HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dan Pengetahuan Tentang Abk Dengan Kompetensi Guru Di Sekolah Inklusif.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada
Program Studi Sains Psikologi
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Psikologi

Oleh:
MUYASAROTUN SA’IDAH
S. 300 120 010

MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

i


HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF

NASKAH PUBLIKASI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Magister Sains Psikologi
Kekhususan Psikologi Pendidikan

Oleh:
MUYASAROTUN SA’IDAH
S. 300 120 010

MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii

iii


1

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF
Muyasarotun Sa’idah NIM S.300120010
Magister Sains Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT. This research is aimed to investigate the relationship between
emotional intelligence and knowledge of special need children with the
competence of teachers in inclusive schools. The hypothesis of this study is that
there is a relationship between emotional intelligence and knowledge of special
need children with the competence of teachers in inclusive school. This study is a
quantitative correlation approach. The population was 46 teachers at the Islamic
elementary school Nidaul Salatiga. The results showed that there is a significant
positive relationship between emotional intelligence and competence of teachers
in inclusive school indicated by the value of the correlation coefficient rx1y is
0.661 with a significance p = 0.000 p =
0.01 and effective contribution knowledge of special need children to the
competence of teachers in inclusive schools -0.231%. Teachers in SDIT Nidaul

Hikmah Salatiga have a high level of competence with the empirical mean of
142,6304 higher than hypothetical mean of 120, also have a high level of
emotional intelligence with the empirical mean of 94,0870 higher than the
hypothetical mean of 75, while the level of knowledge about ABK was moderate
with empirical mean of 11.8043 is only slightly higher than the hypothetical mean
of 11,5. Competence of teachers in inclusive schools can be improved by
improving the emotional intelligence and applicable knowledge of special need
children that is the experience of teachers interact with children with special
needs.

Keywords: emotional intelligence, knowledge of special need children, the
competence of teachers in inclusive schools

1

2

Permendiknas nomor 70 tahun 2009

PENDAHULUAN


yaitu dengan memberikan kesemPendidikan adalah hak semua
anak, tanpa terkecuali. Baik yang
berkebutuhan

khusus

(tunanetra,

tunarungu, tunagrahita ringan, autisme, lambat belajar dan tunalaras),
anak-anak berkecerdasan istimewa,
anak-anak yang termarjinalkan karena kurang beruntung dan tidak mampu dari segi ekonomi maupun anak-

patan dan peluang kepada anak
berkebutuhan

homogen sehingga mereka mampu
belajar pada kelas regular, sedangkan
anak-anak
perlu


berkebutuhan

sebuah

desain

khusus

pendidikan

khusus yang dapat mengakomodir
kebutuhannya

sehingga

potensi

mereka bisa dapat dikembangkan
secara optimal.


reguler (Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas / kejuruan) terdekat.
Inilah yang disebut dengan istilah
Pendidikan

dikan anak berkebutuhan khusus ini
kebijakan

penuntasan

Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun yang dijabarkan
dalam UU Sisdiknas nomor 20
2003

(Mudjito,

Untuk

program

melaksanakan

inklusif

ini

biasanya

seorang guru pendidikan khusus
bekerja dengan guru pendidikan
regular dari siswa yang ditunjuk,
keduanya membantu memodifikasi
tugas-tugas dan material tertulis dan
untuk memberikan bantuan untuk
kelas itu sendiri (Evertson & Emmer,
2009).

mengakomodasi kebutuhan pendi-


Tahun

Inklusif

Harizal & Elfidri, 2012).

Pemerintah Indonesia dalam

membuat

untuk

memperoleh pendidikan di sekolah

anak normal. Anak-anak yang normal cenderung punya kemampuan

khusus

tentang


Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 32 yang
mengatur tentang Pendidikan Khusus
dan Pendidikan Layanan Khusus.
Implementasinya dijabarkan melalui

Pada realitanya pelaksanaan
pendidikan inklusif di Indonesia
belum berjalan optimal disebabkan
oleh

beberapa

kendala

terutama

kompetensi guru yang masih kurang.

