Polip Nasi pada Anak.

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr.M.Djamil Padang

Polip Nasi Pada Anak
Bestari Jaka Budiman/ Aci Mayang Sari
Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang

Abstr ak
Polip nasi mer upakan massa polip yang timbul ter utama dar i selaput lendir hidung dan sinus par anasal. Polip nasi
sangat jarang ter jadi pada anak-anak, angka kejadiannya 0,1% dari keselur uhan polip nasi. Dari keselur uhan polip nasi anak,
33% kasus mer upakan polip antr okoanal. Penyebab polip nasi ini belum diketahui dengan pasti. Ter dapat beberapa faktor
r esiko diantaranya, inflamasi kr onik, asma br onkial, kistik fibrosis, r initis alergi, dan r inosinusitis kr onis. Penatalaksanaan
polip nasi pada anak dapat dilakukan dengan medikamentosa dan terapi bedah polipektomi nasi dengan Endoscopic Sinus
Sur ger y (ESS).
Dilapor kan satu kasus polip nasi pada seorang anak laki-laki umur 5 tahun dengan rinosinusitis kr onis. Pada pasien
telah dilakukan tindakan medikamentosa dan terapi bedah sinus endoskopi.

Kata kunci : Polip nasi anak, polip antrokoanal, polipektomi nasi, Endoscopic Sinus Sur ger y .
Abstract
Nasal polyp is a polypoidal masses ar ising mainly fr om t he mucous membr anes of t he nose and par anasal sinuses.

Nasal polyps ar e ver y r ar e in childr en, incidence r at e of 0.1% of t he t ot al nasal polyps. 33% of t he t ot al nasal polyp in childr en is
a ant r ochoanal polyp. The pr imar y cause of nasal polyps is not known. Ther e ar e sever al r isk fact or s for polyps such as chr onic
inflammat ion, br onchial asthma, cyst ic fibr osis, aller gic r hinit is and chr onic r hinosinusit is. Management of nasal polyps in
childr en can be done wit h medical and polypect omi sur gical t her apies wit h endoscopic sinus sur ger y (ESS).
It was r epor t ed one case of nasal polyp in a boy aged 5 year s wit h chr onic r hinosinusit is. Pat ient s was t r eat ed wit h
medical t her apy and endoscopic sinus surger y.

Key wor ds: childr en nasal polyps, ant r ochoanal polyps, nasal polypect omi, Endoscopic Sinus Sur ger y.
Korespodensi: dr .Aci Mayang Sari: [email protected]

PENDAHULUAN
Polip nasi didefinisikan sebagai kantong
mukosa yang ter dir i dari edema, jaringan fibr ous,
pembuluh darah, sel–sel inflamasi dan kelenjar.1 Polip
nasi ditemukan 1-4% dar i total populasi, 36% penderita
dengan intoleransi aspirin, 7% pada penderita asma.
Polip pada dewasa berkisar 1-4% sedangkan 0,1%
ditemukan pada anak-anak. Angka kejadian polip pada
anak-anak dengan kistik fibr osis 6-48%, sedangkan polip
antr okoanal pada anak sekitar 33% dari selur uh polip

nasi pada anak.2,3,4
Polip nasi ter utama ditemukan pada laki-laki
dibanding wanita dengan rasio 2,4:1. Biasanya ter jadi
setelah umur 20 tahun dan banyak pada umur 40 tahun
ke atas. Polip nasi biasanya timbul setelah anak ber umur
lebih dari 2 tahun. Jika timbul sebelum 2 tahun maka
dapat dipikir kan adanya ensefalokel atau meningokel.
Polip nasi jarang ter jadi pada anak yang ber usia kur ang
dari 10 tahun.2,3
Penyebab pasti polip nasi belum diketahui.
Diduga ter dapat beberapa faktor risiko polip nasi
diantaranya inflamasi kr onik, asma br onkial, kistik
fibr osis, rhinitis aler gi, dan rinosinusitis kr onik.3

Menur ut Mackay yang dikutip dar i Hamadi,
ter dapat 4 stadium dari polip nasi yaitu:5

Stadium 0: tidak ada polip

Stadium 1: polip ter batas dalam meatus media

tidak keluar ke r ongga hidung tidak tampak
dengan pemeriksaan rinoskopi anter ior hanya
ter lihat dengan nasoendoskopi.

Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus
media dan tampak dir ongga hidung tetapi tidak
memenuhi / menutupi r ongga hidung.

Stadium 3: polip sudah memenuhi r ongga
hidung.
Menur ut Hellquist yang dikutip oleh Zulka,
ter dapat sub- tipe histologis yaitu tipe I polip aler gik
dengan eosinofil yang dominan, tipe II polip
fibr oinflamator ik dengan neutr ofil yang dominan, tipe III
polip dengan hiper plasia kelenjar ser omusinosa dan tipe
IV polip dengan str oma atipik.6 Chmielik membagi polip
ber dasar kan
histologi menjadi 3 jenis yaitu polip
eosinofilik, polip inflamatori, str oma atipik.7
Diagnosis polip nasi ber dasar kan pada

anamnesis, pemer iksaan fisik dan pemer iksaan

1

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr.M.Djamil Padang

penunjang. Melalui anamnesis didapatkan keluhan
hidung ter sumbat yang menetap, infeksi sinus/ sinusitis,
sakit kepala, penciuman ber kurang sampai hilang, tidur
ngor ok, r inore yang mengalir ke belakang, ber sin-ber sin
dan epistaksis.3
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
adanya masa polip war na bening, soliter , tidak nyer i bila
disentuh dan tidak mengecil setelah diberikan
vasokonstriktor topikal dan pada rinoskopi poster ior
ter dapat post nasal dr ip. 3
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah endoskopi kaku dan fleksibel, foto sinus polos dan
tomografi komputer sinus paranasal. Pada pasien anakanak yang didiagnosis dengan multipel polip nasi, tes

untuk kistik fibr osis sangat diper lukan.3
Penatalaksanaan polip nasi dapat dilakukan
secara konser vatif yaitu melalui medikamentosa seper ti
kor tikoster oid topikal, kor tikosteroid oral, terapi untuk
mengontr ol aler gi atau infeksi, dan obat anti jamur jika
disebabkan oleh jamur . Jika terapi konser vatif tidak
memberikan hasil maka dapat dilakukan terapi bedah
seper ti polipektomi atau bedah sinus endoskopi.3

LAPORAN KASUS
Seor ang anak laki-laki usia 5 tahun datang
ber obat ke poli THT-KL RSUP Dr . M. Djamil Padang pada
tanggal 27 Juli 2010 dengan keluhan hidung ter sumbat
sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien mengeluhkan
bengkak pada hidung sebelah kiri makin lama makin
besar tidak nyeri dan tidak ber darah sejak 1 bulan yang
lalu.
Pasien juga mengeluhkan ingus encer bewar na
jer nih hingga kekuningan sejak 1 bulan yang lalu dan
ingus mengalir ke tenggor ok sejak 1 bulan yang lalu.

Pasien sering tidur ngor ok dan terbangun dan r asa berat
di wajah serta penciuman ber kurang. Tidak didapatkan
r iwayat aler gi dan asma pada pasien dan keluarga, tidak
ada gigi ber lubang maupun gangguan penglihatan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum pasien baik, komposmentis kooperatif dan gizi
cukup. Pemer iksaan telinga didapatkan kedua telinga
lapang, membran timpani utuh dengan refleks cahaya
nor mal. Pemeriksaan rinoskopi anter ior didapatkan
kavum nasi dekstra lapang, konka infer ior dan konka
media dekstra eutr ofi, sekret dan septum deviasi tidak
ada. Kavum nasi sinistr a sempit, tampak masa menutupi
kavum nasi war na merah, permukaan rata, konsistensi
kenyal padat, tidak ada perubahan ukuran ketika
diberikan vasokonstriktor topikal. konka inferior dan
konka media sukar dinilai, tidak didapatkan septum
deviasi dan sekret. Pada pemer iksaan rinoskopi poster ior
ditemukan post nasal dr ip dan adenoid sukar dinilai. Pada
pemer iksaan tenggor ok tidak ditemukan kelainan dan
tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.

