ANALISIS KEMAMPUAN MERENCANAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA GURU-GURU BIOLOGI SMA DI KOTA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II MERENCANAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 7

B. Langkah-langkah Yang Harus Dilakukan Guru Dalam Penyusunan RPP... 11

C. Inkuiri ... 16


(2)

E. Jenis-jenis Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 30

F. Beberapa Mitos Tentang Pembelajaran Berbasis Inkuiri... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 38

B. Metode Penelitian ... 39

C. Subjek Penelitian ... 40

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Validitas Instrumen ... 41

G. Prosedur Penelitian ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Rencana PelaksanaanPembelajaran 47

2. Hasil Analisis Kuesioner ... 54

B. Pembahasan 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Inkuiri... 59

a. Kemampuan Merumuskan Indikator Berbasis Inkuiri... 59

b. Kemampuan Merumuskan Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 64


(3)

d. Kemampuan Menentukan Alokasi Waktu ... 71

e. Kemampuan Memilih Pendekatan dan Metode Pembelajaran... 71

f. Kemampuan Menyusun Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri .. 72

g. Kemampuan Menentukan Penilaian Hasil Belajar Berbasis Inkuiri ... 75

h. Kemampuan Menentukan Sumber Belajar ... 79

2. Hasil Kuesioner ... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.KESIMPULAN ... 83

B.SARAN ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. Menurut Trowbridge et.al (1973) : Sains adalah batang tubuh dari pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan secara ilmiah. Sains baru berkembang melalui tahap-tahap observasi, klasifikasi dan eksperimentasi. Dasar filosofi dari sains dapat dibedakan berdasarkan pendekatan yang digunakan untuk menemukan pengetahuan. Sains didasarkan pada data empiris yang diperoleh dari observasi fenomena alam.

Kemampuan siswa yang lemah dalam bidang sains khususnya literasi sains terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) melalui program PISAnya. Pada tahun 2000 Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 41 negara peserta untuk bidang sains dan ke-39 untuk matematika maupun kemampuan membaca. Pada tahun 2003 berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains dan matematika, urutan ke-39 pada bidang kemampuan membaca (Puskur, 2007). Siswa hanya mampu mengingat pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana, dan menggunakan pengetahuan ilmiah umum untuk menarik atau mengevaluasi suatu kesimpulan. Siswa diduga belum mampu menggunakan konsep ilmiah untuk melakukan prediksi dan menjelaskan konsep sains,


(5)

belum mampu mengenali pertanyaan yang dapat dijawab dengan penyelidikan ilmiah, belum mampu memilih informasi yang relevan dari sekian banyak data dan argumentasi yang digunakannya untuk menarik kesimpulan dari suatu fenomena sains (Rustaman, 2009).

Rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalam bidang sains, tidak terlepas dari kemampuan guru melakukan suatu percobaan yang bersifat menguji atau bahkan menemukan suatu konsep biologi. Masih banyak guru biologi yang belum mahir mengemukakan materi pembelajaran melalui pembelajaran berbasis inkuiri. Seorang guru seharusnya mempersiapkan diri untuk terlibat di laboratorium secara substantif dan signifikan, keterlibatannya meliputi pengalaman belajar inkuiri secara aktif seperti merumuskan pertanyaan penelitian, mengembangkan prosedur, mengimplementasikannya, mengumpulkan dan memproses data kemudian melaporkan dan mempertahankan hasilnya (National Science Teachers Association, 1998). NSTA (1998) juga menyatakan bahwa guru yang belajar sains secara didaktik dan abstrak tidak dapat diharapkan mengajar siswanya secara konstruktif dan konkrit. Guru-guru yang tidak pernah melakukan penelitian atau penyelidikan tidak akan menyukai model investigasi dalam pembelajaran terhadap siswanya. Pengalaman belajar seorang calon guru semasa perkuliahan dalam berinkuiri akan berpengaruh ketika menjadi seorang guru di lapangan.

Guru sebagai suatu profesi yang dituntut bersikap profesional, perlu mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum proses belajar mengajar


(6)

3

berlangsung. Menurut BSNP (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan pembelajaran inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dalam sains guna membekali kecakapan hidup peserta didik, yang memerlukan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi. Dalam konteks penyelenggaraan proses belajar mengajar, guru merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan. Sebagai seorang guru, apa yang akan dilakukan di dalam kelas telah direncanakan dalam suatu bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Di dalam RPP dimuat tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran tersebut, materi apa yang akan disampaikan, metode apa yang akan digunakan, dan bagaimana mengevaluasinya.

