Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

(1)

TANGGUNG JAWAB PT. ERIC DIRGANTARA TOUR &

TRAVEL TERHADAP PENUMPANG PESAWAT UDARA

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PENERBANGAN

NOMOR 1 TAHUN 2009 DAN UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

Desi Pranata Simamora NIM : 100200400

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Desi Pranata Simamora1 Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum** Dr. Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum ***

Biro perjalanan (travel)mempunyai tanggung jawab dalam menangani permasalahan atas tiket dan ketidakberangkatan penumpang.Yang menjadi permasalahan adalah pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel, problematika yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel berkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan, dan tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya.

Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah metode penelitian yuridis empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis.Penelitian deskriptif analitis mengacu pada menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis suatu peraturan hukum.Dalam hal ini menelaah dan mengkaji berbagai bentuk peraturan yang tentunya terkait dengan penelitian ini khususnya dalam hal tanggung jawab. Penelitian yuridis empiris mengacu pada pengalaman dalam masyarakat untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta untuk melakukan proses induksi.

Hasil kesimpulan penulisan ini menunjukkan bahwa Pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel yaitu adanya hal-hal perlindungan konsumen yang diberikan PT. Eric Dirgantara Tour & Travel dalam menangani masalah apabila penumpang bermasalah dengan tiketnya baik tidak berangkat, penggantian jadwal keberangkatan, kesalahan huruf dari nama penumpang yang tercantum di tiket dengan kartu identitas yang berbeda dan lain-lain. Problematika yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour &Travel berkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan yaitumengubah jadwal keberangkatan (reschedule), mengubah rute keberangkatan (reroute), kesalahan ticketing, ketidakberangkatan penumpang baik daripihak penerbangan yang membatalkan, pengembalian uang akibat pembatalan (refund), kenaikan kelas tiket penumpang (upgrade class), dan pesawat terlambat (delay.) Tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya yaitu membantu dan menangani penumpang yang mempunyai masalah keberangkatan dengan berbagai cara seperti pengembalian uang tiket (refund), memberitahu batas waktu (time limit), menghubungi kantor pusat maskapai penerbangan apabila penumpang mengalami masalah terhadap status tiket.

Kata Kunci : Travel, Penerbangan, Konsumen

*Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

**Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU ***Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, atas segala karunia, anugerah, kasih dan penyertaan-Nya kepada Penulis, khususnya selama Penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka dalam kesempatan ini, Penulis menyusun sebuah Karya Ilmiah dalam bentuk skrispsi dengan judul : “TANGGUNG JAWAB PT. ERIC DIRGANTARA TOUR & TRAVEL TERHADAP PENUMPANG PESAWAT UDARA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PENERBANGAN NOMOR 1 TAHUN 2009 DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999”.

Penulis menyadari masih begitu baik karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman Penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam bentuk sumbangan pikiran, dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(4)

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., D.F.M, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang juga merangkap sebagai Dosen Pembimbing I Penulis yang telah memberikan motivasi dan banyak masukan serta saran kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan motivasi dan banyak masukan serta saran kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen tercinta Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama mengikuti perkuliahan hingga sampai selesai.

8. Teristimewa kedua orang tua saya, Papa tercinta (Alm) Dr. Sirjon Panama Simamora, S.H., dan Mama tercinta Tetty Agustina Siregar, S.H., atas doa, kasih sayang, nasehat, bimbingan, dan dukungan moril beserta materil yang menjadi sumber motivasi bagi Penulis hingga skripsi ini selesai.


(5)

9. Kakak dan Abang tersayang : Dewi Justisia Natalia Simamora, S.E., M.M, dan Surya Xico Toman Marpaung, S.P, yang selalu memberikan dukungan, nasehat, semangat dan motivasi sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Adik- adikku tersayang : Dian Pratiwi Simamora, Eric Putra Simamora, dan Edward Bob Simamora yang selalu menjadi bagian terpenting dalam hidup Penulis dan selalu ada dalam suka dan duka. 11. Seluruh staf dan karyawan PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan

yang telah memberikan bantuan dan masukan bagi Penulis.

12. Teman-teman seperjuangan : Patricia Purba, Hanny Luvika, Leonard Sinaga, Raja Pasaribu, Charles Salim, Deny Mulia Ananda, Abdul Reza (Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara) dan Rendy Octavianus Dumais, S.H. (Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado), yang selalu memberi dukungan dan semangat bagi Penulis sehingga skripsi ini selesai.

13. Teman-teman terbaikku : Elvana Febriyanti Togatorop, Raje Laksmi, Ira Elbertna Purba, Tika Septiani Siahaan, Triany Natalia Siahaan, Christine Happryanti Simatupang yang selalu memberi dukungan dan semangat bagi Penulis sehingga skripsi ini selesai.

14. Abang senior stambuk 2009 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara : Samuel P.Tambunan, S.H, yang memberikan dukungan, saran, dan motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.


(6)

15. Seluruh teman-teman stambuk 2010 yang sedang dan sudah menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya bagi diri Penulis. Penulis mohon maaf yang sedalam- dalamnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi kepada Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan memberikan berkat-Nya dan dengan hati yang terbuka Penulis meminta saran dan kritik atas kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2014 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ….……… vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Permasalahan ……….. 8

C. Tujuan Penulisan ……… 8

D. Manfaat Penulisan ……….. 8

E. Metode Penelitian ……….. 9

F. Keaslian Penulisan ……… 11

G. Sistematika Penulisan ……….... 12

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PT. ERIC DIRGANTARA TOUR & TRAVEL A. Pengertian dan Pengaturan Usaha Jasa Travel ……….. 14

B. Historis Berdirinya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel …… 21

C. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikannya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel……….. 25

D. Struktur Organisasi PT. Eric Dirgantara Tour & Travel……. 27

E. Barang dan Jasa yang Ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel………. 28


(8)

BAB III : PERLINDUNGAN KONSUMEN ANTARA TRAVEL DENGAN PENUMPANG PESAWAT UDARA

A. Pengertian Tiket Pesawat Udara………. 32 B. Perlindungan Hukum Penumpang Pesawat Udara Sebagai

Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009……… 44 C. Peraturan Penerbangan Tentang Perlindungan Terhadap

Penumpang ………..61 D. Hak dan Kewajiban Pihak Travel Dalam Penjualan Tiket

Penumpang ………. 74 E. Hubungan Antara Biro Perjalanan Selaku Pelaku Usaha dengan Penumpang Pesawat Udara………. 79

BAB IV : TANGGUNG JAWAB PT. ERIC DIRGANTARA TOUR & TRAVEL TERHADAP PENUMPANG PESAWAT UDARA A. Prosedur Pembelian Tiket Pesawat Udara Dimana Penumpang

Berada ……… 82

B. Faktor-Faktor Penyebab Pembatalan dan Ketidakberangkatan Penumpang ……….... 87 C. Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap


(9)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. 97 B. Saran……… 100

DAFTAR PUSTAKA……… 102 LAMPIRAN


(10)

ABSTRAK

Desi Pranata Simamora1 Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum** Dr. Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum ***

Biro perjalanan (travel)mempunyai tanggung jawab dalam menangani permasalahan atas tiket dan ketidakberangkatan penumpang.Yang menjadi permasalahan adalah pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel, problematika yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel berkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan, dan tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya.

Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah metode penelitian yuridis empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis.Penelitian deskriptif analitis mengacu pada menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis suatu peraturan hukum.Dalam hal ini menelaah dan mengkaji berbagai bentuk peraturan yang tentunya terkait dengan penelitian ini khususnya dalam hal tanggung jawab. Penelitian yuridis empiris mengacu pada pengalaman dalam masyarakat untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta untuk melakukan proses induksi.

Hasil kesimpulan penulisan ini menunjukkan bahwa Pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel yaitu adanya hal-hal perlindungan konsumen yang diberikan PT. Eric Dirgantara Tour & Travel dalam menangani masalah apabila penumpang bermasalah dengan tiketnya baik tidak berangkat, penggantian jadwal keberangkatan, kesalahan huruf dari nama penumpang yang tercantum di tiket dengan kartu identitas yang berbeda dan lain-lain. Problematika yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour &Travel berkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan yaitumengubah jadwal keberangkatan (reschedule), mengubah rute keberangkatan (reroute), kesalahan ticketing, ketidakberangkatan penumpang baik daripihak penerbangan yang membatalkan, pengembalian uang akibat pembatalan (refund), kenaikan kelas tiket penumpang (upgrade class), dan pesawat terlambat (delay.) Tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya yaitu membantu dan menangani penumpang yang mempunyai masalah keberangkatan dengan berbagai cara seperti pengembalian uang tiket (refund), memberitahu batas waktu (time limit), menghubungi kantor pusat maskapai penerbangan apabila penumpang mengalami masalah terhadap status tiket.

Kata Kunci : Travel, Penerbangan, Konsumen

*Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

**Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU ***Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biro perjalanan mempunyai peran penting dalam dunia modern saat ini. Salah satu biro perjalanan atau dalam sebutan asing yaitu travel yang terdapat di kota Medan adalah PT. Eric Dirgantara Tour & Travel. PT. Eric Dirgantara Tour & Travelmempunyai tanggung jawab yang besar terhadap penumpangnya, sebab jika ada kelengahan dan kelalaian dari pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travelmaka penumpang tidak bisa menaiki pesawat.

