TANGGUNG JAWAB HUKUM APOTEKER TERHADAP PASIEN SELAKU KONSUMEN AKIBAT KELALAIAN PEMBERIAN OBAT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TEN.
TANGGUNGJAWAB HUKUM APOTEKER TERHADAP PASIEN
SELAKU KONSUMEN AKIBAT KELALAIAN PEMBERIAN OBAT
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Elisa Putri Pulungan
110110110409
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia, salah satu
caranya adalah mengoptimalkan pelayanan kepada pasien selaku
konsumen kesehatan dari para pihak penunjang kesehatan masyarakat,
diantaranya adalah apoteker. Apoteker harus memahami dan menyadari
ada kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan dan pemberian obat
dalam proses pelayanan kesehatan. Kesalahan ataupun kelalaian yang
dilakukan apoteker dalam melaksanakan tugasnya dapat berakibat fatal
baik terhadap badan maupun jiwa dari pasiennya, hal ini tentu saja sangat
merugikan bagi pihak pasien.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
yaitu metode yang menitikberatkan penelitian terhadap data kepustakaan,
atau disebut dengan data sekunder untuk mengkaji permasalahan dan
menemukan hukumnya.
Apoteker dapat dimintakan tanggung jawab hukum apabila
melakukan kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi konsumen.
Pertanggung jawaban apoteker apabila konsumen mengalami kerugian
adalah dengan menangani dan menyelesaikan berbagai keluhan dan
pengaduan konsumen. Tanggung jawab hukum apoteker terhadap pasien
akibat kesalahan dan kelalaian pelayanan kefarmasian adalah berupa
ganti rugi jika nanti terbukti bersalah dan diharuskan bertanggung jawab.
Perlindungan hukum yang harus diberikan apoteker terhadap pasien
adalah setiap pasien yang merasa dirugikan akibat mengkonsumsi obat
yang salah, maupun tidak mendapatkan informasi yang harusnya didapat
berhak untuk mengajukan pendapat dan keluhannya, serta pengaduan.
Jika apoteker bersalah tidak memenuhi kewajiban itu, menjadi alasan
baginya untuk dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian
yang timbul. Apoteker harus bertanggung jawab secara hukum atas
kesalahan atau kelalaiannya.
iv
THE PHARMACIST LEGAL RESPONSIBILITY TO THE PATIENT AS
CONSUMER IN CONSEQUENCE OF DRUG ADMINISTRATION
DERELICTION BASED ON UU NO.36 OF 2009 ON HEALTH AND UU
NO.8 OF 1999 ON CONSUMER PROTECTION
Elisa Putri Pulungan
110110110409
ABSTRACT
The development of health as one of the national development
efforts at improving the quality of human life, one way is to optimize care
for patients as consumers to support the health of the public health,
including the pharmacist. Pharmacists must understand and realize there
is the possibility of medication errors and drug administration in the
process of health care. Errors or omissions committed in their duties
pharmacist can be fatal to both the body and soul of the patient, it is
certainly very detrimental to the patient.
The method used in this research is normative juridical method that
emphasizes research on literature data , or so-called secondary data to
assess the problem and find the law.
Pharmacists should be held legal responsibility for negligence
causing harm to the consumer. Accountability pharmacist if consumers
lose is to handle and resolve complaints and consumer complaints. Legal
liability pharmacist to the patient due to errors and omissions pharmacy
service is a form of compensation if later found guilty and required to be
responsible. Legal protection should be given the pharmacist to the patient
is any patient who feels aggrieved as a result of taking the wrong drugs, or
do not get the information that should be obtained are entitled to present
their views and complaints, as well as complaints. If the pharmacist guilty
not fulfill that obligation, the reason for him to be prosecuted to replace
any losses incurred. Pharmacists must be legally responsible for any
errors or omissions.
v
SELAKU KONSUMEN AKIBAT KELALAIAN PEMBERIAN OBAT
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Elisa Putri Pulungan
110110110409
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia, salah satu
caranya adalah mengoptimalkan pelayanan kepada pasien selaku
konsumen kesehatan dari para pihak penunjang kesehatan masyarakat,
diantaranya adalah apoteker. Apoteker harus memahami dan menyadari
ada kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan dan pemberian obat
dalam proses pelayanan kesehatan. Kesalahan ataupun kelalaian yang
dilakukan apoteker dalam melaksanakan tugasnya dapat berakibat fatal
baik terhadap badan maupun jiwa dari pasiennya, hal ini tentu saja sangat
merugikan bagi pihak pasien.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
yaitu metode yang menitikberatkan penelitian terhadap data kepustakaan,
atau disebut dengan data sekunder untuk mengkaji permasalahan dan
menemukan hukumnya.
Apoteker dapat dimintakan tanggung jawab hukum apabila
melakukan kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi konsumen.
Pertanggung jawaban apoteker apabila konsumen mengalami kerugian
adalah dengan menangani dan menyelesaikan berbagai keluhan dan
pengaduan konsumen. Tanggung jawab hukum apoteker terhadap pasien
akibat kesalahan dan kelalaian pelayanan kefarmasian adalah berupa
ganti rugi jika nanti terbukti bersalah dan diharuskan bertanggung jawab.
Perlindungan hukum yang harus diberikan apoteker terhadap pasien
adalah setiap pasien yang merasa dirugikan akibat mengkonsumsi obat
yang salah, maupun tidak mendapatkan informasi yang harusnya didapat
berhak untuk mengajukan pendapat dan keluhannya, serta pengaduan.
Jika apoteker bersalah tidak memenuhi kewajiban itu, menjadi alasan
baginya untuk dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian
yang timbul. Apoteker harus bertanggung jawab secara hukum atas
kesalahan atau kelalaiannya.
iv
THE PHARMACIST LEGAL RESPONSIBILITY TO THE PATIENT AS
CONSUMER IN CONSEQUENCE OF DRUG ADMINISTRATION
DERELICTION BASED ON UU NO.36 OF 2009 ON HEALTH AND UU
NO.8 OF 1999 ON CONSUMER PROTECTION
Elisa Putri Pulungan
110110110409
ABSTRACT
The development of health as one of the national development
efforts at improving the quality of human life, one way is to optimize care
for patients as consumers to support the health of the public health,
including the pharmacist. Pharmacists must understand and realize there
is the possibility of medication errors and drug administration in the
process of health care. Errors or omissions committed in their duties
pharmacist can be fatal to both the body and soul of the patient, it is
certainly very detrimental to the patient.
The method used in this research is normative juridical method that
emphasizes research on literature data , or so-called secondary data to
assess the problem and find the law.
Pharmacists should be held legal responsibility for negligence
causing harm to the consumer. Accountability pharmacist if consumers
lose is to handle and resolve complaints and consumer complaints. Legal
liability pharmacist to the patient due to errors and omissions pharmacy
service is a form of compensation if later found guilty and required to be
responsible. Legal protection should be given the pharmacist to the patient
is any patient who feels aggrieved as a result of taking the wrong drugs, or
do not get the information that should be obtained are entitled to present
their views and complaints, as well as complaints. If the pharmacist guilty
not fulfill that obligation, the reason for him to be prosecuted to replace
any losses incurred. Pharmacists must be legally responsible for any
errors or omissions.
v