teknik pembesaran kekerangan 4

(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Prinsip pembelajaran kontekstual (contextual learning) yang diharapkan mampu mengubah gaya belajar siswa dalam memahami setiap ilmu dan materi yang dipelajari di sekolah menjadi salah satu komponen dasar penyusunan bahan ajar bagi guru dan siswa. Disisi lain pembelajaran akselerasi (accelerated learning) berkontribusi dalam menciptakan nuansa dan iklim kegiatan belajar yang kreatif, dinamis serta tak terbatas oleh sekat ruang kelas (learning with no boundaries). Proses pembelajaran tersebut mampu memberi spektrum warna bagi kanvas ilmu pengetahuan yang sejatinya harus menjadi bagian dari proses pengalaman belajar (experiential learning) ilmiah, kritis dan dapat diterapkan (applicable).

Buku teks siswa SMK tahun 2013 dirancang untuk dipergunakan siswa sebagai literatur akademis dan pegangan resmi para siswa dalam menempuh setiap mata pelajaran. Hal ini tentu saja telah diselaraskan dengan dinamika Kurikulum Pendidikan Nasional yang telah menjadikan Kurikulum 2013 sebagai sumber acuan resmi terbaru yang diimplementasikan di seluruh sekolah di wilayah Republik Indonesia secara berjenjang dari mulai pendidikan dasar hingga pendidikan menengah.

Buku ini disusun agar menghadirkan aspek kontekstual bagi siswa dengan mengutamakan pemecahan masalah sebagai bagian dari pembelajaran dalam rangka memberikan kesempatan kepada siswa agar mampu mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu mereka sendiri. Secara bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif, lugas dan mudah dimengerti. Sehingga, siswa dijamin tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami isi buku yang disajikan.

Kami menyadari bahwa penyusunan dan penerbitan buku ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Kami ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan. Semoga buku ini dapat memberi kontribusi positif bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia.

Jakarta, Desember 2013


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR ...vii

GLOSARIUM ... ix

I. PENDAHULUAN... 1

A. Deskripsi ... 1

B. Prasyarat ... 3

C. Petunjuk Penggunaan ... 3

D. Tujuan Akhir ... 11

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 12

F. Cek Kemampuan Awal ... 13

I. PEMBELAJARAN ... 15

Kegiatan Pembelajaran 1. Menerapkan Pengelolaan Pakan Pada Pembesaran Kekerangan (Semi Intensif, Intensif Dan Monoculture Integrated)... 15

A. Deskripsi ... 15

B. Kegiatan Belajar ... 15

1. Tujuan Pembelajaran... 15

2. Uraian Materi ... 16


(4)

4. Refleksi ... 49

5. Tes Formatif ... 51

C. Penilaian ... 53

1. Sikap ... 53

2. Pengetahuan ... 55

3. Keterampilan ... 58

PEMBELAJARAN 2. MENERAPKAN PENGENDALIAN KESEHATAN KEKERANGAN (SEMI INTENSIF, INTENSIF DAN MONOCULTURE INTEGRATED) ... 65

A. Deskripsi ... 65

B. Kegiatan Belajar ... 65

1. Tujuan Pembelajaran... 65

2.Uraian Materi ... 66

3. Tugas ...102

4. Refleksi ...102

5. Tes Formatif ...104

C. Penilaian ...107

1. Sikap ...107

2. Pengetahuan ...108

3.Keterampilan ...111

PEMBELAJARAN 3. MENGANALISIS LAJU PERTUMBUHAN SPAT KEKERANGAN (SEMI INTENSIF, INTENSIF DAN MONOCULTURE INTEGRATED) ...118

A. Deskripsi ...118


(5)

1. Tujuan Pembelajaran...118

2. Uraian Materi ...119

3.Tugas ...163

4. Refleksi ...163

5. Tes Formatif ...165

C. Penilaian ...166

1. Sikap ...166

2. Pengetahuan ...167

3. Keterampilan ...168

III. PENUTUP ...176


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi kerang ... 19

Gambar 2. Ulva sp makanan alternatif kerang abalone ... 23

Gambar 3. Gracilaria sp makanan kesukaan kerang abalone ... 24

Gambar 4. Pemberian pakan di pen-culture. (Sumber : BBL Lombok) ... 38

Gambar 5. Pemberian pakan di KJA. (Sumber : BBL Lombok) ... 39

Gambar 6. Gejala kerang abalone yang sakit, nampak lemas (kiri), warna karat (kanan). ... 73

Gambar 7. Kegiatan pembersihan tiram menggunakan mesin diesel ... 89

Gambar 8. Kegiatan pembersihan tiram secara manual ... 90

Gambar 9. Organisme penempel pada Spat dalam Kolektor (pocket net)... 90

Gambar 10. Teritip yang menempel pada substrak dan cangkang. ... 92

Gambar 11. Perlakuan pelemasan tiram mutiara ...140

Gambar 12. Tiram yang telah di pasang baji ...142

Gambar 13. Pemotongan mantel tiram donor ...146

Gambar 14. Kegiatan pemasangan inti (nucleus) mutiara bulat...147


(7)

Gambar 16. Posisi keranjang pada masa tento ...152

Gambar 17. Mesin x’ray ...154

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap jenis pakan dan kebiasaan makan kerang ... 34

Tabel 2 . Perhitungan pemberian pakan kerang ... 41

Tabel 3. Pengaturan diet pakan seaweed setelah melihat respon kerang ... 44

Tabel 4. Perhitungan konversi pakan kerang ... 47

Tabel 5. Hasil pengamatan gejala serangan hama penyakit pada kerang ... 86

Tabel 6. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Bawang Putih ... 96

Tabel 7. Hasil pengamatan terhadap jenis pakan dan kebiasaan makan kerang ...100

Tabel 8. Contoh tabel isian harian ...128

Tabel 9. Contoh Kompilasi Data Sampling Benih ...129

Tabel 10. Hasil Pengamatan pertumbuhan kerang ...133

Tabel 11. Daftar ukuran inti mutiara bulat yang digunakan untuk operasi pemasangan (penyuntikan) inti ke dalam organ dalam tiram mutiara (Pinctada maxima) ...144

Tabel 12. Contoh ukuran inti (nukleus) yang digunakan pada kegiatan operasi pemasangan inti bulat pada tiram mutiara (Pinctada maxima) ...149


(8)

PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR

: Buku teks yang sedang dipelajari

Keterangan :

DDBP : Dasar – dasar Budidaya Perairan PKA : Pengelolaan Kualitas Air

KBA : Kesehatan Biota Air PPB : Produksi Pakan Buatan PPA : Produksi Pakan Alami

TPnK : Teknik Pembenihan Kekerangan TPsK : Teknik Pembesaran Kekerangan

TPnP : Teknik Pemanenan dan Pasca Panen Kekerangan C2. DASAR PROGRAM

KEAHLIAN

C3. PAKET KEAHLIAN C3. PAKET KEAHLIAN

SEMESTER 1 DDBP PKA KBA PPB PPA SEMESTER 2 DDBP PKA KBA PPB PPA SEMESTER 5 TPnK TPsK TPnK SEMESTER 6 TPnK TPsK TPnK SEMESTER 3 TPsK TPnK TPnK SEMESTER 4 TPnK TPsK TPnK


(9)

Setelah peserta didik menyelesaikan mata pelajaran dasar bidang keahlian, akan melanjutkan ke Kelas XI dengan memilih peminatan sesuai dengan Paket Keahlian yang diminati. Pada kelas XI terdapat mata pelajaran kompetensi kejuruan sesuai dengan paket keahlian yang akan dikembangkan di sekolah. Mata pelajaran pembesaran kerang pada Semester 4 terdiri dari kegiatan pembelajaran Menerapkan pengelolaan pakan pada pembesaran kekerangan (semi intensif, intensif dan monoculture integrated), Menerapkan pengendalian kesehatan kekerangan (semi intensif, intensif dan monoculture integrated) dan Menganalisis laju pertumbuhan spat kekerangan (semi intensif, intensif dan monoculture integrated)


(10)

GLOSARIUM

Plankton : Makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus Epiphyton : Jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton yang hidup

menempel pada benda – benda air atau melayang – layang dalam air. Nekton : Jenis plankton yang bisa bergerak aktif.

Benthos : Jenis plankton yang hidup menetap di bagian dasar perairan

autotrofik, : Organisme yang dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya Tintinid : Hewan dari filum Protozoa ini bersel tunggal, yang mempunyai sitoplasma,

sitomembran (dinding sel) dan satu atau lebih inti (nucleus)

Foram : Nama singkat atau nama umum yang digunakan untuk merujuk pada hewan dari bangsa (ordo) Foraminifera, yang berada di bawah kelas Sarvodina, filum Protozoa

Radiolaria : Zooplankton yang tergolong dalam kelas Sarcodina, filum Protozoa

Kopepod : Nama umum yang diberikan untuk hewan dai subkelas Copepoda, dibawah kelas Krustasea, filum Arthropoda

Kladosera : (cladocera, subkelas Cladocera) merupakan kelompok krustasea yang sederhana, berukuran kecil, sekitar 0,5 – 1 mm

Ostrakod : (ostracod, subkelas Ostracoda) merupakan krustasea berukuran kecil, sekitar 1 – 2 mm, meskipun ada juga yang bisa berukuran lebih besar

Misid : (mysid, ordo Mysidacea) mempunyai bentuk umum yang mirip dengan udang. Ciri yang khas pada hewan ini adalah adanya sepasang statosis (statocyst) yang bundar di pangkal ekornya. Ukuran misid bervariasi antara 5 – 25 mm filter feeder : Kemampuan hewan menyaring segala jenis makanan di sekitarnya

sehingga dapat mengakumulasi mikro organisme (termasuk bakteri dan virus) dan bahan asing lain termasuk logam berat terserap dan tersimpan di dalam pencernaannya tanpa meracuni kerang itu sendiri


(11)

Feed Convertion Ratio (FCR) : Perbandingan antara pakan yang digunakan dengan daging kerang yang dihasilkan (biomassa kerang). Tujuannya adalah untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi penggunaan pakan (pemberian pakan). Hama : Hewan pengganggu dan pemangsa dalam pembenihan dan budidaya kerang. Penyakit : Segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau

struktur dari alat-alat tubuh atau sebagian alat tubuh, secara langsung maupun tidak langsung

biofoulling organisme : Organisme penempel.

