HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dan Pengetahuan Tentang Abk Dengan Kompetensi Guru Di Sekolah Inklusif.
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada
Program Studi Sains Psikologi
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Psikologi
Oleh:
MUYASAROTUN SA’IDAH
S. 300 120 010
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF
NASKAH PUBLIKASI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Magister Sains Psikologi
Kekhususan Psikologi Pendidikan
Oleh:
MUYASAROTUN SA’IDAH
S. 300 120 010
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
iii
1
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF
Muyasarotun Sa’idah NIM S.300120010
Magister Sains Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT. This research is aimed to investigate the relationship between
emotional intelligence and knowledge of special need children with the
competence of teachers in inclusive schools. The hypothesis of this study is that
there is a relationship between emotional intelligence and knowledge of special
need children with the competence of teachers in inclusive school. This study is a
quantitative correlation approach. The population was 46 teachers at the Islamic
elementary school Nidaul Salatiga. The results showed that there is a significant
positive relationship between emotional intelligence and competence of teachers
in inclusive school indicated by the value of the correlation coefficient rx1y is
0.661 with a significance p = 0.000 p =
0.01 and effective contribution knowledge of special need children to the
competence of teachers in inclusive schools -0.231%. Teachers in SDIT Nidaul
Hikmah Salatiga have a high level of competence with the empirical mean of
142,6304 higher than hypothetical mean of 120, also have a high level of
emotional intelligence with the empirical mean of 94,0870 higher than the
hypothetical mean of 75, while the level of knowledge about ABK was moderate
with empirical mean of 11.8043 is only slightly higher than the hypothetical mean
of 11,5. Competence of teachers in inclusive schools can be improved by
improving the emotional intelligence and applicable knowledge of special need
children that is the experience of teachers interact with children with special
needs.
Keywords: emotional intelligence, knowledge of special need children, the
competence of teachers in inclusive schools
1
2
Permendiknas nomor 70 tahun 2009
PENDAHULUAN
yaitu dengan memberikan kesemPendidikan adalah hak semua
anak, tanpa terkecuali. Baik yang
berkebutuhan
khusus
(tunanetra,
tunarungu, tunagrahita ringan, autisme, lambat belajar dan tunalaras),
anak-anak berkecerdasan istimewa,
anak-anak yang termarjinalkan karena kurang beruntung dan tidak mampu dari segi ekonomi maupun anak-
patan dan peluang kepada anak
berkebutuhan
homogen sehingga mereka mampu
belajar pada kelas regular, sedangkan
anak-anak
perlu
berkebutuhan
sebuah
desain
khusus
pendidikan
khusus yang dapat mengakomodir
kebutuhannya
sehingga
potensi
mereka bisa dapat dikembangkan
secara optimal.
reguler (Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas / kejuruan) terdekat.
Inilah yang disebut dengan istilah
Pendidikan
dikan anak berkebutuhan khusus ini
kebijakan
penuntasan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun yang dijabarkan
dalam UU Sisdiknas nomor 20
2003
(Mudjito,
Untuk
program
melaksanakan
inklusif
ini
biasanya
seorang guru pendidikan khusus
bekerja dengan guru pendidikan
regular dari siswa yang ditunjuk,
keduanya membantu memodifikasi
tugas-tugas dan material tertulis dan
untuk memberikan bantuan untuk
kelas itu sendiri (Evertson & Emmer,
2009).
mengakomodasi kebutuhan pendi-
Tahun
Inklusif
Harizal & Elfidri, 2012).
Pemerintah Indonesia dalam
membuat
untuk
memperoleh pendidikan di sekolah
anak normal. Anak-anak yang normal cenderung punya kemampuan
khusus
tentang
Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 32 yang
mengatur tentang Pendidikan Khusus
dan Pendidikan Layanan Khusus.
Implementasinya dijabarkan melalui
Pada realitanya pelaksanaan
pendidikan inklusif di Indonesia
belum berjalan optimal disebabkan
oleh
beberapa
kendala
terutama
kompetensi guru yang masih kurang.
Dalam
sebuah
penelitian
yang
dilakukan oleh Tarmansyah (2009)
pada sebuah SD Negeri di Alai
Padang menunjukkan bahwa guru di
sekolah inklusif belum kompeten
ditunjukkan dengan tidak memiliki
3
ketrampilan dalam menangani anak
Sebagai salah satu sekolah
belum
inklusif yang ada di Salatiga, SDIT
mencerminkan suasana guru yang
Nidaul Hikmahpun masih menemui
ramah,
menggunakan
banyak problema. Berdasarkan hasil
dan
belum
observasi dan wawancara dengan
mengasesmen
kepala sekolah dan beberapa guru
berkebutuhan
khusus,
masih
kurikulum
regular
memahami
cara
yang mengajar kelas regular dengan
kemampuan anak.