Kenyataan di lapangan masih banyak guru dalam mengajar tidak membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu, diantaranya adalah membuat RPP. Kalaupun ada bentuknya hanya sekedar untuk memenuhi tugas rutin saja. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan fasilitas serta ketidakmampuan guru dalam membuat RPP yang sesuai, apalagi RPP berbasis inkuiri yang merupakan hal baru bagi sebagian besar guru.

Depdiknas (2003) mengungkapkan bahwa sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus kepada guru sebagai sumber pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi mengajar.


(7)

Telah dilakukan suatu program pendampingan guru-guru MGMP Biologi SMA di Kota Bandung, agar dapat meningkatkan kemampuannya berinkuiri dan merencanakan pembelajaran berbasis inkuiri. Program pendampingan guru-guru Biologi tersebut dilakukan oleh Tim Dosen dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung. Oleh karena itu penting untuk diteliti bagaimana kemampuan guru membuat perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri melalui program pendampingan ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah kemampuan guru-guru biologi SMA di Kota Bandung dalam merencanakan Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri setelah mengikuti program pendampingan?

Rumusan masalah tersebut dapat dikembangkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kemampuan guru-guru dalam membuat RPP Biologi Berbasis Inkuiri ?

2. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh guru-guru Biologi SMA Kota Bandung dalam membuat RPP Berbasis Inkuiri?

3. Bagaimanakah tanggapan guru-guru terhadap Program Pendampingan Pembelajaran Berbasis Inkuiri?


(8)

5

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan tujuan penelitian, maka diadakan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Guru-guru Biologi SMA Kota Bandung adalah guru-guru yang tergabung dalam MGMP Biologi SMA Kota Bandung yang mengikuti program pendampingan.

2. RPP yang dibuat adalah RPP berbasis inkuiri dengan tipe yang dikehendaki oleh masing-masing guru Biologi SMA setelah mengikuti program pendampingan.

3. Program pendampingan guru dalam membuat RPP biologi berbasis inkuiri dilakukan oleh Tim Dosen dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung sebanyak 3 orang dan dilakukan selama 12 kali pertemuan.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran kemampuan guru-guru Biologi SMA di Kota Bandung dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berbasis inkuiri setelah mengikuti program pendampingan, dan mendeskripsikan kendala-kendala guru Biologi dalam menyusun RPP, sehingga dapat menjadi salah satu sumber bacaan bagi yang memerlukan dalam membuat RPP berbasis inkuiri

E. Manfaat Penelitian


(9)

1. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru-guru biologi khususnya dan guru IPA pada umumnya, untuk mempermudah dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis inkuiri, mengembangkan kemampuan guru dalam berinkuiri, dan memotivasi guru untuk menggunakan inkuiri dalam perencanaan pembelajarannya.

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pengajaran berbasis inkuiri, serta dapat menyampaikan hasil penelitian tentang RPP inkuiri kepada guru-guru MGMP Biologi di tingkat sekolah maupun tingkat wilayah yang lebih luas.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain dapat memberikan data dan kajian permasalahan guru dalam merencanakan pembelajaran berbasis inkuiri, serta dapat digunakan sebagai pembanding bagi penelitian yang sedang atau akan dilaksanakan.


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Penjelasan definisi operasional dari variabel penelitian ini untuk menghindari berbagai macam penafsiran yang berbeda. Variabel penelitian

ini adalah

1. Kemampuan guru dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri, diukur dari RPP yang dikembangkan guru sesuai dengan tuntutan Permen 41, sintaks dan proses inkuiri dengan komponen-komponen Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), indikator-indikator penyusunan tujuan pembelajaran sesuai proses inkuiri, kesesuaian materi ajar dengan SK dan KD, penyesuaian alokasi waktu, pemilihan metode pembelajaran, menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri dengan sintaks inkuiri berupa tahap undangan, perencanaan percobaan, pelaksanaan percobaan dan mengkomunikasikannya, membuat evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran berbasis inkuiri, serta pemilihan sumber belajar. Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran diukur dengan menggunakan matriks baris dan kolom yang dikembangkan oleh peneliti yang sudah dijudgement oleh ahli pendidikan.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut BSNP (2006) adalah penjabaran dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD yang meliputi 11 komponen, yaitu identitas


(11)

mata pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup, selanjutnya adalah penilaian hasil belajar dan sumber belajar. RPP berbasis inkuiri adalah beberapa komponen RPP harus sesuai dengan sintaks dan proses inkuiri.

3. Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri adalah pembelajaran Biologi yang sesuai dengan karakter inkuiri, yaitu memberikan pengalaman belajar seperti mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan dengan baik dan benar, menggali dan menghimpun data, menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan maupun tulisan (BSNP, 2006).

4. Program Pendampingan Guru adalah suatu program dalam rangka meningkatkan profesi guru bidang studi biologi dengan cara memberikan bimbingan, pelatihan untuk merencanakan pembelajaran Biologi berbasis inkuiri dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh Tim Dosen dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan menjelaskan suatu situasi secara sistematis, faktual dan teliti. Penelitian deskriptif juga bertujuan untuk menggambarkan keadaan,


(12)

40

fenomena-fenomena yang ditemukan dan dideskripsikan apa adanya, tidak dimodifikasi atau diberi perlakuan (Arikunto,2010).

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian diambil secara purposive sampling. Subyek penelitian adalah guru Biologi SMA di Kota Bandung yang tergabung dalam MGMP Biologi dan mengikuti program pendampingan pembelajaran berbasis inkuiri sebanyak 10 orang. Satu orang guru mengundurkan diri, sehingga hanya 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dianalisis. Guru-guru tersebut direkomendasikan oleh Ketua MGMP Biologi Kota Bandung didasarkan dari keaktifan guru dalam mengikuti MGMP Biologi.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan program pendampingan terhadap guru-guru MGMP

Biologi Kota Bandung dilaksanakan di Gedung JICA UPI, SMA Negeri VII dan SMA Angkasa Bandung. Pelaksanaan Program Pendampingan Pembelajaran Berbasis Inkuiri berlangsung dari Bulan April 2011 sampai Juli 2011.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui pemahaman guru-guru tentang pembuatan RPP berbasis inkuiri setelah mengikuti program pendampingan, maka dibuat instrumen sebagai alat pengambil data berupa :


(13)

1. Matriks komponen RPP

Matriks berupa baris dan kolom berisi komponen RPP yang dipakai berdasarkan Permendiknas No.41 tahun 2007 yang dimodifikasi dengan pembelajaran berbasis inkuiri (dapat dilihat pada lampiran A7).

2. Angket

Angket berupa pertanyaan tertutup dan terbuka untuk guru yang berkaitan

dengan kegiatan yang mereka lakukan selama program pendampingan inkuiri. Hal ini dirasa penting untuk melengkapi analisis hasil akhir. Angket ini diberikan setelah guru menyelesaikan pembuatan RPP (Lampiaran B.2 dan B.4).

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disediakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru terhadap kebermanfaatan pelaksanaan program pendampingan pembelajaran berbasis inkuiri dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri (Lampiran B5).

F. Validitas Instrumen

Validitas instrumen berupa angket dan matriks komponen RPP dilakukan dengan cara meminta penilaian (judgement) dari 3 orang dosen ahli pendidikan dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mengenai analisis kemampuan guru-guru membuat RPP berbasis inkuiri dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap persiapan,


(14)

42

tahap pelaksanaan program pendampingan inkuiri, dan tahap penyusunan RPP.

1. Tahap Persiapan a. Pembuatan proposal

b. Melaksanakan seminar proposal

c. Menyempurnakan proposal dengan bantuan dosen pembimbing d. Mengurus perizinan

e. Menyusun instrumen disertai dengan proses bimbingan dengan dosen pembimbing.

f. Meminta pertimbangan profesional (judgement) oleh beberapa dosen ahli di Jurusan Pendidikan Biologi terhadap instrumen.

g. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan yang dilakukan guru-guru

2. Tahap Pelaksanaan

Mengikuti pelaksanan pendampingan pembelajaran berbasis inkuiri guru-guru. Pada akhir pelaksanaan dilakukan pengambilan data utama berupa RPP .

