Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang

(1)

ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BELAWAN

KAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG

TESIS

Oleh

REONALD SYAHRIAL

077003011/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BELAWAN

KAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

REONALD SYAHRIAL

077003011/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BELAWAN KAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG

Nama Mahasiswa : Reonald Syahrial Nomor Pokok : 077003011

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D) Ketua

(Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 3 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : 1. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D Anggota : 2. Prof. Dr. Lic,rer.reg Sirojuzilam, SE

3. Kasyful Mahalli, SE, M.Si 4. Dr. Tavi Supriana


(5)

ABSTRAK

“Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan Kaitannya

dengan Perencanaan Tata Ruang” merupakan judul tesis di bawah bimbingan Prof. Ir.

Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D (sebagai Ketua), Prof. Dr. lic.rer.reg Sirojuzilam, SE dan Kasyful Mahalli, SE, M.Si (masing-masing sebagai Anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ketersediaan lahan Daerah Aliran Sungai Belawan, mengetahui perencanaan tata ruang wilayah Daerah Aliran Sungai Belawan saat sekarang dan gambaran rencana tata ruang wilayah kedepan Daerah Aliran Sungai Belawan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai teknik overlay dari Sistem Informasi Geografis (SIG) dipadukan dengan spasial analisis data vektor dan raster digital.

Kebutuhan manusia bartambah seiring lajunya pertumbuhan suatu wilayah, terutama kebutuhan akan lahan yang sering tidak memperhatikan ekosistem yang ada. Daerah Aliran Sungai Belawan merupakan suatu ekosistem yang terancam punah/rusak oleh perkembangan wilayah di sekitarnya. Ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan ini memanjang dari hulu ke hilir melintasi pusat pertumbuhan Kota Medan dan Daerah Pengembangan Kabupaten Deli Serdang, oleh karena itu jika ekosistem DAS Belawan ini tidak dipertimbangkan dalam perencanaan suatu wilayah Kabupaten/Kota maka ekosistem tersebut akan terancam punah.

Memperhatikan kondisi faktual yang ada, di daerah aliran sungai yang melintasi pusat Kota Medan hampir semua sistem ekosistem sudah lumpuh seperti zona penyangga, zona pemanfaatan dan zona perlindungan dari sebuah ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan.

Hasil penelitian menunjukkan kondisi ketersediaan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan di Kabupaten Deli Serdang seluas 32.025,88 Ha dengan pertimbangan pemanfaatan berdasarkan zona lindung DAS seluas 3.716,46 Ha, zona pemanfaatan terbatas seluas 19.798,65 Ha. Sedangkan ketersediaan lahan untuk wilayah Kota Medan pada Daerah Aliran Sungai Belawan seluas 2.807,45 Ha dengan zona lindung 1.571,21 Ha, zona pemanfaatan terbatas seluas 1.392,54 Ha. Terdapat banyaknya penyimpangan pemanfaatan lahan terhadap Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara 2003-2018. Pembuatan tempat wisata di sepanjang sungai Belawan untuk menumbuhkan rasa memiliki dan menyebabkan kepedulian akan lingkungan semakin tinggi. Pemindahan masyarakat dengan bantuan kredit lunak perumahan bagi masyarakat yang tinggal di tepi sungai, merencanakan lebih baik kedepan dengan membuat arahan teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi sebagai acuan bagi Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.


(6)

ABSTRACT

“Analysis of Land Allocation Belawan Watershed Relation With Spatial Planning” is a thesis title under supervision of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D (as Chairman), Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE and Kasyful Mahalli, SE, M.Si (each Member).

This study aims to determine the condition of land availability watershed Belawan, knowing spatial planning watershed Belawan picture now and spatial planning future watershed Belawan. The method of analysis used in this study is to use overlay techniques of Geographic Information System (GIS) is combined with spatial analysis of vector and raster data digitally.

Human needs increase as the speed of growth of a region, especially the need for land that often do not notice the existing ecosystem. Belawan watershed is an endangered ecosystem damaged by the development of surrounding areas, Ekosistem Belawan River Basin extends from the upstream is downstream of growth across the center of Medan City and Regional Development Deli Serdang District, therefore, if the ecosystem Belawan DAS is not considered in planning a Regency/City of the ecosystem will be threatened with extinction.

Taking into account the existing factual circumstances, in watersheds that cross the center of the field almost every system has crippled the ecosystem as a buffer zone, zone and zone of protection utilization of a watershed ecosystem Belawan. The results showed the condition of land availability watershed (DAS) at Belawan Deli Serdang Regency area of 32.025,88 ha with consideration of the use of watershed protection zone covering 3.716,46 ha, limited use zones covering 19.798,65 ha. While the availability of land for the area of Medan to Belawan River Basin with an area of 2.807,45 Ha 1.571,21 protected zone, the zone of limited use area of 1.392,54 Ha. There are a number of irregularities on land use Spatial 2003-2018 Province of North Sumatra. Making the resorts along the river to cultivate a sense of Belawan has caused concern and a higher environment. Transfer of the community with the help of soft loans for housing people living on the riverbank, planning a better future by making a technical landing Spatial Plan as a reference for the Provincial Spatial County/City.


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan judul Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan Kaitannya dengan Perencanaan Tata Ruang Wilayah).

Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan penulis sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Atas bimbingan dan bantuan berbagai pihak dalam penyelesaian tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ketua dan

Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) beserta seluruh dosen dan staf.

2. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D sebagai Pembimbing Utama.

3. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE sebagai Pembimbing Akademis.

4. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si sebagai Pembimbing Akademis.

5. Departemen Kehutanan, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I, Badan

Perencanaan Daerah Propinsi Sumatera Utara, sebagai instansi yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

6. Ayahanda Syahrial tercinta, Ibunda Bismarni, A.Mpd, S.Pd tersayang dan Ayah

Mertua H.M. Cholil Lubis, BA, Ibu Mertua Hj. Rosnani mereka yang telah memberikan dorongan mental dan spiritual yang tak ternilai harganya.

7. Istri tercinta Dina Fitriana Lubis, S.Sos dan Anak tersayang Arfa Diandra

Syafiq selalu setia memdampingi dan memberikan dorongan semangat membuat hidup jauh lebih berarti.


(8)

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa dan sahabat yang telah memberikan bantuan dan partisipasi dalam penyelesaian penulisan penelitian ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan tulisan ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua yang terkait dalam penulisan ini.

Akhirnya, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak, semoga Allah SWT selalu memberi yang terbaik untuk kita semua.

Medan, Juli 2009


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Lahir di Baserah (Riau) tanggal 17 Mei 1981, sebagai anak pertama dari 5 (lima) bersaudara dari Ayah Syahrial dan Ibu Bismarni, A. Mpd, S.Pd. Dari perkawinan dengan Dina Fitriana Lubis, S.Sos, penulis baru dikarunia seorang putra tercinta Arfa Diandra Syafiq.

Pendidikan formal penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri tahun 1993 dan Sekolah Menengah Pertama tahun 1996 masing-masing di Baserah - Riau, serta SKMA Pekanbaru tahun 1999. Tahun 2000 masuk di Universitas Medan Area pada Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 2004.

Selanjutnya tahun 2007 penulis melanjutkan Studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Pembangunan dengan judul tesis Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan, menggunakan Sistem Informasi Geografis dengan metode spasial analisis dan lulus pada September 2009.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Masalah Penelitian ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Ekosistem DAS ... 6

2.2. Karakteristik DAS ... 8

2.3. Luas Daerah Aliran Sungai ... 8

2.4. Bentuk DAS ... 9

2.5. Lereng ... 10

2.6. Ketinggian ... 10

2.7. Jaringan Sungai ... 11

2.8. Pola Aliran ... 11

2.9. Sungai Terpanjang dan Sungai Induk ... 11

2.10. Vegetasi dan Penutupan Lahan ... 12


(11)

2.12. Penelitian Terdahulu ... 12

2.13. Kerangka Berpikir Penelitian... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1. Lokasi Penelitian ... 19

3.2. Pengumpulan Data ... 19

3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 19

3.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 25

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.6. Waktu Penelitian ... 29

3.7. Kondisi Real (Faktual) ... 29

3.8. Definisi Variabel Operasional ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Gambaran Umum Lokasi ... 38

4.1.1. Demografi/Kependudukan ... 41

4.1.2. Pekerjaan/Bidang Usaha ... 43

4.2. Analisis Daerah Aliran Sungai Belawan ... 44

4.2.1. Kebutuhan Manusia Akan Lahan ... 44

4.2.2. Ekosistem DAS Belawan ... 46

4.2.3. Analisis Iklim ... 49

4.2.4. Analisis Tanah ... 50

4.2.5. Analisis Kelerengan ... 51

4.3. Overlay Peta ... 51

4.4. Tata Ruang Wilayah Propinsi terhadap DAS Belawan ... 52

4.5. Ketersediaan Lahan ... 53

4.6. Analisa DAS Belawan dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah ... 56


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 63


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 : Kelas Intentitas Hujan ... 36

3.2 : Kelas Jenis Tanah... 36

3.3 : Kelas Lereng ... 37

4.1 : Luas DAS Belawan per Kabupaten ... 38

4.2 : Luas DAS Belawan per Kecamatan Kabupaten Deli Serdang ... 39

4.3 : Luas DAS per Kecamatan Kota Medan ... 40

4.4 : Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang (DAS Belawan) ... 41

4.5 : Jumlah Penduduk Kota Medan (DAS Belawan)... 43

4.6 : Kondisi Faktual Pemanfaatan Lahan DAS Belawan ... 45

4.7 : Kondisi Faktual Penutupan Lahan DAS Belawan ... 46

4.8 : Kondisi Seharusnya Zona Kawasan DAS Belawan ... 48

4.9 : Zona Pemanfaatan DAS Belawan Berdasarkan PP 44/2004 ... 49

4.10 : Luas Peruntukan Zona Daerah Aliran Sungai Detil dalam (Ha).... 50

4.11 : Ketersediaan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan ... 52