Pasien didiagnosis rinosinusitis kronis dengan tumor
kavum nasi sinistra dan diagnosis banding dengan polip

nasi sinistra. Pasien ini mendapat terapi untuk
r hinosinusitis yaitu cefixim 2x60mg, ambr oxol 3x7,5mg,
pseudoefedr in hcl 7,5 mg dan chlor phenir amin maleat e 0,5
mg.
Pada tanggal 4 Agustus 2010 pasien kontr ol ke
poli THT-KL dengan keluhan yang sama dan didapatkan
hasil pemer iksaan tomogr afi komputer yaitu tampak
per selubungan di sinus maksilaris kir i dan kanan ser ta
kavum nasi kiri dan kanan. Sinus fr ontalis, spenoid dan
etmoid ber sih. Kesan sinusitis maksilaris bilateral. Pasien
didiagnosis sebagai sinusitis maksilaris bilateral dengan
tumor kavum nasi sinistra dan diagnosis banding polip
nasi sinistra. Pasien direncanakan untuk dilakukan biopsi
dan ekstir pasi tumor kavum nasi sinistr a dan dilakukan
bedah sinus endoskopi atas indikasi rinosinusitis kr onis.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil dalam
batas normal.


Gambar 1 Foto pertama pasien masuk rumah sakit

Gambar 2 Tomografi komputer sinus paranasal (potongan
aksial)

2

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr.M.Djamil Padang

Gambar 3 Tomografi komputer sinus paranasal (potongan
coronal)

Gambar 4 Tomografi komputer sinus para nasal (potongan
koronal)

Pada tanggal 28 September 2010 pasien dirawat
di bangsal THT-KL dengan diagnosis r inosinusitis kr onis
dengan tumor kavum nasi sinistra dan diagnosis banding

dengan polip nasi sinistra. Pasien mendapat ter api
Cefixim 2x60mg dan met il pr ednisolon 3x2mg.
Tanggal 30 September 2010 dilakukan biopsi
dan ekstir pasi tumor kavum nasi sinistr a dalam nar kose
umum dan dilakukan bedah sinus endoskopi atas indikasi
r inosinusitis kr onis. Operasi dimulai dengan pasien tidur
ter lentang di meja operasi dalam narkose umum.
Dipasang pack di mulut. Dilakukan tindakan asepsis dan
antisepsis di lapangan operasi. Dilakukan pemasangan
tampon hidung kavum nasi dekstra dan sinistr a dengan
lidokain : epinefrin (4:1) dan ditunggu selama 10 menit.
Kavum nasi sinistra dievaluasi dengan scope 0 ⁰, tampak
masa seperti polip menutupi kavum nasi war na merah
pada 1/ 3 anterior , putih kekuningan pada 1/ 3 poster ior
dan ber tangkai. konka infer ior dan media eutrofi, meatus
media tertutup jar ingan polip, sekret jer nih dan tampak
adenoid yang hiper tr ofi. Dilakukan pengangkatan masa
polip dengan for sep cut t ing. Dilakukan unsinektomi pada
kavum nasi sinistra, pelebaran ostium sinus maksila
sinistra. Keluar masa polip dan sekr et dari ostium


maksila sinistra. Dilakukan pula evaluasi pada kavum
nasi dekstra tampak konka infer ior dan konka media
eutr ofi, meatus media ter tutup, sekret jer nih. Dilakukan
unsinektomi dan pelebar an ostium sinus maksila dekstra.
Keluar sekret dari ostium maksila dekstra. Dilakukan
evaluasi ke r ongga nasofar ing tampak adenoid
mengalami hiper tr ofi dan dilakukan pengangkatan
adenoid dengan adenotom. Per dar ahan diatasi, dipasang
tampon hidung handscoon
yang telah dioleskan
antibiotik klor amfenikol dan bet adine pada kedua kavum
nasi ser ta pack di mulut dikeluarkan. Operasi selesai.
Jar ingan polip di periksa ke bagian patologi anatomi
untuk menentukan jenis polip dan tanda keganasan.
Setelah oper asi pasien didiagnosis dengan post
polipektomi atas indikasi polip kavum nasi sinistr a dan
post bedah sinus endoskopi atas indikasi rinosinusitis
kr onis.
Pasien diber ikan terapi injeksi ceft r iaxone