Indriawati (2013) melakukan
anak ABK, ditemukan beberapa
penelitian pada Guru Pendamping
problema yang dihadapi oleh para
Khusus
guru
(GPK)
pada
pendidikan
diantaranya:
kurangnya
inklusif di SD Negeri se-Kecamatan
ketrampilan dan pengetahuan tentang
Junretno
Batu
kaitannya
anak berkebutuhan khusus, belum
dengan
implementasi
kebijakan
bisa melakukan assesmen, kurang
pemerintah
dalam
untuk
menempatkan
sabar
dalam
mengajar
khusus
anak
GPK di sekolah-sekolah inklusif, dan
berkebutuhan
dan
masih
hasilnya adalah dalam melaksanakan
menggunakan kurikulum regular.
tugas identifikasi, merancang dan
Gejala-gejala di atas menun-
memberikan program yang spesifik,
jukkan adanya persoalan dalam pe-
memodifikasi pengajaran pendidikan
ngajaran yang seharusnya dikuasai
inklusif
program
oleh guru yang dalam terminologi
pengajaran individual masih mene-
pendidikan disebut dengan kompe-
mui banyak problema. Diantara pro-
tensi guru.
dan
menyusun
blema-problema itu adalah kurang-
Tarmansyah (2009) menye-
nya kompetensi pedagogik, bias
butkan kompetensi guru di sekolah
pemahaman tentang konsepsi pendi-
inklusif adalah memahami visi, misi
dikan inklusif khususnya dalam me-
dan
rancang dan melaksanakan program
memahami dan terampil mengenali
kekhususan, keterbatasan dana ope-
karakteristik
rasional dan belum tersedianya alat
terampil
peraga dan buku pelajaran khusus
diagnosis
bagi ABK.
pendidikan dan pengajaran; mema-
tujuan
pendidikan
anak;
mampu
melaksanakan
dan
inklusif;
evaluasi
dan
asesmen,
bidang
hami, menguasai isi materi dan te-
4
rampil praktek mengajar; memahami
mencintai
dan terampil menyusun perencanaan
punya
dan
terhadap kondisi siswa.
pengelolaan
pembelajaran;
interaksi
sosial
siswa
dan
pemahaman
Secara
terampil dalam pengelolaan perilaku
dan
anak-anak,
kesabaran,
yang
implisit
baik
peneliti
menyimpulkan bahwa faktor-faktor
mampu mengadakan komunikasi dan
yang
mempengaruhi
kompetensi
kemitraan kolaborasi. Namun yang
setidaknya meliputi dua hal yaitu
pasti guru di sekolah inklusif harus
pemahaman
memiliki penguasaan akan fungsi
pemahaman terhadap konteks siswa.
terhadap
tugas
dan
dan tugas lebih dibandingkan dengan
Berdasarkan faktor-faktor di
guru pendidikan biasa dan ditambah
atas, peneliti tertarik untuk meneliti
dengan
dan
tentang hubungan pengetahuan ten-
tinggi.
tang anak berkebutuhan khusus dan
Sayangnya hal ini belum bisa di-
kecerdasan emosi dengan kompe-
realisasikan dalam pelaksanaan pen-
tensi mengajar guru di sekolah in-
didikan
klusif.
dedikasi,
keterpanggilan
kesadaran
hati
inklusif
yang
di
Indonesia
(Mudjito, Harizal & Elfindri, 2012).
Faktor-faktor terpenting yang
mempengaruhi kompetensi guru di
sekolah inklusif menurut Zulfija,
Indira & Elmira (2013) adalah
pemahaman guru terhadap konteks
siswa, mengenali kebutuhan anakanak
berkebutuhan
khusus
dan
bertanggung jawab pada pembentukan kualitas hasil belajar anakanak. Zulfija, Indira & Elmira (2013)
juga merangkum dari banyak hasil
penelitian, bahwa seorang guru yang
mengajar anak-anak berkebutuhan
khusus harus mempunyai empati,
optimisme
mengajar
dan
tulus,
LANDASAN TEORI
Tarmansyah (2009) menyebutkan kompetensi guru di sekolah
inklusif adalah beragam kemampuan
untuk memahami visi, misi dan
tujuan
pendidikan
inklusif
dan
melaksanakan tugas sesuai dengan
konteks
siswa.
Dalam
Pedoman
Umum Sekolah Inklusif (Dit. PPKLK, 2010), kompetensi guru inklusif
selain harus punya empat kompetensi
utama
guru
yaitu
kompetensi
pedagogis, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional, juga harus berorientasi
pada tiga keutamaan utama yang
5
lain, yaitu: (1) kemampuan umum
didik pada umumnya (anak normal),
(general ability), (2) kemampuan
sedangkan kemampuan dasar (basic
(3)
ability) adalah kemampuan tambahan
kemampuan khusus (specific ability).
untuk guru reguler mendidik peserta
Kompetensi pedagogis merupa-
didik berkebutuhan khusus. Kemam-
kan kemampuan guru dalam me-
puan spesifik (specific ability) ke-
ngelola pembelajaran. Kompetensi
mampuan yang diperlukan oleh guru
kepribadian
berakhlak
pembimbing khusus (guru GPK)
mulia, arif dan bijaksana, mantap,
untuk mendidik peserta didik ber-
stabil, dewasa, jujur, mampu menjadi
kebutuhan
teladan
(spesialis).
dasar
ability),
(basic
dan
mencakup
bagi
peserta
didik
dan
masyarakat, secara objektif meng-
khusus
Adapun
jenis
faktor-faktor
tertentu
yang
evaluasi kinerja sendiri, dan me-
mempengaruhi tingkat kompetensi
ngembangkan diri secara mandiri dan
guru di sekolah inklusif adalah (1)
berkelanjutan. Sementara kompetensi
fleksibilitas kognitif, dan (2) keter-
sosial meliputi: berkomunikasi lisan,
bukaan psikologis. (Syah, 2010)..
