HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

  

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

PERILAKU BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

(Studi kasus : mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma )

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh:

  YOHANES GEDEON NIM : 071334027

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

PERILAKU BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

(Studi kasus : mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma )

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh:

  YOHANES GEDEON NIM : 071334027

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada: Karya ini kupersembahkan kepada: Karya ini kupersembahkan kepada: Karya ini kupersembahkan kepada:

  Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi dan menyertai saya. Orangtuaku tercinta yang selalu menyayangi dan mendukung saya dalam cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang membuat hidup saya menjadi lebih berarti. Tanpa mereka saya bukan siapa-siapa. Adikku tersayang Yohana selalu menyayangi dan mendukung saya dari jauh.

  Keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan baik lewat doa, semangat, maupun materi. Terima kasih untuk segalanya.

  My Lovely Dermawati yang selalu menemani dan mendukung saya dalam mengerjakan skripsi ini. Terima kasih untuk ketulusan cinta dan kasih sayangmu selama ini. Teman-teman seperjuangan yang selalu mendoakan dan mendukung dengan gayanya masing-masing. Terima kasih untuk kebersamaannya.

  

M M M M O O O O T T T T T T T T O O O O

“Orang “Orang “Orang “Orang----Orang Yang Orang Senangi Adalah Orang Orang Yang Orang Senangi Adalah Orang Orang Yang Orang Senangi Adalah Orang Orang Yang Orang Senangi Adalah Orang----Orang Yang Orang Yang Orang Yang Orang Yang

Senang Menyenangi Orang Lain” Senang Menyenangi Orang Lain” Senang Menyenangi Orang Lain” Senang Menyenangi Orang Lain”

  

“ “ “ “ Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan

Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan

baiklah orang berpengertian memperoleh bahan

baiklah orang berpengertian memperoleh bahan baiklah orang berpengertian memperoleh bahan

baiklah orang berpengertian memperoleh bahan

pertimbangan” pertimbangan” pertimbangan” pertimbangan”

  

(Amsal 1 : 5) (Amsal 1 : 5) (Amsal 1 : 5) (Amsal 1 : 5)

  ““““

  

Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan

menyia menyia menyia

menyia----nyiakan ajaran ibumu

nyiakan ajaran ibumu nyiakan ajaran ibumu nyiakan ajaran ibumu

(Amsal 1 : 8) (Amsal 1 : 8) (Amsal 1 : 8)

  

(Amsal 1 : 8)

  

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

  Studi kasus : mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  

Yohanes Gedeon

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2012

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara: (1) kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa; (2) perilaku belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

  Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultasi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 mahasiswa. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan korelasi ranking spearman.

  Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar (r Hitung sebesar 0,074 < r Tabel 0,195) dan angka probabilitas ( ) sebesar 0,466 lebih besar dari taraf signifikansi ( ) sebesar 0,05; (2) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara perilaku belajar dan prestasi belajar (r Hitung sebesar 0.040 < r Tabel 0,195) dan angka probabilitas ( ) sebesar 0,693 lebih besar dari taraf signifikansi ( ) sebesar 0,05.

  

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE,

LEARNING BEHAVIOR AND STUDENT'S LEARNING ACHIEVEMENT

  A case study on students of: Economics Education Study Program, Accounting Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

  

Yohanes Gedeon

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2012

  This study aims to determine whether there is a positive and significant relationship between: (1) emotional intelligence and learning achievement of students; (2) learning behavior and learning achievement of students.

  The population of this research are students of Economics Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. The numbers of samples are 100 students. The sampling technique is a proportional random sampling technique. The data collection technique is a questionnaire. Data analysis technique is Spearman correlation.

