Hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

(1)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi kasus : mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Yohanes Gedeon Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara: (1) kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa; (2) perilaku belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultasi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 mahasiswa. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan korelasi ranking spearman.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar (rHitung sebesar 0,074 <

rTabel 0,195) dan angka probabilitas ( ) sebesar 0,466 lebih besar dari taraf

signifikansi ( ) sebesar 0,05; (2) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara perilaku belajar dan prestasi belajar (rHitung sebesar 0.040 < rTabel 0,195) dan angka

probabilitas ( ) sebesar 0,693 lebih besar dari taraf signifikansi ( ) sebesar 0,05.


(2)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE, LEARNING BEHAVIOR AND STUDENT'S LEARNING ACHIEVEMENT

A case study on students of: Economics Education Study Program, Accounting Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma

University, Yogyakarta.

Yohanes Gedeon Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This study aims to determine whether there is a positive and significant relationship between: (1) emotional intelligence and learning achievement of students; (2) learning behavior and learning achievement of students.

The population of this research are students of Economics Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. The numbers of samples are 100 students. The sampling technique is a proportional random sampling technique. The data collection technique is a questionnaire. Data analysis technique is Spearman correlation.

The results show that: (1) there isn’t any relationship between emotional intelligence and academic achievement (rCalculate is 0,074 < rTable0,195) and the

probability ( ) is 0,466, bigger than the significant degree ( ) 0,05 ; (2) there isn’t any relationship between learning behavior and academic achievement (rCalculate is 0,040 < rTable 0,195) and the probability ( ) is 0,693 bigger than the


(3)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

PERILAKU BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

(Studi kasus : mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

YOHANES GEDEON NIM : 071334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

PERILAKU BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

(Studi kasus : mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

YOHANES GEDEON NIM : 071334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Karya ini kupersembahkan kepada:

Karya ini kupersembahkan kepada:

Karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi dan menyertai saya.

Orangtuaku tercinta yang selalu menyayangi dan mendukung saya dalam cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang membuat hidup saya menjadi lebih berarti. Tanpa mereka saya bukan siapa-siapa.

Adikku tersayang Yohana selalu menyayangi dan mendukung saya dari jauh.

Keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan baik lewat doa, semangat, maupun materi. Terima kasih untuk segalanya.

My Lovely Dermawati yang selalu menemani dan mendukung saya dalam mengerjakan skripsi ini. Terima kasih untuk ketulusan cinta dan kasih sayangmu selama ini.

Teman-teman seperjuangan yang selalu mendoakan dan mendukung dengan gayanya masing-masing. Terima kasih untuk kebersamaannya.


(8)

v

M

M

M

M O

O

O T

O

T

T

T T

T

T

T O

O

O

O

“Orang

“Orang

“Orang

“Orang----Orang Yang Orang Senangi Adalah Orang

Orang Yang Orang Senangi Adalah Orang

Orang Yang Orang Senangi Adalah Orang----Orang Yang

Orang Yang Orang Senangi Adalah Orang

Orang Yang

Orang Yang

Orang Yang

Senang Menyenangi Orang Lain”

Senang Menyenangi Orang Lain”

Senang Menyenangi Orang Lain”

Senang Menyenangi Orang Lain”

Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan

Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan

Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan

Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan

baiklah orang berpengertian memperoleh bahan

baiklah orang berpengertian memperoleh bahan

baiklah orang berpengertian memperoleh bahan

baiklah orang berpengertian memperoleh bahan

pertimbangan”

pertimbangan”

pertimbangan”

pertimbangan”

(Amsal 1 : 5)

(Amsal 1 : 5)

(Amsal 1 : 5)

(Amsal 1 : 5)

““““

Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan

Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan

Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan

Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan

menyia

menyia

menyia

menyia----nyiakan ajaran ibumu

nyiakan ajaran ibumu

nyiakan ajaran ibumu

nyiakan ajaran ibumu

(Amsal 1 : 8)

(Amsal 1 : 8)

(Amsal 1 : 8)

(Amsal 1 : 8)


(9)

(10)

(11)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi kasus : mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Yohanes Gedeon Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara: (1) kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa; (2) perilaku belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultasi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 mahasiswa. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan korelasi ranking spearman.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar (rHitung sebesar 0,074 <

rTabel 0,195) dan angka probabilitas ( ) sebesar 0,466 lebih besar dari taraf

signifikansi ( ) sebesar 0,05; (2) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara perilaku belajar dan prestasi belajar (rHitung sebesar 0.040 < rTabel 0,195) dan angka

probabilitas ( ) sebesar 0,693 lebih besar dari taraf signifikansi ( ) sebesar 0,05.


(12)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE, LEARNING BEHAVIOR AND STUDENT'S LEARNING ACHIEVEMENT

A case study on students of: Economics Education Study Program, Accounting Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma

University, Yogyakarta.

Yohanes Gedeon Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This study aims to determine whether there is a positive and significant relationship between: (1) emotional intelligence and learning achievement of students; (2) learning behavior and learning achievement of students.

The population of this research are students of Economics Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. The numbers of samples are 100 students. The sampling technique is a proportional random sampling technique. The data collection technique is a questionnaire. Data analysis technique is Spearman correlation.

