KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI-NILAI KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT DI DAERAH SUMEDANG SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DAN PROSES PEMBELAJARANNYA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.

(1)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….... i

KATA PENGANTAR……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iii

DAFTAR ISI……….. .... vii

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR GAMBAR………... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian …….……… 1

1.2 Fokus Penelitian ……….…………...………...………..… 14

1.3 Rumusan Masalah……….………...………… 14

1.4 Tujuan Penelitian……….………..………..…... 15

1.5 Manfaat Penelitian……….……….……...……… 16

1.5.1 Manfaat Teoretis………...…… 16

1.5.2 Manfaat Praktis……….…... 16

1.6 Asumsi Penelitian……….………...……... 18

1.7 Definisi Operasional……….………...…. 19

1.8 Sistematikan Penulisan………….……… 21


(2)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB 2 TEORI DALAM MENGKAJI STRUKTUR DAN NILAI-NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT

2.1 Pengantar……… 23

2.2 Pengertian Cerita Rakyat……… ……..…….………… 23

2.2.1 Ciri-ciri Cerita Rakyat……….. ……. 27

2.2.2 Bentuk Folklor……….………....…... 29

2.2.3 Macam-macam Cerita Rakyat……….…... 30

2.2.4 Fungsi Cerita Rakyat……….. 35

2.2.5 Sastra Lisan dan Tradisi Lisan………...………. 38

2.3. Teori Struktur………. 39

2.3.1 Strukturalisme dalam Cerita Rakyat……….. 39

2.3.2 Strukturalisme Claude Levi Strauss……… 41

2.4. Unsur-unsur Cerita Rakyat……… 44

2.4.1 Alur atau Plot………. 44

2.4.2 Latar atau Setting……… 45

2.4.3 Tokoh………...……... 46

2.4.4 Amanat……….………,,,……… 48

2.4.5 Tema………...………….. 50

2.5. Nilai-nilai Karakter………....…. 51

2.5.1 Pengertian Nilai……… 51

2.5.2 Pengertian Karakter……….. 53

2.5.3 Pengertian Pendidikan Karakter……… 55


(3)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.5.4 Fungsi Pendidikan Karakter………...……….…. 57

2.5.5 Tujuan Pendidikan Karakter……….…… 57

2.5.6 Sumber Nilai-nilai Karakter……….…… 59

2.5.7 Deskripsi Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa…………. 60

2.6 PembelajaranBahasa dan Sastra Indonesia………..…….. 63

2.6.1 Pengertian Bahan Ajar………...………..…… 63

2.6.2 Fungsi Bahan Ajar………..….… 65

2.6.3 Ciri-ciri Bahan Ajar yang Baik……… 66

2.6.4 Pemilihan Bahan Ajar dalam Pendidikan………. 67

2.7 Kedudukan Cerita Rakyat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)……….... 71

2.8 Rancangan Pembelajaran Cerita Rakyat………... 73

2.9 Pendekatan dalam Pembelajaran……… 74

2.10 Bentuk-bentuk Pembelajaran………....… 75

2.10.1 Pembelajaran Komperatif………,. 75

2.10.2 Pembelajaran Aktif……… 76

2.10.3 Pembelajaran Langsung atau Interaktif………. 77

2.10.4 Pembelajaran Inquiry………..…… 77

2.10.5 Pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching Learning)………..…. 79

2.10.6 Teori Pembelajaran Sastra………. 83

2.10.7 Pembelajaran Sastra………... 84

2.11 Penelitian yang Relevan………..……….. 87 ix


(4)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Pengantar ……….. 90

3.2 Metode Penelitian……….………..…… 90

3.3 Pendekatan Penelitian……….…..……. 91

3.4 Teknik Pengumpulan Penelitian………. 93

3.5 Data dan Sumber Data………..……… 96

3.6 Pedoman Analisis Nilai-nilai Karakter Pada Tokoh Cerita Rakyat………….…… 99

3.7 Format Analisis Nilai-nilai Karakter Pada Tokoh Cerita Rakyat……… 102

3.8 Teknik Analisis Data Penelitian……… 102

3.9 Alur Penelitian………...………... 105

BAB 4 DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN 4.1 Pengantar……….. 106

4.2 Tata Letak Lokasi Penelitian………. 106

4.2.1 Tata Letak Kabupaten Sumedang……….. 106

4.2.2.Tata Letak Desa Leuwihideung……….. 110

4.2.3 Tata Letak Desa Cipaku……….. 112

4.2.4 Tata Letak Desa Dayeuh Luhur……….. 114

4.2.5 Lingkungan Penutur Cerita………. 116

4.2.6 Informan Cerita………. … 117

4.2.7 Identifikasi dan Deskripsi Teks Lisan……… 119

4.3 Analisis Data………... 138

4.3.1 Analisis Struktur dan Nilai-nilai Karakter Terhadap Cerita Rakyat Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraja………... 138


(5)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.3.2 Ringkasan Cerita………. 139

4.3.3 Peristiwa……….. 139

4.3.4 Hubungan Antarperistiwa………..………. 141

4.3.5 Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Rakyat Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraj……….………………….. 142

4.3.6 Analisis Tokoh dalam Cerita Rakyat Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraja………………..….. .. 144

4.3.7 Analisis Latar dalam Cerita Rakyat Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraja………………....……….. 150

4.4 Analisis Nilai-nilai Karakter terhadap Tokoh Cerita Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraja……….…..…….. 152

4.4.1 Nilai-nilai Karakter pada Tokoh Cerita Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraja………...…… 153

4.4.2 Deskripsi Nilai-nilai Karakter Pada Tokoh Cerita Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraja………..……… 154

4.4.3 Pembahasan Hasil Analisis Nilai-nilai Karakter Tokoh dalam Cerita Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraja……...………... 164

4.5 Analisis Struktur dan Nilai-nilai Karakter terhadap Cerita Rakyat Asal Mula Nama Dayeuh Luhur………..…… 167

4.5.1 Ringkasan Cerita………...…... 167

4.5.2. Peristiwa………...…. 168

4.5.3. Hubungan Antarpristiwa………... 170 xi


(6)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.5.4. Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Asal Mula

Nama Dayeuh Luhur……….………..…. 171

4.5.5. Analisis Tokoh dalam Cerita Rakyat Asal Mula Nama Dayeuh Luhur…………....… 172

4.5.6 Analisis Latar pada Cerita Rakyat Asal Mula Nama Dayeuh Luhur………...….… 178

4.5.7 Nilai-nilai Karakter pada Tokoh Cerita Asal Mula Nama Dayeuh Luhur……….…... 181

4.5.8 Deskripsi Nilai-nilai Karakter Pada Tokoh Cerita Asal Mula Nama Dayeuh Luhur………\………...… 181

4.5.9 Pembahasan Hasil Analisis Nilai-nilai Karakter Tokoh Dalam Cerita Rakyat Asal Mula Nama Dayeuh Luhur………...…. 186

4.6. Analisis Struktur dan Nilai-nilai Karakter terhadap Cerita Rakyat Asal Mula Nama Gunung Tampomas………....…..…. 188

4.6.1 Ringkasan Cerita……….…….... 186

4.6.2 Peristiwa……….…….... 186

4.6.3 Hubungan Antarperistiwa……….…….... 189

4.6.4 Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Rakyat Asal Mula Nama Gunung Tampomas……….……... 190

4.6.5 Analisis Tokoh dalam Cerita Rakyat Asal Mula Nama Gunung Tampomas……….…... 192

4.6.6 Analisis Latar dalam Cerita Rakyat Asal Mula Nama Gunung Tampomas………………. 193


(7)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.6.7 Nilai-nilai Karakter pada Tokoh Cerita Asal Mula Nama Gunung

Tampomas…………... 194

4.6.8 Pembahasan Hasil Analisis Nilai-nilai Karakter Tokoh Dalam Cerita Asal Mula Nama Gunung Tampomas……….…... 196

BAB 5 PEMANFAATAN HASIL ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI-NILAI KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT DI DAERAH SUMEDANG SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA 5.1 Pengantar……….. 197

5.2 Dasar Pemikiran……… 197

5.3 Hasil Survai………..………... 200

5.4 Proses Pembelajaran Cerita Rakyat di Sekolah Menengah Atas………. 202

5.4.1 Latar Belakang Filisofis………... 202

5.4.2 Landasan Estetika………...….. 203

5.4.3 Landasan Budaya………... 203

5.4.4 Orientasi Model……….... 204

5.4.5 Proses Pembelajaran……….……. 205

5.5 Penyusunan Siabus………...…… 208

5.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……….………... 210

5.7 Analisis Model Pembelajaran Cerita Rakyat sebagai Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA)……… 220

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan……… 223

6.2 Saran……….…. 226


(8)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR FUSTAKA………...… 228

LAMPIRAN-LAMPIRAN………. 234


(9)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bagan Deskripsi Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Budaya

dan Karakter Bangsa………...61 Tabel 3.1 Pedoman Analisis Nilai-nilai Karakter pada Tokoh Ceritar Rakyat…………...100 Tabel 3.2 Format Analisis Nilai-Nilai Karakter pada Tokoh Cerita Rakyat………...102 Tabel 4.1 Susunan Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Asal Mula Nama

Sumedang dan Darmaraja………...……...143 Tabel 4.2 Analisis Karakter pada Tokoh Cerita Asal Mula Nama Sumedang

Dan Darmaraja………153

Tabel 4.3 Susunan Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Asal Mula Nama

Sumedang dan Darmaraja………171 Tabel 4.3 Nilai-nilai Karakter Tokoh Cerita Rakyat Asal Mula Dayeuh Luhur………….181 Tabel 4.4 Susunan Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Asal Mula \

Nama Gunung Tampomas ……….190 Tabel 5.1 Rekapitulasi Pilihan Responden……… ….201


(10)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GAMBAR

1. Skema Strategi Pembelajaran Inquiry………77 2. Alur Penganalisisan Data Cerita Rakyat……….. .105 3. Proses Pembelajaran Cerita Rakyat……….. 207


(11)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kajian Struktur dan Nilai -Nilai Karakter dalam Cerita Rakyat di Daerah Sumedang Sebagai Bahan Ajar Apresiasi

Sastra dan Proses Pembelajarannya di Sekolah Menengah Atas” ini beserta seluruh isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2012

Yang membuat pernyataan,


(12)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujaadilah 58:11).