Penumpang pesawat udara sebagai konsumen wajib mendapatkan pelayanan dan jasa yang baik dalam pembelian tiket. Apabila penumpang tersebut membeli tiket pesawat udara di PT. Eric Dirgantara Tour & Travel dan tidak bisa mengikuti jadwal penerbangan, maka PT. Eric Dirgantara Tour & Travelharus menanggungjawabinya dengan melakukan kontak langsung dengan kantor pusat penerbangan. Ketidakberangkatan penumpang dapat terjadi apabila pihak penerbangan mengubah jadwal keberangkatan maskapai penerbangan, dapat berubah waktu dan hari dipercepat ataupun diperlambat. 2

2

Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 2 Februari 2014.

Terkadang penumpang tersebut memberikan nomor kontak penumpang yang tidak aktif atau nomor palsu sehingga pihak maskapai penerbangan dan pihak travel tidak dapat menghubunginya tetapi ketika penumpang akan berangkat dan sudah tiba di bandara, penumpang tersebut heran bahwa jadwal keberangkatan pesawat telah


(12)

diubah. Ini sebagai salah satu bentuk kelengahan PT. Eric Dirgantara Tour & Travelapabila nomor yang diberikan penumpang ternyata sudah tidak aktif lagi sehingga penumpang dapat terlantar di bandara.

Bentuk problematika lain yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travelseperti hal ubah jadwal (reschedule),ubah rute (reroute), kesalahan reservasi, ketidakberangkatan penumpang, pembatalan tiket penumpang, pengembalian uang penumpang pesawat udara akibat pembatalan (refund), kenaikan kelas tiket penumpang (upgrade class),city check in yang dilakukan pihak travel terhadap tiket penumpang pesawat udara, dan lain-lain. Dari sinilah dapat dilihat bagaimana tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Traveldalam menangani kasus-kasus tersebut. Sebab bentuk usaha apapun pasti memiliki risiko dalam menjalaninya.

Hal yang sering menjadi pembicaraan para penumpang yang menjadi problematika PT. Eric Dirgantara Tour & Travelselain itu adalah tiket promo. Seringkali penumpang pesawat udara yang akan membeli tiket menanyakan tiket promo dan menganggap pihak travel tidak menyediakannya ataupun menaikkan harganya sehingga merugikan penumpang sebagai konsumen. Hal inilah yang menjadi bentuk kekeliruan.Tiket promo bukan berarti tiket dengan harga murah sekali, namun tiket promo adalah harga tiket yang murah pada maskapai tertentu dengan harga lebih murah dibanding dengan harga tiket normal. Tiket promo ini tidak dapat dibatalkan dan jika tidak berangkat maka dianggap hangus.3

3

Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 2 Februari 2014.


(13)

Seperti yang diketahui bahwa tiket sudah dapat dibeli melalui internet tetapi jika ada permasalahan yang dihadapi penumpang pesawat udara tersebut, maka lebih baik membeli tiket di travel agar masalah dapat ditangani.4

Keuntungan membeli tiket pada travel sebenarnya cukup banyak sebab memudahkan penumpang pesawat udara menghadapi masalah pada penerbangan yang akan ditumpangi. Jika terjadi permasalahan tiket penumpang tersebut, jika tidak membeli di travel, maka penumpang harus pergi ke kantor maskapai penerbangan dan itu mempunyai bagian yang berbeda-beda sesuai dengan keluhan penumpang.

Pihak travel tidak dapat membantu masalah tersebut apabila penumpang tidak membeli tiket kepadanya.PT. Eric Dirgantara Tour & Travelsebenarnya bukan tidak mau membantu dan melayani penumpang yang mengalami masalah tiketnya melalui pembelian di internet, tetapi setiap travel agent mempunyai username atau sign in yang sudah didaftarkan sebelumnya dari sistem yang diinstal oleh pihak penerbangan kepada travel. Username atau sign in itu hanya dapat membuka code booking tiket penumpang yang membeli pada travel tersebut. Jadi jika penumpang tersebut ingin dibantu, maka pihak travel tidak dapat membantunya sehingga penumpang tersebut harus pergi ke kantor maskapai penerbangannya langsung.

Perlindungan konsumen merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat.Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat

4


(14)

keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dan produsen.Jika tidak ada perlindungan keseimbangan tersebut maka konsumen berada pada posisi lemah.5

Konsumen sebagai istilah yang sering dipergunakan sehari-hari merupakan istilah yang perlu untuk diberikan batasan pengertian agar dapat mempermudah pembahasan tentang perlindungan konsumen sebab konsumen sangat berperan dalam proses perdagangan.6

Pengertian Konsumen dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, yaitu:Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagikepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangkan kembali.7

Menurut Az. Nasution, ia berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen..

Pada saatDepartemen Perhubungan Republik Indonesia sedang mempersiapkan suatu Rancangan Undang-Undang Penerbangan baru.Undang-Undang tersebut menggantikan baru.Undang-Undang-baru.Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 tentang

5

Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang menyatakan

“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hokum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.

6

Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang menyatakan “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

7

Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hal. 20.


(15)

Penerbangan dan bertujuan untuk mencakup perkembangan kegiatan-kegiatan penerbangan yang telah dicapai maupun yang diperlukan oleh Indonesia.8

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan perlu disempurnakan guna menyelaraskan dengan dan perkembangan teknologi, perubahan paradigma, dan lingkungan strategis termasuk otonomi daerah, kompetisi di tingkat regional dan global, peran serta masyarakat, persaingan usaha, konvensi internasional tentang penerbangan, perlindungan profesi,serta perlindungan konsumen.9

Pengertian Penerbangan adalah padanan dari perkataan “aviation”, bukan padanan dari perkataan aerial navigation atau aeronautical atau flight atau air navigation.Perkataan “aviation” mempunyai pengertian lebih luas dibandingkan dengan perkataan aerial navigation atau aeronautical atau flight atau air navigation.10

Transportasi udara merupakan transportasi yang berkembang pesat dimana banyaknya biro perjalanan (Travel) dan maskapai penerbangan yang memberikan jasa penerbangan baik rute domestik maupun rute internasional.Maskapai penerbangan tersebut di antaranya adalah Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Wings Air, Sriwijaya Air, Air Asia, Batik Air, Firefly, Tiger Mandala Airways, Silk Air, Malaysia Airlines, Sky Aviation, Susi Air, dan lain-lain.

8

H.K.Martono, Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 80.

9

Mieke Komar Kantaatmadja, Hukum Angkasa dan Hukum Tata Ruang, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hal. 60.

10

Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 yang menyatakan “Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya”.


(16)

Biro perjalanan (Travel) adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, dan menyediakan pelayanan bagi seseorang,sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata.

Data Dinas Infokom (Informasi dan Komunikasi) dan PDE (Pengolahan Data Elektronik) Kota Medan pada tahun 2006, memberitahukan bahwa sedikitnya terdapat 112 biro perjalanan (Travel) yang terdapat di Kota Medan. Hal ini menjadi salah satu bentuk persaingan usaha dimana persaingannya cukup ketat dan tergantung bagaimana travel tersebut melayani para penumpang.

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbangan atau biasa yang disebut dengan biro perjalanan (Travel) yang menjual barang berupa tiket dan memberikan jasa berupa pelayanan(service) adalah PT. Eric Dirgantara Tour & Travel.

PT. Eric Dirgantara Tour & Travel didirikan pada tanggal 6 Mei 1998 berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas. PT. Eric Dirgantara Tour & Travel merupakan sebuah perusahaan yang berkedudukan di Jalan Sei Wampu / K.H. Wahid Hasyim Nomor 92 Medan, Sumatera Utara.PT.Eric Dirgantara Tour & Travel merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbangan dimana perusahaan ini menjual tiket penerbangan, voucher hotel serta tiket kapal laut. Untuk melaksanakan bisnisnya, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel mempunyai cabang yang berada di luar kota yaitu kota Sibolga, Tapanuli Tengah.


(17)

PT. Eric Dirgantara Tour & Travel yang terdapat di Sibolga tersebut berkedudukan di Jalan Sisingamangaraja Nomor 137, Sibolga, Tapanuli Tengah.11

Peneliti memilih untuk melakukan penelitian pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel karena Eric Travel merupakan salah satu biro perjalanan (Travel) yang terkemuka dan milik pribumi terbesar di Kota Medan yang sudah berdiri pada tahun dan selama kurang lebih 15 tahun ini berhasil menunjukkan perkembangan usaha dalam bidang penerbangan yang cukup maju. Eric Tour &Travel juga menyadari bahwa ketatnya persaingan usaha yang terjadi dalam biro perjalanan di Kota Medan ini sehingga perusahaan ini selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada penumpang pesawat dengan slogan biro perjalanan ini yakni “Do The Best” yang akan selalu mengantarkan perusahaan ini agar mendapatkan respon positif dari penumpang sehingga dapat meningkatkan pembelian tiket oleh para konsumen.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul :“Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau dari Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999.”

11

Hasil wawancara dengan Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina Siregar, SH pada tanggal 5 Februari 2014.


(18)

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen

pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel?

2. Problematika apa saja yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travelberkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan?

3. Bagaimana tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan penumpang pesawat udara sebagai konsumen pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travel.

