KEMAMPUAN INKUIRI DAN SIKAP ILMIAH GURU BIOLOGI SMA DI KOTA BANDUNG SETELAH MELAKSANAKAN KEGIATAN INKUIRI ILMIAH.

(1)

i

Halaman

PERNYATAAN ……… i

ABSTRAK ……… ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 5

C. Batasan Masalah ……… 5

D. Tujuan Penelitian ……… 7

E. Manfaat Penelitian ………..………… 7

BAB II KEMAMPUAN INKUIRI DAN SIKAP ILMIAH GURU BIOLOGI SMA SETELAH MELAKSANAKAN KEGIATAN INKUIRI ILMIAH A. Kemampuan Guru Sains ………... 9

B. Kompetensi Guru ... 14

C. Standar Guru Sains ... 15

D. Inkuiri ………...………….. 18


(2)

ii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional ... .………... 29

B. Metode Penelitian ... ………... 30

C. Subjek Penelitian ...………. 30

D. Instrumen Penelitian ... 31

E. Prosedur Penelitian ...……… 46

F Pengumpulan Data ....……….….. 49

G. Analisis dan Penyajian Data... 49

H. Alur Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data………. 56

B. Pembahasan ……….. 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 91

B. Saran-Saran……… 92

DAFTAR PUSTAKA ………. 93


(3)

iii Tabel

3.1 Desain Penelitian ...……... 30

3.2 Pedoman Penskoran Jawaban Skala Sikap………. 33

3.3 Derajat Validitas Soal ... 36

3.4 Derajat Reliabilitas ...…….. 37

3.5 Derajat Tingkat Kesukaran...………... 37

3.6 Derajat Daya Pembeda...………...…... 38

3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Inkuiri ... 39

3.8 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Inkuiri .………...…. 40

3.9 Perhitungan bobot skor pernyataan negatif..…………..….….... 41

3.10 Perhitungan bobot skor pernyataan positif... 42

3.11 Skor Alternatif Jawaban ………... 43

3.12 Hasil Uji coba dan Validasi Instrumen Skala Sikap... 45

3.13 Kisi-Kisi Instrumen Sikap Ilmiah ... 46

3.14 Tekhnik Pengumpulan Data ...………...……… 49

3.15 Uji normalitas Data Kemampuan Inkuiri ... 50

3.16 Uji Normalitas Data Sikap Ilmiah ... 51

3.17 Uji Homogenitas Data Kemampuan Inkuiri ... 51

3.18 Uji Homogenitas Data Sikap Ilmiah ... 52

4.1 Rata-Rata Skor Tes Awal dan Tes Akhir Inkuiri ... 57

4.2 Rata-Rata Skor Peningkatan Kemampuan Inkuiri Guru ... 58

4.3 Persentase kategori Gain Ternormalisasi Kemampuan Inkuiri Gur ... 58


(4)

iv

4.5 Rata-Rata Skor Pretes, Postes ikap Ilmiah Guru ... 61 4.6 Rata-Rata Skor Peningkatan Sikiap Ilmiah Guru ... 62 4.7 Persentase Gain Ternormalisasi Sikap Ilmiah Guru... 62 4.7 Uji-t Peningkatan Kemampuan Inkuiri

dan Sikap Ilmiah Guru Biologi ... 63 4.8 Statistik Deskriptif Skor Sikap Ilmiah

Untuk Setiap Indikator ... 64 4.9 Persentase Tanggapan Guru Tentang Kegiatan Inkuiri Ilmiah


(5)

v Gambar

3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ………... 55 4.1 Diagram Batang Rata-Rata Pretes dan Postes

kemampua Inkuiri Guru ………. ……….. 71

4.2 Diagram Batang Persentase Peningkatan Kategori Nilai

Kemampuan Inkuiri Guru ………. ………... 72

4.3 Diagram Batang Persentase Peningkatan Kemampuan

Inkuiri Guru Setiap Indikator ...…………... 73 4.4 Diagram Batang Rata-Rata Pretes dan Postes

Sikap Ilmiah Guru ... 81 4.5 Diagram Batang Persentase Peningkatan Kategori Nilai

Kemampuan Inkuiri Guru.………...……….. 82 4.6 Diagram Batang Persentase Peningkatan Kemampuan

Inkuiri Guru Setiap Indikator ...…………... 84 4.7 Gambar Kendala yang Paling Sulit dirasakan Guru dalam


(6)

vi Lampiran

A. Instrumen Penelitian

A.1. Kisi-Kisi Istrumen Uji Coba Penelitian

Kemampuan Inkuiri ... 97

A.2. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Inkuiri ... 104

A.3 Instrumen Uji Coba Sikap Ilmiah ... 105

A.4. Kisi-Kisi Sikap Ilmiah ... 106

A.5. Instrumen Uji Coba Sikap Ilmiah ... 108

A.6. Kisi-Kisi Angket Guru ... 112

A.7. Instrumen Angket Guru ... 114

A.8. Kisi-Kisi Wawancara Guru ... 117

B. Uji Coba Instrumen Penelitian B.1. Validitas ... 118

B.2. Reliabilitas ... 119

B.3. Tingkat Kesukaran ... 120

B.4. Daya Pembeda ... 121

B.5 Rekapitulasi Uji Coba Kemampuan Inkuiri ... 122

B.6. Perhitungan Nilai Skala Kategori Jawaban ... 123

B.7. Rekapitulasi Uji Coba Sikap Ilmiah ... 144

C. Hasil Penelitian C.1. Rekapitulasi Pretes dan Postes Kemampuan Inkuiri ... 145

C. 2. Rekapitulasi Gain Kemampuan Inkuiri Guru... 146 C.3. Rekapitulasi Kemampuan Inkuiri Guru


(7)

vii

Untuk Setiap Indikator ... 148

C.5. Rekapitulasi Pretes dan Postes Sikap Ilmiah Guru ... 149

C.6. Rekapitulasi Gain Sikap Ilmiah Guru ... 151

C.7. Rekapitulasi Gain Sikap Ilmiah Guru untuk Setiap Indikator ... 152

C.8. Rekapitulasi Hasil Angket dan Wawancara Pandangan Guru Selama Kegiatan Inkuiri Ilmiah Berlangsung... 153

D. Hasil Uji Prasyarat dan Uji Statistik D.1 Uji Prasyarat Kemampuan Inkuiri ... 156

D.2 Uji Statistik Kemampuan Inkuiri ... 157

D.3 Uji Prasyarat Sikap Ilmiah ... 158

D.4 Uji Statistik Sikap Ilmiah ... 159

E. Daftar Identitas Peserta (Subjek) Penelitian ... 160


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya yang cerdas dan terampil, yang hanya akan terwujud jika setiap anak bangsa memiliki kemampuan berpikir dan mampu memecahkan masalah dengan baik. Kemampuan tersebut dapat diperoleh antara lain melalui pelajaran ilmu pengetahuan alam.

IPA berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu penemuan (Depdiknas, 2006). Begitupun menurut Sund &Trowbridge (1973) bahwa IPA adalah batang tubuh dari pengetahuan dan proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan suatu masalah. Dasar filosofi dari IPA dapat dibedakan berdasarkan pendekatan yang digunakan untuk menemukan pengetahuan. IPA didasarkan pada data empiris yang diperoleh dari observasi fenomena alam

Puskur (2007) menyatakan bahwa IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep dan prinsip-prinsip IPA.; (2) proses meliputisegala kegiatan yang dilakukan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh ilmuan untuk menghasilkan produk; (3)


(9)

aplikasi meliputi penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari; (4) sikap meliputi sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran IPA, keterlibatan keempat unsur ini diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.

