KONTRIBUSI IKLIM SEKOLAH DAN KEMAMPUAN PENGEMBANGAN DIRI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMP DI KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Tujuan Penelitian ... 16

E. Manfaat Penelitian ... 17

F. Struktur Organisasi Tesis ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

A. Kompetensi Pedagogik ... 20

1. Konsep Dasar Kompetensi ... 20

2. Kompetensi Guru ... 23

3. Kompetensi Pedagogik ... 24

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 31

5. Pengembangan Profesional Guru (Teacher Professional Development) ... 37

B. Lesson Study ... 42

1. Sejarah Lesson Study ... 42

2. Pengertian Lesson Study ... 45

3. Prinsip-Prinsip Lesson Study ... 49

4. Tahapan Pelaksanaan Lesson Study ... 51

5. Lesson Study Sebagai Model Pengembangan Kompetensi ... 58

C. Iklim Sekolah ... 59

1. Konsep Iklim Sekolah ... 59

2. Dimensi Iklim Sekolah ... 62

3. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kehidupan Sekolah ... 64

4. Pengukuran Iklim Sekolah ... 67

D. Kemampuan Pengembangan Diri ... 70

1. Model Pengembangan Guru ... 70

2. Bentuk-Bentuk Pengembangan Guru ... 74

3. Pengembangan Diri Sebagai Bentuk Pengembangan Guru ... 76

E. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 89

F. Asumsi Penelitian ... 93

G. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 95

H. Hipotesis Penelitian ... 98

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 100


(2)

vi

1. Lokasi ... 107

2. Populasi ... 107

3. Sampel... 108

E. Pengolahan Data ... 110

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 122

A. Hasil Pengolahan Data ... 122

1. Deskripsi Variabel Penelitian ... 122

2. Uji Normalitas Distribusi Data ... 153

3. Transformasi Data ... 158

4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 158

a. Korelasi, Determinasi, dan Regresi Sederhana Variabel X1 (Iklim Sekolah) terhadap Variabel Y (Implementasi Lesson Study) ... 158

b.Korelasi, Determinasi, dan Regresi Sederhana Variabel X2 (Kemampuan Pengembangan Diri Guru) terhadap Variabel Y (Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah)... 161

c. Korelasi, Determinasi dan Regresi Sederhana Variabel X1 (Iklim Sekolah) terhadap Variabel X2 (Kemampuan Pengembangan Diri Guru) ... 164

d.Korelasi, Determinasi dan Regresi Sederhana Variabel Y (Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah) terhadap Variabel Z (Kompetensi Pedagogik Guru) ... 167

e. Korelasi Parsial Variabel X1 (Iklim Sekolah) terhadap Variabel Y (Implementasi Lesson Study) bila Variabel X2 (Kemampuan Pengembangan diri) dikendalikan ... 170

f. Korelasi Parsial Variabel X2 (Kemampuan Pengembangan Diri Guru) terhadap Variabel Y (Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah) bila Variabel X1 (Iklim Sekolah) dikendalikan ... 171

g.Korelasi dan Determinasi Ganda Variabel X1 (Iklim Sekolah) dan Variabel X2 (Kemampuan Pengembangan Diri Guru) Secara Simultan Terhadap Variabel Y (Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah) ... 172

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 175

1. Iklim Sekolah ... 175

2. Pengembangan Diri Guru ... 179

3. Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah ... 182

4. Kompetensi Pedagogik Guru ... 184

5. Kontribusi Iklim Sekolah Terhadap Implementasi Lesson study Berbasis Sekolah ... 186

6. Kontribusi Kemampuan Pengembangan Diri Guru Terhadap Implementasi Lesson study Berbasis Sekolah ... 191

7. Kontribusi Iklim Sekolah Terhadap Kemampuan Pengembangan Diri Guru .... 193

8. Kontribusi Implementasi Lesson study Berbasis Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru ... 196


(3)

vii

1. Rekomendasi Bagi Guru ... 203

2. Rekomendasi Bagi Kepala Sekolah ... 205

3. Rekomendasi Bagi Peneliti ... 206

DAFTAR PUSTAKA ... 207

LAMPIRAN ... 213


(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan yang berkualitas akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia penggerak pembangunan bangsa dan negara. Kompetensi sumber daya manusia yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif menjadi faktor penentu daya saing bangsa di dunia internasional.

Namun fakta kualitas pendidikan dewasa ini menunjukkan kondisi yang kurang menggembirakan. Berbagai kajian yang dilakukan menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Salah satu hasil riset yang menunjukkan lemahnya kualitas pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan negara lain di dunia dapat dilihat dari hasil study TIMMS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang mengukur kemampuan peserta didik

kelas delapan dalam Mata Pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau Science (Gonzales et all, 2004: 5, 15 ; 2009: 7,32). Ringkasan hasil studi tersebut dapat dilihat pada table 1.1 yang menunjukkan bahwa pada tahun 2003 kemampuan peserta didik Indonesia kelas delapan dalam penguasaan matematika dan IPA berada pada urutan ke-34 dari 45 negara. Selanjutnya pada tahun 2007, berada pada peringkat ke-34 dari 48 negara yang dilibatkan. Sedangkan untuk bidang IPA berada pada peringkat 35 dari 48 negara yang dilibatkan. Berdasarkan pada hasil tersebut, diketahui bahwa kompetensi


(5)

2

peserta didik kelas delapan dalam bidang matematika dan IPA berada jauh dari negara Singapura, China, Korea Jepang, bahkan dari Malaysia sekalipun. Fakta tersebut menunjukkan bahwa memang kualitas hasil belajar peserta didik masih belum memuaskan. Selain itu, hasil studi TIMMS tersebut juga menunjukkan masih rendahnya kualitas proses belajar mengajar.

Tabel 1.1

Hasil Studi TIMMS tahun 2003 dan 2007

No NEGARA

PERINGKAT

Tahun 2003 Tahun 2007 Matematika IPA Matematika IPA

1 Singapura 1 1 3 1

2 China 4 2 1 2

3 Korea 2 3 2 4

4 Jepang 5 6 5 4

5 Malaysia 10 20 20 21

6 Indonesia 34 36 34 35

Total 45 Negara Total 48 Negara

Inti dari pendidikan adalah proses belajar mengajar. Semakin baik proses belajar mengajar yang dilaksananakan maka akan semakin baik pula mutu pendidikan. Untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar, ada tiga elemen yang perlu diperhatikan, yaitu guru, peserta didik dan kurikulum atau materi pembelajaran. Analisis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat dimulai dari sisi guru dengan menganalisis sejauh mana guru menguasai metode pengajaran, menguasai materi pembelajaran, memahami psikologi perkembangan peserta didik, memahami teori belajar dan pembelajaran, serta mampu mempraktikannya dalam kontek proses belajar mengajar di kelas. Gambaran memprihatinkan ditunjukkan oleh masih rendahnya kualifikasi akademik guru. Sriyanto (2006) menyatakan bahwa pada tahun 2006, dari


(6)

3

hampir 2,7 juta guru di Indonesia, 1,8 juta guru belum memenuhi kualifikasi akademik S1. Di tingkat sekolah menengah baru 62,08 persen guru telah berkualifikasi S1. Sedangkan di tingkat sekolah dasar, dari 1,3 juta guru hanya 8,3 persen yang telah memenuhi kualifikasi S1. Secara regional di wilayah Jawa Barat, sebanyak 204.073 orang atau 58,2% tenaga guru mulai di tingkat TK,SD, SMP, hingga SMA di Jawa Barat masih berpendidikan di bawah D-4 atau S-1. Berdasarkan data Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jabar tahun 2006, jumlah guru tingkat TK hingga SMA/SMK mencapai 350.172 orang. Tetapi baru 146.099 orang yang memiliki ijazah D-4/S-1. Hal ini menunjukan bahwa ada sekitar 58,2 % guru masih perlu mengikuti pendidikan lanjutan hingga setara D-4/S-1. Gambaran memprihatinkan juga dapat dilihat dari relevansi latar belakang akademik dengan mata pelajaran yang diampu. Direktur Pembinaan dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Sumarna Surapranata sebagaimana dikutip oleh Amori (2007) yang menyatakan: “Ada sekitar 30-an persen miss match guru. Mereka tidak mengajar sesuai bidang yang dikuasainya.” Fakta-fakta di atas menunjukkan keterkaitan antara mutu pendidikan dengan kualitas guru yang menjalankan proses pendidikan. Aspek analisis dari sisi peserta didik di antaranya adalah sejauhmana motivasi peserta didik, kemampuan belajar peserta didik, kapasitas atau potensi yang dimiliki peserta didik, dan gaya atau cara belajar peserta didik. Sedangkan dari segi materi pembelajaran atau kurikulum, dapat dianalisis bagaimana struktur kurikulum, bagaimana kurikulum disusun, dikembangkan, diurutkan penyajiannya, diimplementasikan dan dievaluasi.


