OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAERAH IRIGASI CIPUSPA DESA CICUKANG KECAMATAN PURABAYA KABUPATEN SUKABUMI : Operation And Maintenance Irrigation Network On Cipuspa Irrigation Channel Area Countryside Cicukang Subdistrict Purabaya Sukabumi Distr

(1)

OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

DAERAH IRIGASI CIPUSPA DESA CICUKANG KECAMATAN

PURABAYA KABUPATEN SUKABUMI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Teknik Sipil

oleh :

Azwar Wahirudin 1002284

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Operasi dan Pemeliharaan Jaringan

Irigasi Daerah Irigasi Cipuspa Desa

Cicukang Kecamatan Purabaya

Kabupaten Sukabumi

Oleh Azwar Wahirudin

Sebuah Tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Azwar Wahirudin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Nama : AZWAR WAHIRUDIN

NIM : 1002284

OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAERAH IRIGASI CIPUSPA DESA CICUKANG KECAMATAN PURABAYA KABUPATEN

SUKABUMI

DISETUJUI DAN DISAHKAN :

Pembimbing

Drs. Sukadi Mpd, MT.

NIP. 19640910 199101 1 002

MENGETAHUI :

Ketua Jurusan

Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI

Drs. Budi Kudwadi MT..

NIP. 19630622 199001 1 001

Ketua Prodi D3 Teknik Sipil FPTK UPI

Drs. Odih Supratman ST, MT.


(4)

OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAERAH IRIGASI CIPUSPA DESA CICUKANG KECAMATAN PURABAYA KABUPATEN

SUKABUMI

(OPERATION AND MAINTENANCE IRRIGATION NETWORK ON CIPUSPA IRRIGATION CHANNEL AREA COUNTRYSIDE CICUKANG

SUBDISTRICT PURABAYA SUKABUMI DISTRICT)

Azwar Wahirudin

1002284

ABSTRAK

Jaringan irigasi Cipuspa merupakan jaringan irigasi baru, yang dibangun pemerintah Kabupaten Sukabumi pada tahun 2012, daerah irigasi Cipuspa memiliki luas total daerah yang diairi 130 Ha. Dengan dibangunnya jaringan irigasi tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air petani dan meningkatkan intensitas tanaman yang berpotensi khususnya tanaman padi, sehingga produktivitas hasil pangan dapat memenuhi harapan.

Guna mempertahankan fungsi dari jaringan irigasi Cipuspa tersebut, agar berfungsi seperti yang diharapkan secara berkelanjutan, maka perlu adanya usaha untuk terus mempertahankan fungsi jaringan irigasi tersebut. Usaha tersebut meliputi operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang tepat, sehingga Jaringan Irigasi Daerah irigasi Cipuspa tersebut dapat berfungsi secara optimal sebagaimana fungsi yang di rencanakan, yaitu dapat memenuhi kebutuhan air bagi petani di daerah tersebut.


(5)

ABSTRACT

Cipuspa irrigation channel is a new irrigation system, which is built by the government of Sukabumi in 2012, the area irrigated Cipuspa has a total area of 130 ha irrigated area. With the construction of irrigation channels are expected to meet the water needs of farmers and crops that could potentially increase the intensity of rice in particular, so that the productivity of food crops to meet the expectations.

In order to maintain the function of the Cipuspa irrigation channel, to function as expected in a sustainable manner, it is necessary to attempt to continue to maintain the function of the irrigation channel. The businesses include the operation and proper maintenance of irrigation channels, so the Regional Irrigation Irrigation Cipuspa can function optimally as functions in the plan, which can meet the needs of water for farmers in the area.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Pekerjaan O dan P Irigas ... 2

C. Batasan Kajian Tugas Akhir ... 3

D. Maksud dan Tujuan ... 4

E. Lokasi Daerah Irigasi Cipuspa ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II PEMBAHASAN LOKASI A. Bendung dan Pelengkapnya ... 6

B. Bangunan Irigasi ... 11

BAB III PEDOMAN O DAN P JARINGAN IRIGASI A. Operasi Jaringan Irigasi ... 14

B. Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 21

C. Peran Serta P3A Dalam O dan P Jaringan Irigasi ... 24

D. Kebutuhan Air Irigasi ... 25

E. Bangunan Bagi ... 30

F. Alat Ukur Debit ... 32

G. Sistim Golongan Pembagian Air ... 35

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN A. Daerah Layanan ... 36

B. Ketersediaan Air ... 37


(7)

D. Model Operasi ... 40

E. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja ... 46

F. Operasi Jaringan Irigasi Cipuspa ... 49

G. Pemeliharaan Jaringan Irigasi Cipuspa ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah yaitu swasembada pangan. Oleh karena itu sangat di perlukan suatu sistem irigasi, guna mencukupi kebutuhan air bagi para petani secara merata, maka pemerintah terus menggalakan pembangunan di bidang pertanian khususnya irigasi.

Dengan di galakannya program tersebut, di harapkan kebutuhan dan ketersediaan air untuk pertanian dapat tercukupi, sehingga tidak terjadi kekurangan air yang dapa mengakibatkan penurunan jumlah dan kualitas pangan. Untuk mencapai tujuan dari suatu sistem irigasi tersebut, maka perlu adanya suatu pengelolaan pengoprasian dan pemeliharaan jaringan irigasi yang baik dan efektif, sehingga dapat menjamin ketersediaan air bagi petani secara berkelanjutan.