tulisan, dan atau isyarat, menggu-
Kartini (2011) menyebutkan
nakan teknologi komunikasi dan
bahwa kompetensi guru profesional
informasi secara fungsional, bergaul
dipengaruhi oleh 8 faktor yaitu: (1)
secara
seluruh
Pelatihan yang diterima oleh guru,
masyarakat sekolah, bergaul secara
(2) Latar belakang pendidikan guru,
santun dengan mengindahkan norma
(3) Supervisi akademik, (4) Kepe-
serta sistem yang berlaku, dan
mimpinan kepala sekolah, (5) Moti-
mererapkan prinsip-prinsip persauda-
vasi guru, (6) Kompensasi yang
raan dan semangat kebersamaan.
diterima guru, (7) Etos kerja, dan (8)
Kompetensi profesional merupakan
Kemampuan memanfaatkan tekno-
kemampuan guru dalam menguasai
logi dan komunikasi. Kartini (2011)
pengetahuan bidang ilmu teknologi
menyebutkan
dan seni.
guru profesional dipengaruhi oleh 8
efektif
dengan
bahwa
kompetensi
Kemampuan umum (general
faktor yaitu: (1) Pelatihan yang
ability) adalah kemampuan yang
diterima oleh guru, (2) Latar bela-
diperlukan untuk mendidik peserta
kang pendidikan guru, (3) Supervisi
6
akademik, (4) Kepemimpinan kepala
sebagai kemampuan “mendengar-
sekolah, (5) Motivasi guru, (6) Kom-
kan” bisikan emosi dan menja-
pensasi yang diterima guru, (7) Etos
dikannya sebagai sumber informasi
kerja, dan (8) Kemampuan meman-
maha penting untuk memahami diri
faatkan teknologi dan komunikasi.
sendiri dan orang lain demi mencapai
Faktor-faktor yang mempen-
sebuah tujuan.
Sementara
garuhi kompetensi guru di sekolah
Salovey
(dalam
inklusif selain delapan faktor di atas
Goleman, 2000) memperluas ke-
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
mampuan dari kecerdasan emosi
lain, diantaranya adalah (1) pemaha-
yang dikemukakan oleh Gardner
man guru terhadap konteks siswa, (2)
(1993) menjadi lima wilayah utama
pengenalan
yaitu: (1) mengenali emosi diri
kebutuhan
anak-anak
berkebutuhan khusus, (3) tanggung
(kesadaran
jawab pada pembentukan kualitas
emosi, (3) memotivasi diri sendiri,
hasil belajar anak-anak, (4) empati,
(4) mengenali emosi orang lain, dan
(5) optimisme mengajar, (6) tulus,
(5) membina hubungan.
baran, (9) pemahaman yang baik
kan
terhadap
kecerdasan
siswa
(Zulfija,
(2)
mengelola
Goleman (2000) menyampai-
(7) mencintai anak-anak, (8) kesa-
kondisi
diri),
bahwa
yang
mempengaruhi
emosional
seseorang
terdiri dari faktor internal dan faktor
Indira & Elmira, 2013)
menurut
eksternal. Faktor internal ini berupa
Salovey dan Mayer dalam Stein &
warisan genetik, yaitu struktur otak
Book (2002) adalah kemampuan
emosional yang terbentuk (neokor-
untuk mengenali perasaan, meraih
teks). Sedangkan faktor eksternal
dan membangkitkan perasaan untuk
adalah pendidikan, baik di lingku-
membantu
ngan rumah ataupun lingkungan se-
Kecerdasan
emosi
pikiran,
memahami
dan
kolah. Menurut Naghavi & Redzuan
secara
(2011) gender juga merupakan faktor
membantu
dari kecerdasan emosional. Semen-
perkembangan emosi dan intelektual.
tara Kafetsios (dalam Naghavi &
Agustian (2003) memberikan definisi
Redzuan, 2011) menyampaikan hasil
pada kecerdasan emosional (EQ)
penelitiannya
perasaan
dan
mengendalikan
mendalam
maknanya,
perasaan
sehingga
bahwa
attachment
7
(pelekatan, hubungan) antara orang
ABK sehingga guru bisa membe-
tua dan anak juga berpengaruh
rikan perlakuan dan pendidikan yang
kepada kecerdasan emosional. Lebih
tepat bagi ABK.
lanjut hasil penelitian ini adalah
Menurut Salam (1995), aspek
kelamin
dari pengetahuan adalah pengertian
berpengaruh pada kecerdasan emosi.
dan pemahaman. Pengertian merujuk
Partisipan yang lebih tua punya
pada pengetahuan individu terhadap
kecerdasan emosi yang lebih tinggi
suatu hal namun hal tersebut belum
dan wanita punya skor yang lebih
tentu mewakili atau mencerminkan
tinggi pada konsepsi emosi dan
keadaan yang sebenarnya. Sedang-
penyimpangan dari pada laki-laki.