2. Untuk mengetahui problematika yang terjadi pada PT. Eric Dirgantara Tour & Travelberkaitan dengan penumpang maskapai penerbangan. 3. Untuk mengetahui Tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel

terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya

D. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat sebagai berikut:


(19)

a. Bagi perusahaan, sebagai informasi dan bahan masukan untuk dapat dijadikan landasan dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan dan selanjutnya sebagai upaya untuk mempertahankan pelanggan dan mengembangkan produk dan pelayanannya.

b. Bagi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, diharapkan dapat menambah atau memperluas khazanah penelitian di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi peneliti, untuk menambah kontribusi bagi pemikiran guna memperluas cakrawala wawasan peneliti dalam bidang perlindungan konsumen dan aturan penerbangan menurut hukum yang berlaku.

d. Bagi peneliti lain, sebagai bahan refrensi yang nantinya akan dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan peraturan hukum konsumen dan hukum penerbangan yang berlaku di Indonesia dalam dunia penerbangan.Dengan pertimbangan bahawa penelitian yang dilakukan ialah dengan mengkaji keberadaan dari penerbangan yang ada di Indonesia dilihat dari tanggung jawab masing-masing pihak, baik pihak penumpang sebagai konsumen dan pihak travel juga maskapai penerbangan sebagai pelaku usaha.


(20)

Sifat penelitian dari skripsi ini adalah bersifat deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis suatu peraturan hukum. Dalam hal ini menelaah dan mengkaji berbagai bentuk peraturan yang tentunya terkait dengan penelitian ini khususnya dalam hal tanggung jawab.

Selain itu, sifat penelitian dari skripsi ini adalah bersifat yuridis empiris yaitu penelitian terhadap pengalaman yang terjadi dalam masyarakat untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi.

2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, yaitu :

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti berbagai macam buku literature yang sesuai dengan penelitian ini. Bahan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini seperti buku-buku yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, penerbangan, misalnya H.K. Martono pada buku Hukum Penerbangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, Ahmadi


(21)

Miru pada buku Hukum Perlindungan Konsumen, Celina Tri Siwi Kristiyanti pada buku Hukum Perlindungan Konsumen, H.K. Martono pada buku Hukum Angkutan Udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, Happy Susanto pada buku Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, dan beberapa ahli hukum lainnya.

Cara mendapatkan data sekunder adalah dengan melakukan penelitian kepustakaan (library research).Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen selanjutnya dilakukan analisis dengen mengumpulkan fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaaan sebagai acuan umum dan kemudian disusun sebagai acuan umum dan kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan badan-badan hukum yang telah dikumpulkan.

F. Keaslian Penulisan

Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana, maka seyogyanya skripsi ditulis berdasarkan buah pikiran yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan (plagiat) baik sebagian ataupun seluruhnya dari karya orang lain.

Adapun karya tulis yang serupa dengan ini adalah karya tulis yang dapat diakses milik mahasiswa Fakultas Hukum USU Angkatan 2005, berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG PESAWAT UDARA BERDASARKAN UU NO.8 TAHUN 1999
D A L A M H U B U N G A N N Y A


(22)

DENGAN STANDAR TARIF TIKET PESAWAT
D I IN D O N E SIA ”.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis dalam suatu sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I membahas tentang gambaran dari seluruh isi skripsi, yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang Tinjauan Umum Tentang PT. Eric Dirgantara Tour & Travel. Bab ini terdiri dari 5 (lima) sub bab, yaitu (1) Pengertian dan Pengaturan Usaha Jasa Travel; (2) Historis Berdirinya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel; (3) Visi, Misi, dan Tujuan Didirikannya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel, (4) Struktur Organisasi PT. Eric Dirgantara Tour & Travel; (5) Barang dan Jasa yang Ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel.

Bab III membahas tentang Perlindungan Konsumen Antara Travel dengan Penumpang Pesawat Udara. Bab ini terdiri dari 5 (lima) sub bab, yaitu (1) Pengertian Tiket Pesawat Udara; (2) Perlindungan Hukum Penumpang Pesawat Udara sebagai Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009; (3) Peraturan Penerbangan Tentang Perlindungan Terhadap Penumpang; (4) Hak dan Kewajiban Pihak Travel Dalam Penjualan Tiket Penumpang; (5) Hubungan Antara Biro Perjalanan Selaku Pelaku Usaha dengan Penumpang Pesawat Udara.


(23)

Bab IV membahas tentang Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab, yaitu (1) Prosedur Pembelian Tiket Pesawat Udara Dimana Penumpang Berada; (2) Faktor-Faktor Penyebab Pembatalan dan Ketidakberangkatan Penumpang; (3) Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Masalah Tiket yang Penerbangannya Dibatalkan.

Bab V sebagai penutup, berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran sebagai rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian ini.


(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PT. ERIC DIRGANTARA TOUR & TRAVEL

A. Pengertian dan Pengaturan Usaha Travel

Kedatangan wisatawan dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan dan diperkirakan pada masa mendatang kepariwisataan di Indonesia

akan semakin cerah. Meningkatnya sektor pariwisata juga mempunyai andil yang

cukup besar dalam pembangunan di Indonesia. Selain sebagai salah satu penghasil

devisa yang cukup besar setelah minyak bumi dan gas. Pariwisata juga dapat

memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat.

Biro perjalanan (travel) adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial

yang mengatur dan menyediakan pelayanan bagi seseorang, sekelompok orang,

untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata dimana badan usaha

ini menyelenggarakan kegiatan perjalanan yang bertindak sebagai perantara dalam

menjual atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan baik di dalam dan luar

negeri. Perwakilan adalah biro perjalanan umum, agen perjalanan, badan usaha

lainnya atau perorangan yang ditunjuk oleh suatu biro perjalanan umum yang

berkedudukan di wilayah lain untuk melakukan kegiatan yang diwakilkan, baik

secara tetap maupun sementara. Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan Asosiasi

Perjalanan Wisata (APW), berada di bawah naungan ASITA (Association of the

Indonesian Tours dan Travel Agencies).12


(25)

Pengertian travel (biro perjalanan) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:13

a) Menurut Yoeti (2003:58)

Biro perjalanan (Travel) adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa pelayanan yang diberikannya kepada pelanggannya.

b) Menurut Foster (2000:77)

Biro perjalanan (Travel) adalah sebuah perusahaan yang menjual rancangan perjalanan secara langsung pada masyarakat dan lebih khusus lagi menjual transportasi udara, darat, laut; akomodasi penginapan; pelayaran wisata; wisata paket; asuransi perjalanan; dan produk lainnya yang berhubungan.

Selain itu, menurut Yoeti (2003:59) munculnya biro perjalanan memiliki beberapa peran, yaitu:

a) Pengurusan dokumen perjalanan

b) Ticketing (penjualan tiket pesawat domestik dan internasional) c) Hotel Reservation (dalam dan luar negeri)

d) Agen perjalanan kapal pesiar, charter flight, kapal laut dan kereta api e) Paket wisata untuk dalam dan luar negeri

f) Escort services (jasa mengiringi)

g) Jemput dan antar tamu dari dan ke bandara

h) Pelayanan Umroh, Ibadah Haji dan perjalanan rohani lainnya.

13


(26)

Menurut Kotler, mengatakan bahwa produk travel (biro perjalanan) dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu:

a) Core Product

Produk inti adalah pelayanan atau manfaat yang disediakan untuk memuaskan kebutuhan target pasar (wisatawan) yang sudah teridentifikasi. b) The Tangible Product

Produk berwujud adalah penawaran khusus yang dilakukan dalam rangka menjual sesuatu dengan menekankan bahwa wisatawan akan menerimanya sebagai imbalan uang yang dibayarkannya.

c) The Augmented Product

Produk tambahan adalah semua bentuk nilai tambah yang diberikan kepada tangible product yang ditawarkan, sehingga menjadi lebih menarik bagi calon wisatawan.

Usaha perjalanan wisata merupakan bentuk usaha yang menyelenggarakan jasa perjalanan wisata baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.Usaha perjalanan wisata ini menyediakan sarana pariwisata dan segala hal yang terkait di bidang wisata. Usaha perjalanan wisata ini bisa berbentuk badan usaha, baik berupa Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Firma (Fa), koperasi, yayasan, atau bentuk usaha perorangan.

Yang termasuk dalam jenis usaha perjalanan wisata di antaranya adalah biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata.Baik biro maupun agen perjalanan harus memiliki izin usaha biro dan agen wisata dari walikota ataupun


(27)

pejabat yang ditunjuk.Hal ini dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan usaha perjalanan.Dasar hukum pendirian biro dan agen perjalanan wisata ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 mengenai Kepariwisataan.Prosedur permohonan izin usaha pendirian biro atau agen perjalanan ini diawali dengan mengajukan surat permohonan kepada walikota atau pejabat setempat. Pengajuan ini dilakukan dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan bermaterai 6.000. Kemudian surat permohonan tersebut akan diproses selama 30 hari setelah surat diajukan.14

Kemudian surat pengajuan yang telah diajukan tersebut akan dipertimbangkan oleh pejabat setempat, apakah permohonan tersebut diterima atau ditolak. Selanjutnya, pemohon akan diwajibkan memenuhi sejumlah persyaratan seperti berikut: 15

• Identitas diri yang masih berlaku (fotokopi KTP)

• Fotokopi Izin Mendirikan Bangun-Bangunan (IMBB)

• Fotokopi Izin Gangguan

• Fotokopi studi kelayakan

• Fotokopi akte pendirian perusahaan

• Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)

Persyaratan tersebut akan membuat usaha yang bergerak di bidang biro perjalanan tersebut lancer dan tanpa adanya kesulitan di kemudian hari.Setelah

14 H.K. Martono,

Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama. (Bandung : Mandar Maju, 2009), hal 24.