Salah satu upaya dalam pengelolaan suatu jaringan irigasi yaitu dengan kebijakan pemerintah yang intinya adalah suatu jaringan irigasi pemerintah yang memiliki luas kurang dari 500 Ha, maka secara bertahap pengelolaannya akan diserahkan kepada masyarakat, dalam hal ini adalah kepada masyarakat petani pengguna air irigasi (P3A), sehingga peran serta P3A akan sangat penting agar pengelolaan suatu jaringan irigasi dapat berfungsi secara efektif dan efisien. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara pemerintah dalam hal ini dinas perairan dan irigasi setempat dengan kelompok petani pengguna air (P3A) dalam pengelolaan jaringan irigasi. Kelompok P3A perlu secara detail memberikan informasi kepada tim teknis terkait bagian-bagian jaringan irigasi yang harus diperbaiki dan direhabilitasi, sehingga fungsi dari jaringan irigasi tersebut dapat dimanfaatkan secara berlanjut.

Jaringan irigasi Cipuspa merupakan jaringan irigasi baru, yang dibangun pemerintah Kabupaten Sukabumi pada tahun 2012, daerah irigasi Cipuspa


(9)

memiliki luas total daerah yang diairi 130 Ha. Dengan dibangunnya jaringan irigasi tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air petani dan meningkatkan intensitas tanaman yang berpotensi khususnya tanaman padi, sehingga produktivitas hasil panan dapat memenuhi harapan.

Guna mempertahankan fungsi dari jaringan irigasi Cipuspa tersebut, agar berfungsi seperti yang diharapkan secara berkelanjutan, maka perlu adanya usaha untuk terus mempertahankan fungsi jaringan irigasi tersebut. Usaha tersebut meliputi operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang tepat, sehingga Jaringan Irigasi Daerah irigasi Cipuspa tersebut dapat berfungsi secara optimal sebagaimana fungsi yang di rencanakan, yaitu dapat memenuhi kebutuhan air bagi petani di daerah tersebut.

B. IDENTIFIKASI PEKERJAAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

IRIGASI

Dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, pekerjaan yang di laksanakan meliputi pekerjaan OP di bendung, yaitu pekerjaan OP di Pintu Pengambilan Utama (intake) dan OP di Pintu Penguras.

Kegiatan operasi jaringan irigasi meliputi :

 Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam,dll)

 Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit.

 Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll.

 Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan : membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu).

 Pekerjaan mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan datangnya debit sungai banjir.

 Pekerjaan mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur.


(10)

 Koordinasi antar instansi terkait.

 Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi. Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi meliputi :

 Pengamanan Jaringan Irigasi

 Pemeliharaan Rutin

 Pemeliharaan Berkala

 Penanggulangan/Perbaikan Darurat

C. BATASAN KAJIAN TUGAS AKHIR

Pemeliharaan jaringan irigasi adalah kegiatan perawatan rutin berkala dan perbaikan atau penggantian bagian yang rusak, sehingga berfungsi mempertahankan jaringan irigasi. Kekurangan air pada musim kemarau dapa menggangu kebutuhan air untuk tanaman, sehingga memerlukan alternatif pengaturan dan pendistribusian air secara efisien yang memenuhi kebutuhan minimal pada musim kemarau.

Agar pemanfaatan air menjadi optimal, dan pembagian air dapat merata ke setiap area irigasi, maka perlu adanya sistem pengelolaan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi. Dengan suatu sistem pengelolaan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi yang baik, dapat menjaga agar pasokan air yang dibutuhkan untuk pengairan area irigasi dapat terjamin dan berkelanjutan.

Kekurangan air di musim kemarau dapat menggangu kebutuhan air untuk tanaman, sehingga memerlukan pengatur dan pendistribusian air secara efisien yang dapat memenuhi kebutuhan.

Ditinjau dari kondisi tersebut maka perlu adanya batasan kajian dalam tugas akhir ini, yaitu akan lebih dalam mengkaji tentang bagaimana cara sistem pembagian air agar efektif dan merata, sehingga kebutuhan air bagi petani dapat terpenuhi.


(11)

D. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari kajian ini adalah mengetahui kebutuhan air irigasi di lapangan dan menentukan pola pengaturan pendistribusian debit yang optimal.

Dengan penggunaan air yang optimal, maka kebutuhan air untuk petani dapat terpenuhi, sehingga air tidak akan terbuang secara percuma.

E. LOKASI DAERAH IRIGASI CIPUSPA

Bendung Cipuspa terletak di Desa Cicukang, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi. Bendung Cipuspa berjarak ±60 km dari kantor Dinas PSDA Kab. Sukabumi, ±72 km dari kantor UPTD Pengairan dan Irigasi Kab. Sukabumi dan ±120 km dari kantor Kabupaten Sukabumi. Daerah yang dialiri oleh jaringan irigasi cipuspa untuk sawah seluas ±130 ha, meliputi 13 petak tersier di Kec. Purabaya.

Gambar 1.1. Peta Lokasi Daerah Irigasi Cipuspa


(12)

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam Tugas Akhir ini, dipergunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Mengenai latar belakang, identifikasi pekerjaan operasi dan pemeliharaan, batasan kajian, maksud dan tujuan, lokasi dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN LOKASI

Berisikan mengenai kajian lokasi dari jaringan irigasi cipuspa, gambaran umum dilapangan tentang keadaan bendung dan pelengkapnya, saluran irigasi, dan bangunan dari jaringan irigasi cipuspa.

BAB III PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

Berisikan mengenai cara-cara dan panduan dalam pengelolaan pengoperasian dan pemeliharaan dan jaringan irigasi, serta perhitungan debit efektif.

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan mengenai pembahasan tentang masalah yang di kaji di tugas akhir ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan rangkuman mengenai pokok pembahasan dari seluruh bab, serta mengenai saran dan rekomendasi dari seluruh permasalahan.

DAFTAR PUSTAKA


(13)

BAB IV

KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. DAERAH LAYANAN

Daerah Irigasi Cipuspa memiliki area seluas 130 Ha, dengan sumber air irigasi berasal dari Sungai Cibeber yang melalui pintu Intake bendung Cipuspa. Jaringan Irigasi Cipuspa memiliki saluran primer sepanjang 4 km di Desa Cicukang, dan direncanakan untuk mengairi 13 petak tersier seluas total 130 Ha.