(7)

4

Meskipun proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan, akan tetapi perhatian langsung dari pemerintah dan masyarakat terhadap proses belajar mengajar masih sangat lemah. Perhatian pemerintah dan masyarakat lebih terfokus pada pembiayaan, fasilitas, peningkatan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, dan hasil (output) pendidikan yang diukur melalui tes ujian nasional, ujian akhir sekolah berstandar nasional, dan berbagai jenis tes lainnya. Hasil ujian nasional seringkali dijadikan indikator tunggal pengukur kualitas pendidikan. Bila nilai ujian nasional baik kecenderungan umum menganggap bahwa sekolah tersebut sudah baik. Padahal umumnya keberhasilan ujian nasional banyak dibantu oleh proses persiapan khusus menjelang ujian nasional melalui program pemantapan, bukan melalui proses belajar mengajar yang alamiah.

Hal di atas mengindikasikan bahwa proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas setiap hari masih belum optimal. Terlebih lagi bila dicermati apa yang terjadi dalam konteks pembelajaran di kelas. Pada umumnya pembelajaran dilakukan satu arah, guru lebih banyak ceramah sementara peserta didiknya mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum. Guru tidak memberi inspirasi kepada peserta didik untuk berkreasi dan tidak melatih peserta didik untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang peserta didik untuk berpikir. Pembelajaran tidak dirancang secara


(8)

5

sistematis, komprehensif, kolaboratif dengan peserta didik sehingga akibatnya peserta didik tidak menyenangi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang mengetahui selain peserta didik dan guru itu sendiri. Kebanyakan pengawas dari Dinas Pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas sebagaimana mestinya. Ketika melakukan kunjungan sekolah, pengawas lebih sering memeriksa kelengkapan administrasi guru seperti dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), program pembelajaran semester, proram pembelajaran tahunan dan sejenisnya. Pengawas jarang masuk kelas untuk melakukan observasi kelas (classroom observation) dan menjadi nara sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Demikian pula dengan kepala sekolah yang umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi guru daripada masuk ke kelas untuk melakukan observasi dan supervisi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Akibatnya guru tidak tertantang untuk melakukan persiapan mengajar dengan baik, memikirkan metode mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan untuk percobaan di laboratorium dan sebagainya.

Selain diperlukan perhatian pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, perlu pula pengembangan kompetensi guru sebagai salah satu pelaku penting dalam proses belajar mengajar. Terlebih lagi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik dalam bidang pendidikan/pembelajaran maupun yang terkait langsung dengan materi yang diajarkan, maka pengetahuan dan teknologi yang dikuasai guru pun harus


(9)

6

terus dikembangkan. Sebagai contoh, guru fisika dituntut untuk secara berkesinambungan memperbaharui pengetahuannya tentang penemuan-penemuan baru di bidang fisika yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Di samping itu, guru fisika tersebut pula perlu menambah pengetahuan dan keterampilannya dalam mempergunakan metode-metode terbaru yang lebih efektif dalam mengajarkan fisika. Secara lebih komprehensif, pengembangan kompetensi guru dapat merujuk pada standar kompetensi guru yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial.

Namun sayangnya, program-program pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah masih belum mencapai hasil yang optimal. Pengembangan yang dilakukan dalam bentuk pelatihan, lokakarya atau workshop, seminar, sarasehan, konferensi masih belum optimal meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Pengetahuan yang diperoleh melalui bentuk-bentuk pengembangan tersebut acapkali tidak terimplementasikan selepas selesainya kegiatan pengembangan tersebut. Pola pembelajaran kembali ke pola lama meskipun sudah diberikan pelatihan dengan metode pengajaran terbaru. Atau seringkali implementasi hasil pelatihan tidak berjalan lama dan tidak berkesinambungan.

Salah satu kompetensi yang sangat perlu dikembangkan oleh guru untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah kompetensi pedagogik. Mengacu pada Penjelasan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat (1) dijelaskan bahwa yang dimaksud kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Lebih


(10)

7

lanjut, pengertian kompetensi pedagogik menurut Asosiasi LPTK (Hendayana, 2006: 6) adalah sebagai berikut:

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Secara lebih terperinci, Hendayana (2006: 6) menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik meliputi: (1) memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual; (2) memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya; (3) memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik; (4) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; (5) menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik; (6) mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran; (7) merancang pembelajaran yang mendidik; (8) melaksanakan pembelajaran yang mendidik; dan (9) mengevaluasi proses dan hasil pendidikan.

Pentingnya penguasaan kompetensi pedagogik secara khusus, maupun kompetensi guru secara umum, belum diiringi dengan model pembinaan guru berbasis kompetensi. Bentuk pengembangan guru yang paling sering dilakukan melalui pelatihan, seminar, atau workshop masih belum mampu mengembangkan kompetensi pedagogik secara optimal. Untuk itu, berbagai upaya terus dilakukan dengan mengembangkan sendiri maupun mengadopsi model pembinaan yang telah berhasil dilakukan di negara-negara lain.


(11)

8

Salah satu bentuk pembinaan yang telah dianggap tepat berdasarkan hasil penelitian di beberapa negara, termasuk di negara asalnya Jepang, yang dikenal dengan istilah lesson study. Secara etimologis, lesson study merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Jepang, yakni jugyokenkyu. Berasal dari dua kata, yaitu jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran dan kata kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian, secara etimologis dapat disimpulkan bahwa lesson study merupakan penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran (Hendayana, 2007: 20). Secara terminologis, banyak definisi lesson study yang dikemukakan oleh para ahli. Di antaranya adalah Ozawa (2009:1) yang menyatakan:

Lesson study is an activity by teachers for teachers to improve their lessons through their collaboration. Lesson study is a cyclical process and involves planning the lesson (Plan), presentation of a lesson (Do), and reflecting on the lesson (Check) to improve next lesson (Action).

Berdasarkan pengertian di atas, diketahui bahwa lesson study merupakan aktivitas yang dilakukan oleh para guru untuk meningkatkan pembelajarannya melalui kolaborasi di antara sesama guru. Kegiatan pembinaan guru melalui lesson study dilakukan dalam beberapa tahapan besar, yaitu menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merefleksi kegiatan pembelajaran, dan memperbaiki pembelajaran yang akan datang. Semua tahapan tersebut dilaksanakan secara kolaborasi di antara sesama guru.

Di Indonesia, lesson study telah diimplementasikan sejak tahun 1998 atas prakarsa dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Implementasinya didukung oleh Universitas Pendidikan Indonesia,


(12)

9

Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Negeri Malang. Lesson study dikembangkan lebih lanjut pada skala kabupaten oleh UPI di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat, oleh UNY di Kabupaten Bantul Provinsi DIY Yogyakarta, dan oleh UM di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2006. Di Kabupaten Sumedang, lesson study telah diimplementasikan untuk jenjang pendidikan menengah, khususnya sekolah menengah pertama (SMP). Meskipun bukan sebagai indikator langsung, setidaknya hasil ujian nasional tingkat SMP di Kabupaten Sumedang dapat dijadikan sebagai kemajuan yang salah satunya disebabkan oleh implementasi lesson study. Kabupaten Sumedang meraih hasil kelulusan Ujian Nasional SMP 2008 tertinggi dibanding 25 Kabupaten Kota lainnya di Jawa Barat. Kab. Sumedang meraih angka kelulusan sebesar 99,89 persen dan hanya 14 orang peserta didik yang dinyatakan tidak lulus. Pada tahun 2009, Dari jumlah peserta didik yang mengikuti UN SMP negeri/swasta sebanyak 13.988 orang, peserta didik yang tidak lulus sekitar 0,015 persen atau 20 orang.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan lesson study dalam rangka pengembangan kompetensi pedagogik guru diperlukan situasi organisasi sekolah yang kondusif serta individu guru yang memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan diri. Secara ilmiahnya, diperlukan iklim organisasi atau dalam konteks sekolah disebut iklim sekolah, serta diperlukan pula kemampuan self-development dari masing-masing guru. Iklim sekolah merupakan istilah umum yang mengacu pada perasaan, atmosfir, sifat, ideologi, atau lingkungan pergaulan sekolah (Hoy, 2002). Sebelumnya, Hoy


(13)

10

dan Miskel (1978; 187) menyatakan bahwa iklim organisasi merupakan seperangkat karakteristik internal yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah yang lainnya. Karakteristik tersebut juga mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam sekolah tersebut. Iklim organisasi berkaitan dengan karakteristik internal, meliputi nilai, norma, sikap, perilaku dan perasaan dari anggota organisasi, mempengaruhi perilaku anggota organisasi serta iklim organisasi dapat dirasa dan dijelaskan. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa lesson study dilaksanakan secara kolaboratif kolegial, yang berarti bahwa lesson study akan terlaksana dengan baik bila didukung dengan iklim sekolah yang kondusif.

