MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI GEOGRAFI DALAM UPAYA MEMBANGUN KECERDASAN RUANG PESERTA DIDIK :Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Sumedang.
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI GEOGRAFI DALAM UPAYA MEMBANGUN KECERDASAN RUANG PESERTA DIDIK
(Studi Pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sumedang)
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan
Program Studi Pendidikan IPS
Oleh :
Oleh
IRENA NOVARLIA NIM. 1009520
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI GEOGRAFI DALAM UPAYA MEMBANGUN KECERDASAN RUANG PESERTA DIDIK
(Studi Pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sumedang)
Oleh Irena Novarlia S.Pd UPI Bandung, 2005 M.Pd UPI Bandung, 2010
Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial
© Irena Novarlia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI GEOGRAFI DALAM UPAYA MEMBANGUN KECERDASAN RUANG PESERTA DIDIK (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sumedang)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Oktober 2013 Yang Pembuat Pernyataan
Irena Novarlia NIM. 1009520
(4)
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI:
Promotor Merangkap Ketua
Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS NIP.19600121 198503 2 001
Kopromotor Merangkap Sekretaris
Prof. Dr. Darsiharjo, MS NIP. 19620921 198603 1 005
Anggota
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001
Mengetahui:
Ketua Program Studi PIPS
Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. NIP. 196207021986011
(5)
vii
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI GEOGRAFI DALAM UPAYA MEMBANGUN KECERDASAN RUANG PESERTA DIDIK (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Sumedang)
Fokus penelitian ini adalah upaya membangun kecerdasan ruang. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan sosok model pembelajaran berbasis literasi geografi dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di SMP. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan, dengan prosedur (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model, hasilnya diujicobakan secara terbatas dan luas dalam bentuk PTK, dan (3) validasi model. Penetapan sampel dan lokasi penelitian adalah sembilan sekolah berdasarkan pembagian empat wilayah sub rayon di Kabupaten Sumedang. Instrumen dan teknik pengumpulan data meliputi: wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Data dianalisis secara deskriptif dan dilengkapi analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran berbasis literasi geografi terbukti secara signifikan dapat membangun kecerdasan ruang sekaligus hasil belajar peserta didik. Faktor pendukung keberhasilan model ini adalah terdapatnya peningkatan kinerja guru dan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, implikasinya dapat mendorong peserta didik untuk membentuk cara berpikir dan berkomunikasi secara keruangan, serta mampu membuat solusi terhadap segala masalah keruangan dimulai dari pengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas di lingkungannya. Hasil validasi empiris menghasilkan model final, sebagai temuan akhir studi, yaitu: Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi. Model ini terdiri atas: deskripsi, asumsi dasar, komponen, prosedur, karakteristik, keterbatasan, dan keluwesan model. Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan agar guru dapat mengembangkan model pembelajaran berbasis literasi geografi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran IPS yang dalam implementasinya akan berhasil apabila diikuti dengan kesungguhan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(6)
viii
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
GEOGRAPHIC LITERACY-BASED LEARNING MODEL FOR SPATIAL INTELLIGENCE DEVELOPMENT
(A Study in State Junior High Schools in Sumedang District)
The focus of this research is an effort to develop spatial intelligence. Generally, this study aims to find the figure geographic literacy-based learning model for spatial intelligence development in state junior high school. The method used is a research and development, with the procedure (1) a preliminary study, (2) model development, results are tested limited and extensive in the form of PTK, and (3) validation of the model. Determination of sample and study site is nine schools based on the division of the four sub regions rayon in Sumedang District. Instruments and techniques of data collection: interviews, observation, documentation, and testing. Data were analyzed by descriptive and statistical analysis features. The results showed geographic literacy-based learning model proved to be significantly can develop spatial intelligence as well as learning outcomes of students. Factors supporting the success of this model is the presence of increasing the performance of teachers and learners' active participation in the learning process, implications can encourage learners to form a way of thinking and communicating spatial, and able to create a solution to any problem starts from the introduction of spatial objects through perception and activity in the environment. Results of empirical validation produce the final model, the final findings of the study, namely: Geographic Literacy-Based Learning Model. This model consists of: a description, basic assumptions, components, procedures, characteristics, limitations, and flexibility of the model. Based on the research results, it is recommended that teachers can develop geographic literacy-based learning model as an alternative social studies learning model, that the implementation will be successful if followed with sincerity ranging from planning, implementation and evaluation.
(7)
ix
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
PENGESAHAN ... ii
MOTTO ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
1. Tantangan Pendidikan IPS: Menjawab Fenomena Globalisasi ... 1
2. Kebutuhan Kecerdasan Ruang Peserta Didik dalam Pembelajaran IPS ... 4
3. Posisi Penelitian yang Akan Dikembangkan ... 8
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 19
D. Manfaat Penelitian ... 19
E. Kerangka Berpikir ... 20
F. Struktur Organisasi Disertasi ... 22
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 24
A. Peserta Didik SMP... 24
1.Pengertian Pendidikan SMP ... 24
2.Karakteristik Peserta Didik SMP ... 25
3.Kebutuhan Peserta Didik SMP ... 28
4.Tuntutan Pendidikan Peserta Didik SMP ... 29
B. Pendidikan IPS di SMP ... 30
1.Hakikat Pendidikan IPS ... 30
2.Tujuan Pendidikan IPS di SMP ... 31
3.Karakteristik dan Ruang Lingkup Materi IPS SMP ... 33
4.Pembelajaran IPS di SMP ... 36
C. Model Pembelajaran IPS ... 38
1.Hakikat Model Pembelajaran IPS ... 38
2.Landasan-Landasan Pembelajaran IPS ... 47
(8)
x
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(9)
xi
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
D. Literasi Geografi ... 54
1.Hakikat Literasi Geografi ... 54
2.Arti Penting Literasi Geografi ... 60
E. Kecerdasan Ruang ... 63
1.Hakikat Kecerdasan ruang ... 63
2.Membangun Kecerdasan Ruang ... 66
F. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 69
1.Konsep Pembelajaran ... 69
2.Implementasi Pembelajaran ... 79
a). Konsep Implementasi ... 79
b). Perencanaan Pembelajaran ... 80
c). Pelaksanaan Pembelajaran ... 82
d). Evaluasi Pembelajaran ... 85
BAB III METODE PENELITIAN ... 87
A. Pendekatan Penelitian ... 87
B. Desain penelitian ... 87
C. Lokasi, Subyek, dan Sampel Penelitian ... 93
D. Definisi Operasional ... 95
E. Teknik Pengumpulan Data ... 97
F. Pengembangan Instrumen ... 99
G. Teknik Analisis Data ... 103
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Interpretasi Kondisi Pembelajaran IPS dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 105
1. Deskripsi Kondisi Pembelajaran IPS dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 105
2. Interpretasi Kondisi Pembelajaran IPS dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 120
B. Desain Pengembangan Model Pembelajaran dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 124
C. Model Hipotetik Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 130
1. Hasil Uji Validasi Pakar ... 130
2. Hasil Uji Coba Terbatas a). Deskripsi Uji Coba Terbatas ... 131
b). Interpretasi Hasil Uji Coba Terbatas ... 162
c). Perbaikan Model ... 167
d). Model Hipotetis Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik .. 169
2 Hasil Uji Coba Luas ... 173
(10)
xii
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
b). Interpretasi Hasil Uji Coba Luas ... 205
c). Perbaikan Model ... 215
d). Model Hipotetik Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik yang Siap Validasi ... 216
D. Efektifitas ModelPembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 220
1. Deskripsi ... 220
2. Hasil Uji Validasi ... 222
3. Interpretasi Hasil Uji Validasi ... 246
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 250
1. Temuan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang ... 250
2. Temuan Makna Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang ... 267
3. Temuan Masalah Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang ... 274