Karya ini kupersembahkan bagi istri tercinta, Dra. Iis Susilawai, anak-anakku

tersayang, Seftina Nur Syifa, Firda Akmal Nabila dan Aria Gandara


(13)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Kajian Struktur dan Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat di Daerah Sumedang Sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra dan Proses Pembelajarannya di

Sekolah Menengah Atas”. Pemasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan struktur dan nilai-nilai karakter cerita rakyat Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh

Luhur dan Asal Mula Nama Gunung Tampomas, serta proses pembelajarannya di Sekolah

Menengah Atas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal yang berkenaan dengan permasalahan tersebut.

Teori yang digunakan dalam menganalisis data berkaitan dengan ilmu sastra, folklor, strukturalisme Levi-Strauss, , kurikulum yang berlaku, sedangkan landasan penganalisisan nilai-nilai karakter berdasarkan kepada pedoman nilai-nilai karakter dan budaya bangsa yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum, Kemendiknas, serta proses pembelajarannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang dilanjutkan dengan analisis. Teknik yang digunakan adalah berbentuk nontes berupa observasi dan wawancara. Data pada penelitian ini adalah teks cerita Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh

Luhur dan Asal Mula Nama gunung Tampomas, yang merupakan hasil transkrip dari para

informan. Instrumen penelitian adalah pedoman wawancara, lembar pertanyaan, tape

recorder, kamera dan catatan lapangan.

Hasil analisis dengan menggunakan strukturalisme Levi-Strauss, dapat diketahui bahwa dalam data cerita yang dianalisis memberikan gambaran tentang tantangan hidup manusia di dunia, bagaimana menjalankan kehidupan, bagaimana menjadi seorang pemimpin yang adil, mecintai rakyatnya, dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Nilai-nilai karakter yang didapat dari data cerita tersebut antara lain: religius, tanggung jawab, jujur, kerja keras, mandiri, dan rasa ingin tahu. Berdasarkan hasil analisis tersebut, cerita rakyat Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh Luhur dan Asal

Mula Nama gunung Tampomas, perlu dilestarikan.Generasi muda, pelajar dan masyarakat

perlu mengetahui dan memahaminya. Upaya pelestarian yang dilakukan adalah dengan mengangkat data-data cerita tersebut sebagai bahan ajar apresiasi sastra mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh karena itu, penulis merancang proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning


(14)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(CTL), dengan harapan melalui proses pembelajaran ini mampu mengangkat kembali

cerita-cerita rakyat di daerah Sumedang yang sudah mulai dilupakan pemiliknya.

i

KATA PENGANTAR

Sumedang menurut cerita lisan dan catatan sejarah, merupakan suatu daerah yang pernah menjadi pusat Kerajaan Sunda, yang bernama Kerajaan Sumedang Larang. Tidak heran, kalau di daerah Sumedang masih banyak cerita-cerita rakyat yang berkaitan dengan terbentuknya kerajaan tersebut, sebut saja misalnya nama Darmaraja, Dayeuh Luhur, Cipaku, Leuwi Loa, dan Leuwi Hideung, nama-nama daerah itu erat kaitannya dengan terbentuknya Kerajaan Sumedang Larang. Tetapi, nama-nama daerah tersebut sudah mulai dilupakan, bahkan ada yang tidak mengetahuinya bahwa nama-nama daerah tersebut ada hubungannya dengan masa kerajaan, hal itulah yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian dengan harapan dapat memotivasi para pembaca untuk melakukan hal terbaik dalam upaya pelestarian cerita-cerita rakyat, karena di dalam cerita rakyat itu mengandung nilai-nilai kehidupan yang patut dijadikan pandangan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengungkapan cerita rakyat melalui kajian model Strukturalisme Levi Strauss dan pengkajian nilai-nilai karakter beradasarkan pedoman yang dikeluarkan Pusat Kurikulum Kemendiknas ini, hanya merupakan suatu upaya kecil yang masih sangat jauh dari kata


(15)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca yang budiman untuk kesempurnaan penelitian berikutnya.

Cikampek, Juni 2012

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrahmaanirrohiim,

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan syukur atas rahmat-Nya sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Penulis menyadari, bahwa tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, penulisan tesis ini sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang terdalam penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memotivasi dari awal perkuliah sampai penyelesaian tesis ini.

Penghargaan dan terima kasih yang tulus, penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Kosadi Hidayat, M.Pd., selaku pembimbing pertama, yang telah banyak memberikan arahan dan memotivasi yang begitu besar sehingga penulis dapat


(16)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyelesaikan tesis ini;

2. Dr. Sumiyadi, M.Hum., selaku pembimbing kedua, yang telah banyak memberikan

iii

masukan, nasihat serta dorongan dengan seluruh kemampuannya disertai rasa tulus dan ikhlas kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini;

3. Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, yang selalu memberikan perhatian besar dan dorongan yang positif bagi penulis dalam menyelesaikan studi;

4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana UPI, yaitu Prof.Dr.H. Yus Rusyana, Prof.Dr.H. Ahmad Slamet, M.A.M.Sc., Prof.Dr.H. Syamsudin, AR., Prof.Dr.H. Iskandarwassid, M.Pd., Prof.Dr.H. Dadang Sunendar, M.Hum., Prof.Dr.H. Syihabuddin, M.Pd. Prof.Dr H. Ismaun, M.Pd., Prof.Dr.H. Yoyo Mulyana, M.Ed. Prof.Dr. Yoce Aliyah Darma, M.Pd., Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd. Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd. Dr. Yeti, M.Pd. Dr. Jarnawi, M.Hum.

5. Seluruh staf akademik Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan pelayanan dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan studi;


(17)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6. Prof.Dr.H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia;

iv

7. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia;

8. Drs. Suandi,M.Pd. selaku kepala SMA PGRI Cikampek, dan Drs.H. Yayan Budi Sofyan, S.Pd., selaku kepala SMK PGRI Cikampek yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan sekolah;

9. Staf dan pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPEDA) Sumedang yang telah memberikan data penelitian kepada penulis;

10. Ayahanda H. Eman, ibunda Hj. Aah Komariah, ibu mertua Hj. Siti Saroh, serta istriku tercinta Dra. Iis Susilawati dan anak-anakku tersayang Septina Nur Syifa, Firda Akhmal Nabila dan Aria Gandara, yang selalu mendoakan penulis untuk keberhasilan dalam studi.


(18)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

11. Aparat Desa Leuwihideung, Desa Cipaku dan Aparat Pemerintahan Kecamatan Darmaraja yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian;

12. Para informan yang telah memberikan berbagai data berkenaan dengan objek penelitian yang penulis lakukan;

v

13. Rekan-rekan staf pengajar di SMA dan SMK PGRI Cikampek Kabupaten Karawang, yang telah banyak memberikan bantuan spiritual dan moral kepada penulis;

14. Sahabat-sahabat seperjuangan di Sekolah Pascasarjana angkatan 2010/2011, Rumdi Raharja,S.Pd., Dra.Eni Sukaeni,YangYang,S.S., Roni Saproni,S.S., Ida Hamidah,S.Pd., Romyan, S.S., Witri, S.Pd., Lasmita, S.Pd., Verina, S.Pd., Novta, S.Pd.. Heri, S.Pd. dan Ucu S.,S.S.

15. Drs. Usman Supendi, M.Pd. seorang sahabat dan juga dosen UIN Sunan Gunung Jati Bandung, yang terus menerus memotivasi dan mendukung sepenuh hati, serta memberikan berbagai referensi dalam penyelesaian studi penulis;

16. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan beasiswa pendidikan;


(19)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Teiring doa yang setulus-tulusnya, semoga amal baiknya mendapat balasan limpahan dari Allah SWT. Akhirnya kepada-Nya lah, penulis berserah diri apa yang penulis lakukan.

Cikampek, Juni 2012

Penulis


(20)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Sumedang merupakan salah satu kota kabupaten di Jawa Barat. Letaknya kurang lebih 45 km Timur Laut Kota Bandung. Memiliki 26 kecamatan yang dibagi atas beberapa desa dan kelurahan. Sumedang berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di Utara, Kabupaten Majalengka di Timur, Kabupaten Garut di Selatan, Kabupaten Bandung di Barat Daya, dan Kabupaten Subang di Barat.