Daerah sawah yang harus dilayani adalah seluas 130 Ha, di bagi dengan menggunakan oncoran dan bangunan sadap, yang terdiri dari 4 oncoran dan 8 bangunan sadap. 4 oncoran tersebut adalah oncoran B CP 1.1, B CP 1.2, B CP 1.3, B CP 2.1, dan 8 bangunan sadap adalah sadap B CP 1, B CP 2, B CP 3, B CP 4, B CP 5, B CP 6, B CP 7, B CP 8. Berikut luas daerah yang harus dilayani dan kebutuhan debitnya :

Tabel. 4.1. Data Teknis Saluran Pada Jaringan Irigasi Cipuspa

No Nama

Bangunan Jenis

Luas Areal Sawah

(Ha)

Debit yang di butuhkan (m3/dt) 1 B CP 1.1 Oncoran 1,00 0,002 2 B CP 1.2 Oncoran 1,50 0,003 3 B CP 1.3 Oncoran 2,00 0,003 4 B CP 2.1 Oncoran 2,00 0,003 5 BCP. 1 Bangunan Sadap 4,50 0,008 6 BCP. 2 Bangunan Sadap 11,00 0,019 7 BCP. 3 Bangunan Sadap 24,00 0,042 8 BCP. 4 Bangunan Sadap 26,00 0,045 9 BCP. 5 Bangunan Sadap 18,00 0,031 10 BCP. 6 Bangunan Sadap 17,00 0,030 11 BCP. 7 Bangunan Sadap 13,00 0,023 12 BCP. 8 Bangunan Sadap 10,00 0,017


(14)

B. KETERSEDIAAN AIR

Ketersediaan air di Sungai Cibeber sangat melimpah, yaitu keseluruhan total debit di sungai sebesar 5110 liter/detik, sedangkan debit yang masuk dan tersedia di bendung sebesar 321 liter/detik, dan debit yang masuk kesaluran pengambilan bendung (intake) sebesar 139 ltr/dtk. Kehilangan debit air di setiap saluran irigasi adalah sebesar 18 ltr/dtk, (sumber : Dinas PSDA Kab. Sukabumi.

Januari 2013). sehingga ketersediaan air di masing-masing saluran primer D.I

Cipuspa berbeda-beda. Berikut ketersediaan air di saluran D.I irigasi Cipuspa : Dengan kehilangan air di setiap saluran adalah 18 ltr/dtk

Tabel. 4.2. Data Ketersediaan Air Di Sungai, Bendung dan Pintu Intake

Ketersediaan Air l/dt m3/dt

Di Sungai 5110 5,11

Di Intake 139 0,139

sumber : Dinas PSDA Kab. Sukabumi, Januari 2013

Tabel. 4.3. Data Ketersediaan Air di Masing-masing Saluran

Ketersediaan Air Di

Saluran l/dt m3/dt

BCP 1 139 0,139

BCP 2 121 0,121

BCP 3 103 0,103

BCP 4 85 0,085

BCP 5 67 0,067

BCP 6 49 0,049

BCP 7 31 0,031

BCP 8 13 0,013

sumber : Dinas PSDA Kab. Sukabumi, Januari 2013

C. PEMBERIAN AIR

1. Rencana Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan

Kebutuhan air di pintu pengambilan untuk mengairi sawah yang memasuki musim tanam I, periode 1 - 15 Februaru 2013, seluas 130 Ha pada bulan februari, keadaan tanaman padi yaitu pada saat masa pertumbuhan, jadi rencana air yang


(15)

dibutuhkan pada pintu pengambilan disesuaikan dengan keadaan tanaman padi adalah sebesar :

Tabel. 4.4. Rencana Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan Pada Musim Tanam I

Periode 1 15 Februari

No Uraian

SKA di sawah (l/dt/ha) Juru : Cipuspa

MT 1 MT 2 / MT 3

Usulan Luas Tanam (ha) Kebutuhan air di sawah (l/dt)

1 Padi Rendeng

a). Pengolahan tanah + Persemaian 1,25 - -

b). Pertumbuhan 0,725 130 94,25

c). Panen 0 - -

2 Palawija

a). Yang perlu banyak air 0,3 - -

b). Yang perlu sedikit air 0,2 - -

3 Gadu tanpa ijin - -

4 lain-lain - -

5 jumlah di sawah (m3/dt) - 94,25

6 faktor tersier 1,25 1,25

7 kebutuhan air di pintu tersier 118

sumber : Dinas PSDA Kab. Sukabumi, Januari 2013

Tabel. 4.5. Rencana Kebutuhan Air pada Periode Masa Tanam tersebut

Kebutuhan Air Liter/detik

Di pintu tersier (Qt) 118

Lain-lain (Qt) 0

Q hilang di sal. Induk/sek (Qh) 18

Debit suplesi (Qs) -

Di bangunan bagi (Qb) 136

Debit diberikan (Qlt/Qlb) 136


(16)

2. Perhitungan Faktor “K”

Faktor “K” adalah perbandingan antara air yang tersedia dengan air yang

dibutuhkan tanaman. Berikut perhitungan faktor K :

Tabel. 4.6. Perhitungan Faktor K a. Debit yang diperlukan

No Kode Debit D.I.