Reaksi berantai polimerase (Polymerase Chain Reaction, PCR) : Suatu metode enzimatis untuk melipatgandakan secara eksponensial suatu sekuen nukleotida tertentu dengan cara in vitro

Elektroforesis : Perpindahan molekul yang bermuatan sebagai respon terhadap medan listrik

Fungisida nabati : bagian dari pestisida nabati, yaitu senyawa kimia anti jamur yang diekstrak dari tumbuhan tingkat tinggi

Pertumbuhan : Perubahan ukuran suatu organisme yang dapat berupa berat atau panjang dalam waktu tertentu

Populasi : Jumlah total atau banyaknya kerang yang ada di wadah budidaya (pada saat sampling)

Biomassa : Jumlah total berat kerang yang ada di wadah budidaya (pada saat sampling)

Laju pertumbuhan harian : Persentase pertambahan bobot badan kerang per hari selama masa pemeliharaan.

Pertumbuhan panjang mutlak : Ukuran panjang kerang yang diukur dari bagian posterior ke anterior atau pengukuran panjang engsel (anterior)

Breeding : Kegiatan perbanyakan hewan melalui proses pembenihan hewan yang dilakukan oleh manusia.

nacre : Lapisan mutiara yang terbentuk dari zat Kalsium Karbonat yang dihasilkan oleh tiram hidup dengan mengeluarkan lendir conchiolin hingga menutupi benda asing tadi yang masuk ke dalam organ tubuh.


(12)

Yukuesey : Masa pelemasan tiram dimana tiram mutiara yang siap operasi di kurangi jatah pakannya dari lingkungan perairan dan membatasi ruang geraknya sehingga tiram menjadi lemah dan kepekaannnya menjadi berkurang pada saat inti dimasukkan ke dalam organ tubuhnya.

Saibo : Pembuatan potongan mantel.

Tento : Kegiatan membolak-balikkan keranjang pemeliharaan secara vertikal setelah diistirahatkan, dengan tujuan agar lapisan nacre mutiara dapat merata menyelimuti inti (nukleus).

Okidasi : kegiatan pengecekan pada tiram mutiara yang sudah dioperasi untuk mengetahui inti yang keluar pada tiram mutiara tersebut

ABW (Average Body Weight) : berat rata-rata kerang hasil sampling

SR (Survival Rate - Kelangsungan Hidup) : perkiraan tingkat kehidupan kerang sekarang dibandingkan saat penebaran.


(13)

I.

PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Pendekatan pembelajaran pada kurikulum ini harus berorientasi atau berpusat pada peserta didik (studentcentered approach), sehingga pengembangan Kompetensi Dasar pada SMK menjadi mata pelajaran wajib dan mengharuskan guru memiliki keleluasaan waktu untuk menghayati proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan, mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

Pembelajaran di SMK pada kejuruan tingkat dasar yang dinamakan kelompok mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian terdiri dari mata pelajaran akademik/adaptif berupa Fisika, Kimia dan Biologi. Sedangkan yang dinamakan kelompok mata pelajaran Dasar Program Keahlian terdiri dari mata pelajaran Dasar-dasar Budidaya Perairan, Pengelolaan Kualitas Air, Kesehatan Biota Air, Produksi Pakan Alami, Produksi Pakan Buatan dan Simulasi Digital. Setelah peserta didik menyelesaikan mata pelajaran dasar bidang keahlian, akan melanjutkan ke Kelas XI dengan memilih peminatan sesuai dengan Paket Keahlian yang diminati. Pada kelas XI terdapat mata pelajaran kompetensi kejuruan sesuai dengan paket keahlian yang akan dikembangkan di sekolah. Peserta didik pada saat memilih paket keahlian akan dibimbing dan diarahkan oleh guru BK atau ketua proram studi disesuaikan dengan potensi wilayah. Untuk paket peminatan kekerangan terdiri dari Pembenihan kekerangan, Pembesaran kekerangan, Pemanenan kekerangan dan Pasca panen.


(14)

Dalam struktur kurikulum SMK/MAK ada penambahan jam belajar per minggu sebesar 48 jam untuk kelas X, Kelas XI dan Kelas XII. Lama belajar untuk setiap jam belajar untuk kelompok mata pelajaran wajib (Kelompok A dan B) adalah 24 jam @ 45 menit sedangkan untuk mata pelajaran dasar Bidang Keahlian untuk kelas X dan Kelas XI terdiri dari 6 jam/minggu dan untuk mata pelajaran Dasar Program Keahlian pada kelas X adalah 18 jam/minggu. Adapun mata pelajaran Paket Keahlian terdiri dari 18 jam/minggu.

Buku Teks ini untuk Mata Pelajaran pembesaran kekerangan disusun untuk mempermudah dan memperjelas penggunaan buku bagi peserta didik yang diterbitkan oleh Pemerintah. Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi tentang Pendahuluan yang memuat tentang Deskripsi, Prasayarat, Petunjuk Penggunaan, Tujuan Akhir, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar serta Cek Kemampuan Awal. Bagian kedua menguraikan setiap topik dalam mata pelajaran pembesaran kekerangan sesuai Kurikulum 2013. Uraian setiap topik disajikan untuk setiap rencana tatap muka. Pada setiap tatap muka berisi materi pengayaan untuk guru beserta persepsi pada peserta didik pada topik itu, pembelajarannya, serta alternatif penilaiannya.

Dengan model pengorganisasian seperti ini, diharapkan peserta didik mendapatkan kemudahan dalam pemahaman lebih dalam terhadap materi ajar, cara pembelajarannya, serta cara penilaiannya. Juga, peserta didik mendapatkan gambaran terhadap rumusan indikator pencapaian kompetensi dasar (terutama untuk KD pada KI III dan KI IV). Sebagai muaranya, panduan pembelajaran pembesaran kekerangan ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar secara optimal, sehingga peserta didik mampu mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada satuan pendidikan tertentu.

Materi pembesaran kekerangan sangat luas karena organisme Kerang (Mollusca) terdiri dari enam kelas, yakni Monoclaphopora, Amphineura, Scaphopoda, Gastropoda, Bivalvia dan Cephalopoda. Namun pada kesempatan materi ini banyak


(15)

membahas tentang kelas Bivalvia (Pelecypoda) dan Gastropoda karena spesies (biota) air yang banyak dibudidayakan (terdomestikasi) antara lain Mytilus viridis (kerang hijau), Anadara granosa (kerang darah), Asaphis derlorata (remis ), Meleagrina margaritivera dan Pinctada maxima (kerang mutiara), dan Haliotis asinina (kerang abalone).

B. Prasyarat

Untuk mempelajari buku teks ini siswa diharapkan menguasai materi : 1. Dasar-dasar budidaya perairan

2. Pengelolaan kualitas air 3. Kesehatan biota air

C. Petunjuk Penggunaan

1. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pembesaran Kekerangan

Dasar Dasar Budidaya Perairan pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu:

a. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungansebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan. Buku Guru Kelas VII SMP/MTsmelalui prosedur yang benar; Dasar Dasar Budidaya Perairan bersifat open ended;

b. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputipenyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

c. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep Dasar Dasar Budidaya Perairan dalam kehidupan sehari-hari.


(16)

Empat unsur utama Dasar Dasar Budidaya Perairan ini seharusnya muncul dalam pembelajaran pembesaran kekerangan. Pembelajaran pembesaran kekerangan sebaiknya menggunakan metode discovery, metode pembelajaran yang menekankan pola dasar : melakukan pengamatan, menginferensi, dan mengomunikasikan/menyajikan. Pola dasar ini dapat dirinci dengan melakukan pengamatan lanjutan (mengumpulkan data), menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Di dalam pembelajaran pembesaran kekerangan, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama di dalam pikirannya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Pandangan dasar tentang pembelajaran adalah bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik harus didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di dalam pikirannya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan bersusah payah dengan ide-idenya. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari diberi tahu menjadi aktif mencari tahu . Peserta didik harus didorong sebagai penemu dan pemilik ilmu, bukan sekedar pengguna atau penghafal pengetahuan.

Di dalam pembelajaran pembesaran kekerangan, peserta didik membangun pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensorik, motorik, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Untuk peserta didik SMK, umumnya berada pada fase peralihan dari operasional konkrit menuju operasional formal. Ini berarti, peserta didik telah dapat diajak berpikir secara


(17)

penalaran deduktif dan induktif, dan lain-lain, namun seharusnya berangkat/dimulai dari situasi yang nyata dulu. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan dan percobaan memegang peran penting dalam pembelajaran pembesaran kekerangan, agar pembelajaran pembesaran kekerangan tidak sekedar pembelajaran hafalan.

Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Jadi, pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya.

Di dalam pembelajaran pembesaran kekerangan, peserta didik didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain, pembelajaran terjadi apabila peserta didik terlibat secara aktif dalam menggunakan proses mentalnya agar mereka memperoleh pengalaman,sehingga memungkinkan mereka untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip tersebut. Proses-proses mental itu misalnya mengamati, menanya dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, serta menyajikan hasil kerjanya. Peserta didik dalam pembelajaran harus kooperatif atau kolaboratif sehingga peserta didik mampu bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan masalah tanpa takut salah.

Media dan sumber belajar lainnya harus dapat digunakan peserta didik dalam melakukan eksplorasi dalam bentuk mengamati (observing), menghubung-hubungkan fenomena (associating), menanya atau merumuskan masalah (questioning), dan melakukan percobaan (experimenting) atau pengamatan lanjutan.


(18)

Pembelajaran untuk tiap materi pokok tertentu seharusnya diakhiri dengan tugas proyek. Peserta didik harus mampu melakukan tugas proyeknya, serta membuat laporan secara tertulis. Selanjutnya, peserta didik dapat menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok dalam bentuk presentasi lisan atau tertulis, pameran, turnamen, festival, atau ragam penyajian lainnya yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Perlu diketahui, bahwa KD Pembesaran Kekerangan diorganisasikan ke dalam empat Kompetensi Inti (KI) :

a. Kompetensi Inti (KI) 1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Kompetensi Inti (KI) 2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. c. Kompetensi Inti (KI) 3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, d. Kompetensi Inti (KI) 4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan.

Kompetensi Inti (KI) 1, Kompetensi Inti (KI) 2, dan Kompetensi Inti (KI) 4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam Kompetensi Inti (KI)3. Kompetensi Inti (KI) 1 dan Kompetensi Inti (KI) 2 tidak diajarkan langsung (direct teaching), tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.