Dalam

sebuah

penelitian

yang

dilakukan oleh Tarmansyah (2009)
pada sebuah SD Negeri di Alai
Padang menunjukkan bahwa guru di
sekolah inklusif belum kompeten
ditunjukkan dengan tidak memiliki

3

ketrampilan dalam menangani anak

Sebagai salah satu sekolah


belum

inklusif yang ada di Salatiga, SDIT

mencerminkan suasana guru yang

Nidaul Hikmahpun masih menemui

ramah,

menggunakan

banyak problema. Berdasarkan hasil

dan

belum

observasi dan wawancara dengan

mengasesmen

kepala sekolah dan beberapa guru

berkebutuhan

khusus,

masih

kurikulum

regular

memahami

cara

yang mengajar kelas regular dengan

kemampuan anak.
Indriawati (2013) melakukan

anak ABK, ditemukan beberapa

penelitian pada Guru Pendamping

problema yang dihadapi oleh para

Khusus

guru

(GPK)

pada

pendidikan

diantaranya:

kurangnya

inklusif di SD Negeri se-Kecamatan

ketrampilan dan pengetahuan tentang

Junretno

Batu

kaitannya

anak berkebutuhan khusus, belum

dengan

implementasi

kebijakan

bisa melakukan assesmen, kurang

pemerintah

dalam

untuk

menempatkan

sabar

dalam

mengajar
khusus

anak

GPK di sekolah-sekolah inklusif, dan

berkebutuhan

dan

masih

hasilnya adalah dalam melaksanakan

menggunakan kurikulum regular.

tugas identifikasi, merancang dan

Gejala-gejala di atas menun-

memberikan program yang spesifik,

jukkan adanya persoalan dalam pe-

memodifikasi pengajaran pendidikan

ngajaran yang seharusnya dikuasai

inklusif

program

oleh guru yang dalam terminologi

pengajaran individual masih mene-

pendidikan disebut dengan kompe-

mui banyak problema. Diantara pro-

tensi guru.

dan

menyusun

blema-problema itu adalah kurang-

Tarmansyah (2009) menye-

nya kompetensi pedagogik, bias

butkan kompetensi guru di sekolah

pemahaman tentang konsepsi pendi-

inklusif adalah memahami visi, misi

dikan inklusif khususnya dalam me-

dan

rancang dan melaksanakan program

memahami dan terampil mengenali

kekhususan, keterbatasan dana ope-

karakteristik

rasional dan belum tersedianya alat

terampil

peraga dan buku pelajaran khusus

diagnosis

bagi ABK.

pendidikan dan pengajaran; mema-

tujuan

pendidikan

anak;

mampu

melaksanakan
dan

inklusif;

evaluasi

dan

asesmen,
bidang

hami, menguasai isi materi dan te-

4

rampil praktek mengajar; memahami

mencintai

dan terampil menyusun perencanaan

punya

dan

terhadap kondisi siswa.

pengelolaan

pembelajaran;

interaksi

sosial

siswa

dan

pemahaman

Secara

terampil dalam pengelolaan perilaku
dan

anak-anak,

kesabaran,
yang

implisit

baik

peneliti

menyimpulkan bahwa faktor-faktor

mampu mengadakan komunikasi dan

yang

mempengaruhi

kompetensi

kemitraan kolaborasi. Namun yang

setidaknya meliputi dua hal yaitu

pasti guru di sekolah inklusif harus

pemahaman

memiliki penguasaan akan fungsi

pemahaman terhadap konteks siswa.

terhadap

tugas

dan

dan tugas lebih dibandingkan dengan

Berdasarkan faktor-faktor di

guru pendidikan biasa dan ditambah

atas, peneliti tertarik untuk meneliti

dengan

dan

tentang hubungan pengetahuan ten-

tinggi.

tang anak berkebutuhan khusus dan

Sayangnya hal ini belum bisa di-

kecerdasan emosi dengan kompe-

realisasikan dalam pelaksanaan pen-

tensi mengajar guru di sekolah in-

didikan

klusif.

dedikasi,

keterpanggilan

kesadaran

hati

inklusif

yang

di

Indonesia

(Mudjito, Harizal & Elfindri, 2012).
Faktor-faktor terpenting yang
mempengaruhi kompetensi guru di
sekolah inklusif menurut Zulfija,
Indira & Elmira (2013) adalah
pemahaman guru terhadap konteks
siswa, mengenali kebutuhan anakanak

berkebutuhan

khusus

dan

bertanggung jawab pada pembentukan kualitas hasil belajar anakanak. Zulfija, Indira & Elmira (2013)
juga merangkum dari banyak hasil
penelitian, bahwa seorang guru yang
mengajar anak-anak berkebutuhan
khusus harus mempunyai empati,
optimisme

mengajar

dan

tulus,

LANDASAN TEORI
Tarmansyah (2009) menyebutkan kompetensi guru di sekolah
inklusif adalah beragam kemampuan
untuk memahami visi, misi dan
tujuan

pendidikan

inklusif

dan

melaksanakan tugas sesuai dengan
konteks

siswa.

