UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70% KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus Uji Efektifitas Analgetik Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Naga Daging Merah (Hylocereus Polyrhizus Cortex) Dengan Metode Geliat Pada Mencit Jantan Galur Swis

(1)

i

UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus

Cortex) DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT JANTAN

GALUR SWISS WEBSTER

SKRIPSI

Oleh:

WESTI FAJRIN BAYU NUGRAHAINI

K100 110 056

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015


(2)

ii

UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus

Cortex) DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT JANTAN

GALUR SWISS WEBSTER

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta

Oleh:

WESTI FAJRIN BAYU NUGRAHAINI

K 100 110 056

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015


(3)

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Berjudul:

UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus

Cortex) DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT JANTAN

GALUR SWISS WEBSTER

Oleh:

WESTI FAJRIN BAYU NUGRAHAINI

K 100 110 056

Dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada Tanggal:

Mengetahui, Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt.

Pembimbing,

Tanti Azizah Sudjono, M.Sc.,Apt

Penguji:

1. 1._______________

2. 2. _______________


(4)

4

DEKLARASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalan naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Saya bersedia dan sanggup menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku apabila terbukti melakukan tindakan pemalsuan data dan plagiasi.

Surakarta, 20 Agustus 2015 Peneliti,


(5)

5

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Alhamdulillahirrobbil’alamiin, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul

“Uji Efektifitas Analgetik Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Naga Daging

Merah (Hylocereus polyrhizus Cortex) Dengan Metode Geliat Pada Mencit

Jantan Galur Swiss Webster” ini akhirnya dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya disampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Azis Saifudin, Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Gunawan Setiadi, M.Sc., Apt selaku pembimbing akademik. 3. Ibu Tanti Azizah Sudjono, M.Sc.,Apt selaku pembimbing skripsi. 4. Laboran laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi.

5. Bapak dan Ibu penguji Skripsi.

6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Bambang Tridasa dan ibunda Eny Wahyu Hidayati

7. Adik penulis Abdhan Bayu Sultan, serta sahabat dan teman-teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Surakarta, 20 Agustus 2015


(6)

6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ... iii

DEKLARASI ... ... iv

KATA PENGANTAR ... ... v

DAFTAR ISI ... ... vi

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... .... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... x

INTISARI ... ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... ... 1

A. Judul Penelitian ... 1

B. Latar Belakang Masalah ... 1

C. Perumusan Masalah ... 2

D. Tujuan Penelitian ... 2

E. Tinjauan Pustaka ... 2

1. Ekstraksi ... 2

2. Tanaman Buah Naga ... 3

a. Klasifikasi Tanaman... 3

b. Sinonim ... ... 3

c. Nama Daerah ... 3

d. Morfologi ... 4

e. Ekologi dan Penyebaran ... 4

f. Kandungan Kimia ... 4

g. Khasiat ... 4

F. Landasan Teori ... 5

G. Hipotesis ... ... 6

BAB II. METODE PENELITIAN ... 7


(7)

7

B. Bahan dan Alat ... 7

1. Alat yang digunakan ... 7

2. Bahan yang digunakan ... 7

C. Tempat Penelitian ... 7

D. Jalannya Penelitian ... 8

a. Determinasi Tanaman ... 8

b. Pengumpulan Bahan ... 9

c. Preparasi Ekstrak ... 10

d. Analisis Data ... ... 10

E. Skema Jalannya Penelitian ... ... 11

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

A. Hasil Determinasi ... 12

B. Uji Pendahuluan ... 12

C. Uji Daya Analgetik ... 13

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 15


(8)

8

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data kumulatif geliat mencit orientasi setelah diinduksi Asam

Asetat 1% ...12 Tabel 2. Data kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan setelah


(9)

9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Persentase Daya Analgetik Pada Mencit Kelompok


(10)

10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil determinasi buah naga ...17 Lampiran 2. Analisis data uji anova ...18


(11)