2x500mg intravena, dr ip t r amadol 3x50 mg , met il
pr ednisolon 3x2 mg.
Tanggal 2 Oktober 2010 tampon hidung dibuka,
dilakukan evaluasi pada kavum nasi sinistr a lapang,
konka inferior dan konka media eutr ofi, tidak ter dapat
sinekia, masa polip, perdarahan maupun septum deviasi.
Pada pemer iksaan tenggor ok tidak ditemukan kelainan
dan tidak ada darah mengalir. Pasien boleh pulang dan
diberikan ter api sir up cefixim 2x60mg, sir up par aset amol
3x120mg, sir up pseudoefedr in
hcl 7,5 mg dan
chlor phenir amin maleat e 0,5mg.
Pada tanggal 12 Oktober 2010 pasien datang
untuk kontr ol ke 2 dengan keluhan ser ing mengalami
ingus encer . Pada pemer iksaan r inoskopi anter ior
didapatkan pada kavum nasi dekstr a konka infer ior
eutr ofi, sinekia diantara septum nasi dan konka inferior ,
konka media eutr ofi, deviasi septum tidak ada. Kavum
nasi sinistra dalam batas normal, tidak ditemukan masa
polip. Pada pemeriksaan tenggor ok tidak ditemukan
kelainan.
Pada pemeriksaan nasoendoskopi didapatkan
kavum nasi dekstra lapang, konka infer ior eutr ofi,
tampak sinekia antara septum dan konka inferior. Pada
kavum nasi sinistr a tidak ditemukan kelainan. Pada
pasien ini dilakukan pelepasan sinekia dengan respa dan
diberi tampon anter ior yang telah dibalut sofr at ul dan
salep klor amfenikol . Terapi yang diberikan pada pasien
ini yaitu cefixim 2x60mg dan kontr ol 2 har i lagi.
Pada tanggal 14 Oktober 2010 pasien datang ke
poli THT-KL untuk dilakukan pelepasan tampon. Setelah
dilakukan pelepasan tampon anterior pada kavum nasi
dektra didapatkan hasil kavum nasi lapang, tidak
didapatkan sinekia, tidak ada darah mengalir, konka
infer ior dan media eutr ofi. Pada kavum nasi sinistra tidak
ditemukan kelainan. Terapi dilanjutkan dan ditambah
dengan cuci hidung, cefixim 2x60mg, flut icasone fur oat e
nasal spray 1x1 sempr ot pada hidung kir i dan kanan.
Pada tanggal 20 0ktober 2010 hasil patologi
anatomi menunjukkan hasil mikroskopik tampak