Dalam

Pedoman

Umum Sekolah Inklusif (Dit. PPKLK, 2010), kompetensi guru inklusif
selain harus punya empat kompetensi
utama

guru

yaitu

kompetensi

pedagogis, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional, juga harus berorientasi
pada tiga keutamaan utama yang

5

lain, yaitu: (1) kemampuan umum

didik pada umumnya (anak normal),

(general ability), (2) kemampuan

sedangkan kemampuan dasar (basic

(3)

ability) adalah kemampuan tambahan

kemampuan khusus (specific ability).

untuk guru reguler mendidik peserta

Kompetensi pedagogis merupa-

didik berkebutuhan khusus. Kemam-

kan kemampuan guru dalam me-

puan spesifik (specific ability) ke-

ngelola pembelajaran. Kompetensi

mampuan yang diperlukan oleh guru

kepribadian

berakhlak

pembimbing khusus (guru GPK)

mulia, arif dan bijaksana, mantap,

untuk mendidik peserta didik ber-

stabil, dewasa, jujur, mampu menjadi

kebutuhan

teladan

(spesialis).

dasar

ability),

(basic

dan

mencakup

bagi

peserta

didik

dan

masyarakat, secara objektif meng-

khusus

Adapun

jenis

faktor-faktor

tertentu

yang

evaluasi kinerja sendiri, dan me-

mempengaruhi tingkat kompetensi

ngembangkan diri secara mandiri dan

guru di sekolah inklusif adalah (1)

berkelanjutan. Sementara kompetensi

fleksibilitas kognitif, dan (2) keter-

sosial meliputi: berkomunikasi lisan,

bukaan psikologis. (Syah, 2010)..

tulisan, dan atau isyarat, menggu-

Kartini (2011) menyebutkan

nakan teknologi komunikasi dan

bahwa kompetensi guru profesional

informasi secara fungsional, bergaul

dipengaruhi oleh 8 faktor yaitu: (1)

secara

seluruh

Pelatihan yang diterima oleh guru,

masyarakat sekolah, bergaul secara

(2) Latar belakang pendidikan guru,

santun dengan mengindahkan norma

(3) Supervisi akademik, (4) Kepe-

serta sistem yang berlaku, dan

mimpinan kepala sekolah, (5) Moti-

mererapkan prinsip-prinsip persauda-

vasi guru, (6) Kompensasi yang

raan dan semangat kebersamaan.

diterima guru, (7) Etos kerja, dan (8)

Kompetensi profesional merupakan

Kemampuan memanfaatkan tekno-

kemampuan guru dalam menguasai

logi dan komunikasi. Kartini (2011)

pengetahuan bidang ilmu teknologi

menyebutkan

dan seni.

guru profesional dipengaruhi oleh 8

efektif

dengan

bahwa

kompetensi

Kemampuan umum (general

faktor yaitu: (1) Pelatihan yang

ability) adalah kemampuan yang

diterima oleh guru, (2) Latar bela-

diperlukan untuk mendidik peserta

kang pendidikan guru, (3) Supervisi

6

akademik, (4) Kepemimpinan kepala

sebagai kemampuan “mendengar-

sekolah, (5) Motivasi guru, (6) Kom-

kan” bisikan emosi dan menja-

pensasi yang diterima guru, (7) Etos

dikannya sebagai sumber informasi

kerja, dan (8) Kemampuan meman-

maha penting untuk memahami diri

faatkan teknologi dan komunikasi.