Cipuspa

1.1 Qt dipintu tersier 118

1.2 Ql keb. Lain-lain 0

1.3 Qh hilang 18

Jumlah 136

1.4 Qs suplesi 0

1.5 Qb di bendung 136

b. Debit tersedia

No Tanggal Faktor K (rata-rata) m3/detik

2.1 1 s/d 15 0,321

c. Debit dialirkan

No Neraca Debit (l/dtk)

3.1 Tersedia (Qrs) (b) 321

3.2 Diperlukan (Qb) (a) 136

Debit dialirkan Qa (l/dtk)

d. Perhitungan Faktor “K”

No Kode Debit (l/dtk)

4.1 Qa 136

4.2 Qs 0

4.3 Ql 0

4.4 Qh 18

4.5 (c) = (4.1 + 4.2) 136 4.6 (d) = (4.3 + 4.4) 18 4.7 Selisih = (c) - (d) 118

4.8 Qt 118


(17)

D. MODEL OPERASI

Model operasi yang akan dibahas adalah model operasi pemberian air

secara rotasi per golongan mengacu pada buku “Irigasi dan Bangunan Air” yang

di terbitkan oleh Gunadarma, disini dijelaskan rotasi pemberian air dilakukan pada saat ketersediaan air mencukupi 100 % kebutuhan untuk sawah, pada saat ketersediaan air 65 % dan pada saat ketersedian air 35%. Di analisis untuk masa tanam I, periode 1 – 15 februari.

1. Kebutuhan Air Per Periode

Untuk merencanakan rotasi pembagian air untuk irigasi, pertama harus mengetahui berapa banyak kebutuhan air yang dibutuhkan per bangunan sadap bagi sawah.

Kebutuhan Air Pada Periode Ini :

Tabel. 4.7. Rencana Kebutuhan Air pada Periode Masa Tanam II

Periode 1 15 Februari 2013

No Nama

Bangunan

Luas Areal Sawah (Ha)

Debit yang di butuhkan (m3/dt)

1 BCP. 1 11,00 0,02

2 BCP. 2 11,00 0,02

3 BCP. 3 24,00 0,041

4 BCP. 4 26,00 0,012

5 BCP. 5 18,00 0,023

6 BCP. 6 17,00 0,010

7 BCP. 7 13,00 0,007

8 BCP. 8 10,00 0,006

sumber : Dinas PSDA Kab. Sukabumi, Januari 2013

Sedudah kita mengetahui berapa jumlah kebutuhan air yang di butuhkan di lapangan pada periode ini, selanjutnya kelompokkan bangunan sadap mana saja yang akan di airi, sehingga mudah untuk melakukan rotasi. Golongan 1 meliputi bangunan sadap BCP 1, BCP 2 dan BCP 3 seluas 46 Ha, yang memerlukan debit sebesar 0,074 m3/dtk. Golongan 2 meliputi BCP 4 dan BCP 5 seluas 44 Ha, yang memerlukan debit air sebesar 0,038 m3/dtk dan Golongan 3 meliputi BCP 6, BCP 7 dan BCP 8 seluas 40 Ha, memerlukan debit air sebesar 0,025 m3/dtk.


(18)

Tabel. 4.8. Pembagian Golongan Rotasi Rencana Pemberian Air

Golongan Nama Sadap Luas (Ha) Debit diperlukan (m3/dt) 1 BCP 1, BCP 2, BCP 3

46,00 0,081

2

BCP 4, BCP 5

44,00 0,035 3 BCP 6, BCP 7, BCP 8

40,00 0,023

2. Pemberian Air Bila Q = 100 %

Pemberian air secara terus menerus dapat dilakukan selama Qtersedia > 65% > Qdibutuhkan. (Q100% = 0,139 m3/detik).

Pemberian air jika Q = 100% maks

3. Pemberian Air Bila Q = 65 %

Pemberian bila Q = 65% Q maks = 65/100 x 0,139 = 0,09035 m3/dtk Qtersedia < Qdibutuhkan maka pemberian air harus dengan sistem rotasi, dengan

cara yang diuraikan dibawah ini :

Periode I = Golongan 1 dan 2 diairi Luas G1 + G2 = 90 Ha

Golongan 1 = 46/90 x 0,09035 m3/dtk = 0,0462 m3/detik Golongan 2 = 44/90 x 0,09035 m3/dtk = 0,0441 m3/detik Periode II = Golongan 1 dan 3 diairi

Luas G1 + G3 = 86 Ha

Golongan 1 = 46/86 x 0,09035 m3/dtk = 0,0483 m3/detik Golongan 3 = 40/86 x 0,09035 m3/dtk = 0,0420 m3/detik


(19)

Periode III = Golongan 2 dan 3 diairi Luas G2 + G3 = 84 Ha

Golongan 2 = 44/84 x 0,09035 m3/dtk = 0,0473 m3/detik Golongan 3 = 40/84 x 0,09035 m3/dtk = 0,0430 m3/detik

4. Pemberian Air Bila Q = 35 %

Pemberian air jika Q = 35% dari Qtersedia,

maka Qmaks = 0,35 x 0,139 m3/dt = 0,04865 m3/dt

Bila air yang tersedia 0,04865 m3/dt, maka hanya cukup untuk mengairi satu golongan petak tersier saja secara bergiliran. Jadi 1 golongan dibuka dan 2 golongan ditutup.

5. Perhitungan Jam Rotasi

Rotasi I (untuk Qtesedia ≤ 100%)

Semua petak dapat diari secara bersamaan

Rotasi II (untuk Qtersedia≤ 65%)

2 Golongan di buka dan 1 Golongan ditutup

G1 + G3 = (46 + 40) / (130) x 168 = 111 jam ≈ 5 hari G1 + G2 = (46 + 44) / (130) x 168 = 116 jam ≈ 5 hari G2 + G3 = (44 + 40) / (130) x 168 = 108 jam ≈ 4 hari Rotasi III (untuk Qtersedia≤ 35%)

1 Golongan dibukua dan 2 Golongan ditutup

G1 = ( 46 / 130 ) x 168 = 59 jam = 2 hari 11 jam ≈ 2 hari G2 = ( 44 / 130 ) x 168 = 57 jam = 2 hari 9 jam ≈ 2 hari G3 = ( 40 / 130 ) x 168 = 52 jam = 2 hari 4 jam ≈ 2 hari


(20)

Tabel. 4.9. Rencana Rotasi Pemberian Air Secara Rotasi

Keterangan :

Pada rotasi II bukaan pintu dimulai pukul 10.00 waktu setempat, sedangkan untuk rotasi III bukaan pintu sadap dimulai pada pukul 13.00 waktu setempat.