15 E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan (Himpunan Makalah 1961-1995),


(28)

memenuhi persyaratan untuk mendirikan usaha tersebut, hal yang harus dipenuhi selanjutnya adalah kewajiban sebagai suatu badan usaha. Dalam menjalankan usahanya,biro perjalanan atau agen perjalanan wisata ini harus melaksanakan kewajiban sebagai berikut:16

• Memberikan perlindungan kepada para pelanggan atau para pemakai jasa

• Menyediakan pramuwisata untuk memimpin dan membimbing wisatawan ketika melakukan perjalanan wisata

• Menjamin terpenuhinya kewajiban atas pungutan negara dan pungutan daerah serta mengadakan pembukuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

• Patuh terhadap perundang-undangan yang berlaku. Jika kewajiban ini tidak terpenuhi, izin usaha tersebut akan dicabut oleh pemerintah setempat

Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan wisata mempunyai perbedaan.Hal ini dapat dilihat dari perbedan fungsi dan faktor lainnya.

Biro Perjalanan Wisata mempunyai dua fungsi yaitu:17 a) Fungsi Umum

Dalam hal ini biro perjalanan wisata merupakan suatu badan usaha yang dapat memberikan penerangan atau informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia perjalanan pada umunya dan perjalanan wisata pada khususnya.

b) Fungsi Khusus

16Ibid, hal. 98. 17Oka A.Yoeti,


(29)

• Biro Perjalanan Wisata sebagai perantara. Dalam kegiatannya ia bertindak atas nama perusahaan lain dan menjual jasa-jasa perusahaan yang diwakilinya. Karena itu ia bertindak di antara wisatawan dan industri wisata.

• Biro Perjalanan Wisata sebagai badan usaha yang merencanakan dan menyelenggarakan tour dengan tanggung jawab dan resikonya sendiri.

• Biro Perjalanan Wisata sebagai pengorganisasi yaitu dalam menggiatkan usaha, BPW aktif menjalin kerjasama dengan perusahaan lain baik dalam dan luar negeri. Fasilitas yang dimiliki dimanfaatkan sebagai dagangannya.

Sementara itu, Agen Perjalanan Wisata mempunyai dua fungsi, yaitu :18 a) Sebagai Perantara

• Di daerah asal wisatawan

1) Melengkapi informasi bagi wisatawan 2) Memberikan advis bagi calon wisatawan 3) Menyediakan tiket

• Di daerah tujuan

1) Memberikan informasi bagi wisatawan 2) Membantu reservasi

3) Menyediakan transportasi 4) Mengatur perencanaan 5) Menjual dan memesan tiket 18

H.K. Martono, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009 Bagian Pertama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 73.


(30)

b) Sebagai Organisator

Karena travel agent sebagai perantara, maka ia berada di tengah-tengah industri pariwisata, maka perlu ada kontrak yang dibuat terlebih dahulu. Selain itu harus ada perjanjian khusus yang mengatur hubungan kerja sehingga jelas tugas, kewajiban dan hak masing-masing pihak.

Dari segi faktor resiko:19

Biro Perjalanan Wisata memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan Agen Perjalanan Wisata.Hal ini disebabkan karena Biro Perjalanan Wisata mengeluarkan produknya berupa “Janji Jasa Perjalanan Wisata” yang dijual dalam bentuk “Brosur Paket Wisata” dan harus bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan produk yang dikeluarkannya. Biro Perjalanan Wisata harus menjamin bahwa wisatawan akan menikmati perjalanannya seperti apa yang tertulis dalam Brosur Paket Wisata yang dikeluarkan oleh Biro Perjalanan Wisata. Agen Perjalanan Wisata tidak memiliki tanggung jawab atas produk yang dijualnya. Hal ini dikarenakan Agen Perjalanan Wisata hanya sebagai perantara perusahaan produk kepada konsumen atau pelanggan dan apabila pelanggan tidak puas, mereka harus complain kepada pemilik produk (misalnya Hotel atau Maskapai Penerbangan).

19


(31)

Dari Segi Faktor Imbalan yang Diperoleh:

Biro Perjalanan Wisata memperoleh imbalan atau laba yaitu dari selisih harga penjualan dengan total harga semua komponen yang dijualnya dalam paket wisata. Sementara Agen Perjalanan Wisata memperoleh imbalan berupa komisi dari pemilik produk dalam bentuk persen hasil penjualan.

B. Historis Berdirinya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel

Biro perjalanan sangat berperan besar dalam pariwisata.Contoh peran

sertanya dalam pariwisata ini adalah banyaknya biro perjalanan yang melayani

perjalanan domestik dan luar negeri, yang salah satunya adalah PT. Eric

Dirgantara Tour & Travel Medan.

PT. Eric Dirgantara Tour & Travel merupakan biro perjalanan milik pribumi yang melayani tiket pesawat dan kapal laut untuk perjalanan domestik maupun luar negeri.Perusahaan ini berdiri pada tanggal 6 Mei 1998 sesuai dengan akte pendirian perseroan terbatas. Dalam perkembangannya, awal berdirinya, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel melayani paket perjalanan (tour) rohani ke Yerusalem yang berlangsung selama 3 tahun, yakni dari tahun 1998-2002. Akan tetapi dikarenakan berbagai hambatan dalam pengoperasiannya, maka paket perjalanan (tour) dihentikan untuk sementara.20

PT. Eric Dirgantara Tour & Travelsaat ini secara bertahap selalu berusaha untuk membenahi diri dan beradaptasi dengan situasi bisnis yang berkembang,

20

Hasil wawancara dengan Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina Siregar, SH pada tanggal 8 Februari 2014.


(32)

khususnya dalam bisnis biro perjalanan.Sehingga diharapkan perusahaan ini dapat berkembang ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara maksimal.

PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan merupakan salah satu badan hukum yang bergerak dalam bisnis jasa kepariwisataan yang dimiliki oleh Bapak (Alm) Dr. Sirjon Panama Simamora, SH, mempekerjakan 20 orang karyawan, agen resmi dari 12 maskapai penerbangan dan PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia), penyediaan rental bus, penyediaan transportasi dari dan ke bandara serta pelabuhan, penyediaan voucher hotel baik domestik maupun internasional, penyediaan charter flight pada saat peak season dengan harga yang relatif lebih terjangkau, kenyamanan ruang kantor, penyediaan computerisation programming online system dalam reservasi tiket dari 12 maskapai penerbangan dan PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia), lokasi yang strategis, ruangan yang nyaman, beroperasi selama 15 jam setiap hari.21

PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan merupakan badan hukum yang bergerak dalam bidang bisnis jasa kepariwisataan dan mempunyai nama dagang Eric Travel. Sebagai badan hukum, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel, mempunyai nomor ijin usaha HO No.02.12.1.63.07877, tanda izin tetap usaha pariwisata biro perjalanan wisata dari DIPARDA (Dinas Pariwisata Daerah) Medan dengan nomor No.378/BPW/III/1999 yang diperbaharui setiap tahunnya, anggota ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia) dengan nomor

21

Hasil wawancara dengan Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina Siregar, SH pada tanggal 8 Februari 2014.


(33)

keanggotaan NIA:0106/II/DPP/99, serta nomor pokok wajib pajak NPWP:1.850.730.1-111.

PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan mempunyai slogan “Do The Best”, yang bermakna bahwa perusahaan ini selalu berusaha dengan berbagai inovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para konsumennya. PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan berdiri pada tanggal 6 Mei 1998 sebagai kantor pusat dengan waktu beroperasi 15 jam (pukul 07.00-22.00 WIB) setiap harinya termasuk hari libur dan telah memiliki 1 kantor cabang yang terletak di Sibolga.

PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medanberlokasi di Jalan. K. H. Wahid Hasyim / Jalan Sei Wampu No.92 Medan 20119, dengan nomor telepon (061) 457-8899 (Hunting Line), nomor faksimili (061) 456-2468, dan alamat email: Dirgantara Tour & Travel sudah tidak pernah lagi mengadakan perjalanan wisata (tour) lagi sehingga lebih berfokus sebagai Agen Perjalanan Wisata (APW).Sebab sebagai Agen Perjalanan Wisata (Travel Agent) memilki faktor risiko yang lebih kecil dari pada biro perjalanan wisata.Selama beroperasi 15 tahun, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Medan telah berhasil menerima beberapa penghargaan, yakni:22

1) Agen Perjalanan Resmi Penyedia Tiket Penerbangan Domestik Terlengkap di Kota Medan dari ASITA (Association of the Indonesian Tours dan Travel Agencies) Medan

22

Hasil wawancara dengan Komisaris PT. Eric Diregantara Tour & Travel, Ibu Tetty Agustina Siregar, SH pada tanggal 8 Februari 2014.


(34)

2) Agen perjalanan dengan penjualan tertinggi dari maskapai penerbangan Lion Air pada Travel Agent Award 2003

3) Agen perjalanan dengan penjualan tertinggi seluruh Indonesia dari PT. Adam Air Sky Connection pada tahun 2005 dan 2006

4) Peningkatan penjualan yang kurang lebih mencapai 5% setiap tahunnya. 5) Pengabdian kepada Pimpinan PT. Eric Dirgantara Tour & Travel dalam

kepengurusan DPD ASITA (Association of the Indonesian Tours dan Travel Agencies) Sumatera Utara periode 2008-2012 sebagai KABID.ADVOKASI/ HUKUM dan HAM

6) Agen perjalanan dengan penjualan tertinggi di Medan dari maskapai penerbangan Riau Airlines pada The Preferred Agent Award 2009

7) Mendapatkan Akreditasi dari IATA (International Air Transport Association) pada tahun 2010

8) Sepuluh besar travel agent terbaik di Medan pada tahun 2011 dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Citilink

9) Penghargaan sebagai agen domestik dengan pertumbuhan penjualan terbaik kedua Tahun 2011 dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia

10) Penghargaan dalam partisipasi dari Garuda Indonesia Travel Fair 2011 11) Pemasang iklan terbaik pada tahun 2012 dari Sumut Pos


(35)

C. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikannya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel 1. Visi Perusahaan:

Membangun perusahaan biro perjalanan wisata untuk menjadi terbaik dalam kualitas, pelayanan, kenyamanan, serta profesionalisme dengan sumberdaya muda yang berkualitas, jujur, fleksibel, dinamis.