Keterpaduan pembesaran kekerangan SMK dalam pembelajaran diwujudkan dengan berbagai cara:

a. Kompetensi Dasar (KD) pembesaran kekerangan telah mengarah pada pemaduan. Guru dapat mengimplementasikan pemaduan lebih lanjut di kelas.

b. Di dalam Buku pegangan bagi peserta didik, pemaduan pembesaran kekerangan dilakukan dengan merumuskan tema-tema besar yang menjadi tempat pemaduan topik/subtopik Pembesaran Kekerangan. Tema-tema tersebut adalah: materi, sistem, perubahan, dan interaksi.


(19)

c. Pemaduan antar konsep dalam tema besar dilakukan secara connected, yakni suatu konsep atau prinsip yang dibahas selanjutnya menggandeng prinsip, konsep, atau contoh dalam bidang lain. Misalnya, saat mempelajari suhu, suhu tidak hanya berkaitan dengan benda-benda fisik, namun dikaitkan dengan perilaku hewan terkait suhu.

2. Keterampilan Proses

Tiga langkah kunci dalam proses pengembangan pembesaran kekerangan (metode ilmiah) adalah melakukan pengamatan, menginferensi (merumuskan penjelasan berdasarkan pengamatan, termasuk menemukan pola-pola, hubungan hubungan, serta membuat prediksi), dan mengomunikasikan. Pengamatan untuk mengumpulkan data dan informasi, dengan panca indra dan/atau alat ukur yang sesuai. Kegiatan inferensi meliputi merumuskan penjelasan berdasarkan pengamatan, untuk menemukan pola-pola, hubungan-hubungan, serta membuat prediksi. Hasil dan temuan dikomunikasian kepada teman sejawat, baik lisan maupun tulisan. Hal-hal yang dikomunikasikan juga dapat mencakup data yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik, bagan, dan gambar yang relevan. Tiga keterampilan kunci yaitu melakukan pengamatan, menginferensi, dan mengomunikasikan inilah yang harus dilatihkan secara terus-menerus dalam pembelajaran Pembesaran Kekerangan kelas XI.

Secara rinci, keterampilan proses Pembesaran Kekerangan dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi (integrated skills). Keterampilan proses dasar terdiri atas mengamati, menggolongkan / mengklasifikasi, mengukur, mengomunikasikan, menginterpretasi data, memprediksi, menggunakan alat, melakukan percobaan, dan menyimpulkan. Sedangkan jenis-jenis keterampilan proses Pembesaran Kekerangan terintegrasi meliputi merumuskan masalah, mengidentifikasi variabel, mendeskripsikan hubungan antar variabel, mengendalikan variabel, mendefinisikan variabel secara operasional,


(20)

memperoleh dan menyajikan data, menganalisis data, merumuskan hipotesis, merancang penelitian,dan melakukan penyelidikan/percobaan. Pembelajaran Pembesaran Kekerangan kelas XI SMK/MAK melatihkan keterampilan proses dasar, serta mulai melatihkan keterampilan proses terintegrasi.

3. Pembiasaan Sikap

Sikap (KD pada KI I dan KI II) dikembangkan melalui pembiasaan dalam pembelajaran Pembesaran Kekerangan dan keteladanan. Sikap-sikap seperti kejujuran, ketekunan, kemauan untuk bekerja sama, dan lain-lain dikembangkan melalui pembelajaran Pembesaran Kekerangan. Keteladanan ini merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain.

a. Prinsip-prinsip Belajar

1) Berfokus pada student (student center learning),

2) Peningkatan kompetensi seimbang antara pengetahuan, ketrampilan dan sikap

3) Kompetensi didukung empat pilar yaitu : inovatif, kreatif, afektif dan produktif

b. Pembelajaran

1) Mengamati (melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak) 2) Menanya (mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang

bersifat hipotesis

3) Mengeksplorasi/eksperimen (menentukan data yang diperlukan, menentukan sumber data, mengumpulkan data)

4) Mengasosiasi (menganalisis data, menyimpulkan dari hasil analisis data)

5) Mengkomunikasikan (menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan diagram, bagan, gambar atau media.


(21)

Kegiatan pada akhir pembelajaran terdiri dari :

1) Kegiatan pemberian tugas terstruktur dan tugas mandiri untuk siswa. a) Terstruktur: Menyusun kembali uraian refleksi dan rencana tindak

lanjut berdasarkan masukan dari guru.

b) Mandiri: Membaca buku-buku yang dirujuk dalam sumber belajar. 2) Memadukan semua pemahaman yang diperoleh mulai dari kegiatan

belajar ke-1, 2, 3 dan pembelajaran yang terakhir. Jika ada hal-hal yang masih perlu diklarifikasi atau ditanyakan kepada guru. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditulis dalam buku kerja, selanjutnya disampaikan pada guru pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

c. Penilaian dalam Pembelajaran Pembesaran Kekerangan

Penilaian dalam pembelajaran Pembesaran Kekerangan menggunakan prinsip bahwa penilaian adalah bagian dari pembelajaran, digunakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajarnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan seiring dengan pembelajaran, baik saat proses maupun di akhir proses. Pada saat proses pembelajaran guru dapat menilai sikap peserta didik untuk mendapatkan profile sikap peserta didik serta memberikan bantuan untuk mengubah sikap yang negatif (misalnya apatis, pasif, menyerahkan sepenuhnya pada anggota kelompok lain, dan lain-lain) menjadi positif. Selain itu, saat pembelajaran, guru dapat menilai keterampilan peserta didik, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan psikomotorik.

Prinsip Penilaian/asessment yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1) Penilaian dilakukan berbasis kompetensi,

2) Peniaian tidak hanya mengukur kompetensi dasar tetapi juga kompetensi inti dan standar kompetensi lulusan.


(22)

3) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrument utama penilaian kinerja siswa pada pembelajaran di sekolah dan industri.

4) Penilaian dalam pembelajaran Pembesaran Kerang dapat dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran.

5) Aspek penilaian pembelajaan Pembesaran Kerang meliputi hasil belajar dan proses belajar siswa.

6) Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes praktik, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian diri, dan penilaian antar teman.

7) Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui observasi juga penting untuk dilakukan.

8) Data aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.

Penilaian di akhir proses pembelajaran (suatu materi pokok tertentu) dapat menggunakan teknik tes. Kegiatan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai banyaknya dan kedalaman materi bab itu. Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tugas, kegiatan, ulangan harian, ulangan mid semester, ulangan akhir semester, sampai ujian nasional. Bentuk soal dapat merupakan pilihan ganda, essay biasa, essay berstruktur, penelitian dan sebagainya. Mengingat penilaian adalah bagian dari pembelajaran, apapun bentuk penilaian yang dilaksanakan, sebaiknya dilakukan analisis hasil penilaian.

Tindak lanjut hasil penilaian dalam pembelajaran Pembesaran Kekerangan meliputi pemberian bantuan (scaffolding), remedial, dan pengayaan. Pemberian scaffolding dilakukan guru berkenaan dengan penilaian proses. Misalnya, peserta didik tidak dapat menimbang massa (berdasarkan observasi guru saat kegiatan pembelajaran), maka guru memberikan


(23)

dilakukan jika setelah mengikuti ulangan, nilai peserta didik (KD-KD pada KI 3 dan KI 4), peserta didik belum mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan satuan pendidikan.

Pengayaan dilakukan, jika setelah mengikuti ulangan, nilai peserta didik (KD-KDpada KI 3 dan KI 4), peserta didik telah di atas ketuntasan minimal sedangkan peserta didik lain yang belum mencapai ketuntasan minimal melakukan proses remedial. Pengayaan berupa tugas yang menyenangkan, namun menantang. Untuk pengayaan, sebaiknya dihindari tugas-tugas yang membosankan (misalnya mengerjakan soal hafalan), agar tidak dipersepsikan peserta didik sebagai hukuman buat dia atas keberhasilannya.

D. Tujuan Akhir

Mata pelajaran pembesaran kekerangan bertujuan untuk:

1. Menghayati hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya sebagai bentuk kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya;

2. Mengamalkan pengetahuan dan keterampilan pada pembelajaran dasar - dasar budidaya ikan sebagai amanat untuk kemaslahatan umat manusia;

3. Menghayati sikap cermat, teliti dan tanggungjawab sebagai hasil implementasi dari pembelajaran pembesaran kekerangan;

4. Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil implementasi dari pembelajaran pembesaran kekerangan;

5. Menghayati pentingnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan laboratorium/lahan praktek sebagai hasil implementasi dari pembelajaran pembesaran kekerangan;

6. Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin serta bertanggung jawab sebagai hasil dari implementasi pembelajaran pembesaran kekerangan;


(24)

7. Menjalankan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi dalam mata pelajaran pembesaran kekerangan;

8. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan;

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghayati hubungan dan interaksi makhluk hidup dan lingkungannya sebagai anugerah Tuhan untuk kemaslahatan umat manusia

1.2 Mengamalkan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran teknik pembesaran kekerangan dalam implementasi kehidupan sehari-hari sebagai amal ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Menghayati dan Mengamalkan

perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1 Menghayati sikap cermat,teliti dan tanggungjawab sebagai hasil implementasi dari pembelajaran teknik pembesaran kekerangan. 2.2 Menghayati pentingnya

kerjasama sebagai hasil

implementasi dari pembelajaran teknik pembesaran kekerangan. 2.3 Menghayati pentingnya

kepedulian terhadap kebersihan lingkungan lahan praktek/tempat budidaya/tempat pemasangan inti mutiara sebagai hasil


(25)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR teknik pembesaran kekerangan. 2.4 Menghayati pentingnya bersikap

jujur, disiplin serta bertanggung jawab sebagai hasil dari

implementasi pembelajaran teknik pembesaran kekerangan. 2.5 Menjalankan perilaku ilmiah

(memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan

percobaan dan berdiskusi dalam mata pelajaran teknik

pembesaran kekerangan. 2.6 Menghargai kerja individu dan

kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

F. Cek Kemampuan Awal

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dengan sejujurnya, dengan cara memberikan tanda pada kolam Ya atau Tidak

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda dapat menjelaskan jenis pakan dan kebiasaan makan kerang

2 Apakah anda dapat menerapkan perhitungan kebutuhan pakan


(26)

No Pertanyaan Ya Tidak 3 Apakah anda dapat menerapkan teknik pemberian pakan

sesuai dengan kebutuhan dan tingkah laku komoditas 4 Apakah anda dapat menerapkan perhitungan konversi

pakan (FCR)

5 Apakah anda dapat mengidentifikasi gejala serangan penyakit yang disebabkan karena hama dan peyakit infeksi serta non infeksi

6 Apakah anda dapat melakukan pemeriksaan kerang sakit 7 Apakah anda dapat menerapkan teknik pencegahan

penyakit kerang

8 Apakah anda dapat menerapkan teknik pengobatan kerang sakit

9 Apakah anda dapat menerapkan teknik sampling kerang (sortasi dan grading)

10 Apakah anda dapat menerapkan perhitungan laju pertumbuhan (Growth Rate)

11 Apakah anda dapat menerapkan perhitungan sintasan (Survival Rate)

12 Apakah anda dapat menjelaskan prinsip pembentukan mutiara

13 Apakah anda dapat menerapkan penanganan pra pemasangan inti

14 Apakah anda dapat menjelaskan metode operasi pemasangan inti

15 Apakah anda dapat menerapkan penanganan pasca pemasangan inti


(27)

I.

