4 Contoh PTK SD Kelas 4 IPA Sudah Jadi Langsung Pakai | Dokumen Sekolah

BAB I PENDAHULUAN
A.

LATAR

BELAKANG

Berdasarkan hasil pengalaman guru IPA di SD Negeri
Kedunghalang

3,

bahwa

pembelajaran

IPA masih

menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam
buku,


dan

lingkungan

juga

belum

dalam

memanfaatkan

pembelajaran

pendekatan

secara

maksimal.


Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan
jarang

dilakukan.

mempertahankan

Guru

IPA

urutan-urutan

sebagian

dalam

buku

masih

tanpa

memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar
siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena
siswa

kurang

merespon

terhadap

pelajaran

yang

disampaikan. Maka pengajaran
semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada
siswa.
Para siswa telah memiliki kemampuan awal yang telah

diterima di kelas sebelumnya. Kemampuan awal siswa ini
harus digali agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif,
khususnya ketika mereka akan mengkaitkan dengan
pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih
mendekatkan pada lingkungan siswa. Konsep-konsep yang
dikembangkan sebaiknya berhubungan dengan alam
sekitar

agar

menjadi

konteks

pembelajaran

yang

bermakna. Meskipun demikian mengaitkan konteks

lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi materi
bukan pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan
proses

yang

panjang.

Namun

kenyataannya

guru

cenderung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara
verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar
bermakna.
Belajar bermakna menuntut adanya konteks pembelajaran

yang muncul di lingkungan tempat tinggal siswa, hal ini

dapat dilakukan dengan jalan mengajak siswa belajar di
luar kelas atau mengajak mereka mendekati sumber
belajar. Maksudnya agar diperoleh ide-ide, dan masalahmasalah yang dapat dilihat dan diamati di lingkungan
sekitarnya. Pola pembelajaran seperti ini akan membantu
siswa dalam proses berpikir dan pada gilirannya siswa
aktif dalam belajar. Pada dasarnya siswa sendiri yang akan
menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai
dengan konsep materi yang dipelajari. Salah satu konsep
yang akrab dengan lingkungan adalah konsep kegiatan
manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam.
Konsep ini menjadi lebih bermakna jika di dalam
pelajaran siswa diajak langsung kelapangan untuk
melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang
mereka

hadapi.

Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem
Based Learning) selanjutnya disingkat dengan PBL, yang
akan memberikan motivasi siswa untuk melakukan

pemecahan masalah pada masalah-masalah nyata dalam
kehidupan yang mereka hadapi serta merangsang siswa
untuk menghasilkan sebuah produk/karya (Singletary,
2000). Secara garis besar PBL menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan
penyelidikan

inkuiri.

PBL

berpusat

kepada

siswa

mendorong inkuiri terbuka dan berpikir bebas yang
dikemukakan dalam bentuk laporan, karya yang akan

dijadikan bahan evaluasi sehingga membantu siswa untuk
menjadi

mandiri.

Hasil

penelitian

Rahmi

(2005)

menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan
PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa dan dapat
mengoptimalkan

respon

siswa


selama

proses

pembelajaran. Namun Pendekatan PBL masih belum
dikenal di sekolah SD Negeri Loktabat 1 sehingga guru
belum pernah menggunakan pendekatan ini, dengan

mempertimbangkan usaha-usaha agar siswa dapat belajar
dengan menyenangkan dan memperoleh manfaat besar
sesuai dengan kebutuhan kurikulum maka perlu dilakukan
penelitian tentang upaya meningkatkan proses dan hasil
belajar IPA siswa kelas 6 SD Negeri Loktabat 1 melalui
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
B.

Identifikasi

Memperhatikan


situasi

di

atas,

Masalah

kondisi

yang

ada

saat

ini

adalah


1.Guru belum terampil mengemas sebuah pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif
dan

menyenangkan

(PAKEM).

2.Guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran
3.Pendekatan PBL masih belum dikenal di sekolah SD Negeri Loktabat 1 sehingga guru belum pernah
menggunakan pendekatan ini.
C.Rumusan
Berdasarkan

Masalah
masalah

di

atas,

permasalahan

yang

dapat

dirumuskan

sebagai

berikut:

1. Apakah melalui pendekatan pembelajaran berdasakan masalah dapat meningkatkan proses belajar
siswa

dalam

pembelajaran

IPA?

2. Apakah melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada

pembelajaran

IPA?

D.Batasan

Masalah

Untuk melakukan penelitian ini peneliti perlu membatasi permasalahan ini menjadi 2 hal yakni:
1) Proses belajar siswa diukur dari aktivitas siswa dan aktivitas guru, selama pembelajaran yang diperoleh
berdasarkan

observasi

dari

Borich

(1994).