3. Tahap Pengambilan Kesimpulan a. Analisis Data

b. Menarik Kesimpulan c. Menyusun Laporan 4. Alur Penelitian


(15)

Gambar 3.1. Alur Penelitian H. Teknik Analisis Data

Untuk melihat sejauh mana penelitian ini menunjukkan suatu profil Studi Pendahuluan dan Observasi : Identifikasi

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, studi literatur. dll

Penyusunan Proposal Penelitian

Seminar Proposal

Mengamati kegiatan guru-guru MGMP Biologi yang mengikuti program pendampingan terdiri dari melakukan mini riset dan menyusun RPP Berbasis

Inkuiri

Pelaksanaan Pengumpulan Data melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru selama

mengikuti program pendampingan, angket dan wawancara

Membuat Kesimpulan

Menyusun Laporan

Pembuatan Instrumen dan judgement ke dosen ahli


(16)

44

Yang diharapkan, maka dilakukan proses mengidentifikasi kesalahan atau ketidakmampuan membuat rencana pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru Biologi SMA di Kota Bandung setelah mengikuti program pendampingan.

Untuk mengidentifikasi kesalahan guru-guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri, digunakan pedoman analisis yang berisi indikator kemampuan guru –guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran setelah mengikuti program pendampingan.

nm

Untuk menganalisis data digunakan rumus : X 100%, dimana N

nm : adalah jumlah item yang dicek dari tiap aspek daftar cek. N : adalah jumlah seluruh item dari tiap aspek dalam daftar cek.

Transformasi persentase dalam tingkat kategori ketidakmampuan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, digunakan dengan menggunakan tabel 3.1 dari Slameto (1988) di bawah ini.

Tabel 3.1. Persentase Transformasi Ketidakmampuan Dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Persentase Ketidakmampuan

Transformasi ketidakmampuan

ke dalam kemampuan

Makna

(0)% 10 = A Memiliki kemampuan sangat baik

(1 – 10)% 8 = B Memiliki kemampuan baik

(11 – 25)% 6 = C Memiliki kemampuan cukup

(26 – 49)% 4 = D Memiliki kemampuan kurang (50 – 100)% 2 = E Memiliki kemampuan sangat kurang


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kemampuan guru-guru Biologi Kota Bandung dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis inkuiri berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007 yang dimodifikasi dengan indikator inkuiri memiliki kemampuan cukup dengan rata-rata 87.4%. Beberapa rincian

kemampuan guru-guru dalam menyusun komponen RPP : Pertama, memiliki kemampuan sangat baik dalam mengalokasikan waktu,

memilih pendekatan dan metode pembelajaran, memilih sumber belajar, mencantumkan identitas mata pelajaran dengan rata-rata persentase mencapai 100%. Kedua, memiliki kemampuan baik dalam menyusun materi ajar dengan persentase 91.1%. Ketiga, memiliki kemampuan cukup untuk pembuatan rumusan indikator pembelajaran dengan rata-rata 76.8%, menyusun tujuan pembelajaran dengan rata-rata 80.3%, menentukan penilaian hasil belajar berbasis inkuiri dengan rata-rata 83.4%, memilih standar kompetensi 88.9%, dan memilih kompetensi dasar 88.9%. Tetapi untuk sub komponen menyusun rumusan indikator pembelajaran berbasis inkuiri dengan berdasarkan pada indikator inkuiri memiliki kemampuan kurang dengan persentase rata-rata 51.4%, dan untuk sub komponen menyusun tujuan pembelajaran berbasis inkuiri berdasarkan indikator inkuiri, memiliki kemampuan kurang dengan persentase rata-rata 54.2%. Keempat,


(18)

84

memiliki kemampuan kurang dalam menyusun kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri, dengan persentase rata-rata 62.2%.

Tipe inkuiri yang digunakan adalah terstruktur sebayak 88.9% dan terbimbing sebanyak 11.1%. Kendala yang dihadapi guru dalam membuat RPP inkuiri adalah waktu yang tersedia sangat terbatas, kesulitan dalam mencari bahan-bahan untuk apersepsi yang tepat, menentukan indikator dan tujuan dengan kata kerja operasional harus bercirikan inkuiri dan menuntut keterampilan proses sains, dalam mengemas kegiatan pembelajaran yang harus mewujudkan ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran berbasis inkuiri, dalam memilih materi ajar, serta dalam membuat evaluasi yang harus bernuansa inkuiri dan evaluasi harus mencerminkan adanya keterampilan proses.