kan pemahaman merujuk pada pe-
bahwa
usia
dan
jenis
(dalam
ngetahuan individu terhadap suatu
bahasa Yunani = episteme) berasal
hal dan hak tersebut sudah pasti men-
dari kata kerja epistamai yang berarti
cerminkan kondisi yang sebenarnya
mendudukkan, menempatkan atau
dari objek yang bersangkutan. Se-
meletakkan. Maka arti kata harfiah
dangkan
episteme adalah upaya intelektual
(2003) aspek dari pengetahuan ini
untuk menempatkan sesuatu pada
meliputi 6 tingkatan yaitu: (1) tahu
kedudukan yang paling tepat dan
(know). Tahu di sini berhubungan
sesuai (Sudarminta, 2002). Sedang-
dengan
kan
maateri yang telah dipelajari sebe-
Kata
pengetahuan
menurut
pendapat
Skinner
menurut
Notoadmojo
kemampuan
mengingat
pada
lumnya. (2) memahami (compre-
awalnya merupakan serangkaian pe-
hension). Memahami berhubungan
rilaku, ilmu pengetahuan merupakan
dengan kemampuan untuk meng-
suatu keinginan untuk menerima
interpretasi materi secara benar dan
fakta sekalipun berseberangan den-
mampu menjelaskan secara benar
gan keinginan. Berdasarkan pendapat
tentang objek yang diketahuinya. (3)
di atas, dapat disimpulkan bahwa pe-
aplikasi
ngetahuan guru tentang ABK berarti
kemampuan
pemahaman guru tentang karak-
materi
teristik berbagai macam ABK dan
dipunyai
bagaimana harus berinteraksi dengan
permasalahan yang ada. (4) Analisis
(2013),
ilmu
pengetahuan
(application),
untuk
atau
teori
untuk
merupakan
menggunakan
yang
sudah
menyelesaikan
8
(analysis), yaitu kemampuan untuk
Sampel dalam penelitian ini
menguraikan materi-materi yang ada
berjumlah 46 guru yang terdiri dari
ke dalam bagian-bagian yang lebih
25 orang guru kelas, 5 orang guru
kecil, namun masih dalam suatu
pendamping khusus (GPK), 2 orang
kesatuan
organisasi
guru Bahasa Arab, 2 orang guru
tersebut dan masih ada korelasinya
olahraga, 4 orang guru Pendidikan
satu sama lain. (5) sintesis (synth-
Agama Islam (PAI), 8 orang guru
esis),
baca tulis Al-Qur’an (BTAQ).
di
struktur
yaitu
kemampuan
untuk
menyusun kembali teori yang ada
Teknik pengambilan sampel
kedalam bentuk yang baru. Dan (6)
dalam penelitian ini menggunakan
evaluasi (evaluation), yaitu kemam-
metode boring sampling, dimana
puan menilai suatu objek.
sampel
Menurut Sudarminta (2002),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan adalah: (1) Pengalaman,
(2) Ingatan, (3) Kesaksian, (4) Minat
dan rasa ingin tahu, (5) Pikiran dan
penalaran,
(6)
Bahasa,
dan
(7)
Kebutuhan hidup manusia
penelitian ini
emosi
dan
ABK.
Adapun
bebas
diambil
mewakili
jumlah populasi. Boring sampling
biasanya digunakan untuk populasi
yang dianggap kecil atau kurang dari
seratus (Noor,2012). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah
menggunakan
sedangkan
instrumen
kuesioner,
penelitian
dalam penelitian ini dengan meng-
METODE PENELITIAN
Variabel
yang
gunakan skala dan tes pengetahuan.
dalam
Skala yang digunakan dalam
adalah kecerdasan
penelitian ini adalah skala kecer-
pengetahuan
tentang
dasan emosi, tes pengetahuan tentang
tergan-
ABK, dan skala kompetensi guru di
tungnya adalah kompetensi guru di
sekolah inklusif. Skala kompetensi
sekolah inklusif.
guru di sekolah inklusi meliputi 6
Populasi
variabel
adalah
seluruh
aspek yaitu: (1) Kompetensi pedago-
subyek penelitian (Arikunto, 2010).
gis (2) Kompetensi profesional (3)
Populasi pada penelitian ini adalah
Kompetensi sosial (4) Kompetensi
seluruh guru yang mengajar di SDIT
kepribadian, (5) Kemampuan umum,
Nidaul Hikmah Salatiga.
dan (6) Kemampuan dasar. skala
9
kecerdasan emosi menggunakan ska-
ngetahuan tentang ABK yang disu-
la yang disusun oleh Astuti (2013)
sun berdasarkan aspek pengetahuan
dengan
yaitu pengertian dan pemahaman
penyesuaian
isi
sesuai
dengan kondisi guru di SDIT Nidaul
Hikmah. Alat ukur kecerdasan emosi
ini disusun berdasarkan aspek-aspek:
kesadaran
diri,
pengaturan
diri,
motivasi, empati dan ketrampilan
sosial.
Pengetahuan
tentang
tentang ABK.
Analisis
data
dilakukan
dengan bantuan program komputer
Statistical
Packages
for
Social
Science (SPSS) Versi 17.0.
ABK
diukur dengan menggunakan tes peHASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS Versi 17.0 dapat dirangkum pada Tabel 1.
Tabel 1.Rangkuman Hasil Analisis Data.