Namun, untuk dapat mengimplementasikan lesson study dengan baik, tidak cukup hanya didukung dengan iklim sekolah yang kondusif. Lebih jauh lagi, diperlukan pula individu-individu yang memiliki motivasi dan kemampuan kuat untuk senantiasa melakukan pengembangan diri. Semangat continuous improvement yang tersirat dalam konsep lesson study

menghendaki perbaikan berkelanjutan secara kolaboratif hanya akan terdukung bila masing-masing individu melakukan pengembangan diri. Boldt (1993) menyatakan: “Self-development is taking personal responsibility for one’s own learning and development through a process of assessment,

reflection, and taking action”. Berdasarkan pengertian tersebut, pengembangan diri merupakan sikap mengambil tanggung jawab secara personal untuk belajar secara mandiri dan mengembangkan diri melalui proses


(14)

11

assessment (pengukuran) diri, refleksi, dan melakukan tindakan secara

mandiri.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan, diketahui permasalahan di SMP Negeri di Kabupaten Sumedang sebagai berikut. Dalam perspektif iklim sekolah, permasalahan yang dihadapi dalam implementasi lesson study di Kabupaten Sumedang adalah: (1) pada tahap awal pemahaman

sebagian kepala sekolah tentang lesson study cenderung negatif; (2) kurangnya dukungan bagi para guru untuk melakukan upaya continuous improvement melalui lesson study; (3) para kepala sekolah baru mengikuti kegiatan lesson study setelah mendapat himbauan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Sumedang; (4) prinsip-prinsip collaborative learning belum sepenuhnya dipahami oleh para guru; (5) kesetaraan dan kolegialitas di antara sesama guru masih belum optimal; (6) sulit mencari guru yang bersedia menjadi guru model karena guru merasa kurang percaya diri apabila kegiatan PBM dilihat dan diamati oleh guru lain, kepala sekolah atau pengawas (Firman dan Ekawati, 2007; Tarigan, Suhendi, dan Mintarsih, 2008:7).

Penerapapan lesson study membutuhkan para guru yang mampu mengembangkan diri secara kerkesinambungan. Beberapa indikasi masalah lemahnya kemampuan pengembangan diri guru SMP Negeri di Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut: (1) masih perlu ditingkatkannya kemampuan refleksi diri dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru; (2) para guru umumnya belum memiliki program pengembangan diri untuk


(15)

12

meningkatkan penguasaan kompetensi keguruannya; (3) para guru belum rutin dan sering mengikuti program pengembangan diri yang dilakukan oleh pihak eksternal baik dalam bentuk seminar, workshop, pelatihan dan sejenisnya.

Implementais lesson study di SMP di Kabupaten Sumedang masih perlu terus ditingkatkan. Permasalahan yang muncul dalam implementasi Lesson Study di jenjang SMP Se-Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut: (1) dalam persiapan dan perencanaan pembelajaran, belum semua guru aktif terlibat dalam diskusi; (2) belum tumbuh pemahaman yang merata bahwa kegiatan penyusunan RPP sebagai sarana membangun komunitas yang saling belajar; (4) penilaian proses dan kinerja yang masih minim dari para peserta diskusi guru model maupun narasumber; (5) pelaksanaan pembelajaran melebihi waktu yang telah direncanakan; (6) kebenaran konsep yang dibahas atau diimplementasikan, serta kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada para siswa akibat improvisasi guru model atau penggunaan alat praktek pengganti (Firman dan Kaniawati: 2007).

Sebelum implementasi lesson study, permasalahan kompetensi pedagogik para guru di SMP Negeri Kabupaten Sumedang teridentifikasi permasalahan sebagai berikut: (1) pemahaman guru tentang KTSP masih kurang; (2) kemampuan guru dalam menyusun RPP masih kurang, karena biasanya mereka hanya menyalin dari yang sudah jadi; (3) kurangnya kemampuan ini terlihat ketika guru membuat indikator-indikator dari sebuah kompetensi dasar dan pembuatan asesmen yang cenderung hanya mengukur aspek kognitif saja; (4) guru mengalami kesulitan dalam merencanakan


(16)

13

pembelajaran berdasarkan kurikulum; (5) metoda yang dikembangkan masih didominasi metoda ceramah; (6) rencana pembelajaran yang dikembangkan masih lemah dalam merencanakan kegiatan awal; (7) langkah-langkah pembelajaran masih kurang memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran; (8) guru kesulitan memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; (9) guru mengalami kesulitan mengimplentasikan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku; (10) struktur pembelajaran yang dikembangkan masih kurang menunjukkan struktur pembelajaran mata pelajaran; (11) guru mengalami kesulitan mengembangkan materi ajar menjadi bahan ajar; dan (12) guru mengalami kesulitan dalam aspek penilaian terhadap hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum (Tarigan, Suhendi, dan Mintarsih, 2008: 7; dan Muslim, Iryanti, dan Nurhayati, 2008: 3)

Implementasi lesson study yang berhasil dilaksanakan dan memiliki dampak yang siginifikan di beberapa negara mendorong ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaiman implementasi lesson study di Kabupaten Sumedang yang telah berjalan tiga tahun terhitung sejak tahun 2006. Menarik untuk diteliti faktor-faktor yang berkontribusi pada implementasi lesson study berbasis sekolah. Berdasarkan pada hasil identifikasi permasalahan di atas, dalam penelitian ini diduga bahwa faktor iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri guru sebagai bagian dari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah. Serta peningkatan kompetensi pedagogik diasumsikan sebagai dampak implementasi lesson


(17)

14

study berbasis sekolah. Atas dasar itu, masalah yang teridentifikasi adalah

sebagai berikut: Bagaimana kontribusi iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri guru terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang. C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Seberapa besar kontribusi iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri guru terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kabupaten Sumedang?”.

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan penelitian dirinci dalam bentuk pertanyaan penelitian yang lebih spesifik sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran iklim sekolah di SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana gambaran kemampuan pengembangan diri guru SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang?

3. Bagaimana gambaran implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Sumedang?


(18)

15

4. Bagaimana gambaran kompetensi pedagogik guru SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang?

5. Seberapa besar kontribusi iklim sekolah terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan

lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang?

6. Seberapa besar kontribusi kemampuan pengembangan diri guru terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang?

7. Seberapa besar kontribusi iklim sekolah terhadap kemampuan pengembangan diri guru pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang?

8. Seberapa besar kontribusi iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri guru secara simultan terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang?

9. Seberapa besar kontribusi implementasi lesson study terhadap kompetensi pedagogik guru pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang?


(19)

16 D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian dengan mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang terkait dengan variabel-variabel penelitian. Sejalan dengan pertanyaan penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru pada

SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran iklim sekolah pada SMP Negeri yang telah

mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang.

2. Untuk mengetahui gambaran kemampuan pengembangan diri guru SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui gambaran implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Sumedang.

4. Untuk mengetahui gambaran kompetensi pedagogik guru SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah di Kabupaten Sumedang.


(20)

17

5. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi iklim sekolah terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang.

6. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kemampuan pengembangan diri guru terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang.

7. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi iklim sekolah terhadap kemampuan pengembangan diri guru pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang.

8. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri guru secara simultan terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang.

9. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi implementasi lesson study terhadap kompetensi pedagogik guru pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian merupakan dampak atau keuntungan dari tercapainya tujuan penelitian atau manfaat hasil penelitian. Manfaat penelitian ini dibagi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.


