ANALISIS PENERAPAN PENENTUAN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA IJARAH DALAM RAHN EMAS: Studi Fenomenologi Pada Pembiayaan Mitra Emas Di Bank Bjb Syariah.

(1)

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

No. Daftar FPEB: 397/UN.40.7.D1/LT/2013 ANALISIS PENERAPAN PENENTUAN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI

BIAYA IJARAH DALAM RAHN EMAS

(Studi Fenomenologi pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi

Oleh:

R. Utari Nur Khoerun Nisaa (0906615)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Analisis Penerapan Penentuan dan Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah dalam

Rahn Emas

(Studi Fenomenologi pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)

Oleh

R. Utari Nur Khoerun Nisaa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© R. Utari Nur Khoerun Nisaa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin


(3)

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PENERAPAN PENENTUAN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA IJARAH DALAM RAHN EMAS

(Studi Fenomenologi pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)

SKRIPSI

R. Utari Nur Khoerun Nisaa

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Elis Mediawati.,S.Pd.,SE.,M.Si Denny Andriana.,SE.,MBA.,Ak.,CMA NIP. 19820123 200501 2 002 NIP. 19811101 201012 1 002

Mengetahui Ketua Prodi Akuntansi


(4)

Dr. H. Nono Supriatna, M.Si NIP. 19610405 198609 1 001


(5)

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN PENENTUAN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA IJARAH DALAM RAHN EMAS (STUDI FENOMENOLOGI PADA

PEMBIAYAAN MITRA EMAS DI BANK BJB SYARIAH) Oleh: R. Utari Nur Khoerun Nisaa

Pembimbing I : Elis Mediawati., S.Pd., SE., M.Si Pembimbing II : Denny Andriana, SE., MBA., Ak., CMA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan biaya ijarah rahn emas berdasarkan pedoman di Bank BJB Syariah dan bagaimana perlakuan akuntansi terhadap biaya ijarah tersebut, kemudian menganalisis kesesuaian penerapan penentuan biaya ijarah dengan pedoman yang digunakan juga fatwa DSN MUI serta perlakuan akuntansinya dengan PSAK 107.

Penelitian merupakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi yang dilakukan di Bank BJB Syariah. Data yang digunakan adalah data primer, diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap para informan yang dipilih secara purposive. Juga data sekunder yang diperoleh dari dokumen perusahaan yang dipublikasikan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa produk rahn emas di Bank BJB Syariah menggunakan tiga akad yaitu akad qardh, akad rahn dan akad ijarah. Biaya ijarah ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan dan lama gadainya. Adapun biaya ijarah ini dihitung dengan rumus: tarif ijarah x berat emas x lama gadai, dan perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 107. Penentuan biaya ijarah di Bank BJB Syariah sudah sesuai dengan pedoman juga Fatwa DSN MUI Nomor. 26 yaitu bukan berdasarkan jumlah pinjaman nasabah. Sedangkan untuk perlakuan akuntansi terhadap biaya ijarah tersebut tidak semua mengacu kepada PSAK 107, hanya pengakuan pendapatannya saja.

Kata Kunci : biaya ijarah, rahn emas, studi fenomenologi, PSAK 107, Bank BJB Syariah


(6)

ABSTRACT

The Research Paper is Entitled:

ANALYSIS OF DETERMINE APPLICATION AND THE ACCOUNTING TREATMENT OF IJARAH COST IN GOLD RAHN

(PHENOMENOLOGICAL STUDY OF MITRA EMAS FINANCING IN BJB SYARIAH BANK)

Arranged By: R. Utari Nur Khoerun Nisaa Counselor I : Elis Mediawati., S.Pd., SE., M.Si Counselor II : Denny Andriana, SE., MBA., Ak., CMA.

In this paper, the research is aimed for several puposes, to find out the determination of ijarah cost in the gold rahn based on BJB Syariah Bank guidelines and how the accounting treatment represented. Then, to analyze the implementation of ijarah cost in regard to the guidelines and DSN MUI Fatwa, and the accounting treatment concerning PSAK 107.

Since the subject of research is drawn from BJB Syariah Bank. The research employs descriptive-qulitative method, utilizing phenomenological approach. The collected data are categorized into primary and secondary data-- the primary data are intentionally collected from the interviews with selected informants, and the secondary data are collected from published documents of the company.

The result of the research indicated that gold rahn product in BJB Syariah Bank uses three contracts--qardh, rahn and ijarah. Ijarah cost depends on the weight of gold and the length of pledged. Ijarah cost can be calculated by this formula: Ijarah rate x weight of gold x the length of pledges, and the accounting treatment refers to PSAK 107. And, the determination of Ijarah cost in BJB Syariah Bank follows the usual standards of the guidelines and DSN MUI Fatwa no. 26. Apparently, it’s not based on the amount of costumer loans. In addition the accounting treatment of ijarah cost is not all referring to PSAK 107, it’s only for income confession.

Keywords: ijarah cost, gold rahn, phenomenological study, PSAK 107, BJB Syariah Bank


(7)

i

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala berkah, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penerapan Penentuan dan Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah dalam Rahn Emas (Studi Fenomenologi pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)”

Adapun penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna menambah wawasan dan sebagai bahan perbaikan pada masa yang akan datang.

Harapan penulis semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya serta bagi para pihak yang tertarik dengan tema penelitian yang sama.

Bandung, September 2013


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa selalu menuntun penulis dalam melalui tahapan demi tahapan penulisan skripsi ini sampai pada tahap akhir penyelesaian, serta sanjungan shalawat kepada Utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi contoh dalam setiap kebaikan-kebaikan yang dilakukannya.

Tak pernah pula berhenti penulis ucapkan syukur Alhamdulillah kepada dua orang paling hebat yang pernah penulis jumpai yaitu kedua orang tua penulis, Papah Ahmad Ridwan dan Mamah Yuyun Kunaenah yang memberikan hidupnya untuk penulis, yang selalu menjadi inspirasi utama bagi penulis, yang senantiasa selalu mendoakan penulis dalam setiap waktu, terimakasih atas dukungan tak terhingga dari mamah dan papah selama ini dan hanya rahmat Allah dan surga-Nya yang mampu membalas jasa-jasa mamah dan papah sebagai orang tua.