Analisis
Variabel
Nilai
Interpretasi
Hasil
Kompetensi guru
Koefisien R=0,661
Ada korelasi
Anareg
di sekolah inklusi
(p=0.000;p
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada
Program Studi Sains Psikologi
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Psikologi
Oleh:
MUYASAROTUN SA’IDAH
S. 300 120 010
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF
NASKAH PUBLIKASI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Magister Sains Psikologi
Kekhususan Psikologi Pendidikan
Oleh:
MUYASAROTUN SA’IDAH
S. 300 120 010
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
iii
1
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN
PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN
KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF
Muyasarotun Sa’idah NIM S.300120010
Magister Sains Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT. This research is aimed to investigate the relationship between
emotional intelligence and knowledge of special need children with the
competence of teachers in inclusive schools. The hypothesis of this study is that
there is a relationship between emotional intelligence and knowledge of special
need children with the competence of teachers in inclusive school. This study is a
quantitative correlation approach. The population was 46 teachers at the Islamic
elementary school Nidaul Salatiga. The results showed that there is a significant
positive relationship between emotional intelligence and competence of teachers
in inclusive school indicated by the value of the correlation coefficient rx1y is
0.661 with a significance p = 0.000 p =
0.01 and effective contribution knowledge of special need children to the
competence of teachers in inclusive schools -0.231%. Teachers in SDIT Nidaul
Hikmah Salatiga have a high level of competence with the empirical mean of
142,6304 higher than hypothetical mean of 120, also have a high level of
emotional intelligence with the empirical mean of 94,0870 higher than the
hypothetical mean of 75, while the level of knowledge about ABK was moderate
with empirical mean of 11.8043 is only slightly higher than the hypothetical mean
of 11,5. Competence of teachers in inclusive schools can be improved by
improving the emotional intelligence and applicable knowledge of special need
children that is the experience of teachers interact with children with special
needs.
Keywords: emotional intelligence, knowledge of special need children, the
competence of teachers in inclusive schools
1
2
Permendiknas nomor 70 tahun 2009
PENDAHULUAN
yaitu dengan memberikan kesemPendidikan adalah hak semua
anak, tanpa terkecuali. Baik yang
berkebutuhan
khusus
(tunanetra,
tunarungu, tunagrahita ringan, autisme, lambat belajar dan tunalaras),
anak-anak berkecerdasan istimewa,
anak-anak yang termarjinalkan karena kurang beruntung dan tidak mampu dari segi ekonomi maupun anak-
patan dan peluang kepada anak
berkebutuhan
homogen sehingga mereka mampu
belajar pada kelas regular, sedangkan
anak-anak
perlu
berkebutuhan
sebuah
desain
khusus
pendidikan
khusus yang dapat mengakomodir
kebutuhannya
sehingga
potensi
mereka bisa dapat dikembangkan
secara optimal.
reguler (Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas / kejuruan) terdekat.
Inilah yang disebut dengan istilah
Pendidikan
dikan anak berkebutuhan khusus ini
kebijakan
penuntasan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun yang dijabarkan
dalam UU Sisdiknas nomor 20
2003
(Mudjito,
Untuk
program
melaksanakan
inklusif
ini
biasanya
seorang guru pendidikan khusus
bekerja dengan guru pendidikan
regular dari siswa yang ditunjuk,
keduanya membantu memodifikasi
tugas-tugas dan material tertulis dan
untuk memberikan bantuan untuk
kelas itu sendiri (Evertson & Emmer,
2009).
mengakomodasi kebutuhan pendi-
Tahun
Inklusif
Harizal & Elfidri, 2012).
Pemerintah Indonesia dalam
membuat
untuk
memperoleh pendidikan di sekolah
anak normal. Anak-anak yang normal cenderung punya kemampuan
khusus
tentang
Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 32 yang
mengatur tentang Pendidikan Khusus
dan Pendidikan Layanan Khusus.
Implementasinya dijabarkan melalui
Pada realitanya pelaksanaan
pendidikan inklusif di Indonesia
belum berjalan optimal disebabkan
oleh
beberapa
kendala
terutama
kompetensi guru yang masih kurang.
Dalam
sebuah
penelitian
yang
dilakukan oleh Tarmansyah (2009)
pada sebuah SD Negeri di Alai
Padang menunjukkan bahwa guru di
sekolah inklusif belum kompeten
ditunjukkan dengan tidak memiliki
3
ketrampilan dalam menangani anak
Sebagai salah satu sekolah
belum
inklusif yang ada di Salatiga, SDIT
mencerminkan suasana guru yang
Nidaul Hikmahpun masih menemui
ramah,
menggunakan
banyak problema. Berdasarkan hasil
dan
belum
observasi dan wawancara dengan
mengasesmen
kepala sekolah dan beberapa guru
berkebutuhan
khusus,
masih
kurikulum
regular
memahami
cara
yang mengajar kelas regular dengan
kemampuan anak.
