Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

KOKOM KOMALASARI NIM. 1110018200020

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

Kokom

Komalasari

1110018200020

JURUSAN

MAI\AJBMEN PEI{DIDIKAI{

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH DAN KEGURUAN

I]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

t436

H/

2015

M

Di

bawah Bimbingan

Rusydy

Zakaria, M.

Ed.,

M.

Phil.


(3)

Negeri 177 Jakarta disusun oleh Kokom Komalasari,

NIM.

1110018200020,

Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan

Kegutuan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan

dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakafia, 10 Maret 2015 Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing


(4)

disusun oleh Kokom Komalasari, NIM 1 110018200020, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 1 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana s1 (s.Pd) dalam bidang Manajemen pendidikan.

Jakarta, 9 April 2015

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan

Dr. Hasyim Asy'ari. M. Pd. NIP. 19661009 199303

i

004

Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan Dr. Zahruddin. Lc.. M. Pd.

NIP. 19730602 200501 1 002

Penguji

I

Dr. Sururin. MA.

NIP. 19710319 199803 2 00r Penguji

II

Nurdelima Waruwu. M. Pd.

NrP. 19671A20 200112 2 001

Mengetahui,

Dekan Faku mu Ta

tt/

Stoti

'/r*''

eguruan

Tanda Tangan


(5)

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama

NIM

Jurusarr Fakultas

DosenPembimbing

: Kokom Komalasari

:1110018200020

: Manajemen Pendidikan

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

: Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil.

l.

2.

J.

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) di Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di

Universitas Islam Negeri

OfN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi

yang berlaku

di

Universitas

Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

MpLreJ 2015

Kokom Komalasari NIM. 1110018200020


(6)

Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta yang

disusun

oleh Kokom

Komalasari 1110018200020, Jurusan Manajemen

Pendidikan. Fakultas Ilmu Tzrbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diujikan kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal:

I{t}sydy Zqkfl riF, M.Ed.. 4.Ph il. NIP.19560530 198530 I 002 Jakarta, 10 Maret 2015 Dosen Pembimbing Skripsi


(7)

i

Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya isu bahwa guru belum sepenuhnya profesional. Oleh karena itu, pemerintah melakukan uji kompetensi terhadap 281.016 guru di seluruh Indonesia pada tahun 2012. Berdasarkan hasil uji kompetensi awal perolehan nilai guru rata-rata masih rendah, yaitu 42,2. (Sumber:

kompas.com). Berdasarkan hal tersebut, penulis memfokuskan penelitian ini

untuk mendeskripsikan “Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta.”

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta dan bagaimana strategi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta serta apakah upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru sudah optimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dimana peneliti mendeskripsikan data tentang upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru melalui hasil angket dan wawancara. Adapun sumber data dan informasi diperoleh peneliti melalui penyebaran angket pada 45 orang guru yang mengajar, dan dilengkapi wawancara dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta sudah sangat baik. 2. Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru sudah optimal. 3. Dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru, kepala sekolah mengadakan berbagai pelatihan, seperti pelatihan penggunaan komputer dan pemanfaatannya dalam pembelajaran, pelatihan peningkatan kemampuan berbahasa Inggris. Kepala sekolah juga mengikutsertakan guru dalam pelatihan yang diadakan Dinas Pendidikan Kota Jakarta salah satunya yaitu bimbingan teknis penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran. 4. Kepala sekolah juga melakukan penilaian kinerja guru, dan memberikan reward pada guru yang berprestasi.


(8)

ii

Kokom Komalasari (NIM: 110018200020). The School Principal’s Effort in Improving Teacher’s Pedagogical Competence in SMP Negeri 177 Jakarta.

This research is motivated by the issue that teachers have not been fully profesional. Therefore, the government is conducting a competency test for 281.016 teachers throughout Indonesia in 2012. Based on the results of the initial competency test, teachers get an average rating of only 42,2.(Source:

kompas.com). Based on the data, the author is focused this study to describe “The Efforts to Improve Teacher’s Pedagogical Competence in SMP Negeri 177 Jakarta”.

The study aims to describe how the pedagogical competence of teachers in SMP Negeri 177 Jakarta, and how the school principal strategies in an effort to improve

teacher’s pedagogical competence in SMP Negeri 177 Jakarta, and whether the efforts were optimal. Methods used in this research is quantitative descriptive, where researchers describing data about to improving the pedagogical competence of teachers through the results of questionnaires and interviews. The data and information obtained by researcher through a questionnaire on 45 teachers, and equipped by interviews with the school principal and vice principal.

Based on the research results, it can be concluded that: 1. Efforts to improve the pedagogical competence of teachers in SMP Negeri 177 Jakarta has been very good. 2. The principal’s efforts to improve teacher’s pedagogical competence was optimal. 3. In improving pedagogical competence of teachers, the principal was held various training. Such as, training in using computers for learning process. Then, the training in English language skills. The principals also include the training of teachers in the education department held city of Jakarta, such as the training of technical guidance curriculum 2013 implementation’s in the learning process. 4. The principals also to assess teacher performance, and provide rewards for outstanding teachers.


(9)

iii

Alhamdulillahirrabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti. Sehingga skripsi yang berjudul “Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi

Muhammad SAW. Semoga kita kelak mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti. Amin.

Melalui segenap usaha, doa serta penantian yang tidak sebentar, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, tentu dengan bantuan, arahan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya, kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd., Ketua jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan nasehat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. 3. Rusydy Zakaria, M. Ed., M. Phil., Dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan nasehat serta saran yang penulis butuhkan selama penulisan skripsi. 4. Fathi Ismail, MM., Dosen penasehat akademik yang telah memberikan

motivasi untuk segera menyelesaikan studi S1 pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap civitas akademika SMP Negeri 177 Jakarta, khususnya pada Bapak Ngadiman, M. Si., Bapak Eno Tardana, S. Pd., dan Bapak Tursan, S. Pd.


(10)

iv

dan Hj. Panih, khususnya untuk almarhumah kakak ku Wati Pertiwi (semoga amal ibadahmu diterima), keponakan ku Eki Adiarsa, Abdul Rosyadi, Rohmat Hidayat, Hj. Hindun, H. Sugandi.

8. Sahabat ku tersayang, Hj. Lestari Handayani, S. Pd., atas segala motivasi tiada henti, serta doa dan kesabaran yang diberikan selama persahabatan ini. Semoga selalu diberi kemudahan dalam setiap urusan mu. Amin. 9. Seluruh teman-teman Manajemen Pendidikan kelas A dan B angkatan

2010 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk pengalaman selama menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Sahabat-sahabat terbaik ku, Angga Haryono, S. Sn., Rima Diani Nurfajrin, S.S., Syafitri Marcellia.

11. Teman-teman satu tempat tinggal selama di ciputat kosan Al Kautsar (Vita, Rista, ka Nora), Amerilly House (Hera, ka Uswah, ka kiki, lina, ka siska, Neneng, ka wahyu, Wildan, Tiara, Nisa, Fitri), Griya Aini (Okta, Mona, Amal, Ka Dila, Ka Hikma, Reva, Rina, Mba Lis, Mba Nik, Mba Ar), Mameh Mega.

12. Pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi dan tak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Akhir kalam, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan limpahan rahmat, taufiq danhidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, 10 Maret 2015 Penulis,


(11)

v

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR UJI REFERENSI PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian. ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Keguruan ... 7

1. Kompetensi Pedagogik ... 10

a. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru ... 10

b. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Guru ... 11

B. Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru ... 22

1. Urgensi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru ... 22

2. Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru ... 24


(12)

vi

D. Teknik Pengumpulan data ... 31

E. Teknik pengolahan data ... 32

F. Teknik Analisa data ... 33

G. Kisi-kisi Instrumen ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 177 Jakarta ... 38

1. Sejarah singkat Sekolah ... 38

2. Visi dan Misi ... 38

3. Keadaan Guru ... 39

4. Keadaan Pembinaan Guru ... 40

5. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 40

B. Deskripsi dan Analisis Data ... 42

1. Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 177 Jakarta ... 42

a. Pemahaman terhadap peserta didik ... 42

b. Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran ... 44

c. Evaluasi hasil belajar siswa ... 50

d. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki ... 53

2. Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta ... 55

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(13)

vii

Tabel 3.2 Scoring Alternatif Jawaban Angket...32

Tabel 3.3 Kriteria Nilai Interval ...34

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen ...35

Tabel 4.1 Keadaan Guru Mata Pelajaran di SMPN 177 Jakarta ...39

Tabel 4.2 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah Guru ...40

Tabel 4.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Belajar ...41

Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Ujian Nasional ...41

Tabel 4.5 Mengidentifikasi Karakteristik Peserta Didik ...42

Tabel 4.6 Membantu Peserta Didik yang Kesulitan Memahami Materi Pelajaran...44

Tabel 4.7 Menyusun Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan RPP ...45

Tabel 4.8 Menyiapkan Bahan Ajar ...45

Tabel 4.9 Menyiapkan Media Pembelajaran ...46

Tabel 4.10 Mengkondisikan kelas ...47

Tabel 4.11 Menggunakan Metode Pembelajaran yang Variatif ...47

Tabel 4.12 Mengevaluasi Efektifitas Penggunaan Metode Pembelajaran ...48

Tabel 4.13 Memanfaatkan Teknologi dalam Pembelajaran ...48

Tabel 4.14 Memberikan Kesempatan Siswa Untuk Bertanya dan Mengemukakan Pendapat ...49

Tabel 4.15 Bersama-sama Siswa Menyimpulkan Materi Pembelajaran ...49

Tabel 4.16 Memantau Kemajuan Belajar Siswa ...50

Tabel 4.17 Memberikan Tugas Individu Dan Tugas Kelompok ...51

Tabel 4.18 Menyusun Instrumen Penilaian Hasil Belajar Siswa...51


(14)

viii

Tabel 4.23 Memberikan Kesempatan Siswa Mengikuti Perlombaan...54

Tabel 4.24 Mengadakan Pelatihan Keguruan ...55

Tabel 4.25 Melakukan Supervisi Pembelajaran ...56

Tabel 4.26 Mengadakan Observasi Kelas ...57

Tabel 4.27 Mendiskusikan Metode dan Teknik untuk Pengembangan Proses Pembelajaran ...57

Tabel 4.28 Membimbing Guru dalamMenganalisis dan Menginterpretasi Hasil Tes Siswa untuk Perbaikan Proses Pembelajaran ...58

Tabel 4.29 Membantu Guru Mengatasi Masalah dalam Proses Pembelajaran ...59

Tabel 4.30 Memberikan Kesempatan Guru untuk Mengikuti KKG dan MGMP ... 59

Tabel 4. 31 Jumlah Skor Tiap Aspek Penelitian ... 60


(15)

Lampiran I Lembar Uji Referensi ... Lampiran II Angket Guru ... Lampiran III Hasil Wawancara Kepala Sekolah ... Lampiran IV Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah ... Lampiran V Hasil Wawancara Guru ... Lampiran VII Profil Sekolah SMPN 177 Jakarta ... Lampiran VIII Dokumen Rapat Orang Tua Murid ... Lampiran IX Daftar Guru SMPN 177 Jakarta ... Lampiran X Surat Izin Penelitian ... Lampiran XI Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... Lampiran XII Surat Permohonan Bimbingan Skripsi ... Lampiran XIII Surat Bimbingan Skripsi ...


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar belakang

Dalam meningkatkan pembangunan nasional, pendidikan merupakan salah satu sarana untuk merealisasikannya. Melalui pendidikan yang berkualitas, potensi sumber daya manusia dikembangkan. Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka perlu adanya pengelolaan setiap komponen pendidikan secara tepat. Mulai dari pengelolaan tenaga pendidik atau guru dan tenaga kependidikan, pengelolaan peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana yang digunakan, sampai pada pengelolaan keuangan.

Keberadaan guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan nasional, dianggap sangat penting, terutama bagi suatu bangsa yang sedang membangun, seperti Indonesia. Dengan adanya guru, segenap ilmu pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai moral diberikan pada peserta didik melalui proses mengajar, melatih dan mendidik. Tentu dengan harapan agar kelak dapat bermanfaat bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan. Peran guru juga dianggap sangat dominan dalam menentukan perubahan suatu bangsa. Bahkan masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari tangan seorang guru diharapkan manusia dapat

1

UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), 2011, Sinar Grafika, cet. Ke-empat, hal. 3


(17)

menjadi manusia dewasa yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Idealnya, sosok guru ketika berada di depan memberi suri tauladan, ketika berada di tengah-tengah memberikan ide yang membangun, dan ketika berada di belakang memberi dorongan dan arahan pada peserta didik.

Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya faktor guru yang profesional. Dewasa ini, profesionalisme bagi guru merupakan sebuah keharusan. Pertanyaannya adalah mengapa seorang guru harus profesional?. Beberapa alasan mendasar pentingnya guru profesional sebagai berikut :

“1) Karena guru bertanggung jawab menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan serta memahami teknologi. 2) Karena guru bertanggung jawab bagi kelangsungan hidup suatu bangsa, menyiapkan seorang pelajar untuk menjadi seorang pemimpin masa depan. Student today leader tomorrow. 3)Karena guru bertanggung jawab atas keberlangsungan budaya dan peradaban suatu generasi. Change of attitude and behavior”.2

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa guru memiliki peran yang strategis dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkualitas, baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga sikap yang ditunjukkan dengan keimanan dan ketakwaan. Sehingga diharapkan akan mampu memimpin di masa yang akan datang serta mampu mempertahankan budaya bangsa.

Akan tetapi dewasa ini, ketidakberhasilan peserta didik selalu disangkutpautkan dengan kinerja guru yang belum baik. hal ini seolah menandakan bahwa masyarakat percaya bahwa seorang guru telah profesional apabila peserta didik berhasil pula. Seperti, yang selama ini selalu terjadi, ketika ada siswa yang tidak lulus Ujian Nasional, maka orang pertama yang disalahkan adalah guru.

Menanggapi isu rendahnya kualitas guru, maka pemerintah pun telah melakukan strategi untuk meningkatkan profesionalisme guru. Salah satunya melalui program sertifikasi guru. Dengan melakukan pemetaan melalui Uji Kompetensi Awal (UKA) terhadap 281.016 gurupada tahun 2012, diketahui jika

2

Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 132


(18)

hasil rata-rata UKA guru secara nasional masih rendah. Mendikbud Mohammad Nuh membeberkan, hasil rata-rata UKA 2012 yaitu 42,25 dengan nilai tertinggi 97,0 dan nilai terendah 1,0. Dikatakannya, hasil rata-rata UKA itu mencakup seluruh peserta (guru) dari jenjang TK sampai jenjang SMA.3 Melalui program ini, pemerintah melakukan penilaian terhadap guru, nantinya hanya guru yang lolos uji kompetensi lah yang akan mendapatkan sertifikat mendidik.