(21)

18 1. Manfaat Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian untuk konsep pengembangan kompetensi pedagogik guru melalui model lesson study berbasis sekolah. Juga dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi teori iklim sekolah dan teori pengembangan diri untuk meningkatkan kualitas implementasi lesson study.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

a. Masukan bagi praktisi, pemerhati, maupun peminat pengembangan kompetensi pedagogik guru melalui melalui lesson study.

b. Masukan bagi praktisi lesson study untuk meningkatkan implementasi lesson study melalui optimalisasi iklim sekolah dan kemampuan

pengembangan diri guru. F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS

Penulisan tesis ini diorganisasikan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah 2. Identifikasi Masalah 3. Rumusan Masalah 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian


(22)

19 6. Struktur Organisasi Tesis BAB II Kajian Pustakan

1. Kompetensi Pedagogik 2. Lesson Study

3. Iklim Sekolah

4. Kemampuan Pengembangan Diri Guru 5. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan 6. Asumsi Penelitian

7. Kerangka Pemikiran 8. Hipotesis Penelitian BAB III Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 3. Teknik Pengumpulan Data

4. Lokasi, Populasi dan Sampel 5. Pengolahan Data

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Pengolahan Data

2. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan 2. Rekomendasi


(23)

100 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Berdasarkan pada masalah penelitian tentang kontribusi iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri terhadap implementasi lesson study untuk meningkatkan kompetensi pedagogik ini, maka penelitian yang digunakan adalam penelitian desktriptif. Penelitian deskriptif dipilih karena memiliki karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu: (1) memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena; (2) menerangkan hubungan (korelasi); (3) menguji hipotesis yang diajukan; (4) membuat prediksi (forecast) kejadian; (5) memberikan arti atau makna implikasi pada suatu

masalah yang diteliti. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008: 34)

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap gambaran dan hubungan antara variable iklim sekolah, kemampuan pengembangan diri, implementasi lesson study berbasis sekolah dan kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di

Kabupaten Sumedang. Selain berdasarkan topik yang diteliti, berdasarkan jumlah sumber data yang besar maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Hal tersebut merujuk pada pendapat Cohen, Manion, Morrison (2005: 169) menyatakan:

Typically, surveys gather data at a particular point in time with the intention of describing the nature of existing conditions, or identifying standards against which existing conditions can be compared, or determining the relationships that exist between specific events.


(24)

101

Merujuk pada pendapat di atas, diketahui bahwa survey merupakan pengumpulan data pada aspek dan waktu tertentu dengan tujuan menggambarkan sifat kondisi yang ada atau mengidentifikasi standar terhadap kompetensi yang ada yang dapat dibandingkan, atau menentukan hubungan yang ada antara peristiwa tertentu. Selanjutnya Lancaster (2005: 146) yang menyatakan: “Survey research is essentially an approach to data collection that involves collecting data from large numbers of respondents.”

Berdasarkan pendapat tersebut, diketahui bahwa esensi penelitian survey adalah sebagai suatu pendekatan untuk mengumpulkan data yang melibatkan responden dalam jumlah yang besar. Pendapat lain dikemukakan oleh Marczyk, DeMatteo, dan Festinger (2005:151) yang menyatakan:

Survey studies ask large numbers of people questions about their behaviors, attitudes, and opinions. Some surveys merely describe what people say they think and do. Other survey studies attempt to find relationships between the characteristics of the respondents and their reported behaviors and opinions.

Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa penelitian survey memungkinkan untuk menanyakan perilaku, sikap dan opini dari responden yang berjumlah besar. Selain itu, penelitian survey memungkinkan unruk menemukan hubungan di antara karakteristik respondan dan di antara variable penelitian.

Berdasarkan pada jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 7) yang menyatakan bahwa


(25)

102

metode disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisi menggunakan statistik.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Sebagai upaya untuk memfokuskan penelitian dan menghindarkan munculnya kesimpangsiuran dalam memahami judul tesis ini, diperlukan adanya rumusan definisi operasional yang jelas. Nazir (2005: 126) menyatakan:

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, definisi operasional merupakan definisi yang dibuat oleh peneliti terhadap variabel yang akan diteliti guna memberikan batasan yang tegas dan menjadi panduan atau kriteria untuk mengukur variabel tersebut.

Untuk mengukur variabel-variabel penelitian, disusunlah definisi operasional yang dibuat dalam bentuk definisi operasional yang diukur (measured). Nazir (2005: 126) menyatakan bahwa definisi operasional yang

diukur memberikan gambaran bagaimana variabel atau konstrak diukur. Berikut definisi operasional variabel penelitian:

a. Definisi Operasional Iklim Sekolah

Iklim sekolah merupakan seperangkat karakteristik internal yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah yang lainnya dan karakteristik tersebut juga mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam sekolah tersebut. dalam penelitian ini, variabel iklim sekolah


(26)

103

diukur dari dimensi: (1) kolegialitas; (2) kolaboratif; (3) respect; (4) trust; (5) high morale; (6) opportunity for input; (7) continuous academic & social growth; (8) cohesiveness; (9) school renewal; (10) caring

b. Definisi Operasional Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan sikap mengambil tanggung jawab secara personal untuk belajar secara mandiri dan mengembangkan mengembangkan diri melalui proses assessment (pengukuran) diri, refleksi, dan melakukan tindakan secara mandiri. Dalam penelitian ini, variabel pengembangan diri diukur dari dimensi berikut: (1) penilaian kebutuhan pengembangan diri; (2) perencanaan kegiatan pengembangan diri; (3) pelaksanaan kegiatan pengembangan diri; dan (4) evaluasi pelaksanaan pengembangan diri.

c. Definisi Operasional Implementasi Lesson Study

Lesson study merupakan suatu model pembinaan profesi

pendidika melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dalam penelitian ini, lesson study diukur berdasarkan dimensi sebagai berikut: (1)

perencanaan (Plan); (2) pelaksanaan (Do); dan (3) Refleksi (See). d. Definisi Operasional Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


(27)

104

dimilikinya. Dalam penelitian ini, kompetensi pedagogik diukur dari dimensi sebagai berikut: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, cultural, emosional dan intelektual; (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu; (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang dimaksudkan sebagai cara dan alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subjek penelitian. Yang dimaksud dengan teknik-teknik pengumpulan data di sini adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dan pengumpulan datanya.

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dan keinginan untuk memperoleh data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik


(28)

105

pengumpulan data tidak langsung, yaitu dengan menggunakan komunikasi dengan subjek penelitian melalui perantara instrumen berupa angket atau daftar pertanyaan yang terstruktur (tertutup). Yang dimaksud dengan instumen pengumpulan data menurut Arikunto dalam Riduwan (2003: 51) alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Angket (questionaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penggunaan angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa khawatir bila responden memberikan jaminan yang tidak sesuai dengan kenyataan alam pengisian daftar pertanyaan (Riduwan, 2003:52-53). Angket tertutup (terstruktur) menurut Riduwan (2003:54) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan rupa sehingga responden responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√).

Penggunaan angket (questionnaire) dalam penelitian ini karena angket memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: (1) lebih murah meski penyebarannya luas, (2) bebas dari bias pewawancara, (3) responden memiliki waktu cukup untuk memberikan jawaban yang dipikirkan dengan baik, (4) dapat menjangkau responden yang sulit didekati secara personal, dan (5) dapat menjangkau jumlah sampel yang besar dan hasilnya dapat diandalkan dan reliable (Kothari, 2004: 100-101).


(29)

106

Dalam kaitan dengan penelitian ini, maka daftar pertanyaan yang diajukan kepada para responden untuk menggali informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian, yaitu mengenai kontribusi iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru

SMP Negeri di Kabupaten Sumedang. Dalam merumuskan alat pengumpul data, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan indikator-indikator dari variabel penelitian yang dianggap penting untuk ditanyakan pada responden, berdasarkan pada studi kepustakaan yang relevan.

b. Membuat kisi-kisi butir item berdasarkan variabel penelitian.

c. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang disertai alternatif jawaban yang akan dipilih responden berdasarkan indikator variabel yang ditentukan dalam kisi-kisi.

d. Menetapkan kriteria penskoran. Mengacu kepada Furqon (1999: 154) dalam menetapkan kriteria penskoran, digunakan aturan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skala Pengukuran & Kriteria Penskoran Variabel Penelitian

Skor

X1 X2 Y Z

Selalu Selalu Selalu Sangat Setuju 5

Sering Sering Sering Setuju 4

Kadang-Kadang Kadang-Kadang Kadang-Kadang Netral 3

Jarang Jarang Jarang Kurang Setuju 2

Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Setuju 1

e. Melakukan uji coba instrumen dan mengolahnya dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.00 for Windows untuk mengetahui validitas


(30)

107

dan reliabilitas instrumen pengumpul data. Adapun rumus yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik split half method.

f. Istrumen yang valid dan reliabel langsung digunakan untuk pengumpulan data. Sedangkan item pernyataan yang tidak valid dan reliabel ada yang diperbaiki ada pula yang dibuang.

D. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL 1. Lokasi

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah di 11 (sebelas) SMP Negeri di Kabupaten Sumedang yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah.