Penulis juga mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Ibu Elis Mediawati.,S.Pd.,SE.,M.Si dan Bapak Denny Andriana.,SE.,MBA.,Ak.,CMA yang sudah sangat membantu dan membimbing penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung, kesediaannya dalam memberikan ilmu-ilmu yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir penulis, serta atas kesabarannya, keluangan waktunya, tenaga dan pikirannya dalam setiap bimbingan yang diberikan selama ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan syukur pula yang sebesar-besarnya kepada:


(9)

iii

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

1. Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Bapak Dr. H. Edi Suryadi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis.

3. Drs. H. Nono Supriatna., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi. 4. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan

Ekonomi dan Bisnis (FPEB) Universitas Pendidikan Indonesia, dan dosen-dosen dari program studi lain yang telah memberikan materi dan ilmu selama perkuliahan. Bapak Rizky Hidayat yang selalu memberikan semangat.

5. Achmad Billy Zulqiyami yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayangnya, dukungannya, semangatnya, dan doanya dalam setiap tahapan-tahapan yang dilalui penulis, baik dalam keadaan mudah maupun dalam keadaan sulit.

6. Adik-adik penulis Rany Puspa Pijayanti dan Nabila Tri Mulyani yang selalu memberikan warna-warna berbeda, dukungan-dukungan yang menceriakan dan menyemangatkan penulis.

7. Nenek penulis, Ni Ian yang tidak pernah berhenti mendoakan keberhasilan penulis dalam meniti jalan menuju kesuksesan.

8. Keluarga besar penulis yang sudah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materil selama penulis menempuh kuliah.

9. Terima kasih kepada Bank BJB Syariah Pusat maupun KCP Purwakarta, khususnya kepada Bapak Maulana dan Bapak Boby yang sudah bersedia


(10)

menjadi informan, serta terima kasih sebesar-besarnya kepada Teh Dada, Pak Chan, Bu Susi yang sudah banyak membantu sehingga data untuk skripsi ini bisa terkumpul.

10. Sahabat-sahabat penulis Teman Lawas Vivi Silfiani, Nita Fitriani, Yeni Anggriani, Tia Adityaningsih, Aulia Dina yang selalu bersedia bertukar pikiran serta memberikan saran-saran serta kekonyolan dan lelucon terbaiknya dalam setiap keadaan yang dilalui penulis. Teman satu kamar selama tiga tahun Dede Rifti Agustina untuk kritikan, saran dan semangatnya.

11. Sahabat seperjuangan Nurul, Alni, Nana, Mudin, Anwar terima kasih atas persahabatan yang penulis dapat dari kalian semua.

12. Seluruh teman-teman seperjuangan Akuntansi kelas A yang sudah bersedia berbagi ilmu bersama-sama selama 4 tahun di Program Studi Akuntansi, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia

13. Seluruh teman-teman seperjuangan di kelas Akuntansi Syariah yang sudah bersedia berbagi ilmu syariah bersama-sama selama 2 tahun terakhir. 14. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan bagi

penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.


(11)

v

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK...

ABSTRACT...

KATA PENGANTAR ………...………

UCAPAN TERIMA KASIH...

DAFTAR ISI ………...…………..

DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii x xi

BAB I PENDAHULUAN ………...…

1.1Latar Belakang Masalah... 1.2 Rumusan Masalah ………..…... 1.3Tujuan...……….……... 1.4Manfaat... 1.4.1 Manfaat Teoritis... 1.4.2 Manfaat Praktis...

1 1 7 8 8 8 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...

2.1 Bank Syariah... 2.1.1 Pengertian Bank Syariah... 2.1.2 Tujuan Bank Syariah... 2.1.3 Fungsi Bank Syariah... 2.1.4Peraturan Pelaksanan Bank Berdasarkan Syariah... 2.2 Rahn... 2.2.1 Pengertian Rahn... 2.2.2 Dasar Hukum Rahn... 2.2.3 Rukun dan Syarat Rahn...

10 10 10 10 10 12 15 18 19 19


(12)

2.3 Ijarah... 2.3.1 Pengertian Ijarah... 2.3.2 Dasar Hukum Ijarah... 2.3.3 Rukun dan Syarat Ijarah... 2.3.4 Ijarah dalam PSAK 107... 2.4 Penelitian Terdahulu... 2.5 Kerangka Pemikiran...

22 22 25 27 33 35 41 BAB III BAB IV METODE PENELITIAN...

3.1 Obyek Penelitian... 3.2 Jenis dan Metode Penelitian... 3.3 Jenis dan Sumber Data... 3.4 Teknik Pengumpulan Data... 3.5 Instrumen Penelitian... 3.6 Teknik Analisis Data... 3.7 Pengujian Kredibilitas Data...

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

4.1 Hasil Penelitian... 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian... 4.1.1.1 Sejarah Bank BJB Syariah... 4.1.1.2 Visi dan Misi Bank BJB Syariah... 4.1.1.3 Struktur Organisasi Bank BJB Syariah... 4.1.1.4 Produk Bank BJB Syariah... 4.1.2 Gambaran Penentuan Biaya Ijarah Berdasarkan

Pedoman Bank BJB Syariah... 4.1.3 Gambaran Penerapan Penentuan Biaya Ijarah dan Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah rahn Emas...

47 47 47 50 51 54 55 57 60 60 61 61 63 63 64 65 69


(13)

vii

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013 BAB V

4.1.4 Gambaran Kesesuaian Penentuan Biaya Ijarah dengan Pedoman yang Digunakan dan Fatwa DSN Serta Perlakuan Akuntansinya dengan PSAK 107... 4.2 Pembahasan... 4.2.1 Penentuan Biaya Ijarah Berdasarkan Pedoman Bank BJB Syariah... 4.2.2 Penerapan Penentuan Biaya Ijarah dan Perlakuan

Akuntansi Biaya Ijarah rahn Emas... 4.2.3Kesesuaian Penentuan Biaya Ijarah dengan

Pedomanyang Digunakan dan Fatwa DSN Serta Perlakuan Akuntansinya dengan PSAK 107...

SIMPULAN DAN SARAN...