3

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr.M.Djamil Padang

jaringan diliputi epitel respirator ik dengan str oma
jaringan ikat longgar yang mengandung kapiler – kapiler
yang hiperemis dan sebukan eosinofil dan limfosit.
Didapatkan kesan polip nasi tipe eosinofilik dan tidak
tampak tanda ganas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
pada kavum nasi dekstr a dan sinistra tidak ditemukan
kelainan dan terapi dilanjutkan.
Pada tanggal 27 Januar i 2011, dilakukan tes
aler gi dan didapatkan hasil D.Pter onyssinus (+4),
D.Far inae (+1), Blomia Tr opicalis (+1), rer umputan (+1),
kecoak (+1), bulu anjing (+1), kacang (+1), telur (+1) dan
didapatkan kesan r hinitis alergi intermiten ringan.
Pada pemer iksaan fisik ditemukan r hinoskopi
anterior kavum nasi sinistr a sempit, tampak masa polip,
war na kemerahan, sekr et jer nih encer, konka infer ior
eutr ofi, konka media sukar dinilai, ostium maksilla
ter tutup. Pada kavum nasi dekstra tidak ditemukan
kelainan. Pada rhinoskopi posterior PND(-), pada
pemer iksaan tenggor ok ar kus faring simetris, uvula
ditengah, tonsil T1-T1 tenang, dinding posterior far ing
granul (+), PND(-) dan tidak hiperemis. Pasien
didiagnosis dengan polip nasi kavum nasi sinistr a derajat
2 dengan rinitis aler gi intermiten ringan. Pasien
diberikan terapi flut icasone fur oat e nasal spray 1x1,
sempr ot pada hidung kir i dan kanan.
Pada tanggal 2 Febr uari 2011 pasien kontr ol
ulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan r hinoskopi
anterior kavum nasi sinistr a sempit, tampak masa polip,
war na kemerahan, sekr et jer nih encer, konka infer ior
eutr ofi, konka media sukar dinilai, ostium maksila
ter tutup. Pada kavum nasi dekstra tidak ditemukan
kelainan. Pada rhinoskopi posterior PND(-), pada
pemer iksaan tenggor ok ar kus faring simetris, uvula
ditengah, tonsil T1-T1 tenang, dinding posterior far ing
granul (-), PND(-) dan tidak hiperemis. Pasien didiagnosis
dengan polip nasi kavum nasi sinistr a der ajat 2 dengan
r initis aler gi intermiten r ingan. Dilakukan polipektomi
seder hana dalam anastesi lokal dengan endoskopi. Pasien
diberikan terapi flut icasone fur oat e nasal spray 1x1,
sempr ot pada hidung kiri dan kanan. Setelah 1 minggu
post polipektomi seder hana pasien tidak kontr ol lagi.

DISKUSI
Dilapor kan satu kasus polip nasi pada anak
yang ditegakkan melalui anamnesis, pemer iksaan THTKL dengan r inoskopi anter ior dan posterior , ser ta
pemer iksaan penunjang tomogr afi komputer sinus
paranasal.
Polip nasi pada kasus ini ditemukan pada anak
laki-laki umur 5 tahun. Ini sesuai dengan literatur yang
dilapor kan oleh Setippane dan Iloba2,3 yang melapor kan
kejadian polip nasi banyak ter jadi pada laki-laki
dibanding perempuan dengan per bandingan 2-4:1 dan
jarang ter jadi pada anak-anak dengan angka kejadian
pada anak-anak sebesar 0,1%. Di Indonesia studi