2) Hasil belajar diukur dari tes hasil belajar siswa dan kemampuan mengerjakan LKS.
D.Hipotesis

Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur
perencanaan (planning), tindakan (akting), pengamatan (observer), dan refleksi (reflecting). Melalui dua
siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat
dirumuskan

hipotesis

tindakan

sebagai

berikut:

1.Melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan
proses

belajar

siswa

dalam

pembelajaran

IPA.

2.Melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

E.Tujuan

Penelitian

Penelitian

ini

bertujuan

:

1.Melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan
proses

belajar

siswa

dalam

pembelajaran

IPA.

2.Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan pembelajaran
berdasarkan

masalah

(Problem

Based

Learning).

G.Manfaat

Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah, guru IPA, dan para siswa:
1.Guru dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu metode yang dapat
membantu guru dalam membelajarkan siswa akan konsep-konsep IPA sehingga dengan mudah
memahami konsep tersebut dengan baik sehingga pembelajaran IPA di kelas tidak monoton.
2.Siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga mengurangi kebosanan dalam belajar.
3.Kemampuan awal siswa dapat digali secara optimal agar siswa belajar lebih mandiri dan kreatif,
khususnya
4.Aktivitas
5.Hasil

ketika

mereka

siswa
belajar

akan
dalam
siswa

mengkaitkan

dengan

pembelajaran
pembelajaran

pelajaran

baru.

IPA

meningkat.

IPA

meningkat

6.Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang variasi pembelajaran dan
peningkatan profesionalisme guru serta meningkatkan mutu proses pembelajaran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Permasalahan Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara konseptual saja, bersifat hafalan dan
kurang mementingkan proses pemahaman dan pembinaan konsep. Belajar mengajar adalah suatu proses
yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang
dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali
seperti di sekolah, di halaman, di perpustakaan, di pedesaan dan sebagainya.
Sarifuddin dan Winataputra (1999:65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi 5 kategori yaitu
manusia, buku/perpustakaan, media masa, alam lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya
kurang tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya mengajak siswa keluar
lingkungan sekolah karena berbagai faktor diantaranya waktu yang terbatas, bobot materi terlalu banyak
serta keterbatasan guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran padahal sumber belajar cukup kaya
di lingkungan siswa tinggal.
Melalui kurikulum berbasis kompetensi diharapkan pola pembelajaran yang disampaikan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah (Subianto, 1990:28). Pada

gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan
masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari dengan bantuan media
sebagai sumber belajar siswa.
Konsep Kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam dalam KTSP 2006
Standar Kompetensi:Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan
Kompetesi Dasar :Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam.
Indikator :
1. Menjelaskan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem.
2. Meramalkan akibat aktivitas manusia jika tidak ditanggulangi.
Di dalam KTSP IPA SD tahun 2006 indikator adalah acuan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
Acuan ini bukan sesuatu yang mutlak dilaksanakan, hal ini disebabkan pembelajaran lebih menekankan
pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya belajar siswa”, bukan “apa yang akan dipelajari”
Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui
interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
B.Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan
untuk membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan
secara berulang akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah
konkrit oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara mandiri (Ibrahim dan Nur,
2000).
Menurut Arends (1997:156), model PBL sangat berguna untuk mengembangkan berpikir ke tingkat
berpikir yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah, termasuk belajar bagaimana
belajar. Model pengajaran ini cocok untuk materi pelajaran yang terkait erat dengan masalah nyata,
meningkatkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah, mempelajarai peran orang dewasa
melalui pengalamannya dalam situasi yang nyata, serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai
pebelajar yang otonom.
Pada pelajaran IPA, PBL merupakan salah satu pembelajaran yang cukup menarik dan sudah siap untuk
digunakan, pembelajaran berdasarkan masalah mengajak siswa-siswa dalam penyelesaian kasus
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan IPA, meningkatkan minat diskusi di antara siswa
dan mendorong kegiatan belajar. Satu lingkungan yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah
lebih baik daripada praktik kerja/magang dan mampu membentuk para pembelajar untuk belajar dari
sendiri, pembelajaran berdasarkan masalah juga lebih baik dari pada satu lingkungan yang menggunakan
proses pembelajaran mimetis dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan mengulang apa yang sudah
mereka katakan (Osmundsen, 2001).