Asal kata Sumedang menurut cerita rakyat Sumedang merupakan ucapan Prabu Tajimalela pada saat terjadi keajaiban alam, pada waktu itu dengan tiba-tiba langit menjadi terang benderang oleh cahaya yang melengkung menyerupai selendang (malela) selama tiga hari tiga malam. Hal itu terjadi bertepatan ketika Prabu Tajimalela sedang menyerahkan tahta kerajaan kepada salah seorang puteranya yang bernama Prabu Gajah Agung yang terpilih sebagai pemenang dalam ujian yang diadakan olehnya untuk menggantikannya sebagai raja.

Pada waktu itu, Prabu Tajimalela mengucapkan “Insun Medal Insun Madangan”, yang

artinya Insun Medal ‟aku lahir‟ dan Insun Madangan „ aku memberi penerangan‟. Jadi,

artinya, aku lahir untuk memberi penerangan. Sejak itulah timbul sebuah nama Sumedang, kemudian menjadi sebuah nama kerajaan.(Sumawilaga,1996:16)

1

Pada awalnya yang pertama mendirikan kerajaan di daerah Sumedang adalah Dewa Guru Haji Putih, dengan nama KerajaanTembong Agung yang berpusat di Leuwi Hideung


(21)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Darmajara (sekarang). Prabu Dewa Guru Haji Putih mempunyai Putera bernama Prabu Tajimalela. Prabu Tajimalela mempunyai 3 orang putera, yaitu Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung, dan Sunan Geusan Ulun. Ketrurunan inilah yang dipercaya sebagai cikal bakal adanya kehidupan di Sumedang sampai sekarang.

Salah satu tempat yang pernah dijadikan pusat kerajaan yang dianggap sebagai cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang adalah Dusun Leuwi Loa Desa leuwi Hideung Kecamatan Darmaraja (sekarang). Darmaraja merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang, yang berada di bagian Timur Sumedang. Jaraknya kurang lebih 27 km dari pusat Kota Sumedang.

Setiap tahun, terutama di bulan Maulud banyak orang dari berbagai daerah, baik di Jawa Barat maupun dari luar Jawa Barat yang berkunjung ke Darmaraja dengan berbagai tujuan, terutama ke Makam Keramat Cipeueut di Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja. Tempat itu dipercaya oleh masyarakat setempat dan sekitarnya sebagai makam keramat Prabu Guru Haji Putih, raja pertama di Sumedang. Selain itu, tempat yang sering dikunjungi, yaitu Gunung Lingga di Desa Cimarga Kecamatan Cisitu (perluasan dari Kecamatan Darmaraja). Di tempat inilah Prabu Tajimalela, putera Prabu Haji Putih, dimakamkan. Masih ada makam-makam keramat di Kecamatan Darmaraja yang sering dikunjungi, yaitu Makam Keramat Prabu Gajah Agung di Cicanting desa Cisurat, Makam Prabu Lembu Agung di Astana Gede Cipaku, keduanya merupakan putera dari Prabu Tajimalela. Selain kedua tempat ini, yang sering dikungjungi masyarakat dari berbagai pelosok adalah Dayeuh Luhur Desa Cileuweung Kecamatan Ganeas. Di Dayeuh Luhur ini terdapat makam Pangeran Geusan Ulun (Prabu Angka Wijaya), Sang Hyang Hawu (Embah Jaya perkasa), Batara Dipati Wiradijaya (Embah Nangganan), Sang Hyang Kondang Hapa, dan Batara Pancar Buana (Embah Terong Peot). Kempat orang ini datang dari Kerajaan Pajajaran sebagai utusan dari


(22)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Raja Pajajaran untuk menyampaikan makhota Binokasih. Binokasih merupakan lambang kebesaran Kerajaan Pajajaran, yang akan disampaikan kepada Raja Sumedang Larang.

Sumedang yang pernah menjadi kerajaan terbesar di tatar Sunda menyimpan berbagai kekayaan budaya leluhur, di antaranya adalah cerita rakyat, baik mite, legenda maupun dogeng.

Cerita rakyat lahir dari suatu masyarakat tradisional yang masih memegang teguh tradisi lisannya. Cerita tersebut berkembang, menjadi besar, dan menghilang di dalam masyarakat pemiliknya. Hubungan di antara keduanya, cerita rakyat dam pemiliknya, bukan merupakan suatu yang dicari-cari, atau hanya mengada-ngada saja, sebab, cerita rakyat itu menampilkan gambaran kehidupan sebagai produk sosialnya. Cerita rakyat tidak sekedar hidup dan tersebar dalam masyarakat, namun juga memiliki arti penting dan fungsi-fungsi tertenru bagi pemiliknya. Fungsi cerita rakyat bagi pemiliknya sangat beragam. Salah satu contoh yang disampaikan oleh Rudolf Geiger berdasarkan pengalamannya mengatakan “mendongeng ataupun bercerita dapat menyembuhkan sakit seseorang…”kebiasaan mendongeng atau bercerita membuat mereka lebih nyenyak tidur. Di Selandia Baru, berdasarkan hasil penelitian ibu-ibu yang berhasil mendidik anak-anak mereka adalah ibu-ibu yang membiasakan anaknya sejak kecil didongengi dengan gaya cerita yang sangat berkesan. (Mushoffa,2001:195).

Cerita rakyat sebagai sebuah folklor mempunyai peranan yang besar bagi pembelajaran kehidupan manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Yanagita, (Endraswara,2009:109) yang mengatakan bahwa folklor merupakan “ajaran untuk hari esok”, yang berarti sebuah disiplin ilmu yang dapat membantu orang Jepang untuk mengerti jati diri mereka sendiri serta sejarah mereka secara lebih mendalam.


(23)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sesuai dengan pendapat Yanagita di atas, cerita rakyat juga mempunyai peran dalam dunia pendidikan. Sebab pendidikan menurut Syahidin (2009:2) bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter. Misi utama pendidikan yaitu pewarisan pengetahuan (transfer of

knowledge), pewarisan budaya (transfer of culture), dan pewarisan nilai (transfer of volue).

Oleh sebab itu pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dengan segala aspek cakupannya.

Cerita rakyat sarat dengan nilai-nilai budaya, jati diri (karakter), serta nilai-nilai kehidupan. Oleh sebab itu, kekayaan budaya leluhur, perlu diangkat dan dimanfaatkan sebagai materi pembelajaran, baik di pendidikan formal maupun nonformal. Cerita rakyat Sumedang yang penting untuk diungkap kembali adalah cerita berbentuk legenda, misalnya asal mula nama Darmaraja, Sumedang, Dayeuh Luhur, dan asal mula nama gunung Tampomas. Nama-nama tersebut dipercaya erat hubungannya dengan terbentuknya dan terjadinya kehidupan di Kabupaten Sumedang sampai sekarang.

Legenda merupakan bagian dari cerita rakyat di masa lampau dipelihara oleh pendukungnya secara turun temurun, baik cerita rakyat yang berasal dari mulut ke mulut maupun cerita rakyat yang sudah ditulis oleh para ahlinya, merupakan salah satu karya sastra daerah, perlu dipublikasikan dan dilestarikan secara tepat oleh masyarakat, karena karya sastra tersebut mempunyai peranan penting sebagai modal karya sastra juga sebagai kekayaan budaya. Sebagaimana diungkapkan Rusyana (1982:3) sastra lisan juga berperan sebagai modal apresiasi sastra, sebab sastra lisan membimbing masyarakat ke arah apresiasi dan pemahaman gagasan dan peristiwa penting berdasarkan praktik yang telah menjadi tradisi berabad-abad. Lebih lanjut Rusyana (1982:7) mengungkapkan, selain berperan sebagai kekayaan budaya, sastra lisan juga berperan sebagai modal apresiasi sastra, sebab dengan


(24)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sastra lisan anggota masyarakat telah dibimbing menuju apresiasi dan pemahaman gagasan serta peristiwa politik berdasarkan praktik yang telah menjadi tradisi selama berabad-abad.

Cerita rakyat sebagai budaya daerah, mempunyai nilai-nilai luhur harus dikembangkan dan dimanfaatkan. Hal ini penting dilakukan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan sastra. Selain itu, cerita rakyat merupakan kekayaan bangsa Indonesia patut diapresiasi dan dipertahankan keberadaannya. Karena, pada kenyataannya banyak masyarakat tidak mengenal adanya cerita rakyat daerah setempat. Apabila kejadian itu tidak ditindaklanjuti, maka keberadaan cerita rakyat tersebut terancam akan punah.

Peranan cerita rakyat pernah menjadi primadona sebagai media penyampaian pesan dan hiburan serta pengajaran. kini semakin tergeser bahkan tersisihkan oleh derasnya arus kemajuan ilmu dan teknologi. Semua ini kita pahami karena mobilitas kehidupan masyarakat secara kronologis akan terus berkembang dan meluas. Kehidupan kelisanan akan berubah keberaksaraan dan elektronik. Hal itu bukanlah alasan yang sempurna untuk tidak mencintai lalu melupakan tradisi lisan yang pernah populer dalam kehidupan masyarakat, (Rosidi, 1995:131). Gejala-gejala demikian merupakan sesuatu yang kurang menguntungkan sehingga berakibat pada leyapnya tradisi lisan di Indonesia.