BAB V MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI GEOGRAFI DALAM UPAYA MEMBANGUN KECERDASAN RUANG PESERTA DIDIK ... 276
A. Deskripsi ... 276
B. Asumsi Dasar ... 278
C. Komponen Model ... 280
D. Prosedur Model ... 282
E. Karakteristik Model ... 286
F. Keterbatasan Model ... 287
G. Keluwesan Model ... 288
BAB VI PENUTUP ... 293
A. Kesimpulan ... 293
B. Implikasi ... 298
C. Dalil-dalil Hasil penelitian ... 298
D. Rekomendasi 1. Pihak Guru ... 299
2. Pihak Sekolah ... 299
3. Pihak Dinas Pendidikan Nasional ... 300
4. Pihak LPTK ... 300
(11)
xiii
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 301
DAFTAR LAMPIRAN ... 312
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Peserta Didik. ... 25
2.2 Tahap Perkembangan Persahabatan. ... 27
2.3 Jenjang Kebutuhan. ... 29
2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS di SMP. ... 34
2.5 Komponen Model Pembelajaran. ... 44
2.6 Model-Model Pembelajaran Terpadu. ... 52
2.7 Implementasi dan Implikasi Model Pembelajaran Terpadu. ... 53
2.8 Prosedur Pembelajaran Efektif. ... 54
2.9 Format RPP ... 81
3.1 Sampel Sekolah Validasi Model ... 95
3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 99
3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Literasi Geografi ... 101
4.1 Latar Belakang Guru ... 116
4.2 Kemampuan Literasi Geografi Peserta Didik. ... 119
4.3 Desain Awal Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi ... 127
4.4 Prosedur Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi pada Uji Coba Terbatas Pertama. ... 132
4.5 Prosedur Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi pada Uji Coba Putaran Kedua. ... 138
4.6 Prosedur Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi pada Uji Coba Putaran Ketiga. ... 145
4.7 Prosedur Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi pada Uji Coba Putaran Keempat. ... 151
4.8 Prosedur Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi pada Uji Coba Putaran Kelima. ... 158
4.9 Hasil Penilaian Pembelajaran pada Uji Coba Terbatas . ... 166
4.10 Model Hipotetik Implementasi Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang ... 172
4.11 Hasil Pre-test dan Post-test Uji Coba Luas Kategori Sekolah SR1. ... 208
4.12 Hasil Pre-test dan Post-test Uji Coba Luas Kategori Sekolah SR2. ... 209
4.13 Hasil Pre-test dan Post-test Uji Coba Luas Kategori Sekolah SR3. ... 210 4.14 Hasil Pre-test dan Post-test Uji Coba
(12)
xiv
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Luas Kategori Sekolah SR4. ... 211 4.15 Desai Model Hipotetik Implementasi Pembelajaran Berbasis
Literasi Geografi Siap Validasi ... 219 4.16 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 1 Aspek Mengenali
letak fenomena/benda. ... 222 4.17 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 1 Aspek
Menemukan Tempat. ... 223 4.18 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 1 Aspek
Memahami Konteks Kejadian Saat Ini. ... 224 4.19 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 1 Aspek
Mengembangkan Perspektif Ruang. ... 225 4.20 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 1 Aspek
Belajar Menggunakan Alat Geografis. ... 226 4.21 Hasil Belajar Peserta Didik Kategori Wilayah Sekolah
Sub Rayon 1 ... 227 4.22 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 2 Aspek Mengenali
letak fenomena/benda. ... 228 4.23 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 2 Aspek
Menemukan Tempat. ... 229 4.24 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 2 Aspek
Memahami Konteks Kejadian Saat Ini. ... 230 4.25 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 2 Aspek
Mengembangkan Perspektif Ruang. ... 231 4.26 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 2 Aspek
Belajar Menggunakan Alat Geografis. ... 232 4.27 Hasil Belajar Peserta Didik Kategori Wilayah Sekolah
Sub Rayon 2. ... 233 4.28 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 3 Aspek
Mengenali letak fenomena/benda. ... 234 4.29 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 3 Aspek
Menemukan Tempat. ... 235 4.30 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
(13)
xv
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 3 Aspek
Memahami Konteks Kejadian Saat Ini. ... 236 4.31 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 3 Aspek
Mengembangkan Perspektif Ruang. ... 237 4.32 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 3 Aspek
Belajar Menggunakan Alat Geografis. ... 238 4.33 Hasil Belajar Peserta Didik Kategori Wilayah Sekolah
Sub Rayon 3. ... 239 4.34 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 4 Aspek
Mengenali letak fenomena/benda. ... 240 4.35 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 4 Aspek
Menemukan Tempat. ... 241 4.36 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 4 Aspek
Memahami Konteks Kejadian Saat Ini. ... 242 4.37 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 4 Aspek
Mengembangkan Perspektif Ruang. ... 243 4.38 Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik
Kategori Wilayah Sekolah Sub Rayon 4 Aspek
Belajar Menggunakan Alat Geografis. ... 244 4.39 Hasil Belajar Peserta Didik Kategori Wilayah Sekolah
Sub Rayon 4. ... 245 4.40 Desain Implementasi Model Pembelajaran Berbasis
Literasi Geografidalam Upaya Membangun Kecerdasan
Ruang Peserta Didik ... 263 4.41 Hasil Uji Validasi Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 265
(14)
xvi
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
(15)
xvii
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1 Variabel Pembelajaran ... 16
1.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 21
2.1 Multiple Intelligences ... 65
3.1 Tahap Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 88
3.2 Desain Penelitian ... 92
3.3 Lokasi Penelitian ... 94
4.1 Desain Awal Perencanaan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik. ... 125
4.2 Model Hipotetik Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik. ... 170
4.3 Perbandingan Perolehan Rata-rata Pre-test dan Post-test untuk Semua Kategori Sekolah dalam Setiap Putaran Uji Coba Luas ... 213
4.4 Desain Model Hipotetik Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Siap Validasi ... 217
4.5 Desain Eksperimen ... 221
4.6 Rata-rata Gain pada Uji Validasi ... 246
4.7 Desain Perencanaan Model Pembelajaran Konvensional ... 254
4.8 Desain Awal Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 255
4.9 Desain Model Hipotetik Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 257
4.10 Desain Model Hipotetik Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik Siap Validasi ... 259
4.11 Model Final Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik Hasil Pengembangan ... 261
4.12 Posisi Kecerdasan Ruang Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 266
(16)
xviii
Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A Riwayat Hidup ... 312
B Desain Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik ... 313
C Pemetaan SK dan KD ... 328
D Silabus Pembelajaran ... 330
E Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 335
F Lembar Kerja Siswa ... 349
G Intrumen Tes Akhir... 361
H Kuesioner ... 365
I Dokumen Foto Pelaksanaan MPBLG ... 370
(17)
1 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Tantangan Pendidikan IPS: Menjawab Fenomena Globalisasi
Pendidikan merupakan sebuah proses yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap individu terutama dalam membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku agar sesuai dengan aturan yang berlaku. Karena itu, diperlukan perhatian khusus dari semua lapisan masyarakat, bukan hanya pemerintah tetapi semua pihak baik guru, orangtua, maupun peserta didik untuk ikut bertanggung jawab atas keberhasilan dan kemajuan pendidikan di Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa, dan negara.
Pernyataan tersebut menunjukkan arti penting pembelajaran dalam proses pendidikan, khususnya pendidikan IPS sebagai dasar utama dalam pengembangan potensi individu untuk mengembangkan kecakapan dalam mengambil keputusan dan membangun masyarakat demokratis di dalam dunia yang serba saling ketergantungan. Sebagaimana dikemukakan NCSS (1994:3) bahwa “the primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturaly diverse, democratic society in an interdependent world”.
Pasal 37 Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 menempatkan pendidikan IPS dalam bentuk mata pelajaran wajib pada setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dalam penjelasannya bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi
(18)
2 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
sosial masyarakat. Saat ini, proses pembelajaran IPS mengandung sejumlah tantangan yang harus segera ditemukan solusinya. Tantangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu tantangan eksternal (makro) dan tantangan internal (mikro).
Tantangan eksternal memiliki sifat yang luas, berkaitan dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi percaturan di era globalisasi dengan segala dampak yang menyertainya termasuk diantaranya kebutuhan akan kecerdasan ruang. Karena, dalam era ini peserta didik sering dihadapkan kepada berbagai masalah keruangan baik secara global, nasional maupun lokal. Sebagaimana dikemukakan oleh Maryani (2010:3) bahwa.