5.1 Simpulan... 5.2 Saran...

76 81

82

85

87

102

102 103


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah... Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... Tabel 3.1 Informan Penelitian... Tabel 3.2 Pengkodean... Tabel 4.1 Informan Penelitian... Tabel 4.2 Kesimpulan Hasil Reduksi Penentuan Biaya Ijarah

Rahn Emas Berdasarkan Pedoman Bank BJB Syariah... 2 36 53 56 61

68 Tabel 4.3 Kesimpulan Hasil Reduksi Penerapan Penentuan Biaya Ijarah

Rahn Emas di Bank BJB Syariah... Tabel 4.4 Keimpulan Hasil Reduksi Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah

rahn Emas di Bank BJB Syariah... Tabel 4.5Kesimpulan Hasil Reduksi Penentuan Biaya Ijarah Rahn

Emas Sesuai Syar’I Berdasarkan Fatwa DSN MUI... Tabel 4.6 Tabel Analisis Penentuan Biaya Ijarah Rahn Emas Bank

BJB Syariah dengan Fatwa DSN MUI... Tabel 4.7 Tabel Perbandingan Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah Rahn Emas di Bank BJB Syariah dengan PSAK 107...

72

75

80

95


(15)

ix

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank BJB Syariah...

46 64


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belakangan ini Bank Syariah menjadi fenomena di dunia finansial dan perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank syariah turut disebut-sebut sebagai jawaban atas buruknya sistem perbankan di seluruh dunia. Banyak pakar berpendapat bahwa perbankan syariah memiliki karakteristik less heat, sehingga sistem perbankan syariah ini tahan dalam menghadapi krisis. Sistem perbankan konvensional dan berbagai instrumen keuangannya dianggap sebagai sumber masalah dari berbagai krisis keuangan yang terjadi, seperti krisis finansial subprime mortgage crisis di Amerika tahun 2008.

Perbankan syariah sendiri di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2008 yang disahkan pada tanggal 16 Juli 2008 dan dimuat dalam situs resmi Bank Indonesia. Disini menjelaskan mengenai jenis kegiatan usaha serta produk Bank Syariah yang terdiri dari BUS (Badan Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) (Pasal 18) serta UUS (Unit Usaha Syariah), pada dasarnya perbankan syariah melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank konvensional yaitu melakukan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat disamping penyediaan jasa keuangan lainnya. Perbedaannya adalah seluruh kegiatan usaha bank syariah dan UUS didasarkan pada prinsip syariah. Akibatnya disamping harus selalu sesuai dengan prinsip hukum Islam juga adalah


(17)

2

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

karena dalam prinsip syariah memiliki berbagai variasi akad yang akan menimbulkan variasi produk yang lebih banyak dibandingkan produk bank konvensional.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah perbankan syariah setiap tahunnya, seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.1

Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah

Kelompok Bank

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jan-2012 Bank

Umum

Syariah 3 3 5 6 11 11 11

Unit Usaha Syariah

20 26 27 25 23 24 24

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

150 114 131 138 150 155 155

Sumber: Bank Indonesia (2012)

Inovasi produk merupakan salah satu aspek yang turut memicu perkembangan perbankan syariah. Inovasi produk inilah yang telah memberikan kekuatan pada perbankan syariah untuk menuju pada suatu bisnis perbankan yang kreatif sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu, melalui pembuatan produk baru maupun adaptasi dari produk perbankan yang sudah ada menjadikan


(18)

3

perbankan syariah mampu bersaing dengan perbankan konvensional yang sudah puluhan tahun ada di Indonesia. Sejalan dengan upaya inovasi produk perbankan syariah, Bank Indonesia telah menerbitkan Buku Daftar Produk Perbankan Syariah dengan jumlah produk sebanyak 29 (dua puluh sembilan) jenis. Dalam buku tersebut terdapat 1 (satu) produk perbankan syariah yang pada dasarnya merupakan produk yang hanya bisa dipasarkan oleh perbankan syariah saja dan tidak bisa dipasarkan oleh perbankan konvensional, nama produk itu adalah Gadai Emas Syariah (www.bi.go.id).

Kreativitas perbankan syariah dalam hal membuat produk baru maupun adaptasi produk yang dibutuhkan pasar tidak hanya memicu perkembangan perbankan syariah secara signifikan. Di sisi lain, hal itu justru mengundang perdebatan seputar sah atau tidaknya dan kesesuaian syariah dari produk-produk hasil inovasi dari bank syariah, salah satunya gadai emas syariah ini. Menurut Haroen Nasrun gadai atau Ar-rahn adalah menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik keseluruhan maupun sebagiannya

Pada umumnya, pelaksanaan gadai emas di perbankan syariah mengunakan tiga akad yaitu qardh, rahn dan ijarah. Qardh adalah akad yang digunakan untuk pinjaman yang diberikan kepada nasabah, rahn untuk emas yang dijadikan sebagai jaminan, dan ijarah adalah akad untuk pembayaran biaya sewa tempat dan penitipan emas yang dijadikan sebagai jaminan. Selain karena gadai emas ini menggunakan multi akad, Cecep Maskanul Hakim (2011: 196) mengatakan adanya kekhawatiran para bankir terhadap produk rahn (gadai


(19)

4

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

syariah) yang bukan merupakan aset produktif dalam menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini bank syariah mendapatkan keuntungan dari upah pemeliharaan barang gadai. Permasalahan muncul ketika imbalan pemeliharaan ini berupa presentase dari pinjaman yang diberikan, sebagaimana praktik diperbankan. Karena hal ini para ulama di Dewan Syariah Nasional sepakat tidak setuju, karena uang yang dikeluarkan gadai adalah pinjaman, sedangkan pinjaman yang mewajibkan imbalan dalam bentuk presentase merupakan kredit berbunga yang di haramkan dalam Islam. Karena itu disepakati agar upah tidak dikaitkan dengan jumlah pinjaman tetapi dengan nilai emas yang digadaikan.

Cecep juga menyebutkan komponen pembentuk imbalan ini juga masih harus diteliti lebih lanjut. Salah satu bank syariah memasukan diantaranya unsur asuransi, sewa gedung dan nilai tukar valuta asing sebagai dasar perhitungan. Dikhawatirkan imbalan yang harus dibayarkan oleh nasabah berfluktuasi mengikuti naik turunnya nilai valuta asing.