Melihat kenyataan tersebut, berarti tidak mudah menjadi seorang guru dan tidak sembarang orang pula dapat menjadi guru. Sebagai sebuah profesi, seseorang dapat dikatakan guru, apabila orang tersebut memiliki kompetensi yakni kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional serta melaksanakan pekerjaan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan sesuai dengan prestasi kerja;

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.4

Dari empat kompetensi yang wajib dimiliki guru, salah satunya yaitu kompetensi pedagogik. Untuk dapat dikatakan memiliki kompetensi ini, guru harus memenuhi empat aspek yaitu memiliki pemahaman terhadap peserta didik, memiliki kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran

3

Indra Akuntono, Rata-rata Hasil Uji Kompetensi Guru Masih Rendah,

(http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/16/17455390/Rata.rata.Hasil.Uji.Kompetensi.G uru.Masih.Rendah) , diakses pada 21 Juli 2014

4

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 21


(19)

dengan baik, memiliki kemampuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik, dan memiliki kemampuan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kemampuan pedagogik ini tidak serta merta didapat oleh seorang guru ketika memperoleh gelar kesarjanaannya, akan tetapi juga dibutuhkan pengalaman mengajar yang banyak selama menjadi guru. Oleh karena itu, semakin lama seseorang menjadi guru, maka seharusnya semakin meningkat pula kemampuan pedagogiknya.

Guru merupakan sosok ideal, sehingga guru diharapkan dapat membantu peserta didik agar memiliki kemampuan, wawasan juga sikap kemandirian yang berguna bagi kehidupannya kelak. Tanpa adanya peningkatan kualitas guru, dikhawatirkan akan berdampak langsung pada kualitas peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya pembaharuan kompetensi, termasuk salah satunya kompetensi pedagogik. Pembaharuan tersebut dapat melalui program pendidikan maupun pelatihan baik dari sekolah maupun dari pemerintah atau bahkan dari masyarakat.

Upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik seorang guru adalah keharusan. Perlu disadari bahwa upaya tersebut bukanlah tugas guru saja, akan tetapi juga ada peran kepala sekolah sebagai manajer sumber daya manusia di sekolah untuk membuat kegiatan dan pelatihan yang bermaksud meningkatkan wawasan guru, keterampilan guru, dan memperbaiki sikap guru dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah sebagai leader harus dapat memotivasi guru untuk tetap konsisten meningkatkan kompetensi pedagogiknya.

Kepala sekolah sebagai seorang supervisor juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan pengawasan terhadap guru terutama dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini kepala sekolah wajib untuk mensupervisi guru misalnya melalui observasi kelas dan kunjungan kelas. Mengingat guru juga seorang manusia, yang mungkin pada saat mengajar masih memerlukan bimbingan dari seorang kepala sekolah. Sehingga, adanya proses supervisi oleh kepala sekolah akan dapat diketahui apa saja yang sudah baik, dan apa saja yang masih perlu diperbaiki oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.


(20)

Berdasarkan uraian tersebut, penulis berminat untuk meneliti tentang Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta yang beralamat di Jalan Kodam Pesanggrahan - Jakarta Selatan.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasi masalah yang dapat diteliti yaitu sebagai berikut :

1. Adanya anggapan bahwa profesonalisme guru masih rendah dalam melaksanakan tugasnya;

2. Kompetensi pedagogik guru perlu diketahui kondisinya;

3. Upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dirasa sangat penting; 4. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik

guru masih perlu ditingkatkan;

5. Kegiatan supervisi pembelajaran perlu diketahui efektifitasnya dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru.

6. Ada kemungkinan bahwa pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru belum rutin;

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana kompetensi pedagogik guru di SMPN 177 Jakarta dan bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta.


(21)

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kompetensi pedagogik guru di

SMP 177 Jakarta;

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta.

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Guru, sebagai bahan masukan dan dapat memberikan pemahaman akan pentingnya pengembangan diri sehingga terus berupaya meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan profesi keguruannya. 2. Kepala Sekolah, sebagai masukan dalam melaksanakan manajemen

sumber daya manusia, terutama dalam membuat program berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalisme guru di sekolah. 3. Penulis, dapat menambah wawasan tentang kompetensi pedagogik


(22)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kompetensi Keguruan

Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang guru wajib memiliki kompetensi yang memenuhi standar. Kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).”1

Sedangkan menurut Musfah, kompetensi merupakan :

kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Ketiga aspek kemampuan ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik dan mental serta spiritual seseorang besar pengaruhnya terhadap produktifitas kerja seseorang, maka ketiga aspek ini harus dijaga pula sesuai standar yang disepakati.2

Pendapat tersebut menekankan bahwa kompetensi erat kaitannya dengan produktifitas kerja, karena meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berpengaruh satu sama lain. Kemudian, Lefrancois mengemukakan bahwa “kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar.”3

Lefrancois menitikberatkan kompetensi sebagai sebuah kemampuan yang didapat dari hasil proses pembelajaran.

Sedangkan Ramayulis mengartikan kompetensi sebagai “suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 584

2

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 29

3


(23)

untuk menjalankan profesi tertentu.”4

Pendapat yang dikemukakan oleh Ramayulis mengartikan bahwa kompetensi merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap yang terwujud dalam bentuk kinerja.

Kemudian, Gordon membagi aspek atau ranah yang ada dalam konsep kompetensi sebagai berikut :

Pertama, pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. Kedua, pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu. Ketiga, keterampilan (skill) yaitu sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Keempat, nilai atau standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologi telah menyatu dalam diri seseorang. Kelima, sikap, yaitu perasaan. Keenam, minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.5

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang pada suatu profesi yang didapat melalui proses belajar. Kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang satu sama lain saling mempengaruhi, dan terwujud dalam bentuk kinerja seseorang dalam menjalankan profesinya.

Adapun yang dimaksud dengan kompetensi guru seperti yang tertuang pada Pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”6

Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa guru harus menguasai pengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikannya ketika menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik profesional.

Pendapat lain dikemukakan Mahmud sebagaimana dikutip oleh Murip Yahya, bahwa kompetensi keguruan adalah “gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya,

4

Ibid. h. 54

5

Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 31

6

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, (Jakarta: Cipta Jaya, 2009), h. 6


(24)

baik berupa kegiatan, berprilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.”7 Kemudian Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa kompetensi guru (taecher competency) juga diartikan sebagai“the ability of a tacher to responsibility perform has or her duties approriately. (Kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggungjawab dan layak).”8

Bila kita cermati, kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa kompetensi keguruan merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik secara layak tetapi juga bertanggung jawab. Dengan demikian seorang guru wajib mengetahui apa saja kewajiban yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan layak menjadi tenaga pendidik. Adapun kewajiban guru adalah sebagai berikut :

1. Merencakanan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/atau bimbingan, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/bimbingan, serta melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengawasan;

2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni;

3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; 4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru serta nilai agama dan etika;

5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.9

Kewajiban tersebut menandakan bahwa tidak mudah berprofesi sebagai seorang guru. Karena berinteraksi langsung dengan siswa, guru harus selalu menjadi sosok ideal yang menjadi tauladan. Untuk dikatakan ideal, guru perlu terus mengembangkan kompetensi yang dimiliki hingga dapat dikatakan sebagai guru profesional. Berbagai pihak seperti kepala sekolah, masyarakat dan pemerintah harus turut serta dalam meningkatkan kemampuan guru. Untuk itu

7

Murip Yahya. loc. Cit.

8

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 14

9


(25)

khususnya pemerintah telah mengatur standar kompetensi guru, yang tertuang dalam UU Guru dan Dosen, dimana kompetensi yang wajib ada pada guru terdiri dari Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian.