2. Misi Perusahaan:

a. Menjadi perusahaan biro perjalanan wisata yang memberikan kepuasanterhadap konsumen

b. Menjadikan perusahaan sebagai tempat bekerja yang dapat dibanggakan dan diandalkan karena :

a) terpercaya b) kokoh

c) mengakomodasi dan menghargai ide- ide positif guna perbaikan d) mengayomi semua gender, suku/ras, dan agama

e) memberikan peluang pengembangan karier

f) memberi imbalan dan penghargaan yang kompetitif g) selalu menatap masa depan dengan optimisme yang tinggi

3. Tujuan Didirikannya Perusahaan :

Memudahkan para penumpang untuk mendapatkan tiket pesawat udara dan tiket kapal laut dengan adanya produk dan jasa pelayanan berupa para staff perusahaan (ticketing) yang akan menangani tiket penumpang baik dalam dan luar negeri, pengantaran penumpang ke bandara dan ke pelabuhan, dan menyediakan


(36)

reservasi hotel sesuai dengan kebutuhan pelanggan baik di dalam dan luar negeri. Dengan jaringan yang luas, kebutuhan tempat menginap akan dapat terpenuhi. Sebab perusahaan selalu ingin memberikan pelayanan terbaik bagi penumpang.


(37)

D. Struktur Organisasi PT. Eric Dirgantara Tour & Travel LASTRI Ticketing MIMI Ticketing FIRMAN Ticketing ANDRE Supir ELDIAN Parkir RAHMAT Ticketing ECHY Ticketing ULI Ticketig BURHAN Security DEDED Security DESY Ticketing POLTAK.S Airport Handling ANNI Ticketing PANDI PL PARULIAN Ticketing NANDA PL WINDA Ticketing SISKA Ticketing ERNA SINAGA Bag. Administrasi BETHESDA Bag.Ticketing LEOWARNO Bag. Umum T.A.SIREGAR, SH Bag. Keuangan NELFI.N Kasir

TETTY AGUSTINA SIREGAR, SH Komisaris

DEWI JUSTISIA N.SIMAMORA,SE,MM

Direktur Utama Ir. ROHANI M.SIREGAR


(38)

E. Barang dan Jasa yang Ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel

Barang dan jasa merupakan dua hal yang saling berkaitan erat dalam perdagangan. Sebab dalam hal bertransaksi barang, pasti akan berhubungan dengan jasa dimana jasa tersebut apakah baik atau tidak baik. Secara umum yang diketahui orang awam, pengertian barang dan jasa berbeda walapun saling berkaitan. Barang adalah benda-benda yang berwujud, yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk menghasilkan benda lain yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara jasa adalah suatu barang yang tidak berwujud, tetapi dapat memberikan kepuasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Beberapa ahli yang mendefinisikan "jasa" diantaranya adalah:23 • Menurut Phillip Kotler:

Jasa adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangibel dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk fisik.

• Menurut Adrian Payne

Jasa adalah aktivita manfaat) intangibel yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi denga menghasilkan transfer kepemilikan.Perubahan daiam kondisi bisa saja muncul dan

23


(39)

produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan produk fisik.

• Menurut Christian Gronross

Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya(namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan". Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan kerapkali terjadi dalam jasa, sekalipun pihak-pihak yang terlibat mungkin tidak menyadarinya.Selain itu, dimungkinkan ada situasi di mana pelanggan sebagai jasa.

Barang yang ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel adalah tiket untuk penumpang baik tiket pesawat udara maupun tiket kapal laut dan voucher untuk tempat wisata permainan. Tiket yang dimaksud yaitu tiket untuk rute dalam negeri (domestik) dan luar negeri (internasional) dan voucher untuk tempat wisata permainan yang dimaksud adalah tiket untuk tempat wisata permainan seperti Trans Studio, Disneyland, Universal Studio, dll.24

Sementara itu, jasa yang ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel adalah adanya para staff travel (ticketing) yang bersedia selalu melayani penumpang untuk sekedar memeriksa harga tiket dan mencetak tiket para penumpang baik penumpang pesawat udara maupun penumpang kapal laut dimana beberapa tiket pesawat udara yang disediakan PT. Eric Dirgantara Tour &

24

Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 8 Februari 2014.


(40)

Travel adalah Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Wings Air, Batik Air, Air Asia, Sriwijaya Air, Firefly, Sky Aviation, Tiger Airlines, Malaysia Airlines, Silk Air, dll. Untuk penumpang kapal laut, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel menyediakan untuk rute domestik saja dan menjadi agen resmi dari PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia). Selain itu jasa yang ditawarkan adalah menyediakan kendaraan berupa mobil dan/atau minibus untuk mengantarkan penumpang pesawat udara ke Bandara Kualanamu Internasional dan menyediakan bus pariwisata kepada penumpang kapal laut untuk diantarkan ke pelabuhan Belawan, dan juga menyediakan reservasi hotel kepada para penumpang baik pesawat udara maupun penumpang kapal laut untuk menginap di hotel manapun yang sesuai dengan kemauan penumpang baik di dalam maupun luar negeri.

Dulu sempat pula PT. Eric Dirgantara Tour & Travel menyediakan jasa rental mobil tetapi seiring dengan kurangnya keamanan yang terjadi belakangan ini, dimana mobil yang dirental bisa saja dilakukan untuk tindakan jahat ataupun berniat jahat untuk dibawa lari atau kabur oleh peminjam (orang yang merentalkan) mobil tersebut, dan ketidakhati-hatian pengguna rental dalam mengendarai mobil tersebut sehingga menyebabkan kerusakan pada mobil dan yang paling naas adalah kehilangan mobil. Itu sebabnya karena risiko yang terlalu besar, maka PT. Eric Dirgantara Tour & Travel tidak menyediakan jasa rental mobil lagi.25

Selain itu, PT. Eric Dirgantara Tour & Travel juga pernah mengadakan paket perjalanan (tour) rohani ke Yerusalem beserta para rombongan yang

25

Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 8 Februari 2014.


(41)

beragama Kristiani yang berlangsung sekitar 3 tahun yaitu tahun 1998-2002. Akan tetapi melihat adanya hambatan yang dirasakan dalam menjalaninya, maka paket perjalanan (tour) diberhentikan untuk sementara.Sekarang PT. Eric Dirgantara Tour & Travel lebih fokus sebagai agen perjalanan (travel agent) dimana menjadi travel agent mempunyai risiko yang lebih minim dibandingkan paket perjalanan (tour). Yang menjadi kelemahan bagi usaha travel adalah ketika maskapai penerbangan mengalami kebangkrutan yang menyebabkan pailitnya maskapai penerbangan tersebut.

Dengan pailitnya maskapai penerbangan tesebut, maka seluruh deposit tanpa sisa sepeserpun yang sudah ditanamkan dan dimodalkan oleh travel adalah seluruhnya milik maskapai penerbangan. Jumlah yang cukup fantastis memang ketika maskapai penerbangan yang cukup besar dan tidak disangka tiba-tiba dinyatakan pailit sementara travel agent menanamkan modal yang sangat besar dan sama sekali tidak ada dikembalikan atau disebut dengan hangus begitu saja. Itulah yang menjadi risiko terbesar dalam menjalani usaha travel sehingga apabila travel ingin menanamkan modal atau biasa disebut dengan deposit kepada maskapai penerbangan, maka pihak travel harus memahami secara baik dan benar bagaimana perkembangan maskapai tersebut ke depannya.

Dengan adanya barang dan jasa yang ditawarkan oleh PT. Eric Dirgantara Tour & Travel maka diharapkan para penumpang dapat terlayani dengan baik dan nyaman sesuai dengan visi,misi dan tujuan didirikannnya PT. Eric Dirgantara Tour & Travel ini dengan motto “Do The Best” maka PT. Eric Dirgantara Tour & Travel selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi seluruh penumpang.


(42)

BAB III

PERLINDUNGAN KONSUMEN ANTARA TRAVEL DENGAN PENUMPANG PESAWAT UDARA

A. Pengertian Tiket Pesawat Udara

Salah satu benda yang dapat dijadikan sebagai bukti tanda masuk adalah tiket.Tiket merupakan bentuk bukti yang sah dan berlaku apabila seseorang ingin memasuki atau mendatangi suatu tempat.Yang menjadi salah satu contoh tiket adalah tiket pesawat udara.Tiket adalah dokumen yang wajib dimiliki setiap calon penumpang sebelum ia menggunakan jasa transportasi tersebut, entah untuk moda transportasi udara, laut, dan darat sebagai suatu dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dan maskapai penerbangan yang digunakan untuk melakukan suatu perjalanan. Blanko tiket biasanya diisi dengan identitas calon penumpang, rute perjalanan, dan jenis pelayanan yang diinginkan. Yang perlu diingat, nama yang tertera di tiket harus sesuai dengan KTP yang berangkat. Selain menaati aturan main, itu juga merupakan syarat mutlak untuk melakukan klaim asuransi jika terjadi apa-apa selama penerbangan.26

Anak yang berusia dibawah 22 bulan (infant/bayi) tidak diwajibkan membeli tiket dan duduk sendiri, orang tua harus ikut terbang bersama bayi dan menjadi pendamping. Kebanyakan maskapai menerapkan peraturan ketat dalam hal ini, bahkan ada yang harus dibawa ke loket pembelian tiket dan ditimbang

26

Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 8 Februari 2014.