Di Bank BJB Syariah sendiri besarnya biaya ijarah ini ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan dan lama gadainya. Seperti yang diungkapkan oleh Boby Rahman Prabowo dari Divisi Retail & Consumer Bank BJB Syariah pusat bahwa besarnya biaya ujrah gadai emas di Bank BJB Syariah ditentukan dari berat emas yang digadaikan dan lama pinjamnya. Besarnya biaya ijarah yang ditetapkan oleh BJB Syariah adalah sebesar Rp. 4850/gram/bulan (data per Juli 2013). Angka ini merupakan 1,07% dari HSE, yaitu harga standar emas yang ditetapkan oleh Bank BJB Syariah. Ujrah ini besarnya tidak tetap setiap periodenya, dalam artian berfluktuatif bergantung dari harga pasar emas


(20)

5

pada saat itu. Menurut Boby perubahan besarnya biaya ujrah ini dipengaruhi salah satunya oleh harga emas, harga emas sendiri akan berpengaruh terhadap HSE yang merupakan dasar perhitungan dari besarnya biaya ijarah. Seperti yang kita ketahui, harga pasar emas di Indonesia dipengaruh oleh banyak hal, salah satunya adalah nilai tukar valuta asing (kurs).

Selain itu dalam menetapkan biaya ijarah, Bank BJB Syariah memiliki suatu pedoman diantaranya Standar Operational Procedure (SOP) Pricing Pembiayaan Bank BJB Syariah, sehingga dalam praktiknya sendiri tidak bisa bertentangan dengan aturan atau pedoman yang dibuat. Akan tetapi, pedoman ini tidak bersifat teknis. Artinya, Bank BJB Syariah belum memiliki suatu standar pedoman khusus yang membahas biaya ijarah, sehingga dalam menetapkan besaran biaya ijarah Bank BJB Syariah harus mengikuti hasil rapat Salma yaitu rapat yang membahas pricing dari setiap pembiayaan yang ada di Bank BJB Syariah.

Adapun perlakuan akuntansi mengenai ijarah diatur di dalam PSAK 107. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi ijarah. Karena di dalam produk rahn emas di perbankan terdapat akad ijarah, maka PSAK 107 ini bisa dipakai untuk mengatur perlakuan akuntansi terkait dengan transaksi ijarah. Pernyataan ini diterapkan untuk seluruh entitas yang melakukan transaksi ijarah salah satunya perbankan khususnya Bank BJB Syariah.

Penelitian mengenai penentuan biaya ijarah ini telah dilakukan sebelumnya oleh Laili Soraya (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan


(21)

6

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

Penentuan Biaya Ijarah dalam Sistem Gadai Syariah di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan”. Juga skripsi Siti Mukaromah (2008) “Analisis Hukum Islam Terhadap Mekanisme Gadai di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Landungsari”.

Pada penelitian Laili Soraya, masalah yang dibahas adalah kesesuaian pelaksanaan akad dan perhitungan biaya ijarah dengan Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 serta faktor yang mempengaruhi perbedaan tarif ijarah di pegadaian. Dari penelitian Laili Soraya ini ditemukan fenomena bahwa biaya ijarah yang diterapkan perum pegadaian terhadap nasabah tidak sama tergantung dari besarnya jumlah pinjaman yang diberikan. Padahal menurut Fatwa DSN No. 25 tahun 2002 gadai syariah memungut biaya ijarah (biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun) bukan dari besarnya jumlah pinjaman tetapi dari nilai barang jaminan yang digadaikan.

Kedua adalah penelitian Siti Mukaromah, penelitian ini membahas mekanisme operasional gadai di Pegadaian Syariah kantor cabang serta bagaimana tinjauan hukum islam terhadap mekanisme operasional gadai tersebut. Hasil dari penelitian di dapat mekanisme operasional gadai di pegadaian syariah terdiri dari dua akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah. Barang yang dapat digadaikan di Pegadaian Syariah Landungsari berupa barang bergerak seperti emas dan berlian. Mekanisme gadai dimulai dari permintaan permohonan gadai, pembayaran gadai dan pelelangan barang jaminan.

Dari dua penelitian sebelumnya menggunakan pegadaian syariah sebagai objek penelitian, perlu sekiranya dilakukan penelitian mengenai rahn (gadai syariah) di dunia perbankan, mengingat perbankan syariah merupakan pelopor


(22)

7

dalam mengeluarkan produk gadai syariah ini. Meskipun telah lebih dulu meluncurkan produk gadai syariah, dalam praktiknya masih banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Salah satunya mengenai perhitungan biaya ijarah seperti yang ditulis dalam buku karya Cecep Maskanul Hakim (2011).

Berdasarkan fenomena dan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Penentuan dan Perlakuan Akuntansi Biaya Ijarah dalam Rahn Emas (Studi Fenomenologi pada Pembiayaan Mitra Emas di Bank BJB Syariah)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penentuan biaya ijarah rahn emas berdasarkan pedoman yang digunakan di Bank BJB Syariah?

2. Bagaimana penerapan penentuan biaya ijarah rahn emas di Bank BJB Syariah serta bagaimana perlakuan akuntansi terkait biaya ijarah tersebut?

3. Bagaimana relevansi penentuan biaya ijarah rahn emas di Bank BJB Syariah dengan pedoman yang digunakan dan Fatwa DSN serta perlakuan akuntansi ijarah dengan PSAK 107?


(23)

8

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penentuan biaya ijarah rahn emas berdasarkan pedoman yang digunakan di Bank BJB Syariah.

2. Untuk mengetahui penerapan penentuan biaya ijarah rahn emas di Bank BJB Syariah serta perlakuan akuntansi terkait biaya ijarah tersebut.

3. Untuk menganalisis kesesuaian penentuan biaya ijarah rahn emas di Bank BJB Syariah dengan pedoman yang digunakan dan fatwa DSN, juga kesesuaian antara perlakuan akuntansi biaya ijarah tersebut degan PSAK 107.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif terhadap ilmu Akuntansi khususnya Konsentrasi Syariah dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan obyek yang dikaji maupun yang lain.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bank Jabar Banten Syariah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi Bank BJB Syariah dalam menetapkan kebijakan


(24)

9

penentuan besarnya biaya ijarah rahn emas dan perlakuan akuntansi terkait dengan biaya ijarah.

2. Peneliti lebih lanjut

Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang mungkin berguna baik untuk dipelajari maupun sebagai referensi dalam mengetahui lebih dalam mengenai penerapan penentuan biaya ijarah serta perlakuan akuntansi biaya ijarah dalam rahn emas di perbankan syariah.