Kekhawatiran akan hilang dan punahnya cerita rakyat ini ada beberapa bukti yang mendukung, yaitu masyarakat pemilik cerita-cerita yang mengetahui cerita- cerita tinggal sedikit jumlahnya. Pergeseran kebudayaan dan arus globalisasi yang menghalalkan masuknya segala bentuk budaya asing. Berbagai perubahan kehidupan masyarakat Indonesia, baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia baru, globalisasi, maupun sebagai dampak perkembangan teknologi dan informasi yang pesat, sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat modern yang lupa akan adanya sastra lisan sebagai warisan budaya leluhur, mempercepat proses kepunahan tersebut.


(25)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya warisan nenek moyang, diperlukan kesadaran masyarakat untuk mengapresiasi dan menghayati sastra, dengan apresiasi dan penghayatan yang baik, sastra lisan akan tetap lestari dan tidak tenggelam oleh pautan waktu. Sebagaimana dikemukakan Natawijaya (1980:1) banyak sekali hasil sastra yang tergolong baik, namun karena kurangnya apresiasi dan penghayatan, akhirnya tenggelam dan dilupakan.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarikan sastra lisan dari kepunahan, di antaranya dengan memasukan sastra lisan dalam pengajaran apresiasi bahasa dan sastra Indonesia untuk diajarkan di sekolah-sekolah.

Sastra adalah penjelmaan keindahan melalui medium bahasa, mengutarakan pesan verbal bagi pembaca. dengan demikian pembelajaran sastra di sekolah akan membantu siswa berlatih keterampilan berbahasa. Sebagai totalitas karya seni, manfaat sastra dalam pengajaran adalah menyajikan kemungkinan pengembangan pengalaman berbagai aspek kehidupan manusia. Sebagaimana dijelaskan Rahmanto (1988:16-17) Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya.

Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman atau lewat rekaman. Siswa dapat keterampilan wicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa dapat juga meningkatkan keterampilan membaca puisi atau prosa cerita. Dan karena sastra itu menarik siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis.


(26)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Suryaman (2011:2) sastra mempunyai potensi yang besar untuk membawa masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan karakter. Lebih lanjut Rusyana

(1984:314) menjelaskan “Tujuan pengajaran sastra adalah untuk mengapresiasi nilai-nilai

yang terkandung dalam sastra, yaitu pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, dan kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat dari semua itu”.

Senada dengan pendapat di atas, Musthafa (2008:199) mengungkapkan sastra penting diajarkan, karena sastra sarat dengan kebijakan, sastra meneladankan eksplorasi dan menyimpan bahan renungan, sastra menampilkan cerminan realitas, sastra merupakan kode budaya, sastra mengandung teladan, dan sastra memiliki fungsi kultur.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran sastra untuk tingkat SMA/MA masuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran sastra terintegrasi dalam empat keteramnpilan berbahasa yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pengembangan silabus Bahasa Indonesia untuk tingkat SMA/MA materi yang berkaitan dengan cerita rakyat tercantum dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK kelas X semester 2 yaitu: mendengarkan (memahami cerita rakyat yang dituturkan) (SK) dan menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaukan langsung atau melalui rekaman (KD).

Pembelajaran prosa fiksi dalam KTSP termasuk dalam standar kompetensi yang harus diajarkan oleh guru dalam materi pembelajaran sastra. Hal ini menunjukan bahwa materi prosa fiksi merupakan materi yang dapat menunjang tujuan pembelajaran sastra di sekolah.

Tujuan pembelajaran sastra pada tiap-tiap tingkatan sekolah pada dasarnya sama, perbedaannya berkaitan dengan tekanan, jenis dan tingkatan sekolah, yaitu menumbuhkan


(27)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keterampilan berbahasa, kepekaan sosial, kesadaran sosial, mengembangkan daya imajinasi dan lain-lain. Hal ini sependapat dengan Rahmanto (1993:16-24), bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.

Berdasarkan pedoman pengembangan silabus dan tujuan pengajaran sastra di atas, cerita rakyat Asal Mula nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuhluhur dan asal mula nama

Gunung Tampomas mempunyai kesempatan yang baik untuk dijadikan materi pembelajaran

apresiasi sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kesempatan ini merupakan wahana yang tepat untuk memperkenalkan cerita rakyat tersebut kepada siswa, sehingga cerita rakyat itu dapat lebih diketahui, dipahami dan akhirnya dapat dicintai dan dipelihara perkembangannya.

Usaha-usaha konservasi yang dilakukan secara sadar untuk menjaga kelangsungan hidup sastra lisan, khususnya cerita rakyat yang tersebar di berbagai daerah di Sumedang perlu dilakukan secara sadar dan terarah. Salah satu bentuk upaya yang paling mungkin dilaksanakan adalah pendataan, pencatatan, perekaman, penginvetarisan dan pendokumentasian. Rosidi (1995:III) dalam kata pengantarnya menganggap betapa pentingnya usaha-usaha tersebut, sebagai upaya “mengamankan” kesenian-kesenian dari kepunahan.

. Beberapa hal yang melatarbelakangi penelitian dilakukan ini antara lain, materi cerita rakyat tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), cerita rakyat pada masa jayanya dipercaya dan diyakini sebagai media pendidikan yang penuh dengan nilai-nilai karakter. Sangat minimnya masyarakat pemilik cerita yang mengetahui cerita rakyat. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa dan guru bahasa


(28)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indonesia di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang, guru dalam menyampaikan materi cerita rakyat masih mengacu kepada apa yang ada di dalam buku teks dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai sumber utama, padahal di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah jelas, materi cerita rakyat yang disampaikan harus kontekstual, dalam arti perlu digali cerita-cerita yang tersebar di daerah tempat tinggal anak itu sendiri. Sebagian wilayah Kecamatan Darmaraja akan terkena genangan Waduk Jatigede, sedangkan di daerah tersebut ada beberapa situs yang dipercaya ada hubungannya dengan berdirinya Kerajaan Sumedang Larang sampai terbentuknya Kabupaten Sumedang (sekarang). Tempat-tempat yang diangkat menjadi objek penelitian, adalah nama-nama Tempat-tempat yang dipercaya berhubungan erat terbentuknya Kerajaan Sumedang Larang, hingga adanya kehidupan di Kabupaten Sumedang, sekarang.

Selain itu, peneliti menemukan beberapa kejanggalan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) Basa Sunda untuk kelas VII (tujuh) semester ganjil, yang disusun oleh Dede Risnandar, S.Pd. dan Selvani Nurpatonah, S.Pd. terbitan CV Media Antar Nusa, dalam Pelajaran 3 halaman 9 tentang Babad Sumedang, pada paragaraf 4 dituliskan,

hiji mangsa Pangeran Geusan Ulun nyungsi pangarti ka pasantren Demak. Waktu lalampahan mulang ka Sumedang, Geusan Ulun nyimpang heula ka Cirebon nu maksudna rek nepungan Pangeran Girilaya. Prameswari Pangeran Girilaya anu jenengan Ratu Harisbaya ngarasa kataji ku Geusan Ulun. Kitu deui Geusan Ulun ngarasa kataji ku Ratu Harisbaya. Kulantaran duanana sarua rersepna, dina hiji peuting Geusan Ulun jeung Harisbaya miang ti Cirebon ngajugjug ka Sumedang”, “suatu waktu Pangeran Geusan Ulun pergi belajar ke pesantren Demak. Ketika pulang kembalike Sumedang, Geusan Ulun singgah dulu ke Cirebon yang tujuannya untuk menemui Pangeran Girilaya. Prameswari Pangeran Giri Laya yang bernama Ratu Harisbaya merasi tertarik oleh Geusan Ulun. Begitu juga Geusan Ulun merasa tertarik oleh Ratu Haris baya. Dikarenakan keduanya sama-sama saling mengyenangi, pada suatu malam Geusan Ulun dan Harisbaya berangkat dari Cirebon menunju Sumedang”.


(29)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hal ini perlu diluruskan, karena menurut berbagai sumber cerita, apa yang ditulis di LKS kurang tepat, terutama tentang dibawanya Ratu Harisbaya ke Sumedang, di LKS tidak dijelaskan alasannya mengapa Geusan Ulun berani membawa Ratu Harisbaya ke Sumedang.

Kenyataan akan musnahnya berbagai cerita rakyat di Sumedang memerlukan sebuah pemikiran disertai langkah-langkah penggalian dan penyebaran yang konkret. Bentuk penyebaran budaya tersebut dapat dilakukan melalui usaha pewarisan oleh masyarakat itu sendiri, termasuk guru bahasa dan sastra Indonesia sampai kepada pemegang kebijakan dalam hal ini para pejabat Sumedang. Tanpa bantuan semua itu, keyakinan semua cerita-cerita legenda yang ada di Sumedang akan semakin terasing di masyarakat yang pada akhirnya hilang tanpa jejak.