Berdasarkan Field Study (Asbullah, 2004), ditemukan bahwa pembelajaran sains di SMA masih kurang bervariasi, karena guru cenderung menggunakan pendekatan ekspositori (teacher center), dan siswa cenderung pasif serta hanya menerima apa yang disampaikan guru. Pada umumnya pembelajaran sains di Indonesia masih menekankan tingkat hafalan dari sekian banyak materi atau pokok bahasan tanpa diikuti dengan pemahaman yang bisa diterapkan siswa ketika berhadapan dengan situasi nyata dalam kehidupannya. Pembelajaran sains masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah, aktivitas siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Sehingga dengan demikian, siswa hanya mempelajari sains sebagai produk. Sains sebagai proses, sikap, dan aplikasi belum sepenuhnya tersentuh dalam pembelajaran. Hal ini berdampak kepada rendahnya rata-rata hasil belajar sains siswa dibandingkan dengan mata pelajaran lain kecuali matematika (Sardjono, 2000).

Literasi sains peserta didik Indonesia masih berada pada tingkatan rendah, hal ini disebabkan karena kondisi pembelajaran sains yang masih teacher centered dan masih jarangnya pembelajaran yang melibatkan proses penyelidikan (inkuiri).


(10)

Padahal menurut standar pengajaran sains, perencanaan pembelajaran sains harus berdasarkan penyelidikan (Anonim, 2007), pembelajaran IPA (sains) harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006), demikian juga menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) (2006), pembelajaran sains sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) , sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek kecakapan hidup, oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah diharapkan menekankan pada pembelajaran melalui penggunaan dan pengembangan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah. Begitupun dengan data hasil tes PISA Nasional 2006 yang dilakukan dengan oleh Firman (2007), bahwa capaian literasi peserta didik rendah dengan rata-rata sekitar 32% untuk keseluruhan aspek, yang terdiri atas 29% untuk konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks, juga terdapat keragaman antar propinsi yang relatif rendah dari tingkat literasi sains peserta didik Indonesia.

Anggraeni (2006), menyatakan bahwa kelemahan literasi sains siswa sekarang ini ditengarai karena mereka belum memiliki kesempatan yang cukup dalam berinkuiri karena gurunya sendiri tidak paham dan tidak mampu untuk melakukan proses inkuiri. Lemahnya kemampuan guru-guru terutama guru biologi dalam melaksanakan pembelajaran biologi berbasis inkuiri karena kurangnya pengalaman baik ketika belajar biologi di perguruan tinggi maupun pengalaman melakukan penelitian ilmiah dalam bidang biologi. Hasil penelitian terhadap guru-guru yang terbina di dalam kegiatan Lesson study di Sumedang menunjukkan bahwa guru


(11)

biologi masih lemah dalam merencanakan pembelajaran yang bersifat investigatif hal ini terbukti dari pertanyaan yang diajukan pada saat pembelajaran (Anggraeni, 2009). Demikian juga dengan calon guru biologi masih lemah mengajukan pertanyaan yang bersifat investigatif apalagi yang bersifat inkuiri (Anggraeni, dkk. 2007).

Sikap dan jiwa meneliti atau jiwa menjadi seorang sainstis perlu ditumbuhkan di dalam diri guru sehingga baik meneliti atau mengajak berinvestigasi pada siswa menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan. Keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang saintis pun perlu dikembangkan pada diri seorang guru biologi, yang mencakup keterampilan mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, mengidentifikasi variabel percobaan, menginterpretasi data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil (Anggraeni, 2006).

Sejalan dengan hal itu, Schwab (dalam Chiapetta & Koballa, 2010) mengemukakan bahwa mengingat pentingnya inkuiri dalam mengajar sains, guru sains harus memahami ide ini dalam rangka memajukan literasi sains. Untuk alasan ini, Schwab mengusulkan bahwa kita harus membantu siswa untuk menyadari bagaimana ilmuwan menafsirkan informasi dan membentuk gagasan, begitupun pada buku-buku teks dan guru sains, seharusnya bukan hanya sekedar menyajikan fakta-fakta dan hasil penyelidikan ilmiah, tetapi mereka harus menunjukkan bagaimana produk ini dihasilkan oleh para ilmuwan, bagaimana tubuh pengetahuan tumbuh dan bagaimana konsep-konsep baru terjadi.


(12)

Dari paparan diatas terlihat bahwa guru merupakan ujung tombak dalam suatu proses pembelajaran. Dimana kemampuan guru memiliki peranan penting terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan kualitas proses pembelajaran (Widodo et al., 2006). Dengan demikian peningkatan kompetensi guru dalam melangsungkan pembelajaran menjadi sangat penting.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang tercantum dalam konteks pendidikan nasional, UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, PP No 74 tahan 2008 tentang guru, Permendiknas No 16 tahun 2007 menyatakan bahwa kualifikasi akademik guru memiliki empat kompetensi yang terdiri atas kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Kemampuan guru biologi untuk mengembangkan metode ilmiah, sikap ilmiah, dan pemanfaatan metode inkuiri dalam proses pembelajaran merupakan bagian integral dari kompetensi profesional yang wajib dimilikinya. Oleh karena itu, penelitian tentang kemampuan inkuiri guru dan sikap ilmiah guru biologi dalam melakukan inkuiri ilmiah sangat penting untuk diteliti karena melalui kegiatan inkuiri ilmiah guru biologi dapat mengembangkan kemampuannya dalam melakukan inkuiri atau penyelidikan ilmiah.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimanakah Peningkatan Kemampuan Inkuiri Dan


(13)

Sikap Ilmiah Guru Biologi SMA Di Kota Bandung Setelah Melaksanakan

Kegiatan Inkuiri Ilmiah? “

Untuk menjawab permasalahan di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan inkuiri guru biologi SMA di kota Bandung setelah melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah?

2. Bagaimanakah peningkatan sikap ilmiah guru biologi SMA di kota Bandung setelah melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah?

3. Bagaimanakah tanggapan dan kendala guru biologi SMA di kota Bandung setelah melaksanakan inkuiri ilmiah?

C. Batasan Masalah

Untuk menjaga agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan menyimpang, maka peneliti membatasi masalah pada penelitian ini dengan batasan sebagai berikut: 1. Kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru yang diamati adalah kemampuan dan

sikap ilmiah guru Biologi SMA setelah mengikuti kegiatan inkuiri ilmiah.

2. Indikator kemampuan inkuiri guru yang diukur yaitu kemampuan guru dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan dan melaksanakan suatu penyelidikan sederhana, mengumpulkan data hasil percobaan dan mengkomunikasikan prosedur dan hasil penyelidikan (NRC, 2000)


(14)

3. Sikap ilmiah guru yang diukur yaitu sikap guru yang muncul saat melakukan inkuiri ilmiah, seperti sikap ingin tahu, jujur, kritis, ingin menemukan, ulet dan terbuka.

4. Kegiatan inkuiri ilmiah yang dilakukan guru yaitu serangkaian kegiatan guru untuk membangun atau mengembangkan pengetahuan ilmiah dan melakukannya melalui metode ilmiah sesuai dengan yang dilakukan ilmuan, yang dimulai dari latihan melakukan inkuiri, merencanakan percobaan sederhana, melaporkan rencana percobaan, melaksanakan percobaan dan melaporkan percobaan sederhana yang telah dilakukan oleh guru.

5. Subjek penelitian adalah guru SMA yang mengikuti MGMP Biologi Kota Bandung dan mengikuti program pendampingan guru yang diselenggarakan oleh Tim Dosen dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI sebanyak tiga orang, yang diselenggarakan sebanyak 12 kali pertemuan

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Mendeskripsikan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru dalam melaksanakan inkuiri ilmiah, menelaah tanggapan dan kendala guru saat melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :


(15)

1. Bagi Guru

Sebagai suatu proses refleksi dan menilai kemampuan mereka sendiri dalam melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah dan diharapkan dapat memberikan alternatif dalam pembelajaran.