Peranan guru dalam PBL adalah untuk mengajukan permasalahan, pertanyaan, dan menyediakan fasilitas
yang diperlukan siswa. Arends (1997:156) menekankan pentingnya guru memberi scaffolding berupa
dukungan dalam upaya meningkatkan inkuiri dan perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu dalam
pengajaran berdasarkan masalah diperlukan untuk menyajikan kepada siswa pada situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan bantuan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan
dan inkuiri. Menurut Arends (1997:161) PBI terdiri dari 5 tahapan utama yang dimulai oleh guru dengan
orientasi dengan masalah pada siswa dan diakhiri dengan suatu penyajian dan analisis hasil dari kerja
siswa, kelima tahapan tersebut seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Perilaku Guru
Tahap-1 Orientasi siswa kepada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2 Mengorganisasi siswa dalam belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi sesuai yang diperlukan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan pameran Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai yakni diagram futures wheels dan membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelesaian mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Sumber: Arends, 1997)
Kelancaran proses dalam pembelajaran berdasarkan masalah ini memerlukan perangkat penunjang.
Perangkat penunjang tersebut dapat berupa buku paduan siswa, RP, LKS, media yang digunakan yakni
lingkungan sekitar sekolah.
Keterampilan Membuat Futures wheel
Menurut Wagschal dan Johnson (1986) dalam Boujaoude (2000) futures wheel merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk membantu siswa menganalisis dan memahami konsekuensi-konsekuensi dari
kejadian-kejadian, inovasi sains dan teknologi/perkembangan masa akan datang. Futures wheel adalah
alat pengajaran yang tepat untuk beberapa alasan sebagai berikut:
1.Futures wheel dapat membuat siswa memikirkan tentang penyelesaian alternatif, membandingkan
dengan penyelesaian yang berbeda, dan mencapai kesepakatan, sehingga akan terbentuk pola pikir
metakognisi dari siswa.
2.Futures wheel akan membuat siswa menganalisis hubungan permasalahan sosial dengan pengetahuan
dan teknologi untuk membuat keputusan.
3.Futures wheel merupakan suatu grafik yang terorganisasi, yang bisa digunakan untuk mewakili konsepkonsep dan hubungan-hubungan intern dalam satu cara yang terorganisir.
Cara menyusun futures wheel adalah sebagai berikut:
1.Para siswa mulai dengan menggambar pada kertas karton yaitu 1 lingkaran di tengah-tengah kertas dan

menulis pertanyaan “apa yang terjadi jika…?” pada lingkaran tersebut.
2.Para siswa diharapkan memperoleh 3 sampai 5 buah jawaban.
3.Jawaban dipilih sesuai topik permasalahan yang telah ditentukan oleh guru.
4.Berdasarkan pertanyaan yang diajukan selanjutnya siswa disuruh menggambar lingkaran-lingkaran di
sekitar lingkaran yang ada di tengah kertas, menggambar satu garis dari lingkaran yang di tengah dengan
lingkaran di sekitarnya satu persatu, dan tulis jawaban-jawaban mereka pada lingkaran-lingkaran tersebut.
5.Setiap urutan hubungan yang telah dibuat, selanjutnya lingkaran diisi dengan jawaban-jawaban tadi,
begitu juga dengan urutan hubungan lainnya.
6.Setiap rangkaian lingkaran dihubungkan dengan 2 buah garis. Proses ini terus berlanjut sampai
serangkaian lingkaran pada urutan ketiga
7.Para siswa harus didorong untuk mengidentifikasi dampak positif maupun dampak negatif pada setiap
lingkaran (Boujaoude,
= Diskusi Pemecahan Masalah =2000).
C.Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya melalui tahapan:
Keadaan Awal
1.Guru belum terampil mengemas sebuah pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan (PAKEM).
2.Guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran
3.Pendekatan PBL masih belum dikenal di sekolah SD Negeri Loktabat 1 sehingga guru belum pernah
menggunakan pendekatan ini.
Perlakuan
1. Penjelasan pembelajaran
2. Pelatihan pembelajaran berdasarkan masalah
3. Simulasi pembelajaran berdasarkan masalah
Penerapan Pendekatan PBL
1. Guru mampu menerapkan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat
3. Hasil pembelajaran meningkat
D. Hakekat Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA
Dalam bagian ini diuraikan tentang hakekat hasil belajar dan aktivitas siswa sebagaimana berikut ini:
1.Hakekat Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat
pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes

perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu
yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan
dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti
suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat
hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa
telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu
institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas
kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Fathul Himam,
2004).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub
formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil
belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Ulangan
harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu.
Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas
terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga
kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran
serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.
2.Hakekat Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat
dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif
belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang
saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris
yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih
berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari : pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran;
kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui pendekatan pembelajaran berdasarkam
masalah ( Problem Based Learning)