Pandangan guru-guru Biologi terhadap Program Pendampingan Pembelajaran Berbasis Inkuiri yang dibimbing oleh Tim Dosen dari Pendidikan Biologi UPI sangat positif. Guru-guru beranggapan, bahwa program tersebut sangat bermanfaat, dapat memberikan kesadaran bahwa “Ruh Sains” adalah inkuiri, merangsang guru-guru untuk mempersiapkan proses pembelajaran berbasis inkuiri, memberikan pencerahan/motivasi untuk bisa lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran dengan metode inkuiri, serta memberikan layanan pelatihan bagi guru-guru Biologi.

B. Saran

Kemampuan membuat RPP adalah suatu kewajiban yang melekat pada profesi seorang guru. Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu adanya


(19)

pelatihan pembelajaran berbasis inkuiri lebih dalam bagi guru-guru sampai keterlaksanaan RPP, sehingga dapat mengatasi permasalahan pada saat membuat RPP berbasis inkuiri. Program Pendampingan sebaiknya diadakan di awal tahun ajaran, sehingga RPP dapat dilaksanakan dengan waktu yang lebih leluasa. Bagi peneliti lain yang akan meneliti sebaiknya dilakukan pada sampel yang lebih besar dan jenjang sekolah yang lebih bervariasi, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lengkap serta dalam menganalisis data menggunakan gradasi kemampuan.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Alpusari,M .(2008). Dampak Kemampuan Inkuiri Guru terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis PPs UPI Bandung :Tidak diterbitkan.

Amien, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry” bagian I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Anderson.L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Taxonomy for Learning , Teaching and Assessing (a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). N.Y.: Addison Wisley Longman Inc.

Anggraeni, S. (2006). Pengembangan Model Perkuliahan Biologi Umum berdasarkan Pembelajaran Inkuiri pada Mahasiswa Calon Guru Biologi.Disertasi Doktor. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Anggraeni,S. ( 2009). Sudahkan Calon Guru Biologi Merencanakan Pembelajaran Biologi yang Sesuai dengan Hakekat Sains ?. Proceding seminar Nasional Penelitian Biologi dan Pendidikan Biologi. UNY. Yogyakarta.

Anonim.(2005). Science Inquiry - What is it and How Do You Do It?. Tersedia :http://www.wavcc.org/wvc/cadre/WaterQuality/scienceInq.htm. [4 Agustus 2005].

Arikunto, S. (2000). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta, Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara. Behiye , A. (2000). Effectiveness of Professional Development Program on a

Teacher’s Learning to Teach Science as Inquiry. University of IOWA Departement of Science Education. Asia Pasifik Forum on Science Learning and Teaching vol88.issue2.article2 (Online).

BSNP, (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas.Jakarta.


(21)

BSNP, (2007), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 41 Tentang STANDAR Proses UNTUK SATUAN PENDIDIKAN

DASAR DAN MENENGAH, Depdiknas .Jakarta.

Cheung. (2007). Facilitating Chemistry Teachers to Implemen Inquiry- Based Laboratory Work (International Journal of Science and Mathematics Education). Taiwan : National Science Council.

Curriculum Planning & Development Division. (2007). Science Syllabus lower Secondary Express/Normal (Academic). Singapore.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Dahlan. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung : Dipenogoro.

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jarret .(1997). Inquiry Strategies for Science and Mathematics Learning. Its Just Good Teaching.Oregon :Northwest Regional Educational Laboratory Joyce, B. at.al. (1992). The Developing Intellect. Adjusting Models to Cognitive

Development Models of Thinking 4th

Ed. Massachusetts : Allyn and Bacon.

Joyce B. at.al. (2000). Model of Teaching. The United State of AmericaP: Needham Heights, Massachussetts 02194

Kemp.J.E. (1994). Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: ITB.

Muslich, M. (2009a). KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, M. (2009b), KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa ,E. (2009), Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Naaman, M.et.al.(2004). Taecher Reasearch their Students Understanding of Electrical Conductivity (Chemestry Teachers Research their own work: Two case Studies p.152 (journal). Research and The Quality of Science Education. (2005). Netherlands : Springer


(22)

88

National Research Council. (1996). National Science Education Standars. Washington, D.C: National Academy Press

National Research Council . (2000). Inquiry and the National Science Education Standards A Guide for Teaching and Learning , Washington, D.C: National Academy Press

NSTA & AETS . (1998). Standars for Science Teacher Preparation.