4.12 : Luas Kawasan Berdasarkan Tata Ruang Wilayah DAS Belawan 52

4.13 : Data Ketersediaan Lahan Tiap Kecamatan ... 54

4.14 : Ketersediaan Lahan per Kecamatan Berdasarkan Zona DAS ... 55

4.15 : Perbandingan Kondisi Faktual dan Kondisi yang Seharusnya ... 57

4.16 : Perbandingan Zona Menurut PP dan Tata Ruang Wilayah 2003-2018 ... 58

4.17 : Penyimpangan Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Tata Ruang Propinsi Sumatera Utara 2003-2018 ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 : Hubungan antara Klasifikasi Tanah Indonesia dengan FAO dan

USDA... 66

2 : Hubungan antara Klasifikasi Tanah Puslitan (1983) dengan FAO 67

3 : Peta Kontur Berdasarkan Peta SRTM/DEM Beda Tinggi 25

Meter ... 68

4 : Penampang Melintang DAS Belawan pada Peta SRTM/DEM

Beda Tinggi 25 Meter ... 69

5 : Citra Radar SRTM/DEM Beda Ketelitian 90 Meter Daerah

Aliran Sungai Belawan ... 70

6 : Sudut Pandang Daerah Aliran Sungai Belawan ... 71

7 : Penyimpangan Tata Ruang Daerah Aliran Sungai Belawan ... 72

8 : Peta Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara Daerah

Aliran Sungai Belawan ... 73

9 : Peta Ketersediaan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan ... 74

10 : Peta Penyimpangan Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai Belawan 75

11 : Peta Pembagian Zona Hasil Analisa Daerah Aliran Sungai

Belawan ... 76

12 : Peta Kondisi Faktual Hasil Analisis Penafsiran Citra Satelite

Daerah Aliran Sungai Belawan ... 77

13 : Dokumentasi Penelitian ... 78


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan wilayah merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan tersebut akan dilaksanakan secara serasi, selaras, dan seimbang di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat dapat diwujudkan melalui penataan wilayah pengembangan pemerintah daerah. Penataan ini dilakukan dengan suatu pertimbangan terhadap kondisi dan kebutuhan yang nyata pada wilayah tersebut.

Menurut Sudarisman (1997): azas berkelanjutan dapat diselenggarakan di dalam seharian pengolahan yang unik dan mampu mewadahi dalam sekala ekonomi. Skala produksi sekaligus skala ekosistem. Satuan pengolahan tersebut kita yakin dapat ditemukan pada Daerah Aliran Sungai (DAS).

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang paling tepat bagi pembangunan tempat bertemunya kepentingan nasional dengan kepentingan setempat. Pembangunan ekonomi yang mengolah kekayaan alam Indonesia harus senantiasa memperhatikan bahwa pengelolaan sumber daya alam di samping untuk membeli manfaat pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, sumber daya alam


(17)

terutama hutan, tanah, dan air harus tetap dijaga agar kemampuannya untuk memperbaiki diri selalu terpelihara.

Dalam konsep pengembangan kawasan telah banyak dikemukakan untuk menjelaskan persoalan-persoalan ketidakseimbangan dalam pembangunan wilayah, beberapa persoalan penting berkaitan dengan peran pusat dalam pembangunan wilayah yang harus diberikan perhatian penting, yaitu mengenai penentuan berapa jumlah sampul utama yang tepat difungsikan sebagai pusat-pusat wilayah pembangunan, hirarki kota, hubungan fungsional antar sampul yaitu kearah mana orientasi didistribusikan secara geografis tiap tiap sampul dilakukan.

Saat ini pembangunan wilayah sudah menyatakan perkembangan pesat, hal ini dapat dilihat beragamnya permasalahan yang terjadi seperti kebutuhan akan lahan dan kebutuhan akan ruang yang terus meningkat, kurangnya sarana prasarana, banjir, kumuh, yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah, dan akhirnya mengalami tekanan yang cukup signifikan yang harus diantisipasi penanganannya.

Kebutuhan akan lahan yang terus meningkat perlu diatur dalam perencanaan wilayah demi terciptanya keseimbangan tata ruang yang cukup kebutuhan.

Peruntukan lahan di setiap wilayah haruslah diikuti dengan kebutuhan yang seimbang agar kelestarian alam tetap terjaga dengan pola pemenuhan kebutuhan manusia.

Dalam pengelolaannya peruntukan lahan tidak bisa dikelola dengan hanya melihat pembagian menurut wilayah administrasi saja, ini akan menyebabkan kerugian pada wilayah lainnya. Sebagai contoh: di suatu daerah tertentu masyarakat


(18)

yang melakukan budidaya pada lahan-lahan yang mempunyai kelerengan yang cukup tinggi tanpa melakukan teknik konservasi, dapat mengakibatkan lahan menjadi rusak di daerah hulu, dan mengakibatkan banjir di daerah hilir. Untuk itu perlu dilakukan dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai.

Penanganan berdasarkan wilayah administrasi bisa saja tumpang tindih berbagai kepentingan, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah melalui pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Salah satu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada di dekat kita adalah DAS Belawan. Kota Medan merupakan wilayah yang menarik untuk dianalisis untuk studi, ini dikarenakan Kota Medan dengan peruntukan lahan yang kompleks dilalui 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar. Salah satunya yang melintasi langsung mulai dari hulu hingga hilir sungai adalah Daerah Aliran Sungai Belawan.

DAS Belawan dialiri sungai yang berasal dari hulu mata air melewati pusat Kota Medan menuju laut di Belawan. DAS ini terbilang pendek dalam hal sungai terpanjangnya bila dibandingkan dengan DAS lainnya seperti DAS Ular dan DAS Wampu, DAS Belawan ini termasuk komplek dalam tata guna lahannya, sehingga kita bisa memperkirakan pengelolaannya yang rumit dan penerapan yang ada di lapangan berbeda, sehingga dengan peruntukannya tidak seimbang.

DAS Belawan sebagian besar melintas Kota Medan dan Kabupaten Deli

Serdang. DAS Belawan mempunyai luas ± 40.121,01 Ha. Ekosistem DAS hulu

merupakan bagian penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh DAS. Perlindungan ini antara lain berfungsi sebagai perlindungan tata air. Oleh


(19)

karena itu dalam perencanaannya DAS hulu seringkali menjadi fokus perencanaan mengingat bahwa suatu DAS di daerah hulu dan daerah hilir mempunyai karakteristik biofisik melalui daur hidrologi (Asdak, 1995).

Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan daerah hulu dan daerah hilir DAS, terkait peruntukan lahan maka perencanaan peruntukan lahan haruslah meliputi seluruh DAS.

Dalam hubungannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, penelitian ini mempunyai kaitan yang sangat erat di mana pola peruntukan lahan akan mempengaruhi kelangsungan dan kelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS).

Mengingat pentingnya peruntukan lahan untuk kehidupan maka perlu diteliti peruntukan lahan, fungsi lindung, komparasi faktual penutupan lahan dengan peruntukan seharusnya, serta perencanaan tata ruang. Dengan demikian dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan arahan fungsi dan tata guna lahan demi kelestarian lingkungan dan terjaganya ekosistem DAS.

1.2. Masalah Penelitian

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang ada, yaitu:

1. Bagaimana kondisi ketersediaan lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia

akan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan?

2. Bagaimana perencanaan tata ruang wilayah Daerah Aliran Sungai Belawan


(20)

3. Bagaimana gambaran rencana tata ruang kedepan kaitannya dengan perencanaan wilayah?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi ketersediaan lahan guna memenuhi kebutuhan

manusia akan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.

2. Untuk mengetahui perencanaan tata ruang wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)

Belawan kondisi sekarang.

3. Untuk mengetahui gambaran rencana tata ruang kedepan kaitannya dengan

perencanaan wilayah.

a. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan persiapan arahan peruntukan lahan Kabupaten Deli Serdang dan

Kota Medan dalam merencanakan dan melaksanakan tata ruang wilayah.

2. Dengan arti luas; data hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya

oleh Pemerintah Propinsi maupun Kabupaten dalam menyusun rencana tata ruang wilayah dalam pembangunan.

3. Sebagai bahan masukan yang baik bagi instansi terkait dalam bidang

lingkungan umumnya dan kehutanan dan pertanian khususnya.

4. Bahan pembanding bagi peneliti lain yang studi dalam bidang peruntukan dan


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem DAS

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang paling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Sistem tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang menyusunnya. Besar kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan pada ekosistem tersebut. DAS dapatlah dianggap sebagai suatu ekosistem (Odum, 1969).

Sedangkan pengertian DAS atau Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau melalui satu sungai utama. Dengan demikian suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa punggung bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh wilayah daratan habis berbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran Sungai (DAS) (Asdak, 1995).

Ekosistem terdiri atas komponen biotis dan anbiotis yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur. Dengan demikian dalam suatu ekosistem tidak ada satu komponen pun yang berdiri sendiri. Melainkan ia mempunyai keterkaitan dengan komponen yang lain, langsung atau tidak langsung. Aktivitas suatu komponen selalu memberi pengaruh pada komponen-komponen ekosistem yang lain. Manusia adalah salah satu komponen yang penting. Sebagai komponen


(22)

yang dinamis, manusia dalam menjalankan aktivitasnya seringkali mengakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan dan dengan demikian mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Selama hubungan timbal balik antar komponen ekosistem dalam keadaan seimbang, selama itu pula ekosistem berada dalam kondisi stabil. Sebaliknya, bila hubungan timbal balik antar komponen lingkungan mengalami gangguan, maka terjadilah gangguan ekologi (Odum, 1969).