2. Bagi Peneliti

Memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru dalam melaksanakan inkuiri ilmiah sehingga kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah sangat penting dimiliki oleh guru biologi.

3. Bagi peneliti lain

Memberikan data dan permasalahan yang dapat dikaji dari penelitian yang memfokuskan kualitas guru dalam melaksanakan inkuiri lmiah

4. Bagi lembaga/ pemerintah

Mencetak guru yang unggul, berkompeten dan berkualitas, sehingga akan mewujudkan dan menghasilkan siswa yang unggul, berkompeten dan berkualitas pula.


(16)

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran yang keliru terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka operasional dari masing-masing variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan inkuiri guru SMA diartikan sebagai skor kemampuan inkuiri guru yang ditunjukkan melalui hasil tes essay kemampuan inkuiri dengan indikator seperti mengajukan pertanyan, merumuskan hipotesis, merencanakan dan melaksanakan suatu percobaan sederhana, analisis data dan menyimpulkan ( Joyce & Weil, 2000). Data peningkatan kemampuan inkuiri guru diperoleh dari selisih nilai postes dikurangi nilai pretes dibagi skor maksimum dikurangi skor pretes (Meltzer, 2002)

2. Sikap ilmiah guru SMA diartikan sebagai skala sikap yang ditunjukkan oleh guru melalui hasil tes skala sikap dengan indikator sikap antara lain : ingin tahu, jujur, kritis, ingin menemukan, tekun dan terbuka (Brotowidjoyo dalam Ulum, 2007). Sikap ilmiah guru dijaring melalui skala sikap ilmiah yaitu skala Likert, dimana berisi pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan indikator sikap ilmiah dengan opsi sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) ( Ridwan, 2002).

3. Kegiatan inkuiri ilmiah adalah kegiatan mini riset melalui serangkaian kegiatan guru dalam membangun atau mengembangkan pengetahuan ilmiah dan


(18)

melakukannya melalui metode ilmiah sesuai dengan yang dilakukan ilmuan dengan cara melakukan percobaan sederhana seperti mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan dan melaksanakan suatu percobaan sederhana, analisis data dan menyimpulkan data.

B. Metode dan Desain Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain the one group pre-test pos-test (pretes postes kelompok tunggal eksperimen). Perbedaan antara tes awal dan tes akhir (gain) diasumsikan sebagai efek dari perlakuan. Data tentang kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru diperoleh pada saat sebelum dan sesudah kegiatan inkuiri ilmiah. Dalam desain penelitiannya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian, dapat dilihat pada tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

(Arikunto, 2006)

Keterangan :

O1 : Tes awal kemampuan inkuiri guru dan sikap ilmiah guru

X : Pendampingan kegiatan inkuiri ilmiah guru

O2 : Tes akhir kemampuan inkuiri guru dan sikap ilmiah guru


(19)

Subjek penelitian ini adalah guru biologi SMA di kota Bandung yang berjumlah 10 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tekhnik purposive sampling, yaitu dengan cara mengambil sampel berdasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Guru yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah guru biologi yang mengajar di SMA dan aktif dalam MGMP dengan latar belakang sarjana pendidikan Biologi.

D.Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan untuk penelitian ini, maka instrument penelitian yang digunakan adalah:

a. Tes Kemampuan Inkuiri

Tes kemampuan inkuiri terdiri dari pretes dan postes, soal yang dibuat berbentuk essai. Butir-butir soal untuk mengukur kemampuan inkuiri guru dikembangkan dengan berpedoman kepada pembelajaran khususnya dari indikator yang digunakan dan mengacu kepada kemampuann inkuiri: mengajukan pertanyaan (merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis), merencanakan dan melaksanakan percobaan sederhana (identifikasi variabel, melaksanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan), analisis data (interpretasi data, mengkomunikasikan data) dan menyimpulkan data. Langkah-langkah penyusunan tes kemampuan inkuiri adalah sebagai berikut:


(20)

2) Menyusun soal beserta kunci

3) Soal dan kunci jawaban yang telah disusun kemudian dijudge oleh dosen pembimbing dan dosen ahli pembelajaran, hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian antara indicator dengan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.

4) Melakukan ujicoba soal yang telah dijudge kepada guru biologi SMA pada umumnya

5) Menghitung validasi tes, validasi item, reliabilita, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

Soal essai yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 soal. Materi yang diujikan yaitu salah satu materi biologi yang meliputi aspek kemampuan inkuiri. Sebelum digunakan dalam penelitian ini, seperangkat butir soal tersebut telah diujicobakan pada guru biologi SMA untuk mengetahui tingkat kesukaran , validasi, reliabilitas, daya pembeda, juga keterbacaan soal secara waktu yang digunakan untuk mengejakan soal secara keseluruhan. Dari 15 soal yang diujicobakan, kemudian dianalisi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya dengan program Anates, sehingga terpilih 14 soal yang digunakan dalam penelitian

b. Instrumen Tes Skala Sikap

Skala sikap ilmiah digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan sikap guru terhadap kegiatan inkuiri. Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert yaitu berisi pernyataan-pernyataan yang disusun


(21)

berdasarkan indikator sikap. Setiap pernyataan yang dibuat ada yang bersifat positif dan negatif. Pedoman penskoran jawaban skala sikap yang diberikan pada guru dapat dilihat dalam tabel 3. 2

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Jawaban Skala Sikap

(Riduwan, 2002) Berdasarkan tabel 3.2, bahwa setiap pernyataan dihubungkan dengan jawaban atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan lima pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Instrumen yang digunakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Skala sikap ilmiah diberikan pada saat pretes dan postes. Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan guru sebagai hasil dari kegiatan inkuiri ilmiah.

d. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan guru terhadap kegiatan inkuiri ilmiah. Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang pilihan jawabannya telah disediakan (angket terstruktur). Menurut Ridwan (2002) angket terstruktur merupakan angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa

Jawaban pernyataan positif Skor Jawaban Pernyataan Negatif Skor

Sangat setuju (SS) 3 Sangat setuju (SS) 0

Setuju (S) 2 Setuju (S) 1

Tidak setuju (TS) 1 Tidak setuju (TS) 2


(22)

sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberi tanda silang atau tanda cheklist.

Langkah penyusunan angket tanggapan guru terhadap kegiatan inkuiri ilmiah ini adalah menyusun kisi-kisi angket dan konsultasi dengan pembimbing. Pernyataan dalam angket guru yang digunakan dalam penelitian ini meliputi persepsi guru tentang pemahaman inkuiri, sikap ilmiah, persepsi guru tentang kegiatan inkuiri ilmiah, permasalahan yang dihadapi oleh guru selama kegiatan inkuiri ilmiah, mengidentifikasi kegiatan inkuiri ilmiah. Angket hanya diberikan pada guru setelah seluruh kegiatan inkuiri ilmiah.Teknik pengolahan data angket dengan menggunakan presentase jumlah tanggapan guru.

e. Wawancara

Format wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang sikap ilmiah guru dan kemampuan guru melakukan inkuiri serta menelaah tanggapan guru dan kendala guru dalam melakukan inkuiri ilmiah.

f. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang ditulis peneliti atau observer dalam kegiatan guru sehari-hari yang tidak terekam oleh angket, wawancara dan tes. Catatan ini digunakan untuk perbaikan atau menjadi informasi tambahan dalam penelitian ini.