Selanjutnya dalam penelitian ini akan dikhususkan pada kompetensi pedagogik, mulai dari pengertian sampai ruang lingkup kompetensi pedagogik. 1. Kompetensi Pedagogik

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian kompetensi pedagogik guru dari berbagai sumber.

a. Pengertian

Dalam Penjelasan Pasal 28 ayat 3 PP RI No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.10

Sejalan dengan pengertian tersebut, kompetensi pedagogik juga diartikan dengan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b) Pemahaman terhadap peserta didik

c) Pengembangan kurikulum/silabus d) Perancangan pembelajaran

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g) Evaluasi hasi belajar (EHB)

h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.11

10

Standar Nasional Pendidikan (PP RI No 19 tahun 2005), (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 68

11

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2008), h. 75


(26)

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka dapat dipahami bahwa kompetensi pedagogik seorang guru adalah guru harus memiliki wawasan mengenai landasan kependidikan dan mampu dalam mengelola pembelajaran (merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, memanfaatkan teknologi pembelajaran, dan mengevaluasi hasil proses belajar peserta didik). Kemudian, guru juga harus mampu memahami karakteristik peserta didik. Selain itu guru juga harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.

b. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik guru perlu mendapatkan perhatian yang serius terutama dari guru itu sendiri, kemudian dari kepala sekolah, pemerintah serta masyarakat. Hal ini karena kompetensi pedagogik guru mencakup kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan kemampuan dalam mengembangkan potensi peserta didik sehingga dapat mengaktualisasikannya dalam kehidupan.

Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, kemampuan pedagogik yang harus dimiliki guru yakni sebagai berikut:

Minimal guru harus memiliki delapan kemampuan, yaitu: 1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; 2) Pemahaman terhadap peserta didik; 3) Pengembangan kurikulum atau silabus; 4) Perancangan pembelajaran; 5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran; 7) Evaluasi hasil belajar; 8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.12

Kemudian, dalam penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a Standar Nasional Pendidikan sebagaimana dikutip Mulyasa juga menjelaskan bahwa “kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

12

Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 122


(27)

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembanganpeserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”13

Berdasarkan dua pendapat tersebut , dapat diketahui bahwa ada delapan aspek kemampuan pedagogik yang seharusnya dimiliki dan diterapkan oleh guru, diantaranya : guru harus memahami landasan kependidikan, guru harus mampu mengembangkan kurikulum atau silabus, guru juga harus mampu merancang pembelajaran serta melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis dan mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga dituntut untuk mampu melakukan evaluasi hasil belajar, serta membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengaktualisasikannya.

Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007, terdapat sepuluh kompetensi inti guru dalam bidang pedagogik, yaitu sebagai berikut :

1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 7) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. 8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.14

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ruang lingkup kompetensi pedagogik meliputi hal-hal sebagai berikut : Pertama, pemahaman guru terhadap karakteristik masing-masing peserta didik. Kedua, kemampuan guru dalam perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, kemampuan guru dalam mengevaluasi

13

Mulyasa, loc. Cit.

14

Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h. 147


(28)

hasil belajar. Keempat, kemampuan guru dalam pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Berikut ini akan dijabarkan masing-masing aspek kompetensi pedagogik tersebut.

1. Pemahaman terhadap peserta didik

Penting bagi guru untuk memahami karakteristik peserta didik, mengingat peserta didik beragam latar belakang. Yudhi Munadi mendefinisikan karakteristik peserta didik sebagai “keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.”15 Selanjutnya, Lang dan Evans sebagaimana dikutip Musfah, merinci keragaman pada peserta didik meliputi “berbeda dalam gaya belajar, usia, kemampuan, ras, asal geografis, jenis kelamin, pilihan seksual, status ekonomi, pengaruh budaya, kesehatan, pengaruh agama, pengaruh keluarga, pengaruh yang lain, dan modal belajar.”16

Senada dengan Lang dan Evans, Mulyasa juga menyebutkan bahwa “setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreatifitas, inteligensi, dan kompetensinya.”17

Dalam bukunya yang lain, Mulyasa mengungkapkan bahwa “setidaknya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta

15

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h. 187

16

Jejen Musfah, op. Cit. h. 33

17

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


(29)

didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreatifitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif.”18

Pendapat lain dikemukakan oleh Barnawi dan Mohamad Arifin, bahwa “dua hal yang harus diperhatikan guru dalam memahami karakteristik peserta didik, yaitu aspek kecakapan dan kepribadian. Ini dimaksudkan untuk menentukan kurikulum, sistem pengajaran, penilaian, dan beban belajar yang efektif serta populasi siswa dalam satu kelas.”19

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan, peneliti menyimpulkan bahwa ketika mengajar guru harus memahami keberagaman peserta didik baik dari aspek fisik, kemampuan berpikir, minat, serta latar belakang lingkungan sosial, agama, ras, serta ekonomi, yang tentu saja berpengaruh pada kepribadian, kreatifitas, dan inteligensi peserta didik itu sendiri. Diharapkan dengan memahami aspek-aspek peserta didik tersebut, dapat memudahkan guru dalam menentukan bagaimana mengelola pembelajaran dengan tepat sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

2. Kemampuan Guru dalam Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran

Kemampuan ini merupakan kemampuan inti dari seorang guru sebagai pengajar. Davissebagaimana dikutip oleh Musfah, menggambarkan siklus pembelajaran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Siklus Pembelajaran Davis20

18

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2008), h. 79

19

Barnawi dan Mohammad Arifin, op. Cit. h. 130

20

Jejen Musfah, op. Cit. h. 97

Rencana

pelaksanaan Evaluasi


(30)

Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat tiga proses dalam pembelajaran yakni merencanakan pembelajaran, kemudian melaksanakan pembelajaran, dan terakhir mengevaluasi hasil pembelajaran.

Menurut Ma’mur Asmani , ada empat sub-komponen kompetensi pengelolaan yang harus dikuasai guru. Sub-komponen tersebut berupa: “1) menyusun rencana pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) menilai prestasi belajar peserta didik, 4) melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.”21

Syarif Hidayat dan Asroi menyatakan bahwa “tugas pokok seorang guru adalah melakukan proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat tiga unsur pokok, membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi.”22

Selanjutnya Ramayulis menyebutkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran guru harus mampu melaksanakan dua hal yakniPertama,

perancangan pembelajaran. Kedua, pelaksanaan pembelajaran.23

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, maka guru dalam mengelola pembelajaran harus mampu membuat perancangan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta mampu mengevaluasi hasil pembelajaran. Ketiga hal tersebut dilakukan tentu dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat tercapai dan memperoleh hasil yang sesuai harapan.

Dibawah ini akan diuraikan mengenai kemampuan seorang guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Kemampuan Guru dalam Perancangan Pembelajaran.

sebelum memulai pembelajaran, terlebih dahulu guru harus dapat

21

Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 132-133

22

Syarif Hidayat dan Asroi, Manajemen Pendidikan : Substansi dan Implementasi

dalam Praktik Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Mandiri, 2013), h. 88-89

23


(31)

merancang pembelajaran. Merancang pembelajaran dapat diartikan guru telah melakukan perencanaan yang matang. Menurut Abdul Majid “dalam konteks pengajaran perencanaan diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.”24

Sedangkan menurut Ramayulis, dalam perencanaan pembelajaran, “guru berupaya merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncakanan. Perencanaan tersebut disusun dalam RPP.” 25

Ali Mudlofir, mengemukakan empat hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran, “dalam kegiatan tersebut secara terperinci harus jelas kemana siswa itu akan dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana cara ia mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).”26

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa perencanaan pembelajaran merupakan proses. Proses ini mencakup, penentuan tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai, penentuan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik, penentuan metode pembelajaran yang akan diterapkan, penentuan media pembelajaran yang akan digunakan, serta penentuan seperti apa penilaian akan dilakukan serta teknik penilaian seperti apa yang akan digunakan.