Indriawati (2013) melakukan
anak ABK, ditemukan beberapa
penelitian pada Guru Pendamping
problema yang dihadapi oleh para
Khusus
guru
(GPK)
pada
pendidikan
diantaranya:
kurangnya
inklusif di SD Negeri se-Kecamatan
ketrampilan dan pengetahuan tentang
Junretno
Batu
kaitannya
anak berkebutuhan khusus, belum
dengan
implementasi
kebijakan
bisa melakukan assesmen, kurang
pemerintah
dalam
untuk
menempatkan
sabar
dalam
mengajar
khusus
anak
GPK di sekolah-sekolah inklusif, dan
berkebutuhan
dan
masih
hasilnya adalah dalam melaksanakan
menggunakan kurikulum regular.
tugas identifikasi, merancang dan
Gejala-gejala di atas menun-
memberikan program yang spesifik,
jukkan adanya persoalan dalam pe-
memodifikasi pengajaran pendidikan
ngajaran yang seharusnya dikuasai
inklusif
program
oleh guru yang dalam terminologi
pengajaran individual masih mene-
pendidikan disebut dengan kompe-
mui banyak problema. Diantara pro-
tensi guru.
dan
menyusun
blema-problema itu adalah kurang-
Tarmansyah (2009) menye-
nya kompetensi pedagogik, bias
butkan kompetensi guru di sekolah
pemahaman tentang konsepsi pendi-
inklusif adalah memahami visi, misi
dikan inklusif khususnya dalam me-
dan
rancang dan melaksanakan program
memahami dan terampil mengenali
kekhususan, keterbatasan dana ope-
karakteristik
rasional dan belum tersedianya alat
terampil
peraga dan buku pelajaran khusus
diagnosis
bagi ABK.
pendidikan dan pengajaran; mema-
tujuan
pendidikan
anak;
mampu
melaksanakan
dan
inklusif;
evaluasi
dan
asesmen,
bidang
hami, menguasai isi materi dan te-
4
rampil praktek mengajar; memahami
mencintai
dan terampil menyusun perencanaan
punya
dan
terhadap kondisi siswa.
pengelolaan
pembelajaran;
interaksi
sosial
siswa
dan
pemahaman
Secara
terampil dalam pengelolaan perilaku
dan
anak-anak,
kesabaran,
yang
implisit
baik
peneliti
menyimpulkan bahwa faktor-faktor
mampu mengadakan komunikasi dan
yang
mempengaruhi
kompetensi
kemitraan kolaborasi. Namun yang
setidaknya meliputi dua hal yaitu
pasti guru di sekolah inklusif harus
pemahaman
memiliki penguasaan akan fungsi
pemahaman terhadap konteks siswa.
terhadap
tugas
dan
dan tugas lebih dibandingkan dengan
Berdasarkan faktor-faktor di
guru pendidikan biasa dan ditambah
atas, peneliti tertarik untuk meneliti
dengan
dan
tentang hubungan pengetahuan ten-
tinggi.
tang anak berkebutuhan khusus dan
Sayangnya hal ini belum bisa di-
kecerdasan emosi dengan kompe-
realisasikan dalam pelaksanaan pen-
tensi mengajar guru di sekolah in-
didikan
klusif.
dedikasi,
keterpanggilan
kesadaran
hati
inklusif
yang
di
Indonesia
(Mudjito, Harizal & Elfindri, 2012).
Faktor-faktor terpenting yang
mempengaruhi kompetensi guru di
sekolah inklusif menurut Zulfija,
Indira & Elmira (2013) adalah
pemahaman guru terhadap konteks
siswa, mengenali kebutuhan anakanak
berkebutuhan
khusus
dan
bertanggung jawab pada pembentukan kualitas hasil belajar anakanak. Zulfija, Indira & Elmira (2013)
juga merangkum dari banyak hasil
penelitian, bahwa seorang guru yang
mengajar anak-anak berkebutuhan
khusus harus mempunyai empati,
optimisme
mengajar
dan
tulus,
LANDASAN TEORI
Tarmansyah (2009) menyebutkan kompetensi guru di sekolah
inklusif adalah beragam kemampuan
untuk memahami visi, misi dan
tujuan
pendidikan
inklusif
dan
melaksanakan tugas sesuai dengan
konteks
siswa.
Dalam
Pedoman
Umum Sekolah Inklusif (Dit. PPKLK, 2010), kompetensi guru inklusif
selain harus punya empat kompetensi
utama
guru
yaitu
kompetensi
pedagogis, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional, juga harus berorientasi
pada tiga keutamaan utama yang
5
lain, yaitu: (1) kemampuan umum
didik pada umumnya (anak normal),
(general ability), (2) kemampuan
sedangkan kemampuan dasar (basic
(3)
ability) adalah kemampuan tambahan
kemampuan khusus (specific ability).
untuk guru reguler mendidik peserta
Kompetensi pedagogis merupa-
didik berkebutuhan khusus. Kemam-
kan kemampuan guru dalam me-
puan spesifik (specific ability) ke-
ngelola pembelajaran. Kompetensi
mampuan yang diperlukan oleh guru
kepribadian
berakhlak
pembimbing khusus (guru GPK)
mulia, arif dan bijaksana, mantap,
untuk mendidik peserta didik ber-
stabil, dewasa, jujur, mampu menjadi
kebutuhan
teladan
(spesialis).
dasar
ability),
(basic
dan
mencakup
bagi
peserta
didik
dan
masyarakat, secara objektif meng-
khusus
Adapun
jenis
faktor-faktor
tertentu
yang
evaluasi kinerja sendiri, dan me-
mempengaruhi tingkat kompetensi
ngembangkan diri secara mandiri dan
guru di sekolah inklusif adalah (1)
berkelanjutan. Sementara kompetensi
fleksibilitas kognitif, dan (2) keter-
sosial meliputi: berkomunikasi lisan,
bukaan psikologis. (Syah, 2010)..