(25)

47

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penerapan penentuan biaya ijarah dalam rahn emas. Peneliti akan melakukan penelitian di bagian penetapan ujrah Bank Jabar Banten Syariah Pusat yang beralamat di Jalan Braga Bandung. Bagian ini merupakan divisi yang mengurusi serta membuat kebijakan dalam menetapkan besarnya biaya ijarah di Bank BJB Syariah sehingga dapat diketahui bagaimana penetapan biaya ijarah dalam pembiayaan rahn emas dan relevansinya terhadap pedoman yang sudah ada dan fatwa DSN, serta sejauh mana penerapan PSAK 107 terkait dengan perlakuan biaya ijarah rahn emas tersebut.

3.2 Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan dalam jenis penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain; secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan menggunakan berbagai metode alamiah. (Lexy J. Moleong, 2012 : 6)

Sedangkan menurut Sugiyono (2010: 1) penelitian kualitatif adalah:

Penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci , teknik pengumpulan data dilakukan secara trangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif yang artinya suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh kemudian dikembangkan sehingga


(26)

48

menjadi hipotesis, dn hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian deskriptif ini menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang ada dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Menurut Wahyu Purhantara (2010: 71) penelitian deskriptif- kualitatif adalah sebagai berikut:

Penelitian dengan desain deskriptif yang paling sederhana menyangkut pertanyaan, dimana kita menanyakan suatu hal mengenai pokok permasalahan tertentu seperti besarnya, prosesnya, distribusinya, bentuknya dan sebagainya.

Sedangkan fenomenologi diartikan oleh Husserl dalam Moleong (2007: 14) sebagai:” 1) Pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal; 2) Suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang”. Menurut Moleong (2007: 15) “Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia”.

Ada beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis menurut Moleong (2007: 15), yaitu:

1. Fenomenologis cenderung mempertentangkannya dengan „naturalisme‟ yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme, yang telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam ilmu pengetahuan modern dan teknologi.

2. Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl, „Evidence‟ yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya, dan mencakupi untuk sesuatu dari segi itu.

3. Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada di dalam dunia alam dan budaya.


(27)

49

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

Adapula tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian yang dilakukan meliputi kegiatan pengumpulan data, penyusunan data, analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut.

Dalam penelitian ini penulis mencoba menggambarkan mengenai penentuan ijarah melalui studi pustaka berupa teori-teori, pedoman tertulis perusahaan serta fatwa yang di tetapkan oleh Dewan Syariah Nasional. Adapun gambaran umum tahapan dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam menjawab rumusan masalah yang pertama penulis akan melakukan wawancara juga studi dokumen untuk mengetahui bagaimana penentuan biaya ijarah rahn emas berdasarkan pedoman yang digunakan di Bank BJB Syariah.

2. Penulis juga melakukan wawancara terkait penerapan (praktik) penentuan biaya ijarah di Bank BJB Syariah baik dari segi operasional maupun dari segi perlakuan akuntansi, sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang kedua.

3. Rumusan masalah yang ketiga mengenai relevansi antara penerapan penentuan biaya ijarah dengan pedoman yang ada serta fatwa DSN, pertama-tama penulis melakukan observasi, wawancara juga studi dokumen sehingga diketahui bagaimana penentuan biaya ijarah rahn emas di Bank BJB Syariah.


(28)

50

4. Selanjutnya penulis akan melakukan analisis yaitu memferivikasi fakta di lapangan dengan teori yang ada. Menganalisis apakah penerapan biaya ijarah di Bank BJB Syariah sudah sesuai dengan pedoman yang telah dibuat serta PSAK terkait transaksi ijarah.

5. Melakukan wawancara dengan orang-orang yang ahli di bidang fiqh perbankan syariah. Dalam hal ini penulis memilih narasumber dari Komisi Fatwa MUI Perwakilan Jawa Barat, inilah yang akan memperkuat analisis penulis terhadap kesesuaian penerapan penentuan biaya ijarah dengan fatwa DSN.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, diperlukan data yang akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembahasan dan analisis. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang tidak dapat diukur atau dinilai dengan angka-angka, berbentuk informasi seperti gambaran umum, deskripsi dan penjabaran dalam bentuk kata-kata serta informasi lain yang digunakan untuk membahas rumusan masalah.

Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang akan penulis gunakan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.

b. Sumber data sekunder adalah sumber yang dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok, baik yang berupa manusia atau benda (majalah, buku, Koran dll). (Sugiyono, 2008: 225)


(29)

51

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

Data primer diperoleh langsung melalui wawancara terhadap para informan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, yaitu atas dasar apa yang kita ketahui tentang variasi-variasi yang ada. Adapun yang menjadi informan adalah pihak berwenang yang mengurusi penentuan biaya ijarah rahn emas di Bank Jabar Banten Syariah dan Komisi Fatwa MUI Perwakilan Jawa Barat. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan berupa catatan dan laporan perusahaan yang dipublikasikan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap awal, disamping melakukan studi kepustakaan dengan cara menginventarisir peraturan perundang-undangan, buku buku, literatur lainnya yang berhubungan dengan fokus permasalahan, juga akan dilakukan observasi awal. Cara ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan relatif menyeluruh, tentang apa yang tercakup di dalam fokus permasalahan yang akan diteliti.

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, peraturan perundangan, dokumen resmi, majalah, tulisan-tuisan ilmiah dan sumber kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dengan teknik ini adalah data sekunder. Telaah dokumen dalam penelitian ini dilakukan untuk menelusuri dan


(30)

52

menemukan informasi tentang bagaimana penetapan biaya ijarah yang sesuai dengan pedoman yang ada serta Fatwa DSN.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan penelitian yang data dan informasinya diperoleh dari kegiatan di lapangan dan langsung dari obyek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Metode wawancara yaitu suatu proses interaksi dan komunikasi untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan dimana peneliti membuat kerangka dan garis besar atau pokok masalah yang akan ditanyakan dalam proses wawancara . Wawancara ini dilakukan baik dengan cara terstruktur maupun tidak terstuktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan maupun pertanyaan yang berkembang dalam waktu wawancara terjadi untuk memberi jawaban terhadap pokok permasalahan.

Peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang memiliki wewenang dalam menentukan biaya ijarah di Bank BJB Syariah. Pertanyaan yang diajukan merupakan pembuktian dari hasil studi dokumenter. Selain itu pertanyaan bersifat fleksibel dan dapat berkembang sehingga bisa menemukan temuan baru


(31)

53

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

yang tidak didapat ketika melakukan studi dokumenter. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam dan buku catatan. Alat perekam digunakan setelah peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada informan.