Pusat Kurikulum. (2007). ). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, Jakarta: Depdiknas.

Rustaman, N. (2007). Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya . Proseding Seminar Nasional Biologi : Perkembangan Biologi dan Pendidikan Biologi untuk Menunjang Profesionalisme Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Rustaman, N. et.al. (2009). Laporan Hasil Kajian Analisis Konten dan Capaian Sains Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trends In International Mathematics And Science Study . Pusat Penilaian Pendidikan dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Shymansky, J.A.et.al (1988). Science Education . (Journal) “A Summary of Research in Science Education 1986.72(3)267. Ohio:Eric.

Slameto. (1998). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.

Supriadi,D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bandung : Alfabeta.

Trowbridge, et al. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus, Ohio : A Bell & Howell Co.

Willoughby.J. (2005). Using Inquiry in Science Instruction.Glencoe/Mc Graw-Hill http:www.glencoe.com/sec/teaching today/subject/using inquiry.Sci.pht ml [4 Agustus 2005].

Wulan. A.R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment kepada Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Inquiry. Disertasi Doktor. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kemampuan guru-guru Biologi Kota Bandung dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis inkuiri berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007 yang dimodifikasi dengan indikator inkuiri memiliki kemampuan cukup dengan rata-rata 87.4%. Beberapa rincian

kemampuan guru-guru dalam menyusun komponen RPP :

Pertama, memiliki kemampuan sangat baik dalam mengalokasikan waktu, memilih pendekatan dan metode pembelajaran, memilih sumber belajar, mencantumkan identitas mata pelajaran dengan rata-rata persentase mencapai 100%. Kedua, memiliki kemampuan baik dalam menyusun materi ajar dengan persentase 91.1%. Ketiga, memiliki kemampuan cukup untuk pembuatan rumusan indikator pembelajaran dengan rata-rata 76.8%, menyusun tujuan pembelajaran dengan rata-rata 80.3%, menentukan penilaian hasil belajar berbasis inkuiri dengan rata-rata 83.4%, memilih standar kompetensi 88.9%, dan memilih kompetensi dasar 88.9%. Tetapi untuk sub komponen menyusun rumusan indikator pembelajaran berbasis inkuiri dengan berdasarkan pada indikator inkuiri memiliki kemampuan kurang dengan persentase rata-rata 51.4%, dan untuk sub komponen menyusun tujuan pembelajaran berbasis inkuiri berdasarkan indikator inkuiri, memiliki kemampuan kurang dengan persentase rata-rata 54.2%. Keempat,


(2)

memiliki kemampuan kurang dalam menyusun kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri, dengan persentase rata-rata 62.2%.

Tipe inkuiri yang digunakan adalah terstruktur sebayak 88.9% dan terbimbing sebanyak 11.1%. Kendala yang dihadapi guru dalam membuat RPP inkuiri adalah waktu yang tersedia sangat terbatas, kesulitan dalam mencari bahan-bahan untuk apersepsi yang tepat, menentukan indikator dan tujuan dengan kata kerja operasional harus bercirikan inkuiri dan menuntut keterampilan proses sains, dalam mengemas kegiatan pembelajaran yang harus mewujudkan ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran berbasis inkuiri, dalam memilih materi ajar, serta dalam membuat evaluasi yang harus bernuansa inkuiri dan evaluasi harus mencerminkan adanya keterampilan proses.

Pandangan guru-guru Biologi terhadap Program Pendampingan Pembelajaran Berbasis Inkuiri yang dibimbing oleh Tim Dosen dari Pendidikan Biologi UPI sangat positif. Guru-guru beranggapan, bahwa program tersebut sangat bermanfaat, dapat memberikan kesadaran bahwa “Ruh Sains” adalah inkuiri, merangsang guru-guru untuk mempersiapkan proses pembelajaran berbasis inkuiri, memberikan pencerahan/motivasi untuk bisa lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran dengan metode inkuiri,

serta memberikan layanan pelatihan bagi guru-guru Biologi.