  The results show that: (1) there isn’t any relationship between emotional intelligence and academic achievement (r is 0,074 < r 0,195) and the Calculate Table probability ( ) is 0,466, bigger than the significant degree ( ) 0,05 ; (2) there isn’t any relationship between learning behavior and academic achievement (r is 0,040 < r 0,195) and the probability ( ) is 0,693 bigger than the

  Calculate Table significant degree ( ) of 0,05.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan kepada-Mu Tuhan, atas segala rahmat dan penyertaan-Mu saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana Pendidikan Akuntansi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Dalam rangka penulisan skripsi ini tentunya melibatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan yang paling berharga ini, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

  2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengtahuan Sosial ,

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta;

  3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

  4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M. SA. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan serta masukan berupa kritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini;

  5. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah menguji penulis pada saat ujian sarjana dan memberikan pengarahan serta masukan positif bagi skripsi ini;

  6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah menguji penulis pada saat ujian sarjana dan memberikan pengarahan serta masukan positif bagi skripsi ini;

  7. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

  8. Pimpinan dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan kampus I Mrican, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bersedia melayani peminjaman buku-buku serta menyediakan fasilitas selama belajar hingga penyusunan skripsi ini;

  9. Seluruh mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 - 2011 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penulisan skripsi ini;

  10. Seluruh mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2007 yang selalu memberikan dukungan dan semangat baik secara langsung maupun tidak langsung;

  11. Orangtuaku tercinta bapak Aci dan Maryani (Alm) yang selalu mendukung dan mendoakan saya dari kecil sampai saya seperti saat ini. Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang kalian;

  12. Seluruh keluarga besar yang ada di Ganjang, Senuang, laman Togap, Ulak Muid, Maris, dan lain-lain. Terima kasih untuk segala dukungan doa, semangat dan materi yang telah diberikan. Tuhan Yesus memberkati kita

  13. Kekasihku tercinta Dermawati yang selalu menemani dan mendukung saya dalam doa dan semangat serta selalu mendoakan saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk cinta dan sayangmu selama ini.

  14. Sahabat-sahabatku tersayang ( Mimilia Sulastri, Agustina Jayanti, Lian Sisan, Ingnatius Uradha) yang selalu memberikan dukungan lewat doa dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

  15. Temanku yang sangat baik Yovinus Krisantus Ariawan (Chris Yovie) yang telah membantu saya dalam menterjemahkan abstrak. Terima kasih atas bantuan yang sangat berharga ini;

  16. Teman-teman tim sepakbola dan tim futsal sintang ( bg Hananto, bg Marcel Pele, bg Eko, Leo, Dian, Beni, Wawan, Jati dan lain-lain). Sungguh pengalaman yang tidak bisa dilupakan bisa bermain satu tim dengan kalian semua. Terima kasih untuk kebersamaannya. Tuhan memberkati.

  17. Kawan-kawan “The Kemigik Lovers” (Marcell Dwexx, Wawan, Dian, Thambun, Jhony, dan lain-lain). Sungguh pengalaman yang tidak bisa dilupakan bisa berkemigik bersama kalian. Terima kasih atas kebersamaan selama ini;

  18. Teman-teman Fokus Mapawi Yogyakarta ( Forum Komunikasi Mahasiswa Pelajar Melawi Yogyakarta) dan FKPMKS ( Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Kabupaten Sintang). Terima kasih untuk kebersamaan selama ini;

  19. Kawan-kawan kos Narada 10c dan Lampar 20. Terima kasih atas kebersamaanya;

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ---------------------------------------------------------------------- i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ---------------------------------- ii HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------------- iii HALAMAN PERSEMBAHAN -------------------------------------------------------- iv HALAMAN MOTTO -------------------------------------------------------------------- v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ----------------------------------------------- vi ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------------- vii

  ABSTRACT --------------------------------------------------------------------------------- viii

  KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- ix DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------- xiv DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------ xvii DAFTAR LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------- xviii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

  1 B. Batasan Masalah......................................................................

  9 C. Rumusan Masalah ...................................................................

  9 D. Tujuan Penelitian ....................................................................

  10 E. Manfaat Penelitian ..................................................................

  10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional ...............................................................

  11 1. Pengertian Emosi ..............................................................

  11 2. Pengertian Kecerdasan Emosional ....................................

  13 3. Faktor-faktor kecerdasan emosional .................................

  16 B. Perilaku Belajar ..........................................................................

  19

  2. Aspek Belajar ....................................................................

  42 H. Teknik Analisis Data ..................................................................

  68 J. Sarana dan Prasarana..................................................................

  66 I. Sumber Daya Manusia ...............................................................

  65 H. Visi, Misi dan Sasaran Program Studi Pendidikan Akuntansi ...................................................................................