sendiri dan orang lain demi mencapai

Faktor-faktor yang mempen-

sebuah tujuan.
Sementara

garuhi kompetensi guru di sekolah

Salovey

(dalam

inklusif selain delapan faktor di atas

Goleman, 2000) memperluas ke-

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

mampuan dari kecerdasan emosi

lain, diantaranya adalah (1) pemaha-

yang dikemukakan oleh Gardner

man guru terhadap konteks siswa, (2)

(1993) menjadi lima wilayah utama

pengenalan

yaitu: (1) mengenali emosi diri

kebutuhan

anak-anak

berkebutuhan khusus, (3) tanggung

(kesadaran

jawab pada pembentukan kualitas

emosi, (3) memotivasi diri sendiri,

hasil belajar anak-anak, (4) empati,

(4) mengenali emosi orang lain, dan

(5) optimisme mengajar, (6) tulus,

(5) membina hubungan.

baran, (9) pemahaman yang baik

kan

terhadap

kecerdasan

siswa

(Zulfija,

(2)

mengelola

Goleman (2000) menyampai-

(7) mencintai anak-anak, (8) kesa-

kondisi

diri),

bahwa

yang

mempengaruhi

emosional

seseorang

terdiri dari faktor internal dan faktor

Indira & Elmira, 2013)
menurut

eksternal. Faktor internal ini berupa

Salovey dan Mayer dalam Stein &

warisan genetik, yaitu struktur otak

Book (2002) adalah kemampuan

emosional yang terbentuk (neokor-

untuk mengenali perasaan, meraih

teks). Sedangkan faktor eksternal

dan membangkitkan perasaan untuk

adalah pendidikan, baik di lingku-

membantu

ngan rumah ataupun lingkungan se-

Kecerdasan

emosi

pikiran,

memahami
dan

kolah. Menurut Naghavi & Redzuan

secara

(2011) gender juga merupakan faktor

membantu

dari kecerdasan emosional. Semen-

perkembangan emosi dan intelektual.

tara Kafetsios (dalam Naghavi &

Agustian (2003) memberikan definisi

Redzuan, 2011) menyampaikan hasil

pada kecerdasan emosional (EQ)

penelitiannya

perasaan

dan

mengendalikan
mendalam

maknanya,
perasaan

sehingga

bahwa

attachment

7

(pelekatan, hubungan) antara orang

ABK sehingga guru bisa membe-

tua dan anak juga berpengaruh

rikan perlakuan dan pendidikan yang

kepada kecerdasan emosional. Lebih

tepat bagi ABK.

lanjut hasil penelitian ini adalah

Menurut Salam (1995), aspek

kelamin

dari pengetahuan adalah pengertian

berpengaruh pada kecerdasan emosi.

dan pemahaman. Pengertian merujuk

Partisipan yang lebih tua punya

pada pengetahuan individu terhadap

kecerdasan emosi yang lebih tinggi

suatu hal namun hal tersebut belum

dan wanita punya skor yang lebih

tentu mewakili atau mencerminkan

tinggi pada konsepsi emosi dan

keadaan yang sebenarnya. Sedang-

penyimpangan dari pada laki-laki.

kan pemahaman merujuk pada pe-

bahwa

usia

dan

jenis

(dalam

ngetahuan individu terhadap suatu

bahasa Yunani = episteme) berasal

hal dan hak tersebut sudah pasti men-

dari kata kerja epistamai yang berarti

cerminkan kondisi yang sebenarnya

mendudukkan, menempatkan atau

dari objek yang bersangkutan. Se-

meletakkan. Maka arti kata harfiah

dangkan

episteme adalah upaya intelektual

(2003) aspek dari pengetahuan ini

untuk menempatkan sesuatu pada

meliputi 6 tingkatan yaitu: (1) tahu

kedudukan yang paling tepat dan

(know). Tahu di sini berhubungan

sesuai (Sudarminta, 2002). Sedang-

dengan

kan

maateri yang telah dipelajari sebe-

Kata

pengetahuan

menurut

pendapat

Skinner

menurut

Notoadmojo

kemampuan

mengingat

pada

lumnya. (2) memahami (compre-

awalnya merupakan serangkaian pe-

hension). Memahami berhubungan

rilaku, ilmu pengetahuan merupakan

dengan kemampuan untuk meng-

suatu keinginan untuk menerima

interpretasi materi secara benar dan

fakta sekalipun berseberangan den-

mampu menjelaskan secara benar

gan keinginan. Berdasarkan pendapat

tentang objek yang diketahuinya. (3)