Masalah keruangan global dapat berupa pemanasan global, pasar bebas, dan konflik antar negara. Masalah keruangan nasional seperti bencana alam, sosial, lingkungan, kemiskinan, mobilitas penduduk termasuk urbanisasi, disintegrasi bangsa, dan ketimpangan pembangunan wilayah. Masalah keruangan lokal dapat berupa perselisihan antar warga, tawuran, kemacetan lalu lintas, pasar tumpah, menurunnya kohesi sosial dan berkembangnya daerah kumuh (slum area).
Ketika masalah keruangan itu terjadi maka setiap peserta didik pasti membutuhkan kecerdasan ruang. Karena, apabila masalah keruangan tersebut dibiarkan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan ancaman besar di muka bumi. Sebagaimana pernyataan Giddens (1990:138), “melukiskan dunia dalam keadaan tunggang langgang (Runaway World) dengan memakai metafor Juggernaut (sebuah truk besar) yang lepas kendali”. Metafor ini dengan tepat menggambarkan situasi dunia yang menakutkan seperi; ancaman perang, perusakan lingkungan, kekuasaan sewenang-wenang, penindasan kaum buruh, dan jual-beli anak-anak. Ini semua berlangsung dalam suasana di mana tidak ada lagi perlindungan dari serbuan, tidak ada pegangan baku, dan semua orang merasa yakin akan pilihannya sendiri. Individualisme sedemikian tajamnya sehingga menghancurkan solidaritas sosial. Lebih lanjut Diezman dan Watters (2000:299) mengungkapkan bahwa kecerdasan ruang “may manifest as a particular aptitude for thinking and communicating spatially”. Dengan demikian, kecerdasan ruang memungkinkan peserta didik untuk berpikir dan berkomunikasi secara keruangan
(19)
3 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menyelesaikan segala bentuk masalah keruangan di muka bumi dengan penuh tanggungjawab.
Pada era globalisasi, peserta didik pun akan dibawa kepada suatu kesadaran bahwa dunia ini terbuka tanpa batas, tidak ada tempat tanpa kompetensi. Suka atau tidak suka Bangsa Indonesia dihadapkan pada era perdagangan bebas tingkat Latin American Free Trade Association (LAFTA), European free Trade Agreement (EFTA), Organization of Petrolium Exporting Countries (OPEC), Caribian Community (Coricom), Trans Atlantic Free Trade Agreement (TAFTA), African Financial Community (AFC), General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang sekarang berkembang menjadi World Trade Organization (WTO), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Central American Economy Union (CAEU), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), North Atlantic Free Trade Agreement (NAFTA), dan East Asia Economic Causus (EAEC). Semua itu menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan IPS untuk dapat mengembangkan seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik terutama kecerdasan ruang agar mampu berkompetensi secara sehat di dalam dunia yang serba saling ketergantungan.
Tantangan internal memiliki sifat terbatas, terutama berkaitan bagaimana cara mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mampu mengambil keputusan atas berbagai masalah keruangan yang dihadapinya di kelas. Saat ini, proses pembelajaran IPS masih memiliki beberapa kelemahan, sebagaimana dikemukakan Al Muchtar (2004:5), bahwa “IPS merupakan bidang studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar peserta didik, bahkan lebih dari itu dipandang sebagai „kelas dua” oleh peserta didik maupun oleh orangtuanya”. Senada dengan hasil penelitian Syafruddin (2003:5) menyatakan bahwa “pelajaran IPS yang diberikan di sekolah-sekolah sangat menjemukan, akibat dari penyajiannya bersifat monoton sehingga peserta didik kurang antusias karena pelajaran kurang menarik”. Lebih lanjut Somantri (2003:304) mengemukakan bahwa “pembelajaran IPS terlalu menekankan pada strategi ceramah dan ekspositori yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar”. Hal tersebut, pada akhirnya mendorong peserta didik cenderung bersikap pasif hanya
(20)
4 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
menerima informasi karena kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut tidak sesuai dengan pandangan Fromm (1976:XXIV), yang menyatakan bahwa.
Kodrat manusia bukanlah sekumpulan potensi tertentu yang hanya sekedar menerima apa yang di dapat dari lingkungan budaya, tetapi terdapat faktor inner berupa dorongan eksistensial manusia yang terdiri atas dorongan produktif dan non-produktif. Dorongan produktif identik dengan sikap cinta akan kehidupan yang berakar, sedangkan dorongan non-produktif identik dengan sikap destruktif-nekrofilik yang dicerminkan oleh sikap reseptif, eksploitatif, menimbun serta karakter pasar. Dorongan eksistensial produktif dan nonproduktif tersebut berakar dalam orientasi hidup manusia to have (the mode of having) dan to be (the mode of being).
Mengantisipasi tantangan makro dan mikro tersebut, pendidikan IPS merupakan upaya sadar untuk mengembangkan keseluruhan potensi kecerdasan terutama kecerdasan ruang peserta didik yang secara kodrati teraktualisasi melalui suatu kompetensi, mencakup seluruh domain kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga mampu mengambil keputusan atas berbagai masalah keruangan yang dihadapinya, terutama pilihan orientasi hidup antara sense of being dan sense of having. Sebagaimana dikemukakan Wiriaatmadja (2002:307-308) bahwa, “pendidikan IPS menjadi tangguh dan dapat membantu peserta didik membuat keputusan atas persoalan dilematis yang dihadapinya apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara aktif disertai dengan cara berfikir reflektif”.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa berbagai kritik dan sekaligus yang menjadi kelemahan dari pelaksanaan pendidikan IPS lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran IPS yang orientasinya lebih bersifat teoretis dan kognitif, termasuk di dalamnya aspek muatan kurikulum IPS dan dari faktor peserta didik itu sendiri.
2. Kebutuhan Kecerdasan Ruang Peserta Didik dalam Pembelajaran IPS
Kebutuhan untuk membangun kecerdasan ruang dalam pembelajaran IPS saat ini secara idealitas dan realitas berhubungan denga perkembangan teori dan praktiknya di kelas, bagaimana proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Munculnya teori multiple intelligences membuktikan bahwa semua peserta didik adalah mahkluk yang
(21)
5 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
cerdas. Semua kecerdasan tersebut pada hakikatnya dapat dikembangkan dengan cara menggali, menumbuhkan, dan memberikan motivasi secara optimal melalui proses pembelajaran yang tepat. Chatib (2009:78) meneliti bahwa.
Banyak tokoh sukses yang ternyata memiliki kelemahan, tetapi lingkungan tidak menganggap hal itu sebagai kendala, akhirnya mereka berhasil menemukan kondisi terbaiknya. Bill Gates, pendiri perusahaan Microsoft, orang terkaya di planet bumi, ternyata pernah mengalami disleksia. Frankin D. Roosevelt, menjadi presiden Amerika pada Perang Dunia II, masa tersulit dalam sejarah Amerika, memimpin negara dengan duduk di kursi roda karena polio. Begitu juga Agatha Chistie sukses sebagai penulis novel di Inggris, ternyata pada masa kecilnya merupakan anak yang sangat lambat dalam menerima pelajaran.
Berdasarkan contoh tersebut, begitu banyak potensi kecerdasan yang terkandung pada peserta didik namun betapa tidak mudah mengenalinya, apalagi untuk melihat sejauhmana keberhasilannya terutama di dalam kelas. Setiap peserta didik mempunyai kapasitas untuk mengembangkan kecerdasannya hingga tingkat tertinggi, asalkan memperoleh dukungan, pengayaan, dan pembelajaran yang tepat. Menurut Gardner (2003:22-23) bahwa.
Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk melalui suatu latar yang bermacam-macam serta dalam situasi nyata. Terdapat sembilan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu; kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis, kecerdasan ruang, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan lingkungan, dan kecerdasan eksistensial.
