tingkatan
konseptual maupun di dunia nyata.
Selain itu, EQ tidak begitu
dipengaruhi oleh faktor keturunan.
(Shapiro, 1998).
Faktor – faktor yang
mempengaruhi Kecerdasan
Emosional
a. Faktor lingkungan keluarga
Kehidupan
keluarga
merupakan sekolah pertama dalam
mempelajari emosi, orang tua
merupakan subyek pertama yang
perilakunya di indentifikasi oleh
anak dan kemudian diinternalisasi
yang akhitnya akan menjadi bagian
dari kepribadian anak.
b. Lingkungan non keluarga
Dalam hal ini yang terkait
adalah lingkungan masyarakat dalam
pendidikan. Remaja dapat belajar
mengenai kecerdasan emosional
melalui masyarakat disekitar tempat
tinggal dilingkungan pendidikan.
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa faktor – faktor
yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan emosional adalah adanya
faktor lingkungan keluarga dan
faktor non lingkungan keluarga
termasuk juga lingkungan sekolah.
Keterkaitan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar
seni budaya pada siswa SMA
Di tengah semakin ketatnya
persaingan di dunia pendidikan

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya
(Oktariani Komalasari)

5

dewasa ini, merupakan hal yang
wajar apabila para siswa sering
khawatir akan mengalami kegagalan
atau ketidak berhasilan dalam meraih
prestasi belajar atau bahkan takut
tinggal kelas.
Individu
yang
memiliki
tingkat kecerdasan emosional yang
lebih baik, dapat menjadi lebih
terampil dalam menenangkan dirinya
dengan cepat, jarang tertular
penyakit, lebih terampil dalam
memusatkan perhatian, lebih baik
dalam berhubungan dengan orang
lain, lebih cakap dalam memahami
orang lain dan untuk kerja akademis
di sekolah lebih baik (Gottman,
2001).
Hipotesis
Berdasarkan
kesimpulan
teoretik atas telaah yang dilakukan
tersebut maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah
“ Ada hubungan positif antara
kecerdasan
emosional
dengan
prestasi belajar seni budaya”. Dalam
ini berarti semakin tinggi kecerdasan
emosional seseorang, maka akan
semakin tinggi prestasi belajar yang
dimilikinya
dan
begitu
pula
sebaliknya
semakin
rendah
kecerdasan emosional seseorang
maka akan semakin rendah prestasi
belajarnya.
Metode Penelitian
Suatu hal yang harus
diperhatikan dalam suatu penelitian
adalah metode penelitian yang
digunakan. Hadi (1995) menyatakan
bahwa metode penelitian merupakan
masalah yang penting dalam suatu
penelitian dan sangat mempengaruhi
hasil penelitian yang dilakukan.

Kesalahan
dalam
menentukan
metode
akan
mengakibatkan
kesalahan dalam pengambilan data
serta
pengambilan
keputusan,
sebaliknya semakin tepat metode
yang digunakan diharapkan semakin
baik pula hasil yang diperoleh.
Penelitian yang dilakukan ini
menggunakan metode kuantitatif.
Prosedur dan alat yang digunakan
dalam penelitian juga harus cocok
dengan metode penelitian yang
digunakan. Dalam penelitian ini
menggunakam alat ukur yang
dinamakan skala.
Definisi Operasional Variabel
Penelitian
1. Prestasi Belajar Seni budaya
Prestasi belajar siswa diperoleh
dari nilai rata-rata raport siswa
pada kelas X semester 2 tahun
2011 yang diperoleh dari pihak
SMA Batik 2 Surakarta. Prestasi
belajar terdiri dari 1 mata
pelajaran yang tidak butuh
banyak berfikir yaitu Seni
Budaya.
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah
kemampuan
yang dimiliki
seseorang dalam memanajemen
emosi untuk melakukan suatu
hal yang didasari oleh aspekaspek mengenali mengenali
emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi
diri
sendiri,
mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan. Semakin
tinggi skor skala kecerdasan
emosi
yang
diperoleh
menunjukkan semakin tinggi
kecerdasan emosi subjek, begitu
pula sebaliknya.