Secara Hidrologis wilayah hulu dan hilir merupakan satu kesatuan organis yang tidak dapat terpisahkan, keduanya memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang sangat tinggi (Purwanto, 1997).

Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa ekosistem harus dilihat secara utuh, tidak bisa dipisah-pisahkan, yaitu dengan cara mengidentifikasi semua komponen yang terlibat serta interaksi antar komponen tersebut.

Dalam mempelajari ekosistem DAS, Daerah Aliran Sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu tengah dan daerah hilir. Daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, mempunyai kerapan drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar (lebih besar dari 15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Sementara daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan kecil sampai sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan air). Ekosistem DAS hului merupakan bagian yang sama pentingnya dengan daerah hilir karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS (Asdak, 1995).


(23)

Dengan menerapkan kaidah dan azas pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), maka DAS berhutan merupakan cadangan simpanan air dan sumber aliran sungai-sungai yang dapat memasok air bagi bermacam keperluan, seperti air untuk keperluan domestic, industri, irigasi dan sebagainya (Manan, 1992).

2.2. Karakteristik DAS

Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi beberapa variable yang dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta dan dari data penginderaan jauh (remote sensing) (Seyhan, 1977) menyatakan bahwa karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) Faktor lahan (ground factor), yang meliputi topografi, tanah, geologi, geomorfologi dan (2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.

2.3. Luas Daerah Aliran Sungai

Luas suatu DAS atau Sub DAS dapat diukur secara langsung kelapangan atau secara langsung di peta citra satelit atau peta topografi (TOP)/peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dengan menggunakan alat ukur luas (planimeter), atau dengan sistem

Geographic Information System (GIS). Sebelum melakukan penelitian maka batas


(24)

2.4. Bentuk DAS

Bentuk DAS mempunyai pola aliran dan ketajaman puncak discharge banjir. Bentuk DAS sulit dinyatakan secara kuantitatif. Dengan membandingkan konfigurasi basin dapat dibuat suatu indeks yang berdasarkan pada derajad kekadaran circulaty dari DAS.

Avery (1975) menyatakan indeks bentuk DAS dengan rumus:

Indeks Bentuk =

2 / 1 2 ) ( ( ) ( 28 . 0 Km luasDAS Km S kelilingDA

Apabila DAS berbentuk lingkaran maka indeks bentuk DAS akan mendekati 1 (satu). Horton (1932) mengembangkan faktor bentuk DAS dengan rumus:

Lb Lb A R  

Di mana R = Faktor bentuk DAS

A = Luas DAS

Lb = Panjang sungai utama

Bentuk Daerah Aliran Sungai circulaty ratio dengan rumus:

Ac A Rc

Di mana Rc = Circularity ratio

A = Luas DAS


(25)

Apabila besarnya nilai Rc adalah 1 (satu) berarti bentuk DAS tersebut adalah lingkaran. Sedangkan bila nilai Rc kirang dari 0,5 maka bentuk DAS tersebut adalah memanjang.

2.5. Lereng

Pengukuran lereng di lapangan dapat digunakan abney level atau Clinometer, sedangkan pengukuran lereng melalui peta topografi atau peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dapat menggunakan Slope Meter atau dengan mencari beda tinggi dengan paralaks meter atau dengan menggunakan rumus Avery (1975) menggunakan contour length methode, rumus:

Lereng (%)

A L C 

Di mana c = interval kontur (m)

l = total panjang kontur A = Luas DAS (m2)

2.6. Ketinggian

Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, diukur di lapangan atau melalui foto udara jika terdapat salah satu titik kontrol sebagai titik ikat. Ketinggian rata-rata pada suatu DAS merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap temperatur dan pola hujan khususnya pada daerah topografi bergunung.


(26)

2.7. Jaringan Sungai

Pola aliran atau susunan sungai suatu DAS merupakan karakteristik fisik setiap drainase basin yang penting karena pola aliran sungai mempengaruhi efisiensi sistem drainase dan karakteristik hidrografis, dan pola aliran menentukan bagi pengelola DAS untuk mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS khususnya tenaga erosi (Anonim, 1996).

2.8. Pola Aliran

Terdapat bermacam-macam bentuk pola aliran yang masing-masing dirincikan oleh kondisi yang dilewati oleh sungai tersebut. Delapan jenis pola aliran yang biasa dijumpai adalah pola dendritik, parallel, trellis, rectangular, radial,

annural, multibasinal dan contorted. Pola aliran dendritik yang mencirikan sebagian

besar sungai-sungai di Indonesia, dapat dijumpai dalam kondisi yang berbeda-beda menurut batuannya.

2.9. Sungai Terpanjang dan Sungai Induk

Panjang sungai terpanjang dan sungai induk DAS diukur dari outlet ke sumber asal air, yaitu dari mulut DAS (outlet/mouth of watershed) sampai sumber air. Sedangkan panjang sungai utama diukur dari mulut DAS sampai ujung sungai utama.


(27)

2.10. Vegetasi dan Penutupan Lahan

Peran vegetasi mempunyai arti yang sangat penting dalam proses gidrologi suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu intercepting hujan yang jatuh dan

transpirating air yang terabsorpsi oleh akarnya.

2.11. Tanah dan Batuan

Tipe dan distribusi tanah dalam suatu Daerah Aliran Sungai adalah penting untuk mengontrol aliran bawah permukaan (sub surface flow) melalui proses infiltrasi. Variasi dalam tipe tanah dengan kedalaman dan luas tertentu akan mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan kelembaban tanah (soil moister

storage).

2.12. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Suhartanto (2000), Optimasi Pengelolaan DAS di Sub Daerah Aliran Sungai danau Kabupaten Serang Propinsi Banten Menggunakan Model Hidrologi Answers, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi besarnya erosi, sedimentasi

dan limpasan permukaan yang disebabkan perubahan tata guna lahan di Sub DAS

Cihideung dan mengidentifikasi pengelolaan DAS yang optimal sesuai dengan

prinsip konservasi menggunakan model Answers. Hasil simulasi menunjukkan bahwa areal hutan memiliki kemampuan lebih baik untuk menurunkan laju limpasan, sedangkan areal padang rumput memiliki kemampuan lebih baik untuk


(28)

menurunkan laju erosi dan sedimentasi faktor dominan yang mempengaruhi erosi, sedimentasi dan limpasan adalah kemiringan lahan, jenis tanah dan tata guna lahan seperti hutan campuran, padang rumput dan areal pertanian/sawah Pengelolaan DAS yang optimal adalah integrasi dari areal hutan dan areal tanaman rumput di mana masing-masing aspek memiliki kelebihan dan kekurangan.

2. Tejowulan dan Suwardji (1997), Sistem ekologi dan manajemen daerah aliran

sungai pusat pengkajian lahan kering dan rehabilitasi lahan Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggung perbukitan atau pegunungan di hulu sungai ke arah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumber daya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya. Agar manfaat DAS dapat diperoleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Secara singkat penelitian itu menyajikan pokok-pokok pikiran tentang sistem ekologi dan filosofi DAS untuk mencapai pengelolaan DAS yang berkelanjutan dan menguntungkan.

3. Surgawan, (2004), Analisa Tingkat Kekritisan DAS di Sub DPS Bango dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi. Tugas Akhir Jurusan Pengairan,

Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Proses hidrologi yang terjadi di suatu Daerah Aliran Sungai berkaitan dengan terjadinya erosi, transpor sedimen, dan deposisi sedimen di bagian hilir. Perubahan tata guna lahan


(29)

dan praktek pengelolaan DAS juga akan mempengaruhi terjadinya erosi dan sedimentasi. Elevasi permukaan bumi yang direpresentasikan dalam bentuk

Digital Elevation Model (DEM) dengan menggunakan perangkat lunak

berbasiskan Sistem Informasi Geografi memberikan kemudahan dalam melakukan pengolahan data dan analisa spasial kondisi fisik di Sub Daerah Pengaliran Sungai Bango. Dengan mengetahui kondisi fisik di Sub DPS Bango faktor-faktor fisik yang berpengaruh kemudian dapat ditentukan untuk melakukan perhitungan besarnya erosi, hasil sedimen, tingkat bahaya erosi, urutan tingkat kekritisan sub DAS, dan arahan penggunaan lahan. Di mana perhitungan erosi dan hasil sedimen menggunakan model SWAT (Soil and Water Assessment Tool) dengan metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) dan perangkat lunak yang dipakai adalah AVSWAT 2000 versi 1.0 dan ArcView GIS 3.2a. Dari hasil perhitungan yang didapatkan kemudian melakukan analisa kondisi tata guna lahan existing dengan arahan penggunaan lahan, erosi setiap unit lahan HRU (Hydrologic Response Units), dan tingkat bahaya erosi setiap unit lahan HRU, dari analisa tersebut akan dilakukan modifikasi terhadap tata guna lahan existing untuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada unit lahan yang mempunyai kelas bahaya erosi berat dan sangat berat, dari hasil modifikasi tersebut akan didapatkan tata guna lahan modifikasi. Dengan melakukan analisa perbandingan hasil simulasi perhitungan erosi, hasil sedimen, dan tingkat bahaya erosi pada kondisi tata guna lahan existing dan tata guna lahan modifikasi maka arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah di Sub DPS Bango dapat ditentukan.