Lebih lanjut Gardner (2003:24) mengemukakan bahwa salah satu kecerdasan yang dimiliki manusia adalah kecerdasan ruang, yaitu “kemampuan untuk menangkap dunia visual secara tepat, mengenal, dan menggambarkan suatu bentuk di dalam pikiran”. Setiap peserta didik yang memiliki kecerdasan ruang menurut Yakimanskaya (1991:21), “memungkinkan berpikir dalam bentuk aktivitas mental dengan membuat gambar dan memanipulasi ruang sebagai upaya mencari solusi berbagai permasalahan baik secara praktis maupun teoritis”. Hal senada dikemukakan Armstrong (2002:4) bahwa “kecerdasan ruang mencakup kemampuan berpikir dalam gambar, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek di dunia”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa peserta
(22)
6 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
didik yang memiliki tingkat kecerdasan ruang akan memiliki kepekaan dan kemampuan menyelesaikan masalah ruang dimulai dari pengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas di lingkungannya.
Saat ini, dalam mengenal atau menentukan komponen ruang seperti: lokasi, jarak, dan keterjangkauan objek, sebagian besar peserta didik masih menggunakan patokan diri. Seiring bertambahnya pengetahuan akan ruang, patokan tersebut dapat berkembang menjadi patokan orang dan objek. Senada dengan pernyataan Apriani (2007:56) bahwa “kecerdasan ruang menunjukkan persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang”. Dengan demikian, persepsi berbagai objek dalam ruang selalu berkaitan dengan lingkungan di sekitarnya.
Putra & Hidayat (2012:408), menegaskan pula bahwa “kecerdasan ruang mutlak diperlukan dalam kerangka pembangunan nasional”. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia dengan wilayahnya yang luas memiliki keanekaragaman baik suku, agama, budaya, dan politik. Terletak di antara tiga lempeng aktif (Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Eurasia,), berada pada jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire), termasuk salah satu negara yang memiliki gunung berapi aktif terbanyak di dunia menjadikan Indonesia rawan mengalami berbagai bencana seperti gunung meletus, gempa tektonik, dan gempa vulkanik sekaligus berpotensi tsunami. Mengelola Negara Indonesia dapat dikatakan tidak mudah, mengingat keragaman kodisi fisik maupun sosial. Itulah mengapa kecerdasan ruang menjadi salah satu keharusan yang dimiliki peserta didik terutama dalam perencanaan pembangunan. Peserta didik sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya sadar akan posisi ruang tersebut. Namun, kenyataanya masih banyak yang belum menyadari. Apabila menengok ke belakang berkaitan dengan bencana Merapi tahun 2010, sebagian besar masyarakat mengalami kepanikan dan kebingungan sebagai akibat minimnya pengetahuan tentang ruang, terutama ketika harus memutuskan memilih informasi manakah yang harus dipercaya dalam menentukan secara tepat jarak dan posisi rumah terhadap Gunung Merapi agar dapat selamat. Hal tersebut, semakin menyadarkan guru akan arti penting mengembangkan kecerdasan ruang terutama kepada peserta didik di sekolah. Sebagaimana Guay dan McDaniel
(23)
7 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(1977:211-215) serta Bishop (1980:257) menemukan bahwa “kecerdasan ruang mempunyai hubungan positif pada anak usia sekolah”. Pernyataan tersebut menjelaskan kecerdasan ruang dapat dikembangkan pada peserta didik usia sekolah. Lebih lanjut Shermann (1980:482) menyatakan bahwa “kecerdasan ruang mempunyai korelasi yang positif pada anak usia sekolah, baik kecerdasan ruang taraf rendah maupun tinggi”. Hasil studi Midilli (2011:95) pun mengungkapkan “peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan ruang tinggi cenderung lebih berhasil dalam profesinya”. Walaupun terdapat anggapan sebagaimana dikemukakan McGee (1979:887) bahwa “kecerdasan ruang peserta didik laki-laki lebih baik daripada perempuan”. Dengan demikian, kecerdasan ruang dapat diakui sebagai proses pembelajaran yang dapat membantu peserta didik memahami konsep-konsep sederhana sampai tingkat abstrak yang tersulit.
Kotulak (2000:1) menyatakan bahwa “mengembangkan kecerdasan ruang tidak hanya sebagai cara untuk membuat anak-anak lebih cerdas”. Hal tersebut di dorong oleh berbagai fakta yang menunjukkan bahwa kecerdasan ruang adalah salah satu kunci sukses dalam memahami era perkembangan ilmu dan teknologi. Di mana dalam era tersebut kelincahan mental dan kemampuan berpikir peserta didik sangat penting dikembangkan untuk melihat berbagai perubahan ruang di muka bumi. Lebih lanjut Newcombe dan Frick (2010:102), menyatakan bahwa “kecerdasan ruang merupakan bagian penting dari proses evolusi dan adaptif melalui cara berpikir verbal”. Hal tersebut, menuntut peserta didik untuk dapat membangun kecerdasan ruang agar dapat menyesuaikan diri secara bertahap sesuai dengan perkembangan usianya dalam menghadapi perubahan ruang di muka bumi.
Mengingat pentingnya IPS sebagai bekal dalam meningkatkan kualitas hidup peserta didik, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, maka mata pelajaran IPS harus diarahkan pada upaya membangun kecerdasan ruang. Sebagaimana Barr, Shermis, & Barth (1978:17-19) mengemukakan tiga tradisi pengembangan pembelajaran IPS, yakni “social studies taught as citizenship transmission, social studies taught as social science, and social studies taught as reflective inquiry”. Pernyataan tersebut berimplikasi bahwa proses
(24)
8 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pembelajaran IPS tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetapi juga pengembangan sikap dan keterampilan juga harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar memecahkan permasalahan, salah satu diantaranya berkaitan dengan masalah keruangan yang muncul dalam kehidupan sehari-harinya. Dari uraian tersebut, nampak jelas bahwa kecerdasan ruang adalah aktivitas mental untuk membentuk cara berpikir, berkomunikasi, dan membuat solusi terhadap segala masalah keruangan yang dimulai melalui pengenalan objek melalui persepsi di lingkungannya. Kecerdasan ruang dalam pembelajaran IPS berperan penting dalam menjawab tantangan globalisasi, melalui pembelajaran yang tidak sekedar transfer of knowledge.
3. Posisi Penelitian yang Akan Dikembangkan
Keberhasilan program pembelajaran IPS di tingkat SMP tidak dapat dilepaskan dari pengembangan suatu model, pendekatan, metode, atau strategi dalam meningkatkan kecerdasan ruang peserta didik untuk berpikir secara sistematik, logis, dan kritis. Proses pembelajaran diharapkan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik bahkan sempurna melalui suatu pembaharuan.
Salah satu upaya pembaharuan tersebut adalah meningkatkan relevansi model pembelajaran. Joyce, Weil dan Calhoun (2000:13) menyatakan “model pembelajaran sebagai “suatu rencana yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya”. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari mulai perencanaan sampai penutup yang disajikan secara khas oleh guru atau pegajar dan merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, bahkan teknik pembelajaran yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pengembangan model pembelajaran berbasis literasi geografi pada penelitian ini merupakan jawaban akan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS, khususnya dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik. Sebagaimana Bennet (1997:6) mengemukakan bahwa.
(25)
9 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Literacy geographic is the ability to take the basic skills of geographic and use them to develop an understanding of the world in which we live. Geographic literacy involves attempting to understand concept through five fundamental themes: location, place, relationship, movement and regions. Pernyataan tersebut, memperjelas bahwa pengembangan literasi geografi memiliki peran penting dalam pendidikan IPS terutama untuk melatih peserta didik agar cepat tanggap dalam menghadapi segala masalah keruangan sebagai tempat kehidupannya di muka bumi dengan menguasai lima konsep fundamental diantaranya: lokasi, tempat, hubungan, gerakan, dan wilayah. Melalui penguasaan konsep-konsep tersebut diharapkan kurangnya kesadaran bahwa segala sesuatu yang terdapat di muka bumi ini pada hakikatnya saling berkaitan, baik itu dari segi: ruang, waktu dan keadaan alam dapat diminimalisir. Lebih lanjut National Geographic Education Foundation and Roper ASW (National Geographic 2002:1) menyatakan.
Chlidren in every nation will need to possess basic geographic, such as locating places and understanding the context of current events, in addition to developing a spatial perspective and learning to use geographic tools, such as maps and computerized geographic information systems. This survey was designed to shed light on the competency of respondents on the most basic components of geographic knowledge and skills; the building blocks of geographic literacy.
Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa literasi geografi sangat diperlukan anak-anak di setiap negara, khususnya di Kabupaten Sumedang dalam upaya membangun kecerdasan ruang. Sebagai contoh, saat ini pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi yang terjadi di Kabupaten Sumedang telah menimbulkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Apabila dilihat dari segi fisik, wilayah ini diindikasikan telah dan akan mengalami perubahan tata guna lahan berkaitan dengan berbagai pembangunan fisik, seperti; zona industri, pertambangan di sekitar Gunung Tampomas, pembangunan jalan tol (jalan lingkar baik utara maupun selatan), rencana pembangunan Waduk Jatigede, rencana peningkatan status wilayah meliputi Kecamatan Jatinangor, Cimanggung dan sebagian Tanjungsari menjadi Kota Administratif Jatinangor. Selain itu pertumbuhan penduduk pun menuntut pengembangan sarana dan prasarana untuk
(26)
10 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dapat melayani kebutuhan masyarakat. Kondisi tersebut, mendorong setiap peserta didik harus mampu membangun kecerdasan ruang terutama berkaitan dengan di mana tempatnya berada saat ini, tentunya akan berbeda antara masa lalu dengan masa yang akan datang. Dengan demikian, literasi geografi adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan memecahkan segala masalah keruangan di muka bumi.
Melalui literasi geografi, para peserta didik akan diberikan pemahaman yang benar sehingga dapat membangun kecerdasan ruang tentang wilayahnya. Jika hal ini dilaksanakan maka setiap tahunnya akan terdapat jutaan peserta didik yang dapat memahami tentang posisi dan kemungkinan berbagai perubahan ruang terutama dalam upaya pembangunan dan pengurangan akibat bencana. Sebagaimana Suryadi (2006:46) mengungkapkan bahwa, “peserta didik dengan kecerdasan ruang yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan imajinasi internal (internal imagery), sehingga cenderung imajinatif dan kreatif”. Artinya, peserta didik memiliki kemampuan untuk membentuk suatu gambaran tentang tata ruang di dalam pikiran, yang mana dapat mempengaruhi sikap mereka terutama dalam memahami warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan antar unsur-unsur tersebut. Lebih lanjut Sumaatmadja (2003:28-35) memyatakan bahwa dasar mental pembentuk sikap meliputi; “dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of interest), dorongan ingin melihat kenyataan (sense of reality), dan dorongan ingin menemukan sendiri hal-hal dan gejala-gejala dalam kehidupan (sense of discovery)”. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap minat peserta didik dalam membangun kecerdasan ruang.
Secara psikologis, peserta didik tingkat SMP berada pada tahap perkembangan operasional formal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Piaget (1971:22), bahwa periode yang dimulai pada usia lebih dari sebelas tahun, yaitu kurang lebih sama dengan usia peserta didik SMP merupakan „period of formal operation‟. Senada dengan pendapat Bennie dan Smith (1999:29) yang menegaskan bahwa “kecerdasan ruang harus dikembangkan sesuai dengan periode waktu”. Pada periode tersebut kemampuan peserta didik dianggap telah sempurna secara simbolis. Namun demikian, meski pada usia tersebut peserta
(27)
11 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
didik sudah mampu berfikir logis tanpa kehadiran benda konkrit, akan tetapi kemampuan untuk berfikir abstrak masih belum berkembang dengan baik, sehingga dalam beberapa hal kehadiran model pembelajaran masih dibutuhkan. Sebagaimana Ruseffendi (1980:23) menyatakan bahwa “masih terdapat peserta didik yang telah lulus dari jenjang sekolah menengah tidak pernah mencapai tahap penalaran formal”.
Menurut Flavel (1970:983), perkembangan kecerdasan ruang mengikuti suatu urutan tertentu, yaitu “topologi, proyektif, dan euclidis”. Pada tahap topologi peserta didik memahami ruang dalam relasi yaitu “di samping” atau “di depan” sementara pada tahap proyektif dan euclidis berkembang secara pararel ketika peserta didik memasuki tahapan konkrit-operasional. Dengan demikian, peserta didik mulai dapat melihat objek dari berbagai sudut pandang dan secara lambat laun dapat memahami bahwa perspektif ruang merupakan suatu sistem yang terintegrasi dan berkaitan secara logis, yaitu kanan menjadi kiri bila dilihat dari arah yang berlawanan. Peserta didik mampu mengenali objek dan melakukan eksplorasi terhadap semua aspek tersebut. Dengan bertambahnya usia, bertambah pula pengertian mengenai ukuran, perspektif dan proporsi yang membantu peserta didik memahami bahwa dunia yang dapat dilihat oleh orang lain sama seperti apa yang dapat dilihat oleh dirinya. Apabila hal ini terjadi, ruang menjadi konsep abstrak yang hanya dapat dipahami terpisah dari pengalaman. Paparan tersebut menunjukkan perkembangan kognitif dan representasi ruang diperoleh peserta didik melalui persepsi dan manipulasi terhadap objek namun tidak semua aspek ruang dapat dicapai pada saat yang sama.
Pernyataan tersebut dipertegas kembali oleh Bosnyak dan Kondor (2008:4) bahwa “pengembangan kecerdasan ruang dapat diajarkan secara efektif pada usia sembilan sampai dua belas tahun”. Dengan demikian, representasi kecerdasan ruang pada peserta didik tingkat SMP yang umumnya berada pada usia lebih dari sebelas tahun harus sudah mulai diajarkan dan apabila dibiarkan tidak akan berkembang. Karena, pada masa tersebut peserta didik memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam mengenal lebih jauh tentang jatidiri dan perubahan ruang di lingkungannya.
(28)
12 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pemilihan ruang akan menjadi tujuan peserta didik dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terutama berkaitan dengan konsep lokasi, jarak dan keterjangkauan sekolah sehingga diperlukan kecerdasan ruang untuk dapat mengaplikasikannya, contohnya menyangkut: Mengapa harus sekolah di sana? Adakah hubungan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya? Mengapa tidak di sekolah lain? Di mana kita akan sekolah? Apakah akan memilih sekolah di pedesaan atau perkotaan? Siapa yang harus sekolah? Hal tersebut menuntut peserta didik harus mampu berpikir secara kritikal dengan menganalisis, mengsintesiskan dan menyelesaikan suatu masalah keruangan dalam berbagai konteks.
Hasil penelitian Osberg (1997:18) menyatakan bahwa “kecerdasan ruang dapat dikembangkan bahkan kepada orang buta atau tidak dapat melihat sekalipun”. Hal ini menyebabkan para peneliti percaya bahwa orang buta pun pada kenyataannya dapat membuat visualisasi. Olkun (2003:1) menyebutkan bahwa, “meskipun ada sedikit hasil penelitian yang bertentangan mengenai apakah kecerdasan ruang dapat ditingkatkan, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa hal itu dapat ditingkatkan melalui pengembangan proses pembelajaran”. Pengembangan model berbasis literasi geografi menuntut guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Guru dapat dikatakan baik apabila memahami dan memperlakukan masing-masing peserta didiknya secara proporsional. Karena, masing-masing memiliki pola dan gaya belajar yang berbeda. Disinilah sensitifitas dan kebijaksanaan seorang pendidik diperlukan. Guru harus dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kecenderungan jalan masuk ilmu peserta didiknya. Semua tujuan tersebut dapat dicapai melalui proses perencanaan yang tepat agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa peserta didik tingkat SMP di Kabupaten Sumedang telah memiliki literasi geografi yang cukup kuat. Hal tersebut dapat diketahui dari kemampuan peserta didik memahami lima konsep dasar antara lain: lokasi, tempat, hubungan, pergerakan dan wilayah. Di sisi lain proses pembelajaran literasi geografi saat ini, belum dapat secara proporsional membangun potensi kecerdasan ruang peserta didik. Terdapat anggapan yang
(29)
13 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
kurang tepat, di mana kecerdasan peserta didik dapat diukur dari kemampuan mereka dalam bidang studi tertentu. Misalnya, peserta didik disebut cerdas apabila telah berhasil mengikuti lomba mata pelajaran tertentu. Lebih lanjut Midilli (2011:95), mengungkapkan bahwa “kecerdasan umum peserta didik dapat berkembang cepat, tetapi tidak dengan kecerdasan ruang mereka”. Hasil survei Bosnyak dan Kondor (2008:7) pun menyebutkan bahwa “tingkat efisiensi kecerdasan ruang peserta didik dalam setiap topik hanya berkisar antara 38,56% sampai 61,11%”. Lebih lanjut Newcombe dan Frick (2010:102) mengemukakan bahwa “kecerdasan ruang seringkali sulit untuk dikembangkan, karena perhatian para psikolog, peneliti pendidikan, dan guru hanya berfokus pada pengembangan keterampilan dasar seperti menghapal, membaca, dan menulis”.