B. Saran


(3)

85

pelatihan pembelajaran berbasis inkuiri lebih dalam bagi guru-guru sampai keterlaksanaan RPP, sehingga dapat mengatasi permasalahan pada saat membuat RPP berbasis inkuiri. Program Pendampingan sebaiknya diadakan di awal tahun ajaran, sehingga RPP dapat dilaksanakan dengan waktu yang lebih leluasa. Bagi peneliti lain yang akan meneliti sebaiknya dilakukan pada sampel yang lebih besar dan jenjang sekolah yang lebih bervariasi, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lengkap serta dalam menganalisis data menggunakan gradasi kemampuan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alpusari,M .(2008). Dampak Kemampuan Inkuiri Guru terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis PPs UPI Bandung :Tidak diterbitkan.

Amien, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry” bagian I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan.

Anderson.L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Taxonomy for Learning , Teaching and Assessing (a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). N.Y.: Addison Wisley Longman Inc.

Anggraeni, S. (2006). Pengembangan Model Perkuliahan Biologi Umum berdasarkan Pembelajaran Inkuiri pada Mahasiswa Calon Guru Biologi.Disertasi Doktor. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Anggraeni,S. ( 2009). Sudahkan Calon Guru Biologi Merencanakan Pembelajaran Biologi yang Sesuai dengan Hakekat Sains ?. Proceding seminar Nasional Penelitian Biologi dan Pendidikan Biologi. UNY. Yogyakarta.

Anonim.(2005). Science Inquiry - What is it and How Do You Do It?. Tersedia

:http://www.wavcc.org/wvc/cadre/WaterQuality/scienceInq.htm. [4

Agustus 2005].

Arikunto, S. (2000). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta, Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara. Behiye , A. (2000). Effectiveness of Professional Development Program on a

Teacher’s Learning to Teach Science as Inquiry. University of IOWA Departement of Science Education. Asia Pasifik Forum on Science Learning and Teaching vol88.issue2.article2 (Online).

BSNP, (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas.Jakarta.


(5)

87

BSNP, (2007), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tentang STANDAR Proses UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH, Depdiknas .Jakarta.

Cheung. (2007). Facilitating Chemistry Teachers to Implemen Inquiry- Based Laboratory Work (International Journal of Science and Mathematics Education). Taiwan : National Science Council.

Curriculum Planning & Development Division. (2007). Science Syllabus lower Secondary Express/Normal (Academic). Singapore.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Dahlan. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung : Dipenogoro.

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jarret .(1997). Inquiry Strategies for Science and Mathematics Learning. Its Just Good Teaching.Oregon :Northwest Regional Educational Laboratory Joyce, B. at.al. (1992). The Developing Intellect. Adjusting Models to Cognitive

Development Models of Thinking 4th

Ed. Massachusetts : Allyn and Bacon.

Joyce B. at.al. (2000). Model of Teaching. The United State of AmericaP: Needham Heights, Massachussetts 02194

Kemp.J.E. (1994). Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: ITB.

Muslich, M. (2009a). KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, M. (2009b), KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa ,E. (2009), Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Naaman, M.et.al.(2004). Taecher Reasearch their Students Understanding of Electrical Conductivity (Chemestry Teachers Research their own work: Two case Studies p.152 (journal). Research and The Quality of Science Education. (2005). Netherlands : Springer


(6)

National Research Council. (1996). National Science Education Standars. Washington, D.C: National Academy Press

National Research Council . (2000). Inquiry and the National Science Education Standards A Guide for Teaching and Learning , Washington, D.C: National Academy Press

NSTA & AETS . (1998). Standars for Science Teacher Preparation.

Pusat Kurikulum. (2007). ). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, Jakarta: Depdiknas.

Rustaman, N. (2007). Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya . Proseding Seminar Nasional Biologi : Perkembangan Biologi dan Pendidikan Biologi untuk Menunjang Profesionalisme Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Rustaman, N. et.al. (2009). Laporan Hasil Kajian Analisis Konten dan Capaian Sains Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trends In International Mathematics And Science Study . Pusat Penilaian Pendidikan dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Shymansky, J.A.et.al (1988). Science Education . (Journal) “A Summary of Research in Science Education 1986.72(3)267. Ohio:Eric.

Slameto. (1998). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.

Supriadi,D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bandung : Alfabeta.

Trowbridge, et al. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus, Ohio : A Bell & Howell Co.

Willoughby.J. (2005). Using Inquiry in Science Instruction.Glencoe/Mc

Graw-Hill http:www.glencoe.com/sec/teaching today/subject/using

inquiry.Sci.pht ml [4 Agustus 2005].

Wulan. A.R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment kepada Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Inquiry. Disertasi Doktor. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.