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Informan Instansi Keterangan

1. Unit Divisi Tresury

PT. Bank BJB Syariah Pusat

Bagian yang

melakukan review terhadap usulan besaran biaya ijarah 2. Unit Divisi

Retailer & Consumer

PT. Bank BJB Syariah Pusat

Bagian yang membuat usulan besaran biaya ijarah gadai emas 3. Ketua Umum

Komisi Fatwa

MUI Perwakilan Jawa Barat

Memiliki pemahaman mengenai fiqih perbankan syariah

2. Observasi (pengamatan)

Teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji konsistensi dari jawaban yang diperoleh dengan wawancara. Observasi dalam penelitian ini merupakan observasi pasif, dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam objek penelitian.


(32)

54

3. Dokumentasi

Melakukan review terhadap dokumen-dokumen instansi yang relevan, serta mempelajari referensi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Ketika data diperoleh maka peneliti melakukan tahapan yaitu: Penilaian data, penafsiran data, dan penyimpulan, kemudian penulis melakukan pencatatan mengenai hasil studi dokumenter tersebut.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah human instrument. Seperti yang dipaparkan oleh Nasution dalam Sugiyono (2010: 223) bahwa di dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan manusia sebagai instrumen utama. Peneliti menjadi instrumen penting dalam penelitian karena selain peneliti berperan aktif sebagai pengumpul data peneliti juga berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan yang akan dijadikan obyek penelitian, menilai kualitas dan analisis data, serta menyimpulkan hasil temuannya.

Berdasarkan hal-hal di atas, dapat dipastikan bahwa kredibilitas dan validitas dari penelitian yang dilakukan bergantung pada kemampuan peneliti dalam memahami metode kualitatif, penguasaan wawasan mengenai bidang yang diteliti, serta kesiapan peneliti memasuki obyek penelitian baik secara akademik maupun logistiknya.


(33)

55

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti menggunakan buku catatan dan alat perekam. Buku catatan digunakan peneliti untuk menyimpan hasil telaah data yang diperoleh selama penelitian. Buku catatan tersebut digunakan untuk:

1. Mencatat data yang diperoleh dari studi dokumenter, pencatatan dilakukan dengan menulis permasalahan yang ditemukan kemudian ditandai dengan penomoran, tanggal, sumber data yang digunakan, dan ditambahkan kesimpulan peneliti sesudahnya.

2. Mencatat hasil wawancara, setelah penulis membuat draft pertanyaan dan melakukan wawancara, kata kunci hasil dari wawancara tersebut dicatat dengan memberi tanda penanggalan.

Alat perekam digunakan saat wawancara berlangsung dan telah mendapatkan izin dari subjek penelitian. Hasil dari rekaman wawancara tersebut kemudian dijadikan sebagai bukti penelitian dan dapat didengarkan kembali oleh peneliti saat menganalisis data.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah data-data diperoleh, maka data tersebut selanjutnya diolah kemudian dilakukan analisis. Analisis data ini penting karena dari analisis data yang diperoleh dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Tujuan analisis data adalah mengendalikan data agar sistematis dan sesuai dengan perumusan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen (Dalam Lexy. J. Moleong, 2008: 248), bahwa:


(34)

56

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis data secara induktif yaitu proses analisis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan. Analisis data ini berupa:

1. Reduksi data

Menurut Sugiyono reduksi data adalah:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Proses ini akan berlangsung selama penelitian bahkan semenjak dibuatnya kerangka pemikiran. Dengan cara meringkas data, menggolongkan, mengarahkan serta membuang data yang tidak relevan. Setelah itu peneliti akan memberikan kode pada setiap data dan informasi yang ada. Pengkodean yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pengkodean

Kode Keterangan

KBI Digunakan untuk data-data atau informasi yang berkenaan dengan konsep (pedoman) penentuan biaya ijarah rahn emas.

IBI

Digunakan untuk data dan informasi terkait implementasi (penerapan) penentuan biaya ijarah


(35)

57

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

ijarah rahn emas

2. Penyajian data

Penyajin data yaitu proses ketika data yang dibutuhkan telah siap dipakai maka dibentuk suatu penyajian. Menurut Sugiyono (2008: 249), dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data bertujuan agar dapat melihat gambaran secara keseluruhan untuk dapat mengambil kesimpulan secara tepat dari bagian yang menjadi hasil penelitian.

3. Menarik kesimpulan

Sugiyono (2008: 252) mengatakan bahwa kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang disebutkan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan rumusan masalah ataupun masalah dalam kualitatif dapat berubah dan bersifat sementara dan masih berkembang setelah dilaksanakan penelitian. Kesimpulan yang bersifat sementara dalam penelitian ini akan dilakukan secara terus menerus. Sehingga semakin banyak data yang diperoleh dan diolah maka kesimpulan yang di dapat akan lebih rinci dan kuat.

3.7 Pengujian Kredibilitas Data

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan:


(36)

58

a. Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

b. Peningkatkan ketekunan dalam penelitian

Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk dan semakin akrab, tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

c. Triangulasi

Menurut Burhan Bungin (2010: 330) triangulasi dengan sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi sumber data dalam penelitian ini merujuk kepada teori Burhan Bungin, triangulasi meliputi:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi,

3. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,


(37)

59

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegngah atau tinggi, orang yang berada dan orang pemerintahan,

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam triangulasi ini adalah:

1. Peneliti melakukan penelitian dengan wawancara, observasi serta studi dokumenter.

2. Setelah peneliti selesai melakukan penelitian, peneliti akan memilih data yang dianggap penting dari hasil wawancara dengan informan di Bank BJB Syariah maupun dengan pihak MUI Jawa Barat.

3. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi. 4. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan dokumen terkait. 5. Jika hasil wawancara dengan observasi dan dokumen terkait tidak

relevan, maka peneliti akan melakukan wawancara ulang dengan informan untuk mengkonfirmasi perbedaan tersebut.

6. Setelah mendapat kecocokan antara hasil wawancara, observasi dan dokumen terkait, selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan.


(38)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang diuraikan pada bab hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Produk rahn emas di Bank BJB Syariah menggunakan tiga akad yaitu akad qardh, akad rahn dan akad ijarah. Biaya ijarah pada produk rahn emas di Bank BJB Syariah ini ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan dan lama gadainya. Biaya ijarah digunakan utuk menutupi biaya operasional bank seperti biaya overhead,cost of fund bank dan juga keuntungan bank.