The results show that: (1) there isn’t any relationship between emotional intelligence and academic achievement (rCalculate is 0,074 < rTable0,195) and the

probability ( ) is 0,466, bigger than the significant degree ( ) 0,05 ; (2) there isn’t any relationship between learning behavior and academic achievement (rCalculate is 0,040 < rTable 0,195) and the probability ( ) is 0,693 bigger than the


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada-Mu Tuhan, atas segala rahmat dan

penyertaan-Mu saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini

disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

program sarjana Pendidikan Akuntansi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam rangka penulisan skripsi ini tentunya melibatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada

kesempatan yang paling berharga ini, penulis ingin menyampaikan rasa syukur

dan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengtahuan Sosial ,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M. SA. Selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan serta masukan

berupa kritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini;

5. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji

yang telah menguji penulis pada saat ujian sarjana dan memberikan


(14)

xi

6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang

telah menguji penulis pada saat ujian sarjana dan memberikan pengarahan

serta masukan positif bagi skripsi ini;

7. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi

yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan

studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

8. Pimpinan dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan kampus I Mrican,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bersedia melayani

peminjaman buku-buku serta menyediakan fasilitas selama belajar hingga

penyusunan skripsi ini;

9. Seluruh mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 - 2011 yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penulisan skripsi

ini;

10.Seluruh mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2007 yang selalu

memberikan dukungan dan semangat baik secara langsung maupun tidak

langsung;

11.Orangtuaku tercinta bapak Aci dan Maryani (Alm) yang selalu mendukung

dan mendoakan saya dari kecil sampai saya seperti saat ini. Terima kasih

untuk cinta dan kasih sayang kalian;

12.Seluruh keluarga besar yang ada di Ganjang, Senuang, laman Togap, Ulak

Muid, Maris, dan lain-lain. Terima kasih untuk segala dukungan doa,

semangat dan materi yang telah diberikan. Tuhan Yesus memberkati kita


(15)

xii

13.Kekasihku tercinta Dermawati yang selalu menemani dan mendukung saya

dalam doa dan semangat serta selalu mendoakan saya dalam menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih untuk cinta dan sayangmu selama ini.

14.Sahabat-sahabatku tersayang ( Mimilia Sulastri, Agustina Jayanti, Lian Sisan,

Ingnatius Uradha) yang selalu memberikan dukungan lewat doa dan motivasi

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

15.Temanku yang sangat baik Yovinus Krisantus Ariawan (Chris Yovie) yang

telah membantu saya dalam menterjemahkan abstrak. Terima kasih atas

bantuan yang sangat berharga ini;

16.Teman-teman tim sepakbola dan tim futsal sintang ( bg Hananto, bg Marcel

Pele, bg Eko, Leo, Dian, Beni, Wawan, Jati dan lain-lain). Sungguh

pengalaman yang tidak bisa dilupakan bisa bermain satu tim dengan kalian

semua. Terima kasih untuk kebersamaannya. Tuhan memberkati.

17.Kawan-kawan “The Kemigik Lovers” (Marcell Dwexx, Wawan, Dian,

Thambun, Jhony, dan lain-lain). Sungguh pengalaman yang tidak bisa

dilupakan bisa berkemigik bersama kalian. Terima kasih atas kebersamaan

selama ini;

18.Teman-teman Fokus Mapawi Yogyakarta ( Forum Komunikasi Mahasiswa

Pelajar Melawi Yogyakarta) dan FKPMKS ( Forum Komunikasi Pelajar

Mahasiswa Kabupaten Sintang). Terima kasih untuk kebersamaan selama ini;

19.Kawan-kawan kos Narada 10c dan Lampar 20. Terima kasih atas


(16)

(17)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL --- i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN --- ii

HALAMAN PENGESAHAN --- iii

HALAMAN PERSEMBAHAN --- iv

HALAMAN MOTTO --- v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA --- vi

ABSTRAK --- vii

ABSTRACT --- viii

KATA PENGANTAR --- ix

DAFTAR ISI --- xiv

DAFTAR TABEL --- xvii

DAFTAR LAMPIRAN --- xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional ... 11

1. Pengertian Emosi ... 11

2. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 13

3. Faktor-faktor kecerdasan emosional ... 16

B. Perilaku Belajar ... 19


(18)

xv

2. Aspek Belajar ... 22

3. Perilaku Belajar ... 23

C. Prestasi Belajar Mahasiswa ... 26

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 26

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 27

D. Kerangka Berpikir ... 33

E. Rumusan Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Metode Pengambilan Data ... 37

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Teknik pengujian Instrumen Peneltian... 42

H. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI A. Sejarah Singkat Universitas Sanata Dharma ... 52

B. Visi, Misi dan Tujuan ... 56

C. Struktur Organisasi ... 58

D. Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 61

E. Visi dan Misi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 63

F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 64

G. Deskripsi Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 65

H. Visi, Misi dan Sasaran Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 66

I. Sumber Daya Manusia ... 68

J. Sarana dan Prasarana... 69


(19)

xvi

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 71

1. Kecerdasan Emosional ... 71

2. Perilaku Belajar ... 72

3. Prestasi Belajar Mahasiswa ... 74

B. Analisa Data ... 75

C. Pembahasan ... 78

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 87

C. Saran ... 87


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 3.1 Operasional Variabel Kecerdasan Emosional ... 39

2. Tabel 3.2 Skala Liker Untuk Pengukuran Variabel ... 40

3. Tabel 3.3 Operasional Variabel Perilaku Belajar ... 41

4. Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional 44 5. Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Belajar ... 46

6. Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 48

7. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional ... 72

8. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Belajar ... 73

9. Tabel 5.3 Rentang Prestasi Belajar ... 74

10.Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Belajar ... 74

11.Tabel 5.5 Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 76


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. LAMPIRAN I

1. Kuesioner --- 91

B. LAMPIRAN 2

1. Uji Validitas dan Reliabilitas --- 100

C. LAMPIRAN 3

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) II --- 108

D. LAMPIRAN 4

1. Data Induk Penelitian --- 112

E. LAMPIRAN 5

1. Outpus SPSS Rank Spearman --- 122 F. LAMPIRAN 6

1. Tabel r --- 124


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era

globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia

yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah

satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut

adalah pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

menghadapi perkembangan jaman pada saat ini, dengan pendidikan

seseorang dapat mengikuti arus globalisasi. Dalam dunia pendidikan

semua orang dituntut untuk terus berprestasi dan dapat meningkatkan

kualitas hidupnya, agar mampu bersaing di era yang semakin maju ini. Tak

terkecuali mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi merasakan dampak

dari globalisasi, maka dari itu mahasiswa-mahasiswa tersebut dituntut

untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya.