Guru sebenarnya telah memahami pentingnya membantu peserta didik dalam membangun kecerdasan ruangnya, namun kurang mengadakan penataan potensi dan sumber daya dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut Unal, Jakubowski & Corey (2008:998) bahwa “kesempatan peserta didik untuk mengembangkan potensi kecerdasan ruang cukup besar, namun guru memiliki pengetahuan terbatas”. Hal tersebut mendorong mereka menggunakan model pembelajaran konvensional yang mengutamakan hafalan sehingga melahirkan peserta didik yang lebih menghafal konsep tanpa memahami dan mampu mengaplikasikan kecerdasan ruang mereka ke dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut tidak memberdayakan peserta didik dalam membangun kecerdasan ruang, padahal seharusnya belajar bukan hanya “what to learn” melainkan “how to learn”. Sesuai dengan empat pilar pendidikan universal yang dicanangkan UNESCO (Budimansyah, 2002: 4) yakni “learning to do, learning to know, learning to be, dan learning to live together”. Dengan demikian, upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik tingkat SMP di Kabupaten Sumedang baru sebatas wacana dan kurang diapresiasi secara serius oleh para gurunya.
Temuan tersebut menggambarkan diperlukannya cara untuk membantu dan memberikan implikasi akan arti pentingnya proses pembelajaran IPS dalam upaya membangun kecerdasan ruang ke arah yang lebih muncul dan berkualitas, mengingat peserta didik tingkat SMP di Kabupaten Sumedang telah memiliki
(30)
14 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
literasi geografi yang kuat. Guru yang dapat menghubungkan atau mengintegrasikan antara pelaksanaan pembelajaran di sekolah dengan temuan di lapangan tentunya akan menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan aplikatif. Karena, tugas guru menurut Oliva (1992:517) adalah “Curriculum workers should concern themselves with the problem of integrating subject matter". Senada dengan pendapat Gunawan (2003:154) bahwa “sebenarnya tidak ada pelajaran yang membosankan, yang benar adalah gurunya membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar, baik, menyenangkan, dan menarik minat, serta perhatian peserta didik”. Pandangan tersebut menunjukkan bahwa tugas guru bukan hanya menyampaikan materi, jika ingin peserta didiknya memperhatikan dan terlibat dalam pelajaran, guru harus menjelaskan kepada mereka apa yang diharapkan untuk dilakukan dan harus membuatnya mudah serta menarik untuk melakukannya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kemampuan mengembangkan model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik merupakan salah satu tugas dan tanggungjawab guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru profesional akan selalu tanggap terhadap tuntutan dan kebutuhan belajar peserta didiknya, minimal dapat membangun kecerdasan ruang dengan menguasai bermacam-macam model pembelajaran baik teoretis maupun praktik yang meliputi: aspek-aspek, konsep, prinsip dan teknik. Karena itu, penelitian ini akan memfokuskan pada pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik di Tingkat Sekolah Menengah Pertama.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dikemukakan bahwa permasalahan pokok yang dikaji sangat terkait dengan kebutuhan pengembangan model pembelajaran berbasis literasi geografi dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik pada pembelajaran IPS. Karena itu, diperlukan upaya perbaikan dan pembaharuan kualitas pembelajaran yang mencakup seluruh
(31)
15 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
komponen dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Upaya perbaikan dan pembaharuan kualitas pembelajaran IPS harus mencakup seluruh komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut Sukmadinata (2006:7) mengemukakan tiga komponen atau sub sistem yang berpengaruh pada proses pembelajaran untuk menghasilkan output (lulusan) yang bermutu, yakni raw input (peserta didik), instrumental input dan environmental input”. Raw input berkaitan dengan karakteristik peserta didik baik dari segi kecerdasan, kesehatan, sosial afektif, dan peer group. Intrumental input berupa kebijakan pendidikan, kurikulum, personalia (kepala sekolah, guru, staf tata usaha), dan sarana-prasarana (fasilitas dan media). Sementara environmental input merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh pada proses pembelajaran baik itu lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, lembaga sosial maupun unit kerja. Ketiga komponen tersebut akan menghasilkan output berupa pengetahuan, kepribadian, dan performasi diri peserta didik.
Dunkin & Biddle (1975:37) mengemukakan bahwa untuk menghasilkan lulusan sesuai dengan harapan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu: variabel bawaan, variabel konteks, variabel proses, dan variabel hasil. Perilaku guru dalam membangun variabel proses dipengaruhi oleh variabel bawaan dan variabel konteks. Variabel bawaan meliputi latar belakang guru (status sosial, usia dan jenis kelamin), pengalaman pelatihan guru (tingkat pendidikan, jenis pelatihan yang dimiliki, pengalaman mengajar), kemampuan guru (keterampilan mengajar, intelegensi, motivasi, kepribadian). Selanjutnya variabel ini mempengaruhi perilaku guru di kelas. Sedangkan variabel konteks, meliputi latar belakang kehidupan peserta didik (status sosial, usia, jenis kelamin). Latar belakang peserta didik ini selanjutnya akan mempengaruhi keadaan peserta didik (kemampuan, pengetahuan, dan sikap) yang kesemuanya dapat mempengaruhi perilaku peserta didik di kelas. Selain itu variabel konteks juga meliputi iklim sosial sekolah (iklim sosial, kebudayaan, dan ukuran sekolah) dan keadaan kelas (ukuran kelas dan bahan penunjang) yang dapat menimbulkan perubahan perilaku peserta didik sehingga dapat diobservasi. Dari sini variabel
(32)
16 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
hasil dapat ditentukan, baik pertumbuhan atau kemajuan peserta didik saat ini, maupun perilaku jangka panjang, berupa kematangan, kepribadian, dan keterampilan profesi. Pada penelitian ini variabel yang menjadi kajian adalah guru, peserta didik, proses dalam hal ini model pembelajaran berbasis literasi geografi dan keluaran berupa upaya membangun kecerdasan ruang sebagaimana disajikan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1
Variabel Pembelajaran (Adaptasi dari Dunkin dan Biddle, 1975:38)
Lingkup satuan pendidikan yang dipilih adalah SMP. Hal tersebut dilakukan dengan melihat karakteristik peserta didik usia SMP (11-15 tahun) yang secara psikologis berada pada tahap perkembangan operasional formal. Sebagaimana dikemukakan Piaget (1971:22), bahwa periode yang dimulai pada usia lebih dari sebelas tahun, yaitu kurang lebih sama dengan usia peserta didik SMP merupakan „period of formal operation‟ di mana kemampuan berpikir peserta didik dianggap telah sempurna. Namun demikian, meski pada usia tersebut peserta didik sudah mampu berfikir logis tanpa kehadiran benda konkrit, akan tetapi kemampuan
Latar Belakang Guru oStatus Sosial oUsia oJenis Kelamin
Pengalaman Pelatihan Guru oTingkat Pendidikan oJenis Pelatihan yang
dimiliki
oPengalaman mengajar
Kemampuan Guru oKeterampilan mengajar oIntelegensi oMotivasi oKepribadian Variabel Proses RUANG KELAS Perilaku Guru di kelas
Perilaku Peserta Didik di Kelas Variabel Konteks Latar Belakang Peserta Didik oStatus Sosial oUsia oJenis Kelamin Keadaan Peserta Didik oKemampuan oPengetahuan oSikap Iklim Sosial Sekolah oIklim Sosial oKebudayaan oUkuran
Sekolah
Keadaan Kelas oUkuran Kelas oBahan
Penunjang (Buku teks, Televisi)
Variabel Hasil
Pertumbuhan Peserta Didik dengan Segera oSubject matter oSikap terhadap
pelajaran oPertumbuhan
keterampilan lain
Dampak Peserta Didik Jangka Panjang oKematangan oKepribadian oKeterampilan
profesi dan okupasi Variabel Bawaan Perubahan Perilaku Peserta Didik yang Dapat Diobservasi
(33)
17 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
untuk berfikir abstrak masih belum berkembang dengan baik, sehingga dalam beberapa hal kehadiran model pembelajaran masih dibutuhkan. Sebagaimana Ruseffendi (1980:23) menyatakan bahwa “masih terdapat peserta didik yang telah lulus dari jenjang sekolah menengah tidak pernah mencapai tahap penalaran formal”.