(23)

Untuk mendapatkan instumen tes yang benar-benar dapat mengukur kemampuan subjek penelitian dengan tepat, maka sebelum instrument tes diuji cobakan pada guru yang mempunyai kesamaan dengan subjek yang akan diteliti. Data hasil uji coba instrument tes kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrument tes dipakai dalam penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan program analisis butir soal essai ANATES terhadap parameter yang meliputi validitas butir soal, reliabilitas tes, tingkat kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.

a. Kemampuan Inkuiri

Dari 15 soal yang diujicobakan, soal kemudian dianalisis. Diperoleh 9 soal memiliki hasil yang baik dan 5 soal direvisi, dan 1 soal yang tidak layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian, sehingga diperoleh 14 soal yang digunakan dalam penelitian. Adapun analisis instrumen tes yang digunakan dalam penelitian diuraikan sebagai berikut :

1) Validitas Tes

Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas yang diukur adalah uji validitas isi dan uji validitas kriteria.

Uji validitas isi dilakukan melalui validasi oleh dosen yang memiliki keahlian dibidang materi biologi, untuk memnilai kesesuaina standar isi materi yang ada di dalam instrumen tes. Uji validitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


(24)

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

XY Y -Y N X X N Y X XY N r Σ Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = Keterangan:

rxy = Validitas butir soal

N = Jumlah peserta tes X = Nilai suatu butir soal Y = Nilai total

Penafsiran nilai korelasi dapat dilakukan berdasarkan kriteria berikut (Arikunto, 2006) dapat dilihat pada Tabel 3.3:

Tabel 3.3 Derajat Validitas Soal

Rentang Keterangan 0.8 – 1.00 Sangat tinggi

0.6 – 0.79 Tinggi

0.4 – 0.59 Cukup

0.2 – 0.39 Rendah

0.0 – 0.19 Sangat butir soalrendah

(Arikunto, 2006)

Dari 14 soal yang digunakan dalam penelitian, maka didapatkan 9 soal (60%) termasuk kategori tinggi dan 5 soal (33,3%) termasuk kategori rendah dan tidak ada satupun soal yang memiliki validitas yang cukup, sangat rendah ataupun sangat tinggi. Validitas perhitugan analisis validitas instrumen tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 1

2) Reliabilitas Tes

Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut menghasilkan skor secara ajeg, yaitu relatif tidak berubah walaupun diberikan


(25)

pada situasi yang berbeda-beda. Pengujian reliabilitas pada tes ini menggunakan Rumus Alpha sebagai berikut :

( )

      δ δ Σ −       = 2 1 2 1 11 1 1 -n n r Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

Σδ12= jumlah varians skor tiap-tiap item δ12 = varians total

Adapun kriteria acuan untuk reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

Derajat Reliabilitas Instrumen

Rentang Keterangan 0.8 – 1.00 Sangat tinggi 0.6 – 0.79 Tinggi

0.4 – 0.59 Cukup

0.2 – 0.39 Rendah

0.0 – 0.19 Sangat rendah

(Arikunto, 2006)

Berdasarkan perhitungan reliabilitas soal hasil ujicoba diperoleh nilai 0,59 dengan hasil derajat keterandalan soal kategori cukup. Perhitungan analisis reliabilitas tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 2

3) Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Uji tingkat kesukaran soal dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(26)

N betul menjawab yang subyek seluruh Jumlah TK = Keterangan :

TK = tingkat kesukaran suatu butir soal

N = jumlah seluruh subyek yang ikut tes

Adapun kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3. 6 di bawah ini:

Tabel 3.5

Derajat Tingkat Kesukaran

Rentang Keterangan

0.7 – 1.00 Mudah

0.3 – 0.70 Sedang

0.0 – 0.30 Sukar

(Arikunto, 2006)

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa taraf kesukaran tiap butir soal diperoleh 8 soal (57,14 %) termasuk kategori sedang dan 5 soal (35,71%) termasuk kategori mudah dan 1 soal (7,14 %) sangat mudah. Perhitungan analisis tingkat kesukaran instrument tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 3 4) Daya Pembeda

Uji daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan (kemampuan) guru kelompok atas dengan guru kelompok bawah. Uji daya pembeda dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus : % 100 x I S -S DP A B A =


(27)

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok atas/bawah butir soal yang sedang

diolah

SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang sedang diolah

SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang sedang

diolah

Adapun kriteria acuan untuk daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6

Derajat Daya Pembeda

Rentang Keterangan 0.8 – 1.00 Baik Sekali

0.6 – 0.79 Baik

0.4 – 0.59 Cukup

0.2 – 0.39 Jelek

0.0 – 0.19 Sangat jelek

(Arikunto: 2006)

Berdasarkan analisis, dari 14 soal diperoleh 5 soal (35,71%) termasuk kategori baik, 5 soal (35,71%) termasuk kategori cukup dan 4 soal (28,57%) termasuk kategori jelek. Perhitugan analisis daya pembeda istrumen tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 4

Hasil ujicoba instrumen soal kemampuan inkuiri yang telah dianalisis dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7

Hasil Ujicoba Instrumen Soal Kemampuan Inkuiri

No Soal Asli No Soal Baru Aspek

Inkuiri Validitas

Tingkat Kesukaran (%) Daya Pembeda (%) Keterangan


(28)

Sumber : Lampiran B. 5

Keterangan:

MP : Mengajukan Pertanyaan

MH : Merumuskan Hipotesis

MPER : Merencanakan Percobaan

MPEL : Melaksanakan percobaan

AD : Analisis Data

M : Menyimpulkan

Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen, maka disusunlah kisi-kisi soal kemampuan ikuiri berdasarkan indikator kemampuan ikuiri. Kisi-kisi soal kemampuan ikuiri dapat bdilihat pada tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.8

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Inkuiri

No Indikator No Soal Jumlah soal

1 Mengajukan Pertanyaan 1, 9 2

2 Berhipotesi 2, 10 2

3 Merencanakan percobaan 3, 8, 11 3 4 Melaksanakan Percobaan 4, 5, 12 3

5 Analisis Data 7, 14 2

6 Kesimpulan 6,13 2

1 1 MP Tinggi Sedang Baik Digunakan

2 2 MH Rendah Mudah Jelek Direvisi

3 3 MPER Cukup Sedang Cukup Digunakan

4 4 MPEL Cukup Sedang Cukup Digunakan

5 5 MPEL Cukup Sedang Baik Digunakan

6 - AD - Sedang Sangat jelek Dibuang

7 6 M Rendah Sedang Jelek Direvisi

8 7 AD Cukup Sedang Baik Digunakan

9 8 MPER Cukup Mudah Cukup Digunakan

10 9 MP Cukup Mudah Cukup Digunakan

11 10 MH Rendah Sedang Cukup Direvisi

12 11 MPER Rendah Mudah Jelek Direvisi

13 12 MPEL Rendah Mudah Jelek Direvisi

14 13 M Cukup Mudah Baik Digunakan


(29)

Jumlah 14 Sumber : Lampiran A. 1

Dari tabel 3.8 diketahui sebaran soal kemampuan inkuiri, 2 soal termasuk kedalam aspek mengajukan pertanyaan, 2 soal tentang membuat hipotesis, 3 soal tentang merencanakan percobaan dan 2 soal tentang melaksanakan percobaan, 2 soal tentang analisis data dan 2 soal tentang menyimpulkan.

b. Sikap Ilmiah

Langkah-langkah penyusunan skala sikap ilmiah guru (Natawidjaja, 1986) adalah sebagai berikut:

1. Menentukan indikator pernyataan sikap ilmiah. Aspek yang ditelaah meliputi: rasa ingin tahu, jujur, ingin menemukan, kritis, tekun dan terbuka. 2. Menyusun pernyataan berdasarkan indikator, masing-masing pernyataan

memiliki kecenderungan positif atau negatif

3. Konsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan validasi isi, menelaah kesesuaian indikator dengan butir pernyataan.