di atas, dapat disimpulkan bahwa pe-

aplikasi

ngetahuan guru tentang ABK berarti

kemampuan

pemahaman guru tentang karak-

materi

teristik berbagai macam ABK dan

dipunyai

bagaimana harus berinteraksi dengan

permasalahan yang ada. (4) Analisis

(2013),

ilmu

pengetahuan

(application),
untuk

atau

teori

untuk

merupakan

menggunakan
yang

sudah

menyelesaikan

8

(analysis), yaitu kemampuan untuk

Sampel dalam penelitian ini

menguraikan materi-materi yang ada

berjumlah 46 guru yang terdiri dari

ke dalam bagian-bagian yang lebih

25 orang guru kelas, 5 orang guru

kecil, namun masih dalam suatu

pendamping khusus (GPK), 2 orang

kesatuan

organisasi

guru Bahasa Arab, 2 orang guru

tersebut dan masih ada korelasinya

olahraga, 4 orang guru Pendidikan

satu sama lain. (5) sintesis (synth-

Agama Islam (PAI), 8 orang guru

esis),

baca tulis Al-Qur’an (BTAQ).

di

struktur

yaitu

kemampuan

untuk

menyusun kembali teori yang ada

Teknik pengambilan sampel

kedalam bentuk yang baru. Dan (6)

dalam penelitian ini menggunakan

evaluasi (evaluation), yaitu kemam-

metode boring sampling, dimana

puan menilai suatu objek.

sampel

Menurut Sudarminta (2002),
faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pengetahuan adalah: (1) Pengalaman,
(2) Ingatan, (3) Kesaksian, (4) Minat
dan rasa ingin tahu, (5) Pikiran dan
penalaran,

(6)

Bahasa,

dan

(7)

Kebutuhan hidup manusia

penelitian ini
emosi

dan

ABK.

Adapun

bebas

diambil

mewakili

jumlah populasi. Boring sampling
biasanya digunakan untuk populasi
yang dianggap kecil atau kurang dari
seratus (Noor,2012). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah

menggunakan

sedangkan

instrumen

kuesioner,
penelitian

dalam penelitian ini dengan meng-

METODE PENELITIAN
Variabel

yang

gunakan skala dan tes pengetahuan.
dalam

Skala yang digunakan dalam

adalah kecerdasan

penelitian ini adalah skala kecer-

pengetahuan

tentang

dasan emosi, tes pengetahuan tentang

tergan-

ABK, dan skala kompetensi guru di

tungnya adalah kompetensi guru di

sekolah inklusif. Skala kompetensi

sekolah inklusif.

guru di sekolah inklusi meliputi 6

Populasi

variabel

adalah

seluruh

aspek yaitu: (1) Kompetensi pedago-

subyek penelitian (Arikunto, 2010).

gis (2) Kompetensi profesional (3)

Populasi pada penelitian ini adalah

Kompetensi sosial (4) Kompetensi

seluruh guru yang mengajar di SDIT

kepribadian, (5) Kemampuan umum,

Nidaul Hikmah Salatiga.

dan (6) Kemampuan dasar. skala

9

kecerdasan emosi menggunakan ska-

ngetahuan tentang ABK yang disu-

la yang disusun oleh Astuti (2013)

sun berdasarkan aspek pengetahuan

dengan

yaitu pengertian dan pemahaman

penyesuaian

isi

sesuai

dengan kondisi guru di SDIT Nidaul
Hikmah. Alat ukur kecerdasan emosi
ini disusun berdasarkan aspek-aspek:
kesadaran

diri,

pengaturan

diri,

motivasi, empati dan ketrampilan
sosial.
Pengetahuan

tentang

tentang ABK.
Analisis

data

dilakukan

dengan bantuan program komputer
Statistical

Packages

for

Social

Science (SPSS) Versi 17.0.

ABK

diukur dengan menggunakan tes peHASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS Versi 17.0 dapat dirangkum pada Tabel 1.
Tabel 1.Rangkuman Hasil Analisis Data.
Analisis

Variabel

Nilai

Interpretasi

Hasil

Kompetensi guru

Koefisien R=0,661

Ada korelasi

Anareg

di sekolah inklusi

(p=0.000;p