(30)

4. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air (2001), Kajian Model

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Das) Terpadu, Kajian ini bermaksud menganalisis sistem pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan menggunakan pendekatan yang menyeluruh dengan memperhatikan seluruh pihak dan sektor yang ada di dalam DAS. Ada tiga sektor utama yang dianalisis peranannya yaitu sektor kehutanan, sektor sumber daya air, dan sektor pertanian. Metodologi yang dipakai adalah analisa ekonometrik untuk mengetahui dampak dari kebijakan pembangunan dari ketiga sektor yang ada terhadap kinerja DAS. Studi ini juga memasukkan variabel-variabel tambahan seperti permukiman untuk mewakili sektor-sektor lain yang ada di dalam DAS. Terdapat tiga sistem DAS yaitu, DAS Ciliwung di Jawa Barat, DAS Jratunseluna di Jawa Tengah, dan DAS Batanghari di Jambi. Ketiga sistem DAS tersebut mewakili 3 kondisi pengelolaan. Walaupun ketiga DAS ini mempunyai karakteristik yang berbeda, tetapi kinerja mereka hampir sama. Mereka mewakili gambaran umum kondisi DAS di Indonesia yang menunjukkan degradasi pengelolaan hutan dan lingkungan hidup. Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa kinerja DAS tidak hanya dipengaruhi oleh satu atau dua sektor tertentu, tetapi paling tidak ketiga sektor pembangunan yang dianalisis memberikan pengaruh secara bersamaan dengan intensitas yang cukup signifikan. Alokasi dana pembangunan untuk kegiatan-kegiatan di sektor kehutanan cenderung mempunyai pengaruh yang baik terhadap kinerja DAS. Demikian pula halnya investasi di sektor sumber daya air. Di sisi lain, investasi di sektor pertanian cenderung memperburuk kondisi DAS. Sebab,


(31)

kegiatan-kegiatan pertanian menambah pembukaan lahan. Berdasarkan hasil-hasil analisis tersebut, kajian ini merekomendasikan pengelolaan DAS terpadu, artinya bukan hanya mengembangkan satu sektor sementara mengabaikan pengembangan sektor lainnya. Pengelolaan DAS seharusnya melibatkan seluruh sektor dan kegiatan di dalam sistem DAS. Bila tidak, maka kinerja DAS akan memperburuk yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat produksi sektor-sektor tergantung pada kinerja DAS.

5. Hartono (2003). Analisis Lahan Kritis dan Arahan Teknik Lapangan di SUB DAS Lau Renun, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Hubungannya dengan penelitian ini berkaitan dengan pola analisa wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) dan metode penelitian menggunakan analisis overlay Spasial Analisis Sistem Informasi Geografis. Dalam penelitiannya lebih mengarah kepada arahan teknik penanganan lahan kritis DAS Lau Renun Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

2.13. Kerangka Berpikir Penelitian

Kebutuhan manusia akan lahan terus meningkat, baik kebutuhan akan tempat tinggal, tempat usaha, fasilitas umum (rumah ibadah pasar dan jalan), dan fasilitas pemerintah. Oleh karena itu banyak peraturan yang mengatur tentang tata guna lahan dan tata ruang wilayah agar pola pemanfaatannya tidak merusak ekosistem yang ada. Wilayah yang diteliti adalah Daerah Aliran Sungai Belawan dengan ruang permasalahan yang kompleks, ini akan di review dengan untuk ditinjau dari data yang


(32)

tersedia di Instansi Pemerintah yang berwenang, apakah penggunaan lahan selama ini telah sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan (regulator). Analisa penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis, fungsi extention analisis perangkat lunak Arcview versi 3.2. Dari hasil analisa tersebut diharapkan mempunyai solusi dari penyimpangan peruntukan lahan dari yang telah ditetapkan, salah satunya dengan cara membuat data ketersediaan lahan untuk perencanaan kedepan demi kelestarian Ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan yang secara administrasi sebagian besar berada di Kabupaten Deli Serdang dan Kota

Medan. Secara geografis Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan berada di posisi: 98°

29’ 47.868 98° 42 35.496 BT, 03° 50 23.676 03° 15 24.036LU.

3.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan semua informasi penelitian, data tersebut berupa:

- Data Perencanaan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara.

- Data Sebaran Kependudukan Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang

dan Kota Medan.

- Data Raster dan Vektor Perpetaan Digital.

- Keadaan sekarang di lapangan dengan menggunakan pengamatan langsung ke

lokasi penelitian (groundcheking).

3.3. Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OVERLAY (tumpang tindih) dan Analizing Spasial dengan menggunakan teknologi Sistem


(34)

Informasi Geografi perangkat lunak Acrview Versi 3.2 dan menggunakan analisis

data dari Peta Citra Satelite resolusi tinggi (Quickbird dan Citra Spot 5) menggunakan perangkat lunak Global Mapper Versi 2.0.

Pengolahan data dilakukan untuk menentukan pola penggunaan lahan (data

land use), mengetahui curah hujan (data BMG), kemiringan (data topografi),

penutupan lahan (vegetasi), fungsi lindung (data tata ruang), rencana tata ruang wilayah Propinsi Sumut (RTRWP), jumlah penduduk tersebar (data statistik), citra resolusi tinggi (citra spot), data survey ke lapangan (ground check) di daerah DAS Belawan.

Data berupa peta yang berisi informasi dianalisis melalui teknik overlay /tumpang tindih layer (lembar) untuk mendapatkan data perbandingan dan data gabungan, teknik ini dilakukan menggunakan perangkat lunak software Arcview Versi 3.2 dengan cara sebagai berikut:

1. Scanning/Digitizing/Membuat Vektor

Data peta berbentuk kertas diletakkan di Meja Digitizer, didigit (dikonversi menjadi Digital) menggunakan Mouse Digitizer sehingga mendapatkan informasi: jalan, sungai, cabang sungai, batas areal, perkampungan, nama sungai dan nama kota, data vegetasi serta informasi yang data ketinggian, tergantung informasi apa yang tersedia di sumber data. Ini untuk memudahkan analisis dalam bentuk digital dengan tujuan penyamaan format data dan transformasi (memberi koordinat lokasi)


(35)

untuk menyamakan sistem projection (kesatuan tampilan), Prahasta (2002).

Scanning Digital bertujuan men-scanning peta berbentuk kertas kedalam

format digital menggunakan perangkat keras (Scanner ukuran A0) sehingga mendapatkan semua data yang tersedia dalam peta, ini juga untuk memudahkan analisis dalam bentuk digital dengan tujuan penyamaan format data dan transformasi (memberi koordinat lokasi) untuk menyamakan sistem projection (kesatuan tampilan) Prahasta, (2001).

2. Viewing/Penampilan Data

Data peta Digital hasil Digitizing dan Scanning ditampilkan dalam satu lebar kerja menggunakan perangkat lunak ARCVIEW, penampilan data dilakukan satu persatu untuk mendapatkan pola yang terarah dalam melakukan editing/perbaikan data.

3. Editing Data/Penyempurnaan

Data yang ditampilkan di lembar kerja diedit/dipotong sesuai batas Daerah Aliran Sungai (DAS Converage) sehingga hanya daerah yang diinginkan yang dapat ditampilkan, ini bertujuan agar data di luar DAS yang diteliti tidak terhitung/ikut dianalisis (Prahasta, 2002).


(36)

Pembuatan Vektor (Line, Point, Polygon)

Pembuatan vektor menggunakan perangkat lunak ARCVIEW dengan cara memindahkan data bentuk Raster (data digital gambar) menjadi data digital yang mudah diolah/dihitung.

Ada dua jenis data yang dianalisis: 1. Vektor adalah data digital berbentuk

Line/garis (informasi jalan, sungai, dan batas administrasi wilayah), Point/titik (berisikan informasi nama kota, nama sungai, titik tinggi, dan

titik pengecekan koordinat), serta Polygon/Area (informasi luas DAS, luas area perkotaan, luas vegetasi, luas daerah perlindungan) 2. Raster adalah data digital dalam format gambar yang hanya dapat dianalisis dengan

View Color (tampilan warna) dan tidak mengandung informasi data

vektor, data ini dianalisis menggunakan warna yang mewakili informasi penampilan sebenarnya di lapangan, seperti Citra Resolusi Tinggi (Peta Hasil Scaner, Ikonos, Quickbird, Landsat, Spot 5), (Danoedoro, 1996).

4. Overlay/Tumpang Tindih

Data yang sudah diedit ditampilkan dalam satu format peta, lalu di overlay/tumpang tindihkan untuk menggabungkan informasi yang diperlukan seperti, menggabungkan jalan dan luas DAS Belawan untuk mendapatkan data sebaran jalan di wilayah DAS Belawan.

5. Croping/Pemotongan Data

Pemotongan data, diperlukan untuk menentukan batas data penelitian sehingga data yang diteliti dapat fokus pada DAS Belawan. Contoh data


(37)

vegetasi dipotong berdasarkan DAS Belawan akan mendapatkan data sebaran penutupan lahan di DAS Belawan.

6. Merger/Penggabungan Data

Data yang telah dipotong digabungkan dengan data yang lain sehingga mendapatkan konfigurasi data yang diperlukan, contoh penggabungan data untuk mendapatkan data ketersediaan lahan di daerah Hulu DAS dan di daerah hilir DAS belawan.

7. Overlay/Tumpang Tindih Tahap II

Overlay data tahap dua diperlukan penggabungan data sekunder dan data

primer yang didapat waktu pelaksanaan survey dan data citra hasil foto satelit resolusi tinggi, bertujuan untuk menghasilkan komparasi data faktual dan pemanfaatan Ekosistem DAS yang seharusnya.

8. Editing Raster/Pemotongan Citra

Pemotongan data citra dalam format digital Raster, diperlukan untuk menentukan batas data penelitian sehingga data citra foto satelit yang diteliti dapat fokus pada DAS Belawan. Contoh data Qiuckbird/Ikonos dipotong berdasarkan DAS Belawan akan mendapatkan data tampilan kondisi faktual sekarang di DAS Belawan.