PEMBELAJARAN

Kegiatan Pembelajaran 1. Menerapkan Pengelolaan Pakan Pada Pembesaran

Kekerangan (Semi Intensif, Intensif Dan Monoculture Integrated)

A. Deskripsi

Hewan, manusia dan organisme akuatik kebanyakan berada di bawah klasifikasi heterotroph karena mereka tidak dapat memproduksi bahan makanan mereka sendiri. Organisme ini bergantung pada sumber makanan organik dan anorganik untuk menyediakan bahan baku yang dibutuhkan oleh tubuh, namun, semua bahan makanan pada akhirnya berasal dari organisme tumbuhan. Proses metabolisme mengkonversi energi yang terkandung di dalam makanan menjadi sumber bahan bakar. Sumber bahan bakar ini muncul sebagai molekul ATP, yang diproduksi oleh setiap sel dalam tubuh

Mollusca memiliki alat pencernaan sempurna mulai dari mulut yang mempunyai radula (lidah parut) sampai dengan anus terbuka di daerah rongga mantel. Di samping itu juga terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang baik. Peredaran darah terbuka ini terjadi pada semua kelas Mollusca kecuali kelas Cephalopoda. Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan di darat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit.

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini siswa dapat :

a. Mengidentifikasi jenis pakan dan kebiasaan makan kerang b. Menerapkan perhitungan kebutuhan pakan kerang


(28)

c. Menerapkan teknik pemberian pakan kerang d. Menerapkan perhitungan konversi pakan kerang e. Menerapkan teknik efisiensi pakan kerang

2. Uraian Materi

Kerang adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska). kerang berarti juga semua moluska dengan sepasang cangkang dan hidupnya menempel pada suatu obyek/substrat. Kerang juga dipakai untuk menyebut berbagai kerang-kerangan yang bercangkang tebal, berkapur, dengan pola radial pada cangkang yang tegas. Pelecypoda adalah salah satu kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-kerangan: memiliki sepasang cangkang (disebut juga "bivalvia" berarti dua cangkang). Nama lainnya adalah Lamellibranchia, diidentefikasikan sebagai kerang (Anadara sp.), tiram mutiara (Pinctada margaritifera dan Pinctada mertinsis), kerang raksasa (Tridacna sp.), dan kerang hijau (Mytilus viridis). Pelecypoda tidak memiliki kepala.Mulutnya terdapat pada rongga mantel, dilengkapi dengan labial palpus. Pelecypoda tidak memiliki rahang atau radula.Maka makanannya berupa hewan kecil seperti protozoa, diatom, dan sejenis lainnya.Insang Pelecypoda berbentuk lembaran sehingga hewan ini disebut juga Lamellibranchiata (dalam bahasa latin, lamella = lembaran, branchia = insang). Lembaran insang dalam rongga mantel menyaring makanan dari air yang masuk kedalam rongga mantel melalui sifon (corong). Kleas moluska lain yang umumnya dibudidayakan adalah kelas Gastropoda berasal dari kata gastros : perut; podos : kaki. Jadi Gastropoda berarti hewan yang berjalan dengan perutnya. Gastropoda laut yang umum dimakan adalah Haliotos (Abalone) dan Strombus (keong gonggong). Hewan anggota kelas Gastropoda umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan bentuk dan warna yang beragam. Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh gastropoda yang terdiri atas: kepala, badan, dan alat gerak. Kepala berkembang dengan


(29)

baik, dilengkapi dua pasang tentakel sebagai alat peraba. Sepasang di antaranya bersifat retraktil dan dilengkapi sebuah mata. Mulut dilengkapi dengan lidah perut dan gigi radula yang terletak di bagian bawah kepala atau di akhir moncong dan berbentuk seperti ditarik panjang. Di dalam mulut struktur makan disebut radula, terdiri dari gigi kecil yang banyak, kurang lebih sebanyak 250.000, yang dapat mengikis terhadap sejenis pelat perangsang di bagian atas mulut untuk merusak atau memotong makanan.

Pada budidaya kerang tiram, hewan menyerap makanan secara filter feeder, yaitu menyerap bahan organik (100% nitogen) berupa plankton. Dari 100% N yang termakan, hanya sekitar 25% N yang diserap oleh tubuhnya, sedangkan sisa metabolismenya berupa kotoran/feses, yaitu sekitar 30% N akan mengendap /tersedimentasi di dasar perairan dan sekitar 45% N larut dalam air. Diperkirakan dari suatu budidaya kerang/tiram (oyster raft) yang terdiri atas 420.000 ekor akan dihasilkan 16 ton berat kering limbah. Dengan cara makannya secara filter feeder, kerang dapat dimanfaatkan sebagai pembersih lingkungan perairan tercemar oleh logam berat, tetapi dampaknya hewan tersebut akan berbahaya untuk dikonsumsi manusi.

Limbah dari sisa pakan dan feses biota budidaya, baik yang terakumulasi di dasar perairan maupun larut dalam air, dapat menimbulkan pencemaran serta berdampak buruk terhadap ekosistem tersebut. Pada budidaya kerang/tiram yang menggunakan tonggak disuatu daerah telah mengakibatkan akumulasi lumpur dan erosi pada dasar perairan.


(30)

a. Jenis pakan dan kebiasaan makan

Secara umum sistem pencernaan pada kerang dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, seaweed dll. Makanan ini dicerna dalam lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus. Perhatikan baik-baik, struktur umum dalam kerang pada gambar berikut !

Mengamati

entuklah kelompok siswa dalam jumlah 4 – 5 orang 

akukan kegiatan mencari informasi dari buku atau bahan ajar, internet, video dan lain-lain sehingga peserta didik bisa memahami pengelolaan pakan pada pembesaran kerang.

dapun informasi yang harus peserta didik cari adalah :

Menanya

 Lakukan diskusi antar kelompok dengan cara setiap kelompok bertukar informasi !

 Bandingkan informasi yang peserta didik peroleh dengan informasi kelompok lain. Adakah

perbedaannya ? Jika ada, sebutkan !

 Tuliskan kesimpulan peserta didik tentang jenis pakan dan kebiasaan makan kerang kepada guru !


(31)

Gambar 1. Anatomi kerang

Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang di dalamnya terdapat interaksi yang kuat antara faktor biotik dan abiotik. Interaksi yang terjadi bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Lingkungan menyediakan tempat hidup bagi organisme-organisme yang menempatinya sebaliknya makluk hidup dapat mengembalikan energi yang dimanfaatkkannya ke dalam lingkungan. Suatu daur energi memberikan contoh nyata akan keberadaan interaksi tersebut. Di laut terjadi transfer energi antar organisme pada tingkatan tropis yang berbeda dengan demikian terjadi proses produksi. Hirarki proses produksi membentuk sebuah rantai yang dikenal dengan rantai makanan (Notji, 2002).

Jenis pakan yang disukai oleh kerang (moluska) adalah jenis pakan alami yang termasuk dalam jenis plankton baik yang berukuran mikroskopis maupun yang tampak dengan mata. Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus. )stilah plankton diperkenalkan oleh Victor (ensen tahun , yang berasal dari bahasa Yunani, planktos , yang berarti menghanyut atau mengembara.


(32)

Plankton sebagai pakan alami dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu plankton nabati atau fitoplankton dan plankton hewani atau zooplankton. Tetapi menurut ekologi dan cara hidupnya, plankton dibedakan menjadi 3 golongan yaitu epiphyton (peryphyton), nekton, dan benthos. Epiphyton adalah jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton yang hidup menempel pada benda – benda air atau melayang – layang dalam air. Nekton adalah jenis plankton yang bisa bergerak aktif. Sedangkan benthos adalah jenis plankton yang hidup menetap di bagian dasar perairan.

Pakan alami tumbuh subur pada perairan yang banyak mengandung bahan–bahan organik dan anorganik serta menerima sinar matahari secara langsung. Tetapi pakan ini bisa pula ditumbuhkan dalam tempat yang sempit, tertutup dan di dalam media yang terbatas asalkan memenuhi persyaratan tumbuh, seperti suhu, intensitas cahaya, dll. Tidak semua jenis plankton memenuhi persyaratan untuk dijadikan pakan alami. Beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan apakah jenis plankton itu termasuk kategori pakan alami adalah sebagai berikut : 1) Bentuk dan ukuran sesuai dengan lebar bukaan mulut ikan pemakannya 2) Mudah diproduksi secara massal

3) Kandungan sumber nutrisinya tinggi

4) Isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah dicerna oleh kerang

5) Cepat berkembangbiak dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga lestari ketersediaannya

6) Tidak mengeluarkan senyawa beracun

7) Gerakannya menarik bagi kerang tetapi tidak terlalu aktif sehingga mudah ditangkap.


(33)

1) Jenis Pakan Kerang (Moluska)

Pakan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam menunjang keberhasilan budidaya kerang, kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Ketepatan jenis pakan yang diberikan menjadi pertimbangan utama dalam pemberian pakan. Untuk mengetahui jenis pakan yang sesuai dengan selera kerang perlu dilakukan identifikasi jenis pakan dengan cara membedah saluran pencernaan kerang. Beberapa jenis pakan alami yang diketahui sampai saat ini dan biasa ditemukan pada perut tiram adalah sisa bahan organik (detritus), Flegellata, larva invertebrata, partikel jamur, pasir, Lumpur dan beberapa jenis plankton seperti Corella sp, Skeletonema costatum, Euglena, Coscinodiseus sp, Bidulphia regia, Nitzchia sp, Ceratium fusus, Melosira juergansi, Rhizosolenia heberata, Hylodiscusstelliger, Asterionella japonica, dan Nitzcshionides. Pakan yang penting untuk tiram mutiara adalah diatomae, spora dan larva bintang laut.