(43)

berat badannya sebelum label boarding pass diberikan. Sedangkan anak diatas 22 bulan (child) sudah terhitung dewasa dan harus membeli tiket terpisah.

Masalah harga, infant hanya cukup membayar sebesar 10% dari total harga tiket orang dewasa, sedangkan child tetap dihitung normal karena mendapat tempat duduk dan servis standar layaknya tiket yang berlaku untuk dewasa.

Menurut Rahmat Darsono, tiket pesawat udara adalah salah satu dokumen perjalananyang dikeluarkan oleh maskapai penerangan dan merupakan kontrak tertulissatu pihak yang berisikan ketentuan yang harus dipenuhi oleh penumpang selama memakai jasa penerbangan, dan data penerbangan penumpang yang mempunyai masa periode waktu tertentu.

Pesawat terbang adalah bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri. Secara umum istilah pesawat terbang sering juga disebut denga cukup pesawat dengan tujuan pendefenisian yang sama sebagai

mam27

Namun dalam dunia

mencakup pesawat terbang da28

Tiket pesawat udara itulah yang akan digunakan penumpang agar dapat terbang dengan maskapai penerbangan tersebut. Dahulu tiket pesawat udara

27

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 yang menyatakan, “Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk

penerbangan”.

28

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 yang menyatakan, “Pesawat Terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri”.


(44)

berbentuk buku yang terdiri sekitar 4 lembar tipis juga menggunakan kertas karbon berwarna merah agar salah satu lembaran tiket tersebut dikoyak dan disimpan oleh travel atau maskapai penerbangan itu sendiri sebagai bukti pertinggal bagi pihak mereka yang berisikan nama penumpang, rute penumpang, jam penerbangan berangkat dan jam ketibaannya. Tetapi bentuk tiket yang seperti ini mempunyai banyak kekurangan dan resiko yang ditimbulkan.

Apabila tiket tersebut hilang ataupun mengalami kerusakan dan kesalahan data penumpang yang tertera di tiket, maka penumpang tidak dapat berangkat dan tiket dinyatakan hangus. Jadi jika ingin berangkat sementara tiketnya hilang, maka tiket harus dibeli lagi. Hal ini tentu merugikan penumpang karena kehilangan,kerusakan dan kesalahan data yang tertera pada tiket bukanlah hal yang disengaja dan kelalaian dari penumpang itu sendiri. Resiko yang lebih besar lagi salah satunya adalah apabila pihak travel mencetak tiket tersebut dengan menuliskan data pada tiket tersebut dan salah dalam penulisan data penumpang makan penumpang tidak dapat terbang, dan hal yang lain apabila ticketing (pegawai travel yang mencetak tiket) dari travel tersebut melakukan kelalaian berupa tiket yang sudah ia cetak itu hilang, maka ticketing tersebut dapat dituntut oleh penumpang dan resikonya yaitu ticketing mendapat kurungan penjara beberapa minggu akibat kelalaiannya menghilangkan tiket. Itulah yang menjadi keluhan dari berbagai pihak, baik pihak penumpang maupun pihak travel agent yang mencetak tiket penumpang.29

29

Hasil wawancara dengan Firman, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 08 Februari 2014.


(45)

Seiring perkembangan zaman, bentuk tiket tersebut berganti menjadi selembar kertas yang hanya di print dari komputer. Hal ini dianggap sangat praktis dan memudahkan penumpang sebab penumpang yang berada di kotalain yang bukan berada di kota travel itu juga dapat mencetak tiket dari kota lain yang sedang ia tinggalin. Bentuk tiket ini disebut elektronik tiket (electronic ticket). Electronic ticket ini merupakan tiket yang dianggap sah untuk maskapai penerbangan dimana tiket tersebut dapat di print dari mana saja ia berada. Ia dapat mencetak tiketnya apabila ia berada di luar kota ataupun di kota itu sendiri tanpa harus pergi ke travel. Caranya ia meminta travel tersebut mengirim tiket yang sudah dicetak melalui surat internet (email) dan tiket tersebut dapat ia print.

Selain itu apabila tiketnya tinggal atau hilang sementara penumpangnya akan berangkat, penumpang dapat mencetak tiketnya ke counter maskapai penerbangannya hanya dengan memberikan data-datanya sesuai yang ada di tiket ataupun kode pembukuan (code booking) dari tiketnya tersebut. Dengan adanya electronic ticket ini, maka resiko dan kekurangan lain yang sering dikeluhkan baik penumpang maupun pihak travel sangat berkurang.

Begitu juga dengan bagasi penumpang dimana bagasi dibawa sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan.Selain menyiksa diri sendiri, hal ini sangat ampuh mengantisipasi terjadinya kelebihan bagasi (overweight). Sebab jika kelebihan bagasi akan ada penambahan bagasi dan dikenakan biaya penambahan bagasi. Sebaiknya tandai bagasi sensitif sebagai barang pecah belah (fragile), dan jangan sekali-kali memasukkan barang berharga ke dalam bagasi.


(46)

Tiket pesawat udara juga mempunyai ketentuan-ketentuan dimana ketentuan tersebut merupakan catatan penting dari pihak maskapai penerbangan yang harus dipatuhi oleh penumpang.Isi dari ketentuan yang tertera pada tiket tersebut yaitu:

• Ketibaan penumpang di bandara (airport) harus selambat-lambatnya 90 menit atau 2 (dua) jam sebelum keberangkatan baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.

• Check in ticket ditutup 45 menit sebelum jam keberangkatan.

• Penumpang harus tiba di gerbang keberangkatan paling lama 30 menit sebelum keberangkatan

• Bila penumpang melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit maka wajib menunujukkan kartu tersebut beserta pemegang kartu untuk verifikasi pada counter check in atau proses boarding penumpang dapat dibatalkan.

• Bagasi yang ditentukan oleh maskapai penerbangannya ada yang cuma-cuma,ada yang harus membayar, dan ada yang muatan beratnya di kabin ditentukan oleh maskapai penerbangan sehingga penumpang diharapkan harus menaatinya demi keselamatan bersama

• Penumpang atau pemegang tiket maskapai penerbangan tersebut harus tunduk kepada syarat dan ketentuan penerbangan yang sudah ditetapkan oleh maskapai penerbangan30

30

Hasil wawancara dengan Firman, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour & Travel pada 09 Februari 2014.


(47)

Pada tiket tertera tarif tiket. Tarif mempunyai peran yang sangat penting dalam angkutan udara baik bagi perusahaan penerbangan, pengguna jasa angkutan udara maupun bagi pemerintah. Bagi perusahaan penerbangan tarif merupakan sumber pendapatan perusahaan penerbangan, tarif yang tinggi perusahaan penerbangan sehat keuangannya, sebaliknya tarif yang terlalu rendah dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan penerbangan. Bagi penumpang tarif yang murah penumpang dapat menikmati jasa angkutan udara, sebaliknya tarif yang mahal penumpang tidak dapat menikmati jasa angkutan udara.Bagi pemerintah, tarif merupakan sarana untuk mengendalikan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat atas jasa angkutan udara dengan kelangsungan hidup perusahaan penerbangan.

Menurut rekomendasi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) tarif yang dikenakan kepada penumpang dalam perjanjian angkutan udara internasional timbal balik harus disepakati oleh perusahaan penerbangan yang ditunjuk (designated airline) setelah dibahas bersama antarperusahaan penerbangan yang bersangkutan, tarif yang telah disepakati digunakan dalam angkutan udara internasional kemudian disetujui oleh para pihak yang berjanji (double approval).31

Besaran tarif harus wajar dengan mempertimbangkan biaya operasi, pelayanan, unsur-unsur lain dengan keuntungan yang wajar dengan mempertimbangkan tarif yang dikenakan oleh perusahaan penerbangan yang lain.

31

H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama. (Bandung : Mandar Maju, 2009), hal. 77.


(48)

Tarif yang dikenakan kepada penumpang harus disepakati oleh perusahaan penerbangan yang ditunjuk (designated airline) setelah dibahas bersama, tarif yang telah disepakati digunakan dalam angkutan udara internasional kemudian disetujui oleh para pihak yang berjanji (double approval).

Di Indonesia, pada masa orde lama maupun orde baru semua tarif penumpang pesawat udara penerbangan dalam negeri sepenuhnya diatur oleh pemerintah. Sebagaimana disebutkan di atas, tarif penumpang pesawat udara Garuda Indonesian Airways ditetapkan lebih tinggi dibandingkan dengan tarif penumpang perusahaan swasta penerbangan dalam negeri lainnya,32 bahkan untuk tarif kelas utama pesawat udara Garuda Indonesian Airways yang menggunakan Airbus diperkenankan 15% lebih tinggi dibandingkan dengan tarif biasa.33

Pada masa orde lama maupun orde baru campur tangan pemerintah tidak terbatas pada tarif penumpang pesawat udara penerbangan dalam negeri maupun penerbangan internasional, tetapi juga terhadap tarif-tarif pelayanan jasa kebandarudaraaan seperti pelayanan penumpang penerbangan internasional.34

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, tarif angkutan udara niaga berjadwal (scheduled airlines) dalam negeri diatur dalam Maupun tarif penumpang penerbangan dalam negeri, bea pendaratan pesawat udara (aircraft landing charge), bea penempatan pesawat udara (aircraft storage charge), bea pelayanan penerbangan (BP2) (route air navigation facility charge).