Perangkat lunak global mapper berguna untuk menggenerate kontur/titik ketinggian sehingga mendapatkan data kelerengan, membuat kontur memerlukan file Satelite Radar (ber extensi .hgt) sehingga wilayah yang diteliti akan diketahui ketinggiannya dari permukaan laut (meter dpl).


(38)

9. Overlay Raster Dan Vektor Tahap III

Menggabungkan data Citra, data lahan, data tanah, data sebaran perkampungan, data curah hujan, data kelerengan, data rencana tata ruang propinsi, data daerah perlindungan DAS, data sebaran sungai dan anak sungai, untuk mendapatkan tampilan peta yang akan dianalisis tumpang tindih serta menghitung/calculate secara detil (Tarboton, 2000).

10.Analisis II Data Overlay

Membuat data hasil overlay menjadi data vektor yang baru sebagai data hasil analisis, dilengkapi dengan informasi gabungan semua data, untuk memudahkan dalam mendiskripsikan wilayah penelitian (Paine, 1992).

11.Tabulasi Data

Menghitung ulang data yang terkumpul, mengisi tabel analisis data dan membuat resume ahir dengan menggunakan perangkat lunak microsoft

Exel (pengolah data statistik).

Perangkat lunak ini berguna untuk menghitung dan mengolah data statistik (jumlah penduduk, data pemanfaatan lahan dan penutupan vegetasi) sehingga mendapatkan kombinasi perhitungan.

12.Analisis III (Data Overlay)

Menggabungkan data hasil olahan/perhitungan vektor Kondisi Faktual dan Kondisi Ekosistem DAS yang seharusnya, untuk mendapatkan perbedaan dan perbandingan data sehingga kesalahan pemanfaatan dan solusi permasalahan dapat dihitung.


(39)

13.Layout/Penggambaran Peta Hasil

Layout ini berguna untuk menampilkan data yang dianalisis dapat dengan

mudah disajikan sebagai hasil penelitian, mudah dibaca, dan dapat sebagai alat pembantu dalam presentasi penelitian (Prahasta, 2001).

3.4. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini dibatasi pada aspek fisik Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan yang terletak di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan, dianalisa menggunakan perangkat lunak arcview yang dilakukan untuk mengetahui peruntukan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan kaitannya dengan perencanaan tata ruang, yaitu dengan melihat ketersediaan lahan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWP) Propinsi Sumatera Utara, dan kondisi faktual pada masa sekarang, sehingga sumber daya alam DAS Belawan dapat terjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistemnya. Ini menggunakan teknik Overlay perangkat lunak

Arcview menggunakan data peta sebagai analisis data informasi. 3.4.1. Penutupan Lahan

Penutupan lahan merupakan kondisi permukaan bumi yang menggambarkan kenampakan pemanfaatan lahan dan tumbuhan yang tumbuh di atasnya, data ini didapat dengan cara penafsiran foto udara dan penafsiran citra resolusi tinggi.


(40)

3.4.2. Rencana Tata Ruang Wilayah

RTRW adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten/propinsi terdiri dari perlindungan pengawasan dan pemanfaatan yang dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembangunan.

3.4.3. Kondisi Faktual Lahan

Kondisi atau suatu keadaan yang menyatakan waktu pada saat sekarang atau saat terakhir untuk digunakan dalam penelitian, dengan adanya kondisi faktual kita dapat membandingkan penyimpangan tata ruang yang dibuat dan perencanaan seharusnya.

3.4.4. Analisa Penelitian

Dalam penelitian ini analisa yang digunakan adalah lebih banyak mengarah kepada Spatial Analisis (analisa spasial ruang) dan sebagian kecil menggunakan Image Analisis (pengolahan gambar Citra).

3.4.5. Bahasan Penelitian

Penelitian ini mengkaji Daerah Aliran Sungai Belawan, Tata Ruang Wilayah DAS Belawan, kependudukan DAS Belawan, arahan teknis pemanfaatan lahan DAS Belawan, kondisi faktual DAS Belawan, serta Ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan. Permasalahan yang berkaitan dengan penelitian analisis peruntukan lahan Daerah Aliran Sungai Belawan.


(41)

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan (ground check), meliputi: kondisi penggunaan lahan pada masa sekarang, foto dokumentasi, koordinat hasil ceking lapangan, pengecekan kebenaran data, sebaran pemukiman dan jalan dan pemetaan lokasi pengecekan, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Instansi Pemerintah yang terkait dengan penelitian ini, meliputi: peta dan data yang tersedia sebagai alat bantu penelitian, dalam bentuk laporan instansi (Dinas Kehutanan), data statistik (Kantor Pusat Statistik), data Daerah Aliran Sungai Sumatera Utara (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Region I Sumatera Utara), data curah hujan (BMG Sampali), data peruntukan lahan (Badan Pertanahan), data lingkungan (Bapedaldasu), data rencana tata ruang wilayah propinsi (BAPPEDA), data tata guna hutan kesepakatan (Badan Planologi Kehutanan) dan data informasi pendukung lainnya yang berkaitan dengan penggunaan lahan.

Adapun pengolahan dan analisis data/peta dengan cara sebagai berikut:

1. Digitasi, edit, overlay, analisis data dan peta dengan menggunakan perangkat lunak (Software) sistem informasi geografis (GIS) extention spasial analisis, untuk peta sebagai berikut:

a. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.

b. Peta Curah Hujan DAS Belawan.


(42)

d. Peta Kelerengan (topografi).

e. Peta Jenis Tanah (USDA) DAS Belawan.

f. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

g. Peta Penggunaan Lahan Faktual di lapangan.

h. Peta Sebaran Sungai dan Anak Sungai DAS Belawan.

i. Peta Jalan, Perkampungan DAS Belawan.

j. Peta Daerah Perlindungan DAS Belawan.

2. Membuat Peta Ketersediaan Lahan, yaitu dengan cara mengoverlay peta-peta

kemiringan, curah hujan, jenis tanah dan citra resolusi tinggi untuk mengetahui ketersediaan peruntukan wilayah.

3. Membuat Peta Sebaran Penduduk, yaitu dengan cara mengoverlay peta

kependudukan, sebaran sungai, sebaran jalan, dan wilayah yang tidak produktif (peta penutupan lahan), untuk mengetahui pengembangan peruntukan wilayah.

4. Membuat Peta Hasil Tinjauan Kelapangan dioverlay dengan citra resolusi tinggi

(citra spot Medan dan sebagian Deli Serdang) untuk mengetahui kondisi faktual sekarang, pola penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.

5. Menganalisis peta dari data faktual dan rencana yang sudah ditetapkan (tata

guna lahan/TGHK/RTRWP Sumatera Utara), kaitannya dengan perencanaan tata ruang.


(43)

3.6. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) bulan pada tanggal 3 Maret 2009 sengan urutan pelaksanaan kegiatan: selama 1 minggu pengumpulan data penelitian, 1 minggu pengolahan data, 1 minggu pengecekan lapangan (groundcheking) dan 1 minggu pembuatan peta hasil dan laporan penelitian.

3.7. Kondisi Real (Faktual)

Kondisi Real (Faktual) adalah Kondisi pemanfaatan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan pada saat sekarang, ini diketahui dengan cara penafsiran Citra Resolusi Tinggi menggunakan Software Geografis Information System (GIS) dengan pembagian kelas pemanfaatan sebagai berikut:

a. Pemukiman (perumahan, toko, jalan, dan tempat umum).

b. Hutan (lahan berhutan).

c. Mangrove (tanaman bakau).

d. Perkebunan (tanaman perkebunan, dan pertanian non palawija).

e. Pertanian (tanaman palawija).

f. Sawah (perladangan, dan sawah).

g. Rawa (daerah yang tergenang air permanen/tidak permanen).

h. Tambak (usaha perikanan).

i. Lahan terbuka (lahan yang belum dimanfaatkan/tidak ditumbuhi pohon).


(44)

3.8. Definisi Variabel Operasional Data Vektor

Data Vektor adalah data digital berbentuk Line/garis (informasi jalan, sungai, dan batas administrasi wilayah), Point/titik (berisikan informasi nama kota, nama sungai, titik tinggi, dan titik pengecekan koordinat), serta Polygon/Area (informasi luas DAS, luas area perkotaan, luas vegetasi, luas daerah perlindungan).

Line

Vektor berbentuk garis yang memiliki informasi, biasanya disimbolkan

sebagai jalan, sungai, dan batas wilayah kecamatan, batas kabupaten dan batas daerah tertentu, garis tersebut memiliki data panjang garis, banyak garis, warna, ketebalan garis, bentuk garis dan informasi yang berguna sepanjang garis, yang dapat dipotong, disambung dengan tujuan analisis data.

Point

Vektor berbentuk titik yang memiliki informasi, biasanya disimbolkan sebagai

tempat tertentu di permukaan bumi seperti rumah ibadah, sekolah, SPBU, rumah makan, titik ketinggian tertentu, dan seterusnya. Titik tersebut memiliki data di semua sebaran titik, banyak titik, warna titik, ketebalan titik, bentuk titik dan informasi yang berguna sepanjang titik, yang dapat digabung dan dipisahkan dengan tujuan analisis data.

Polygon

Vektor berbentuk garis seperti lingkaran yang tersambung di kedua ujungnya


(45)

tertentu di permukaan bumi seperti luas Daerah Aliran Sungai Belawan, luas sekolah, tanah masyarakat, daerah perladangan dan perkebunan, daerah Kecamatan Belawan dan sebagainya. Area tersebut memiliki data yang berisikan, luas areal, banyak area, warna lokasi, ketebalan garis keliling, panjang keliling, bentuk area dan informasi yang berguna sepanjang area, yang dapat digabung dan dipotong, disambung, dan dapat dijadikan vektor

line dan point ini dilakukan dengan tujuan analisis data. Data Raster

adalah data digital dalam format gambar yang hanya dapat dianalisis dengan View

Color (tampilan warna) dan tidak mengandung informasi data vektor, data ini

dianalisis menggunakan warna yang mewakili informasi penampilan sebenarnya, seperti Citra Resolusi Tinggi (Peta Hasil Scaner, Ikonos, Quickbird, Landsat, Spot 5).