  64 G. Deskripsi Program Studi Pendidikan Akuntansi ........................

  63 F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi ...........................

  61 E. Visi dan Misi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ............

  58 D. Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ......................

  56 C. Struktur Organisasi ....................................................................

  52 B. Visi, Misi dan Tujuan .................................................................

  AKUNTANSI A. Sejarah Singkat Universitas Sanata Dharma ..............................

  49 BAB IV GAMBARAN UMUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

  41 G. Teknik pengujian Instrumen Peneltian.......................................

  22 3. Perilaku Belajar .................................................................

  39 F. Teknik Pengumpulan Data .........................................................

  37 E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ...........................

  37 D. Metode Pengambilan Data .........................................................

  36 C. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................

  36 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................

  35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...........................................................................

  33 E. Rumusan Hipotesis ....................................................................

  27 D. Kerangka Berpikir ......................................................................

  26 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .........

  26 1. Pengertian Prestasi Belajar ................................................

  23 C. Prestasi Belajar Mahasiswa ........................................................

  69

  BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ............................................................................

  71 1. Kecerdasan Emosional ......................................................

  71 2. Perilaku Belajar .................................................................

  72 3. Prestasi Belajar Mahasiswa ...............................................

  74 B. Analisa Data ...............................................................................

  75 C. Pembahasan ................................................................................

  78 BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN

  SARAN A. Kesimpulan ................................................................................

  86 B. Keterbatasan Penelitian ..............................................................

  87 C. Saran ...........................................................................................

  87 DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------

  88

  DAFTAR TABEL

  Halaman 1. Tabel 3.1 Operasional Variabel Kecerdasan Emosional .................

  39 2. Tabel 3.2 Skala Liker Untuk Pengukuran Variabel .........................

  40 3. Tabel 3.3 Operasional Variabel Perilaku Belajar ............................

  41

  4. Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional

  44 5. Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Belajar ......

  46 6. Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ......................................

  48 7. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional ...................

  72 8. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Belajar ..............................

  73 9. Tabel 5.3 Rentang Prestasi Belajar ..................................................

  74 10. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Belajar ..............................

  74 11. Tabel 5.5 Hasil Pengujian Hipotesis 1 ............................................

  76 12. Tabel 5.6 Hasil Pengujian Hipotesis 2 ............................................

  77

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman

  A. LAMPIRAN I

  1. Kuesioner ---------------------------------------------------------------

  91 B. LAMPIRAN 2

  1. Uji Validitas dan Reliabilitas ---------------------------------------- 100

  C. LAMPIRAN 3

  1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) II ---------------------------------- 108

  D. LAMPIRAN 4

  1. Data Induk Penelitian ------------------------------------------------- 112

  E. LAMPIRAN 5

  1. Outpus SPSS Rank Spearman --------------------------------------- 122

  F. LAMPIRAN 6

  1. Tabel r ------------------------------------------------------------------- 124

  2. Surat Ijin Penelitian --------------------------------------------------- 127

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era

  globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

  Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan jaman pada saat ini, dengan pendidikan seseorang dapat mengikuti arus globalisasi. Dalam dunia pendidikan semua orang dituntut untuk terus berprestasi dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya, agar mampu bersaing di era yang semakin maju ini. Tak terkecuali mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi merasakan dampak dari globalisasi, maka dari itu mahasiswa-mahasiswa tersebut dituntut untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya.

  Mahasiswa merupakan peserta didik di perguruan tinggi seperti halnya murid di sekolah lanjutan. Mahasiswa diajarkan ilmu pengetahuan tidak hanya pada teori saja, tetapi lebih pada praktik yang dipersiapkan memiliki prestasi akademik yang baik. Oleh sebab itu, penting untuk mendapatkan prestasi akdemik/belajar yang baik. Prestasi belajar yang tinggi mampu bersaing dalam dunia kerja ( atau dapat digunakan sebagai modal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi).

  Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang dosen kepada peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya mengharapkan prestasi yang maksimal.

  Prestasi akademik yang di capai seorang mahasiswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun dari luar mahasiswa (faktor eksternal), pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik di perlukan untuk memahami bagaimana perubahan dalam determinan tersebut berhubungan dengan perubahan prestasi, sehingga pada akhirnya menjadi rekomendasi bagi pengambilan kebijakan dalam pendidikan.

  Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut, faktor kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa berpengaruh pada prestasi belajarnya. Kecerdasan emosional dianggap berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Kecerdasan emosional yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002 : 17).

  Dengan memiliki kecerdasan emosional, mahasiswa mampu melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

  Proses belajar di perguruan tinggi bersifat kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529), hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

  Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada mahasiswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu- satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.

  Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

  Selain kecerdasan emosional, perilaku belajar selama di perguruan tinggi juga mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa.

  Kebiasaan atau perilaku belajar mahasiswa erat kaitannya dengan penggunaan waktu yang baik untuk belajar maupun kegiatan lainnya.

  Roestiah (dalam Hanifah dan Syukriy, 2001) bependapat bahwa, belajar adanya pengaturan waktu yang baik dalam mengikuti perkuliahan, belajar di rumah, berkelompok ataupun untuk mengikuti ujian.

  Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila mahasiswa sadar akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa, sehingga mereka dapat membagi waktu mereka dengan baik antara belajar dengan kegiatan di luar belajar. Motivasi dan disiplin diri sangat penting dalam hal ini karena motivasi merupakan arah bagi pencapaian yang ingin diperoleh dan disiplin merupakan perasaan taat dan patuh pada nilai-nilai yang diyakini dan melakukan pekerjaan dengan tepat jika dirasa itu adalah sebuah tanggung jawab.

  Perilaku belajar merupakan faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pencapaian prestasi belajar seseorang. Perilaku belajar yang baik mencakup kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan memantapkan pelajaran, kebiasaan membaca buku, kebiasaan menyiapkan karya tulis dan kebiasaan menghadapi ujian ( Suryaningrum, 2009 : 3).

  Perilaku belajar atau kebiasaan belajar merupakan tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Apabila mahasiswa tersebut bisa melakukan proses yang baik dalam belajar, akan mendapatkan hasil yang mereka harapkan, begitu juga sebaliknya, kebiasaan belajar yang buruk akan membuat hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal.

  Dari pengamatan peneliti selama belajar di kampus Universitas menemukan gejala-gejala mahasiswa yang diduga memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang rendah. Fenomena ini bisa ditangkap melalui cara pergaulan seorang mahasiswa saat melakukan kegiatan belajar- mengajar di kampus yang biasanya datang ke kampus hanya pada saat ada perkuliahan setelah pelajaran selesai mahasiswa tersebut pulang ke rumah/kos, tanpa ada keinginan untuk bergaul atau sekedar kumpul- kumpul berbagi informasi dengan teman-teman kampusnya, Hal ini akan membuat mahasiswa tersebut terbiasa dengan kesendirian, tidak bisa bergaul dan akan kekurangan informasi mengenai hal-hal yang mungkin belum diketahui. Ada juga ditemui mahasiswa yang tidak bisa bekerja sama dengan teman-teman kelompoknya ketika ada tugas yang diberikan dosen, padahal sudah jelas-jelas tugas tersebut adalah tugas kelompok untuk dikerjakan bersama-sama.

  Mahasiswa-mahasiswa yang kecerdasan emosionalnya rendah tidak bisa beradaptasi dengan teman-teman kelasnya, mahasiswa seperti ini sering merasa terasingkan dari teman-temannya, tidak bisa belajar dengan maksimal dikelas. Maka dari itu tidak jarang ada mahasiswa yang pindah ke program studi lainnya karena IPK yang dimiliki tidak memenuhi syarat untuk melanjutkan studi atau hanya karena sudah merasa tidak nyaman berada di program studi ini.

  Dengan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan membuat seorang menjadi percaya diri, mampu mengelola perasaan, tidak mudah Akuntansi tidak demikian adanya, disini masih banyak dijumpai mahasiswa yang kurang percaya diri misalnya ketika presentasi di kelas atau melakukan praktek mengajar di sekolah. Bahkan ada kejadian mahasiswa yang menghilang saat mengikuti program pengalaman lapangan di sekolah yang diadakan kampus untuk mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah program pengalaman lapangan 1 di kampus, ini menandakan ada masalah terkait dengan kecerdasan emosionalnya.

  Mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan mudah berkerja sama, dapat mengelola emosinya, mudah bergaul dan mampu fokus pada apa yang diinginkan serta berempati dengan sesama. Hal ini, akan membantu mahasiswa itu untuk meraih prestasi yang baik dalam bidang akademiknya.

