PERLINDUNGAN HUKUM AKIBAT ADANYA PEMOTONGAN UPAH KARENA PEKERJA MELAKSANAKAN IBADAH (SALAT) SAAT JAM KERJA LEMBUR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM AKIBAT ADANYA PEMOTONGAN UPAH
KARENA PEKERJA MELAKSANAKAN IBADAH (SALAT) SAAT JAM
KERJA LEMBUR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13
TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
GOMGOM PARLINDUNGAN
110111100036
Tenaga kerja merupakan faktor yang mendukung suatu
perusahaan untuk merealisasikan rencana dan tujuan perusahaan, salah
satu kegiatan perusahaan dalam meningkatkan produktivitasnya dengan
kebijaksanaan penentuan upah yang layak bagi tenaga kerjanya. Sistem
pengupahan berfungsi tidak hanya sebagai bagian dari mekanisme pasar
untuk alokasi yang efisien, tetapi juga memiliki fungsi kebijakan sosial.
Sering sekali terjadi permasalahan antara pihak perusahaan dan pekerja
mengenai hak-hak normatif yang tidak terpenuhi yaitu upah kerja lembur,
dan melakukan ibadah menurut agamanya yang telah ditetapkan dalam
undang-undang mengenai tata cara pemberian upah yang benar bagi
para pekerjanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mengkaji
terhadap akibat pemotongan upah waktu kerja lembur karena
melaksanakan ibadah dan tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh
pekerja akibat adanya pemotongan upah kerja lembur karena melakukan
ibadah.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini adalah
pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah
penelitian kepustakaan yang didominasi dengan menggunakan data-data
sekunder, baik yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, maupun bahan hukum tersier. Data primer hanya sebagai
pendukung. Pendekatan ini berusaha mencari data sebanyak mungkin
dengan menitikberatkan kepada peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan penelitian skripsi ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pemotongan upah
waktu kerja lembur karena pekerja melaksanakan ibadah (salat)
mengakibatkan pengusaha dapat diancam dengan sanksi pidana penjara
dan atau denda karena melanggar Pasal 80 dan Pasal 93 UndangUndang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tindakan hukum
yang dapat dilakukan oleh pekerja ada beberapa cara yaitu perundingan
secara bipartit, mediasi, atau mengajukan gugatan ke Pengadilan
Hubungan Industrial.
iv
PERLINDUNGAN HUKUM AKIBAT ADANYA PEMOTONGAN UPAH
KARENA PEKERJA MELAKSANAKAN IBADAH (SALAT) SAAT JAM
KERJA LEMBUR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13
TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
GOMGOM PARLINDUNGAN
110111100036
Tenaga kerja merupakan faktor yang mendukung suatu
perusahaan untuk merealisasikan rencana dan tujuan perusahaan, salah
satu kegiatan perusahaan dalam meningkatkan produktivitasnya dengan
kebijaksanaan penentuan upah yang layak bagi tenaga kerjanya. Sistem
pengupahan berfungsi tidak hanya sebagai bagian dari mekanisme pasar
untuk alokasi yang efisien, tetapi juga memiliki fungsi kebijakan sosial.
Sering sekali terjadi permasalahan antara pihak perusahaan dan pekerja
mengenai hak-hak normatif yang tidak terpenuhi yaitu upah kerja lembur,
dan melakukan ibadah menurut agamanya yang telah ditetapkan dalam
undang-undang mengenai tata cara pemberian upah yang benar bagi
para pekerjanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mengkaji
terhadap akibat pemotongan upah waktu kerja lembur karena
melaksanakan ibadah dan tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh
pekerja akibat adanya pemotongan upah kerja lembur karena melakukan
ibadah.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini adalah
pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah
penelitian kepustakaan yang didominasi dengan menggunakan data-data
sekunder, baik yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, maupun bahan hukum tersier. Data primer hanya sebagai
pendukung. Pendekatan ini berusaha mencari data sebanyak mungkin
dengan menitikberatkan kepada peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan penelitian skripsi ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pemotongan upah
waktu kerja lembur karena pekerja melaksanakan ibadah (salat)
mengakibatkan pengusaha dapat diancam dengan sanksi pidana penjara
dan atau denda karena melanggar Pasal 80 dan Pasal 93 UndangUndang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tindakan hukum
yang dapat dilakukan oleh pekerja ada beberapa cara yaitu perundingan
secara bipartit, mediasi, atau mengajukan gugatan ke Pengadilan
Hubungan Industrial.
iv