Secara umum jenis pakan alami yang banyak dikonsumsi oleh kerang yakni:

a) Fitoplankton

Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Karena kemampuannya memproduksi bahan organik dari bahan inorganik dengan proses fotosintesis maka fitoplankton disebut juga sebagai produsen primer (primary producer).

Meskipun fitoplankton membentuk sejumlah besar biomassar di laut, kelompok ini hanya diwakili oleh beberapa filum saja. Phytoplankton yang hidup di dalam perairan ini akan memberikan warna yang khas pada perairan tersebut seperti berwarna hijau, biru atau cokelat. Hal ini dikarenakan di dalam tubuh


(34)

phytoplankton terdapat zat warna atau pigmen. Zat warna atau pigmen ini dapat diklasifikasikan seperti berikut.

 Warna biru (Fikosianin)  Warna hijau (Klorofil)  Warna pirang (Fikosantin)  Warna merah (Fikoeritrin)  Warna kuning (Xantofil)  Warna keemasan (Karoten)

Dengan kemampuan kerang yang bersifat filter fider membuat kerang banyak mengkonsumsi makanan dari jenis mikroalga (diatom). Terutama dari jenis-jenis flagelata berukuran ≤ µ. Beberapa jenis mikroalga yang sering di berikan untuk larva tiram mutiara yaitu : Isocrysis galbana, Pavlova lutheri, Chaetocheros. Sp, Nannoclorophysis. Sp, dan Tetraselmis chuii.Selain diatom, kerang juga menyukai pakan dari jenis Thallopyta terdiri dari kelas Myxophyceae (Alga hijau – biru), Chlorophyceae (Alga hijau), Phaeophyceae / Bacillariophyceae (Alga coklat), Rhodophyceae (Alga merah) dan Chrysophyceae (Alga hijau – kuning). Kerang abalone merupakan salah satu jenis kerang yang menyukai seaweed yang biasa disebut makro-alga, namun tidak semua dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber makanan. Saat ini, pakan yang terbaik yang diberikan adalah Gracilaria sp yang merupakan makanan favorit untuk kerang abalone. Selain Gracilariasp, jenis seaweed yang yang lain juga dapat diberikan, seperti Ulva sp.

Myxophyceae (Alga hijau – biru) mempunyai dinding sel dari bahan kitin, bukan selulosa seperti yang dimiliki oleh tumbuh – tumbuhan lain. Beberapa bersifat endofitik (endophytic), yaitu mereka yang hidup di dalam tubuh tumbuh – tumbuhan lain dalam suatu asosiasi yang dinamakan simbiosis. Misalnya di


(35)

dalam sel diatom, Rhizosolenia, mungkin hidup alga jenis Richelia intracellularis. Contoh jenis pakan Myxophyceae adalah Richelia intracellularis, anabaena torulosa, trychodesmium erythraeum, T. contortum, T. thiebauti, T. hildebrantii. Sebaran kelompok ini lebih banyak di air tawar dan payau sedangkan di laut kurang penting. Di perairan laut bersuhu hangat mereka pada saat – saat tertentu menimbulkan gejala lendir.

Chlorophyceae (Alga hijau) mengandung pigmen dari kloroplas (chloroplast), yakni bentuk sel yang mengandung pigmen untuk fotosintesis, mencakup dua jenis klorofil, yakni klorofil-a dan klorofil-b, dan berbagai karotinoid. Warna kuning dan oranye dari pigmen karotinoid tertutup oleh berlimpahnya klorofil yang berwarna hijau. Alga ini terdapat berlimpah di perairan hangat (tropik). Beberapa contoh marga dari alga hijau yang disukai kerang yaitu Caulerpa (C. racemosa, C. Sertularioides, C. Prolifera, C. floridana), Ulva (U. Reticulata, U. lactuca), Valonia (Valonia ventricosa), Dictyosphaera (Dyctyosphaera cavernosa), Halimeda(H. scabra, H. fragilis, H. opuntia, H. monile, H. Incrassata), Chaetomorpha (C. crassa), Codium (C. tomentosum, C. decorticatum), Udotea, Tydemania (T. expeditionis), Bernetella (B. nitida), Burgesenia(B. forbesii), Neomeris (N. annulata).


(36)

Phaeophyceae (Alga coklat) mempunyai kandungan pigmen kuning dan coklat, santofil (xanthophyll), karoten dan fukosantin (fucoxanthin). Merupakan kelompok alga yang terbesar ukurannya diantara kelompok alga laut. Marga alga coklat yang sering ditemukan sebagai pakan kerang yaitu Gracilaria sp, Cystoseira sp, Dictyopteris sp, Dictyota, Hormophysa, Hydroclathrus, Padina, Sargassum, dan Turbinaria. Jenis Gracilaria sp telah diaplikasikan dalam budidaya sebagai pakan alami untuk kerang abalone.

Rhodophyceae (Alga merah) mengandung pigmen ari kromatofor terdiri dari klorofil biasa bersama – sama dengan santofil, karotin dan sebagai tambahan fikoeritrin yang merah dan kadang – kadang fikosianin sehingga alga ini mempunyai berbagai warna. Ada yang merah ungu, violet, dan cokelat atau hijau. Hal ini disebabkan kemampuan mensintesis secara efisien pada cahaya yang redup pada perairan yang relatif dalam.

Gambar 3. Gracilaria sp makanan kesukaan kerang abalone

b) Zooplankton

Zooplankton, disebut juga plankton hewani, hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam perairan. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari


(37)

sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.

Ukurannya yang paling umum dikonsumsi kerang berkisar 0,2 – 2 mm dari jenis kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath). Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa telur dan larva sehingga menjadi pakan buat kerang.

Ada 8 filum yang mewakili kelompok zooplankton dan berukuran sangat kecil atau renik yang disukai kerang yakni :

 Tintinid.

Hewan dari filum Protozoa ini bersel tunggal, yang mempunyai sitoplasma, sitomembran (dinding sel) dan satu atau lebih inti (nucleus). Protozoa mempunyai keanekaragaman jenis yang sangat tinggi tetapi yang hidup di laut sebagai plankton umumnya dapat digolongkan dalam kelas Ciliata (Infusoria) dan Sarcodina (Rhizopoda). Salah satu bangsa (ordo) terpenting di bawah Ciliata ini adalah Tintinnida atau dengan sebutan akrab tintinid, sedangkan kelompok lainnya yang penting di bawah Sarcodina adalah Foraminifera (lazim disebut foram) dan Radiolaria.

Tintinid mempunyai banyak jenis yang hidup sebagai plankton. Ukurannya beragam yang umumnya berkisar dari 30 – 150 µm. Pada umumnya tintinid mempunyai bentuk seperti piala, tabung, gentong, atau seperti genta (bell). Beberapa contoh marga yang


(38)

umum dijumpai antara lain Tintinnopsis, Stenosemella, Codonellopsis, Helicostomella, Favella, Parafavella dan Epilocylis. Dari segi sebaran vertikalnya, tintinid umumnya hidup di lapisan permukaan, tidak lebih dari kedalaman 100 meter. Tintinid mempunyai peran penting dalam ekosistem laut, sebagai makanan bagi berbagai larva ikan, udang, dan moluska. Oleh karena itu kehadirannya akan sangat menunjang keberhasilan produksi jenis – jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomi penting.

 Foram

Foram adalah nama singkat atau nama umum yang digunakan untuk merujuk pada hewan dari bangsa (ordo) Foraminifera, yang berada di bawah kelas Sarvodina, filum Protozoa. Foram mempunyai ukuran yang beragam, dari sekitar 100 µm hingga lebih dari 1 mm. Foram di laut mempunyai jenis yang sangat banyak, diperkirakan lebih 4000 jenis, tetapi hanya sekitar 40 jenis yang hidup sebagai plankton. Selebihnya merupakan jenis foram yang hidup sebagai bentos, atau hidup di dasar laut. Sebarannya mulai dari perairan pantai hingga ke perairan oseanik. Marga foram plankton yang umum dijumpai, antara lain Globigerina, Globigerinoides, Globigerinita, Globigerinella, Neogloboquadrina, Globigerinoides, Globigerinita, Globigerinella, Neogloboquadrina, dan Pulleniatina.

 Radiolaria

Radiolaria merupakan zooplankton yang tergolong dalam kelas Sarcodina, filum Protozoa. Hewan ini umumnya mempunyai bentuk cangkang yang bulat, dengan berbagai variasi struktur yang umumnya mempunyai simetri radial, memencar. Itu pula sebabnya ia dinamai Radiolaria. Ukuran sel radiolaria umumnya


(39)

berkisar antara 30 µm hingga 2mm. Radiolaria terdapat meluas di laut perairan tropis, biasanya pada perairan lepas pantai dan terbanyak dijumpai di laut lapisan teratas hingga kedalaman beberapa ratus meter. Sebaran geografiknya, baik di permukaan maupun di bawah permukaan, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor oseanografi setempat, seperti suhu salinitas, dan arus.  Kopepod

Kopepod adalah nama umum yang diberikan untuk hewan dai subkelas Copepoda, dibawah kelas Krustasea, filum Arthropoda. Di dunia diperkirakan ada sekitar 12.000 jenis kopepod, tetapi tidak semua hidup sebagai plankton. Kopepod hidup di perairan tawar, payau maupun di perairan oseanik. Ada kopepod yang hidup sebagai parasit pada ikan, ada pula yang hidup sebagai bentos (hidup di dasar laut). Tetapi yang paling banyak terdapat di laut adalah kopepod plankton. Ukuran kopepod relatif kecil, sekitar 0,5 – 2 mm, meskipun ada pula yang berukuran relatif besar, sampai sekitar 1 cm atau lebih.