Gol 1 dan Gol 2 sawah pada masa pengolahan lahan, jadi memerlukan air yang banyak, sehingga jam rotasi yang lebih lama. Sedangkan pada Gol 3 sawah sudah memasuki masa pertumbuhan, maka air yang dibutuhkan lebih sedikit dari yang dibutuhkan Gol 1 dan Gol 2, sehingga jam rotasi pun lebih pendek dari jam rotasi Gol 1 dan Gol 2

6. Bukaan Pintu

Bukaan pintu berhubungan dengan tingkat kebutuhan debit yang dibutuhkan masing-masing di petak sawah, dengan adanya rencana debit yang dibutuhkan, maka pengaturan bukaan pintu sangat penting untuk memperoleh efisiensi dalam pemberian air, berikut perhitungan rencana bukaan pintu pada masing-masing bangunan sadap, berdasarkan debit yang di butuhkan pada bangunan sadap tersebut,


(21)

Dengan menggunakan rumus (3.10) perhitungan debit pintu sorong :

Q = Kμab √

Dimana :

Q = debit (m3/dt)

K = faktor aliran tenggelam

μ = koefisien debit (0,85) a = bukaan pintu (m) b = lebar pintu (m)

g = percepaan gravitasi (9,81 m/dt2)

hl = kedalaman air didepan pintu di atas ambang (m)

Contoh perhitungan di BCP 0 (Pintu Intake) : b = 0,7 m

Q = 0,136 m3/detik K = 1

μ = 0,85 g = 9,81 m/dt2 hl = 0,5 m

Maka untuk mencari bukaan pintu (a), rumus yang digunakan menjadi: a =

a=


(22)

Gambar 4.1. Sketsa Bukaan Pintu di BCP. 0 (Pintu Intake)

Keterangan Gambar : Dimana :

Q = debit (m3/dt) a = bukaan pintu (m) b = lebar pintu (m)

hl = kedalaman air didepan pintu di atas ambang (m)

t = tinggi pintu (m)

Q = 0,136 m3/detik b = 0,7 m

hl = 0,5 m


(23)

Dengan menggunakan rumus yang sama, untuk perhitungan bukaan pintu lainnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel. 4.10. Rencana Bukaan Pintu Berdasarkan Kebutuhan Air Pada Masa

Tanam I

Periode 1 15 Februari 2013

No Bangunan Jenis Pintu Debit Perlu (m3/dt)

Faktor

K μ

b (m)

g (m/dt2)

h1

(m) a (m) a (cm) 1 Intake Sorong 0,136 1 0,85 0,7 9,8 0,5 0,07 7 1 BCP. 1 Sorong 0,02 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,03 3 2 BCP. 2 Sorong 0,02 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,03 3 3 BCP. 3 Sorong 0,04 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,07 7 4 BCP. 4 Sorong 0,01 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,02 2 5 BCP. 5 Sorong 0,03 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,05 5 6 BCP. 6 Sorong 0,01 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,02 2 7 BCP. 7 Sorong 0,01 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,02 2 8 BCP. 8 Ka Sorong 0,002 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,003 1 9 BCP. 8 Ki Sorong 0,004 1 0,85 0,5 9,8 0,1 0,007 1

sumber : Perhitungan analisis data

E. ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA

Kebutuhan tenaga kerja untuk pengoperasian bukaan pintu air pada bangunan sadap ini sangat penting untuk di rencanakan, karena mampu mempengaruhi kinerja dan fungsi dalam pemberian air secara tepat dan merata.

Untuk analisis kebutuhan tenaga kerja, disesuaikan dari keadaan lokasi jaringan irigasi ini, yaitu berada pada kontur tanah berbukit terjal dan keadaan sarana dan prasarana kurang memadai, seperti sarana transportasi dsb, sehingga dapat di ambil kesimpulan dan di asumsikan bahwa dengan keadaan sosial geografis tersebut.


(24)

Sehingga apabila 1 kelompok yang terdiri dari bagian juru pintu pengairan yang bertugas sebagai operator dan mandor yang bertugas sebagai pengawas juru, mampu menempuh jarak 1 km, dan jaringan irigasi Cipuspa ini memliki total panjang 4 km, maka perlu 3 kelompok untuk mengoperasikan jaringan irigasi ini.

Tabel. 4.11. Jarak Antar Bangunan Sadap Pada Jaringan Irigasi Cipuspa

No Nama Bangunan Jarak

(m) 1 BCP. 0 - BCP. 1 636,05

2 BCP.1 - BCP. 2 514,35

3 BCP.2 - BCP. 3 812,65

4 BCP.3 - BCP. 4 970,2

5 BCP.4 - BCP. 5 156,8

6 BCP.5 - BCP. 6 259,3

7 BCP.6 - BCP. 7 278,47

8 BCP7 - BCP. 8 372,18

Untuk lebih lengkapnya, berikut analisis kebutuhan tenaga kerja dan bangunan sadap yang dijaganya :

Berdasarkan pedoman analisis tenaga kerja operasi bendung :

1. Operasi Bangunan Bendung

Kegiatan membersihkan kotoran atau sampah yang terbawa aliran air, menutup kebocoran akibat binatang air, mengarahkan aliran air.

1 m2 permukaan bidang sekitar bendung (100 m ke hulu dan ke hilir bendung) yaitu pembersihan dibagian kiri dan kanan sekitar bendung termasuk tubuh bendung, pelimpah, peredam energi, intake, bangunan pembilas, tembok pangkal bendungan, tembok sayap hulu-hilir, lantai udik, kantong sedimen.