32

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 96.PR.303/Phb-84 tentang Penyesuaian Tarif Udara Dalam Negeri

33

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 157.PR.303/Phb-83 tentang Tarif Angkutan Udara Dalam Negeri untuk Kelas Utama Pesawat Udara Air Bus

34

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 180/LU/3014/Phb-79 tentang Bea Pelayanan Penerbangan Internasional (Route Air Navigation Facility Charge)


(49)

Pasal 126 sampai dengan Pasal 130. Kebijakan pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 adalah neo-liberal, yang merupakan konsep sosialis dengan konsep liberal, karena itu pemerintah campur tangan terhadap tarif khususnya tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi, sedangkan tarif kelas non ekonomi diserahkan kepada hukum pasar (supply demand) tanpa campur tangan pemerintah. Tarif non ekonomi pemerintah tidak mengatur, tetapi hanya menentukan presentase dari kapasitas tempat duduk, pemerintah merekomendasikan perusahaan angkutan udara niaga berjadwal menyediakan 40% kapasitas tempat duduk untuk non ekonomi, sedangkan sisanya 60% untuk kelas ekonomi. Sesuai dengan ideologi neo-liberal 60% kapasitas tempat duduk angkutan udara niaga berjadwal disediakan untuk kelas non ekonomi yang dijual bebas berdasarkan hukum pasar (supply and demand) oleh perusahaan angkutan udara niaga berjadwal.35

1. Tarif Penumpang Kelas Ekonomi (Economic Class Passenger Tariff)

Tarif jasa maksimum menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 pada rute tertentu dalam negeri atas pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi ditetapkan setelah berkonsultasi dengan asosiasi perusahaan penerbangan nasional dengan mempertimbangkan masukan dari asosiasi pengguna jasa penerbangan dihitung berdasarkan komponen tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi, biaya tuslah/ surchange.

35

H.K.Martono, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009 Bagian Pertama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 35.


(50)

Tarif jarak berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 dimaksudkan besaran tarif per rute penerbangan satu kali penerbangan, untuk setiap penumpang yang merupakan hasil perkalian antara tarif dasar dengan tarif pajak serta dengan memperhatikan kemampuan daya beli, sedangkan pajak dimaksudkan Pajak Pertambahan nilai (PPn) yang dikenakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tarif jarak terdiri atas biaya pokok rata-rata ditambah dengan keuntungan wajar. Hasil perhitungan tarif pajak, pajak iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/ tambahan (surchange) merupakan batas atas tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal (scheduled airlines) dalam negeri.

2. Tarif Batas Atas (Upper Limit Tariff)36

Publikasi tarif batas atas yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan melalui media cetak dan elektronik dan/atau dipasang pada setiap tempat penjualan tiket pesawat udara kepada konsumen. Ketentuan tarif penumpang kelas ekonomi bersifat memaksa artinya badan usaha angkutan udara niaga berjadwal (scheduled airlines) dalam negeri dilarang menjual harga tiket kelas ekonomi melebihi tarif batas atas yang ditetapkan Menteri Perhubungan dengan ancaman dikenakan sanksi adminsitratif berupa sanksi peringatan dan/atau pencabutan izin rute penerbangan.

Dalam penjelasannya menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 yang dimaksudkan dengan biaya tuslah/ tambahan (surchange) adalah biaya yang dikenakan karena terdapat biaya-biaya tambahabn

36


(51)

yang dikeluarkan oleh perusahaan angkutan udara di luar perhitungan penetapan tarif jarak. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan angkutan udara niaga berjadwal di luar perhitungan penetapan tarif jarak tersebut adalah biaya flkuktuasi harga bahan bakar (fuel surcharge), biaya yang ditanggung oleh perusahaan angkutan udara karena pada saat berangkat atau pulang penerbangan tanpa penumpang.

3. Tarif Batas Bawah (Referensi)37

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tidak menentukan tarif batas bawah, namun demikian berdasarkan Pasal 465 yuncto 464 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 berlaku Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2006 yang mengatur tarif referensi. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan tersebut, dalam rangka menjaga kelangsungan usaha jasa angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dan adanya kenaikan biaya operasi pesawat udara yang cukup signifikan, perlu mengatur tarif referensi untuk penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi.

Tarif referensi merupakan salah satu alat pengawasan bagi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan terhadap perusahaan angkutan udara berjadwal dalam negeri. Tarif tersebut tidak akan mempengaruhi mekanisme harga yang telah tercipta dalam pasar. Dalam penetapan harga jual tiket, perusahaan angkutan udara niaga berjadwal harus memerhatikan aspek keamanan dan keselamatan penerbangan, persaingan usaha yang sehat.Harga tiket

37


(52)

dan perubahannya harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara selambat-lambatnya tiga hari sebelum diberlakukan.Perusahaan angkutan udara niaga berjadwal bertanggung jawab terhadap harga jual tiket baik yang dilakukan sendiri atau oleh mitra penjualan.

Tarif referensi merupakan batas bawah penetepan harga jual tiket angkutan udara niaga kelas ekonomi.Bilamana perusahaan penerbangan menetapkan harga jual tiket lebih rendah dibandingkan dengan tarif referensi, maka DirekturJenderal Perhubungan Udara segera melakukan pengawasan khusus terhadap perusahaan angkutan udara niaga berjadwal yang bersangkutan. Pengawasan tersebut berupa tindakan pengecekan langsung secara intensif dan ekstensif terhadap perusahaan angkutan udara niaga berjadwal tersebut baik organisasi, keuangan maupun aktivitas perawatan dan pengoperasian pesawat udara dengan mengacu pada peraturan yang berlaku di bidang angkutan udara, keamanan, keselamatan, dan pelayanan penerbangan. Tarif referensi akan dievaluasi secara berkala setiap 6 bulan atau apabila terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap biaya operasi pesawat udara.

4. Tarif Non-Ekonomi

Tarif pelayanan penumpang non-ekonomi angkutan udara niaga berjadwal (scheduled airlines) dalam negeri dan angkutan kargo berjadwal dalam negeri mengacu pada konsep liberal, karena itu pemerintah hanya menentukan presentase kapasitas tempat duduk kelas non-ekonomi sedangkan besaran tarif ditentukan


(53)

oleh perusahaan angkatan udara niaga yang bersangkutan berdasarkan mekanisme pasar (supply and demand).38

Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi dan angkutan udara perintis diatur dengan Peraturan Menteri Perhubungan, karena itu berdasarkan Pasal 465 yuncto 464 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 berlaku Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2002.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2002, tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi setiap rute penerbangan dilampirkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan tersebut. Penetepan tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri berpedoman pada tarif dasar yang terdiri atas kelompok jarak (km) dan tarif dasar per pax/km. Tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal tersebut belum termasuk pajak pertambahan nilai (PPn), iuran wajib dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dari PT (Persero) Jasa Raharja, asuransi tambahan lainnya yang dilaksanakan secara sukarela dan tarif jasa pelayanan penumpang pesawat udara yang dikenakan sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap pungutan yang akan dikaitkan dengan tarif angkutan harus lebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Perhubungan. Berdasarkan keputusan Mentri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun

38

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM Tahun 2002 tentang Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dlaam Negeri Kelas Ekonomi. Keputusan ini mencabut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 1996 tentang Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1996 tentang Penyempurnaaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 1996 tentang Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 1997 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 Tahun 1996 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 1996 tentang Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi.


(54)

2002 jelas sekali bahwa Menteri Perhubungan campur tangan dengan ketat terhadap tarif ekonomi angkutan udara niaga berjadwal (secheduled airlines).

Dengan ini dapat diketahui bahwa penetapan tarif pada tiket pesawat udara juga berperan dalam bagaimana seseorang mendapatkan layanan baik di bandara maupun di dalam pesawat udara.Sebab tarif pesawat udara tersebut berbagai macam, tergantung penumpang membeli tiket pesawat udara dengan rata-rata (budget) harga yang diinginkan sesuai dengan ketentuan harga dari maskapai penerbangan.

B. Perlindungan Hukum Penumpang Pesawat Udara Sebagai Konsumen Berdasarkan Undang Nomor 8 Tahun 1991 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian, membuka akses ke daerah pedalaman atau terpencil, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, menegakkan kedaulatan negara, serta mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat.

Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang di dalam negeri maupun luar negeri, serta berperan sebagai pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah dan pengembangan wilayah.

Menyadari peran transportasi tersebut, penyelenggaraan penerbangan harus ditata dalam suatu kesatuan sistem trasnportasi nasional secara terpadu dan


(55)

mampu mewujudkan penyediaaan jasa transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan, selamat, aman, efektif dan efisien.39

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak terkait.

Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengethuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bias bertindak sebagai konsumen yang kristis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar pelaku usaha.

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hak-hak konsumen adalah sebagai berikut:40

• Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa

39

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen.,(Jakarta : Sinar Grafika, 2011), hal. 47.

40

Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999, (Bandung : Citra Umbara, 2007), hal.5.


(56)

• Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

• Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa

• Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan

• Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

• Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

• Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

• Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan./atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya

• Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya Menurut Bob Widhayahartono bahwa empat hak dasar konsumen (the four consumer basic rights) yang meliputi hak-hak sebagai berikut :41

• Hak untuk Mendapat atau Memperoleh Keamanan (The Right to be Secured) Setiap konsumen berhka mendapatkan perlindungan atas barang/jasa yang dikonsumsi. Misalnya, konsumsi merasa aman jika produk makanan atau minuman yang dikonsumsinya dirasa aman bagi kesehatan.Artinya produk

41

Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta : Visi Media, 2008), hal. 25.