Mahasiswa merupakan peserta didik di perguruan tinggi seperti

halnya murid di sekolah lanjutan. Mahasiswa diajarkan ilmu pengetahuan

tidak hanya pada teori saja, tetapi lebih pada praktik yang dipersiapkan


(23)

memiliki prestasi akademik yang baik. Oleh sebab itu, penting untuk

mendapatkan prestasi akdemik/belajar yang baik. Prestasi belajar yang

tinggi mampu bersaing dalam dunia kerja ( atau dapat digunakan sebagai

modal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi).

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah

melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat

ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang dosen kepada

peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya mengharapkan

prestasi yang maksimal.

Prestasi akademik yang di capai seorang mahasiswa merupakan

hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari

dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun dari luar mahasiswa

(faktor eksternal), pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi akademik di perlukan untuk memahami bagaimana perubahan

dalam determinan tersebut berhubungan dengan perubahan prestasi,

sehingga pada akhirnya menjadi rekomendasi bagi pengambilan kebijakan

dalam pendidikan.

Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut, faktor

kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa berpengaruh pada

prestasi belajarnya. Kecerdasan emosional dianggap berpengaruh terhadap

prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Kecerdasan emosional

yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar


(24)

yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam

kalangan remaja (Goleman, 2002 : 17).

Dengan memiliki kecerdasan emosional, mahasiswa mampu

melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk

memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi,

kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat,

mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja

sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang mendukung seorang

mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

Proses belajar di perguruan tinggi bersifat kompleks dan

menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi

yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient

(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan

memudahkan dalam belajar dan akan menghasilkan prestasi belajar yang

optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529), hakikat

inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan

suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai

tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi

sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang

setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada mahasiswa yang

mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi


(25)

kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar

yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan

satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor

lain yang mempengaruhi.

Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya

memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa

gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri,

terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan

kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf

kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi

sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ

tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan

terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi,

tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi

lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi

sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata

namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Selain kecerdasan emosional, perilaku belajar selama di perguruan

tinggi juga mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa.

Kebiasaan atau perilaku belajar mahasiswa erat kaitannya dengan

penggunaan waktu yang baik untuk belajar maupun kegiatan lainnya.

Roestiah (dalam Hanifah dan Syukriy, 2001) bependapat bahwa, belajar


(26)

adanya pengaturan waktu yang baik dalam mengikuti perkuliahan, belajar

di rumah, berkelompok ataupun untuk mengikuti ujian.

Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila mahasiswa sadar

akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa, sehingga mereka dapat

membagi waktu mereka dengan baik antara belajar dengan kegiatan di luar

belajar. Motivasi dan disiplin diri sangat penting dalam hal ini karena

motivasi merupakan arah bagi pencapaian yang ingin diperoleh dan

disiplin merupakan perasaan taat dan patuh pada nilai-nilai yang diyakini

dan melakukan pekerjaan dengan tepat jika dirasa itu adalah sebuah

tanggung jawab.

Perilaku belajar merupakan faktor yang mempengaruhi dan

berperan penting dalam pencapaian prestasi belajar seseorang. Perilaku

belajar yang baik mencakup kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan

memantapkan pelajaran, kebiasaan membaca buku, kebiasaan menyiapkan

karya tulis dan kebiasaan menghadapi ujian ( Suryaningrum, 2009 : 3).

Perilaku belajar atau kebiasaan belajar merupakan tindakan yang

dilakukan oleh mahasiswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Apabila

mahasiswa tersebut bisa melakukan proses yang baik dalam belajar, akan

mendapatkan hasil yang mereka harapkan, begitu juga sebaliknya,

kebiasaan belajar yang buruk akan membuat hasil yang dicapai menjadi

tidak maksimal.

Dari pengamatan peneliti selama belajar di kampus Universitas


(27)

menemukan gejala-gejala mahasiswa yang diduga memiliki kemampuan

kecerdasan emosional yang rendah. Fenomena ini bisa ditangkap melalui

cara pergaulan seorang mahasiswa saat melakukan kegiatan

belajar-mengajar di kampus yang biasanya datang ke kampus hanya pada saat ada

perkuliahan setelah pelajaran selesai mahasiswa tersebut pulang ke

rumah/kos, tanpa ada keinginan untuk bergaul atau sekedar

kumpul-kumpul berbagi informasi dengan teman-teman kampusnya, Hal ini akan

membuat mahasiswa tersebut terbiasa dengan kesendirian, tidak bisa

bergaul dan akan kekurangan informasi mengenai hal-hal yang mungkin

belum diketahui. Ada juga ditemui mahasiswa yang tidak bisa bekerja

sama dengan teman-teman kelompoknya ketika ada tugas yang diberikan

dosen, padahal sudah jelas-jelas tugas tersebut adalah tugas kelompok

untuk dikerjakan bersama-sama.

Mahasiswa-mahasiswa yang kecerdasan emosionalnya rendah

tidak bisa beradaptasi dengan teman-teman kelasnya, mahasiswa seperti

ini sering merasa terasingkan dari teman-temannya, tidak bisa belajar

dengan maksimal dikelas. Maka dari itu tidak jarang ada mahasiswa yang

pindah ke program studi lainnya karena IPK yang dimiliki tidak memenuhi

syarat untuk melanjutkan studi atau hanya karena sudah merasa tidak

nyaman berada di program studi ini.