  Selain Kecerdasan emosional, peneliti juga mengamati perilaku belajar yang terjadi di Program Studi Pendidikan Akuntansi yaitu perilaku belajar mahasiswa yang hanya datang, duduk, diam dan menunggu untuk cepat pulang merupakan contoh perilaku belajar yang tidak baik. Jika mahasiswa hanya bisa datang tapi tidak bisa berpartisipasi dalam proses pembelajaran sama saja individu tersebut tidak mendapatkan pengetahuan apa-apa, mereka menganggap perkuliahan hanya formalitas semata tapi yang dicari hanya nilai dan nilai.

  Dalam proses belajar pun masih banyak terdapat mahasiswa- mahasiswa yang tidak memanfaatkan waktu belajar dengan baik, seperti lalu mencatat dari hasil pekerjaan temannya, ada juga yang hanya jadi pendengar saat ada yang presentasi, bahkan jika ada tugas pekerjaan rumah pun tidak sedikit mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas tersebut karena sudah terbiasa dengan mengcopy hasil pekerjaan temannya. Lalu pada akhirnya ketika ujian ada mahasiswa yang mencontek. Jelas ini merupakan perilaku belajar yang tidak baik jika terus-menerus dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut.

  Perilaku belajar yang salah seperti itu akan menyebabkan tingkat pemahaman mahasiswa menjadi dangkal, pengetahuan menjadi terbatas sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa tersebut. Wajar apabila prestasi akademik yang didapat mahasiswa sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dikarenakan perilaku belajar yang kurang tepat.

  Perilaku belajar yang baik adalah kebiasaan dengan menyiapkan buku pelajaran, mengerjakan tugas yang diberikan dosen, mengikuti kuliah dan mengikuti ujian. Dengan menerapkan pelaku belajar yang benar akan menghasilkan prestasi belajar yang baik. begitu juga sebaliknya, perilaku belajar yang kurang tepat, akan menghasilkan prestasi belajar yang kurang maksimal.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan prestasi belajar. Judul penelitian ini adalah “ HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA” penelitian ini merupakan studi kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  B. Batasan Masalah

  Ada banyak faktor yang diduga berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa. Faktor-faktor tersebut adalah faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat) dan faktor internal (fisiologis, dan psikologis). Penelitian ini memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar mahasiswa?

  2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku belajar dan prestasi belajar mahasiswa?

  D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan batasan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar mahasiswa.

  2. Untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

  E. Manfaat Penelitian

  1. Program Studi Diharapkan dapat menjadi acuan bagi program studi untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

  2. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa di waktu yang akan datang.

  3. Bagi Peneliti Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan tentang hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan prestasi belajar serta memberikan informasi bagi pihak- pihak lain yang berkeinginan melakukan penelitian sejenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian emosi

  Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2000 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

  Dalam Goleman (2000 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi, yaitu : a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati

  b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih f. Terkejut: terkesiap, terkejut

  g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka

  h. malu : malu hati, kesal Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut

  Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi, berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Namun demikian, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2000 : xvi).

  Menurut Mayer (Goleman, 2000 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

  Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

2. Pengertian kecerdasan emosional

  Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

  Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai : “Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan” (Shapiro, 1998:8).

  Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

  Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan (Shapiro, 1998-10).

  Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 :180).

  Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

  Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efekti ” (Goleman, 2000 : 52).

  Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku” (Goleman, 2000 : 53).

  Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (Goleman, 2000:57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

  Menurut Goleman (2000 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to

  manage our emotional life with intelligence ); menjaga keselarasan emosi dan

  pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

  Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

3. Faktor-faktor Kecerdasan Emosional

  Goleman mengutip Salovey (2000:58-59) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu : a. Mengenali Emosi Diri

  Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

  Menurut Mayer (Goleman, 2000 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2000 : 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

  c. Memotivasi Diri Sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

  d. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.

  Menurut Goleman (2000 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap

  Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman, 2000 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2000 : 172).

  Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

  e. Membina Hubungan Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2000 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.

  Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

  Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2000 :59). Ramah tamah, baik bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

  Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen- komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional

B. Perilaku belajar

1. Pengertian belajar

  Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.