24

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), h. 17

25

Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013), h. 92

26


(32)

Kedua, Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran. Abdul Majid mengemukakan bahwa “proses belajar mengajar adalah interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untukmewujudkan tujuan yang ditetapkan.”27

Kemudian dalam bukunya , Ali mudlofir mengatakan bahwa:

“pada tahap ini disamping pengetahuan-pengetahuan teori tentang belajar mengajar, tentang pelajar, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknis mengajar. Misalnya prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar siswa, keterampilan memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan mengajar.”28

Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus dijadikan pegangan bagi guru agar pembelajaran efektif, yaitu :

1) mengajar harus berdasarkan pengalaman yang dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru. 2)pengetahuan dan keterampilan siswa harus bersifat praktis. Berhubungan dengan situasi kehidupan. 3) mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. 4) kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. 5) tujuan pengajaran harus diketahui siswa. 6)mengajar harus mengetahui prinsip psikologis tentang belajar.29

Dari uraian pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanakan pembelajaran merupakan sebuah proses dimana guru dan siswa berinteraksi dalam suatu situasi belajar yang didasarkan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tahap ini, pengalaman guru dalam mengajar serta kesiapan siswa dalam menerima pelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.

27

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), h. 135

28

Ali Mudlofir, op. Cit. h. 79

29


(33)

3. Kemampuan Guru dalam Mengevaluasi Hasil Belajar Peserta Didik.

Guru harus mampu mengevaluasi hasil pembelajaran. Soetjipto dan Kosasih (2011) mendefinisikan evaluasi hasil belajar sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan guna memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.”30 Lebih lanjut mereka merinci tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar, sebagai berikut :

a) memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujuan memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi belajar – mengajar yang lebih tepat sesuaidengan tingkat kemampuan yang dimilikinya, b) memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau memperluas pengajarannya, c) menentukan nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan untuk memberikan laporan kepada orang tua,penentuan kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan siswa.31

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa mengevaluasi hasil belajar adalah proses untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai oleh peserta didik dengan ditandai perubahan perilaku dan pengembangan kompetensi yang dimiliki peserta didik mulai dari awal pembelajaran sampai dengan penilaian dilakukan.

4. Kemampuan Guru dalam Pengembangan Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi yang dimilikinya

Selain mengajar, guru juga memiliki peran untuk mengembangkan potensi peserta didik. Menurut barnawi dan Mohamad Arifin (2012), “pengembangan peserta didik merupakan kegiatan yang bertujuan

30

Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 162

31

Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 163


(34)

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat sesuaidengan kondisi sekolah.”32

Guru harus bisa menjadi motivator bagi para muridnya, sehingga potensi mereka berkembang maksimal. 33

Menurut Ramayulis (2012) “Pengembangan peserta didik dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain kegiatan ekstrakurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan konseling”.34

Ketiga cara pengembangan peserta didik tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Pertama, melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Mulyasa (2008) “kegiatan ekstra kurikuler yang sering disebut juga ekskul merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler.”35

Lebih lanjut ia mengatakan, “meskipun kegiatan ini sifatnya ekstra, namun tidak sedikit yang berhasil mengembangkan bakat peserta didik, bahkan dalam kegiatan ekskul inilah peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya atau bakat-bakatnya yang terpendam.” 36

Kedua, melalui pengayaan dan remedial. Peserta didik berbeda secara individual. Ada yang mudah menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan guru, adapula sebaliknya, sulit untuk memahami materi pelajaran. Menurut Mimin Haryati dalam Barnawi dan Mohamad Arifin, ada dua cara yang dapat ditempuh untuk peserta didik yang tidak dapat mencapai kompetensi, yaitu sebagai berikut :

1) pemberian bimbingan secara khusus dan perseorangan bagi peserta didik yang belum atau mengalami kesulitan dalam pencapaian indikator dari suatu kompetensi yang telah ditentukan.

32

Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 137

33

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 42

34

Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013), h. 97

35

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2008), h. 111

36


(35)

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan, karena hal ini merupakan implikasi dari peranan guru sebagai fasilitator. 2) pemberian tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus, dimana hal ini merupakan penyederhanaan dari sistem pembelajaran reguler.37

Ketiga, melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Ngalim Purwanto (2010),

“...guidance is assistance to an individual of any ange to help him manage his own life activities, develop his own point of view, make

his own decisions, and carry his own burdens.” (... bimbingan ialah bantuan yang diberikan kepada seorang individu dari setiap umur, untuk menolong dia dalam mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya, mengembangkan pendirian/pandangan hidupnya, membuat putusan-putusan, dan memikul beban hidupnya sendiri.)”38

Miller mengemukakan bahwa “guidance is the processof helping individuals achieve the self understanding and self direction necessary to make the maximum adjusment to school, home and community. Maksudnya, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu untuk memahami dirinya yang dilakukan di sekolah, rumah, atau masyarakat”.39

Senada dengan pendapat Miller, Jones juga mengemukakan “

Guidance is the help given by one person to another in making choice and

adjustments and in solving problems.”40

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam membuat keputusan dan penyesuaian dan menyelesaikan masalah.

Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, Pertama,

bimbingan merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada orang lain.

Kedua, bantuan tersebut diberikan untuk menentukan keputusan yang akan

37

Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 141

38

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 170

39

Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013),h. 149

40

Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 61


(36)

di ambil berdasarkan masalah yang dihadapi. Ketiga, kegiatan bimbingan juga dimaksudkan agar seseorang mampu memahami dirinya sendiri.

Secara singkat Mu’awanah dan Rifa Hidayah mendefinisikan konseling sebagai “suatu bimbingan yang diberikan pada individu (siswa) dengan tatap muka (face to face) melalui wawancara.”41

selanjutnya menurut Mohammad Surya “konseling merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan.”42

Kemudian dengan lebih jelas Tohirin mengemukakan pengertian konseling yaitu,

konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien dimana konselor berusaha membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi klien (siswa) berdasarkan pertimbangan bersama-sama, tetapi penentuan pemecaham masalah dilakukan oleh klien sendiri. Artinya bukan konselor yang memecahkan masalah klien.43

Dari beberapa pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa konseling merupakan suatu teknik yang dilakukan dalam melaksanakan bimbingan pada peserta didik, yang dilakukan dengan cara mewawancarai secara tatap muka. Adapun tujuannya hampir sama dengan bimbingan, yaitu memberikan bantuan pada peserta didik dalam menghadapi masalahnya.

Dalam Buku Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, sebagai berikut :

Mengemukakan Biasanya bimbingan dan konseling disebut bersama, sehingga tercipta istilah majemuk Bimbingan dan Konseling (Guidance and Counseling). Hal ini sebenarnya tidak perlu, karena konseling merupakan salah satu layanan bimbingan, di samping layanan yang lain, seperti pengumpulan data dan penyebaran informasi. Dengan demikian, pelayanan bimbingan dengan sendirinya mencakup pula layanan konseling.44

41Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah,

Bimbingan konseling islami di sekolah dasar.

(jakarta: Bumi Aksara, 2009) h.56

42

Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2003), h. 9

43

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis Integrasi),

(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23

44

W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi


(37)

Berdasarkan uraian tersebut, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya guru dapat membantu mengembangkan potensi siswa sehingga dapat mengaktualisasikannya dengan cara mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan di sekolah. Guru juga harus mengadakan remedial dan pengayaan bagi siswa yang belum mencapai kompetensi yang ditentukan. Terakhir, seorang guru juga harus memiliki kemampuan untuk memberikan bimbingan dan konseling pada peserta didik. Bimbingan dan konseling dilakukan selama ini terkesan insidental. Artinya tidak ada program khusus dan dijalankan tidak dengan perencanaan serta berdasarkan kejadian atau masalah yang saat itu dihadapi.