Dengan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan membuat

seorang menjadi percaya diri, mampu mengelola perasaan, tidak mudah


(28)

Akuntansi tidak demikian adanya, disini masih banyak dijumpai

mahasiswa yang kurang percaya diri misalnya ketika presentasi di kelas

atau melakukan praktek mengajar di sekolah. Bahkan ada kejadian

mahasiswa yang menghilang saat mengikuti program pengalaman

lapangan di sekolah yang diadakan kampus untuk mahasiswa yang sudah

mengambil mata kuliah program pengalaman lapangan 1 di kampus, ini

menandakan ada masalah terkait dengan kecerdasan emosionalnya.

Mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan

mudah berkerja sama, dapat mengelola emosinya, mudah bergaul dan

mampu fokus pada apa yang diinginkan serta berempati dengan sesama.

Hal ini, akan membantu mahasiswa itu untuk meraih prestasi yang baik

dalam bidang akademiknya.

Selain Kecerdasan emosional, peneliti juga mengamati perilaku

belajar yang terjadi di Program Studi Pendidikan Akuntansi yaitu perilaku

belajar mahasiswa yang hanya datang, duduk, diam dan menunggu untuk

cepat pulang merupakan contoh perilaku belajar yang tidak baik. Jika

mahasiswa hanya bisa datang tapi tidak bisa berpartisipasi dalam proses

pembelajaran sama saja individu tersebut tidak mendapatkan pengetahuan

apa-apa, mereka menganggap perkuliahan hanya formalitas semata tapi

yang dicari hanya nilai dan nilai.

Dalam proses belajar pun masih banyak terdapat

mahasiswa-mahasiswa yang tidak memanfaatkan waktu belajar dengan baik, seperti


(29)

lalu mencatat dari hasil pekerjaan temannya, ada juga yang hanya jadi

pendengar saat ada yang presentasi, bahkan jika ada tugas pekerjaan

rumah pun tidak sedikit mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas tersebut

karena sudah terbiasa dengan mengcopy hasil pekerjaan temannya. Lalu

pada akhirnya ketika ujian ada mahasiswa yang mencontek. Jelas ini

merupakan perilaku belajar yang tidak baik jika terus-menerus dilakukan

oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut.

Perilaku belajar yang salah seperti itu akan menyebabkan tingkat

pemahaman mahasiswa menjadi dangkal, pengetahuan menjadi terbatas

sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa tersebut. Wajar

apabila prestasi akademik yang didapat mahasiswa sering tidak sesuai

dengan apa yang diharapkan dikarenakan perilaku belajar yang kurang

tepat.

Perilaku belajar yang baik adalah kebiasaan dengan menyiapkan

buku pelajaran, mengerjakan tugas yang diberikan dosen, mengikuti kuliah

dan mengikuti ujian. Dengan menerapkan pelaku belajar yang benar akan

menghasilkan prestasi belajar yang baik. begitu juga sebaliknya, perilaku

belajar yang kurang tepat, akan menghasilkan prestasi belajar yang kurang

maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji

hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan

prestasi belajar. Judul penelitian ini adalah “ HUBUNGAN ANTARA


(30)

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA” penelitian ini merupakan studi

kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu

Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang diduga berhubungan dengan prestasi

belajar mahasiswa. Faktor-faktor tersebut adalah faktor eksternal

(lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat)

dan faktor internal (fisiologis, dan psikologis). Penelitian ini

memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional dan perilaku belajar

mahasiswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara

kecerdasan emosional dan prestasi belajar mahasiswa?

2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku


(31)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan

antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar mahasiswa.

2. Untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan

antara perilaku belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Program Studi

Diharapkan dapat menjadi acuan bagi program studi untuk

mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan

antara antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan

prestasi belajar mahasiswa.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

penelitian serupa di waktu yang akan datang.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan tentang

hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar

dengan prestasi belajar serta memberikan informasi bagi

pihak-pihak lain yang berkeinginan melakukan penelitian sejenis


(32)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak

merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2000 : 411) emosi

merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis

dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada

dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi

terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi

gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara

fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku

menangis.

Dalam Goleman (2000 : 411) mengemukakan beberapa macam

emosi, yaitu :

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

mengasihi diri, putus asa

c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut


(33)

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang,

terhibur, bangga

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,

rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih

f. Terkejut: terkesiap, terkejut

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka

h. malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut

Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi, berbagai

macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau

bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics

pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup

yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan

kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan;

nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Namun

demikian, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu

seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai

emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara

mengekspresikan (Goleman, 2000 : xvi).

Menurut Mayer (Goleman, 2000 : 65) orang cenderung menganut

gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar

diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu


(34)

menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani

menjadi sia-sia.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah

suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah

laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar

dirinya.

2. Pengertian kecerdasan emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun

1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer

dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang

sering disebut EQ sebagai :

“Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan

memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,

memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk

membimbing pikiran dan tindakan” (Shapiro, 1998:8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak

bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan

lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi


(35)

Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan

kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan

konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi

oleh faktor keturunan (Shapiro, 1998-10).

Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan

oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang

mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan

pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000

:180).

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang

monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada

spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik,

matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal.

Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh

Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar

pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi

mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu

dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan

yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah


(36)

pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk

menempuh kehidupan secara efekti ” (Goleman, 2000 : 52).

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan

antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi

dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.”

Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan

diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan

kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta

memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku” (Goleman, 2000 : 53).

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut,

Salovey (Goleman, 2000:57) memilih kecerdasan interpersonal dan

kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap

kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional

adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi,

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan

kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Menurut Goleman (2000 : 512), kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati


(37)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional

adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan

kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

3. Faktor-faktor Kecerdasan Emosional

Goleman mengutip Salovey (2000:58-59) menempatkan kecerdasan

pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang

dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima

kemampuan utama, yaitu :

a. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan

dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran

diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

Menurut Mayer (Goleman, 2000 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap

suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka

individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.

Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun

merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga


(38)

b. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai

keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan

tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi

berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak

kestabilan kita (Goleman, 2000 : 77-78). Kemampuan ini mencakup

kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya

serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,

yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan

mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang

positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.