Dari berbagai lembaga di masyarakat, sekolah merupakan bagian terpenting sebagai lembaga yang dipercaya untuk menginformasikan kepada masyarakat (siswa) berbagai cerita rakyat yang ada di Sumedang. Melalui kurikulum pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, berbagai cerita rakyat dapat diperkenalkan kepada para siswa.

Masuknya cerita rakyat yang merupakan bagian dari tradisi lisan pada kurikulum sekolah, selain membawa misi pelestarian dan pengembangan, juga membawa misi tujuan lainnya. Seperti diungkapkan Pudentia (2011/ 27 Februari 2011), “Tradisi lisan yang berkembang di setiap daerah sarat pendidikan karakter. Tardisi lisan harus diajarkan secara menarik pada generasi muda. Dengan mengenali dan menjaga tradisi, generasi muda bangsa diajak menjaga jati diri bangsa sekaligus bisa mengembangkan untuk industri kreatif”. Hal senada disampaikan Hamid (1986:3) bahwa setiap sastra lisan bertujuan untuk memberi hiburan, pengajaran atau memenuhi fungsi-fungsi yang dimaksud meliputi fungsi pendidikan moral, agama, sosial serta fungsi kehidupan lainnya.


(30)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kedudukan tradisi lisan sebagai bagian dari warisan budaya ditetapkan dalam Konvensi UNESCO tertanggal 17 September 2003. Sebagai bagian dari intangible cultural

heritage, dikatakan bahwa “ Oral traditions is important to be transmitted value thing: oral tradition is going to be the source of identity for humanity in this millenium”. (Konggres IFLA, Agustus 1999). Pendapat UNESCO ini menekankan pentingnya tradisi lisan diajarkan, karena tradisi lisan merupakan sumber dan jembatan dalam pengalihan nilai-nilai karakter dan jati diri pada masa sekarang Masuk.an tradisi lisan sebagai bahan ajar dengan harapan ada usaha dan perubahan terhadap masyarakat, terutama para siswa.

Tradisi lisan selain merupakan identitas komunitas dan salah satu sumber penting dalam pembentukan karakter bangsa, adalah gerbang masuk untuk memahami permasalahan masyarakat pemilik tradisi yang bersangkutan, yang saat ini keadaannya sudah sangat mengakhawatirkan dan juga merupakan sumber-sumber untuk mengidentifikasi dalam pengalihan nilai-nilai pada masyarakat masa sekarang. Melalui materi pembelajaran tradisi lisan di sekolah-sekolah, diharapkan dapat membantu mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter dan mengembalikan moral siswa yang sudah jauh menurun.

Penelitian berkaitan dengan cerita rakyat sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Beberapa peneliti yang menganalisis cerita rakyat di antaranya adalah Usman Supendi, seorang dosen di Fakultas Adab dan Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati Bandung dengan judul Analisis Unsur Didaktik pada Folklor Ritual Tarawangsa di

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dan Model Pengkaderannya. Penelitian

cerita rakyat ini juga dilakukan oleh Taufik Ampera dkk. dari Univeritas Padjajaran (Unpad) Bandung dengan judul Kepemimpinan Leluhur Sumedang Larang dalam Tradisi Lisan. Maman Rukmana mahasiswa SPs UPI dengan judul Studi Deskriptif Terhadap Struktur,


(31)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Antropologi Budaya UGM dengan judul Pitoto‟Si Muhammad‟ yang ditulis dalam sebuah penelitian berjudul Analisis Struktural Dongeng Bajo. Selain itu ia juga menganalisis cerita karya Umar Kayam yang berjudul Sri Sumarah, Bawuk, dan Para Priyayi.

Peneliti lain yang pernah meneliti cerita rakyat yaitu dilakukan oleh Agung Wisnu Aji mahasiswa S-2 UPI Bandung dengan judul tesis Analisis Struktur dan Nilai Moral Cerita

Rakyat Putri Ayu Limbasari dan Model Pelestariannya di Madrasah Tsanawiyah. Juga

dilakukan oleh A. Totok Priyadi seorang mahasiwa program S-3 SPs UPI Bandung, yang meneliti terhadap cerita-cerita rakyat Dayak Kanaytn, dengan judul Analisis Struktural dan

Makna Cerita Rakyat Dayak Kanaytn.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berusaha mengkaji tentang cerita-cerita rakyat Sumedang, khususnya yang berbentuk legenda terjadinya suatu tempat, kaitannya dengan struktur cerita dan nilai-nilai karakter serta pemanfaatannya sebagai bahan ajar dan proses pembelajarannya. Penelitian yang akan dilakukan pada cerita rakyat Sumedang dengan judul

“Kajian Struktur dan Nilai-Nilai Karakter dalam Cerita Rakyat di Daerah Sumedang sebagai

Bahan Ajar Apresiasi Sastra dan Proses Pembelajarannya di Sekolah Menengah Atas ”.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, perlu diberikan batasan yang jelas tentang fokus penelitian. Masalah difokuskan pada aspek struktur (tokoh, alur dan latar) serta nilai-nilai karakter dalam tokoh cerita rakyat Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja,

Gunung Tampomas Dayeuh Luhur serta proses pembelajarannya di SMA.

Kajian terhadap legenda-legenda tersebut di antaranya melalui: (1) analisis struktur (tokoh, alur, dan latar); (2) penggalian nilai-nilai karakter dalam cerita; (3) serta pemanfaatan


(32)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cerita dalam proses pembelajaran sastra, khususnya apresiasi sastra di Sekolah Menengah Atas.

1.3. Rumusan Masalah

Penelitian ini dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan berikut ini.

1) Bagaimanakah deskripsi struktur alur, tokoh, dan latar yang terdapat pada cerita rakyat Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh Luhur, dan Gunung Tampomas sebagai bahan ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA)?

2) Bagaimana nilai-nilai karakter yang terdapat pada tokoh-tokoh cerita asal mula nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh Luhur dan Gunung Tampomas tersebut?

3) Proses pembelajaran bagaimanakah yang relevan untuk mengajarkan hasil analisis struktur alur , tokoh dan latar serta nilai-nilai karakter dalam cerita-cerita tersebut di Sekolah Menengah Atas (SMA) ?

1.4. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang struktur (tokoh, alur dan latar) serta nilai-nilai karakter dalam tokoh cerita rakyat asal mula nama Sumedang, Darmaraja, Gunung Tampomas dan Dayeuh Luhur Sumedang. Berdasarkan hal tersebut di atas, tujuan penelitian yang penulis lakukan ini adalah untuk memperoleh deskripsi yang berkenaan dengan:

1) struktur cerita, tokoh, alur dan latar dalam cerita asal mula nama Sumedang, Darmaraja, Gunung Tampomas dan Dayeuh Luhur Sumedang untuk dijadikan bahan ajar apresiasi sastra di SMA.


(33)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2) nilai-nilai karakter yang terdapat pada cerita asal mula nama Sumedang, Darmaraja, gunung Tampomas, dan asal mula nama Dayeuh Luhur Sumedang.

3) bahan pembelajaran yang dapat disampaikan dari hasil analisis struktur dan nilai-nilai karakter dalam cerita asal mula nama Sumedang, Darmaraja,legenda Gunung Tampomas dan asal mula nama Dayeuh Luhur Sumedang.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu sastra, khsususnya sastra lisan di Sumedang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kegiatan pembangunan berbasis budaya yang tengah dan akan digulirkan di Kabupaten Sumedang antara lain: pembangunan adat istiadat dan nilai sosial budaya Sunda; pemeliharaan bahasa, sastra dan aksara Sunda, pengelolaan kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional dll.

Hasil penelitian ini sebagai masukan pemikiran untuk menambah wawasan dalam pembelajaran apresiasi sastra dengan materi struktur dan nilai-nilai karakter dalam cerita rakyat Sumedang, juga sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan karakter melalui kegiatan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah.

1.5.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis hasil penelitian bagi peserta didik, khususnya di kelas X semester 2 Sekolah Menengah Atas, ada pada Standar Kompetensi mendengarkan, dengan Kompotensi Dasar menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara


(34)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

langsung atau rekaman. Menjelaskan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman.

Manfaat bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru-guru bahasa Indonesia di Sumedang dalam menggali informasi bahan ajar serta mempersiapkan pembelajaran apresiasi sastra cerita rakyat yang kontekstual.

Manfaat untuk sekolah hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan ajar muatan lokal (mulok). Sesuai dengan SK Mendikbub Nomor 0421/U/1987 tentang penerapan muatan lokal dalam kurikulum.

Manfaat bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan minat masyarakat setempat untuk memelihara dan melestarikan cerita rakyat di Sumedang, serta diharapkan dapat merangsang para peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis.