11

INTISARI

Buah naga berdaging merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh di Indonesia dan sudah dimanfaatkan sebagai antioksidan dan pewarna alami makanan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya efek analgetik kulit buah naga pada mencit. Secara empiris buah naga mengandung flavonoid yang berpotensi untuk mengurangi nyeri. Subjek penelitian ini adalah 25 ekor mencit Swiss Webster yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok I diberi Na CMC 1% (kontrol negatif), kelompok II diberi parasetamol 65 mg/kgBB (kontrol positif), kelompok III, IV,dan V diberi ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 0,25 g/kgBB, 0,5 g/kgBB, dan 1 g/kgBB. Kemudian semua kelompok diinduksi nyeri secara intraperitoneal dengan asam asetat 1% (0,1ml), dan dihitung jumlah geliat selama satu jam. Data persentase geliat dianalisis dengan Kruskal Wallis dan Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95% dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah naga daging merah mempunyai daya analgetik pada dosis 0.25, 0.5, dan 1 g/kgBB dengan daya proteksi sebesar 42,76±2,04; 49,32±1,42; dan 61,38±1,37%.


(12)

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman, pekerjaan semakin sibuk dan berat. Kadang beberapa aktifitas dari pekerjaan memberikan resiko seperti rematik dan nyeri. Nyeri adalah mekanisme perlindungan diri bagi tubuh dan dapat timbul apabila terjadi kerusakan jaringan sehingga menyebabkan individu tersebut merespon untuk menghilangkan nyeri (Guyton, 1991). Kadangkala kita memberi respon seperti memukul-mukul bagian yang nyeri yang justru dapat memperparah nyeri, sehingga seseorang membutuhkan analgetik, yaitu senyawa yang dapat meringankan serta menekan rasa nyeri dalam dosis terapetik (Gunawan et al., 2008).

Obat golongan NSAID merupakan salah satu obat yang sering digunakan untuk meredakan nyeri. Banyak efek samping yang muncul dari penggunaan aspirin, sehingga masyarakat memiliki minat lebih pada pengobatan yang tradisional dan alami. Beberapa tumbuhan sering digunakan masyarakat untuk sekedar penyegar sampai pengobatan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan adalah kulit buah naga daging merah. Limbah kulit buah naga banyak terbuang dan tanpa dimanfaatkan, padahal pada kulit buah naga masih terkandung banyak senyawa seperti fenolik, flavonoid, betasianin, serat, dan prebiotik (Kunnika & Pranee, 2011).

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang terkandung pada seluruh bagian tanaman, termasuk juga kulit buah (Markham,1988). Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga daging merah diduga dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana enzim ini dapat menekan dan menurunkan sintesis postaglandin dan vasodilatasi, sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun (Reynertson, 2007). Salah satu flavonoid juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan, seperti betasianin. Betasianin dapat melindungi sel-sel tubuh


(13)

13

dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan (Rauen dan Groot, 2009).

Buah naga mempunyai manfaat umum untuk menyembuhkan rematik. Pada penyakit rematik biasanya penderita merasakan adanya nyeri yang diderita, sehingga buah naga dapat digunakan untuk meredakan nyeri (Wirakusumah, 2007). Keterangan empiris yang beredar di Planet Juice daerah Nolodutan, Purbayan, Sukoharjo tentang manfaat buah naga sebagai anti nyeri, maka perlu dibuktikan secara ilmiah daya analgetik dari kulit buah naga supaya kulit buah naga daging merah dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai analgetik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ekstrak kulit buah naga daging merah dapat meringankan nyeri dan dapat digunakan sebagai analgetik ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas analgetik ekstrak etanol 70% kulit buah naga daging merah pada mencit.

D. Tinjauan Pustaka

1. Ekstraksi

Penarikan kandungan kimia yang terlarut dan terpisah dari bahan yang tidak larut dalam suatu pelarut disebut dengan ekstraksi. Ada beberapa senyawa aktif dalam simplisia seperti alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, terpenoid, dan lain sebagainya. Ekstraksi dapat cepat dan tepat dilakukan dengan mengetahui pemilihan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif (Ditjen POM, 2000). Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cairan yang dibuat dengan menyari simplisia, baik hewani atau nabati dengan cara yang sesuai, dan berada di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RI, 1979). Ada beberapa jenis hasil


(14)

14

ekstraksi meliputi ekstrak cair, ekstrak kental, dan ekstrak kering. Perbedaan jenis ekstrak ini didasari dengan banyak sedikitnya air yang terkandung didalamnya.