Menurut Goleman (2000 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang

lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang

memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial

yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain

sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap


(39)

Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang

mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu

menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan

lebih peka (Goleman, 2000 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan

bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi

dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2000 : 172).

Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran

diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu

mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai

kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

e. Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu

keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan

antar pribadi (Goleman, 2000 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi

merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.

Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga

memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini

akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena

mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini

populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena

kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2000 :59). Ramah tamah, baik


(40)

bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana

kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal

yang dilakukannya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil

komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai

faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional

B. Perilaku belajar

1. Pengertian belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena

belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari

proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu

kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung

pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.

Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu

menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231):

“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain”.

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri

siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena

perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang


(41)

a. Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau

praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa

menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan

pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

b. Perubahan Positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan

serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang

lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut

terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

c. Perubahan efektif dan fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat

tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan

dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan

tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar adalah sesuatu kegiatan

yang paling pokok. Melalui belajar seseorang bisa memperoleh ilmu dan

pengetahuan yang akan menunjang perubahan bagi individu tersebut. Dengan

belajar seseorang diharapkan bisa menjadi pribadi yang berkualitas dan

mampu menghadapi segala persoalan dalam hidupnya.

Belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan yang tepat bagi

individu yang ingin berproses dalam mencapai tujuan hidupnya. Semangat,


(42)

mahasiswa tersebut dalam mencapai tujuan-tujuan individual. Kesadaran

mengenai hal ini akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di

perguruan tinggi yang pada akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang

belajar di perguruan tinggi.

Menurut Logan, dkk (1976) (Sia, 2001:70) belajar dapat diartikan

sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan latihan. Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997:193)

berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan

dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat

dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.

Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan

dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu

tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha

atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan dan sebagainya.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh


(43)

disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan

manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Aspek belajar

Dalam proses pembelajaran, kuliah merupakan bentuk interaksi

antara dosen, mahasiswa dan pengetahuan atau keterampilan. Pemahaman

dan persepsi mengenai hubungan ketiga faktor tersebut sangat menentukan

keberhasilan proses belajar. Kuliah merupakan kegiatan yang membedakan

pendidikan formal dan non formal. Pemahaman akan hal ini akan

mempengaruhi sikap dan semangat mahasiswa dalam menjalani proses

belajar. Hal-hal yang harus dipahami dalam belajar, yaitu

(http://suwardjono.com/upload/perilaku-belajar-di-perguruan-tinggi.pdf).

a. Makna kuliah adalah bentuk unit kegiatan belajar mengajar di perguruan

tinggi, kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan

ilmu pengetahuan.

b. Pengalaman belajar atau nilai-nilai yang diperoleh peserta didik

mempunyai fungsi ganda, sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam

mempelajari mata kuliah dan sebagai alat evaluasi keberhasilan mata

kuliah itu sendiri.

c. Konsep tentang dosen dalam proses belajar mengajar yang efektif

semestinya dosen harus dipandang sebagai manajer kelas dan merupakan


(44)

d. Kemandirian dalam belajar harus dimulai sejak pertama kali mahasiswa

memasuki perguruan tinggi. Mahasiswa harus memiliki keyakinan bahwa

sumber utama pengetahuan adalah buku, artikel, dan hasil penelitian.

e. Konsep memiliki buku

Buku merupakan sumber pengetahuan sehingga buku tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan belajar.

f. Kemampuan berbahasa yang memadai baik struktur maupun kosakata

sangat membantu seseorang untuk mengekpresikan gagasan dan perasaan

atau mendeskripsikan masalah secara cermat.

3. Perilaku Belajar

Di dalam proses belajar diperlukan prilaku belajar yang sesuai dengan

tujuan pendidikan, dimana dengan perilaku belajar tersebut tujuan pendidikan

dapat dicapai secara efektif dan efisien, sehingga prestasi akademik dapat

ditingkatkan. Perilaku belajar, sering juga disebut kebiasaan belajar,

merupakan dimensi belajar yang dilakukan individu secara berulang-ulang

sehingga menjadi otomatis atau spontan. Perilaku ini akan mempengaruhi

prestasi belajar (Rampengan, 1997).

Belajar adalah kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar oleh setiap

individu, karena seseorang mempunyai tujuan individu tertentu. Menurut

Suwardjono


(45)

a. Kebiasaan mengikuti kuliah

Mahasiswa kebanyakan hanya datang, duduk, dengar, dan catat. Kuliah

adalah kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Kuliah sebagai

forum untuk mendiskusikan pengetahuan.

b. Kebiasaan memantapkan kuliah

Proses belajar merupakan kegiatan terencana dan kuliah merupakan

kegiatan untuk memperkuat pemahaman materi pengetahuan sebagai hasil

kegiatan mandiri.

c. Kebiasaan membaca buku

Buku adalah sumber pengetahuan yang harus dibaca yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan belajar.

d. Kebiasaan menyiapkan karya tulis

Wawasan dan pengalaman dosen didapat karena mereka telah mengalami

proses belajar dan pergaulannya dengan para praktisi atau karena riset atau

penelitian yang dilakukan.

e. Kebiasaan menghadapi ujian

Nilai yang diperoleh peserta didik sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa

dalam mempelajari mata kuliah itu sendiri.

Menurut Giyono dalam Suryaningrum, dkk (2009: 3), kebiasaan

belajar dapat berlangsung melalui tiga cara yaitu: memperoleh reinforcement,

classical conditioning, belajar moderen, apabila model ini mendapat


(46)

Surachmad dalam Suryaningrum, dkk (2009 : 3), mengemukakan lima

hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik, yaitu: kebiasaan

mengikuti pelajaran, kebiasaan memantapkan pelajaran, kebiasaan membaca

buku, kebiasaan menyiapkan karya tulis, kebiasaan menghadapi ujian.