epidemiologi menunjukkan bahwa perbandingan pr ia
dan wanita 2-3:1 dengan pr evalensi 0,2%-4,3%.2,3
Polip pasien ini termasuk kedalam jenis polip
antr okoanal
dimana
sesuai
dengan
literatur
mendefinisikan bahwa polip antr okoanal adalah polip
hidung yang berasal dar i sinus maksilla, keluar melewati
ostium sinus maksila yang masuk ke kavum nasi dan
meluas sampai ke koana.8,9 Menurut Khalid4 polip
antr okoanal adalah polip yang tumbuh dari mukosa pada
sinus maksila dan keluar melewati ostium dan masuk ke
kavum nasi.
Secar a makroskopik massa polip antr okoanal
pada pasien ini ter lihat bagian ber sifat kistik yang
ber asal dar i antrum sinus maksila dan bagian yang
ber sifat polipoid yang berada dalam r ongga hidung kedua
bagian ini dihubungkan oleh bagian yang menyempit
sebagai pedikel (tangkai polip). Hasil histopatologi pada
pasien ini polip nasi tipe eosinofilik, hal ini sesuai dengan
literatur dimana menur ut Khalid 4 tidak ada perbedaan
yang bermakna antar a histopatologi polip nasi pada
anak-anak dan polip nasi pada orang dewasa. Selain itu
juga tidak ter dapat per bedaan yang bermakna jenis
histopatologi
antar a polip
antr okoanal
dengan
inflamatori.4 Pada polip antr okoanal lebih banyak
ditemukan polip tipe aler gi (eosinofilik) daripada tipe
fibr oinflamator ik (netr ofilik), dengan perbandingan pada
anak 2,8:1 sedangkan pada dewasa 0,8:1.4
Pada pasien ini ditemukan hasil tes aler gi
positif. Hal ini mendukung hasil histopatologi yang
memper lihatkan adanya leukosit dengan pr edominan
eosinofil. Menur ut Cook 4 yang dikutip oleh Khalid 4
ter dapat hubungan yang signifikan antar a polip
antr okoanal dengan status aler gi. Sementara pada
penelitian Khalid ditemukan 33 kasus dari 35 kasus polip
antr okoanal.
Penyebab pasti dar i polip antr okoanal ini belum
diketahui secar a pasti, tetapi dapat disebabkan oleh
faktor alergi, infeksi, kistik fibr osis dan obtr uksi
mekanik.9 Menur ut Sema10 polip antr okoanal ini
bekembang sebagai komplikasi dari obstr uksi total dan
r uptur kelenjar muko asinus sepanjang periode r ecover y
pada sinusitis kr onis.
Etiologi polip antr okoanal pada pasien ini
kemungkinan disebabkan oleh alergi, dimana dari hasil
skin pr ick t est ditemukan pasien alergi dengan tungau
debu. Pada penelitian Chen yang dikutip oleh Ali Ozdik 5
melapor kan ter dapat 50% kasus polip antr okoanal pada
anak yang memberikan hasil skin pr ick t es positif,8,9
sedangkan pada penelitian Khalid 4 ter dapat 40% pasien
yang mender ita polip antr okoanal yang mengalami gejala
r hinitis aler gi namun tidak dilakukan tes alergi. Sema10
pada penelitiannya mendapatkan 50-69% anak-anak
yang mender ita polip antr okoanal dengan aler gi,
peningkatan kadar IgE dan ditemukan eosinofil pada
kedua hidung dan hapusan dar ah tepi.

4

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr.M.Djamil Padang

Penatalaksanaan polip nasi pada anak ter utama
polip antr okoanal masih dalam per debatan para ahli.
Tindakan konservatif masih dianut oleh beber apa ahli
bila menemukan kasus polip antr okoanal pada anak
seper ti yang dinyatakan oleh Sesadri 9 yang dikutip oleh
Mohamad.9Pember ian
kor tikoster oid
oral
dapat
diberikan jika (1) kasus polip yang berat atau stadium 3
(2) per siapan pembedahan polip nasi (3) bila ter dapat
kegagalan ter api bedah atau rekur ensi dan (4) untuk
mencegah ter jadinya rekurensi setelah pembedahan.6
Pada pasien ini telah diberikan terapi
konser vatif untuk r inosinusitis kr onis selama 2 bulan,
dimana pasien mendapat cefixim 2x60mg, ambr oxol
3x7,5mg, pseudoefedr in hcl 7,5 mg dan chlor phenir amin
maleat e 0,5mg. Ini sesuai dengan terapi rinosinusitis
pada anak menur ut Rodney11 dimana terapi rinosinusitis
pada anak dengan antibiotik, dekongestan, anti inflamasi
dan anti histamin yang diber ikan selama 4-6 minggu.
Tindakan polipektomi dengan bedah sinus
endoskopi adalah terapi bedah yang dilakukan pada
kasus ini, hal ini sesuai dengan Ta-Jen lee12 yang
mengatakan
bahwa
Endoscopic
Sinus
Surger y
mer upakan metode yang aman dan efektif untuk sinusitis
pada anak namun efektifitas untuk polip antr okoanal
pada anak masih kontr over si. Pendekatan teknik oper asi
yang digunakan pada polip antr okoanal ini biasanya
menggunakan endoskopi modifikasi seperti transnasal
endoskopi dan t r anscanine.10 Angka kekambuhan pada
polip nasi setelah dilakukan ESS sekitar 60% .13,14
Kor tikoster oid oral dan topikal di berikan
setelah oper asi sesuai dengan Thilbaut Van Zele15 yang
mengatakan bahwa glucocor ticoster oid memiliki potensi
anti inflamasi dan mer upakan ter api untuk rinosinusitis
dengan polip nasi. Kortikoster oid topikal diberikan untuk
mengurangi ukur an polip dan mengur angi kekambuhan
pada pasien setelah polipektomi.15
Pada pasien ini dilakukan adenoidektomi
kar ena ter dapat hiper tr ofi dar i adenoid dan ter dapatnya
r inosinusitis kr onik, menur ut Murtaza16,adenoidektomi
mer upakan salah satu terapi untuk rinosinusitis pada
anak dimana ter dapat angka keberhasilan sebesar 50%.