2. Operasi Bangunan Ukur dan Intake

1 sampai 5 buah bangunan ukur dan pengatur (yang berada radius jangkauan 250 m) pada bangunan intake per-bulan, yang meliputi pengoperasian pintu intake, mencatat tinggi muka air dan mengatur pengaliran air ke saluran pembawa dari pintu intake.


(25)

3. Operasi Bangunan Pembilas

1 buah bangunan pembilas pada bendung per-bulan, yang meliputi pengoperasian pintu intake, memantau sedimen yang tertahan di bagian hulu bendung, mencatat dan mengatur pembilasan sesuai jadwal yang direncanakan, atau juga mencangkul sedimen yang terendapkan di depan pintu pembilas.

Maka kebutuhan tenaga kerja berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.12. Kebutuhan Tenaga Kerja

Kelompok Bertugas di Bangunan

Jarak Tempuh

(m)

Tenaga Kerja (org) 1 BCP. 0, BCP. 1 dan BCP. 2 1150,4 3 2 BCP. 3, BCP. 4 dan BCP. 5 1127 3 3 BCP. 6, BCP. 7 dan BCP. 8 650,65 2

Keterangan :

Bendung BCP. 0 dan bangunan sadap BCP. 1, BCP. 2 dengan jarak tempuh 1150,04 meter, di atur pengopreasaiannya oleh 3 orang petugas, dalam hal ini petugas yang di perdayakan adalah dari P3A. Di sekitar jaringan irigasi dai BCP. 0 sampai BCP. 2 terdapat 1 bendung, 2 bangunan sadap, 1 intake, 4 oncoran, dan 2 saluran penguras.

Bangunan sadap BCP. 3, BCP. 4 dan BCP. 5 dengan jarak tempuh 1127 meter di atur pengoperasiannya oleh 3 orang. Disekitar BCP. 3 sampai BCP. 5 terdapat 1 penguras dan 3 bangunan sadap.

Bangunan sadap BCP. 6, BCP. 7 dan BCP. 8 dengan jarak tempuh 650,65 meter diatur pengoperasiannya oleh 2 orang. Disekitar BCP. 6 sampai BCP. 8 terdapat 3 bangunan sadap.

Sehingga total kebutuhan tenaga kerja dalam mengatur dan mengoperasikan jaringan irigasi, yaitu sebanyak 8 orang petugas dari P3A/dari dinas PSDA, dengan 3 ketua regu pengaturan nya pada masing-masing pembagian.


(26)

F. OPERASI JARINGAN IRIGASI CIPUSPA 1. Operasi Pintu Pengambilan Utama (Intake)

a. Pada saat banjir atau pada saat kandungan endapan di sungai tinggi, pintu penggambilan ditutup.

b. Tinggi muka air di hulu bendung tidak boleh melampaui puncak banjir atau elevasi yang ditetapkan.

c. Endapan di hulu bendung sewaktu-waktu harus di bilas.

d. Elevasi muka air di hulu bendung di catat dua kali sehari atau tiap jam di musim banjir.

e. Debit air yang masuk kesaluran di catat setiap kali terjadi perubahan.

2. Operasi Bangunan Pembilas

Pada operasi bangunan pembilas terdapat 3 cara, yaitu : a. Operasi Kolam Tenang (still pond regulation)

Pada cara ini semua pintu pembilas ditutup. Hanya jumlah air yang diperlukan saluran yang dialirkan kedalam kantong pembilas, selebihnya dialirkan di bagian lain dari bangunan utama.

Endapan dibiarkan mengendap di dalam kantong pembilas sampai mencapai ketinggian kurang lebih 0,5 meter. Kemudian pintu pengambilan ditutup dan pintu pembilas dibuka untuk membersihkan kantong pembilas. Setelah kantong pembilas bersih, pintu pembilas ditutup kembali dan pintu pengambilan dibuka kembali untuk mengalirkan air ke saluran.

b. Operasi Kolam Semi Tenang

Pada cara ini air dialirkan ke dalam kantong pembilas lebih besar dari debit yang dialirkan kedalam saluran. Kelebihan air dialirkan ke hilir melalui pintu pembilas yang dibuka sebagian.

c. Operasi Pengaliran Terbuka

Pengoperasian semacam ini dilakukan dengan membuka penuh pintu pembilas. Dalam keadaan demikian akan banyak endapan masuk ke dalam saluran, dan dianjurkan semua pintu pengambilan ditutup.


(27)

3. Operasi Kantong Lumpur

a. Pengurasan Berkala

Pertama pintu saluran ditutup dengan demikian pengaliran di kantong lumpur terhenti dan permukaan air berangsur-angsur naik sampai sama dengan permukaan air dihilir bendung. Sesudah itu bukaan pintu pengambilan diatur sedemikian rupa agar debit yang masuk sama dengan debit yang dibutuhkan untuk pengurasan (sekitar 0,5 – 1,0 debit rencana ruangan), kemudian pintu penguras diangkat sepenuhnya.

Berdasarkan analisis data berikut :

Panjang kantong lumpur = 23,7 meter Kedalaman saluran = 1,21 meter Lebar saluran = 0,7 meter Tinggi tampungan lumpur maksimal = 0,47 meter

Gambar 4.2. Penampang Melintang Kantong Lumpur Pada Saluran Primer

Sehingga Volume tampungan maksimal sedimen adalah :


(28)

Jadi diperkirakan volume sedimen di kantong lumpur sebesar 7,8 m3 dapat terpenuhi selama 3 bulan, sehingga pengurasan berkala dilakukan setiap 3 bulan sekali.

4. Operasi Pada Bangunan Pengelak (Bendung)

Operasi bangunan pengelak merupakan operasi pengaliran air ke saluran jaringan irigasi dan merupakan kombinasi kegiatan operasional dari masing-masing bangunan seperti dijelaskan di atas.