Sebagian besar kopepod plankton hidup sebagai herbivor, yang menyantap fitoplankton, misalnya diatom. Kopepod plankton pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yakni bangsa kalanoid (calanoid / Calanoida), siklopoid (cyclopoid /Cyclopida) dan harpaktikoid (harpacticoid/Harpacticoida).  Kladosera

Kladosera (cladocera, subkelas Cladocera) merupakan kelompok krustasea yang sederhana, berukuran kecil, sekitar 0,5 – 1 mm. Kladosera sebenarnya lebih banyak hidup di lingkungan air tawar, dan dikenal sebagai kutu air (water fleas). Hanya sedikit yang hidup di laut. Diperkirakan kladosera hanya mempunyai 11 jenis yang murni hidup di laut. Marga yang paling umum


(40)

dijumpai adalah Penilia, Podon, dan Evadne. Organisme ini biasanya hidup di perairan neritik dekat pantai, kadang kala sampai jauh ke tengah. Arus dan massa air tampaknya sangat menentukan persebarannya hingga jenis tertentu seperti Penilia avirostris dapat dijadikan sebagai jenis indikator massa air untuk perairan pantai.

 Ostrakod

Ostrakod (ostracod, subkelas Ostracoda) merupakan krustasea berukuran kecil, sekitar 1 – 2 mm, meskipun ada juga yang bisa berukuran lebih besar. Tubuhnya mempunyai cangkang yang keras berzat kapur, bentuknya setangkup dengan engsel di bagian punggung, sepintas lalu tampilannya mirip kerang pada moluska. Fosil ostrakod banyak digunakan dalam kajian palaeontologi, geologi, dan dalam eksplorasi sumberdaya minyak bumi. Hewan ini ada yang hidup di dasar, atau dekat dasar, tetapi banyak pula yang sepenuhnya hidup sebagai plankton. Ostrakod juga dapat menghasilkan turunannya lewat partenogenesis atau tanpa membutuhkan jantan untuk membuahi telur. Juga banyak yang dapat menghasilkan cahaya hayati atau bioluminisensi, misalnya Cypridina.

 Misid

Misid (mysid, ordo Mysidacea) mempunyai bentuk umum yang mirip dengan udang. Ciri yang khas pada hewan ini adalah adanya sepasang statosis (statocyst) yang bundar di pangkal ekornya. Ukuran misid bervariasi antara 5 – 25 mm. Diperkirakan misid mempunyai sekitar 780 jenis, yang sebagian besar hidup di laut. Ada yang hidup di perairan pantai tetapi ada juga yang hidup di laut dalam. Di perarian dangkal ada yang hidup di dasar laut tetapi pada malam hari melakukan migrasi


(41)

vertikal ke permukaan dan dapat tertangkap sebagai plankton. Beberapa jenis juga dapat dijumpai di perairan payau, di lingkungan mangrove, atau masuk ke tambak – tambak ikan. Banyak jenis misid ini hidup berkelompok dan sering ditangkap dalam kegiatan perikanan. Beberapa contoh misid yaitu Anchialina, Siriella, Neomysis.

 Benthos

Benthos adalah semua biota laut yang hidup di dasar perairan pantai dan laut yang menjadi habitat mereka. Mereka terdiri dari tumbuh – tumbuhan, baik yang berupa pohon seperti mangrove, lamun, maupun alga yang tumbuh menempel ataupun mengakar di dasar pantai dan laut, dan hewan melata, menetap, menempel, memendam dan meliang di dasar perairan tersebut. Jenis benthos yang disukai oleh kerang adalah alga bentik yaitu tumbuh – tumbuhan laut yang merupakan kelompok terendah tingkatnya di antara tiga kelompok tumbuh – tumbuhan laut, yakni alga, lamun dan mangrove.

2) Kebiasaan Makan Kerang (Moluska)

Pengetahuan tentang pola makan spesies di alam adalah penting untuk pembentukan kebutuhan gizi dan interaksi dengan organisme lain. Setiap organisme dalam mendapatkan sumber makanannya diperoleh dengan cara yang berbeda. Pada kerang, kebutuhan makanan ini berpengaruh pada siklus pergantian cangkang dan pertumbuhannya. Makanan yang telah digunakan oleh kerang akan mempengaruhi sisa persediaan makanan dan sebaliknya dari makanan yang diambilnya akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan bagi tiap individu serta keberhasilan hidupnya. Kualitas makanan merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan kerang. Dimana kualitas makanan kerang dapat diketahui lewat kebiasan makanannya. Semua jenis


(42)

kerang–kerangan mempunyai kebiasaan makan (feeding habit) dengan memangsa partikel–partikel yang berupa mikroorganisme ataupun sisa–sisa bahan organik (detritus). Hal ini dikarenakan pada kerang memiliki pola makan yang bersifat filter feeder yaitu menyaring segala jenis makanan di sekitarnya sehingga dapat mengakumulasi mikro organisme (termasuk bakteri dan virus) dan bahan asing lain termasuk logam berat terserap dan tersimpan di dalam pencernaannya tanpa meracuni kerang itu sendiri;

Secara ekologi, filtrasi yang dilakukan oleh kerang laut bertujuan untuk menghindari kompetisi makanan sesama spesies. Makanan kerang adalah jasad renik terutama plankton dan bahan-bahan organik dimana partikel–partikel makanan yang disaring dari dalam air dan dipilah sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Nybakken (1992), menyebutkan berdasarkan pada makanan dan kebiasaan makannya, jenis-jenis bivalvia dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pemakan suspensi dan pemakan endapan. Bivalvia umumnya memperoleh makanan dengan cara menyaring partikel-partikel yang ada dalam air laut (Nontji,1987). Pada golongan pemakan endapan, bivalvia ini membenamkan diri dalam lumpur atau pasir yang mengandung sisa-sisa zat organik dan fitoplankton yang hidup di dasar. Makanan tersebut dihisap dari dasar perairan melalui siphon. Semakin dalam bivalvia membenamkan diri siphonnya semakin panjang. (Nontji,1987).

Alat-alat pencernaan makanan terdiri atas mulut, massa bucal, esophagus, kelenjr ludah, tembolok, lambung, kelenjar pencernaan, usus, rectum, dan berakhir pada dubur. Makanan yang berupa dedaunan diambil dengan menggunakan mandibula bersifat tanduk dan dihncurkan oleh radula. Saluran pencernaan lengkap dan terhubung dengan mulut, anus dan perut yang kompleks. Pola perut bervariasi sesuai dengan makanan moluska. Adapun cara pengambilan


(43)

makanannya adalah dengan membuka cangkangnya sedikit dan pada bagian tepi mantel diulurkan ke sisi cangkang. Setelah itu mantel berkontraksi sehingga ruangan di antara kedua lobi tersebut akan terbentuk celah. Bersamaan dengan aliran air ini akan terbawa sejumlah makanan. Adapun pada sisi-sisi makanan yang tidak diinginkan akan dikeluarkan melalui celah excurrent. Cara makan yang demikian menyebabkan terjadinya akumulasi polutan di dalam tubuh kerang tersebut.

Makanan diambil oleh sel-sel yang melapisi kelenjar pencernaan yang timbul dari perut, dan kemudian dilewatkan ke dalam darah. Bahan yang tidak tercerna dikompresi dan dikemas, kemudian dibuang melalui anus ke dalam rongga mantel dan dibuang dalam arus air. pengemasan limbah dalam bentuk padat ini untuk mencegah pengotoran air yang melewati insang.

Pakan tiram mutiara sangat tergantung pada pakan alami yang ada di perairan. Hidupnya yang menetap dan sifatnya yang filter feeder menyebabkan tiram menyerap pakan berupa plankton yang ada di perairan sekitarnya. Pada dasarnya tiram mampu menyeleksi pakan sesuai dengan kebutuhannya, namun pakan yang diserap tidak semuanya dapat dicerna oleh tiram. Pada penyaringan pakan alami dari air laut, tiram menggetarkan cilia pada insang sehingga menimbulkan arus air masuk ke dalam rongga mantel. Gerakan silia memindahkan pakan di sekeliling insang dan masuk ke dalam simpul bibir, kemudian dimasukkan ke dalam mulut oleh gerakan simpul bibir atau labial palp. Kerang abalone merupakan hewan herbivore, yaitu hewan pemakan tumbuh-tumbuhan dan aktif makan pada suasana gelap. Jenis seaweed/makro alga yang tumbuh dilaut sangat beranekaragam. Secara garis besar ada 3 golongan seaweed/makro alga yang hidup di laut, yaitu; 1) makro alga merah (Red seaweeds), 2) alga coklat (Brown


(44)

seaweeds), dan 3) alga hijau (Green seaweed). Berikut ini spesies/jenis seaweed yang dapat dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanannya, yaitu:

a) Makro alga merah, yaitu:  Corallina sp

 Lithothamnium sp  Gracilaria sp  Jeanerettia sp  Porphyra sp b) Makro alga coklat:

 Ecklonia sp  Laminaria sp  Macrocystis sp  Nereocystis sp  Undaria sp  Sargasum sp


(45)

Mengeksplorasi/Eksperimen 1

Lakukan eksplorasi/eksperimen terhadap jenis pakan dan kebiasaan makan kerang berdasarkan komoditas kerang yang dibudidayakan.

Alat-alat atau bahan yang harus disediakan :

1. Sumber belajar (buku, internet, lokasi budidaya kerang) 2. Sarana budidaya kerang (KJA/longline/Pen culture) 3. Plankton mikro/makro

4. Spat/benih kerang 5. Kamera

6. Alat tulis menulis

Mengeksplorasi/Eksperimen 1

Langkah-langkah yang harus peserta didik kerjakan adalah :

1. Lakukan identifikasi karakteristik rumput laut yang akan diberikan sebagai pakan kerang !

2. Lakukan pengumpulan jenis-jenis rumput laut yang dapat diberikan sebagai pakan kerang !

3. Lakukan percobaan pemberian pakan rumput laut hasil identifikasi !

4. Lakukan pengamatan selera kerang terhadap pakan yang diberikan !

5. Lakukan analisis hasil pengamatan yang terjadi selama pemberian pakan!

6. Buatlah laporan hasil pemberian pakan rumput laut/makro alga pada kerang !


(46)

Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap jenis pakan dan kebiasaan makan kerang

Parameter Selera kerang terhadap pakan yang diberikan

Jenis kerang :

Jenis pakan

Waktu Pemberian * Pagi

(06.00 – 10.00)

Sore (14.00 –

18.00)

Malam (19.00 – 22.00)

1. :

2. :

3. :

4.

5. :

*(cek list √)

Mengamati

 Bentuklah kelompok siswa dalam jumlah 4 – 5 orang

 Lakukan kegiatan mencari informasi dari buku atau bahan ajar, internet, video dan lain-lain sehingga peserta didik bisa memahami pengelolaan pakan pada pembesaran kerang.