2. Dalam penentuan biaya ijarah rahn emas, Bank BJB Syariah menentukannya dari harga standar emas yang ditetapkan bank, berat emas yang digadaikan dan lama gadainya. Biaya ijarah ini dihitung dengan rumus: tarif ijarah x berat emas x lama gadai. Adapun mengenai perlakuan akuntansi biaya ijarah, Bank BJB Syariah menggunakan acuan yang dinamakan PAPSI yang didasarkan pada PSAK 107. Biaya ijarah rahn emas diakui dengan metode cash basis yaitu pada saat bank menerima pembayaran dari nasabah. Yang menjadi obyek ijarah pada rahn emas adalah jasa penyimpanan emas yang digadaikan. Obyek ijarah tidak disusutkan karena berbentuk jasa. Piutang pendapatan diakui sebagai


(39)

103

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

pendapatan yang akan diterima. Denda yang diberlakukan atas keterlambatan pembayaran diakui sebagai qardhul hasan atau dana kebajikan yang nantinya akan disalurkan dalam bentuk zakat. Dalam laporan keuangan, biaya ijarah ini disajikan di laporan laba/rugi dalam pos pendapatan margin piutang berbasis pembiayaan dan sewa

3. Penentuan biaya ijarah di Bank BJB Syariah sudah sesuai dengan pedoman atau SOP yang digunakan, juga sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor. 26 Tentang rahn emas yaitu ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan, bukan berdasarkan jumlah pinjaman yang diberikan kepada nasabah. Besarnya tarif ijarah di Bank BJB Syariah berubah-ubah setiap periodenya, ini disebabkan karena menyesuaikan dengan harga pasar emas. Akan tetapi untuk penggunaan tiga akad dalam produk rahn emas ini tidak sesuai, karena penggunaan tiga akad dalam satu transaksi tidak diperbolehkan dalam aturan syariah.

Perlakuan akuntansi terhadap biaya ijarah rahn emas di Bank BJB Syariah mengacu kepada PSAK 107, akan tetapi tidak semua poin-poin yang ada di dalam PSAK 107 dapat diterapkan, karena di dalam PSAK 107 ini banyak membahas mengenai ijarah muntahiyah bittamlik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:


(40)

104

1. Pada produk rahn emas ini hendaknya Bank BJB Syariah mengganti penggunaan tiga akad menjadi satu akad saja yaitu rahn. Karena menurut pakar syariah, penggunaan tiga akad dalam satu transaksi tidak diperbolehan dalam Islam. Selain itu dalam membuat suatu kebijakan maupun produk, pihak bank harus lebih sering berkoordinasi dan melibatkan DPS atau DSN agar keputusan yang dibuat tidak bertentangan dengan syariat Islam,

2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa dengan subyek yang sama, penulis mendapat temuan bahwa di Bank BJB Syariah terdapat kasus transaksi ‘Beli Gadai’. Dimana nasabah membeli emas di bank, kemudian digadaikan. Dalam kasus ini nasabah tidak membayar emasnya secara tunai, tetapi membayar dengan uang hasil gadai dari emas tersebut. Untuk peneliti selanjutnya kasus ini bisa diteliti lebih lanjut, karena menarik untuk dibahas.


(41)

R. Utari Nur Khoerun Nisaa, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan Terjemahan

Abdul Rahman Ghazali, dkk. (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Adiwarman Karim. (2003). Bank Islam, Analisis Fiqh Dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia.

Burhan Bungin. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Cecep Maskanul Hakim. (2011). Belajar Mudah Ekonomi Islam: Catatan Kritis Terhadap Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Tangerang: Penerbit Shuhuf Media Insani.

Fatwa DSN Nomor 09/DSNMUI/ IV 2000. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://www.bapepam.go.id/syariah/fatwa/pdf/09-ijarah.pdf

Fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2002_25.pdf

Fatwa DSN Nomor 26/DSN-MUI/III/2002. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2002_26.pdf

Fatwa DSN Nomor 56/DSN-MUI/V/2007 56/DSN-MUI/V/2007. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di

http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2007_56.pdf

Hendi Suhendi. (2005). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Edisi kedua.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Jakarta: Graha Akuntan.

Laili Soraya. (2010). Penerapan Penentuan Biaya Ijarah dalam Sistem Gadai Syariah di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan (Analisis Terhadap Transaksi Nasabah Tentang Besarnya Tarif Ijarah di Perum Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran Pekalongan). Skripsi Prodi Ekonomi Islam Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.


(42)

M. Agus Rosyadi. (2012). Penerapan Akad Ijarah pada Gadai Syariah (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Syariah Kantor Cabang Pegadaian Syariah Kramat). Tesis Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia Depok.

Moleong, Lexy. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ketigapuluh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad Syafi’i Antonio. (2001). Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.

Nasrun Haroen. (2000). Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Siti Mukaromah. (2008). Analisis Hukum Islam Terhadap Mekanisme Gadai di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Landungsari. Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Al-Ahwal Al-Syahsiah Universitas Islam Negeri Malang.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. [Online].[Diakses tanggal 23 Juni 2013]. Tersedia di http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454A-BC75-9858774DF852/17681/UU20Tahun2008UMKM.pdf

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. [Online]. [Diakses tanggal 17 Juni 2013]. Tersedia di

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248300B4-6CF9-4DF5-A674-0073B0A6168A/14396/UU_21_08_Syariah.pdf

Wahyu, Purhantara. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Website resmi Bank Indonesia . [Online]. [Diakses tanggal 29 April 2013]. Tersedia di (www.bi.go.id)

Yusuf Ahmad Mahmud (Yusuf as-Sabatin). (2009). Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis Ala Kapitalis. Bogor: Al-Azhar Press.


(1)

59

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegngah atau tinggi, orang yang berada dan orang pemerintahan,

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam triangulasi ini adalah:

1. Peneliti melakukan penelitian dengan wawancara, observasi serta studi dokumenter.

2. Setelah peneliti selesai melakukan penelitian, peneliti akan memilih data yang dianggap penting dari hasil wawancara dengan informan di Bank BJB Syariah maupun dengan pihak MUI Jawa Barat.

3. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi. 4. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan dokumen terkait. 5. Jika hasil wawancara dengan observasi dan dokumen terkait tidak

relevan, maka peneliti akan melakukan wawancara ulang dengan informan untuk mengkonfirmasi perbedaan tersebut.