Maserasi merupakan cara ekstraksi sederhana dengan cara merendam simplisia yang telah dihaluskan. Rendaman dari hasil maserasi dihindarkan dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis dengan cahaya atau untuk mencegah perubahan warna. Lama dari proses maserasi berkisar dari 4 sampai 10 hari. Pengadukan atau penggantian pelarut secara berkala dapat memaksimalkan proses maserasi (Voigt, 1995).

2. Tanaman Buah Naga Daging Merah

a. Klasifikasi Tanaman

Tanaman Buah Naga Daging Merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Sub Divisi : Agiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cactales

Famili : Cactales

Sub Famili : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Spesies : Hylocereus polyrhizus (Prasetya,2013) b. Nama Daerah

Buah naga memiliki nama berbeda di setiap negara. Di Indonesia sering disebut dengan buah naga atau pitaya, di Inggris disebut dengan Dragon Fruit, di Vietnam disebut dengan Thanh Long, dan di Thailand sering disebut dengan Kaeo Mangkon (Prasetya, 2013).

c. Kandungan Kulit Buah Naga

Red Dragon Fruit peel atau kulit buah naga daging merah mengandung senyawa fenolik, flavonoid, betacyanin, serat, prebiotik (Kunnika & Pranee, 2011).


(15)

15

E. Landasan Teori

1. Nyeri

Rasa nyeri dapat disebabkan oleh adanya pengaruh kimiawi ataupun mekanis, dan dapat mengakibatkan adanya kerusakan pada jaringan serta melepas zat mediator nyeri. Fungsi dari nyeri itu sendiri ialah memberi sinyal tentang gangguan-gangguan tubuh yang mungkin terjadi seperti peradangan, infeksi kuman, dan kejang otot. Nyeri yang berasal dari otot, tulang, sendi, dan organ dalam yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan dapat digolongkan dalam Nyeri akut atau disebut juga nosiseptif. Nosiseptif dipicu oleh adanya nosiseptor. Nosiseptor merupakan terjadinya proses rangsang pada ujung syaraf bebas, proses ini menjadi tahap awal dimana rasa nyeri akan mulai ditimbulkan (Sukandar

et al., 2008).

Nyeri berawal dari adanya fosfolipid yang telah berubah menjadi asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini merupakan substrat bagi enzim postaglandin endoperoxide syntase. Endoperoxidase ini dapat diubah menjadi berbagai macam postaglandin dan tromboxan. Sekarang ini dikenal dua nama iso-enzim yaitu COX-1 dan COX-2 (Lelo, 2004).

Mediator nyeri dilepaskan dari jaringan yang rusak. Mediator nyeri ini dapat merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas baik di kulit, selaput lendir, dan jaringan lain. Rangsang dialirkan melalui syaraf sensoris ke sistem syaraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke

thalamusopticus kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri (Anief, 1996).

2. Analgetik

Analgetik dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat secara selektif dan meningkatkan nilai ambang presepsi rasa sakit, sehingga rasa nyeri dapat dikurangi tanpa mempengaruhi kesadaran (Siswandono & Soekarjo, 2000).


(16)

16

Betasianin dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan (Rauen dan Groot, 2009). Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga daging merah dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana enzim ini dapat menekan dan menurunkan sintesis postaglandin dan vasodilatasi, sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun (Reynertson, 2007).