B.

Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru

1. Urgensi peningkatan kompetensi pedagogik guru

Guru merupakan seorang yang membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan potensi yang dimiliki agar bermanfaat. Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno mengatakan bahwa “Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.”45

Sebagai orang yang digugu dan ditiru, guru perlu meningkatkan secara kontinue dan konsisten kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, termasuk kemampuan pedagogik. yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Menurut Hamzah B. Uno secara khusus setidaknya ada sepuluh tugas guru sebagai pengelola pembelajaran, yakni sebagai berikut :

a. Menilai kemajuan program pembelajaran.

b. Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja (learning by doing).

45

Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui


(38)

c. Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar.

d. Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas.

e. Mengkomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik.

f. Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu. g. Bertindak sebagai manusia sumber.

h. Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari. i. Mengarahkan pseserta didik agar mandiri.

j. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal.46

Sepuluh tugas guru tersebut menyiratkan bahwa keberadaan guru sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan adanya guru maka kegiatan pembelajaran diharapkan dapat terarah dan mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi pedagogik dirasa penting. Mengingat bahwa guru merupakan figur utama dalam proses belajar mengajar.

Guru memiliki banyak peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan. Seperti yang dikatakan oleh Adams dan Dickey sebagaimana dikutip Oemar Hamalik, terdapat setidaknya empat peran seorang guru, yakni “guru sebagai pengajar (teacher as instructor), guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor), guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist), guru sebagai pribadi (teacher as person).”47

Keempat peran guru tersebut, mengartikan bahwa berprofesi sebagai guru tidak mudah. Ada banyak peran yang harus dijalankan. Dan untuk menjalankan semua peran itu dengan baik, maka dirasa sangat urgen bahwa kompetensi guru perlu terus ditingkatkan. Mengingat sebagai tokoh penting dalam pendidikan, terdapat harapan bahwa tujuan pendidikan akan tercapai apabila dalam prosesnya terdapat guru yang berkompeten, dan profesional serta berkomitmen menjadi guru.

46

Hamzah B. Uno.,Profesi Kependidikan : Problema, Solusi, dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 21-22

47


(39)

Pendidikan merupakan sebuah proses yang berlangsung seumur hidup. Guru sebagai pendidik seyogyanya tidak berhenti dalam belajar. Mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi pun semakin cepat berkembang, maka guru juga harus selalu memperbaharui pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Ini dimaksudkan agar apa yang diajarkan guru kepada peserta didik sesuai dengan kondisi terkini sehingga bermanfaat bagi peserta didik. Harapan akan guru dapat meningkat kemampuannya, terutama kemampuan pedagogik tidak serta merta dapat tewujud tanpa adanya kemauan dari dalam diri guru itu sendiri juga dukungan dari pihak sekolah dan fasilitas dari pemerintah. Perlu adanya sikap konsisten dan komitmen kuat dari guru untuk meningkatkan kompetensinya, melalui kegiatan-kegiatan positif seperti membaca, melakukan penelitian tindakan kelas, berdiskusi dengan sesama guru untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. 2. Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru

Menyadari pentingnya meningkatkan kompetensi guru, maka perlu adanya strategi yang tepat dan berkelanjutan sebagai upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Menurut Soetjipto, “Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya.”48 Dengan demikian perlu adanya strategi untuk meningkatkan kompetensi guru.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata strategi diartikan sebagai “ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai.”49

Kemudian, Wina Sanjaya mengartikan bahwa strategi merupakan “a plan of operation achieving something (suatu rencana kegiatan untuk meraih sesuatu)”50

48

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 55

49

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 1092

50

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek Pengembangan


(40)

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa strategi merupakan suatu cara yang terencana untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan yang dimaksud dalam hal ini adalah tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu menjadikan peserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimiliki. Kemudian, strategi untuk meningkatkan kompetensi guru salah satunya dapat dilakukan oleh kepala sekolah.

Kepala sekolah memiliki peran sebagai supervisor. Dalam hal ini kepala sekolah menjadi supervisor pembelajaran. Ada beberapa kegiatan yang mungkin dapat dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan personil sekolah, diantaranya :

1) Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi-organisasi profesional; 2) Mendiskusikan tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru. 3) Mendiskusikan metode dan teknik dalam rangka pembinaan dan pengembangan proses belajar mengajar; 4) membimbing guru-guru dalam penyusunan program Catur Wulan atau program semester dan program satuan pelajaran; 5) membimbing guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku untuk perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran murid; 6) membimbing guru-guru dalam menganalisis dan menginterpretasi hasil tes dan penggunaannya bagi perbaikan proses belajar mengajar; 7) melakukan kunjungan kelas atau classroom visitation

dalam rangka supervisi klinis 8) mengadakan kunjungan observasi atau observation visit bagi guru-guru demi perbaikan cara mengajar; 9) mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan yang mereka alami. 10) menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dalam ruang lingkup bidang tugasnya. 11) berwawancara dengan orang tua murid dan pengurus BP3 atau POMG tentang hal-hal yang mengenai pendidikan anak-anak mereka.51

Menurut Mulyasa, peran “kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.”52

51

Ngalim Purwanto, administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119

52

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) h, 113


(41)

Berdasarkan standar kompetensi kepala sekolah, terdapat aspek kompetensi profesional dimana kepala sekolah harus memiliki kemampuan merencanakan, menempatkan guru dan tenaga kependidikan dan harus mampu pula membina guru dan tenaga kependidikan. Adapun indikator dari dua kemampuan tersebut adalah :

a. Merencanakan kebutuhan guru dan tenaga kependidikan

b. Menginvetarisasi karakteristik guru dan tenaga kependidikan yang efektif

c. Memelihara dokumentasi personel sekolah

d. Menempatkan guru dan tenaga kependidikan sesuai dengan kompetensinya

e. Memfasilitasi pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan

f. Memanfaatkan dan memelihara tenaga kependidikan g. Menilai kinerja tenaga kependidikan

h. Melaksanakan dan mengembangkan sistem pembinaan karier i. Memotivasi tenaga kependidikan

j. Membina hubungan kerja yang harmonis k. Mengelola konflik antar staf

l. Memiliki apresiasi, empati dan simpati terhadap tenaga kependidikan53

Kemudian dalam kegiatan pembelajaran, kepala sekolah juga seharusnya mampu mengelola kegiatan belajar mengajar dengan cara sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan jadwal waktu belajar dan evaluasi/penilaian b. Memfasilitasi guru untuk membuat rencana pembelajaran c. Memfasilitasi guru untuk menyusun bahan ajar

d. Memfasilitasi guru untuk menyiapkan alat bantu pembelajaran e. Memfasilitasi guru untuk menyusun intstrumen evaluasi

pembelajaran

f. Mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar g. Mengkoordinasikan kegiatan evaluasi pembelajaran h. Mengkoordinasikan pelaporan hasil belajar siswa.54

53

Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB (Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2007) h, 110

54


(42)

Melalui perannya tersebut, diharapkan kepala sekolah dapat meningkatkan profesionalisme guru, khususnya kemampuan pedagogik guru di sekolah yang dipimpinnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah. Dengan perannya sebagai supervisor, kepala sekolah dapat melakukan peningkatan terhadap kemampuan guru melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran, dengan cara melakukan kunjungan kelas, observasi kelas, mengadakan pembicaraan individual dengan guru-guru terkait masalah yang mungkin dihadapi selama proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga diharapkan memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti pendidikan lanjutan maupun mengikuti pelatihan-pelatihan keguruan.