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya
(Oktariani Komalasari)

6

Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan
studi populasi. Menurut Suryabrata
(2000), studi populasi adalah
penelitian yang dilakukan terhadap
ruang lingkup yang luas dengan
subjek penelitian dan kesimpulannya
berlaku bagi semua subjek penelitian
yang ada dalam populasi tersebut.
Adapun
sampel
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah siswa-siswi SMA Batik 2
Surakarta kelas XI IA1, IA2, IA3,
IS1, IS2, IS3, IS4, dan IS5. Total
subjek penelitian berjumlah 288
orang.
Metode Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk skala
kecerdasan
emosional
dan
dokumentasi nilai rapor.
1. Skala kecerdasan emosional
Skala ini dibuat guna
mengungkap kecerdasan emosi.
Skala kecerdasan emosi disusun Ika
(2008) yang kemudian dimodifikasi
oleh peneliti dengan mengacu pada
teori yang dikemukakan oleh
Solovey dan Mayer (dalam Goleman,
2002) yang mencakup aspek
mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan. Alasan peneliti
memodifikasi
karena
adanya
kesamaan tujuan penelitan yaitu
mengetahui tentang kecerdasan
emosi,
peneliti
melakukan
modifikasi dengan cara pengurangan
dan
penambahan
aitem
dan
mengubah beberapa aitem yang
memiliki kekaburan makna akibat
memiliki dua kondisi, kondisi
disesuaikan
dengan
subjek
penelitian. Alasan menggunakan

skala terpakai karena sudah teruji
dengan validitas rbt = 0,289 sampai
dengan 0,736 dan reliabilitas rtt =
0,957. Namun karena adanya
beberapa modifikasi yang dilakukan
oleh peneliti maka skala ini masih
harus di try out kan lagi untuk
memperoleh validitas dan reliabilitas
yang baru.
Penyusunan
angket
dikelompokkan menjadi item-item
favorable dan unfavorable. Dimana
pernyataan
favorable
adalah
pernyataan yang mendukung atau
menunjukkan atribut yang diukur,
sedang
pernyataan
unfavorable
adalah penyataan yang tidak
mendukung dan tidak menunjukkan
atribut yang diukur.
Kecerdasan Emosi
pada
remaja adalah skala model Likert
yang telah dimodifikasi menjadi
empat kategori jawaban dan aitemaitem dalam skala ini dikelompokkan
dalam
aitem
favorable
serta
unfavorable. Skor untuk aitem
favorable adalah sebagai berikut:
 Sangat Sesuai (SS) : Dengan skor 4
 Sesuai (S) : Dengan skor 3
 Tidak Sesuai (TS) : Dengan skor 2
 Sangat Tidak Sesuai (STS) :
Dengan skor 1
Selajutnya
untuk
aitem
unfavorable
yang
berisikan
pernyataan-pernyataan yang tidak
mendukung objek sikap skor yang
diberikan adalah sebagai berikut:
 Sangat Sesuai (SS): Dengan skor 1
 Sesuai (S) : Dengan skor 2
 Tidak Sesuai (TS) : Dengan skor
3
 Sangat Tidak Sesuai (STS):
Dengan skor 4
Skala ini disusun berdasarkan
5 aspek kecerdasan emosi dari

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya
(Oktariani Komalasari)

7

Goleman (2000) yaitu mengenali
emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, empati atau
mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan dengan orang
lain atau ketrampilan sosial. Tinggi
rendahnya skala kecerdasan emosi
ditentukan oleh skor yang diperoleh
dan kemudian dikategorisasikan
menjadi 5 yaitu: sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi.
Blue Print Skala Kecerdasan
Emosi Sebelum Penelitian
Aspek
Mengenali
Emosi
Diri
Mengelola
Emosi
Memotivasi
Diri
Sendiri
Mengenali
Emosi
Orang lain
Membina
Hubungan
Total