Calhoun & Acocella dalam Suryaningrum, dkk (2009:3) menyatakan

bahwa dampak kebiasaan belajar yang jelek bertambah berat ketika kebiasaan

itu membiarkan mahasiswa dapat lolos tanpa gagal. Sementara Gagne dalam

Suryaningrum, dkk (2009 : 3), menjelaskan bahwa hasil belajar dapat

dihubungkan dengan terjadinya suatu perubahan, kecakapan atau kepandaian

seseorang dalam proses pertumbuhan tahap demi tahap. Hasil belajar

diwujudkan dalam lima kemampuan yakni keterampilan intelektual, strategi

kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap.

Dalam hal ini terdapat tiga dimensi belajar yaitu dimensi kognitif,

dimensi afektif dan dimensi psikomotorik (Benyamin S. Bloom, dalam

Suryaningrum, dkk (2009 : 3), dimensi kognitif adalah kemampuan yang

berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah.

Selanjutnya dimensi ini dibagi menjadi pengetahuan komperhensif, aplikatif,

sintetis, analisis dan pengetahuan evaluatif. Dimensi afektif adalah


(47)

C. Prestasi belajar mahasiswa

1. Pengertian prestasi belajar

Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang

dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan

berbagai tantangan yang harus dihadapi.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana

ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.

Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan.

Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan

oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh

guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam belajar.

Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia (2000:71) berpendapat

bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana

peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh

munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal

ini, berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian

terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Poerwodarminto (Ratnawati, 1996 : 206) yang dimaksud

dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan


(48)

prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan

dicatat dalam buku rapor sekolah.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa

suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada

jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku

laporan yang disebut rapor.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang

perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang

mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat

untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam

kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor

yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi (1998 : 233) yang sejalan dengan

Shertzer dan Stone (Winkel, 1997 : 591), secara garis besar faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi

dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.:

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua


(49)

1). Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang

berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera

a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan

dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat

menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya.

Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan

pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam

tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat

meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

b)Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat bahwa belajar itu

berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara

pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata

dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari

oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan

demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental

akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada

akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi


(50)

a) Inteligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai

kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut

Binet (Winkel,1997 :529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk

menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu

penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan

diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi

prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi

tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang

lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah

diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun

bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah

memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .

b)Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi

belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997:233), sikap adalah kesiapan

seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap

siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah

awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

c) Motivasi

Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak perilaku.


(51)

karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang.

Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut

Winkel (1991 : 39), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi

belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya

yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang

termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar

diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain

adalah :

1). Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari

buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi


(52)

bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih rendah.

c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat

berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara

langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung,

seperti hubugan keluarga yang harmonis.

2). Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan

membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk

ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat

mempengaruhi proses belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi,

kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari

para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa

kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi,

misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang

berkualitas, yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan


(53)

memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia

akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini, meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi

tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat

diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (1994:122) mengatakan bahwa

faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan

arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat

siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan

cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti

pelajaran.

3). Faktor lingkungan masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan

mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang

masih memandang rendah pendidikan tidak mau mengirimkan anaknya ke

sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar

b) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan

pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran)

sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan


(54)

D. Kerangka Berpikir

Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri

dan orang lain, untuk memotivasi diri sendiri, mengelola dan

mengekspresikan emosi dengan tepat ( Goleman 2000 ; 44 )

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penting yang

menunjung keberhasilan individu dalam menjalankan kegiatan

pendidikannya. Jadi apabila seorang mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan

emosional yang tinggi, akan meningkatkan prestasi belajarnya (Goleman,

2000 ; 47 ).

Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya

menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan

faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau

Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Hasil identik juga disimpulkan dari penelitian jangka panjang

Goleman (2000 : 46) terhadap 95 mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-an.

Puluhan tahun kemudian, mereka yang saat kuliah dulu mempunyai

kecerdasan intelektual tinggi, namun egois dan kurang perhatian, ternyata

hidupnya tidak terlalu sukses (berdasar gaji, produktivitas, serta status bidang

pekerjaan) bila dibandingkan dengan yang kecerdasan intelektualnya biasa


(55)

empati, tidak temperamental sebagai manifestasi dari tingginya kecerdasan

emosi, social dan spiritual.

Kecerdasan emosional saling berbeda dan saling melengkapi dengan

kemampuan akademik murni yang diukur dengan IQ. Kecerdasan emosional

yang baik dapat dilihat dari kemampuan mengenal diri sendiri,

mengendalikan diri, memotivasi diri, berempati, dan kemampuan sosial. Oleh

karena itu, mahasiswa yang memiliki ketrampilan emosi yang baik akan

berhasil di dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk terus belajar.

Sedangkan, mahasiswa yang memiliki ketrampilan emosi yang kurang baik,

akan kurang memiliki motivasi untuk belajar, sehingga dapat merusak

kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas individu

tersebut sebagai mahasiswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Hubungan perilaku belajar dengan prestasi belajar mahasiswa

Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya, untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lebih baik secara keseluruhan akibat interaksinya dengan lingkungannya.

Menurut Suwardjono

(http://suwardjono.com/upload/perilaku-belajar-di-perguruan-tinggi.pdf), perilaku belajar adalah kebiasaan mengikuti kuliah

yang dilakukan dengan baik, akan meningkatkan prestasi belajar individu

tersebut.

Rampengan (dalam hanifah dan syukriy, 2001) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar diperlukan perilaku belajar yang sesuai dengan tujuan


(56)

pendidikan, dimana dengan perilaku belajar tersebut tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien, sehingga prestasi akademik dapat di tingkatkan. Hal-hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik dapat dilihat dari kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapai ujian. Oleh karena itu, dengan perilaku belajar yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, dampak dari perilaku belajar belajar yg jelek akan menghasilkan prestasi belajar yang kurang maksimal.