Citra

Citra adalah gambar dari hasil proyeksi foto satelit udara dengan fokus ke

objek di permukaan bumi, berisikan data koordinat lokasi, ketinggian pengambilan foto, luas area yang difoto, jenis satelit yang memoto, serta format gambar hasil foto satelit, sehingga hasil foto mencerminkan informasi mengenai kondisi faktual sebenarnya berbentuk tampilan warna yang dapat dilihat dan dianalisis (Jaya, 2005).

Citra Resolusi Tinggi

Citra Resolusi Tinggi diartikan hasil proyeksi foto dengan tingkat pixel


(46)

gambar seperti ini kita dapat melihat bentuk dan warna atap rumah dari ketinggian 100 meter.

Citra Spot 5

Citra Spot 5 adalah hasil proyeksi foto satelit dengan tingkat pixel gambar digital lebih rendah sampai ketelitian 20 meter, foto ini diambil menggunakan

satelit yang diarahkan ke permukaan bumi untuk tujuan analisis detil, citra ini berisi informasi penutupan lahan sebaran sungai, jalan, wilayah perairan dan vegetasi penutupan lahan, pada tingkat pixel gambar seperti ini kita dapat melihat bentuk dan warna penutupan lahan dengan mengklasifikasikan warna yang ditampilkan.

Quickbird/Ikonos

Quickbird/Ikonos adalah hasil proyeksi foto satelit dengan tingkat pixel yang

jauh lebih tinggi sampai ketelitian 3 meter, foto ini diambil menggunakan satelit yang diarahkan ke permukaan bumi untuk tujuan analisis sangat detil, citra ini berisi informasi gambar sebenarnya, seperti jalan, pertokoan, lahan kosong, arus kemacetan, dan informasi detil lainnya layaknya sebuah foto dari ketinggian 30 meter mengarah ke bumi.

Perangkat Lunak

Arcview (Spasial Analisis)

Arcview adalah perangkat lunak pengolah data spasial berbentuk vektor dan


(47)

lunak ini dikembangkan oleh ESRI Corporation, versi yang digunakan

Arcview Versi 3.2 dengan Extention Spatial Analisis.

Global Mapper

Global Mapper adalah perangkat lunak pengolah data raster dengan output

data vektor, ini sangat membantu pengolahan citra untuk meng-generate data ketinggian/kontur, hampir semua data raster yang umum dapat diolah menggunakan perangkat lunak ini (memiliki soported yang banyak terhadap format citra).

Microsoft Exel

Microsoft Exel merupakan perangkat lunak yang dikembangkan Microsoft Corporation, sehingga hampir semua user sudah familiar dengan program ini, exel berguna dalam menghitung angka secara sederhana dalam perhitungan

statistik data.

Perangkat Keras Meja Digitizer

Meja Digitizer adalah meja yang mempunyai titik/dot electrik dapat merekam

data yang diletakkan di atasnya dengan menggunakan “mouse digitizer,

menyimpan data tersebut dan merubah data raster menjadi data vektor yang berisi informasi, ini sangat bermanfaat dalam pembuatan vektor dari data


(48)

Scanner A0

Scanner adalah elektronik yang dapat merubah data kertas menjadi digital,

sehingga secara keseluruhan data tersebut dapat masuk secara instan kedalam komputer. A0 adalah ukuran kertas (900 mm x 1188 mm) standart internasional, scanner ini dapat menampung data mulai dari ukuran kecil sampai lebih kurang 1 meter.

Groundcheck

Groundcheck adalah upaya control/memeriksa hasil analisis data di lembar penelitian

dengan kondisi sebenarnya di lapangan, ini berguna untuk memastikan keadaan di lapangan dengan tujuan kebenaran data, pengecekan ini dipastikan dengan melakukan penafsiran viewing Citra Satelite Resolusi Sangat Tinggi (ICONOS).

Rtrwp

RTRWP adalah singkatan dari Rencana Tata Ruang Propinsi, data rencana ini diaplikasikan dalam bentuk peta yang mudah dibaca dengan tujuan analisis, data ini diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Propinsi Sumatera Utara (BAPPEDA Propinsi) instansi pengelola perencanaan tata ruang wilayah.

Peta

Peta adalah data berbentuk kertas atau digital yang berisi informasi suatu tempat tertentu biasanya dalam peta terdapat warna dan bentuk simbol-simbol sebagai perwakilan isi peta di lapangan. Warna, bantuk garis, dan koordinat di dalamnya mengikuti standar perpetaan nasional (bakosurtanal).


(49)

Ekosistem DAS

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan, dibagi kedalam 3 (tiga) zona/tiga wilayah penelitian:

1. Daerah Perlindungan/Zona Lindung.

2. Daerah Non Lindung/Zona Pemanfaatan Terbatas.

3. Daerah Pemanfaatan/Zona Pemanfaatan.

Ini dikarenakan daerah perlindungan suatu DAS belum tentu termasuk dalam wilayah DAS hulu dan daerah pemanfaatan belum tentu terletak di wilayah DAS hilir.

Daerah Perlindungan di sini diartikan:

1. Daerah sepadan sungai (100 meter di kiri kanan sungai).

2. Daerah di atas ketinggian 2000 m dari permukaan laut (Permenhut No.

44/2004).

3. Daerah pantai (pasang tertinggi dan surut terendah dikali 130 meter).

Daerah Non lindung dapat diartikan daerah yang tidak termasuk dalam kategori lindung tetapi sangat diperhatikan dalam pola pemanfaatan, daerah ini dianalisis dengan kelas lereng, kelas hujan dan kelas tanah.


(50)

Kelas Intensitas Curah Hujan

Tabel 3.1. Kelas Intensitas Hujan Kelas Intensitas Intensitas Hujan

(mm/hari hujan)

Deskripsi Keterangan

1 2 3 4 5 s/d 13,6

13,6 – 20,7

20,7 – 27,7

27,7 – 34,8

34,8 – up

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Lindung Lindung Sumber: Peraturan Pemerintah No. 44/2004

Kelas Jenis Tanah

Tabel 3.2. Kelas Jenis Tanah Kelas Jenis

Tanah

Jenis Tanah Deskripsi Keterangan

1 2 3 4 5 Alluvial, glei planosol, laterita air tanah Latosol

Brown forest soil, non calcis brown, mediteran Andosol, Laterits, Grumusol, podsolik, padsolik Regosol, litosol, organosol, renzina Tidak peka Agak Peka Kurang peka Peka Sangat Peka Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Lindung Lindung


(51)

Kelas Lereng

Tabel 3.3. Kelas Lereng

Kelas Lereng Persen

Kemiringan

Deskripsi Keterangan

1 2 3 4 5

s/d 8% 8% - 15% 15% - 25% 25% - 40% 40% - up

Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam

Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Lindung Lindung Sumber: Peraturan Pemerintah No. 44/2004


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan terletak pada 98° 29 47.868 98°

42’ 35.496 BT dan 03° 50 23.676 03° 15 24.036 LU. Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan ini terdapat di jalur pengembangan Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Utara berbatasan dengan laut Selat Malaka, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan, pada bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo (Hulu DAS) dan pada bagian Barat berbatasan dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang.

Wilayah administratif yang dilewati oleh Daerah Aliran Sungai Belawan adalah:

Tabel 4.1. Luas DAS Belawan per Kabupaten

Nomor Nama Kabupaten Luas Das Keterangan

1. 2.

Deli Serdang Kota Medan

35.157,19 4.043,57

87,31% 10,04% Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS dengan input data

batas administrasi wilayah Kabupaten/Kota

Menurut pembagian wilayah administrasi, Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang paling besar pengaruhnya terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan dalam segi batas wilayah administrasi seluas 35.157,19 Ha (87%) dibandingkan Kota Medan yang berkisar seluas 4.043,57 Ha. Dari tabel tersebut


(53)

Kabupaten Deli Serdang sangat berperan penuh terhadap kelestarian ekosistem DAS Belawan. Nilai ini didapat dari perhitungan perangkat Geografis Information System

(GIS) dengan menggunakan Analisis Spasial, karena Daerah Aliran Belawan Tidak

terikat posisi keberadaannya terhadap batas administrasi wilayah, sehingga untuk mendapatkan data luas harus dilakukan perhitungan tersendiri.

Tabel 4.2. Luas DAS Belawan per Kecamatan Kabupaten Deli Serdang

Nomor Nama Kecamatan Luas DAS

Rasio terhadap Luas DAS Belawan (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hamparan Perak Kutalimbaru Namorambe Pancurbatu Sibolangit Sunggal 7.770,00 11.006,39 5,40 7.355,72 4.507,31 5.097,49 19,36 27,43 0,00 18,33 11,23 12,70 Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS

Diantara 83% luas Daerah Aliran Sungai Belawan termasuk dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang, sedangkan kecamatan terluas di wilayah Kabupaten Deli Serdang yang ada dalam Daerah Aliran Sungai Belawan adalah Kecamatan Kutalimbaru hampir 27% luasnya dari 83% total DAS Belawan di Kabupaten Deli Serdang, sedangkan kecamatan yang masuk dalam DAS Belawan terkecil adalah Namorambe 0% (5 Ha).