Analgetik dapat digolongkan menjadi dua yaitu, analgetik opioid dan analgetik non-opioid. Analgetik opioid memiliki efek seperti opium yang biasanya digunakan untuk nyeri berat dan sedang, namun ditakutkan memberikan efek adiktif. Analgetik non-opioid yaitu analgetik yang tidak memiliki efek seperti opium sehingga tidak menyebabkan adikif (Gunawan

et al, 2008). Contoh analgetik opioid adalah morfin, sedangkan untuk analgetik non-opioid adalah NSAID, asetaminofen, dan tramadol. Pengembangan obat analgetik berdasar pada jenis nyeri (ringan, sedang, atau berat) dan keadaan nyeri baik akut ataupun kronis (Division of Dockets Management, 2014). Sediaan AINS dapat menghambat sintesis dari mediator nyeri postaglandin melalui hambatan aktifitas COX. Untuk pengobatan fase akut dapat diberikan parasetamol, relaksan otot, NSAID, opiat. Untuk pengobatan fase kronik dapat diberikan pilihan analgetik dan relaksan otot (Eko, 2013).

3. Asetaminofen

Asetaminofen atau yang biasa disebut parasetamol, merupakan alternatif pengganti aspirin yang efektif sebagai obat analgetik dan antipiretik. Namun parasetamol memiliki aktifitas antiradang yang lebih lemah dari aspirin, sehingga bukan merupakan obat yang berguna untuk menangani kondisi radang. Parasetamol dapat ditoleransi dengan baik karena parasetamol tidak memiliki efek samping seperti aspirin. Parasetamol dapat


(17)

17

diperoleh tanpa resep, sehingga obat ini menonjol sebagai analgetik untuk kalangan rumah tangga.

Parasetamol diabsorbsi dengan cepat dan hampir sempurna di seluruh saluran cerna. Dalam 30 sampai 60 menit konsentrasi plasma parasetamol sudah mencapai puncak. Parasetamol terdistribusi relatif seragam hampir di seluruh cairan tubuh. Dosis oral parasetamol yang biasa sebesar 325 sampai 1000mg dengan dosis total harian tidak boleh melebihi 4000mg. Untuk anak-anak dosis tunggal sebesar 40 sampai 480mg, bergantung pada usia dan berat badan; tidak boleh lebih dari lima dosis diberikan dalam 24jam (Goodman&Gilman, 2008).

F. Hipotesis

Ekstrak etanol 70% kulit buah naga merah mempunyai efek analgetik karena mengandung senyawa flavonoid dan betasianin yang dapat digunakan sebagai analgetik dan dapat tersari dengan etanol.


(18)

18

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Kategori dan Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental secara post test

dengan kontrol waktu selama 60 menit, untuk mengetahui efektifitas analgetik ekstrak etanol 70% kulit buah naga daging merah pada mencit jantan swiss webster.

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : dosis ekstrak etanol 70% kulit buah naga daging merah 2. Variabel tergantung : kumulatif geliat mencit yang timbul akibat induksi

dengan asam asetat 1%

3. Variabel terkendali : galur mencit, jenis kelamin, umur mencit, berat badan 20-30 gram

B. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan

Alat-alat gelas (Pyrex), seperangkat alat maserasi (toples dan pengaduk, stopwatch, spuit injeksi Terumo 1 ml, jarum oral dengan ujung tumpul,

rotary evaporator, labu alas bulat, cawan porselin, waterbath.

2. Bahan yang digunakan

Mencit galur swiss umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram, yang diperoleh dari UD.Wistar, kulit buah naga daging merah yang diperoleh dari Fresh Juice 78, Etanol 70%, parasetamol (teknis), asam asetat (p.a), Na CMC.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(19)

19

D. Jalannya Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi dilakukan untuk menentukan kebenaran bahwa tanaman yang digunakan adalah kulit buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus) Determinasi dilakukan di Laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Pengumpulan bahan

Kulit buah naga daging merah yang digunakan dalam penelitian ini diambil di daerah Baki, Sukoharjo pada tanggal 20 Agustus 2014.

Kulit buah naga daging merah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Fresh Juice 78 di daerah Baki, Sukoharjo.