4. Melakukan uji coba terhadap pernyataan yang telah disusun. Uji coba pernyataan sikap ilmiah ini diberikan kepada guru-guru biologi

5. Menganalisis hasil uji coba untuk membakukan skalanya, sehingga skala dapat berharga 3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3 untuk setiap pernyataan negatif. Berdasarkan hasil uji coba, dari % pernyataan sikap yang telah disusun, maka akan didapatkan beberapa pernyataan yang valid


(30)

dan memenuhi kriteria skala 3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan skala 0-1-2-3 untuk setiap pernyataan negatif. Bobot skor yang telah dibakukan selanjutnya digunakan sebagai pedoman penyekoran pernyataan sikap ilmiah hasil penelitian.

Untuk menetapkan bobot skor setiap alternatif jawaban pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan (Sumarno, 1988) yaitu:

i. Mempersiapkan tabel perhitungan bobot skor Tabel 3. 9

Perhitungan Bobot Skor Pernyataan Negatif

Kategori STS TS S SS

F P PK PK Tengah

Z Z+…. Nilai Skala

Tabel 3.10

Perhitungan Bobot Skor Pernyataan Positif

Kategori SS S TS STS

F P PK PK Tengah

Z Z+…. Nilai Skala


(31)

ii. Menentukan frekuensi untuk setiap alternatif jawaban

iii. Menghitung proporsi (p) dari tiap pilihan jawaban dengan menggunakan rumus:

Keterangan : P = Proporsi f = Nilai frekuensi

iv. Menghitung proporsi kumulatif (pk)

Ket : pk = proporsi kumulatif

p = proporsi dalam kategori itu

n = kategori ke….

v. Menghitung nilai tengah proporsi kumulatif (pk-tengah), dengan rumus:

vi. Menentukan nilai z dengan mengkonversikan harga mean proporsi kumulatif ke dalam harga Z tabel

vii. Menghitung nilai z + nilai mutlak. Nilai mutlak diperoleh dari nilai yang paling rendah nilainya (untuk menghilangkan nilai negatif) viii. Menentukan pembuatan

P = f / n

pk=p1

pk2= pk1 + p2

pkn = pkn-1 + pn

pk tengah 1 = ½ pk1 pk-tengah 2 = ½ (pk1+pk2) pk-tengah 3 = ½ (pk2+pk3)


(32)

Pembulatan untuk pernyataan positif yaitu tiga untuk jawaban sangat setuju (SS), dan untuk jawaban setuju(2), satu untuk jawaban tidak setuju (TS), dan nol untyuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Sebaliknya pembulatan pada pernyataan negatif. Penentuan skor dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.11 Skor Alternatif Jawaban

Jika hasil pembulatan sesuai dengan tabel diatas atau memiliki gradasi angka yang mirip dengan pembulatan tersebut maka pernyataan tersebut dapat digunakan. Sebaliknya hasil pembulatannya tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka pernyataan tersebut tidak digunakan. 6. Menyeleksi butir pernyataan

Butir pernyataan yang diikutsertakan hanyalah butir-butir pernyataan yang baik. Suatu item butir soal pernyataan yang baik yaitu yang memiliki daya beda yang tinggi. Untuk memperoleh pernyataan yang baik setiap pernyataan yang telah terpilih sebelumnya diuji menggunakan t test Langkah – langkah penyeleksian item skala sikap, yaitu:

Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S TS STS

Positif 3 2 1 0


(33)

i. Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah dengan ketentuan masing-masing kelomok 25 % dari jumlah siswa yang telah diurutkan skor item skala sikapnya, mulai dari skor tertinggi sampai terendah ii. Membuat tabulasi terhadap distribusi jawaban pada setiap kategori

respon setiap pernyataan

iii. Menentukan perbedaan rata-rata skor pernyataan antara kedua kelompok dengan menggunakan formula t-tes sebagai berikut:

Keterangan: x = Rata-rata skor pernyataan S2 = Varians skor pernyataan

n = Banyaknya subjek dalam suatu kelompok (A) = kelompok atas

(B) = kelompok bawah

7. Membandingkan Nilai thitung nilai ttabel, karena jumlah masing-masing

responden dari kelompok atas dan bawah kurang dari 25 orang maka digunakan t tabel yang diperoleh dari tabel distribusi t dengan α 0,05 dan dk 8 yaitu 1,89. Pernyataan pernyataan yang mempunyai nilai thitung > t tabel. maka pernyataan tersebut mempunyai daya pembeda dan valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian (Arikunto, 2006)

Tabel 3.12

Hasil Ujicoba dan Validasi Instrumen Skala Sikap

No Lama No Baru Sifat pernyataan Nilai t hitung Nilai t kritis

Validitas Kesimpulan

1 1 - 2,5 1,89 Valid Digunakan

t= 2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s x x + −


(34)

2 2 + 2,17 1,89 Valid Digunakan

3 3 - 2,19 1,89 Valid Digunakan

5 4 + 2,31 1,89 Valid Digunakan

6 5 - 2,08 1,89 Valid Digunakan

9 6 + 2,23 1,89 Valid Digunakan

10 7 - 2,82 1,89 Valid Digunakan

11 8 + 2,96 1,89 Valid Digunakan

13 9 + 2,25 1,89 Valid Digunakan

15 10 + 1,97 1,89 Valid Digunakan

16 11 - 2,03 1,89 Valid Digunakan

17 12 + 2,17 1,89 Valid Digunakan

18 13 - 2,27 1,89 Valid Digunakan

21 14 + 2,31 1,89 Valid Digunakan

22 15 - 2,81 1,89 Valid Digunakan

23 16 + 2,3 1,89 Valid Digunakan

24 17 + 2,56 1,89 Valid Digunakan

25 18 - 2,45 1,89 Valid Digunakan

26 19 - 1,89 1,89 Valid Digunakan

27 20 + 2,02 1,89 Valid Digunakan

28 21 - 2,5 1,89 Valid Digunakan

29 22 - 3,11 1,89 Valid Digunakan

31 23 + 1,94 1,89 Valid Digunakan

32 24 + 3,62 1,89 Valid Digunakan

33 25 - 2,42 1,89 Valid Digunakan

35 26 + 2,05 1,89 Valid Digunakan

36 27 + 2,68 1,89 Valid Digunakan

38 28 - 3,13 1,89 Valid Digunakan

39 29 + 1,92 1,89 Valid Digunakan

42 30 + 2,52 1,89 Valid Digunakan

Sumber : Lampiran B. 6

Dari data hasil ujicoba di atas, dari 42 pernyataan sikap ilmiah yang telah disusun terdapat 30 pernyataan yang memenuhi kriteria pedoman penyekoran soal skala sikap. Bobot skor yang telah dibakukan selanjutnya digunakan sebagai pedoman penyekoran skala sikap hasil penelitian. Soal tersebut kemudian


(35)

dianalisis yang meliputi pembakuan bobot skor untuk masing-masing pernyataan, validasi hasil ujicoba. Diperoleh 30 soal skala sikap yang digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen, maka disusunlah kisi-kisi pernyataan sikap ilmiah guru berdasarkan indikator sikap ilmiah. Kisi-kisi pernyataan sikap ilmiah dapat dilihat pada tabel 3.13 di bawah ini:

Tabel 3.13

Kisi-Kisi Instrumen Pernyataan Sikap Ilmiah

No

Indikator No Soal ∑ soal

+ -

1 Rasa ingin tahu 2 , 4, 5,7 1, 3, 6 7

2 Jujur 8, 10 9, 11 4

3 Kritis 12, 14 13, 15 4

4 Ingin menemukan 16, 18 17, 19 4

5 Tekun/Ulet 20, 22, 24 21, 23 5

6 Terbuka 25, 27, 29 26, 28, 30 6

Jumlah 16 14 30

Sumber : Lampiran A. 3

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Langkah-langkah pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan, meliputi:

a. Observasi sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian b. Mengurus surat izin penelitian


(36)

c. Membuat instrumen penelitian

d. Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada dosen (Judger) yang berkompeten dengan masalah yang akan diteliti.