2. Populasi

Populasi berasal dari Bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Dalam metode penelitian, istilah populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karena itu, menurut Bungin (2008: 99):

… populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Tema pokok penelitian ini implementasi lesson study berbasis sekolah (LSBS) yang di selenggarakan di 11 SMP Negeri di Kabupaten Sumedang. Berdasarkan pada pengertian populasi di atas, maka dalam penelitian ini populasinya adalah guru-guru di 11 SMP Negeri di


(31)

108

Kabupaten Sumedang yang telah mengimplementasikan LSBS. Adapun jumlah guru secara keseluruhan dari 11 sekolah tersebut adalah 453 orang, dengan persebaran sebagai berikut:

Tabel 3.2

Distribusi Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jml

Guru 1 SMPN 1 Jatinangor 61 2 SMPN 1 Tanjungsari 53 3 SMPN 1 Pamulihan 39 4 SMPN 4 Sumedang 49 5 SMPN 5 Sumedang 56 6 SMPN 2 Ganeas 27 7 SMPN 1 Situraja 43

8 SMPN 1 Paseh 47

9 SMPN 1 Tomo 14

10 SMPN 2 Tomo 32

11 SMPN 1 Jatigede 32

Jumlah 453

3. Sampel

Bila populasi penelitian besar dan tidak memungkinkan semua populasi dijadikan sumber penelitian maka dapat disiasati dengan mengambil sebagian dari populasi atau dengan cara sampel. Menurut Sugiyono (2009: 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. dalam penelitian ini, besarnya sampel yang diambil menggunakan rumus sebagai berikut (Taro Yamane dalam Akdon (2005: 107):


(32)

109 Dimana

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Dengan menggunakan rumus di atas, maka perhitungan penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

= . + 1

= 453 . 0,05 + 1 = 453 453 .0,0025 + 1453 =1, 1325 + 1 =453 2,1325 = 212,46 ≈ 213453

Berdasarkan pada penghitungan di atas, maka sampel dalam penelitian ini diketahui sejumlah 213 orang. Adapun distribusi sampel untuk masing-masing sekolah menggunakan penghitungan proporsional sebagai berikut:

Tabel 3.3

Distribusi Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jml Guru Sampel

1 SMPN 1 Jatinangor 61 29

2 SMPN 1 Tanjungsari 53 25

3 SMPN 1 Pamulihan 39 18

4 SMPN 4 Sumedang 49 23

5 SMPN 5 Sumedang 56 26

6 SMPN 2 Ganeas 27 13

7 SMPN 1 Situraja 43 20

8 SMPN 1 Paseh 47 22

9 SMPN 1 Tomo 14 7

10 SMPN 2 Tomo 32 15

11 SMPN 1 Jatigede 32 15


(33)

110 E. PENGOLAHAN DATA

Sebelum melakukan pengolahan data, ada beberapa tahapan yang dilakukan agar angket yang telah terkumpul dapat diolah secara statistik. Tahapan tersebut ialah seleksi angket, klasifikasi data dan pemberian skor (scoring). Masing-masing tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Seleksi Angket

Seleksi angket merupakan tahapan pemilihan dan penilaian apakah setiap eksemplar angket yang telah terkumpul layak diolah atau tidak. Langkah pertama adalah dengan cara memeriksa setiap eksemplar angket apakah semua butir pertanyaan atau pernyataan telah dijawab secara lengkap oleh responden. Langkah yang kedua adalah dengan menghitung apakah angket yang telah terkumpul dan dapat diolah telah sesuai dengan jumlah sampel yang dikehendaki. Hasil seleksi angket dapat dilihat dalam tabel di bawah ini (tabel 4.1).

Tabel 3.4 Hasil Seleksi Angket

Sampel Jumlah Angket

Disebar Terkumpul Dapat diolah Tidak dapat diolah

213 213 213 213 0

Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa angket yang terkumpul telah sesuai dengan jumlah responden sampel yang dibutuhkan. 2. Klasifikasi Data dan Pemberian Skor

Tahap selanjutnya setelah penyeleksian angket adalah mengklasifikasikan data berdasarkan pada variabel penelitian yang telah ditetapkan, yakni variabel X1 (Iklim Sekolah), X2 (Kemampuan


(34)

111

Pengembangan Diri Guru), Y (Implementasi Lesson study Berbasis Sekolah) dan Z (Kompetensi Pedagogik Guru). Selanjutnya untuk setiap alternatif jawaban yang dipilih oleh responden diberikan skor dengan mengacu pada tabel di bawah ini (tabel 3.1).

3. Tabulasi Data

Setelah dilakukan pemberian skor (scoring) untuk masing-masing jawaban yang dipilih oleh responden, maka tahapan selanjutnya adalah menyusun hasil penskoran tersebut dalam bentuk tabel atau dibuat tabulasi data. Tabulasi data yang telah disusun terlampir.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan upaya untuk membuat data berarti dan dapat menjawab permasalahan penelitian. Pengolahan data harus dilakukan dengan langkah sistematis. Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 for windows. Namun demikian, untuk menguraikan logika secara manual, berikut langkah-langkah manual dalam pengolahan data

a. Analisis Deskriptif

1) Nilai kumulatif adalah nilai dari setiap item pernyataan jawaban dari 213 responden.

2) Persentase adalah nilai kumulatif item dibagi dengan nilai frekuensinya dikalikan dengan 100%.

3) Jumlah responden = 213 orang, dengan nilai skala pengukuran terbesar = 5 sedangkan skala pengukuran terkecil = 1, sehingga


(35)

112

diperoleh jumlah kumulatif terbesar = 213 x 5 = 1065, dan jumlah kumulatif nilai terkecil = 213 x 1 = 213. Adapun nilai persentase terbesar = 1065/1065 = 100% dan nilai persentase terkecil = 213/1065 = 20%, dari kedua nilai persentase tersebut diperoleh nilai rentang 100% - 20% = 80% dan jika dibagi dengan 5 skala pengukuran dapat dinilai interval persentase sebesar = 80%/5 = 16%, sehingga diperoleh klasifikasi kriteria penilaian persentase sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Penilaian Berdasarkan Persentase No Rentang Persentase Kriteria Penilaian

1 20,00 – 35,99 Sangat Kurang Baik 2 36,00 – 51,99 Kurang Baik 3 52,00 – 67,99 Cukup Baik

4 68,00 – 83,99 Baik

5 84,00 – 100,00 Sangat Baik b. Analisis Inferensial

1) Mengubah skor mentah menjadi skor baku a) Mencari skor terbesar dan skor terkecil. b) Mencari nilai Rentangan (R), dengan rumus:

R = Skor terbesar – skor terkecil

c) Mencari banyak kelas (BK), dengan rumus:

d) Mencari nilai panjang kelas (i), dengan rumus:

BK = 1 + 3,3 log n

BK R i=


(36)

113

e) Mencari nilai rata-rata (mean), dengan rumus:

f) Mencari simpangan baku (standar deviasi), dengan rumus:

g) Mengubah data ordinal menjadi data interval atau mengubah skor mentah menjadi skor baku, dengan rumus:

2) Uji normalitas distribusi data

Hasil pengujian normalitas data akan memberikan implikasi pada teknik statistik yang digunakan. Wijaya (2001:1-2) menyatakan bahwa salah satu asumsi yang mendasari penggunaan teknik parametrik yaitu sebaran data induk (populasi) darimana sampel itu diambil memiliki sebaran normal. Hal ini berarti bahwa bila distribusi data tidak normal, maka teknik statistik yang digunakan adalah non parametrik. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi data sebagai berikut:

a) Mencari skor terbesar dan skor terkecil b) Mencari nilai rentangan (R)

R = Skor terbesar – skor terkecil c) Mencari banyaknya kelas (BK)

BK = 1 + 3,3 log n n

fX x=

i

(

)

( )

1

. 2 2 − − =

n n fX fX n

s i i

(

)

s x X T i i − +


(37)

114

d) Mencari nilai panjang kelas (i)

BK R i=

e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong f) Mencari rata-rata (mean)

n fX x=

i

g) Mencari simpangan baku (Standar Deviasi)

(

)

( )

1

2 2

− − =

n n

fX fX

n

s i i

h) Membuat daftar frekuensi dengan cara:

(1) Menentukan batas kelas dengan cara skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5

(2) Mencari nilai Z-score

s x BatasKelas

Z = −

(3) Mecari luas O-Z dari Tabel Kurva Normal dari O-Z dengan menggunakan angka-angka pada batas kelas. Sehingga diperoleh luas O-Z

(4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka O-Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang paling tengah (tanda


(38)

115

positif dengan negatif) ditambahkan dengan angka baris berikutnya.

(5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap kelas interval dengan jumlah responden (n).