3. Preparasi ekstrak

a. Pengeringan

Kulit buah naga daging merah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dikeringkan selama 3-4 hari pada suhu ruang.

b. Penyiapan ekstrak etanol 70% kulit buah naga

Dibuat ekstrak dari 500 gram kulit buah naga dengan cara maserasi atau perendaman selama 5 hari dengan pelarut etanol 70% dalam wadah tertutup. Selama proses perendaman, wadah disimpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari. Setelah proses perendaman selesai dilakukan penyaringan hingga didapat maserat. Ampas dari proses penyaringan dilakukan maserasi kembali dengan pelarut yang sama hingga didapat hasil maserat yang jernih. Hasil seluruh maserat etanol 70% dicampur dan diuapkan dengan alat evaporator putar pada suhu 40⁰C sampai didapatkan hasil ekstrak etanol kental (Alit et al., 2013).

c. Pembuatan Larutan Stok Na CMC 1%

Bahan-bahan yang tidak larut dalam air nantinya disuspensikan. Na CMC merupakan salah satu suspending agent yang akan digunakan. Larutan Na CMC 1% b/v dibuat dengan cara menimbang Na CMC sebanyak 1 gram


(20)

20

kemudian ditambahkan sedikit akuadest, kemudian dipanaskan sampai larut dan ditambahkan akuadest hingga 100 ml.

d. Pembuatan larutan asam asetat 1%

Larutan uji asam asetat 1% dibuat dengan mengencerkan asam asetat 1mL dalam 100 mL aquades pada labu takar. BJ asam asetat 1050 mg/mL (Azizah

et al, 2007)

1% = 1mL/100mL

= 5.10-3mL/0,5mL = 5.10-3mL/20gBB Dosis =

5.10 -3

mL/20gBB

= 0,25mL/kgBB x 1050mg/mL = 262.5 mg/kgBB

e. Pembuatan suspensi parasetamol

Sebagai kontrol positif digunakan parasetamol. Dosis parasetamol yang digunakan oleh manusia dewasa adalah 500 mg untuk satu kali pakai (Tjay dan Rahardja, 2002). Parasetamol dibuat dengan cara mensuspensikan 250 mg serbuk parasetamol dalam 50 ml Na CMC 1%. Konversi dosis pada manusia dengan berat 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 (Ponggele et al., 2013).

Perhitungan dosis konversi untuk berat mencit adalah : 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg/ 20 gBB

Dosis parasetamol untuk mencit

Dosis untuk mencit dengan berat badan 20 gram (0,02 kg) adalah 65 mg/kgBB x 0,02 kg = 1,3 mg

Karena parasetamol tidak larut dalam air, maka serbuk parasetamol sebanyak 65 mg dicampur dengan larutan stok Na CMC 1% hingga diperoleh 25 ml kemudian diberikan pada mencit kelompok kontrol positif sebanyak 0,5 ml.


(21)

21

f. Pembuatan dosis ekstrak kulit buah naga

Takaran konversi dosis untuk manusia dengan berat 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 (Ponggele et al.,2013). Rata-rata orang Indonesia memiliki berat 50 kg. Digunakan dosis bertingkat untuk ekstak kulit buah naga merah,

Kelompok 1 = 0,25 g/kgBB Kelompok 2 = 0,5 g/kgBB Kelompok 3 = 1 g/kgBB d. Pengujian efek analgetik

Mencit sebagai hewan uji diberi ekstrak kulit buah naga daging merah secara peroral. Setelah 20 menit perlakuan dilanjutkan dengan diinduksi nyeri dengan asam asetat 1% secara intraperitonial, dan ditempatkan pada kotak perlakuan. Jumlah geliat dihitung pada masing-masing kelompok perlakuan. Satu geliat ditandai dengan kaki mencit ditarik kedepan dan belakang disertai abdomen yang menyentuh lantai. Jumlah geliat dari tiap kelompok dirata-rata dan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Jumlah geliat yang lebih sedikit dari kelompok kontrol menandakan adanya aktifitas analgetik pada hewan uji (Edijanti et al., 2011).

Hewan uji yang digunakan berjumlah 25 ekor mencit jantan galur swiss. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ekor mencit. Dosis ekstrak etanol kulit buah naga diberikan pada 3 kelompok dengan 3 tingkatan dosis yang disesuaikan dengan uji orientasi, 1 kelompok diberi kontrol positif, dan 1 kelompok lagi diberi kontrol negatif.