Model pembelajaran berbasis literasi geografi dalam penelitian ini dielaborasi dari model pembelajaran berdasarkan teori multiple intelligencesyang dicetuskan oleh Gardner. Meskipun demikian, model ini lebih memfokuskan pada upaya membangun kecerdasan ruang yang dikemas sesuai dengan standar proses pembelajaran dengan berbasis literasi geografi dalam setiap proses pembelajarannya. Model ini merupakan hasil wacana dan rekonstruksi terhadap penciptaan edukasi yang memadai sehingga dapat mencetak peserta didik menjadi sumber daya manusia yang unggul bukan hanya kemampuan psikomotoriknya saja, namun juga kemampuan kognitif dan afektifnya. Model yang dikembangkan ini disesuaikan dengan hakikat dan tujuan pembelajaran IPS sebagaimana tertuang di dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan.
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pengembangan kecerdasan ruang dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Gardner (2000:50-53) yang meliputi kemampuan peserta didik “menyelesaikan masalah ruang dengan mengenali letak fenomena/benda, menemukan tempat, memahami konteks kejadian saat ini, mengembangkan perspektif ruang dan belajar menggunakan alat geografis”. Hal tersebut,
(34)
18 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
disebabkan pengembangan kecerdasan ruang dalam pembelajaran IPS di sekolah saat ini lebih banyak menekankan pada keterampilan dasar seperti, menghapal, membaca dan menulis sehingga cenderung kurang muncul dan berkualitas.
Pembelajaran IPS sebenarnya penuh dengan muatan makna, menuntut peserta didik untuk lebih berpikir kritis dan reflektif. Karena itu, perlu dikembangkan pembelajaran IPS yang dapat mengajak peserta didik untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal terutama dalam upaya membangun kecerdasan ruang. Model pembelajaran berbasis literasi geografi didasarkan pada tuntutan era globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang lebih menekankan pada cara berpikir kritis dan reflektif dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik sehingga diduga dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat memacu peningkatan nilai, menumbuhkan sikap positif atau senang terhadap mata pelajaran IPS yang dianggap terlalu teoretis dan mekanistis sehingga terkesan membosankan, serta dapat menumbuhkan keaktifan peserta didik dalam belajar.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta didik menguasai materi pelajaran dalam upaya membangun kecerdasan ruang. Karena itu, rumusan penelitian ini adalah bagaimanakah model pembelajaran berbasis literasi geografi yang dapat memfasilitasi peserta didik menguasai materi pelajaran dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik.
Permasalahan dalam penelitian ini akan dirumuskan pada beberapa fokus masalah yang berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.
a. Bagaimanakah kondisi pembelajaran IPS yang diterapkan selama ini dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama di Kabupaten Sumedang?
b. Bagaimanakah desain pengembangan model pembelajaran dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama di Kabupaten Sumedang?
(35)
19 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
c. Bagaimanakah model hipotetik dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama di Kabupaten Sumedang?
d. Bagaimanakah efektivitas model hipotetik dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama di Kabupaten Sumedang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah mengembangkan suatu model pembelajaran IPS berbasis literasi geografi dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik tingkat SMP di Kabupaten Sumedang. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kondisi pembelajaran IPS dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama di Kabupaten Sumedang.
2. Menyusun desain pengembangan model pembelajaran dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di tingkat sekolah menengah pertamadi Kabupaten Sumedang.
3. Menghasilkan model hipotetik dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama di Kabupaten Sumedang. 4. Menemukan efektivitas model hipotetik dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama di Kabupaten Sumedang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yakni secara teoretis dan praktis.
(36)
20 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 1. Secara teoretis
Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam pemilihan alternatif model pembelajaran berbasis literasi geografi dalam upaya membangun kecerdasan ruang di tingkat SMP.
2. Secara praktis
a. Bagi guru akan diperoleh wawasan konkrit dalam mengembangkan model pembelajaran IPS berbasis literasi geografi dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik.
b. Bagi peserta didik, diharapkan dapat membantu dalam menumbuhkan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan mampu memfasilitasinya menguasai materi pelajaran IPS dalam upaya membangun kecerdasan ruang.
c. Bagi peneliti lain, temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal, pembanding, atau rujukan untuk kegiatan penelitian lebih lanjut.
d. Bagi LPTK, temuan dalam penelitianini diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual yang baru dalam mempersiapkan calon-calon guru di tingkat SMP.
E. Kerangka Berpikir
Mengacu pada konsep dan implementasi pengembangan model, dapat disusun sebuah kerangka berpikir pengembangan model pembelajaran literasi geografi dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik sebagaimana disajikan pada Gambar 1.2.
Kerangka berpikir model pembelajaran berbasis literasi geografi dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari studi pendahuluan dan literatur, analisis wacana atas penelitian terdahulu, pemikiran dan pengamatan para ahli, serta teori-teori pendukung pengembangan model. Model pembelajaran yang akan dikembangkan dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik pada mata pelajaran IPS, menggunakan prinsip konstekstual yang dikembangkan dengan berbasis literasi geografi.
(37)
21 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 1.2
Kerangka Berpikir Penelitian ANALISIS KEBUTUHAN
Hasil Survei Awal
ANALISIS WACANA
o Penelitian terdahulu
o Pemikiran dan pengamatan Ahli
o Teori-Teori Pendukung
R E NC A NA PEM B E L AJ AR A N Tujuan Pembelajaran Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran
Langkah Langkah Pembelajaran oPendahuluan: Pengkondisian
oInti: Eksplorasi (pemahaman),
Elaborasi (kecakapan), & Konfirmasi (sikap) oPenutup: Penyimpulan dan tindak lanjut
Media dan Sumber Belajar Evaluasi oProses oHasil D ik emb ang ka n Berdasarkan Indikator Kecerdasan Ruang meliputi: oMengenali letak
fenomena/benda oMenemukan Tempat oMemahami Konteks
kejadian saat ini oMengembangkan
persfektif ruang oBelajar
menggunakan alat geografis PEL AKSANA AN PEM B E L AJ AR A N E VAL UASI
LITERASI GEOGRAFI
Pengkondisian Pembelajaran Eksplorasi (Pemahaman) Elaborasi (Kecakapan) Konfirmasi (Sikap) Penyimpulan & Tindak Lanjut Evaluasi (Proses & Hasil)
PEMBELAJARAN IPS
Kinerja Guru Karakteristik & Aktivitas Peserta Sarana, Prasarana &Lingkungan Me m b an g u n Kec er d asan R u an g
(38)
22 Irena Novarlia, 2013
Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Sumedang)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Model ini diasumsikan dapat memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetensi dasar. Melalui literasi geografi yang berkaitan dengan pemahaman lima konsep dasar yaitu; lokasi, tempat, hubungan, gerakan dan wilayah, diharapkan dapat membangun kecerdasan ruang peserta didik secara optimal sehingga dapat membentuk cara berpikir dan berkomunikasi secara keruangan, serta mampu membuat solusi terhadap segala masalah keruangan dimulai dari pengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas di lingkungannya. Model ini pun diasumsikan, dapat mendorong terinternalisasikannya berbagai kemampuan yang termasuk ke dalam ruang lingkup kecerdasan ruang terutama kemampuan mengenali letak fenomena/benda, menemukan tempat, memahami konteks kejadian saat ini, mengembangkan perspektif ruang, dan belajar menggunakan alat geografis yang pada akhirnya dapat membangun kecerdasan ruang sekaligus dapat meningkatkan hasil belajarpeserta didik di tingkat SMP.