 Adapun informasi yang harus peserta didik cari adalah : a.Menerapkan perhitungan kebutuhan pakan kerang b.Menerapkan teknik pemberian pakan kerang

Menanya

 Lakukan diskusi antar kelompok dengan cara setiap kelompok bertukar informasi !

 Bandingkan informasi yang peserta didik peroleh dengan informasi kelompok lain. Adakah

perbedaannya ? Jika ada, sebutkan !

 Tuliskan kesimpulan peserta didik tentang jenis pakan dan kebiasaan makan kerang kepada guru !


(47)

b. Perhitungan kebutuhan pakan

Tiram mutiara mengkonsumsi pakan alami berupa plankton yang ada diperairan tersebut, sehingga selama pemeliharaan tidak diberi pakan tambahan. Untuk itu perairan yang dipilih hendaklah memiliki kesuburan yang tinggi agar tiram tidak kekurangan makanan.

Abalon memiliki kebiasaan makan yang tidak tentu. Tingkah laku makan dari abalone tergantung dari tingkat pertumbuhan. Biasanya dalam sehari kerang abalone menghabiskan pakan dengan dosis 20- 25 %/ BB/ hari. Dan pakan tersebut dihabiskan dalam 3 kali sehari. Sedangkan awal larva menetas atau trochopore masih tergantung pada kuning telur sebagai sumber nutrisi. Ketika mengalami metamorfosa dan menjadi veliger, larva abalone mulai melekatkan diri pada substrat atau batu dan makan mikroalga terutama epiphite diatom seperti navicula, nitzchia, ampora dan lain-lain. Saat abalone mencapai juvenil awal (panjang shell (cangkang) 4 – 5 mm) sampai abalone dewasa menyukai pakan berupa makroalga seperti rumput laut (seaweed). Pada fase inilah dilakukan perhitungan dan pemantauan kebutuhan pakan kerang sesuai dosis yang telah ditetapkan. Untuk menghitung kebutuhan pakan menggunakan rumus Fedding Rate (FR). Fedding rate adalah merupakan persentase kebutuhan pakan kerang per hari berdasarkan berat rata-rata kerang (Average Body Weight) dan jumlah total kerang yang dipelihara (biomassa).

Sebagai contoh perhitungan kebutuhan pakan kerang berupa jenis Gracilaria sp sebagai berikut :

Jumlah pakan kerang per hari secara teknis adalah 25% dari bobot total kerang (biomas) yang ada di wadah budidaya pada saat itu. Jika jumlah spat yang ditebar 10.000 dengan bobot rata-rata 25 gram, dengan asumsi tingkat kehidupan (SR) 65%, maka jumlah pakan yang diperlukan per hari adalah :


(48)

Jumlah kerang = 65% X 10.000 = 6.500 ekor

Berat kerang di wadah budidaya = 6.500 X 25 gr = 162.500 gr Jumlah pakan = 25% X 162.500 gr = 40.625 gr per hari

Prosedur menghitung kebutuhan pakan kerang sebagai berikut :

1) Mengambil sampel kerang dalam wadah budidaya dengan hati-hati karena kerang menempel dengan kuat pada substrat

2) Menyiapkan timbangan duduk 1 kg atau lebih yang telah dicek keakuratan dan keberfungsiannya.

3) Menimbang berat air laut dan ember terlebih dahulu. Misalnya air dan ember adalah 1 kg.

4) Mengambil sampel kerang dan taruhlah dalam ember yang berisi air. 5) Memasukkan beberapa ekor kerang sampai mencapai 1 kg. misalnya

anda memasukan 4 ekor kerang dan berat mencapai 100 gram. berarti berat kerang anda saat ini adalah rata-rata 25 gram perekor.

6) Menghitung dosis pakan perhari yakni jika pemberian pakan 25% perhari berarti pemberian pakan rata-rata 6,25 gram perekor untuk satu kali pemberian makan. Dan jika dalam wadah budidaya ada sebanyak 10.000 ekor kerang maka sekali pemberian pakan adalah 10.000 ekor x 6,25 gr = 62.500 gram atau 62,5 kg.

7) Menghitung perkiraan pakan selama pemeliharaan yakni jika jumlah hari pemeliharaan direncanakan 14 bulan (420 hari) maka jumlah pakan makro alga (seaweed) adalah 420 x 62.5 kg = 26.250 kg

8) Bila diperkirakan Survival rate 65% sampai akhir pemeliharaan maka pakan yang akan habis sampai akhir pemeliharaan sebanyak 17.062 kg atau 40.625 gr per hari.


(49)

c. Teknik pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan dan tingkah laku komoditas

Teknik pemberian pakan pada kerang ditentukan berdasarkan jenis pakan yang dimakan, waktu makan dan pergerakkan kerang tersebut dalam mencari makan. Kerang (Molluska) dari spesies bivalvia umumnya mempunyai sifat makan yang filter feeder dengan makanan utama plankton (mikroalga) dan detritus organik dan beberapa spesies lainnya memakan makroalga . Ketika berada dalam air, kerang akan sedikit membuka cangkangnya untuk melakukan makan dan respirasi kemudian arus air akan mengalir melalui cangkang dan partikel makanan di saring dengan menggunakan insangnya yang besar. Beberapa spesies lain menggunakan siphon untuk mengambil partikel makanan seperti bakteri dan protozoa yang berada di permukaan sedimen. Makanan yang masuk melalui mulut (insang bersilia), dicerna satu persatu dengan bantuan sekresi enzim. Dalam pembesaran kerang dari kelas Pelecypoda, misalnya spesies Pinctada sp (Tiram mutiara), kerang secara alami mendapatkan makanan dari perairan yang kaya akan pakan mikroalga (diatom) sehingga para pembudidaya kerang tidak melakukan pemberian pakan. Spat-spat kerang hanya diatur penempatannya dalam keranjang (pocket net) agar dapat membuka cangkangnya dan mengambil pakan dari lingkungannya. Faktor keberhasilannya ditentukan berdasarkan pemelihan lokasi pembesaran kerang yakni menganalisa produktifitas perairan tersebut. Sedangkan beberapa kegiatan pembesaran kerang dari kelas Gastropoda misalnya spesies Heliotis sp (kerang abalone) yang telah berhasil dikembangkan dengan metode budidaya pen-culture dan keramba jaring apung (KJA), selain mendapatkan pakan alami dari perairan, juga mendapatkan pakan tambahan dari pemberian pakan makroalga (seaweed) oleh karena itu teknik pemberian dan waktu pemberian pakan makro alga harus direncanakan dan diberikan secara rutin. Pada materi ini akan dibahas


(50)

teknik pemberian pakan pada pembesaran kerang abalone (Heliotis asinina).

Dalam pembesaran kerang abalone pada metode pen-culture, pemberian pakan dilakukan jika ketersediaan pakan yang sebelumnya telah ditumbuhkan dalam wadah terlihat mulai sedikit. Pemberiannya dilakukan pada saat air sedang surut dengan cara menyelipkan antara jejeran genteng atau substrat penempel. Kerang akan merespon pakan yang diberikan bila suasana telah gelap atau malam hari. Jumlah setiap penambahan pakan yang diberikan sebanyak 25-30 kg berat basah/unit pen-culture. Saat pemberian pakan, perlu diperhatikan kebersihan dan kesegaran pakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya predator-predator yang terbawa dan menghindari pakan yang hampir/telah mati yang nantinya akan membusuk dan menimbulkan racun bagi kerang.

Gambar 4. Pemberian pakan di pen-culture. (Sumber : BBL Lombok)

Pemberian pakan pada metode Keramba Jaring Apung berbeda dengan metode pen-culture. Pada metode KJA, frekuensi pemberian pakan dilakukan 2-3 hari sekali sebanyak 2-5kg/unit wadah. Namun kelebihan dalam pemberian pakan pada metode KJA akan menimbulkan bahaya yaitu matinya sebagian pakan makro alga seperti Gracilaria sp dalam wadah yang menimbulkan bau busuk yang kemungkinan besar mengandung


(51)

bahan beracun (seperti NH3 dan H2S) yang dapat bersifat racun dan mematikan. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengontrolan pakan harus dilakukan secara rutin.

Gambar 5. Pemberian pakan di KJA. (Sumber : BBL Lombok)

Prinsip pemberian pakan pada kerang abalone didasarkan karena :

1) Kerang abalone dihabitat alaminya pada siang hari atau suasana terang lebih cenderung bersembunyi di karang-karang dan pada suasana malam atau gelap lebih aktif melakukan gerakan berpindah tempat. 2) Kerang abalone merupakan hewan herbivore, yaitu hewan pemakan


(52)

Mengeksplorasi/Eksperimen 2

Lakukan eksplorasi/eksperimen perhitungan pemberian pakan kerang berdasarkan komoditas kerang yang akan dibudidayakan. Alat-alat atau bahan yang harus disediakan :

1. Sumber belajar (lokasi budidaya kerang) 2. Timbangan

3. Rumput laut/seaweed 4. Spat/benih kerang 5. Kalkulator

6. Kamera

7. Alat tulis menulis

Langkah-langkah yang harus Peserta didik kerjakan adalah :

1. Lakukan perhitungan jumlah spat yang ditebar, perkiraan derajat kelangsungan hidup dan perkiraan berat rata-rata kerang !

2. Lakukan perhitungan biomassa kerang dengan rumus berikut : Biomassa = Jumlah tebar x SR x ABW


(53)

Tabel 2 . Perhitungan pemberian pakan kerang

Parameter Hasil Pengamatan

Jenis Kerang :

Jenis wadah budidaya : Jumlah kerang (ekor) : Average Body Weight* : Survival Rate (%)* :

Biomassa* :

Lama pemeliharaan (hari) :

Dosis pakan :

Jumlah total pakan (kg)* :

*Perhitungan pemberian pakan dimasukkan ke dalam tabel Mengeksplorasi/Eksperimen 2

3. Tentukan lama pemeliharaan dan dosis pakan kerang !

4. Lakukan perhitungan jumlah pakan perhari yang diberikan dengan rumus berikut :

(Jumlah total pakan = jumlah hari pemeliharaan x berat pakan perhari) 5. Lakukan analisis hasil perhitungan jumlah pakan yang akan diberikan

selama pemeliharaan kerang !