Kelompok 1 : ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 0,25 g/kgBB, diberikan secara per oral.

Kelompok 2 : ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 0,5 g/kgBB, diberikan secara per oral.


(22)

22

Kelompok 3 : ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 1 g/kgBB, diberikan secara per oral.

Kelompok 4 : kontrol positif dengan pemberian parasetamol dengan dosis 65mg/kgBB, diberikan secara per oral.

Kelompok 5 : kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1%, diberikan secara per oral.

Metode uji analgetik yang digunakan adalah metode induksi kimia. Mencit diberi perlakuan kontrol, setelah 20 menit mencit disuntik asam asetat 1% sebanyak 0,1mL secara intraperitonial, kemudian dihitung jumlah kumulatif geliat mencit selama 60 menit (Edijanti et al., 2011).

4. Analisis Data

Data yang dikumpulkan adalah kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan dan dihitung persentase daya analgetik (Turner, 1965). Persentase daya analgetik dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan P = jumlah kumulatif geliat mencit setelah perlakuan K = jumlah kumulatif geliat mencit kontrol negatif

Dari % analgetik dan kumulatif jumlah geliat dilakukan analisis Saphiro Wilk.

Hasil menunjukkan data terdistribusi normal namun tidak homogen, sehingga dilanjutkan dengan analisis non parametrik dengan taraf kepercayaan 95% dan hasilnya menunjukkan perbedaan yang bermakna pada uji Kruskal-Walls. Data tidak terdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan analisa non parametrik dengan Mann-Whitney dengan hasil yaitu terdapat perbedaan yang bermakna. Jumlah geliat yang lebih sedikit hingga 50% dari jumlah geliat dalam kelompok yang diberi ekstrak, menandakan adanya aktivitas analgetik pada hewan uji (Pudjiastuti et al., 1989).


(23)

23

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi

Berdasarkan surat determinasi yang telah dikeluarkan oleh Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan No: 465/A.E-1/LAB.BIO/VII/2014, bahwa bahan yang digunakan untuk penelitian tersebut adalah benar kulit buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus).

B. Uji Orientasi

Pada tahap uji pendahuluan, dilakukan orientasi terhadap kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 tingkatan dosis. Hal ini perlu dilakukan mengingat Na-CMC 1% digunakan sebagai suspending agent, sehingga akan dipastikan nantinya pengunaan Na-CMC 1% tidak mempunyai efek analgetik dan tidak mempengaruhi efek analgetik dari bahan yang disuspensikan.

Tabel 1. Data kumulatif geliat mencit orientasi setelah diinduksi Asam Asetat 1% Jumlah kumulatif geliat No hewan uji Na-CMC 1% Parasetamol

65 mg/kgBB

Ekstrak kulit buah naga

0,25 g/kgBB 0,5 g/kgBB 1 g/kgBB

1 91 58 51 44 36

Berdasarkan hasil kumulatif geliat pada tabel 1, kelompok Na-CMC 1% memiliki nilai geliat yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Dengan kumulatif geliat sebesar 91, dapat dikatakan bahwa Na-CMC 1% tidak memiliki efek analgetik. Uji t antara Na-CMC 1% (kontrol negatif) dan Parasetamol 65 mg/kgBB (kontrol positif) menunjukkan hasil yang signifikan (p=0,0000068). Nilai p menunjukkan antara kontrol negatif dan kontrol positif memiliki perbedaan bermakna.


(24)

24

C. Uji Daya Analgetik

Pada Tabel 2 menunjukkan rata-rata kumulatif geliat kelompok Na-CMC 1% memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 91,2±1,64, diikuti dengan kelompok parasetamol 65mg/kgBB sebesar 59,8±0,84. Ekstrak etanol kulit buah naga 0,25 g/kgBB sebesar 52,2±1,48, 0,5 g/kgBB sebesar 46,2±0,84 , dan 1 g/kgBB sebesar 35,2±0,84.