F. Struktur Organisasi Disertasi
Disertasi ini terdiri dari enam bab. Bab I mengemukakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berpikir, dan struktur organisasi disertasi. Bab II menguraikan kajian pustaka yang meliputi: peserta didik SMP, pendidikan IPS di SMP, model pembelajaran IPS, literasi geografi, kecerdasan ruang, dan pengembangan model pembelajaran berbasis literasi geografi dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik. Bab III menguraikan metode penelitian yang meliputi: pendekatan penelitian, desain penelitian, lokasi, Subjek, dan sampel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen, dan teknik analisis data. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: deskripsi dan interpretasi kondisi pembelajaran IPS dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik, desain pengembangan model pembelajaran dalam upaya membangun kecerdasan ruang peserta didik, model hipotetik pembelajaran berbasis literasi geografi dalam
(1)
_________ . (2010b). Dimensi Geografi dalam Kepariwisataan dan Relevansinya dengan Dunia Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Bandung: Tidak diterbitkan.
McGee, M.F. (1979). “Human Spatial Ability: Psychometric Studies and Environment: Genetic, Hormonal, and Neurogical Influences”.
Psychological Bulletin, 5.
Midilli, R. (2011). “The Effect Architectural education on the Spatial Intelligence Progress”. Turkey: Department of Architecture, Karadeniz Technical university, 61080, Trabzon. American Journal of Scientific Research. Mikarsa. (2005). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muhadjir, N. (1997). Bagian Keempat: Analisis dan Refleksi dalam Pedoman Pelaksanaan PTK. Yogyakarta: BP3GSD Depdikbud RI.
Muhidin, S., dan Abdurahman, M. (2007). Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.
Muslich, M.(2007). Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
National Geographic Education Foundation and Roper ASW (National Geographic). (2002). National Geographic – Roper 2002 Global Geographic Literacy Survey [Online]. Tersedia: http://www.nationalgeographic.com/geosurvey [3 September 2012].
National Geography Standards. (1994). Geography for Life. Washington, D.C.: National Geographic Research and Exploration on behalf of the American Geographical Society, Association of American Geographers, National Council for Geographic Education, and National Geographic Society.
NCSS. (1994). Curriculum Standar For Social Studies. Washington, USA: Expectation for Excelence.
Newcombe, N. S., dan Frick, A. (2010). “Early Education for Spatial Intelligence: Why, What. And How”. Department of Psychology, Temple University.
Journal Compilation International Mind, Brain, an Education Society and Blacwell Publishing. Inc.
(2)
Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Kontek Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.
Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum: Third Edition. United States of America: Harper Collins Publishers.
Olkun, S. (2003). “Making Connections: Improving Spatial abilities With Engineering Drawing Activities”. International Journal of Mathematics Teaching and Learning.
Osberg. (1997). Spatial Cognition in The Virtual Environment Technical. Seattle: HIT Lab.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 bab IV Pasal 19.
Peraturan Pemerintan Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah pada Mata Pelajaran IPS.
Piaget, J. (1971). Mental Imagery in Child. New York: Basic Books.
Poedjiadi, A. (2001). Pengantar Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Yayasan Cendrawasih.
Popper, K.R. (1961). The Logic of Scientific Discovery. London: Hutchinson & Co Ltd.
Prabowo. (2000). “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Terpadu dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK Millenium III”. Makalah disampaikan pada seminar lokakarya Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya bekerjasama dengan Himpunan Fisika Indonesia (HFI).
Pusat Kurikulum. (2006a). Model pengembangan silabus mata pelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu. Jakarta: Puskur
_____________. (2007b). Model pengembangan silabus mata pelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu. Jakarta: Puskur
Putra, W. N dan Hidayat, A. (2012). “Peningkatan Kecerdasan Spasial Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Bidang Pengukuran Spasial Melalui Google Earth”. Makalah disampaikan dalam Seminar Informasi Geospasial untuk Kajian kebencanaan Dalam Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan
(3)
dan Pengembangan Kecerdasan Spasial (spatial Thinking) Masyarakat dalam rangka Geospatial Day. Universitas Sebelas Maret.
Roharyati, E. (2003). Penerapan Model Pembelajaran Terpadu (Model Webbed) dalam Pembelajaran IPS SD dengan Tema Transportasi dalam Kehidupan.
PIPS SPs. UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Ruseffendi, E.T. (1980). Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung: Tarsito
Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum: Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.
Rustaman, N. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran (MIPA). Disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran MIPA dan Implementasinya pada Pelaksanaan KBK. FPMIPA IKIP PGRI Semarang. Saarinen, T. F., and MacCabe, C.L. (1995). “World patterns of geographic
literacy based on sketch map quality”. Journal Professional Geographer 47(2).
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD. Disertasi PS PK SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sardiman, A. M. (2004a). Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
______________. (2006b). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Schuncke, G. M. (1988). Elementary Social Studies: Knowing, Doing, Caring. New York: Macmillan Publishing Co Ltd.
Sherman, J.A. (1980). Mathematics, Spatial Visualization, and Related Factors: Changes in Girl and Boys Grade 8-11. Journal of Education Psychology, 72.
(4)
Shirey, R.I. (2012). How To Help Children Become Geographically Literate. National Council For Geographic Education, 16A Leonard Hall Indiana. Pennsylvania: University Of Pennsylvania.
Somantri, M.N. (2001a). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
___________. (2003b)). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosdakarya.
Sopyanudin, A. (2006). Evaluasi Pengajaran. Purwakarta: UPI.
Sudjana, N. dan Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D.
Bandung: CV. Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2005a). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
______________.(2005b). Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik. Bandung: Roda.
_______________. (2004c). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
_______________.(2006d). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya ______________. (2008e). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumaatmadja, N. (2003). “Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. No. 20 Tahun XI edisi Januari-Juni.
Sunal, C.S. (1993). Studies and The Elementary/Middle School Student. New York: Harcount Brace & Company.
Suparman, A. (2001). Desain Instructional, PAU-PPAI Dikti. Jakarta: Depdiknas. Suparno, P. (1997a). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
(5)
Suprayekti. (2004). Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: UT.
Suryadi. (2006). Kiat Jitu dalam Mendidik Anak. Jakarta: Penerbit Mahkota. Syafruddin. (2003). Penerapan Model Pendekatan Aptitude Treatment Interaction
(ATI) dalam Pembelajaran IPS di SD. Disertasi PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Taba, H. (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. New York: Harcourt, Brace and World.
Tim Pustaka Yudistia. (2007). Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yudistia.
Torrens, P. M. (2001). “Where in the world? Exploring the factors driving place location knowledge among secondary level students in Dublin”. Ireland.
Journal of Geography 100: 49- 60.
Trianto. (2007a). Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
______.(2007b). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Unal, H., Jakubowski, E., & Corey, D. (2008). “Differences in Learning Geometry Among High and Low Spatial Ability Pre-Service Mathematics Teachers”. International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, Vol. 40. Taylor & Prancis Group.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Pasal 37 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UNESCO. (1965). Source Book for Geography Teaching. Paris: Longman, Greed
and Co.
Uno, H. B. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Process. Cambridge: Harvard University Press.
Wahab, A. (1986a). Metode Team Game Tournament. Jakarta: Gramedia Building.
(6)
________. (2007b). Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung: Alfabeta. West, B.A. (1999). “Geographical Literacy and the Role of GIS. (EJ620663)”.
Journal of Geography, n107 p24-25.
Winship, J.M. (2012). Geographic Literacy and World Knowledge among Undergraduate College Students. Virginia: Virginia Polytechnic institute Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia
Utama Prees
Yakimanskaya, I.S. (1991). The Development of Spatial Thinking in Schoolchildren. Soviet Studies in Mathematics Education. Volume #3. Reston VA: National Council of Teachers of Mathematics [2 November 2012].
Zainul, A. (2004). Tes dan Assesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Zuhairini. (2004). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.