6. Setelah mendapat kecocokan antara hasil wawancara, observasi dan dokumen terkait, selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang diuraikan pada bab hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Produk rahn emas di Bank BJB Syariah menggunakan tiga akad yaitu akad qardh, akad rahn dan akad ijarah. Biaya ijarah pada produk rahn emas di Bank BJB Syariah ini ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan dan lama gadainya. Biaya ijarah digunakan utuk menutupi biaya operasional bank seperti biaya overhead,cost of fund bank dan juga keuntungan bank.

2. Dalam penentuan biaya ijarah rahn emas, Bank BJB Syariah menentukannya dari harga standar emas yang ditetapkan bank, berat emas yang digadaikan dan lama gadainya. Biaya ijarah ini dihitung dengan rumus: tarif ijarah x berat emas x lama gadai. Adapun mengenai perlakuan akuntansi biaya ijarah, Bank BJB Syariah menggunakan acuan yang dinamakan PAPSI yang didasarkan pada PSAK 107. Biaya ijarah rahn emas diakui dengan metode cash basis yaitu pada saat bank menerima pembayaran dari nasabah. Yang menjadi obyek ijarah pada rahn emas adalah jasa penyimpanan emas yang digadaikan. Obyek ijarah tidak disusutkan karena berbentuk jasa. Piutang pendapatan diakui sebagai


(3)

103

pendapatan yang akan diterima. Denda yang diberlakukan atas keterlambatan pembayaran diakui sebagai qardhul hasan atau dana kebajikan yang nantinya akan disalurkan dalam bentuk zakat. Dalam laporan keuangan, biaya ijarah ini disajikan di laporan laba/rugi dalam pos pendapatan margin piutang berbasis pembiayaan dan sewa

3. Penentuan biaya ijarah di Bank BJB Syariah sudah sesuai dengan pedoman atau SOP yang digunakan, juga sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor. 26 Tentang rahn emas yaitu ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan, bukan berdasarkan jumlah pinjaman yang diberikan kepada nasabah. Besarnya tarif ijarah di Bank BJB Syariah berubah-ubah setiap periodenya, ini disebabkan karena menyesuaikan dengan harga pasar emas. Akan tetapi untuk penggunaan tiga akad dalam produk rahn emas ini tidak sesuai, karena penggunaan tiga akad dalam satu transaksi tidak diperbolehkan dalam aturan syariah.

Perlakuan akuntansi terhadap biaya ijarah rahn emas di Bank BJB Syariah mengacu kepada PSAK 107, akan tetapi tidak semua poin-poin yang ada di dalam PSAK 107 dapat diterapkan, karena di dalam PSAK 107 ini banyak membahas mengenai ijarah muntahiyah bittamlik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:


(4)

104

1. Pada produk rahn emas ini hendaknya Bank BJB Syariah mengganti penggunaan tiga akad menjadi satu akad saja yaitu rahn. Karena menurut pakar syariah, penggunaan tiga akad dalam satu transaksi tidak diperbolehan dalam Islam. Selain itu dalam membuat suatu kebijakan maupun produk, pihak bank harus lebih sering berkoordinasi dan melibatkan DPS atau DSN agar keputusan yang dibuat tidak bertentangan dengan syariat Islam,

2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa dengan subyek yang sama, penulis mendapat temuan bahwa di Bank BJB Syariah terdapat

kasus transaksi ‘Beli Gadai’. Dimana nasabah membeli emas di bank,

kemudian digadaikan. Dalam kasus ini nasabah tidak membayar emasnya secara tunai, tetapi membayar dengan uang hasil gadai dari emas tersebut. Untuk peneliti selanjutnya kasus ini bisa diteliti lebih lanjut, karena menarik untuk dibahas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan Terjemahan

Abdul Rahman Ghazali, dkk. (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Adiwarman Karim. (2003). Bank Islam, Analisis Fiqh Dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia.

Burhan Bungin. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Cecep Maskanul Hakim. (2011). Belajar Mudah Ekonomi Islam: Catatan Kritis Terhadap Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Tangerang: Penerbit Shuhuf Media Insani.

Fatwa DSN Nomor 09/DSNMUI/ IV 2000. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://www.bapepam.go.id/syariah/fatwa/pdf/09-ijarah.pdf

Fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2002_25.pdf

Fatwa DSN Nomor 26/DSN-MUI/III/2002. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2002_26.pdf

Fatwa DSN Nomor 56/DSN-MUI/V/2007 56/DSN-MUI/V/2007. [Online]. [Diakses tanggal 30 April 2013]. Tersedia di

http://hukum.unsrat.ac.id/inst/dsn2007_56.pdf

Hendi Suhendi. (2005). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Edisi kedua.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Jakarta: Graha Akuntan.

Laili Soraya. (2010). Penerapan Penentuan Biaya Ijarah dalam Sistem Gadai Syariah di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan (Analisis Terhadap Transaksi Nasabah Tentang Besarnya Tarif Ijarah di Perum Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran Pekalongan). Skripsi Prodi Ekonomi Islam Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.


(6)

M. Agus Rosyadi. (2012). Penerapan Akad Ijarah pada Gadai Syariah (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Syariah Kantor Cabang Pegadaian Syariah Kramat). Tesis Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia Depok.

Moleong, Lexy. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ketigapuluh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad Syafi’i Antonio. (2001). Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik.

Jakarta: Gema Insani Press.

Nasrun Haroen. (2000). Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Siti Mukaromah. (2008). Analisis Hukum Islam Terhadap Mekanisme Gadai di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Landungsari. Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Al-Ahwal Al-Syahsiah Universitas Islam Negeri Malang.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. [Online].[Diakses tanggal 23 Juni 2013]. Tersedia di http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454A-BC75-9858774DF852/17681/UU20Tahun2008UMKM.pdf

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. [Online]. [Diakses tanggal 17 Juni 2013]. Tersedia di

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248300B4-6CF9-4DF5-A674-0073B0A6168A/14396/UU_21_08_Syariah.pdf

Wahyu, Purhantara. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Website resmi Bank Indonesia . [Online]. [Diakses tanggal 29 April 2013]. Tersedia di (www.bi.go.id)

Yusuf Ahmad Mahmud (Yusuf as-Sabatin). (2009). Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis Ala Kapitalis. Bogor: Al-Azhar Press.