Manfaat lain dari hasil penelitian ini adalah membantu mengembangkan pengetahuan budaya untuk pembaca, mengembangkan cipta dan rasa dan menunjang pembentukan watak. Seperti diungkapkan Rahmanto (1988:19), “Manfaat membaca sastra dapat membantu mengembangkan kecakapan yang bersifat indra, yang bersifat penalaran, yang bersifat afektif dan bersifat sosial serta yang bersifat religius”. Lebih lanjut Aminuddin berpendapat, Manfaat yang diperoleh seseorang setelah mengapresiasi atau selama mengapresiasi banyak

sekali., “Melalui karya sastra seseorang dapat menambah pengetahuannya tentang kosa kata

dalam suatu bahasa, tentang pola kehidupan masyarakat. Mereka yang menjadi guru dapat memanfaatkannya pemerolehan hasil bacanya dalam rangka mengajar di sekolahnya, seorang ibu memiliki bahan cerita putera dan suami tercintanya, seorang penceramah dapat memberikan selingan cerita kepada pendengarnya sedara mudah”.


(35)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Studi ini diharapkan mampu memberikan sumbangan konseptual terhadap pengembangan apresiasi sastra, yaitu dengan memberikan wawasan dalam pengajaran di sekolah dan juga menambah khazanah materi cerita rakyat daerah setempat untuk lebih dikembangkan dalam proses pembelajaran di sekolah masing-masing. Hasil penelitian ini pun dapat dimanfaatkan oleh guru-guru untuk lebih mengembangkan berbagai proses pembelajaran dengan materi cerita rakyat di sekolah masing-masing.

1.6 Asumsi Penelitian

Asumsi dalam suatu penelitian merupakan landasan dalam suatu proses pemecahan masalah yang dihadapi. Kedudukan dan fungsi asumsi yang dijadikan landasan pemikiran oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Cerita rakyat merupakan salah satu jenis sastra lisan yang berkembang di masyarakat. 2. Setiap cerita merupakan karya sastra yang memiliki struktur cerita dan memiliki

nilai-nilai sastra termasuk di dalamnya nilai-nilai karakter.

3. Bahan ajar sastra dapat berupa cerita rakyat yang bersumber dari lingkungan sendiri. 4. Bahan ajar yang baik, adalah bahan ajar yang dikembangkan dari lingkungan sendiri/

kontektual.

5. Cerita rakyat merupakan bentuk folklor lisan yang sewaktu-waktu akan hilang dan berubah. Sebagaimana pendapat Danandjaya (1997:50) bahwa cerita rakyat termasuk di dalamnya legenda, mitos, ataupun dongeng memiliki peluang untuk diapresiasi dan memiliki kegunaan dan dapat dikaji dan dianalisis dari struktur pembangun ceritanya dan nilai-nilai budanya yang terkandung di dalamnya. Penulis mengkaji cerita rakyat tersebut sebagai upaya untuk melestarikan sastra lisan, khususnya di daerah yang penulis teliti melalui rekaman.


(36)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1.7 Definisi Operasional

Secara operasional istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut ini.

1. Kajian Struktur Cerita Rakyat

Kajian struktur adalah suatu cara untuk menelaah atau menganalisis karya sastra berdasarkan struktur, yang unsur-unsurnya berhubungan satu sama lain secara totalitas. Struktur karya sastra menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2010: 36) dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Pihak lain berpendapat, struktur karya sastra juga menyaran pada pengetian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Dalam hal ini peneliti mengartikan bahwa karya sastra itu terbentuk oleh unsure-unsur, baik unsur dalam maupun unsur luar. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada unsur dalam (intrinsik).

2. Nilai-Nilai Karakter Cerita Rakyat

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (KBBI,2008:963) Sedangkan menurut Ahmadi (2008:202) nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan dan perilaku.

Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain, tabiat, watak.(KBBI,2008:623). Sedangkan menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dalam draf Pengembangan Pendidikan


(37)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Budaya dan Karakter Bangsa (2010:3) dijelaskan bahawa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan

(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

bersikap, dan bertindak. Soedarsono (2010:97) berpendapat karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia sehingga menjadi semacam nilai intrinsic yang mewujud dalam system daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku. Sementara, dalam agama Islam, karakter lebih dikenal dengan istilah akhlak yang oleh Imam Ghazali dalam (Soedarsono, 2010:97-98) dijelaskan bahwa, akhlak adalah sifat yang tertanam/ menghujam dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang akan secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan. Dari pendapat para ahli di atas tentang karakter, dapat penulis simpulkan bahwa karakter adalah sifat, tabiat, akhlak yang melekat pada diri seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan karaktera-karakter yang ada di dalam diri tokoh dalam cerita rakyat Sumedang, di antaranya, yaitu, tanggung jawab, kesabaran, kejujuran, cinta tanah air, ketaatan, dll.

3. Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra

Bahan pembelajaran sastra adalah bahan yang akan diajarkan kepada siswa secara tersusun dan terencana agar dapat meningkatkan apresiai sastra siswa, sesuai dengan tujuan pembelajaran sastra dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bahan yang diususun dan direncana adalah struktur karya sastra dan nilai-nilai karakter yang ada di dalam tokoh cerita rakyat Sumedang. Bahan ajar yang disiapkan dalam proses pembelajaran ini dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan apresiasi sastra adalah kegiatan mengindahkan dan


(38)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menghargai (Aminuddin, 2009:34). Dalam paparan yang leih luas istilah apresiasi sastra menurut Gove dalam (Aminuddin, 2009:34), apresiasi mengandung makna (1) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, (3) aspek evaluatif. Dalam penelitian ini apresiasi sastra yang dimaksud adalah mengapresiasi nilai-nilai karakter yang terdapat dalam tokoh cerita rakyat Sumedang sebagai bahan ajar apresiasi sastra di sekolah.

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penelitian ini menggunakan sistematika yang digunakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia yang tertuang dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut.

Bab 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Bab 2 Kajian pustaka, teoretis, berkaitan dengan cerita rakyat, struktur dan nilai-nilai karakter, serta model pembelajaran di Sekolah Menengah Atas. Bab 3 metode penelitian. Bab 4 hasil penelitian dan pembahasan yang berisi analisis struktur, nilai karakter dan model pembelajaran cerita rakyat di Sekolah Menengah Atas. Bab 5 Simpulan dan Saran.


(39)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB 3

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Pengantar

Pada Bab 3 akan diuraikan metode dan pendekatan penelitian, teknik penganalisisan data, sumber data, selain itu diuraikan pedoman penganalisisan nilai-nilai karakter dalam cerita rakyat serta alur penganalisisan data.

3.2 Metode Penelitian

Ratna (2011:34) berpendapat metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta artinya menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.

Menurut Koentjaraningrat (1977:7-8), metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada dan sesuai dengan tujuan, sifat, objek, sifat ilmu atau teori yang mendukung. Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang akan digunakan.


(40)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik simpulan, metode adalah cara kerja yang sistematis untuk menuju memahami sasaran yang sedang diteliti.

Penelitian yang peneliti lakukan ini termasuk kepada jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Wallen dan Warrern (dalam Cahyani ed.2011: 224) adalah studi yang penekanannya berhubungan dengan aktivitas-aktivitas, situasi-situasi atau bahan-bahan yang memerlukan deskripsi yang utuh tentang sesuatu.

Mc Millan dan Scmaher (dalam Syamsudin & Vismaia,2006:73) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang dalam penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Melalui metode ini, pengdeskripsian data dilakukan dengan cara menunjukkan fakta-fakta yang berhubungan dengan struktur cerita, dilanjutkan dengan penganalisisan fakta-fakta data dan dilengkapi dengan pengdeskripsian nilai-nilai karakter yang terdapat dalam fakta cerita rakyat yang diteliti.

3.3 Pendekatan Penelitian

Pendekatan menurut Ratna (2011:53) didefinisikan sebagai cara-cara menghampiri objek. Sedangkan tujuan pendekatan adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri.

Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan strukturalisme. Menurut Nurgiantoro (1994:37) Strukturalisme (disamakam dengan


(41)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pendekatan objektif). Lebih lanjut Ratna (2011:73) mengatakan, pendekatan objektif merupakan pendekatan yang penting sebab pendekatan apa pun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri. Sedangkan pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain.

. Menurut kaum Struktural yang dipelopori oleh kaum Formalis, karya sastra adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah Abrams (dalam Nurgiyantoro: 1994:36).

Selain istilah struktural, dunia kesastraan juga mengenal istilah strukturalisme. Menurut pandangan kaum strukturalisme, penelitian kesastraan menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan.

Analisis struktur cerita rakyat dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur instrinsik cerita yang bersangkutan.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mendeskripsikan unsur intrinsik serta menggali nilai-nilai karakter dalam cerita rakyat Sumedang yang berbentuk legenda. Selain itu pula, berdasarkan hasil penganalisisan tersebut, penulis mengajukan sebuah model pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.


(42)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011:225) dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Nasution (1996:55) mengatakan, manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif dipandang lebih serasi. Pada penelitian ini peneliti sendiri berperan sebagai instrumen untama untuk mendapatkan berbagai informasi dan data yang diperlukan dari beberapa orang informan.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian folklor, yaitu penelitian lapangan. Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, peneliti melakukan berbagai teknik, baik teknik langsung, maupun teknik tidak langsung. Teknik tidak langsung yang dilakukan yaitu mengumpulkan berbagai sumber tertulis sebagai studi pustaka yang telah diarsipkan. Menurut Danandjaya (1997:13) bahwa pengumpulan atau penginvetarisan folklor dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) mengumpulkan semua judul karangan (buku dan artikel), yang pernah ditulis orang mengenai folklor Indonesia, dan (2) mengumpulkan bahan-bahan folklor langsung dari tutur kata orang-orang anggota kelompok yang mempunyai folklor dan hasilnya kemudian langsung diterbitkan atau diarsipkan. Tujuan dari teknik ini adalah untuk melengkapi data penelitian.