4. Al-Mazr ou,Khalid
et
al.
Character istics
of
antr ochoanal polyps in the pediatric age gr oup.
Annals of thor acic medicine; 2009; 133-36.
5. Hamadi, Fauziah. Gambar an Histopatologi Polip
Nasi.Refr at. Jakarta: Bagian THT FKUI; 2002.p1-14.
6. Zulka, Elvie. Peranan Sitokin Pada Polip Nasi.Refr at.
Jakar ta: Bagian THT FKUI; 2002.p9.
7. Chmielik, Wasiutnyski.et al.Histological Analysisi of
Nasal Polyps In Children in Inter national Jour nal of
Pediatr ic Otor hinolar yngology. ENT Depar tment of
War saw Medical Univer sity. Poland : 2001; 60:131133.
8. Ozdek, Ali et al. Antr ochoanal Polyps in Children. ENT
Department. Ministr y of Health Ankara Resear ch and
Training Hospital.Turkey: 2002; 213-18.
9. Isa, Mohamad. Diagnosis dan Penatalaksanaan Polip
Antr okoanal.Refrat. Jakarta: Bagian THT-KL FKUI
;1999. 1-10.
10. Basak, Sema et al. Sur gical Approaches to
Antr ochoanal Polyps in Childr en. Adnan Menderes
Univer sity. Faculty of Medicine. Tur key: 1998; 197205.
11. Lusk, Rodney. Pediatric Rhinosinusitis. In : Byr on
J.Bailey Head and Neck Sur ger y Otolar yngology.
Four th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins; 2006. p 1232 - 1233.
12. Lee T, Huang S. Endoscopic sinus surger y for
antr ochoanal polyps in childr en. Otolar yngology-head
and neck sur gery 2006; 135: 688-692.
13. Michael, Blaiss. Expanding the Evidence Base for the
Medical Treatment of Nasal Polyposis. American
Academy of Allergy. Tenn; 2005;116:1272-4.
14. Br ausewetter , Florian et al. Antr ochoanal Polyp and
Obstr uctive Sleep Apnoea in Childr en. Deparment
Otolar yngology Univer sity Hospitals Of ULM.
Germany: 2004;118:453-458.
15. Van Zele, Thibaut et al. Oral Ster oids and Doxycycline:
Two Different Appr oaches to Tr eat Nasal Polyps.
Department of Otor hinolar yngology Univer sity
Hospital Ghent. Amster dam: 2010;125:1069-76.
16. Khar odawala, Mur taza. Pediatric Endoscopic Sinus
Surger y. UTMB Depar tment of
OtolaOtolar yngology. Texas: 2007.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tos M, Lar sen PL. Nasal Polyps: Origin, Etiology,
Pathogenesis and Structure. In: Kennedy DW,Bolger
w, Zinreich SJ, editor s. Diseases of the Sinuses
Diagnosis and Management. Ontar io: B.C Decker Inc;
2001. p 57-68.
2. Ber nstein, Joel. Chr onic Rhinosinusitis With and
Without
Nasal
Polyposis.in:
Sinusitis
fr om
Micr obiology to management. New yor k: Taylor and
Fr ancis; 2006. p 375- 380.
3. Iloba N. Nasal polyps. March 2009. Available fr om
www.thestethoscope.org, Cited on November 2010.

5