e. Uji coba instrumen

f. Perbaikan dan perbanyakan instrumen 2. Tahap Pelaksanaan, meliputi :

a. Menentukan guru yang akan digunakan dalam penelitian

b. Pelaksanaan pre tes (soal bermuatan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah) c. Pelaksanaan kegiatan inkuiri ilmiah

d. Pengambilan data kemampuan psikomotor siswa (lembar observasi)

e. Pengambilan data aktivitas guru selama kegiatan inkuiri ilmiah berlangsung (lembar observasi)

f. Pelaksanaan postes (soal bermuatan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah) g. Wawancara dan penyebaran angket (menjaring tanggapan guru)

3. Tahap Pengolahan Data, meliputi :

a. Pengolahan data kemampuan inkuiri guru b. Pengolahan data sikap ilmiah guru

c. Pengolahan data observasi guru

d. Pengolahan data angket dan hasil wawancara

Pada tahap pelaksanan, garis besar langkah-langkah kegiatan inkuiri ilmiah adalah sebagai berikut:


(37)

b. Pendamping (dosen) menyajikan situasi yang mengundang timbulnya masalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan melalui percobaan

c. Pendamping (dosen) memimpin pembahasan mengenai perumusan masalah dan penyusunan hipoteis.

d. Pendamping (dosen) membimbing guru untuk melakukan percobaan uji coba e. Guru melaksanakan percobaan , mengumpulkan data dan menyusun data f. Guru merencanakan dan membuat langkah-langkah percobaan sederhana

secara inkuiri

g. Guru melaporkan hasil percobaan sederhana dengan presentasi dan laporan h. Pendamping (dosen) memimpin pembahasan mengenai kesimpulan/ laporan

percobaan guru

i. Peneliti menyelenggarakan postes

F. Tehnik Pengumpulan Data

Tabel 3. 14


(38)

Data Sumber Data

Jenis Data Tehnik Pengumpula

Data

Instrumen

Utama Guru

Kemampuan inkuiri guru

Pretes dan postes

Butir soal esay

Sikap ilmiah guru

Pretes dan postes

Pernyataan sikap (Skala likert)

Pendukung

Guru Aktivitas guru selama kegiatan inkuiri ilmiah berlangsung

Observasi dan catatan

lapangan

Catatan penelitian

Guru Tanggapan guru terhadap kegiatan inkuiri ilmiah

Penyebaraan angket dan wawacara

Pernyataan angket dan wawancara

G. Analisis dan Penyajian Data

1. Kemampuan Inkuiri dan sikap Ilmiah Guru

a. Menentukan skor kemudian merubahnya dalam bentuk nilai.

Skor dihitung dari jumlah setiap jawaban siswa yang benar saja. Skor yang telah diperoleh kemudian dirubah menjadi nilai dengan ketentuan:

Nilai siswa = x 100%

responden jumlah pernyataan tiap pada responden jawaban jumlah

b. Uji Prasyarat

Uji prasyarat digunakan untuk menentukan apakah data dapat dianalisis menggunakan uji parametrik atau non parametrik. Dalam penelitian ini data diolah dengan menggunakan uji parametrik terlebih dahulu, karena untuk mempertimbangkan mengenai kenormalan dan kehomogenan data. Untuk


(39)

mengetahui normalitas data dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dil1akukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak

1) Uji Normalitas

Data Kemampuan Inkuiri yang mencakup nilai hasil pretes dan postes dianalisis dengan menggunakan SPSS versy 17.0 untuk mengetahui distribusi normalitas data dengan menggunakan One Sample Kolmogrov –Smirnov test. Dapat dilihat pada tabel 3.13 di bawah ini:

Tabel 3. 15

Uji Normalitas Kemampuan Inkuiri Skor rata-rata

Pretes Postes N-Gain

N 10 10 10

Rerata 24.70 30.90 34, 70.

Kolmogrov Smirnov 0,424 0,54 0,67 Asymp. Sig (2 tailed) 0,99 0,93 0,76

Kesimpulan Normal

Sumber : Lampiran D. 1

Dari tabel 3.13 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas skor pretes, postes dan gain yang dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru diperoleh signifikansi 0,99 > 0,05 utuk tes awal ; 0,93 > 0,05 untuk tes akhir dan 0,76 > 0,05 untuk gain. Dengan demikian dapat disimpulkan baha skor tes awal, tes akhir dan gain yang dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru signifikansinya > 0,05 sehingga data berdistribusi normal.

Data sikap ilmiah yang mencakup nilai hasil tes awal dan tes akhir dianalisis dengan menggunakan SPSS versy 17.0 untuk mengetahui distribusi


(40)

normalitas data dengan menggunakan One Sample Kolmogrov – Smirnov test dan untuk uji homogenitasnya menggunakan Levene test (Triton, 2006:83).. Dapat dilihat pada tabel 3. 14 di bawah ini:

Tabel 3. 16 Uji Normalitas Sikap Ilmiah

Skor rata-rata

Pretes Postes N-Gain

N 10 10 10

Rerata 50.90 55.00 0,0990

Kolmogrov Smirnov 0,568 0,843 0,491 Asymp. Sig (2 tailed) 0,903 0,476 0,969

Kesimpulan Normal

Sumber : Lampiran D. 2

Dari tabel 3.14 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pretes yang dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru diperoleh signifikansi 0,903 postes 0,476, dan n-gain 0,97. . Dengan demikian signifikansi skor pretes , postes dan Gain > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretes, postes dan gain kemampuan inkuiri guru berdistribusi normal.

2) Homogenitas

Data Kemampuan Inkuiri yang mencakup nilai hasil tes awal dan tes akhir dianalisis dengan menggunakan SPSS versy 17.0 untuk mengetahui distribusi normalitas data dengan menggunakan Levene test (Triton, 2006). Dapat dilihat pada tabel 3.15 di bawah ini:

Tabel 3.15

Uji Homogenitas Kemampuan Inkuiri


(41)

Statistic Skor

Pretes-Postes 0,247 1 18 0,625

Kesimpulan Homogen

Sumber : Lampiran D.1

Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas skor tes awal dan tes akhir diperoleh sigifikansi 0,625, maka signifikansi 0,625 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor tes awal, tes akhir yang dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru adalah homogen.

Tabel 3.16

Uji Homogenitas Sikap Ilmiah

Variabel Levene Statistic df1 df2 Sig Skor Pretes-Postes 2.476 1 18 .133

Kesimpulan Homogen

Sumber : Lampiran D.2

Dari tabel 3.16 menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas skor tes awal, tes akhir adalah 0,133, maka signifikansi kemampuan inkuiri guru > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan baha skor tes awal, tes akhir dan gain yang dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru variansi nya homogen.

c. Peningkatan (Gain)

Peningkatan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru sebelum dan sesudah

kegiatam inkuiri ilmiah dihitung dengan rumus g faktor (gain skor ternormalisasi), dengan rumus:

pre maks

pre post

S S

S S g

− −

= (Meltzer, 2002) Keterangan:


(42)

Spre = skor pre-test Spost = skor post- test Smaks = skor maksimum

Tingkat perolehan skor dikategorikan atas tiga kategori, yaitu: Tinggi : g > 0,7

Sedang : 0,3 < g < 0,7 Rendah : g < 0,3

2. Analisis Angket dan Wawancara

Analisis angket dengan menggunakan analisis deskriptif dan interpretasinya berdasarkan persentase dari alternatif jawaban yang telah dikemukakan oleh responden. Analisis tersebut menempuh tahapan sebagai berikut :

a. Membuat tabel dengan lajur : nomor urut pertanyaan, alternative jawaban, frekuensi jawaban, dan persentase.

b. Mencari frekuensi jawaban (f) dengan jalan menjumlah talinya dari setiap alternative jawaban.

c. Mencari frekuensi keseluruhan (n) dengan menjumlah frekuensi jawaban dari setiap alternative jawaban

d. Mencari nilai persentase dengan jalan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P = Persentase jawaban

f = Frekuensi jawaban terhadap salah satu poin (alternative jawaban) n = Jumlah responden yang memberi jawaban

100% = Bilangan konstanta/tetap % 100 × =

n f P


(43)

Instrumen angket sebelumnya diuji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan terhadap 18 orang calon guru. Hasil uji coba secara lengkaapnya dapat dilihat pada lampiran C. Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan responden mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan tanpa ada keluhan / kendala, instrument ini telah dikonsultasikan kepada ahli.