(54)

Tabel 4.3. Luas DAS per Kecamatan Kota Medan

Nomor Nama Kecamatan Luas DAS

Rasio terhadap Luas DAS Belawan (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Medan Helvetia Medan Belawan Medan Marelan Medan Selayang Medan Sunggal Medan Tuntungan 22,04 1.994,47 795,18 64,41 343,10 1.159,45 0,00 4,97 1,98 0,16 0,85 2,88 Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS

Dari 10,04% luas Daerah Aliran Sungai Belawan termasuk dalam wilayah Kota Medan, Kecamatan Medan Belawan terbesar pengaruhnya terhadap kelangsungan ekosistem DAS Belawan, sedangkan Kecamatan yang masuk dalam DAS Belawan terkecil untuk wilayah Kota Medan adalah Kecamatan Helvetia 0% (22,04 Ha).

Perhitungan Luas Daerah Aliran Sungai Belawan berdasarkan Batas Administrasi Daerah Kabupaten adalah bertujuan untuk mengetahui wilayah yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.

Walaupun demikian Kota Medan lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan wilayah dan pemanfaatan lahan dibandingkan dengan Kecamatan Kutalimbaru di Kabupaten Deli Serdang.


(55)

4.1.1. Demografi/Kependudukan

Menurut Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara Kabupaten Deli Serdang tahun 2007 jumlah pria di Kabupaten Deli Serdang adalah 822,341 jiwa dan jumlah wanita 811,774 jiwa jumlah total 1,634,115 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan penduduk 2.25% pertahun, kepadatan penduduk di Kabupaten Deli Serdang 679.00 per km2.

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang (DAS Belawan)

Nomor Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk (KK) Rasio terhadap Luas DAS Belawan (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hamparan Perak Kutalimbaru Namorambe Pancurbatu Sibolangit Sunggal 12.265 5.306 56 11.563 2.205 25.009 19,36 27,43 0,00 18,33 11,23 12,70 Sumber: Statistik Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak diantara 2 0 57'-3 0 16'LU dan 97 0 52'-98 0 45'BT secara administratif terdiri dari 22 kecamatan, 2 perwakilan kecamatan dengan 379 Desa dan 15 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah 2.394,62 Km 2 atau 2.394,462 Ha. Kabupaten Deli Serdang memiliki sarana dan prasarana transportasi berupa jalan darat dan kereta api. Di samping itu didukung oleh sarana dan prasarana utama lainnya seperti listrik, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) Star dan Kawasan Industri Medan (KIM) II. Bidang usaha yang mendapat prioritas Pemerintah Daerah untuk dikembangkan


(56)

mencakup 4 sektor yaitu sektor industri, sektor perikanan, sektor perkebunan dan sektor pertanian. Terdapat 6 kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensi untuk pengembangan tambak udang yaitu Bandar Kalifah, Tanjung Beringin, Teluk Mengkudu, Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan.

Pada pertengahan tahun 2008 (sensus kependudukan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang dianalisis menggunakan data spasial kependudukan) jumlah rumah tangga di Kabupaten Deli Serdang wilayah DAS Belawan sebanyak 54.845 kepala keluarga, 122.574 orang laki-laki dan 121.072 orang perempuan, sebagian besar masyarakat tersebut mempunyai tempat tinggal per satu kepala keluarga.

Sedangkan di Kota Medan secara geografis terletak diantara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan

adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Di samping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis.

Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan, kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda


(57)

perekonomian kota. Pelabuhan laut berperan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang menjadi andalan Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 km dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara. Ini menyebabkan kebutuhan akan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan akan terancam rusak.

Di Kota Medan terdapat jumlah penduduk pria 1,027,607 jiwa dan jumlah penduduk wanita 1,039,681 jiwa dengan jumlah total 2,067,288 jiwa pertumbuhan penduduk 1.37% kepadatan penduduk 7,798.00 per km2.

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Kota Medan (DAS Belawan)

Nomor Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk (KK) Rasio terhadap Luas DAS Belawan (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Medan Helvetia Medan Belawan Medan Marelan Medan Selayang Medan Sunggal Medan Tuntungan 7.601 33.268 12.195 2.771 9.264 6.730 0,00 4,97 1,98 0,16 0,85 2,88

Sumber Data: Sumatera Utara Dalam Angka 2007 (01-9-2007) BPS Provinsi Sumatera Utara Jln. Asrama No. 179, Medan-20123.

4.1.2. Pekerjaan/Bidang Usaha

Pada umumnya masyarakat yang berada dalam wilayah Daerah Aliran Sungai Belawan (DAS Belawan) adalah petani, pegawai Negeri (Guru), dan pedagang, sebagian kecil TNI, Polri dan swasta, dalam kesehariannya masyarakat dilibatkan


(58)

langsung berhubungan dengan Daerah Aliran Sungai Belawan, ini dikarenakan oleh Tempat Tinggal, Lahan Usaha dan Transportasi.

4.2. Analisis Daerah Aliran Sungai Belawan 4.2.1. Kebutuhan Manusia Akan Lahan

Kebutuhan manisia akan lahan ditandai dengan keinginan manusia akan tempat tinggal, tempat usaha dan transportasi. Kebutuhan manusia selalu bertambah seiring berkembangnya suatu wilayah.

Hampir di setiap Zona di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan tidak sesuai dalam pemanfaatan lahannya ini mengakibatkan ekosistem DAS terancam kepunahan akibat kebutuhan hidup manusia. Pola pemanfaatan ruang perlu diatur oleh instansi pemerintah untuk mempertahankan kelestarian ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.

Dari analisis data spasial Daerah Aliran Sungai Belawan yang telah dikumpulkan, dengan hasil perhitungan sebagai berikut: Panjang sungai: 460.148 meter (sungai besar dan anak sungai), panjang sungai terpanjang adalah sungai Belawan 96.204 meter, panjang sungai terpendek adalah anak sungai di Belawan 10 meter, dan total panjang jalan 1.994.024 meter (jalan dan jalan cabang) dengan lebar jalan rata-rata 6 meter.

Dari analisis penutupan lahan dan penafsiran citra ikonos (citra/foto udara resolusi sangat tinggi) kita dapat mengetahui pola pemanfaatan lahan Daerah Aliran


(59)

Sungai (DAS) Belawan, dengan pola penafsiran digit onsceen kita dapat mengetahui luas kondisi faktual sekarang yang terjadi.

Tabel 4.6. Kondisi Faktual Pemanfaatan Lahan DAS Belawan

No Pemanfaatan Ruang Luas (±Ha) % Keterangan

1. 2. 3. 4. Tempat Tinggal Tempat Usaha Transportasi Non Identifikasi 16.347.84 6.290, 25 7.178,48 10.304,44 40,74 15,67 17,89 25,68 Perumahan

Toko, Pertanian, kantor, tambak, dan kebun Jalan (1.994.024 m x 6) Hutan, Lahan kosong

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS, Analisis data pemanfaatan menggunakan penafsiran Citra Landsat.

Dari luas Daerah Aliran Sungai Belawan secara keseluruhan digunakan masyarakat seluas 16.347,84 Ha (40,74%) untuk tempat tinggal, dan hampir 75% dari luas keseluruhan Daerah Aliran Sungai Belawan peruntukan lahannya digunakan sebagai aktivitas manusia. Hanya tersisa 25,68% saja yang masih merupakan harapan penyeimbang ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan yang merupakan lahan yang masih kosong dan hutan yang belum digunakan.

Daerah Aliran Sungai Belawan tersebut ditelaah lebih lanjut menggunakan Analisis Spasial terhadap penutupan lahan hasil penafsiran citra landsat kombinasi Citra Resolusi Tinggi Citra Iconos.


(60)

Tabel 4.7. Kondisi Faktual Penutupan Lahan DAS Belawan

No. Kondisi Faktual Luas (Ha) Persentase DAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pemukiman Hutan Mangrove Perkebunan Pertanian Sawah Rawa Tambak Lahan Terbuka PLTU 11.299,75 975,44 1.887,14 2.658,65 14.100,22 3.862,98 1.071,17 2.328,77 1.620,54 39,98 28,35 2,45 4,74 6,67 35,39 9.69 2,69 5,84 4,07 0,10

Jumlah 39.844,64 100

Sumber: Hasil Spasial Analisis GIS.

Dari data hasil penafsiran citra Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan tersebut dapat dilihat, pemanfaatan ruang didominasi oleh pemukiman/perumahan penduduk (41,74%) dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan. Sedangkan tempat usaha 15,67%, wilayah non identifikasi (awan, lahan kosong dan hutan) 25,68%, serta jalan di sini ditelaah berdasarkan panjang jalan di kali lebar jalan rata-rata 6 meter (17,89%).

4.2.2. Ekosistem DAS Belawan

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan, dibagi kedalam 3 (tiga) zona/tiga wilayah penelitian:

1. Daerah Perlindungan.


(61)

3. Daerah Pemanfaatan.

Daerah perlindungan suatu DAS belum tentu termasuk dalam wilayah DAS hulu dan daerah pemanfaatan belum tentu terletak di wilayah DAS hilir.

Daerah perlindungan di sini diartikan: a. Daerah Sepadan Sungai (100 meter di kiri kanan sungai), b. Daerah Di atas Ketinggian 2000 m dari permukaan laut (Permenhut No. 44/2004), c. Daerah Pantai (pasang tertinggi dan surut terendah dikali 130 meter).

Dari analisis data, dapat dilihat Sepadan sungai: 4.566.46 Ha, Garis Pantai: 808,60 Ha, Daerah di atas ketinggian 2000 mdpl, Gabungan Daerah Lindung: 5.287,67 Ha.

Dari data tersebut kita dapat nilai dari total wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan terdapat 5.287,67 Ha daerah perlindungan, dan sisanya dianggap daerah yang dapat dimanfaatkan sesuai kaedah-kaedah struktur tanah, iklim, dan kelerengan yang disebut wilayah non kategori lindung yang perlu dilindungi.