Teknik langsung yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan berhubungan dengan cerita rakyat Sumedang, yaitu teknik nontes. Salah satunya adalah teknik wawancara. Sebagai alat, teknik bersifat kongkret, sebagai


(43)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

instrumen penelitian teknik dapat didektesi secara indrawi. Oleh karena itu, menurut Vredenbreght (dalam Ratna,2011:37) teknik berhubungan dengan data primer. Dalam hubungan ini, sejumlah teknik yang sering dimanfaatkan, misalnya wawancara. Wawancara dapat berfungsi untuk menggambarkan suatu objek seperti apa yang diceritakan dan dialami orang lain. Wawancara menurut Nasution (2000:114) adalah merupakan alat yang ampuh untuk mengungkapkan kenyataan hidup dan apa yang dipikirkan atau dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan. Sedangkan menurut Guba & Lincoln (dalam Moleong, 2000:137), wawancara terdiri dari empat macam, yaitu (1) wawancara oleh tim atau panel, (2) wawancara tertutup dan terbuka, (3) wawancara riwayat lisan, dan (4) wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

Teknik bertanya dalam wawancara menurut Danandjaya (dalam Aminuddin ed. 1990:102) dapat dikategorikan ke dalam dua golongan besar, yaitu; (1) wawancara berencana (standardized interview), dan wawancara tanpa rencana (ustandardized

interview). Sedangkan Esterberg (dalam Sugiyono,2011:233) mengemukakan beberapa

macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara terstruktur, yaitu terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah pertanyaan sebagai pedoman dalam melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau data-data yang diperlukan berkenaan dengan cerita rakyat Sumedang sebagai objek yang sedang diteliti.

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan sebagai bukti melakukan wawancara dengan informan, maka peneliti menggunakan alat bantu, yaitu: buku catatan, tape recorder, dan camera. Buku catatan digunakan untuk mencatat


(44)

hal-Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hal yang dianggap penting untuk mendukung penelitian. Tape recorder digunakan sebagai alat untuk merekam wawancara dengan informan, sedangkan camera digunakan untuk memotret berbagai kegiatan yang dilakukan sebagai bukti dalam penguatan kegiatan penelitian.

Tahapan-tahapan pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut.

1. Tahap Pra-penelitian

Tahap ini meliputi; (1) penetapan jenis cerita rakyat yang akan diteliti, (2) menentukan lokasi penelitian, (3) mengadakan survey ke lokasi penelitian, (4) mempersiapkan instrumen, pedoman wawancara catatan lapangan,alat tulis, alat bantu perekam suara (tape recorder), dan perekam gambar camera.

2. Tahap Penelitian

Tahap ini meliputi; (1) menentukan informan yang dapat menuturkan dan memberikan informasi tentang cerita rakyat Sumedang yang berbentuk legenda, (2) melakukan wawancara terhadap informan dengan menggunakan alat perekam, melakukan pencatatan dan pemotretan, (4) mendeskripsikan hasil wawancara.

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan hasil penelitian ini meliputi; (1) penerjemahan hasil wawancara, (2) menganalisis hasil wawancara, (3) menganalisis struktur dan nilai karakter dalam cerita rakyat (legenda) yang diceritakan, (4) menyusun model pembelajaran yang direncanakan, dan (5) membuat laporan penelitian.


(45)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3.5 Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah segala sesuatu baik benda, manusia, dan lainnya yang dapat memberikan data kepada peneliti terhadap sesuatu penelitian (Arikunto,2002:107). Sedangkan menurut Lofland & Lofland (dalam Moleong,2000:112), sumber data utama dalam penelitian alamiah adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Moleong membagi jenis data menjadi tiga bagian, yaitu kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Untuk kepentingan data kajian sebagaimana dimaksudkan sebelumnya peneliti menetapkan informan sebagai sumber data. Informan merupakan

„orang nomor satu‟ setelah peneliti. Tanpa informan, peneliti mungkin akan buta dan

kebingungan. Ungkapan yang tepat informan adalah informan is king. Informan adalah raja, yang dapat menentukan warna penelitian budaya (Endaswara, 2006:177).

Informan kunci adalah seseorang yang memiliki informasi relatif lengkap terhadap cerita-cerita yang diteliti. Pada penelitian ini yang menjadi informan utama adalah tokoh masyarakat yang bekerja sebagai kuncen (juru kunci) makam-makam keramat yang ada di sekitar Kecamatan Darmaraja, Kecamatan Wado, Kecamatan Ganeas dan Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Para informan kunci itu adalah:

1. Nama : Tarsa Soleh Umur : 58 tahun Tempat lahir : Sumedang

Agama :Islam


(46)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pekerjaan :Juru Pelihara Makam Keramat, Ketua Kuncen Kec. Darmaraja

Alamat : Kampung Leuwi Loa Desa Leuwi Hideung Kecamatan Darmaraja Sumedang.

2. Nama : Iyat Adiat Umur : 65 tahun

Agama : Islam Pendidikan : SD

Pekerjaan : Kuncen/ juru kunci makam keramat Cipeueut Cipaku

Alamat :Dusun Cipaku Rt. 06/01 Desa Cipaku Kecamatn Darmaraja KabupatenSumedang

3. Nama : Taufik Hidayat Umur : 56 Tahun Agama : Islam

Pekerjaan : Kuncen/ juru kunci Makam Keramat Prabu Taji Malela, Gunung Lingga Alamat : Dusun Sempur Mayang Desa Cimarga Kecamatan Cisitu Kabupaten

Sumedang. 4. Nama : Yayat Setiawan

Umur : 43 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD


(47)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Alamat :Dusun Cukang Galeuh Rt.06/02 Desa Cisurat Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang

5. Nama : Nono Sutisna, S.Pd. Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : S1 (sarjana)

Pekerjaan :Penilik Olah Raga dan juga Juru Kunci Makam Keramat Prabu Geusan Ulun Dayeuh Luhur Sumedang

6. Nama : A. Taufik Sirodjudin, S.E. Umur : 30 tahun

Jenis kelamin: Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru

Alamat :Dusun Cipaku RT 06/01 Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja Sumedang Data utama dalam penelitian ini adalah cerita rakyat di daerah Sumedang yang berbentuk asal mula nama-nama tempat yang dituturkan oleh penutur cerita yang direkam dengan menggunakan tape recorder sebagai alat perekam, dan juga catatan untuk mencatat hal-hal penting.


(48)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penutur cerita adalah orang yang menuturkan cerita dan hafal dengan isi dari cerita yang dituturkan itu, laki-laki maupun perempuan. Seperti yang dikemukakan Rusyana (1981:45) Penutur cerita itulah pendukung aktif cerita lisan, atau bisa dikatakan penutur aktif adalah orang selain mengenal cerita dengan baik juga mengenal adat istiadat, kepercayaan, dan alam pikiran masyarakatnya sebab penuturan cerita banyak sangkut pautnya baik dengan isi cerita maupun masyarakatnya. Biasanya para penutur cerita adalah orang yang terkemuka di lingkungan masyarakatnya.

Untuk mendapatkan data yang lengkap, peneliti mendatangai beberapa rumah informan, peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan penelitian dengan membuktikan surat pengantar dari lembaga yang bersangkutan, beramah tamah dan wawancara. Wawancara dilakukan di berbagai tempat ketika peneliti mengunjungi para informan, ada yang dilakukan di rumah penutur, di balai desa dan juga di lingkungan makam keramat tempat informan bekerja.

3.6 Pedoman Analisis Nilai-Nilai Karakter Pada Tokoh Cerita Rakyat

Pedoman yang dijadikan landasan dalam mengungkap nilai-nilai karakter yang ada pada diri tokoh cerita Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh Luhur dan

asal mula nama Gunung Tampomas, adalah pedoman nilai-nilai karakter dan budaya

yang dikeluarkan Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, seperti tercermin pada tabel di bawah ini.


(49)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.1

Pedoman Analisis Nilai-nilai Karakter Pada Tokoh Cerita Rakyat

NILAI DESKRIPSI

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.


(50)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

NILAI DESKRIPSI

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki


(51)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

NILAI DESKRIPSI

kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung-jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (sumber: Puskur 2010)

3.7 Format Analisis Nilai-Nilai Karakter pada Tokoh Cerita Rakyat

Tabel 3.2

Format Analisis Nilai-Nilai Karakter pada Tokoh Cerita Rakyat

Nilai-nilai Karakter

NAMA TOKOH

Tokoh 1 Tokoh 2 Tokoh 3 Tokoh 4

Deskripsi

1.


(52)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagai tindak lanjut dari hasil pengumpulan data, maka data yang telah dikumpulkan perlu dianalisis. Seperti diungkapkan Surakhmad (1994:139) penelitian menggunakan metode deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi terhadap data tersebut. Lebih lanjut Sugiyono (2011:244), menyatakan:

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Data yang telah terkumpul diperlukan diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data yang tepat dan benar. Teknik yang peneliti gunakan dalam pengolahan data penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu menguraikan data berupa cerita rakyat berdasarkan beberapa kajian yang ditetapkan sebelumnya.