.

E. Rumusan Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah.

a. Ha1 : ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan

emosional dan prestasi belajar mahasiswa

Ho1 : tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan

emosional dan prestasi belajar mahasiswa

b. Ha2 : ada hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku belajar

dan prestasi belajar mahasiswa

Ho2 : tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku


(57)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada mahasiswa Program

Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Jurusan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma dimana. Hasil atau kesimpulan yang ditarik

dari penelitian tidak bisa direalisasikan di tempat lain. Studi kasus yaitu

penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar

belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti, serta interaksi

dengan lingkungan.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi,

Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Waktu penelitian


(58)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah Mahasiswa Studi

Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah

kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

D. Metode Pengambilan Data

1. Populasi

Populasi Menurut (Arikunto, 1997:108) adalah keseluruhan subjek

penelitian yang ada dalam wilayah penelitian. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi. Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998 : 20 ), apabila subjek


(59)

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila subjek

besar dapat diambil 10%- 15% atau 20% - 25% atau lebih. Penelitian ini

meneliti mahasiswa pendidikan akuntansi angkatan 2008, 2009, 2010, dan

2011. Dengan pertimbangan agar representatif sampel yang diambil dalam

penelitian ini berjumlah 100 orang dari total keseluruhan 310 mahasiswa.

3. Teknik Penarikan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian

ini adalah menggunakan teknik proporsional random sampling. Teknik proporsional random sampling adalah teknik penarikan sampel apabila teknik proporsional sampling disertai dengan random ( Narbuko dan Abu Achmadi, 2007 : 115 ).

Sampel penelitian :

Angkatan 2008 : 100 = 24 mahasiswa Angkatan 2009 : 100 = 26 mahasiswa Angkatan 2010 : 100 = 29 mahasiswa Angkatan 2011 : 100 = 21 mahasiswa Jumlah = 100 mahasiswa


(60)

E. Variabel penelitian dan pengukuran variabel

Variabel kecerdasan emosional

Kecerdasan adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri,

mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain

(empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan

orang lain.

Kuesioner ini sebagian besar dikutif dari penelitian Yulianti (2002)

yang meneliti tentang Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi

kerja karyawan.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional

Aspek Favourable Unfavourable Jumlah 1. Kecerdasan

emosional

Pengenalan Diri 1, 2, 4 3, 5 5 Pengendalian Diri 6, 7, 8 9, 10 5 Motivasi 11, 12, 13 14, 15, 5 Empati 16, 17, 18, 19 20 5 Kemampuan sosial Sosial 21, 22, 23 24, 25 5

Setiap pertanyaan dalam kuesioner diukur dengan skala Likert.


(61)

Tabel 3.2 Skala Likert

Jawaban

Skor

Positif Negatif

Sangat setuju 5 1

Setuju 4 2

Netral 3 3

Tidak setuju 2 4

Sangat tidak setuju 1 5

2. Variabel Perilaku Belajar

Perilaku belajar merupakan kegiatan yang sengaja dipilih secara

sadar oleh setiap individu, karena seseorang mempunyai tujuan tertentu.

Dimensi perilaku belajar mencakup kebiasaan mengikuti kuliah, kebiasaan

memantapkan kuliah, kebiasaan membaca buku, dan kebiasaan

menghadapi ujian. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel

perilaku belajar.

Kuesioner ini sebagian besar dikutif dari penelitian Suryaningsum

(2004) yang meneliti tentang hubungan perilaku belajar mahasiswa dengan


(62)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Perilaku Belajar

1. Perilaku belajar

Favourable Unfavourable Jumlah

Kebiasaan MengikutiPelajaran 1, 2, 3 4, 5 5 Kebiasaan Membaca Buku 6,7,8,9 10 5 Kunjungan Keperpustakaan 11,12,14, 13, 15 5 Kebiasaan Menghadapi Ujian 16,19,20 17, 18 5

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Angket

Angket atau kuosioner adalah sebuah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui, Arikunto (2006 : 151).

Metode ini bertujuan mengungkapkan data yang menjadi perhatian dalam

penelitian ini yaitu kecerdasan emosional dan perilaku belajar.

b) Dokumentasi

Dokumentasi menurut Arikunto adalah “Barang-barang tertulis”

Metode dokumentasi ini dapat diartikan sebagai metode yang digunakan

untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip buku, surat kabar, majalah, notulen, dan sebagainya, Arikunto

(2006 : 158). Metode ini dipakai untuk memperoleh data mengenai

gambaran umum Universitas, program studi, dan prestasi belajar


(63)

c). Wawancara

wawancara adalah metode tanya jawab langsung dengan

responden. Dalam hal ini wawancara ditujukan pada mahasiswa untuk

melengkapi data-data mengenai penelitian.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pengujian validitas

Validitas adalah derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya

terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh

peneliti. Data yang valid adalah “ data yang tidak berbeda” antara data

yang dilaporkan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian. (Sugiyono, 2008 : 455 ). Dalam penelitian ini yang akan diuji

adalah butir-butir pertanyaan.

Untuk menguji kesahihan (Validitas ) kuisioner dalam penelitian

ini digunakan rumus korelasi product moment dari Karl Person ( Arikunto, 2006 : 170 ). Dengan rumus sebagai berikut :

rxy

{ }{ }

( )

( )

                ∑ − =

N N N y x xy

y

y

x


(64)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.

xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y.

x = jumlah nilai setiap item.

y = jumlah nilai konstan.

N = jumlah subyek penelitian.