(6) Mencari chi-kuadrat

(

χ2hitung

)

(

)

= − = k i fe fe fo 1 2 2 χ

(7) Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel, dengan criteria

pengujian sebagai berikut:

Jika χ2hitung ≥ χ2tabel, artinya distribusi data tidak normal.

(8) Jika χ2hitung ≤ χ2tabel, artinya distribusi data normal

3) Menguji hipotesis penelitian a) Uji Korelasi Sederhana

Untuk mengetahui korelasi atau hubunan antara variabel penelitian dilakukan uji korelasi. Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut:

(

) (

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 . . . . Y Y n X X n Y X XY n rXY Keterangan: = XY

r Korelasi antara variabel X denganvariabel Y X = Skor variabel X


(39)

116

Hasil uji korelasi berupa koefisien korelasi kemudian dikonsultasikan pada tabel konsultasi koefisien korelasi sebagai berikut (Akdon dan Hadi, 2004: 188):

Tabel 3.6

Tabel Konsultasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80-1,000 Sangat Kuat 0,60-0,799 Kuat 0,40-0,599 Cukup Kuat 0,20-0,399 Rendah 0,00-0,199 Sangat Rendah

b) Korelasi Parsial

Korelasi parsial adalah analisis korelasi untuk mengetahui hubungan anatar dua variabel, jika variabel independen yang lain dianggap tetap. Analisi korelasi parsial dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.00 for Windows. Secara manual, rumus korelasi parsial adalah sebagai berikut.

. = − . 1 − 1 − = √ − 3

1 −

c) Korelasi Ganda

Korelasi ganda adalah analisis untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas dengan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, analisi korelasi ganda dilakukan


(40)

117

dengan menggunakan bantuan SPSS 17.00 for Windows. Secara manual, rumus korelasi ganda adalah sebagai berikut.

= + − 2 !"# !" " "#

1 −

d) Uji Signifikansi

Pengujian signifikansi dilakukan untuk mencari makna hubungan antara variabel penelitian. Adapun uji signifikansi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus:

2

1 2 r n r

thitung

− − =

t hitung = Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah sampel

Hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung. Dengan membandingkan dengan nilai t tabel maka dapat disimpulkan: Jika t hitung > t tabel berarti korelasi bersifat signifikan, bila t hitung < t tabel berarti korelasi tidak signifikan. e) Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel penelitian. Penghitungan determinasi dilakukan berdasarkan rumus yang dinyatakan oleh Akdon dan Hadi (2004: 188) sebagai berikut:

Keterangan:

% 100

=r KP


(41)

118

KP = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi f) Uji Regresi Sederhana

Uji regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa besar nilai variabel dependent, bila nilai variabel independen diubah. Analisis regresi ini digunakan dengan rumus yang dikemukakan oleh Sugiono (2002: 244-245):

Y = a + bX Keterangan:

Y = Harga variabel Y yang diramalkan a = harga gram regresi (bilangan konstanta)

b= Koefisien arah regresi linier yang menyatakan rata-rata perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X sebesar satu unit.

X = Harga variabel X

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

1) Mencari harga-harga yang akan digunakan menghitung koefesien a dan b, yaitu

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑

2 2 2

, , , ,

, y xy x y xy

x

( )

(

) ( )(

)

(

2

) ( )

2

2

− − = x x n xy x x y a

(

) ( )( )

(

2

) ( )

2

− − = x x n y x xy n b


(42)

119

2). Menyusun persamaan regresi dalam bentuk persamaan Y = a + bX

3). Menafsirkan persamaan regresi. g) Uji Regresi Ganda Ganda

Analisis rgeresi ganda merupakan pengembangan dari analisis regresi sederhana. Regresi ganda kegunaannya adalah untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Rumus persamaan regersinya adalah sebagai berikut:

$% = & + ' ( + ' (

h) Uji Linieritas Regresi dengan Anava

Anava untuk menguji signifikasi atau keberartian koefesien arah regresi Y atas X dan untuk menguji linearitas persamaan regresi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menghitung varians sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana (1996: 302-306) sebagai berikut :

1) Mencari jumlah kuadrat total JK (T) =

Y 2

2) Mencari jumlah kuadrat karena regresi

JK (a) =

( )

n

Y 2


(43)

120

Jk (b /a ) = b

(

)( )

        −

n Y X XY

4) Mencari jumlah kuadrat karena kekeliruan residu JK (res) = JK (T) – Jk (a) – JK (b / a)

5) Mencari jumlah kuadrat karena kekeliruan

JK (E) =

∑ ∑

( )

        − n Y y 2 2

6) Untuk menghitung JK (E) terlebih dahulu dibuatkan tabel pasangan variabel X dan Variabel Y

7) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok JK (TC) = JK (res) – JK (E)

Setelah diperoleh harga-harga dengan menggunakan rumus di atas kemudian di lanjutkan dengan mencari kuadrat tengah (KT) untuk setiap sumber variasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mencari kuadrat tengah total dengan rumus : KT (T) =

y 2

2) Mencari kuadrat tengah (a) dengan rumus:

KT (a) =

( )

n

y 2

3) Mencari kuadrat tengah regresi (reg) dengan rumus

1 ) / (

2 JK b a

Sreg =

4) Mencari kuadrat tengah residu (res) dengan rumus:

2 2 − = n JKres Sres


(44)

121

5) Mencari kuadrat tengah tuna cocok (TC) dengan rumus

2 ) ( 2 − = k TC JK STC

6) Mencari kuadrat tengah (KT) untuk sumber variasi dengan rumus: k n E JK SE − = ( ) 2

Kemudian mencari harga F untuk tuna cocok regresi linier

dengan menggunakan rumus : 2

2

E TC

S S

F = kriteria pengujian yang

digunakan adalah dengan dk pembilang = (k – 2) dan dk penyebut = (n – k) dan pada tahap signifikasi tertentu, maka diterima Ho jika F hitung > F tabel dan ditolak Ho jika F hitung < F tabel.

Dari beberapa perhitungan di atas diperoleh tabel Anava untuk uji signifikasi koefesien regresi dan uji linieritas regresi sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana (1996: 334) sebagai berikut:

Tabel 3.7 Analisis Varians Sumber

Variasi DK JK KT F

Total n

2

Y

Y 2

Regresi (a) 1

( )

n Y 2

( )

n Y 2

Regresi (b/a) Residu 1 n-2

JKreg = JK (b/a) JKres = JK (T) – JK (a) - JK (b/a) ) / ( 2 A B JK Sreg =

2 2 − = n JK S res res 2 2 res reg S S

Tuna cocok k-2 JK(TC) =

JK(res) – JK(E) 2 ) ( 2 − = k TC JK STC 2 2 E TC S S


(45)

201 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan pada hasil pengolahan dan analisis data serta pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan, implikasi dan rekomendasi sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis data serta pembahasan atas hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Iklim sekolah di sekolah yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah berada dalam kondisi yang sangat kondusif. Hal tersebut teridentifikasi dari dimensi kolegialitas yang kental, aktif berkolaborasi di antara sesama guru, respect satu sama lain, saling mempercayai, semangat tinggi dalam menjalankan aktivitas, saling memberikan masukan untuk perbaikan, meningkatkan aspek social dan akademik secara berkesinambungan, kohesif, serta gemar melakukan upaya pembaharuan ke arah yang lebih baik.

2. Para guru di sekolah yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah memiliki kemampuan pengembangan diri yang sangat tinggi. Mereka mampu menilai kebutuhan dan merencanakan pengembangan diri, kemudian melaksanakannya dengan sungguh-sungguh dan mengevaluasinya dengan baik.

3. Sekolah-sekolah yang diteliti telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah dengan baik. Setiap tahapan proses dari mulai kegiatan


(46)

202

PLAN, kegiatan DO, dan SEE dilaksanakan secara baik dan teratur sesuai dengan kaidah-kaidah proses lesson study.

4. Implementasi lesson study berbasis sekolah telah membantu para guru dalam meningkatkan kompetensi pedagogik sehingga menjadi lebih baik dan berada dalam taraf yang tinggi. Hal tersebut tercermin dari penguasaan karakteristik peserta didik, penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, kemampuan dalam mengembangkan kurikulum; penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, kemampuan berkomunikasi efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, kemampuan menyelenggarakan penilaian proses dan hasil pembelajaran, pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran mencapai dan kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas.

5. Iklim sekolah berkontribusi terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah sebesar 57,7%. Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang berbunyi: “Iklim sekolah memiliki kontribusi yang signifikan terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah pada SMP Negeri yang telah mengimplementasikan lesson study di Kabupaten Sumedang” telah terbukti dan diterima.