tulisan, dan atau isyarat, menggu-
Kartini (2011) menyebutkan
nakan teknologi komunikasi dan
bahwa kompetensi guru profesional
informasi secara fungsional, bergaul
dipengaruhi oleh 8 faktor yaitu: (1)
secara
seluruh
Pelatihan yang diterima oleh guru,
masyarakat sekolah, bergaul secara
(2) Latar belakang pendidikan guru,
santun dengan mengindahkan norma
(3) Supervisi akademik, (4) Kepe-
serta sistem yang berlaku, dan
mimpinan kepala sekolah, (5) Moti-
mererapkan prinsip-prinsip persauda-
vasi guru, (6) Kompensasi yang
raan dan semangat kebersamaan.
diterima guru, (7) Etos kerja, dan (8)
Kompetensi profesional merupakan
Kemampuan memanfaatkan tekno-
kemampuan guru dalam menguasai
logi dan komunikasi. Kartini (2011)
pengetahuan bidang ilmu teknologi
menyebutkan
dan seni.
guru profesional dipengaruhi oleh 8
efektif
dengan
bahwa
kompetensi
Kemampuan umum (general
faktor yaitu: (1) Pelatihan yang
ability) adalah kemampuan yang
diterima oleh guru, (2) Latar bela-
diperlukan untuk mendidik peserta
kang pendidikan guru, (3) Supervisi
6
akademik, (4) Kepemimpinan kepala
sebagai kemampuan “mendengar-
sekolah, (5) Motivasi guru, (6) Kom-
kan” bisikan emosi dan menja-
pensasi yang diterima guru, (7) Etos
dikannya sebagai sumber informasi
kerja, dan (8) Kemampuan meman-
maha penting untuk memahami diri
faatkan teknologi dan komunikasi.
sendiri dan orang lain demi mencapai
Faktor-faktor yang mempen-
sebuah tujuan.
Sementara
garuhi kompetensi guru di sekolah
Salovey
(dalam
inklusif selain delapan faktor di atas
Goleman, 2000) memperluas ke-
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
mampuan dari kecerdasan emosi
lain, diantaranya adalah (1) pemaha-
yang dikemukakan oleh Gardner
man guru terhadap konteks siswa, (2)
(1993) menjadi lima wilayah utama
pengenalan
yaitu: (1) mengenali emosi diri
kebutuhan
anak-anak
berkebutuhan khusus, (3) tanggung
(kesadaran
jawab pada pembentukan kualitas
emosi, (3) memotivasi diri sendiri,
hasil belajar anak-anak, (4) empati,
(4) mengenali emosi orang lain, dan
(5) optimisme mengajar, (6) tulus,
(5) membina hubungan.
baran, (9) pemahaman yang baik
kan
terhadap
kecerdasan
siswa
(Zulfija,
(2)
mengelola
Goleman (2000) menyampai-
(7) mencintai anak-anak, (8) kesa-
kondisi
diri),
bahwa
yang
mempengaruhi
emosional
seseorang
terdiri dari faktor internal dan faktor
Indira & Elmira, 2013)
menurut
eksternal. Faktor internal ini berupa
Salovey dan Mayer dalam Stein &
warisan genetik, yaitu struktur otak
Book (2002) adalah kemampuan
emosional yang terbentuk (neokor-
untuk mengenali perasaan, meraih
teks). Sedangkan faktor eksternal
dan membangkitkan perasaan untuk
adalah pendidikan, baik di lingku-
membantu
ngan rumah ataupun lingkungan se-
Kecerdasan
emosi
pikiran,
memahami
dan
kolah. Menurut Naghavi & Redzuan
secara
(2011) gender juga merupakan faktor
membantu
dari kecerdasan emosional. Semen-
perkembangan emosi dan intelektual.
tara Kafetsios (dalam Naghavi &
Agustian (2003) memberikan definisi
Redzuan, 2011) menyampaikan hasil
pada kecerdasan emosional (EQ)
penelitiannya
perasaan
dan
mengendalikan
mendalam
maknanya,
perasaan
sehingga
bahwa
attachment
7
(pelekatan, hubungan) antara orang
ABK sehingga guru bisa membe-
tua dan anak juga berpengaruh
rikan perlakuan dan pendidikan yang
kepada kecerdasan emosional. Lebih
tepat bagi ABK.
lanjut hasil penelitian ini adalah
Menurut Salam (1995), aspek
kelamin
dari pengetahuan adalah pengertian
berpengaruh pada kecerdasan emosi.
dan pemahaman. Pengertian merujuk
Partisipan yang lebih tua punya
pada pengetahuan individu terhadap
kecerdasan emosi yang lebih tinggi
suatu hal namun hal tersebut belum
dan wanita punya skor yang lebih
tentu mewakili atau mencerminkan
tinggi pada konsepsi emosi dan
keadaan yang sebenarnya. Sedang-
penyimpangan dari pada laki-laki.