Akan tetapi, semua strategi yang dilakukan besarkemungkinan akan sulit tercapai apabila dari dalam diri guru sendiri belum ada kemauan dan komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendidik yang profesional. Perlu ada motivasi yang kuat dari guru sendiri, bahwa meningkatkan kemampuan adalah mutlak, bukan semata-mata untuk memperoleh tunjangan tambahan, tetapi lebih kepada tanggungjawab moral sebagai suri tauladan yang ditugaskan untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa yang berakhlak baik dan kompeten.

C.

Kerangka Berpikir

Pendidikan akan berjalan baik jika pada prosesnya melibatkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki kompetensi, berkomitmen pada tugas dan tanggungjawab. Termasuk guru, yang dikatakan sebagai kunci keberhasilan proses pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengajar, guru memainkan peran penting dalam mengelola pembelajaran agar peserta didik mendapatkan hasil


(43)

maksimal. Untuk mewujudkan hal tersebut pendidikan butuh keberadaan guru yang profesional khususnya dalam bidang pedagogik.

Dewasa ini masih terdapat permasalahan dalam dunia pendidikan kita. Pertama,

Adanya anggapan bahwa profesonalisme guru masih rendah dalam melaksanakan tugasnya. Kedua, Kompetensi pedagogik guru perlu diketahui kondisinya. Ketiga,

Upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dirasa sangat penting. Keempat,

Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru masih perlu ditingkatkan. Kelima, Kegiatan supervisi pembelajaran perlu diketahui efektifitasnya dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru. terakhir, ada kemungkinan bahwa pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru belum rutin.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana kompetensi pedagogik guru, serta strategi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta, yang nantinya diharapkan akan terwujud guru yang meningkat kemampuan pedagogiknya.

Masih adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi, maka kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan strategi untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru , diantaranya yaitu : Memberikan pembinaan yang efektif; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keguruan; mengadakan program supervisi yang kontinue, tepat dan terarah; mengadakan studi banding ke sekolah yang dinilai lebih baik kualitas gurunya; mengadakan program magang bagi guru ke sekolah yang kualitasnya dinilai lebih baik.

Dengan demikian, diharapkan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru semakin baik. Proses belajar mengajar menjadi efektif, sehingga kualitas peserta didik menjadi lebih baik pula.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 177 Jakarta, Pesanggrahan - Jakarta Selatan. Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

Tabel 3.1

Rincian Kegiatan Penelitian

B.

Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan kondisi nyata dari objek penelitian. Dimana penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru dan menjelaskan bagaimana strategi kepala sekolah dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru serta untuk mengetahui apakah strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta sudah optimal.

No Kegiatan Feb Apr Agt Sep Okt Nop Des Jan 1 Bimbingan

2 Observasi awal 3 Izin penelitian 4 Pengumpulan

data

5 Pengolahan data 6 Analisa data


(45)

C.

Populasi dan Sampel Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel jenuh atau sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel, dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat dan meminimalisir kesalahan. Adapun yang menjadi sampel adalah seluruh guru yang mengajar di SMP 177 Jakarta yang berjumlah 45 orang.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Angket

Angket merupakan wawancara tidak langsung dari peneliti kepada sumber informasi. Pada penelitian ini bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawabannya adalah selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Penggunaan angket dimaksudkan untuk memudahkan peneliti memperoleh informasi dari seluruh guru terkait dengan upaya peningkatkan kompetensi pedagogik guru. Angket ditujukan kepada 45 orang guru di SMP Negeri 177 Jakarta.

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab antara peneliti dengan sumber informasi. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah untuk memperoleh informasi tentang penguasaan kompetensi pedagogik guru yaitu penguasaan guru terhadap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui strategi pembinaan keguruan yang dilakukan yaitu pendidikan dan pelatihan serta pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta. Untuk melengkapi data tentang pemahaman guru terhadap peserta didik, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa guru yang mengajar.


(46)

3. Observasi

Observasi peneliti lakukan pada awal penelitian, untuk mengamati secara keseluruhan bagaimana situasi di dalam sekolah, termasuk untuk mengetahui bagaimana guru dan siswa pada saat proses pembelajaran di kelas.

E.

Teknik Pengolahan Data

Dalam mengolah data peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Proses pengecekan kelengkapan jumlah angket dan kelengkapan pengisian item pernyataan oleh responden.

2. Scoring

Scoring merupakan tahap pemberian nilai pada setiap jawaban yang dikumpulkan peneliti dari instrumen yang telah disebarkan. Setiap item pertanyaan yang dimunculkan dalam instrumen dikuantitatifkan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert yang penggunaannya ditujukan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi guru terhadap upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta. Adapun pemberian bobot nilai pada masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Scoring Alternatif Jawaban Angket Alternatif Jawaban Kode Skor

Selalu SL 4

Sering SR 3

Kadang-kadang KD 2


(47)

3. Tabulating

Pada tahap ini, peneliti memindahkan data yang terdapat dalam angket yang sudah diolah dan dinyatakan valid ke dalam bentuk tabel. Tabulasi dimaksudkan agar data penelitian dapat lebih mudah dipahami.

F.

Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini peneliti menganalisis data dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Untuk menghitung data-data yang didapatkan peneliti menggunakan rumus statistik prosentase :

Keterangan :

f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = angka persentase 1

2. Mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah dihitung dalam bentuk kalimat agar mudah dipahami.

3. Dalam menyimpulkan hasil penelitian upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta, peneliti melakukan perhitungan nilai mean (rata-rata) yang didapatkan melalui rumus prosentase sebagai berikut:

Keterangan :

P = Prosentase (Nilai rata-rata) NS = Nilai Skor

1


(48)

NH = Nilai Harapan

 Nilai skor adalah nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.

 Nilai harapan adalah nilai yang diperoleh dari hasil mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.

Kemudian, hasil yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.3 Kriteria Nilai Interval2 Interpretasi Prosentase

Sangat Baik 81-100%

Baik 61-100%

Cukup Baik 41-60%

Kurang Baik 21-40%

Tidak Baik 0-20%

2


(49)

G.

Kisi-kisi Instrumen

Berikut ini adalah kisi-kisi angket upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik untuk guru yang mengajar di SMP Negeri 177 Jakarta.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket

Dimensi Aspek Indikator No item

Kompetensi pedagogik guru a. Pemahaman peserta didik b. Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran 1. Mengidentifikasi

karakteristik peserta didik. 2. Membantu menyelesaikan

masalah peserta didik dalam belajar.

1. Menyusun program tahunan, program semester, silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

2. Menyiapkan bahan ajar sebelum masuk kelas. 3. Menyiapkan media

pembelajaran

4. Mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran dimulai.

5. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

6. Mengevaluasi efektifitas metode pembelajaran yang digunakan.

7. Memanfaatkan teknologi seperti laptop, in-focus dan internet dalam pembelajaran. 8. Memberikan kesempatan

pada peserta didik untuk bertanya.

9. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan peserta didik setiap pembelajaran selesai.

1, 2

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12


(1)

55

54

Departemen Pendidikan

Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi

Keliga,

Qakarta: Balai Pustaka, 2002),

h.

1092 49 25

V

55

Wina

Sanjaya,

Kurikulum

dan

Pembelajaran

:

Teori

dan

Praktek Pengembangan

Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan, (Jakarta

:

Prenada Media Group, 2011), h. 295

50 25

56

Ngalim

Purwanto,

administrasi

dan

Supervisi

Pendidikan, (Bandung:

PT

Remaja Rosdakarya,20lA),

h.