(44)

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan inkuiri ilmiah dapat meningkatkan kemampuan inkuiri (0,63) dan sikap ilmiah guru (0,53) secara signifikan dan berada pada kategori sedang. Pada umumnya guru berpendapat bahwa kegiatan inkuiri ilmiah dapat menigkatkan pemahaman tentag inkuiri, melatih bersikap ilmiah, pemahaman konsep, dan motivasi guru dalam merencanakan sutau pembelajaran dan percobaan sederhana untuk siswa. Meskipun selama pelaksanaan kegiatan inkuiri ini guru mengalami kendala-kendala di lapangan (100%) namun hal tersebut tidak membuat guru menjadi kehilangan semangat untuk terus melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah.

A. Saran

1. Bagi peneliti lain yang akan meneliti lebih dalam mengenai kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru yang terjadi selama berinkuiri, sebaiknya penelitian dilakukan pada sampel yang lebih besar dan berdasarkan jenjang sekolah yang bervariasi sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lengkap dan dapat menggambarkan dinamika inkuiri secara luas, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lengkap dan dapat menggambarkan kemampuan seluruh guru Biologi dalam melakukan inkuiri ilmiah

2. Bagi guru biologi : Dalam menunjang kemampuan inkuiri (dalam hal ini pelaksanaan percobaan sederhana) guru dalam pembelajaran Biologi, sebaiknya diupayakan pengertian pada guru agar keterbatasan waktu dan kurangnya literatur bukan lagi menjadi kendala dalam pelaksanaan mini riset. Guru hendaknya dapat mengatur waktu dan strategi untuk melaksanakan penelitian serta mencari dan mendapatkan informasi yang


(46)

hendaknya guru senantiasa diberi motivasi agar tetap dapat melaksanakan penelitian sebagai suatu bentuk inkuiri yang disyaratkan dalam pembelajaran sains (Biologi).

3. Bagi pedidik (guru biologi) diharapkan dapat menjadi solusi dalam melaksanakan suatu pembelajaran kepada siswa dengan inkuiri ilmiah sehingga siswa mampu berpikir dan aktif.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alberta (1998). Biology 20-30 (Senior High). Edmonton, Canada

http://www.Irc.learning. Gov. ab.ca. [ 3 Mei 2005].

Alberta. (2004). Focus on inquiry : a teacher’s guide to implementing inquiry-based learning. Edmonton, Canada : http://www.Irc.learning. Gov. ab.ca [ 7 Maret 2005].

Alpusari, M. (2008). “ Dampak Kemampuan Inkuiri Guru Terhadap Peningkatan Keterampila Proses Sains Siswa. Tesis PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Ani, Tri. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press

Anggraeni, S. (2006). Pengembangan Model Perkuliahan Biologi Umum berdasarkan

Pembelajaran Inkuiri pada Mahasiswa Calon Guru Biologi. Disertasi Doktor.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

_________, dkk. (2007). Analisis Kinerja Calon Guru Biologi sebagai Agen Pembelajaran.Dana Masyarakat. LP. UPI

__________. (2007). Program Developed of General Biology Inquiry Based Course for Preservice Biology Teachers. Proceeding of The First International Seminar on Science Education. Science Education Facing Against the Challenges of the 21 Century, 231-241.

Anonim. (2007). Naskah Akademik, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata

Pelajaran IPA. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Asbullah. (2004). Upaya Sekolah dalam menigkatkan Kualitas Lulusa di SMPN 29 Pekan Baru. Laporan Field Study PPS UPI. Tidak diterbitkan

Baharudin, dkk. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual, Sikap dan Pemahaman dalam Fisika Terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Analog dan Model Mental. Disertasi IKIP Bandug: Tidak diterbitkan

Ulum. (2007). Sikap Ilmiah, diambil dari http:


(48)

BSNP, (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas.Jakarta.

Carin. A.A. (1997). Teaching Science Through Discovery. 8th.ed. New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006) . Psikologi Sosial. Malang : UMM Press Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Standar Penilaian Buku Pelajaran

Sains: Jakarta.

__________ (2002). Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Biologi SMA & MA. Jakarta : Puskur Balitbag

___________ (2006). Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains: Jakarta.

Dini, K. F. (2011). Dinamika Inkuiri Yang Ditunjukkan Guru Biologi SMA Kota Bandung Ketika Melakukan Inkuiri Terbuka. SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Chiappetta, E.L., & Koballa, T.R. (2010). Science instruction in the middle and secondary schools: Developing fundamental knowledge and skills. New York: Allyn & Bacon.

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.

Galileo Educational Network. (2004). What is Inquiry ? Inquiry & ICT. Retrieved July 12, 2004, from http://www.galileo.org/inquiry-what.html

Gulo. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hasan, Alwi. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, Jakarta: Balai Pustaka

Harlen, W. (1993). The Teaching of Science.London: David Fulton Publisher Ltd

Ibrahim, M. (2007). Pembelajaran Inquiry. [Online]. Tersedia: http://kpicenter


(49)

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. 6th edition. Boston: Allyn and Bacon

Kautz, Ulrich. (2002). Handbuch Didaktik des Ubersetzens und Dolmetschens.

Munchen : Iudicium & Goethe- Institut

Kurniawati, T (2011). Kualitas Laporan Mini Riset Yang Dilakukan Oleh Guru-Guru Biologi SMA Di Bandung. Tesis SpS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Mar’at. (1982). Sikap Manusia, Pengembangan dan Pengukurannya. Jakarta: Edisi Pertama, Ghalia Indonesia

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics preparation in physics and other sciences: The need for special science course for teachers. Am. J. Phys. 58(8). 734-742

Nasution, A.S. (2004). Kajian Mengenai Kemampuan-Kemampuan Inkuiri Ilmiah dalam Pembelajaran CUPs Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Natawidjaja, R. (1979), Psikologi pendidikan, Jakarta: Arief Jaya

National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washinghon, DC: National Academy Press.

___________(2000). Inquiry and the national science education standards. Washington DC: National Academy Press.

NSTA &AETS. (1998). Conten on Standars for Science Teacher Preparation.

Pusat Kurikulum. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Diknas.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Russeffendi, H. E. T (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Ikip Bandung Press

Rustaman, et.al. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan


(50)

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana

Sardjono. (2000). Permasalah Pendidikan MIPA di Sekolah dan Upaya Pemecahannya. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA. FMIPA UM Malang.

Shavelson Shavelson, Richard & Towne Lisa (2002). Scientific Research in Education. http://www.nap.edu/catalog/10236.html

Sund & Trowbridge. (1973). Becoming a Secondary School Science Teacher. Toronto : A Bell & Howell Co.

Susanto, P. (2003). Keterampilan Dasar Mengajar IPA berbasis Kostruktivisme. Malang : Universditas Negeri Malang.