kan pemahaman merujuk pada pe-
bahwa
usia
dan
jenis
(dalam
ngetahuan individu terhadap suatu
bahasa Yunani = episteme) berasal
hal dan hak tersebut sudah pasti men-
dari kata kerja epistamai yang berarti
cerminkan kondisi yang sebenarnya
mendudukkan, menempatkan atau
dari objek yang bersangkutan. Se-
meletakkan. Maka arti kata harfiah
dangkan
episteme adalah upaya intelektual
(2003) aspek dari pengetahuan ini
untuk menempatkan sesuatu pada
meliputi 6 tingkatan yaitu: (1) tahu
kedudukan yang paling tepat dan
(know). Tahu di sini berhubungan
sesuai (Sudarminta, 2002). Sedang-
dengan
kan
maateri yang telah dipelajari sebe-
Kata
pengetahuan
menurut
pendapat
Skinner
menurut
Notoadmojo
kemampuan
mengingat
pada
lumnya. (2) memahami (compre-
awalnya merupakan serangkaian pe-
hension). Memahami berhubungan
rilaku, ilmu pengetahuan merupakan
dengan kemampuan untuk meng-
suatu keinginan untuk menerima
interpretasi materi secara benar dan
fakta sekalipun berseberangan den-
mampu menjelaskan secara benar
gan keinginan. Berdasarkan pendapat
tentang objek yang diketahuinya. (3)
di atas, dapat disimpulkan bahwa pe-
aplikasi
ngetahuan guru tentang ABK berarti
kemampuan
pemahaman guru tentang karak-
materi
teristik berbagai macam ABK dan
dipunyai
bagaimana harus berinteraksi dengan
permasalahan yang ada. (4) Analisis
(2013),
ilmu
pengetahuan
(application),
untuk
atau
teori
untuk
merupakan
menggunakan
yang
sudah
menyelesaikan
8
(analysis), yaitu kemampuan untuk
Sampel dalam penelitian ini
menguraikan materi-materi yang ada
berjumlah 46 guru yang terdiri dari
ke dalam bagian-bagian yang lebih
25 orang guru kelas, 5 orang guru
kecil, namun masih dalam suatu
pendamping khusus (GPK), 2 orang
kesatuan
organisasi
guru Bahasa Arab, 2 orang guru
tersebut dan masih ada korelasinya
olahraga, 4 orang guru Pendidikan
satu sama lain. (5) sintesis (synth-
Agama Islam (PAI), 8 orang guru
esis),
baca tulis Al-Qur’an (BTAQ).
di
struktur
yaitu
kemampuan
untuk
menyusun kembali teori yang ada
Teknik pengambilan sampel
kedalam bentuk yang baru. Dan (6)
dalam penelitian ini menggunakan
evaluasi (evaluation), yaitu kemam-
metode boring sampling, dimana
puan menilai suatu objek.
sampel
Menurut Sudarminta (2002),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan adalah: (1) Pengalaman,
(2) Ingatan, (3) Kesaksian, (4) Minat
dan rasa ingin tahu, (5) Pikiran dan
penalaran,
(6)
Bahasa,
dan
(7)
Kebutuhan hidup manusia
penelitian ini
emosi
dan
ABK.
Adapun
bebas
diambil
mewakili
jumlah populasi. Boring sampling
biasanya digunakan untuk populasi
yang dianggap kecil atau kurang dari
seratus (Noor,2012). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah
menggunakan
sedangkan
instrumen
kuesioner,
penelitian
dalam penelitian ini dengan meng-
METODE PENELITIAN
Variabel
yang
gunakan skala dan tes pengetahuan.
dalam
Skala yang digunakan dalam
adalah kecerdasan
penelitian ini adalah skala kecer-
pengetahuan
tentang
dasan emosi, tes pengetahuan tentang
tergan-
ABK, dan skala kompetensi guru di
tungnya adalah kompetensi guru di
sekolah inklusif. Skala kompetensi
sekolah inklusif.
guru di sekolah inklusi meliputi 6
Populasi
variabel
adalah
seluruh
aspek yaitu: (1) Kompetensi pedago-
subyek penelitian (Arikunto, 2010).
gis (2) Kompetensi profesional (3)
Populasi pada penelitian ini adalah
Kompetensi sosial (4) Kompetensi
seluruh guru yang mengajar di SDIT
kepribadian, (5) Kemampuan umum,
Nidaul Hikmah Salatiga.
dan (6) Kemampuan dasar. skala
9
kecerdasan emosi menggunakan ska-
ngetahuan tentang ABK yang disu-
la yang disusun oleh Astuti (2013)
sun berdasarkan aspek pengetahuan
dengan
yaitu pengertian dan pemahaman
penyesuaian
isi
sesuai
dengan kondisi guru di SDIT Nidaul
Hikmah. Alat ukur kecerdasan emosi
ini disusun berdasarkan aspek-aspek:
kesadaran
diri,
pengaturan
diri,
motivasi, empati dan ketrampilan
sosial.
Pengetahuan
tentang
tentang ABK.
Analisis
data
dilakukan
dengan bantuan program komputer
Statistical
Packages
for
Social
Science (SPSS) Versi 17.0.
ABK
diukur dengan menggunakan tes peHASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS Versi 17.0 dapat dirangkum pada Tabel 1.
Tabel 1.Rangkuman Hasil Analisis Data.
Analisis
Variabel
Nilai
Interpretasi
Hasil
Kompetensi guru
Koefisien R=0,661
Ada korelasi
Anareg
di sekolah inklusi
(p=0.000;p