119 51 26

57

E.

Mulyasa,

Menjadi Kepala

Sekolah

ProJbsional (Bandung

:

PT

Remaja

Rosdakarya, 2007)

h,

1 I 3 52 26

58

Standar Kompetensi

Kepala Sekolah

TK,

SD,

SMP,

SMA, SMK,

SLB

(Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2007)

h,

110 53 27

59

Standar Kompetensi

Kepala Sekolah

TK,

SD,

SMP,

SMA, SMK,

SLB

(Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2007)

h,

l

17 54 27

'rh

BAB

III

I

60

AnasSudijono, PengantarStatistikPendidikan, (Jakarta

:

Raja GrafindoPersada, 2011), h. 43

I 34


(2)

Suharsimi

Arikunto,

Manoiemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h. 44


(3)

i \1 ', li \ 1 \ PEMERINTAHPROVINSIDAERAHKHUSUSIBUKOTAJAKARTADINAS PENDTDIKAN

SEKOLAH

STANDAR

NASIONAL

SMP I{EGERT

177

.IAKARTA

J"1",

R"y, K.d"m

Birt,*

Pesanggrahan Kode Pos 12320

retp. ZiSSO 75,":o88;246 Fax. 73S1g,46;mail : smpn177@yahoo.co.id Jakarta Selatan

SURAT

No.rsfi

073.555

I2014

yang bertanda tangan dibawah

ini

Kepala

sMp Negeri

r77 Jakarta Selatan menerangkan bahwa :

Kokom

Komalasari

1110018200020

Ilmu Tarbiyah

/

Manajemen Pendidikan

S.1

(Strata

Satu)

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah

Telah melaksanakan Penelitian

di

sMP Negeri

177 takarta pada tanggal

21

November

s'd'

12 Desember 2014 dengan

judul

"(Jpaya

Peningkatan

Kompetensi Pedagogik

Guru

di sMP

177

Jnksrta".

Demikian surat keterangan

ini

kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih' Nama

NIM

Fakultas/Pro gram Studi Jenjang Pendidikan

Nama Akademis

Jakarta, 12 Desember 2014 Kepala Sekolah,

rl."

l/

.

.{:'

-

Oit.

H. Ngadiman,

M'Si.

NIP. 1 958 1 228 198403 1 005


(4)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No gS Ciputat 15412 tndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

No. Revisi: 01

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN

IZIN

PENELTTIAN

Nomor : Un"01/F. 1/KM.01 .3t.7?gyDAU

Lamp.

:

ProposalSknpsl

Hal

:

Permohonan

lzin

Penelitian

Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP 177 Jakarta di

Tempat

Assalam u' al aikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Jakarta, 21 November 2A14

: Kokom Komalasari :1110018200020

: Manajemen Pendidikan : lX (Sernbilan)

Judulskripsi

:

Upaya Peningkatan Kompetensi pedagogik

Guru

di slup

177 Jakarta.

adalah benar

mahasiswa

Fakultas

llmu

Tarbiyah

dan

Keguruan

UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta yang sedang

rnenyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian (riset) di sekolah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalam u' al aiku m wr.wb.

a.n. Dekan

Kajur Manajernen Pendidikan

Dr. Hasyiin Asy'ari, M.Pd NIP. 19661009 199303 1 004

Nama NIM Jurusan Semester

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik


(5)

KEMENTERIAN

AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. 11. Juaoda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081

Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

No.

Revisi: :

01

Hal UI

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.0l/F.llKM.01.3/....{

L2.

tzot+

Lamp.

: Satu Berkas Proposal

Hal

: Bimbingan SkriPsi

Jakafta, 3 Februari2014

Kepada Yth

Bpk. Rtrsydy Zakaria, M. Ed., M. Phil. Pembirnbing Skripsi

Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatul lah

Jakarta.

As.r al a mu' ol aikttnr wr.wb.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara

untuk

rnenjadi

pembimbing

IlIl

(materilteknis) penuIisan skripsi mahasisrva:

Nama

NIM

Jurusan

Semester Judul Skripsi

Kokorn Komalasari

1

il

001 8200020

Manajemen Pendidikan

VII

(Tujuh)

Upaya Implementasi

Pengembangan

Profesionalisme

Guru

Melalui Manajemen Strategi

di

SMA Negeri

I

Cikararrg Utara.

JuclLtl tersebut telah disetujui oleh Jurusan 1'ang bersaugkutan pada tanggal

2l

Jarrrrari 201;1.

atrstraksi/orllir(, terlampir. Saudara dapat nrelakukan perubahan redaksional pada jtrdul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu. nrohon pembirntrirrg menghul'rtrngi

Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan

skripsi

ini

diharapkan selesai dalanr

u,aktu

6

(enarn)

bulan.

clatr dapat

diperpanjang selania 6 (enam) btrlan berikutn)'a tallpa surat perpan-iangan.

Atas perlraliau clan ke{ir saura Saudam. kami ucapkan teritna kasil:. l['u.rsitluutt'uluikttnr ru'.

tt'&.

:..

n Pendidikan

n Asy'ari, I\,I. Pd.

'i**-;iiie,.{966rooe

ir. ... : ree3o3

r

oo4

Ternbusan:

l.

Dekan FITK


(6)

KEMENTERIAN AGAMA

.GtqL,

uTN.JAKARTA

jr .-i-- i

Fl I K

L

UI !-U

Ji. r. it. iuancia No 95 Cputai 1s412 tndones,a

FoRM

tFR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-085 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisr:----n1

Hal

:

...1...

PERMOHONAN SURAT

BITVIBINGAN

SKRIPSI

Nomor

Lampiran Perihal

:

Istimewa

Jakarta, 3 Februari 2014 : Satu berkas Proposal

: Bimbingan Skripsi Kepada Yth.

Ka. Subbag Akademik

&

Kemahasiswaan Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan di

Tempat

As sal amu' al ai

hm

v,r. u,b.

Yang bertanda Nama

NIM

Jurusan/Prodi Semester

tangan

di

bawah

ini

Kokom

Komalasari

1 1 i0018200020

Manajemen Pendidikan

VII

Dengan

ini

mengajukan permohonan surat bimbingan skripsi, sebagai salah satu syarat menyelesaikan program S-1 (Strata 1)

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun

judul

skripsi yang diajukan adalah:

"Upaya Pengembangan Profesinalisme Gunr Melalui impleinentasi Manajemen Strategi

di SMA

Negeri I Cikal'trng Ulara"

Dosen Pembimbing

Skri$i

yang.di

^4f

PembimbingI

Pembimbing/

Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan proposal.

Demikian permohonan

ini

saya sampaikan, atas perhatiaillya diucapkan terima kasih.

Wassalamu' alaikum wr. wb.

Mengetahui,

Ketua Jurusan

.

'

W

(\

Dr.

Hasvil

Asv'ari. M.

Pd. NIP.19661009 199303

I

004

Tembusan:

1. Dosen Penasehat Akademik


Dokumen yang terkait

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MTs NEGERI ARYOJEDING REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MTs NEGERI ARYOJEDING REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MTs NEGERI ARYOJEDING REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MTs NEGERI ARYOJEDING REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 21

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MTs NEGERI ARYOJEDING REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 72

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MTs NEGERI ARYOJEDING REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MTs NEGERI ARYOJEDING REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 43

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MTs NEGERI ARYOJEDING REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 25

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI SMP NEGERI 1 LENDAH.

0 0 168

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di SMP Negeri 3 Tolitoli - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 163