Penjelasan mengenai berbagai operasi bangunan pengelak sebagai berikut :

a. Operasi Dalam Keadaan Muka Air Normal

Pengoperasian selama musim kemarau pada saat debit sungai yang disadap sama dengan rencana saluran, disarankan pintu pembilas ditutup penuh. Dalam keadaan ini dianjurkan menggunakan operasi kolam tenang, karena

air sungai relatif lebih bersih. Kelebihan air setelah debit saluran terpenuhi, dialirkan melalui pembilas sungai apabila bangunan utama dilengkapi dengan pembilas sungai atau apabila tidak ada dibiarkan melimpas melalui mercu bendung.

b. Operasi pada saat banjir tahunan dan banjir periode 20 tahun

Pengoperasian pintu harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah endapan masuk kedalam saluran dan terlampau banyak terjadi pengendapan di kantong pembilas. Apabila dalam pengamatan kegiatan operasi kolam tenang dapat berfungsi dengan baik, maka kegiatan ini dapat diteruskan bersamaan dengan pembilas endapan pada kantong pembilas. Apabila ada bangunan pembersih lumpur, pintu pembilas dapat dioperasikan sebagaimana pada pengoperasian debit normal.

Bila memungkinkan debit sungai melalui pembilas sungai, dengan debit pembilas sungai, dibuat lebih besar dan pada debit saluran ditambah debit pembilas atau Vs / Vp > 1.

c. Operasi pada saat banjir periode 50 dan 100 tahun

Pada saat banjir seperti ini, kandungan sedimen sangat tinggi dan dianjurkan pintu pengambilan ditutup penuh serta membuka pintu kantong pembilas


(29)

dan pintu pembilas sungai (jika ada) untuk menghindari sedimen masuk ke dalam saluran.

Pada saat itu air irigasi tidak diperlukan di sawah dan cukup dengan air hujan.

G. PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

1. Pengamanan Jaringan Irigasi

Adapun tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tahan pada lokasi ±500 m sebelah

hulu ±1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melarang memandikan hewan selain ditempat yang telah ditentukan.

c. Menetapkan garis sadapan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan didalam garis sempadan saluran.

e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol pokok-pokok batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

f. Memasang papan larangan untuk berkendara yang melinta jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan.

g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya. h. Melarang mendirikan bangunan atau menanam pohon di tanggul saluran

irigasi.

i. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi jaringan irigasi.

2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

a. Pemeliharaan Rutin

 Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu, minimal 2 minggu sekali.

 Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak, minimal 2 minggu sekali.


(30)

 Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran, dilakukan satu minggu sekali.

 Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur, dilakukan dan di cek 2 kali dalam seminggu pada setiap musim hujan, atau 1 kali dalam 2 minggu pada musim kemarau.

 Memelihara tanaman lindung disekiar bangunan dan di tepi luar tanggul saluran.

 Menutup lubang-lunbang bocoran kecil di saluran/bangunan.

 Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.

b. Pemeliharaan Berkala

Perbaikan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/GP3A/IP3A secaa swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara priodik. Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :

1. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan - Pengecatan pintu dilakukan setiap 1 tahun sekali.

- Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran dilakukan setiap 3 bulan sekali.

2. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan

- Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait. - Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya, dicek setiap 1

bulan sekali oleh dinas terkait.

- Perbaikan saluran, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait.

- Perbaikan pintu-pintu dan skot balk, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait.


(31)

- Perbaikan jalan inspeksi, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait.

- Perbaikan fasilitas pendung irigasi, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait.

3. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian - Penggantian pintu, pintu di ganti apabila rusak berat. - Penggantian alat ukur, di ganti apabila rusak berat. - Penggantian peil schall.

c. Perbaikan Darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (pengrusakan/penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan irigasi tetap berfungsi.

Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara gotong-royong, swakelola atau kontraktual, dengan menggunakan bahan yang tersedia di dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung, batu, pasir, bambu, dll)

Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabiliasi.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Jakarta : Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Analisa Harga Satuan

Pekerjaan Volume II : Bendung Bagian 3 Operasi dan Pemeliharaan,

Jakarta : PU Bidang SDA.

Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis

Volume II : Bendung Bagian 4 Operasi dan Pemeliharaan, Jakarta : PU

Bidang SDA.

Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis

Volume III : Jaringan Irigasi Bagian 4 Operasi dan Pemeliharaan, Jakarta

: PU Bidang SDA.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Jaringan Irigasi KP-01, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Bangunan Utama KP-02, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Saluran KP-03, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Bangunan KP-04, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Petak Tersier KP-05, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Exploitasi dan Pemeliharaan KP-08, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber

Daya Air.

Hadihardjaja, Joetata.Ir. et al. (1987). Irigasi dan Bangunan Air. Gunadarma : Jakarta.

Konsultan Manejemen Nasional Program P2DTK. (2008). Petunjuk Teknis

Perencanaan Desain Irigasi Pedesaan, Jakarta : PNPM.

Pamuji, Pasrah. (2007). Optimasi Pengelolaan Air Irigasi di Daerah Irigasi

Banjaran Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Skripsi pada Jurusan

Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto : tidak diterbitkan.


(33)

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2012, UPI, Bandung.

Verrizal A, Yordan dan Eka M, Yudha. (2010). Operasi dan Pemeliharaan

Daerah Irigasi Mrican Kiri Kab. Nganjuk Jawa Timur Cabang Dinas Lengkong (2,714 Ha), Tugas akhir D3 pada FTSP – ITS : tidak diterbitkan.


(1)

Jadi diperkirakan volume sedimen di kantong lumpur sebesar 7,8 m3 dapat terpenuhi selama 3 bulan, sehingga pengurasan berkala dilakukan setiap 3 bulan sekali.

4. Operasi Pada Bangunan Pengelak (Bendung)

Operasi bangunan pengelak merupakan operasi pengaliran air ke saluran jaringan irigasi dan merupakan kombinasi kegiatan operasional dari masing-masing bangunan seperti dijelaskan di atas.