Suyitno, Amin dkk. (1997) . Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Triton P. B. (2006). SPSS 13.0 terapan Riset Statistik Parametrik. Jogjakarta: Andi

Wenning, Carl J. (2007). “Assesing inquiry Skills as A Component of scientific Literacy”.Journal Physics Teacher Education. Online, 4(2), Winter 2007

Widodo, Riandi, Wulan, Amprasto. (2006). Dampak Program-Program Peningkatan profesionalisme Guru Sains Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sain di Sekolah. Laporan Penelitian Hibah Kebijakan : Tidak diterbitkan

Wulan, A.R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment Kepada Calon Guru Biologi dalam menilai Kemampuan Inquiri. Disertasi. SPS UPI


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

kegiatan inkuiri ilmiah dapat meningkatkan kemampuan inkuiri (0,63) dan sikap ilmiah guru

(0,53) secara signifikan dan berada pada kategori sedang. Pada umumnya guru berpendapat

bahwa kegiatan inkuiri ilmiah dapat menigkatkan pemahaman tentag inkuiri, melatih bersikap

ilmiah, pemahaman konsep, dan motivasi guru dalam merencanakan sutau pembelajaran dan

percobaan sederhana untuk siswa. Meskipun selama pelaksanaan kegiatan inkuiri ini guru

mengalami kendala-kendala di lapangan (100%) namun hal tersebut tidak membuat guru

menjadi kehilangan semangat untuk terus melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah.

A. Saran

1. Bagi peneliti lain yang akan meneliti lebih dalam mengenai kemampuan inkuiri dan sikap

ilmiah guru yang terjadi selama berinkuiri, sebaiknya penelitian dilakukan pada sampel

yang lebih besar dan berdasarkan jenjang sekolah yang bervariasi sehingga dapat

diperoleh hasil penelitian yang lengkap dan dapat menggambarkan dinamika inkuiri

secara luas, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lengkap dan dapat menggambarkan

kemampuan seluruh guru Biologi dalam melakukan inkuiri ilmiah

2. Bagi guru biologi : Dalam menunjang kemampuan inkuiri (dalam hal ini pelaksanaan

percobaan sederhana) guru dalam pembelajaran Biologi, sebaiknya diupayakan

pengertian pada guru agar keterbatasan waktu dan kurangnya literatur bukan lagi menjadi

kendala dalam pelaksanaan mini riset. Guru hendaknya dapat mengatur waktu dan


(2)

sebagai suatu bentuk inkuiri yang disyaratkan dalam pembelajaran sains (Biologi).

3. Bagi pedidik (guru biologi) diharapkan dapat menjadi solusi dalam melaksanakan suatu

pembelajaran kepada siswa dengan inkuiri ilmiah sehingga siswa mampu berpikir dan


(3)

1

DAFTAR PUSTAKA

Alberta (1998). Biology 20-30 (Senior High). Edmonton, Canada http://www.Irc.learning. Gov. ab.ca. [ 3 Mei 2005].

Alberta. (2004). Focus on inquiry : a teacher’s guide to implementing inquiry-based learning. Edmonton, Canada : http://www.Irc.learning. Gov. ab.ca [ 7 Maret 2005].

Alpusari, M. (2008). “ Dampak Kemampuan Inkuiri Guru Terhadap Peningkatan Keterampila Proses Sains Siswa. Tesis PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Ani, Tri. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press

Anggraeni, S. (2006). Pengembangan Model Perkuliahan Biologi Umum berdasarkan Pembelajaran Inkuiri pada Mahasiswa Calon Guru Biologi. Disertasi Doktor. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

_________, dkk. (2007). Analisis Kinerja Calon Guru Biologi sebagai Agen Pembelajaran.Dana Masyarakat. LP. UPI

__________. (2007). Program Developed of General Biology Inquiry Based Course for Preservice Biology Teachers. Proceeding of The First International Seminar on Science Education. Science Education Facing Against the Challenges of the 21 Century, 231-241.

Anonim. (2007). Naskah Akademik, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Asbullah. (2004). Upaya Sekolah dalam menigkatkan Kualitas Lulusa di SMPN 29 Pekan Baru. Laporan Field Study PPS UPI. Tidak diterbitkan

Baharudin, dkk. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual, Sikap dan Pemahaman dalam Fisika Terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Analog dan Model Mental. Disertasi IKIP Bandug: Tidak diterbitkan

Ulum. (2007). Sikap Ilmiah, diambil dari http:


(4)

BSNP, (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas.Jakarta.

Carin. A.A. (1997). Teaching Science Through Discovery. 8th.ed. New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006) . Psikologi Sosial. Malang : UMM Press Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Standar Penilaian Buku Pelajaran

Sains: Jakarta.

__________ (2002). Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Biologi SMA & MA. Jakarta : Puskur Balitbag

___________ (2006). Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains: Jakarta.

Dini, K. F. (2011). Dinamika Inkuiri Yang Ditunjukkan Guru Biologi SMA Kota Bandung Ketika Melakukan Inkuiri Terbuka. SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Chiappetta, E.L., & Koballa, T.R. (2010). Science instruction in the middle and secondary schools: Developing fundamental knowledge and skills. New York: Allyn & Bacon.

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.

Galileo Educational Network. (2004). What is Inquiry ? Inquiry & ICT. Retrieved July 12, 2004, from http://www.galileo.org/inquiry-what.html Gulo. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hasan, Alwi. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, Jakarta: Balai Pustaka

Harlen, W. (1993). The Teaching of Science.London: David Fulton Publisher Ltd Ibrahim, M. (2007). Pembelajaran Inquiry. [Online]. Tersedia: http://kpicenter


(5)

3

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. 6th edition. Boston: Allyn and Bacon

Kautz, Ulrich. (2002). Handbuch Didaktik des Ubersetzens und Dolmetschens. Munchen : Iudicium & Goethe- Institut

Kurniawati, T (2011). Kualitas Laporan Mini Riset Yang Dilakukan Oleh Guru-Guru Biologi SMA Di Bandung. Tesis SpS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Mar’at. (1982). Sikap Manusia, Pengembangan dan Pengukurannya. Jakarta: Edisi Pertama, Ghalia Indonesia

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics preparation in physics and other sciences: The need for special science course for teachers. Am. J. Phys. 58(8). 734-742

Nasution, A.S. (2004). Kajian Mengenai Kemampuan-Kemampuan Inkuiri Ilmiah dalam Pembelajaran CUPs Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Natawidjaja, R. (1979), Psikologi pendidikan, Jakarta: Arief Jaya

National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washinghon, DC: National Academy Press.

___________(2000). Inquiry and the national science education standards. Washington DC: National Academy Press.

NSTA &AETS. (1998). Conten on Standars for Science Teacher Preparation. Pusat Kurikulum. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu.

Jakarta: Puskur Balitbang Diknas.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Russeffendi, H. E. T (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Ikip Bandung Press

Rustaman, et.al. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan


(6)

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana

Sardjono. (2000). Permasalah Pendidikan MIPA di Sekolah dan Upaya Pemecahannya. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA. FMIPA UM Malang.

Shavelson Shavelson, Richard & Towne Lisa (2002). Scientific Research in Education. http://www.nap.edu/catalog/10236.html

Sund & Trowbridge. (1973). Becoming a Secondary School Science Teacher. Toronto : A Bell & Howell Co.

Susanto, P. (2003). Keterampilan Dasar Mengajar IPA berbasis Kostruktivisme. Malang : Universditas Negeri Malang.

Suyitno, Amin dkk. (1997) . Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Triton P. B. (2006). SPSS 13.0 terapan Riset Statistik Parametrik. Jogjakarta: Andi

Wenning, Carl J. (2007). “Assesing inquiry Skills as A Component of scientific Literacy”.Journal Physics Teacher Education. Online, 4(2), Winter 2007

Widodo, Riandi, Wulan, Amprasto. (2006). Dampak Program-Program Peningkatan profesionalisme Guru Sains Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sain di Sekolah. Laporan Penelitian Hibah Kebijakan : Tidak diterbitkan

Wulan, A.R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment Kepada Calon Guru Biologi dalam menilai Kemampuan Inquiri. Disertasi. SPS UPI