IRRIGATION POLICY KEBIJAKAN IRIGASI DAN

IRRIGATION POLICY (KEBIJAKAN IRIGASI)
Author: ERNA Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
1. Definisi Irigasi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang irigasi berbunyi
irigasi adalah usaha pentediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya adalah irigasi permukaan, rawa, air bawah
tanah, pompa dan tambak. Mawardi dan Memed (2004), menyatakan bahwa
irigasi sebagai suatu cara mengambil air dari sumbernya guna keperluan
pertanian, dengan mengalirkan dan membagikan air secara teratur dalam
usaha pemanfaatan air untuk mengairi tanaman.
2. Latar Belakang
 Keterbatasan ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan terutama
pertanian yang berdampak pada produktivitas lahan pertanian yang
rendah.
 Pandangan masyarakat bahwa air irigasi adalah barang public (public
goods) sehingga masyarakat tidak efisien dalam menggunakan air.
 Mekanisme kelembagaan dalam alokasi sumberdaya air tidak
berfungsi sehingga menimbulkan inefisiensi penggunaan air.
3. Tujuan Intervensi
 Mewujudkan pembagian air di lahan pertanian secara adil dan merata.
 Mengurasi risiko gagal panen akibat kekeringan.

4. Instrumen
 Membangun saluran irigasi dan sistem pengaturan (jadwal)
penggunaan irigasi untuk setiap usahatani.
 Mendorong terwujudnya kelembagaan Petani Pemakai Air (P3A)
untuk melaksanakan fungsi-sungsi berikut: (a) sebagai pengelolah air
yang mengatur pembagian dan penggunaan air untuk kepentingan
kegiatan usahatani, dan (b) untuk memelihara saluran irigasi lokal
yang dibangun oleh pihak pemerintah.
5. Evaluasi
 Sering terjadi penyadapan air seperti hasil penelitian dengan judul
Kebijakan Sistem Kelembagaan Pengelolaan Irigasi, Kasus Provinsi
Banten dimana Daerah Irigasi (DI) Cisangu Bawah

yang

bendungannya terletak di Kabupaten Lebak tapi penggunaan airnya
untuk mengairi persawahan yang terletak di Kabupaten serang. Dalam

prakteknya sering terjadi pencurian atau penyadapan air di Kabupaten
Lebak, sehingga berdampak terhadap berkurangnya ketersediaan air di

Kabupaten serang.
 Belum ada aturan yang jelas dalam kelembagaan Petani Pemakai Air
seperti sanksi yang tegas dan kewajiban dari petani pemakai air untuk
berkontribusi dalam biaya operasional malalui iuran irigasi (IPAIR).
 Banyak jaringan dan sumber air yang semakin rusak sehingga
berdampak terhadap ketersediaan air yang semakin berkurang.
6. Solusi
 Kebijakan atau sarana irigasi digunakan berdasarkan hamparan
hidrologis bukan daerah administrasimaksudnya bahwa siapapun yang
menggunakan irigasi tersebut bertanggung jawab memelihara dan
memberikan iuran untuk perbaikan irigasi.
 Perlu ada aturan tertulis mengenai penggunaan irigasi dan kewajiban
membayar iuran.

MECHANISATION POLICY (KEBIJAKAN MEKANISASI)
1. Definisi Mekanisasi Pertanian
Mekanisasi pertanian adalah suatu cara untuk meningkatkan efisiensi usaha
pertanian. Mekanisasi pertanian dalam kerangka pembangunan pertanian di
Indonesia memiliki peran strategis yang meliputi peningkatan produktivitas,
efisiensi


kerja,

produksi,

diversifikasi,

kualitas

dan

nilai

tambah,

pengembangan pertanian maju dan peningkatan lapangan kerja karena
mekanisasi merupakan aplikasi ilmu teknik untuk mengembangkan dan
mengorganisasikan operasi pertanian atau suatu introduksi dan penggunaan
alat mekanis untuk operasi pertanian. Mekanisasi juga dapat didefinisikan
sebagai semua penerapan ilmu keteknikan untuk mengembangkan, mengatur,

dan mengontrol kegiatan produksi pertanian. Tujuan pokok mekanisasi di
bidang pertanian adalah: 1) meningkatkan produktivitas pekerja; 2) merubah
karakter pekerjaan pertanian, yaitu membuatnya menjadi tidak berat dan
menarik; dan 3) meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian.
2. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk memaksa sektor pertanian

untuk

menghasilkan bahan pangan dan bahan baku industri dalam jumlah yang
melimpah dan berkualitas. Sedangkan penggunaan alat pertanian yang masih
sangat sederhana memiliki banyak kelemahan dan dapat mengurangi hasil panen
seperti sabit, ani-ani dan lain-lain. selain itu, penggunaan tenaga hewan dan
manusia dalam pengolahan lahan memerlukan waktu pengerjaan yang lama
sedangkan kebutuhan pangan dan pakan harus dipenuhi segera. Dengan demikian
kebijakan mekanisasi pertanian sangat dibutuhkan untuk memajukan pertanian di
suatu negara.
3. Tujuan Intervensi
 meningkatkan produktivitas pekerja,
 merubah karakter pekerjaan pertanian, yaitu membuatnya menjadi

tidak berat dan menarik;
 meningkatkan kualitas kerja di lahan.
Oleh karena itu, penggunaan alat dan mesin pertanian dianggap sebagai
salah satu alternatif untuk mengisi kebutuhan tenaga dalam rangka peluasan areal,
peningkatan intensitas tanam pada lahan yang ada dan perbaikan pengelolaan
pascapanen.
4. Instrument
 Membangun pabrik alsintan di Indonesia,

 Memberikan pelatihan (demonstrasi) penggunaan mesin pertanian.
5. Evaluasi
 Mekanisasi pertanian belum berjalan merata karena tidak semua

daerah atau desa yang menggunakan mesin-mesin canggih seperti
traktor, masih banyak desa yang menggunakan peralatan tradisional
dan sederhana
 Harga jual mesin-mesin pertanian untuk pengolahan lahan, panen dan
pasca panen masih sangat mahal sehingga hanya dikuasai oleh pihakpihak atau petani yang memiliki modal besar.
 Pengetahuan petani yang masih kurang dalam penggunaan mesin
sehingga perlu adanya operator yang menjalankan mesin tersebut yang

berarti menambah biaya produksi.
6. Solusi
 Perlu adanya subsidi alsintan di daerah atau desa yang dominan

penduduknya bekerja sebagai petani.
 Perlu ada pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan mengenai
penggunaan alsintan tersebut.

DAFTAR REFERENSI
Ranchman, Benny. 2009. Kebijakan Sistem Kelembagaan Pengelolaan Irigasi:
Kasus Provinsi Banten. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 7, no. 1.
Maret 2009.
Iskandar. 2012. Hubungan Mesin Usahatani dan Pertanian (online). Tersedia:
http://yandri-iskhandar.blogspot.co.id/2012/12/peralatan-pertanian.html.
Diakses 5 Desember 2016.