6. Kemampuan pengembangan diri guru berkontribusi signifikan terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah sebesar 33,2%.


(47)

203

7. Iklim sekolah berkontribusi signifikan terhadap kemampuan pengembangan diri guru sebesar 71,6%.

8. Implementasi lesson study berbasis sekolah berkontribusi signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru sebesar 94,5%.

9. Iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri guru secara simultan berkontribusi signifikan terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah sebesar 59,3%.

B. Rekomendasi

Secara umum diketahui bahwa iklim sekolah dan kemampuan pengembangan diri guru berada dalam kategori sangat tinggi sedangkan implementasi lesson study berbasis sekolah dan kompetensi pedagogik guru berada dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, peneliti perlu menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Rekomendasi Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan iklim sekolah, terutama dimensi peluang untuk mendapatkan masukan (input) yang masih belum optimal, dapat dilakukan dengan cara berikut: (1) meningkatkan pengetahuan dan melatih kemampuan analytical thinking untuk menganalisis masalah; (2) peningkatan kompetensi dalam merumuskan substansi input yang akan disampaikan; (3) menambah wawasan dan berlatih melakukan berbagai metode atau seni menyampaikan saran atau kritik yang membangun.


(48)

204

b. Untuk meningkatkan kemampuan pengembangan diri guru, terutama kemampuan mengevaluasi atas pelaksanaan pengembangan diri yang belum optimal dapat dilakukan dengan cara berikut: (1) menyusun instrument evaluasi pengembangan diri sejak awal; (2) meningkatkan komitmen untuk menerapkan instrumen pengembangan diri tersebut; (3) meningkatkan objektivitas dalam melakukan penilaian terhadap pengembangan diri yang dicapai; (3) menggunakan alat evaluasi yang relevan yang disusun oleh para ahli; dan (4) mengembangkan sikap terbuka pada diri sendiri sehingga berani menilai diri sendiri apa adanya.

c. Untuk meningkatkan implementasi lesson study berbasis sekolah, khususnya pada tahapan PLAN yang masih belum optimal, guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) meningkatkan pemahaman tentang tahapan PLAN secara mendalam melalui aktivitas membaca, sharing knowledge, aktif dalam kegiatan forum lesson study; (2)

meningkatkan penguasaan tentang pedagogical content knowledge; dan (3) meningkatkan kemampuan berpikir antisipatif dengan berbagai rencana aksi antisipatif yang masih lemah.

d. Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, terutama kemampuan evaluasi proses pembelajaran, guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) mengikuti kegiatan seminar, pelatihan atau workshop tentang evaluasi proses pembelajaran; (2) melakukan praktik mandiri secara langsung dan berkesinambungan dalam konteks pembelajaran di


(49)

205

kelas; (3) melakukan sharing knowledge dengan kolega yang memiliki kemampuan lebih dalam melakukan penilaian proses; (4) berkonsultasi dengan ahli untuk mendapatkan review atau feedback atas praktik evaluasi proses yang dilakukan serta mengharapkan masukan dari ahli tersebut untuk perbaikan evaluasi proses.

2. Rekomendasi Bagi Kepala Sekolah

Berdasarkan hal tersebut, berikut rekomendasi praktis bagi para praktisi (kepala sekolah, guru dan praktisi lainnya):

a. Untuk meningkatkan iklim sekolah, terutama dimensi peluang untuk mendapatkan input yang masih belum optimal, kepala sekolah memfasilitasi dengan mengadakan forum curah gagasan atau pendapat yang dilakukan secara rutin dan terstruktur.

b. Untuk meningkatkan kemampuan pengembangan diri guru, terutama tentang evaluasi pengembangan diri, kepala sekolah dapat melakukan hal berikut: (1) melibatkan pakar pengembangan diri untuk membantu para guru melakukan aktivitas pengembangan diri, termasuk di dalamnya tahap evaluasi pengembangan diri; dan (2) memberikan fasilitasi yang seluas-luasnya kepada para guru untuk mengembangkan diri sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah.

c. Untuk dapat meningkatkan lesson study berbasis sekolah, terutama tahap PLAN yang masih belum optimal, kepala sekolah dapat melakukan: (1) pelibatan ahli, baik ahli pedagogik atau pakar lesson study untuk memberikan bimbingan atau memfasilitasi kegiatan PLAN


(50)

206

yang lebih baik; dan (2) mengikutsertakan para guru dalam berbagai bentuk sharing knowledge untuk meningkatkan, seperti dalam forum lesson study dalam berbagai tingkat.

d. Untuk dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru, kepala sekolah dapat melakukan hal-hal berikut: (1) menghadirkan pakar evaluasi pendidikan secara khusus untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan evaluasi proses pembelajaran; dan (2) mengembangkan perpustakaan sekolah khusus guru yang berisi referensi evaluasi pendidikan untuk menambah pengetahuan para guru.

3. Rekomendasi Bagi Peneliti

Konsep lesson study mulai menyebar luas dan mulai diterapkan secara nasional, bahkan menjadi program nasional. Untuk peneliti yang ingin meneruskan atau memperdalam penelitian tentang lesson study, direkomendasikan untuk melakukan penelitian dengan variabel yang sama tetapi dengan indikator yang berbeda dan lebih mendalam serta dengan metode penelitian yang berbeda. Selain itu, dapat pula dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi atau berkontribusi terhadap implementasi lesson study berbasis sekolah. Selian itu dapat pula diteliti dampak-dampak lain dari implementasi lesson study di luar kompetensi pedagogik.


(51)

207

DAFTAR PUSTAKA

Adey, Philip., et al. (2004). The Professional Development of Teachers: Practice and Theory. New York: Kluwer Academic Publishers.

Akdon dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Amori, S. “Sertifikasi Untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Jurnal Nasional (17 April 2007).

Bergenske, Lanore D. (2008). Lesson Study: Implication of Collaboration Between Education Specialists and General Education Teacher. Thesis Master og Art in Education at Humboldt State University California. Boldt Laurence G. (1993). Zen and the Art of Making a Living: A Practical Guide

to Creative Career Design. New York: Arkana

Bungin, B. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Predana Media Group.

Cerbin, W dan Kopp B. (2006). “Lesson Study as a Model for Building Pedagogical Knowledge and Improving Teaching”. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 18, (3), 250-257.

Cheong, Cheng Y. (1985). Organizational climate in Hong Kong Aided Secondary Schools. CUHK Educational Journal. Vol 13, (2), 49-55. Cohen, Louis., Manion, Lawrence., dan Morrison, Keith. (2005). Research

Methods in Education. London: Routledge Falmer.

Cortina, J et. Al. (2004). Promoting Realistic Self-Assessment as the Basis for Effective Leader Self-Development. Alexandria: U.S. Army Research Institute for the Behavioral and Social Sciences

Danim. S. (2003). Menjadi Komunitas Pembelajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Diaz, Gabriel dan Maggioli. (2004). Teacher-Centered Professional Development. New York: Association for Supervision and Curriculum Development. Elfiky, I. (2009). Terapi Berpikir Positif. Jakarta: Zaman.


(1)

207

DAFTAR PUSTAKA

Adey, Philip., et al. (2004). The Professional Development of Teachers: Practice and Theory. New York: Kluwer Academic Publishers.

Akdon dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Amori, S. “Sertifikasi Untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Jurnal Nasional (17 April 2007).

Bergenske, Lanore D. (2008). Lesson Study: Implication of Collaboration Between Education Specialists and General Education Teacher. Thesis Master og Art in Education at Humboldt State University California. Boldt Laurence G. (1993). Zen and the Art of Making a Living: A Practical Guide

to Creative Career Design. New York: Arkana

Bungin, B. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Predana Media Group.

Cerbin, W dan Kopp B. (2006). “Lesson Study as a Model for Building Pedagogical Knowledge and Improving Teaching”. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 18, (3), 250-257.

Cheong, Cheng Y. (1985). Organizational climate in Hong Kong Aided Secondary Schools. CUHK Educational Journal. Vol 13, (2), 49-55. Cohen, Louis., Manion, Lawrence., dan Morrison, Keith. (2005). Research

Methods in Education. London: Routledge Falmer.

Cortina, J et. Al. (2004). Promoting Realistic Self-Assessment as the Basis for Effective Leader Self-Development. Alexandria: U.S. Army Research Institute for the Behavioral and Social Sciences

Danim. S. (2003). Menjadi Komunitas Pembelajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Diaz, Gabriel dan Maggioli. (2004). Teacher-Centered Professional Development. New York: Association for Supervision and Curriculum Development. Elfiky, I. (2009). Terapi Berpikir Positif. Jakarta: Zaman.