(57)

makanan tersebut memenuhi standar kesehatan, gizi, dan sanitasi serta tidak mengandung bahan yang membahayakan bagi jiwa manusia. Di Amerika Serikat, hak ini merupakan hak tertua yang tidak kontorversial karena didukung oleh masyarakat ekonomi.

• Hak untuk Memperoleh Informasi (The Right to be Informed)

Setiap konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas dan komprehensif tentang suatu produk barang/jasa yang dibeli (dikonsumsi). Akses terhadap informasi sangat penting karena konsumen bias mengetahui bagaimana kondisi barang/jasa yang akan dikonsumsi. Jika suatu saat ada risiko negatif dari produk/jasa yang telah dikonsumsinya, konsumen telah mengetahui hal tersebut sebelumnya.Artinya, konsumen memiliki hak untuk mengetahui ciri/ atribut negatif dari suatu produk seperti efek samping dari mengonsumsi suatu produk atau adanya peringatan dalam label/ kemasan produk.

• Hak untuk Memilih (The Right to Choose)

Setiap konsumen berhak memilih produk barang/jasa dengan harga yang wajar. Aritnya, konsumen tidak boleh dalam kondisi tertekan atau paksaan untuk memilih suatu produk tersebut yang mungkin bias merugikan hak-haknya. Ia harus dalam kondisi bebas dalam menentukan pilihannya terhadap barang dan/atau jasa yang akan dikonsumsi.

• Hak untuk Didengarkan (The Right to be Heard)

Konsumen harus mendapatkan haknya bahwa kebutuhan dan klaimnya bisa didengarkan, baik oleh pelaku usaha yang bersangkutan maupun oleh lembaga-lembaga perlindungan konsumen yang memperjuangkan hak-hak konsumen.


(58)

Hak untuk memperoleh keamanan penting ditempatkan pada kedudukan utama karena berabad-aband berkembang suatu falsafah berpikir bahwa konsumen (terutama pembeli) adalah pihak yang wajib berhati-hati, bukan pelaku usaha.Falsafah yang disebut caveat emptor (let the buyer beware) ini mencapai puncaknya pada abad ke-19 seiring dengan berkembangnya paham rasional individualisme di Amerika Serikat.Dalam perkembangannya kemudian, prinsip yang merugikan konsumen ini telah ditinggalkan.42

Begitu juga dengan penumpang pesawat udara berhak mendapatkan perlindungan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan jasa maskapai penerbangan sehingga konsumen terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis). Sebab itu merupakan hak konsumen dimana hal tersebut berkaitan dengan perlindungan konsumen dan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen.

Penumpang pesawat udara juga berhak mendapat ganti rugi apabila ia mendapatkan kerugian. Misalnya apabila pesawat udara tersebut jam keberangkatannya diundur, penumpang tidak dapat terbang sementara status penumpang di tiket sudah terdaftar sebagai penumpang, penumpang mengalami kecelakaan pesawat udara, penumpang tidak dapat berangkat dikarenakan maskapai penerbangan tiba-tiba pailit, dan lain-lain. Maskapai penerbangan harus

42


(1)

dari pihak maskapai penerbangannya tetapi penumpang pesawat udara menuduh pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travelyang membuat jadwal keberangkatan diundur tetapi hal itu sudah bukan tanggung jawab pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travel melainkan pihak maskapai penerbangan.

3. Tanggung jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel terkait masalah penumpang dengan maskapai penerbangannya yaitu membantu dan menangani penumpang yang mempunyai masalah keberangkatan dengan berbagai cara seperti mengembalikan sejumlah uang harga tiket (refund) sesuai dengan ketentuan penerbangan apabila penumpang tersebut mengajukan pembatalan tiket, PT. Eric Dirgantara Tour & Travelketika ingin melakukan booking ticket harus meminta nomor telepon atau handphone penumpang yang bisa dihubungi sebab apabila ada kemajuan atau kemunduran jadwal penerbangan dari penumpang tersebut, maka pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travelwajib menghubungi penumpang agar penumpang mendapatkan pemberitahuan, PT. Eric Dirgantara Tour & Travelwajib bertanggung jawab apabila terjadi kesalahan dan kelalaian dalam mencetak tiket apabila rute atau nama yang berangkat salah yang menyebabkan penumpang tidak dapat berangkat, PT. Eric Dirgantara Tour & Travelharus memberitahu batas waktu (time limit) dari booking ticket agar penumpang mengetahui batas pembayaran, pihak PT. Eric Dirgantara Tour & Travelwajib menghubungi kantor pusat maskapai penerbangan apabila


(2)

penumpang mengalami masalah terhadap tiketnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kejelasan status tiket penumpang tersebut.

B. Saran

Saran-saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. PT. Eric DirgantaraTour & Travelsebaiknya dapat lebih baik menangani pembatalan dan ketidakberangkatan penumpang sebab dengan bertanggung jawab dan menangani penumpang tersebut dengan baik, maka penumpang akan mau datang kembali untuk membeli tiket di travel tersebut. PT.Eric DirgantaraTour &Travelperlu menjaga dan mempertahankan produk-produk pendukung yang dapat menambah keunggulannya seperti memberikan harga yang relatif terjangkau pada saat peak seasondimana pada masa itu merupakan masa puncak kenaikan harga tiket pesawat, memperbanyak penyediaan jasa transportasi dari dan ke bandara serta pelabuhan, beroperasi 15 jam setiap harinya dan inovasi-invoasi lainnya yang dapat meningkatkan kenyamanan bagi penumpang. Dengan adanya hal tersebut terutama harga tiket yang relatif lebih murah atau terjangkau bagi para penumpang maka PT. Eric DirgantaraTour & Travelmampu bersaingdengan biro perjalanan lainnya.

2. Maskapai penerbangan seharusnya lebih memerhatikan bagaimana kekurangan yang masih banyak diberikan kepada penumpang. Karena kurangnya realisasi dari undang-undang yang berkaitan dengan penerbangan,


(3)

terhadap penumpang bahkan dianggap menerlantarkan penumpang akibat ketidaksesuaian jadwal keberangkatan yang sudah ditentukan dengan jam keberangkatan yang dilaksanakan. Pihak maskapai penerbangan juga kurang peka terhadap para penumpang yang terlantar dari menunggu jam keberangkatan pesawat dimana pelayanan yang diberikan terhadap penumpang selama menunggu baik makanan, minuman, tempat penginapan dan pemberlakuan uang tike tkembali apabila penerbangan sudahmelewati jam keberangkatan hingga berjam-jam kurang diberlakukan sehingga menyebabkan kemarahan, kekesalan dan keamukan dari pihak penumpang terhadap maskapai penerbangan agar penumpang dapat berpikir bijak bahwa kesalahan bukan pada pihak travel.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Foster , Dennis L. 2000. First Class An Introduction to Travel and Tourism

Second Edition. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Kantaatmadja, Mieke Komar. 1994.Hukum Angkasa dan Hukum Tata Ruang.

Bandung : Mandar Maju.

Kantaatmadja, Mieke Komar. 1990. Lembaga Jaminan Kebendaan Pesawat Udara Indonesia. Bandung : Mandar Maju.

Kristiyanti ,Celina Tri Siwi. 2011. Hukum Perlindungan Konsumen.Jakarta : Sinar Grafika.

Martono, H.K.2011.Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009 Bagian Pertama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Martono , H.K. 2009.Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama. Bandung : Mandar Maju.

Martono, H.K. 1987. Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa.Bandung : Alumni.

Martono, H.K. 2007. Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Media,Fokus.2009. Undang-Undang Penerbangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009.Bandung : Fokus Media.


(5)

Miru,Ahmadi. 2011. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.

Peter,Salim. 1985. Contempary English-Indonesian Dictionary Edisi Pertama.Jakarta: Modern English Press.

S ,Wiradipradja. 1989. Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Angkutan Udara Internasional dan Nasional. Yogyakarta : Liberty. Shidarta. 2004. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia.Jakarta : Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Suherman,E. 2000. Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan (Himpunan Makalah 1961-1995).Bandung : Mandar Maju.

Susanto,Happy. 2008.Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Jakarta : Visi Media.

Umbara,Citra, 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999. Bandung : Citra Umbara.

Yoeti, Oka A. 2003. Tours and Travel Marketing. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

B. Peraturan Perundang-undangan

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 96.PR.303/Phb-84 tentang Penyesuaian Tarif Udara Dalam Negeri.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 157.PR.303/Phb-83 tentang Tarif Angkutan Udara Dalam Negeri untuk Kelas Utama Pesawat Udara Air Bus.


(6)

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 180/LU/3014/Phb-79 tentang Bea Pelayanan Penerbangan Internasional (Route Air Navigation Facility Charge).

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM Tahun 2002 tentang Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang Pelaksaan Dana.

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1965, Tambahan Lembaran Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Penerbangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, Lembaran Negara Nomor 53 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 1964.

C. Lain-lain

http://ranselkecil.com/tips/prosedur-etika-naik-pesawat-terbang/


Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Perlindungan Hukum terhadap Penumpang yang Dirugikan oleh Maskapai Penerbangan Dalam Negeri yang Mengalami Penundaan Keberangkatan (Delay) Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2

1 6 43

TANGGUNG JAWAB HUKUM APOTEKER TERHADAP PASIEN SELAKU KONSUMEN AKIBAT KELALAIAN PEMBERIAN OBAT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TEN.

0 0 2

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUMPANG JASA ANGKUTAN UMUM KERETA API DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

4 32 119

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 1 33