Kuesioner sebagai alat ukur perlu diuji validitasnya untuk menunjukkan

sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu alat ukur semakin tepat pula alat

pengukur mengenai sasarannya. Sebaliknya semakin rendah validitas alat ukur

semakin jauh pula alat pengukur mengenai sasarannya. Adapun kriteria

validitasnya adalah sebagai berikut :

Jika !"# dengan taraf signifikan ( = 0,05 ) maka butir-butir

pertanyaan dikatakan valid.

Jika & !"# dengan taraf signifikan ( = 0,05 ) maka butir-butir

pertanyaan dikatakan tidak valid.

Uji validitas ini menggunakan komputer program SPSS versi 16.0, apabila

diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r tabel dengan N = 30

dengan taraf signifikan 5% menunjukkan r tabel sebesar 0,361. Maka butir-butir

soal yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan valid sehingga


(65)

a. Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Kecerdasan Emosional

Variabel

Pertanyaan

no

'()*+,- '*./01 Keterangan

Kecerdasan

Emosional

1 0.685 0.361 VALID

2 0.525 0.361 VALID

3 0.442 0.361 VALID

4 0.556 0.361 VALID

5 0.577 0.361 VALID

6 0.476 0.361 VALID

7 0.553 0.361 VALID

8 0.440 0.361 VALID

9 0.575 0.361 VALID

10 0.459 0.361 VALID

11 0.577 0.361 VALID

12 0.514 0.361 VALID

13 0.570 0.361 VALID

14 0.597 0.361 VALID

15 0.656 0.361 VALID


(66)

17 0.483 0.361 VALID

18 0.458 0.361 VALID

19 0.413 0.361 VALID

20 0.371 0.361 VALID

21 0.653 0.361 VALID

22 0.643 0.361 VALID

23 0.544 0.361 VALID

24 0.557 0.361 VALID

25 0.648 0.361 VALID

Dari tabel diatas tampak dari 25 item pertanyaan, terdapat 25 item

pertanyaan yang valid atau semua iem dinyatakan valid, karena r hitung lebih

besar dari r tabel, jadi dari 25 item pertanyaan tersebut yang layak digunakan

untuk penelitian.

b. Uji Validitas Variabel Perilaku Belajar

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Perilaku Belajar Variabel Pertanyaan

no

'()*+,- '*./01 Keterangan

Perilaku

Belajar

1 0.731 0.361 VALID

2 0.604 0.361 VALID

3 0.527 0.361 VALID


(67)

5 0.666 0.361 VALID

6 0.534 0.361 VALID

7 0.527 0.361 VALID

8 0.468 0.361 VALID

9 0.632 0.361 VALID

10 0.519 0.361 VALID

11 0.625 0.361 VALID

12 0.417 0.361 VALID

13 0.432 0.361 VALID

14 0.633 0.361 VALID

15 0.461 0.361 VALID

16 0.782 0.361 VALID

17 0.395 0.361 VALID

18 0.414 0.361 VALID

19 0.472 0.361 VALID

20 0.439 0.361 VALID

Dari tabel di atas tampak dari 20 item pertanyaan semuanya dinyatakan

valid, karen r hitung lebih besar dari r tabel, jadi dari 20 item pertanyaan tersebut


(68)

2. Pengujian reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,

maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok

yang sama diperoleh hasil yang relatif sama ( Azwar, 2000 : 3). Dalam penelitian

ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha

Cronbach.

Rumus :

α =

      ∑ −

S x

j S k k 2 2 1 1 Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

j

S2 = varians responden untuk item J

x

S2 = jumlah varians skor total

Besar r dapat dihitung dengan uji statistik Alpha Cronbach. Suatu

konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan Alpha Cronbach lebih

besar dari 0,60 ( Ghozali, 2002 : 133 ).

Taraf signifikansi ( ) yang digunakan adalah 5% jika !"# ,

maka instrumen ( pertanyaan-pertanyaan ) yang diberikan pada responden dapat


(69)

Uji reliablitas ini menggunakan komputer program SPSS versi 16.0, dari

hasil analisis tersebut diperoleh hasil uji reliabilitas seperti pada tabel di bawah ini

:

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Nomor Variabel Koefisien Alpha

1 Kecerdasan Emosional 0.921

2 Perilaku Belajar 0.904

Pada penelitian ini menginterprestasikan hasil uji coba instrumen

menggunakan pedoman dari (Arikunto, 2002 : 254 ) sebagai berikut :

0,800 – 1,000 = Sangat tinggi 0,600 – 0,799 = Tinggi 0,400 – 0,599 = Cukup 0,200 – 0,399 = Rendah

0,000 – 0,199 = Sangat Rendah

Berdasarkan tabel di atas maka, apabila dilihat dari hasil pengujian

reliabilitas variabel kecerdasan emosional, dengan nilai alpha 0,921

termasuk dalam kategori sangat tinggi dan hasil pengujian reliabilitas

perilaku belajar, dengan nilai alpha 0,904 termasuk dalam kategori sangat


(1)

121

LAMPIRAN5


(2)

Nonparametric Correlations

Correlations

Kecerdasan Prestasi

Spearman's rho Kecerdasan Correlation Coefficient 1.000 .074

Sig. (2-tailed) . .466

N 100 100

Prestasi Correlation Coefficient .074 1.000

Sig. (2-tailed) .466 .

N 100 100

**Correlations is significant at the 0.01 level (2 tailed)

B.

Perilaku belajar

Nonparametric Correlations

Correlations

Rank of Perilaku Rank of Prestasi

Spearman's rho Perilaku Correlation Coefficient 1.000 .040

Sig. (2-tailed) . .693

N 100 100

Prestasi Correlation Coefficient .040 1.000

Sig. (2-tailed) .693 .

N 100 100


(3)

123

LAMPIRAN 6


(4)

N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345

4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330

5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317

6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306

7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296

8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286

9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278

10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270

11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263

12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256

13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230

14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210

15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194

16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181

17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148

18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128

19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115


(5)

21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097

22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091

23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086

24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081

25 0.396 0.505 49 0.281 0.364


(6)