(54)

d. Perhitungan konversi pakan (FCR)

Kerang abalone adalah hewan yang sangat lambat tumbuh. Untuk mencapai

ukuran diatas 8 cm/ekor dengan berat 30-40gr/ekor, dibutuhkan masa waktu pemeliharaan 12-14 bulan dengan ketersediaan pakan yang selalu cukup. Pada awal pemeliharaan, pertumbuhan panjang cangkang sejalan dengan pertumbuhan berat hingga mencapai ukuran cangkang 4 cm dengan berat 11,5-13,37gr. Setelah mencapai ukuran diatas 4 cm,

Mengamati

 Bentuklah kelompok siswa dalam jumlah 4 – 5 orang

 Lakukan kegiatan mencari informasi dari buku atau bahan ajar, internet, video dan lain-lain sehingga peserta didik bisa memahami pengelolaan pakan pada pembesaran kerang.

 Adapun informasi yang harus peserta didik cari adalah :  Menerapkan perhitungan konversi pakan kerang

Menerapkan teknik efisiensi pakan kerang

Menanya

 Lakukan diskusi antar kelompok dengan cara setiap kelompok bertukar informasi !

 Bandingkan informasi yang peserta didik peroleh dengan informasi kelompok lain. Adakah

perbedaannya ? Jika ada, sebutkan !

 Tuliskan kesimpulan peserta didik tentang jenis pakan dan kebiasaan makan kerang kepada guru !


(55)

pertumbuhan lebih mengarah terhadap pertumbuhan berat. Tingkat keberhasilan kelangsungan hidup (Survival rate) kerang abalone yang dicapai dalam masa pemeliharaan 12-14 bulan sebesar 55-63%.

Sifat kerang abalone yang sangat rakus namun lambat tumbuh mengakibatkan tingginya nilai konversi pakan (Feeding Convercation of Ratio; FCR) yang dapat mencapai 27-29, artinya untuk meningkatkan berat badan sebesar 1 gr, kerang abalone harus memakan makanan sebanyak 27-29 gr. Feed Convertion Ratio merupakan perbandingan antara pakan yang digunakan dengan daging kerang yang dihasilkan (biomassa kerang). Tujuannya adalah untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi penggunaan pakan (pemberian pakan).

Rumus menghitung FCR :

FCR =

Pakan yang dihabiskan dalam 1 periode (mis = 2600 kg) Biomassa kerang (mis = 2500 kg)

FCR =

2600 kg 2500 kg FCR = 1,04

Keterangan : untuk meningkatkan berat badan kerang sebesar 1 gr, kerang abalone harus memakan makanan sebanyak 1,04 gr

e. Perhitungan Efisiensi Pakan

Dalam pemberian pakan kerang, jumlah pakan sehar-hari tidak boleh melebihi jumlah yang dianjurkan dalam tabel pakan yang telah dibuat. Kelebihan pemberian pakan dapat menyebabkan pakan tidak terkonsumsi oleh kerang dan menjadi bahan organik yang membusuk di dasar wadah budidaya. Akibatnya bau gas organik dapat membuat kerang stress ataupun


(1)

6) Aspek Tertib :

Skor 4 Dalam diskusi kelompok aktif, santun, sabar mendengarkan pendapat teman-temannya

Skor 3 Dalam diskusi kelompok tampak aktif,tapi kurang santun Skor 2 Dalam diskusi kelompok suka menyela pendapat orang lain Skor 1 Selama terjadi diskusi sibuk sendiri dengan cara berjalan

kesana kemari

c. Rubrik Presentasi

No Aspek Penilaian

1 2 3 4

1 Kejelasan Presentasi 2 Pengetahuan

3 Penampilan

Kriteria ;

1) Kejelasan presentasi

Skor 4 Sistematika penjelasan logis dengan bahasa dan suara yang sangat jelas

Skor 3 Sistematika penjelasan logis dan bahasa sangat jelas tetapi suara kurang jelas

Skor 2 Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan bahasa dan suara cukup jelas

Skor 1 Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan bahasa dan suara cukup jelas


(2)

2) Pengetahuan

Skor 4 Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan kesimpulan mendukung topik yang dibahas

Skor 3 Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan kesimpulan mendukung topik yang dibahas

Skor 2 Penguasaan materi kurang meskipun bisa menjawab seluruh pertanyaan dan kesimpulan tidak berhubungan dengan topik yang dibahas

Skor 1 Materi kurang dikuasai serta tidak bisa menjawab seluruh pertanyaan dan kesimpulan tidak mendukung topik

3) Penampilan

Skor 4 Penampilan menarik, sopan dan rapi, dengan penuh percaya diri serta menggunakan alat bantu

Skor 3 Penampilan cukup menarik, sopan, rapih dan percaya diri menggunakan alat bantu

Skor 2 Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi kurang percaya diri serta menggunakan alat bantu

Skor 1 Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi tidak percaya diri dan tidak menggunakan alat bantu

d. Penilaian Laporan Observasi

No Aspek Skor

4 3 2 1

1 Sistematika Laporan

Sistematika laporan mengandung tujuan, masalah, hipotesis,

Sistematika laporan mengandung tujuan, , masalah, hipotesis

Sistematika laporan mengandung tujuan, masalah, prosedur hasil

Sistematika laporan hanya mengandung tujuan, hasil pengamatan dan


(3)

No Aspek Skor

4 3 2 1

2 Data Pengamatan Data pengamatan ditampilkan dalam bentuk table, grafik dan gambar yang disertai dengan bagian-bagian dari gambar yang lengkap Data pengamatan ditampilkan dalam bentuk table, gambar yang disertai dengan beberapa bagian-bagian dari gambar Data pengamatan ditampilkan dalam bentuk table, gambar yang disertai dengan bagian yang tidak lengkap

Data pengamatan ditampilkan dalam bentuk gambar yang tidak disertai dengan bagian-bagian dari gambar

3 Analisis dan kesimpulan

Analisis dan kesimpulan tepat dan relevan dengan data-data hasil

pengamatan

Analisis dan kesimpulan dikembangkan berdasarkan data-data hasil pengamatan

Analisis dan kesimpulan dikembangkan berdasarkan data-data hasil pengamatan tetapi tidak relevan

Analisis dan kesimpulan tidak dikembangkan berdasarkan data-data hasil pengamatan 4 Kerapihan

Laporan Laporan ditulis sangat rapih, mudah dibaca dan disertai dengan data kelompok

Laporan ditulis rapih, mudah dibaca dan tidak disertai dengan data kelompok

Laporan ditulis rapih, susah dibaca dan tidak disertai dengan data kelompok

Laporan ditulis tidak rapih, sukar dibaca dan disertai dengan data kelompok


(4)

III. PENUTUP

Buku teks peserta didik ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan Kurikulum 2013, peserta didik didorong untuk aktif mencari sumber belajar lain yang tersedia di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan pada buku teks siswa ini. Peserta didik dapat memperkayanya dengan berinovasi/berkreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan.

Buku teks siswa ini masih banyak kekurangan dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pemeliharaan Kerang Abalone (H. asinina) dengan metoda Pen- Culture (Kurungan Tancap) dan Keramba Jaring Apung (KJA). Juknis Abalone BBL Lombok.

Anonim, 2009. 1001 Khasiat Bawang Putih. OTC Digest Edisi 35 Tahun III.

Anonim, 2013. Virus VNN. http://petambakaceh.org/index.php/informasi/info-penyakit/154-apa-itu-vnn. Diakses 1 Oktober 2011.

, 2013. Betanodavirus. http://viralzone.expasy.org/cgi-bin/viralzone/search?query=betanodavirus&commit=search+virus. Diakses 15 Oktober 2013.

, 2011. Nested PCR. http://id.wikipedia.org/wiki/Nested_PCR. Diakses 15 Oktober 2013.

Beveridge MCM. 1966. Cage Culture (2nd Edition). Fishing News Books.England, 346 p.

Bower, S.M. 2006. Synopsis of Infectious Diseases and Parasites of Commercially Exploited Shellfish: Fungal Diseases of Abalone.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Fallu, 1991. Abalone Farming. Fishing News Book, Oshey Mead, Oxford Oxoel, England.

Fitrahtunnisa, 2006. Variasi Aktivitas Fungisida Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) dari Berbagai Daerah terhadap Jamur Fusarium oxysporum f.sp. vanillae (Tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Irwansyah, 2006. Hama dan Penyakit pada Mollusca. Suatu Tinjauan Bagi Usaha Budidaya Abalone ( Haliotis asinina ). Materi Diklat Budidaya Abalone Bagi Guru-guru SMK Kelautan dan Perikanan. Balai Budidaya Laut Lombok Stasiun Gerupuk. Kerjasama Dikmenjur, Kyowa Co. Ltd dan DKP.

Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Kordi, K., M. Ghufran, 2007. Budidaya Kerapu Macan. Aneka Ilmu. Semarang. Kordi, K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan Kakap. PT Perca Jakarta.


(6)

Lepore, C.1993. Abalone Study Haliotis kamschatkana. Departemen of Fisheries and Oceans. Pasific Biological Station. http//www.oceanlink.island.net. 62 hal. Manahan D.T, and W.E. Jackle. 1992. Implication of Dissolved Organic Material in

Seawater for the Energetics of Abalone larvae Haliotis rusfences: a review. Di Dalam Abalone of the World: Biology, Fisheries and Culture. Proceeding of The 1st International Symposium of Abalone. La Paz, Mexico, 21-25 November 1989. USA: fishing News Books.

Muladno, 2003. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. USESE (Unit for Social and Economic Study and Evaluation), KPP IPB Baranangsiang III F6 No. 18. Bogor. Nakamura, K. 1994. Division of Fish Diseases. Nippon Veterinary and Animal Science

University, 1-7-1 Kyonan-cho, Musashino, 180 Tokyo, Japan.

Prijanto, Muljati. 1992. Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk Diagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV). (http://www.pcr.htm). Diakses 12 Oktober 2013.

Sofyan, Y, Bagja I, Sukriadi, Ade Yana, Dadan K W. 2006. Pembenihan Abalone (Haliotis asinina) di Balai Budidaya Laut Lombok. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lombok.

Tahang, Imron dan Bangun, 2006. Pemeliharaan Kerang Abalone (Haliotis asinina) Dengan Metode Pen-Culture (Kurungan Tancap) dan Keramba jaring Apung (KJA). Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lombok.

Sumetriani, M. 2009. Efektifitas ekstrak Bawang putih (Allium sativum L) dalam menghambat pertumbuhan jamur Legenidium sp Penyebab penyakit pada abalone (Haliotis asinina). Program Studi Bioteknologi Pertanian Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar

Yuwono, T., 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reactio. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Zonneveld N, Huisman EA dan Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT.Gramedia Pustaka Utam, Jakarta. 108 p.