(2)

208

Fernandez, C dan Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Assiciate, Inc.

Firman, H et al. (2007). Monitoring dan Evaluasi Implementasi Lesson Study. Bandung: FPMIPA-UPI.

Flynn, T., Hedges, H. dan Bruce, C. (2009). “The Ripple Effect of Mathematics Lesson Study: One School Story.” Makalah pada Annual Meeting of the Canadian Society for the Study of Education.

Fullan, M., with Steigelbauer, S. (l991). The new meaning of educational change (2nd ed.). New York: Teachers College Press.

Furqon. (1999). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Gallay, L dan Pong, Suet-Ling. (2004). “School Climate and Student’s

Intervention Strategies”. Makalah pada Society for Prevention Research Annual Meeting, Quebec City.

Grant, C. M. (2005). Professional development in a technological age: New definitions, old challenges, new resources [Online]. Available: http://ra.terc.edu/publications/TERC_pubs/tech-infusion/prof_dev/prof_ dev_frame.html

Glatthorn, A.A. 1990. SupervisoryLeadership: Introduction to Instructional Supervision. New York: Harper Collins Publishers.

Gonzales, P et al. (2009). Highlights From TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourthand Eighth-Grade Students in an International Context. Washington: National Center for Education Statistics, Institute of Education Sciences, U.S. Department of Education Gonzales, P et al. (2004). Highlights From the Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003. Washington: National Center for Education Statistics, Institute of Education Sciences, U.S. Department of Education.

Grootenboer, P. (1997). Self-Directed Teacher Professional Development. [Online]. Tersedia di http://www.aare.edu.au/99pap/gro99601.htm. [7 September 2009].

Gul, Huseyin. (2008). Organizational Climate and Academic Staff’s Perception on Climate Factor. Humanity & Social Science Journal. Vol. 3, (1), 37-48 Harle, J. (2009). Lesson Study: Mathematics Teacher Become The Professional in

Their Professional Development. Tesis Pada University of Alberta. Edmonton: Tidak diterbitkan


(3)

209

Hasbullah. (1999). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hendayana, S, et all. (2007). Lesson Study: Suatu Strategi Untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI PRESS.

Hendayana, S, et all. (2009). Lesson Study: Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Rizqi Press.

Hoy, Wayne K. (2002). School Climate - Measuring School Climate, School Climate and Outcomes, Issues Trends and Controversies. [online], tersedia

di http://education.stateuniversity.com/pages/2392/School-Climate.html

[15 maret 2009]

Hoy, Wayne K dan Miskel, Cecil G. (1978). Educational Administration. New York: Random House.

Ibnu, Suhadi, Mukhadis, Amat & Dasna, I Wayan (Eds). (2003). Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang:UM Press & Lemlit.

Indrawijaya, Adam I. (2002). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Inprasitha, M. (2008). “Thailand Experience in Lesson Study for Enhancing Quality in Education”. Makalah pada International Conference on Lesson Study, Bandung.

Inprasitha, M dan Silanoi, L. (2006). “Development of Effective Lesson PlanThrough Lesson Study Approach: A Thai Experience”. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics. Vol. 25, 237-245.

Jackson, Susan E et all. (2003). Managing Knowledge for Sustained Competitive Advantage. San Francisco: John Wiley & Sons, Inc.

Karim , Muchtar A. (2006). “Implementation of Lesson Study for Improving The Quality of Mathematics Instruction Learning”. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics. Vol. 25, 67-73.

Kothari, C.R. (2004). Research Methodology. New Delhi: New Age International (P) Limited Publishers.

Kundu, K. (2007). Development of The Conceptual Framework of Organizational Climate. Vidyasagar University Journal. Vol. 12, 99-108

Lancaster, Geoff. (2005). Research Methods in Management. Oxford: Elsevier Butterworth-Heinemann


(4)

210

Marczyk, Geoffrey., DeMatteo, David., dan Festinger, David. (2005). Essentials of Research Design and Methodology. New Jersey: John & Wiley.

Marshall, Megan L. (2002). Examining School Climate: Defining Factor and

Educational Influence. [Online]. Tersedia di;

http://.www.education.gsu.edu/schoolsafety/.../wp%202002%20school%2 0climate.pdf.

Marsigit. (2007). “Mathematics Teachers’ Professional Development Through Lesson Study in Indonesia. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3, (2), 141 – 144.

Masyhuri & Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Matthews, J. J., Megginson, D. dan Surtes, M. (2004). Human Resource

Development (3rd ed.). London: Biddles Limited.

Meyer, Rachelle D. (2005). Lesson Study: The Effect on Teachers and Students in Urban Middle School. Disertation at Baylor University Waxo Texas. Moos, R.H. (1979). Evaluating Educational Environments: Procedures,

Measures, Findings, and Policy Implications. San Francisco: Jossey-Bass. Muslim, Iryanti,M dan Nurhayati. (2008) Upaya Meningkatkan Penguasaan

Konsep Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Topik Gerak Lurus Beraturan Berbasis Lesson Study Di Smpn 3 Tanjungsari. Makalah dalam International conference on Lesson Study. Bandung.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Novakowski, J. (2006). Adapted Lesson Study. [online]. Tersedia di http://www.lessonresearch.net . [9 Agustus 2009].

Ozawa, H. (2009). “Lesson Study in Japan”. Makalah pada International Conference on Lesson Study. Bandung.

Palan, R. (2008). Competency Management. Jakarta: PPM.

Podhorsky, C. (2009). What is Lesson study. [Online]. Tersedia di http://www.lessonstudy.net/whatislessonstudy.htm [9 Mei 2009]

Reimas and Villages, E. (2003). Teacher Professional Development: an International Review of The Literature. Paris: UNESCO: International Institute For Educational Planning.

Richards, Jack C & Farrel, Thomas S C. (2005). Professional Development for Language Teacher. Cambridge: Cambridge University Press.


(5)

211

Riduwan (2003). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alvabeta.

Rodrigues, Susan. (2005). A Model Of Teacher Professional Development. New York: Nova Science Publishers, Inc.

Rodrigues, Susan. (2005). International Perspectives on Teacher Professional Development: Change Influenced by Politics, Pedagogy an Innovation. New York: Nova Science Publishers, Inc.

Rohmat. (2009). 58,2% GURU JABAR BELUM S-1. Harian Pikiran Rakyat (09 Desember 2008)

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Saito, E. (2008). “Lesson Study As An Instrument For School Reform: A Case Of Japanese Practices”. Makalah pada International Conference on Lesson Study. Bandung.

Saud, Udin S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Scherman, V. (2002). School Climate Instrument: A Pilot Study in Pretoria and Environs. Tesis pada University of Pretoria: Tidak Diterbitkan.

Smith, Robin R. (2008). Lesson Study: Professional Development for Empowering Teacher and Improving Classroom Practice. Disertation at Florida State University College of Education. Florida.

Sparks, D & Horsley, Susan L. (1989). “Five Models of Staff Development for Teacher”. Journal of Staff Development 10,4: 40-57.

Sriyanto. (2006). “Siapa Bilang Jadi Guru Itu Gampang”. Kompas (4 Desember 2006).

Stigler, James W dan Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap. New York: The Free Press.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sweeney, Diane. (2003). Professional Developmment By and For

Tecaher:Learning Aloeng The Way. New York: Stenhouse Publishers. Sweeney, Paul D & McFarlin, Dean B. (2002). Organizational behavior. New


(6)

212

Tarigan, D.E., Suhendi, E., dan Mintarsih,A K. (2008). The Implementation Of Lesson Study As An Efforts To Increase Teacher Skill To Prepare Science-Physics Instruction Properly At State First Secondary School In Region Of Tomo Sumedang. Makalah dalam International conference on Lesson Study. Bandung.

Taylor, I. (2008). Assessment Centre: Identifikasi, Pengukuran, dan Pengembangan Kompetensi. Jakarta: PPM

Tjakraatmadja, Jan H dan Lantu, Donald C. (2006). Knowledge Management Dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Bandung: Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung.

Uwes, S. (1999). Manajemen Pengembangan Mutu Dosen. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Villegas, E & Reimers. (2003). Teacher Professional Development: an International Review of the Literature. Paris: International Institute for Educational Planning.

Wiburg, K dan Brown, S. (2007). Lesson Study Communities: Increasing Achievement with Diverse Student. New Delhi: Corwin Press.

Wijaya. (2000). Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS). Bandung: Alfabeta.

Wilson, John P. (2005). Human Resource Development (2nd ed.). London: Kogan

Page Limited.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxx

(1964. The World University Encyclopedia (Vol 8) . Washington DC: Publishing Company, Inc