PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK PADA PT CIPATAH YANG BEKERJA TANPA ADANYA IZIN TERTULIS DARI ORANGTUA ATAU WALI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN UNDANG-.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK PADA PT CIPATAH
YANG BEKERJA TANPA ADANYA IZIN TERTULIS DARI ORANGTUA
ATAU WALI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN
2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
Bagus Fauzan
110111090102
ABSTRAK
Terdapat seorang pekerja anak pada PT Cipatah, Karawang, masih
berusia 13 (tiga belas) tahun bernama Afif, yang seharusnya tidak
diperbolehkan bekerja menurut Undang-Undang Perlindungan anak.
Sebaliknya, Undang-Undang Ketenagakerjaan mengizinkan anak bekerja
jika memiliki perjanjian baik secara lisan maupun tertulis oleh orangtua
atau wali. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab seorang pengusaha
terhadap buruh atau pekerjanya, pengusaha harus memiliki setidaknya
peraturan atau regulasi tentang tata tertib kerja, jam kerja, gaji, dan
sebuah jaminan baik kerja maupun sosial yang harus disesuaikan dengan
regulasi yang berlaku sesuai dengan pekerjaan dan umur masing-masing.
Agar terpenuhinya hak dan kewajiban setiap pihak.Penelitian ini ditujukan
untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana perlindungan hukum
terhadap pekerja anak di Indonesia, serta mengkaji dan menganalisis
kendala dan upaya apa yang bisa dilakukan pemerintah bagi pekerja anak
yang tidak memiliki izin dari orangtua atau wali.
Penelitian ini bersifat normatif kualitatif dan menggunakan
pendekatan yuridis kualitatif dan spesifikasi penelitian data dilakukan
secara desktiptif analitis yang menelaah hasil wawancara dan bahan
pustaka primer, sekunder, dan tersier, antara lain UU Ketenagakerjaan
dan UU Perlindungan Anak, dan teori-teori mengenai Perlindungan Anak
secara umum.
Berdasarkan hasil penelitian ini, UU Ketenagakerjaan dan UU
Perlindungan Anak sudah mengatur ketentuan bagi pekerja anak. Namun
pemerintah dan masyarakat Karawang Barat masih tidak acuh akan
permasalahan banyaknya pekerja anak yang kurang mendapatkan
perlindungan hukum. Karena anak juga memiliki Hak Asasi Manusia yang
sama dimata hukum. Dalam hal kendala untuk kasus seperti ini ialah
kurangnya pengetahuan orangtua dan pengusaha tentang pekerja anak.
Bentuk upayanya yakni, pemerintah dan masyarakat harus intensif dalam
sosialisasi akan pentingnya pengetahuan tentang peraturan yang
mengatur tentang hak asasi manusia, pekerja anak khususnya.
iv
YANG BEKERJA TANPA ADANYA IZIN TERTULIS DARI ORANGTUA
ATAU WALI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN
2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
Bagus Fauzan
110111090102
ABSTRAK
Terdapat seorang pekerja anak pada PT Cipatah, Karawang, masih
berusia 13 (tiga belas) tahun bernama Afif, yang seharusnya tidak
diperbolehkan bekerja menurut Undang-Undang Perlindungan anak.
Sebaliknya, Undang-Undang Ketenagakerjaan mengizinkan anak bekerja
jika memiliki perjanjian baik secara lisan maupun tertulis oleh orangtua
atau wali. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab seorang pengusaha
terhadap buruh atau pekerjanya, pengusaha harus memiliki setidaknya
peraturan atau regulasi tentang tata tertib kerja, jam kerja, gaji, dan
sebuah jaminan baik kerja maupun sosial yang harus disesuaikan dengan
regulasi yang berlaku sesuai dengan pekerjaan dan umur masing-masing.
Agar terpenuhinya hak dan kewajiban setiap pihak.Penelitian ini ditujukan
untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana perlindungan hukum
terhadap pekerja anak di Indonesia, serta mengkaji dan menganalisis
kendala dan upaya apa yang bisa dilakukan pemerintah bagi pekerja anak
yang tidak memiliki izin dari orangtua atau wali.
Penelitian ini bersifat normatif kualitatif dan menggunakan
pendekatan yuridis kualitatif dan spesifikasi penelitian data dilakukan
secara desktiptif analitis yang menelaah hasil wawancara dan bahan
pustaka primer, sekunder, dan tersier, antara lain UU Ketenagakerjaan
dan UU Perlindungan Anak, dan teori-teori mengenai Perlindungan Anak
secara umum.
Berdasarkan hasil penelitian ini, UU Ketenagakerjaan dan UU
Perlindungan Anak sudah mengatur ketentuan bagi pekerja anak. Namun
pemerintah dan masyarakat Karawang Barat masih tidak acuh akan
permasalahan banyaknya pekerja anak yang kurang mendapatkan
perlindungan hukum. Karena anak juga memiliki Hak Asasi Manusia yang
sama dimata hukum. Dalam hal kendala untuk kasus seperti ini ialah
kurangnya pengetahuan orangtua dan pengusaha tentang pekerja anak.
Bentuk upayanya yakni, pemerintah dan masyarakat harus intensif dalam
sosialisasi akan pentingnya pengetahuan tentang peraturan yang
mengatur tentang hak asasi manusia, pekerja anak khususnya.
iv