Nomor Aitem
Favourable
Unfavourable
1,11,21,31,41 2,12,22,32,42

3,13,23,33,43

4,14,24,34,44

5,15,25,35,45

6,16,26,36,46

7,17,27,37,47

8,18,28,38,48

9,19,29,39,49

10,20,30,40,50

25

25

2. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data
terhadap prestasi belajar ini adalah
dengan mengambil data yang sudah
tersedia, yaitu nilai Rapor pada kelas
X semester 2 sebagai subyek
penelitian yang merupakan hasil
penilaian oleh pihak Sekolah. Data
dari prestasi belajar ini dikumpulkan
dengan cara melihat hasil rapor kelas
X semester 2 dari seluruh subyek
penelitian. Mata pelajaran kelas X
yaitu : Seni Budaya.
Penilaian prestasi belajar
tersebut merupakan hasil evaluasi
dari suatu proses belajar formal yang
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif

(angka) yang terdiri antara 1 sampai
10. Hasil ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata raport siswa yang diberikan
oleh pihak guru dalam setiap masa
akhir tertentu (6 bulan) untuk
sekolah lanjutan.
Teknik Analisis Data
Metode
analisis
data
merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mengolah data,
menganalisis data hasil penelitian
untuk diuji kebenarannya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini
berupa analisa statistik.
Selanjutnya metode analisis
data dilakukan dengan mengunakan
kriteria internal yaitu pengujian
korelasi antara skor butir dengan
skor total butir. Perhitungannya
menggunakan
teknik
korelasi
product moment dari Karl Pearson
(Hadi, 2001)
LAPORAN PENELITIAN
Orientasi Kancah Penelitian
Pada pelaksanaan try out
penelitian ini dilaksanakan pada 96
siswa-siswi SMA Batik 2 Surakarta
kelas XI IA1, IS1, dan IS2. Setelah
melakukan uji coba, peneliti baru
melaksanakan penelitian pada 185
siswa-siswi SMA Batik 2 Surakarta
kelas XI IA2, IA3, IS3, IS4, dan IS5.
Perhitungan
Validitas
dan
Reliabilitas
Perhitungan validitas aitem
untuk skala kecerdasan emosional
dan prestasi belajar seni budaya
digunakan teknik korelasi product
moment yang kemudian dikoreksi
dengan part whole. Perhitungan
tersebut mencari korelasi antara skor
tiap-tiap aitem dengan skor total

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya
(Oktariani Komalasari)

8

aitem yang dikerjakan dengan
bantuan computer program SPSS
(Statistical Product and Service
Solution).
Hasil uji coba validitas skala
kecerdasan emosional diperoleh 45
aitem yang sahih dari 50 aitem yang
diujicobakan,
dengan
koefisien
validitas berkisar antara (rbt) = 0,391
sampai (rbt) = 0,698 dengan koefisien
p0,05)
dengan demikian dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa
sebaran
variable
kecerdasan
emosional yang dipakai dalam
penelitian ini mempunyai sebaran
normal. Variable prestasi belajar
seni
budaya
mempunyai

kolmogorov-smirnov
sebesar
1,322 dengan p = 0,061 (p>0,05)
dengan demikian dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa
sebaran variable prestasi belajar
seni budaya yang dipakai dalam
penelitian ini mempunyai sebaran
yang normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas
dan
variabel
tergantung
berkorelasi linier atau tidak. Dari
hasil uji linieritas hubungan antara
variabel kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar seni
budaya diperoleh Fbeda sebesar
1,415 dengan p = 0,114 (p>0,05)
yang berarti korelasinya linier.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji
asumsi,
langkah
selanjutnya
adalah melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang
diajukan dengan teknik product
moment dari Person. Berdasarkan
hasil perhitungan yang diperoleh
nilai koefisien korelasi sebesar
0,609 dengan p = 0,000 (p