Gambaran teknik yang digunakan untuk mengolah data penelitian yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dijelaskan berikut ini ;

(1) menentukan aspek-aspek struktur intrinsik dan nilai-nilai karakter cerita rakyat yang dianalisis,

(2) mentranskripsikan kembali cerita yang dituturkan dalam bahasa lisan (dalam rekaman) ke dalam bahasa tulis,

(3) menterjemahkan atau mengalihbahasakan dari bahasa asli (bahasa Sunda) ke dalam bahasa Indonesia, cerita rakyat secara keseluruhan,


(53)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(5) memilih dan menandai bagian-bagian tertentu dalam struktur cerita rakyat yang menggambarkan unsur-unsur cerita,

(6) memilih dan menentukan bagian-bagian cerita yang menggambarkan nilai-nilai karakter,

(7) mendeskripsikan kutipan atau bagian yang telah ditetapkan dari setiap cerita rakyat/legenda Sumedang sesuai dengan teori yang digunakan,

(8) menyusun perencanaan model pembelajaran cerita rakyat , (9) menganalisis model pembelajaran tersebut,

(10) membuat simpulan, (11) membuat laporan.


(1)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

syjukur.

VII. Alat/ Sumber/ Bahan Pembelajaran Media:

1.Laptop dan LCD 2.Tape recorder

Sumber Belajar:

1.Rekaman cerita rakyat

2.Buku Cerita Rekaan dan Drama, karangan B.Rahmanto, Depdikbud,UT,1999 3.Buku Bahasa Indonesia Karangan Adi Abdul Somad dkk. Pusat Perbukuan 4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

VIII. Penilaian

1. Jenis Tagihan : tes tertulis,tugas kelompok (unjuk kerja dan produk) 2. Bentuk Instrumen : Uraian bebas dan laporan hasil wawancara

Soal Pertemuan ke-1

1. Tuliskan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita rakyat Asal Mula Nama

Sumedang dan Darmaraja!

2. Tuliskan dua hal yang menarik dalam cerita Asal Mula Nama Sumedang dan

Darmaraja!

3. Tuliskan tiga latar tempat yang ada dalam cerita Asal Mula Nama Sumedang


(2)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Bandingkan nilai-nilai karakter tokoh dalam cerita Asal Mula Nama

Sumedang dan Darmaraja dengan nilai-milai kehidupan sekarang!

5. Buatlah ringkasan cerita rakyat Asal Mula Nama Sumedang dan Darmaraja!

Pedoman Penskoran Tes 1

Skor masing-masing soal 2, skor maksimal 10 dan skor ideal 100 Perolehan skor

Nilai = X 100 (skor ideal) 10

Soal Pertemuan ke-2

Buat laporan secara berkelompok hasil wawancara dengan informan tentang cerita rakyat yang ada di sekitar tempat tinggal kalian!

C. Pedoman Penskoran Hasil Kerja Kelompok

1. Penemuan cerita rakyat

No Isi Cerita Skor

1. Isi cerita lengkap dari awal sampai akhir 40


(3)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Tidak menemukan cerita 0

Skor maksimal 40

2. Kerja Kelompok

No Kerja Sama Skor

1. Semua anggota bekerja sama 40

2. Hanya sebagian anggota yang bekerja 20

3. Tidak ada kerja sama 0

Skor maksimal 40

Skor total maksimal 100

3. Penyerahan laporan

No Penyerahan Laporan Skor

1. Dilaporkan sebelum atau tepat waktu 20 2. Dilaporkan setelah batas waktu yang ditentukan 10

3. Tidak melaporkan 0


(4)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5.7 Analisis Proses Pembelajaran Cerita Rakyat sebagai Bahan Ajar di Sekolah Menengat Atas (SMA)

1. Analisis Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran cerita rakyat asal mula nama-nama tempat di daerah Sumedang yang dijadikan sebagai bahan ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) menggunakan pendekatan pembelajaran CTL. Proses pembelajaran CTL terdiri dari tujuh strategi. Strategi-strategi CTL itu, adalah konstruktivisme, penemuan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata. Hasil analisis proses pembelajaran tersebut disampaikan sebagai berikut.

1) Analisis Kontrukstivisme

Pada strategi konstruktivisme ini diterapkan manakala siswa sedang menganalisis hasil simakan cerita rakyat untuk menemukan unsur-unsur pendukung cerite rakyat, menghubungkan tempat dalam cerita dengan tempat empiris di daerahnya. Siswa membangun pemahaman pada dirinya tentang cerita rakyat.

2) Analisis Penemuan

Salah satu tugas yang perlu dilakukan siswa dalam proses pembelajaran ini adalah mencari, mencari hal-hal yang berkaitan dengan cerita rakyat, seperti unsur-unsur pembangun, asal mula cerita rakyat, fungsi cerita rakyat, dan nilai-nilai karakter yang terkandung pada diri tokoh cerita rakyat. Selain itu, siswa juga melakukan proses pencarian beberapa cerita rakyat yang ada di daerahnya. Penemuan tersebut diharapkan


(5)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

akan menimbulkan rasa mencintai dan memiliki dan bertanggung jawab atas kelestarian cerita-cerita rakyat tersebut.

3) Analisis Bertanya

Bertanya dalam strategi ini dimaksudkan untuk mendapatkan atau memperoleh informasi. Untuk mengetahui hal ihwal cerita rakyat yang ada di sekitar daerahnya serta kaitannya dengan yang lainnya, siswa tentunya harus menemui para informan dan melakukan wawancara. Proses bertanya pun juga dilakukan para siswa ketika sedang melakukan diskusi, baik diskusi kelompok maupun antarakelompok.

4) Analisis Masyarakat Belajar

Pengetahuan dan pengamalan siswa diperoleh melalui orang lain, baik secara individu maupun secara kelompok. Proses diskusi di kelas adalah salah ciri masyarakat belajar, begitupun juga dalam memperoleh data-data cerita rakyat dari masyarakat merupakan bagian dari masyarakat belajar.

5) Analisis pemodelan

Pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran CTL tentang cerita rakyat bisa dilakukan langsung oleh guru untuk menyampaikan cerita rakyat, bisa mendatangkan model lain, misalnya penutur langsung atau dilakukan melalui rekaman.

6) Analisis Refleksi

Refleksi adalah merupakan proese penyendapan atau penyimpanan pengalaman yang telah dialami atau dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian


(6)

Yayan Supwakhyan, 2012

Kajian Struktur dan...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran yang telah diikutinya. Fungsi dari refleksi ini mengupayakan siswa untuk mencoba mengingat kembali apa yang ditelah dilakukannya sehingga dapat menyimpulkan pengalaman belajarnya sendiri. Pengalaman-pengalaman tersebut akan membentuk landasan siswa dalam pemeliharaan dan pengembagan cerita-cerita rakyat sebagai suatu budaya tradisi lisan.

7) Analisis Penilaian Nyata

Evaluasi yang dilaksanakan guru dalam model ini menggunakan penilaian proses dan hasil. Keaktifan siswa dalam mencari data, berdisikusi, mengemukakan pendapat, serta pembuatan dan pelaporan hasil kegiatan merupakan kegiatan yang dapat dijadikan bahan penilaian guru terhadap siswa. Pada bagian akhir pembelajaran, guru melalukan evaluasi sebagai proses untuk mengetahui tingkat keaktifan dan pemahaman siswa terhadap cerita rakyat.

Berdasarkan analisis proses pembelajaran Contexstual Teaching Learning (CTL), dengan menggunakan tujuh strateginya, maka materi pembelajaran cerita rakyat

Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh Luhur dan Asal Mula Nama Gunung Tampomas dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL


Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

3 47 21

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT KABUPATEN BANGKA SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK MENYUSUN BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA.

1 35 17

KAJIAN STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI SOSIOLOGIS LEGENDA TANJUNG LESUNG DI PANDEGLANG DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

29 720 103

Kajian Struktural dan Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Pendek Keagamaan serta Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Menengah Pertama.

0 2 21

NILAI BUDAYA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER CERITA RAKYAT DI PULAU BANGKA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR APERSIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.

2 28 69

Novel Amelia Karya Tere Liye (Kajian Stilistika, Nilai-nilai Pendidikan Karakter dan Relevansinya sebagai Materi Ajar Sastra di Sekolah Menengah Atas.

1 5 6

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT KUNINGAN TERINTEGRASI NILAI KARAKTER DALAMPEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP Yoyoh Komariah SMP Negeri 3Kuningan Valentineyona565yahoo.com ABSTRAK - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT KUNINGAN TERINTEGRASI NILAI

0 1 11

KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT KALANTIKA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMP

0 0 16

STRUKTUR CERITA DAN NILAI PENDIDIKAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN KEBUMEN SEBAGAI MATERI AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

0 0 11

STRUKTUR CERITA DAN NILAI KEPAHLAWANAN DALAM CERITA RAKYAT DI KABUPATEN KARANGANYAR SEBAGAI MATERI AJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

0 0 11