Ada beberapa aspek yang membuat wilayah non kategori lindung menjadi wilayah lindung:

a. Daerah dengan curah hujan tinggi (27,7-34,8 mm/hari hujan) dan sangat

tinggi (lebih besar dari 34,8 mm/hari hujan).

b. Daerah dengan jenis tanah peka (andosol, laterits, grumosol, podsol, padsolik)

dan jenis tanah sangat peka (regosol, litosol, aoganosol, renzina).

c. Daerah dengan kemiringan lereng curam (25%-40%) dan kemiringan lereng


(62)

Dari hasil analisis tersebut kita buat score penilaian dengan kategori dilindungi pada daerah non lindung (iklim, lereng, tanah) maka Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan kita dapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8. Kondisi Seharusnya Zona Kawasan DAS Belawan

No. Sesuai Analisis Luas (Ha) Persentase DAS

1 2 3

Zona Lindung DAS

Zona Pemanfaatan Terbatas Zona Pemanfaatan

5.264,47 5.843,06 28.737,11

13,21 14,66 72,12

Jumlah 39.844,64 100

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

Zona Lindung DAS: Zona 100 m Sempadan Sungai, bibir pantai 130 x pasang

tertinggi dan surut terendah, dan ketinggian di atas 2000 mdpl.

Zona Pemanfaatan Terbatas: Zona selain zona lindung DAS tetapi

dipertimbangkan untuk dilindungi karena karakteristik wilayah yang peka terhadap kerusakan ekosistem (iklim yang extrim, tanah yang peka, lereng yang curam).

Zona Pemanfaatan/Ketersediaan Lahan: Zona yang dikategorikan aman dalam

pemanfaatan.

Dari tiga zona yang ditetapkan zona pemanfaatan merupakan zona terbesar di Daerah Aliran Sungai Belawan seluas 28.737,11 Ha (hampir 70%), dengan luas tersebut sudah sangat cukup untuk dimanfaatkan dalam suatu toleransi Ekosistem Daerah Aliran Sungai, tetapi karena Kota Medan merupakan pusat perkembangan


(63)

pembangunan manusia di Sumatera Utara makan zona pemanfaatan yang disediakan tidak akan mampu menampung kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.

Tabel 4.9. Zona Pemanfaatan DAS Belawan Berdasarkan PP 44/2004

No. Peta Tematik (skor) Luas (Ha) Keterangan

1. - - - - - 2 - - - - - 3 - - - - -

Curah Hujan (Iklim)

Sangat Rendah (10)

Rendah (seluruh DAS)(20) Sedang (30)

Tinggi (40)

Sangat Tinggi (50)

Tanah

Tidak Peka (15) Agak Peka (30) Kurang Peka (45) Peka (60)

Sangat Peka (75)

Kelerengan

Datar (20) Landai (40) Agak Curam (60) Curam (80)

Sangat Curam (100)

- 39.844,64 - - - 16.606,26 - - 23.238,38 - 18.110,16 6.290,69 - 14.025,15 1.418,64 Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan PemanfaatanTerbatas Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan PemanfaatanTerbatas PemanfaatanTerbatas

Jumlah 39.844,64

Sumber: Hasil Spasial Analisis GIS dan PP 44 Tahun 2004. 4.2.3. Analisis Iklim

a. Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan mempunyai tipe iklim rendah


(64)

b. Sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan tidak mempunyai daerah curah hujan tinggi dan sangat tinggi (27,7 up mm/hari hujan).

Tabel 4.10. Luas Peruntukan Zona Daerah Aliran Sungai Detil dalam (Ha)

Ch Tanah Lereng

Keterangan Rendah TdkPeka Peka Datar Landai Curam S.Curam

C

h Rendah - 16.606,26 23.238,38 18.110,16 6.290,69 14.025,15 1.418,64 Tdk Peka 16.606,26 - - 7.749,41 143,60 8.079,44 633,81

T

an

ah

Peka 23.238,38 - - 10.360,75 6.147,09 5.945,71 784,83 Datar 18.110,16 7.749,41 10.360,75 - - - - Landai 6.290,69 143,60 6.147,09 - - - - Curam 14.025,15 8.079,44 5.945,71 - - - -

L

er

en

g

Sgt Curam 1.418,64 633,81 784,83 - - - - Keterangan : Cetak Tebal adalah kawasan yang rawan terhadap erosi dan kepekaan tanah

dikategorikan ZONA Pemanfaatan Terbatas Lindung.

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS. 4.2.4. Analisis Tanah

a. Daerah dengan jenis tanah tidak peka dengan curah hujan rendah seluas

16.606,26 Ha ini kita masukan dalam daerah pemanfaatan.

b. Daerah dengan jenis tanah peka dengan tingkat kelerengan sangat curam

seluas 784,83 Ha dikategorikan kedalam Zona Pemanfaatan Terbatas (kawasan dengan pola pemanfaatan beresiko).

c. Daerah dengan jenis tanah sangat peka dan kelerengan sangat curam serta

curah hujan sangat tinggi tidak ada, sehingga zona lindung DAS dengan analisis iklim, tanah dan lereng tidak ada.


(65)

Jenis tanah yang peka di Daerah Aliran Sungai Belawan yang terletak di Kota Medan seluas 2.716,16 Ha, dan di Kabupaten Deli Serdang seluas 20.711,77.

Sedangkan jenis tanah yang kurang peka di Daerah Aliran Sungai Belawan yang terletak di Kota Medan seluas 861,71 Ha dan di Kabupaten Deli Serdang seluas 4.789,13 Ha (peta terlampir).

4.2.5. Analisis Kelerengan

Lereng yang dikategorikan perlu dilindungi adalah lereng dengan tingkat kemiringan curam dan sangat curam.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan hanya terdapat kemiringan yang dikategorikan agak curam (15%-25%), landai (8%-15%) dan datar (0%-8%), sehingga areal yang perlu dilindungi selain kawasan perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan tidak diperlukan.

4.3. Overlay Peta

Peta hasil kondisi faktual (citra ikonos resolusi tinggi) dan Peta Hasil Ekosistem Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan kawasan lindung ekosistem dan daerah yang perlu dipertimbangkan untuk dilindungi, dilakukan

Overlay (tumpang tindih) untuk mendapatkan solusi dari permasalahan mencari

daerah ketersediaan lahan untuk kebutuhan manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.


(66)

Tabel 4.11. Ketersediaan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan

No. Luas DAS

Daerah Pelindungan

DAS

Daerah yg perlu Dilindungi

Daerah Pemanfaatan

DAS

40.121,01 5.287,67 23.427,94 /kls tnh peka 11.405,40

Sumber: Perhitungan hasil analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

Dari data tersebut kita lihat dari 40.121,01 Ha luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan ditemukan 11.405,40 Ha yang benar-benar bebas untuk digunakan daerah pemanfaatan, sedangkan 23.427,94 Ha lagi perlu dipertimbangkan untuk dilindungi karena tekstur tanahnya dikategorikan peka terhadap bahaya erosi, biarpun tidak termasuk dalam daerah zona lindung dari DAS Belawan.

4.4. Tata Ruang Wilayah Propinsi terhadap DAS Belawan

Tabel 4.12. Luas Kawasan Berdasarkan Tata Ruang Wilayah DAS Belawan

No. Tata Ruang Wilayah SU Luas (Ha) Persentase DAS

1 2 3 4 5 6 7 8 Hutan Lindung Hutan Produksi

Hutan Produksi Terbatas Hutan Suaka Alam Perkebunan Besar Perkebunan Rakyat Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering

959,70 9.748,27 2.821,67 1.260,46 88,52 11.018,70 10.195,83 3.751,49 2,41 24,46 7,08 3,16 0,22 27,65 25,59 9,41

Jumlah 39.844,64 100

Sumber: Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018 Peraturan Daerah Sumatera Utara No. 7 Tahun 2003.


(67)

4.5. Ketersediaan Lahan

Ketersediaan lahan diartikan suatu lokasi di mana bebas dari areal kategori perlindungan dan areal yang perlu dilindungi karena keunikan wilayah, daerah yang dikategorikan lindung adalah daerah yang telah ditetapkan oleh PP 44 Tahun 2004 tentang perencanaan kehutanan yang berazaskan pada kelestarian lingkungan.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan terdapat banyak penyimpangan penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem lahan, dengan kebutuhan hidup yang terus mendesak.

Terdapat banyak pemukiman dan pemanfaatan lahan lainnya yang melanggar ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan, sebagian dipergunakan sebagai tempat tinggal (pemukiman) lahan usaha (pertokoan), lahan pertanian (kebun, tambak dan sawah) sedangkan sebagian lagi dipergunakan untuk transportasi.


(1)

(2)

Lampiran 12 : Peta Kondisi Faktual Hasil Analisis Penafsiran Citra Satelite Daerah Aliran Sungai Belawan


(3)

Lampiran 13 : Dokumentasi Penelitian

Foto Penelitian di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang, berada di sungai yang menjadi sumber Air PAM TIRTANADI Sunggal.


(4)

Foto Penelitian di Kampung lalan Kota Medan, berada di sungai yang yang menjadi batas Kabupaten Deli Serdang dengan Kota Medan.

Ket: Terlihat Aktivitas penduduk, dengan pencemaran air sungai yang perlu diperhatikan.


(5)

Foto Penelitian di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

Ket: Kondisi dikiri kanan Daerah Aliran Sungai Belawan di Kecamatan Hamparan Perak


(6)

Pemandangan satellite

Keterangan : pada Gambar 1 dan 2 berada didaerah ini, ini adalah foto pemandangan satelie daerah sunggal PT.PAM Tirtanadi. Terlihat bak penampungan air dan

bendungan PAM Pemandangan Satelite

Keterangan: diambil dari jembatan Kp.Lalang, terlihat disepanjang sungai dipenuhi oleh pemukiman penduduk.