Penjelasan mengenai berbagai operasi bangunan pengelak sebagai berikut :

a. Operasi Dalam Keadaan Muka Air Normal

Pengoperasian selama musim kemarau pada saat debit sungai yang disadap sama dengan rencana saluran, disarankan pintu pembilas ditutup penuh. Dalam keadaan ini dianjurkan menggunakan operasi kolam tenang, karena

air sungai relatif lebih bersih. Kelebihan air setelah debit saluran terpenuhi, dialirkan melalui pembilas sungai apabila bangunan utama dilengkapi dengan pembilas sungai atau apabila tidak ada dibiarkan melimpas melalui mercu bendung.

b. Operasi pada saat banjir tahunan dan banjir periode 20 tahun

Pengoperasian pintu harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah endapan masuk kedalam saluran dan terlampau banyak terjadi pengendapan di kantong pembilas. Apabila dalam pengamatan kegiatan operasi kolam tenang dapat berfungsi dengan baik, maka kegiatan ini dapat diteruskan bersamaan dengan pembilas endapan pada kantong pembilas. Apabila ada bangunan pembersih lumpur, pintu pembilas dapat dioperasikan sebagaimana pada pengoperasian debit normal.

Bila memungkinkan debit sungai melalui pembilas sungai, dengan debit pembilas sungai, dibuat lebih besar dan pada debit saluran ditambah debit pembilas atau Vs / Vp > 1.

c. Operasi pada saat banjir periode 50 dan 100 tahun

Pada saat banjir seperti ini, kandungan sedimen sangat tinggi dan dianjurkan pintu pengambilan ditutup penuh serta membuka pintu kantong pembilas


(2)

52

Azwar Wahirudin, 2013

Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Cipuspa Desa Cicukang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi

dan pintu pembilas sungai (jika ada) untuk menghindari sedimen masuk ke dalam saluran.

Pada saat itu air irigasi tidak diperlukan di sawah dan cukup dengan air hujan.

G. PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

1. Pengamanan Jaringan Irigasi

Adapun tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tahan pada lokasi ±500 m sebelah

hulu ±1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melarang memandikan hewan selain ditempat yang telah ditentukan.

c. Menetapkan garis sadapan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan didalam garis sempadan saluran.

e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol pokok-pokok batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

f. Memasang papan larangan untuk berkendara yang melinta jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan.

g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya. h. Melarang mendirikan bangunan atau menanam pohon di tanggul saluran

irigasi.

i. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi jaringan irigasi.

2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi a. Pemeliharaan Rutin

 Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu, minimal 2 minggu

sekali.

 Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak, minimal 2 minggu sekali.


(3)

 Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran, dilakukan satu minggu sekali.

 Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur, dilakukan dan di cek 2

kali dalam seminggu pada setiap musim hujan, atau 1 kali dalam 2 minggu pada musim kemarau.

 Memelihara tanaman lindung disekiar bangunan dan di tepi luar tanggul

saluran.

 Menutup lubang-lunbang bocoran kecil di saluran/bangunan.

 Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.

b. Pemeliharaan Berkala

Perbaikan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/GP3A/IP3A secaa swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara priodik. Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :

1. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan

- Pengecatan pintu dilakukan setiap 1 tahun sekali.

- Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran dilakukan setiap 3

bulan sekali.

2. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan

- Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan

pengatur, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait. - Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya, dicek setiap 1

bulan sekali oleh dinas terkait.

- Perbaikan saluran, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait.

- Perbaikan pintu-pintu dan skot balk, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait.


(4)

54

Azwar Wahirudin, 2013

Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Cipuspa Desa Cicukang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi

- Perbaikan jalan inspeksi, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait.

- Perbaikan fasilitas pendung irigasi, di cek setiap 1 bulan sekali sekali oleh dinas terkait.

3. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian

- Penggantian pintu, pintu di ganti apabila rusak berat. - Penggantian alat ukur, di ganti apabila rusak berat. - Penggantian peil schall.

c. Perbaikan Darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (pengrusakan/penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan irigasi tetap berfungsi.

Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara gotong-royong, swakelola atau kontraktual, dengan menggunakan bahan yang tersedia di dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung, batu, pasir, bambu, dll)

Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabiliasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Jakarta : Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Volume II : Bendung Bagian 3 Operasi dan Pemeliharaan, Jakarta : PU Bidang SDA.

Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume II : Bendung Bagian 4 Operasi dan Pemeliharaan, Jakarta : PU Bidang SDA.

Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi Bagian 4 Operasi dan Pemeliharaan, Jakarta : PU Bidang SDA.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi KP-01, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Bangunan Utama KP-02, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Saluran KP-03, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian Bangunan KP-04, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian Petak Tersier KP-05, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Departemen Pekerjaan Umum. (2011). Standar Perencanaan Irigasi Bagian

Exploitasi dan Pemeliharaan KP-08, Jakarta : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Hadihardjaja, Joetata.Ir. et al. (1987). Irigasi dan Bangunan Air. Gunadarma : Jakarta.

Konsultan Manejemen Nasional Program P2DTK. (2008). Petunjuk Teknis Perencanaan Desain Irigasi Pedesaan, Jakarta : PNPM.

Pamuji, Pasrah. (2007). Optimasi Pengelolaan Air Irigasi di Daerah Irigasi Banjaran Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Skripsi pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto : tidak diterbitkan.


(6)

Azwar Wahirudin, 2013

Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Cipuspa Desa Cicukang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2012, UPI, Bandung.

Verrizal A, Yordan dan Eka M, Yudha. (2010). Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Mrican Kiri Kab. Nganjuk Jawa Timur Cabang Dinas

Lengkong (2,714 Ha), Tugas akhir D3 pada FTSP – ITS : tidak