Tabel 2. Data kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan setelah diinduksi Asam Asetat 1%

Jumlah kumulatif geliat No hewan uji Na-CMC 1% Parasetamol

65 mg/kgBB

Ekstrak kulit buah naga

0,25 g/kgBB 0,5 g/kgBB 1 g/kgBB

1 92 59 54 45 34

2 93 60 52 46 35

3 92 59 50 47 36

4 90 60 53 47 35

5 89 61 52 46 36

X ±SD 91,2±1,64 59,8±0,84 52,2±1,48 46,2±0,84 35,2±0,84

Dari Tabel 2 dapat dihitung persentase daya proteksi, dan didapatkan hasil teringgi adalah ekstrak kulit buah naga dengan dosis 1 g/kgBB sebesar 61,38±1,37%, diikuti dengan dosis 0,5 g/kgBB sebesar 49,32±1,42%, dosis 0,25 g/kgBB sebesar 42,76±2,04%.

Nilai hasil analisis data pada uji normalitas diatas 0,05 , maka data dikatakan terdistribusi normal pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai probabilitas dari uji homogenitas adalah 0,022 yang lebih rendah dari 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari kelompok populasi data adalah tidak sama dan tidak homogen. Analisis data dilanjutkan dengan analisis non parametrik. Pada analisis Kruskal Wallis didapatkan nilai probabilitas 0,000 lebih rendah dari 0,05, maka dikatakan kelima kelompok perlakuan memiliki daya analgetik berbeda secara signifikan. Analisis dilanjutkan kembali dengan uji Mann-Witney, didapatkan hasil 0,005 lebih rendah dari 0,05, maka dikatakan kelima kelompok memiliki daya analgetik berbeda secara signifikan.


(25)

25

Gambar 1. Persentase Daya Analgetik Pada Mencit Kelompok Perlakuan

Pada Gambar 1 hasil rerata dari 3 seri dosis lebih besar dari hasil kontrol positif parasetamol 65 mg/kgBB yaitu 34,38%. Dapat dikatakan ekstrak etanol kulit buah naga daging merah memiliki daya proteksi analgetik lebih besar dibanding parasetamol 65 mg/kgBB. Dari ketiga seri dosis hanya dosis 1 g/kgBB yang dapat dikatakan memiliki efek analgetik paling tinggi. Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga daging merah dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana enzim ini dapat menekan dan menurunkan sintesis postaglandin (Reynertson, 2007). Buah naga juga mengandung betasianin yang dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan (Rauen & Groot, 2009). Oleh karena itu ekstrak etanol kulit buah naga daging merah dapat dikembangkan sebagai analgetik.

0 10 20 30 40 50 60 70 Kontrol Positif Dosis Tingkat 1 Dosis Tingkat 2 Dosis Tingkat 3 Kontrol Negatif P e rsen ta se Da y a A n a lg e ti k Parasetamol 65mg/kgBB Dosis 0,25g/kgBB Dosis 0,5g/kgBB Dosis


(26)

26

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah naga daging merah mempunyai daya analgetik pada dosis 0,2; 0,5, dan 1 g/kgBB dengan daya proteksi sebesar 42,76±2,04%, 49,32±1,42%, dan 61,38±1,37%.

B. Saran

Saran pada penelitian ini adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa yang berperan aktif dalam aktivitas analgetik.

2. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang efek analgetik ekstrak kulit buah naga daging merah dengan penyari lain.


(27)

27

DAFTAR PUSTAKA

Azizah S, T., Hayuningtyas, R., & Purwatiningsih, 2007, Efek analgetik ekstrak etanol daun mindi (Melia azedarach L.) pada mencit putih jantan galur swiss.

Pharmacon, 8, 13–17.

Alit S., Suma A, M., & Dharmayuda, O., 2013, identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Buah Naga Putih dan Pengaruhnya Terhadap Glukosa Darah Tikus Diabetes. Indonesia Medicus Veterinus, 2(2), 151–161.

Anief,M., 1996, Penggolongan Obat: berdasarkan khasiat dan penggunaan (pp. 9–10),Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi 3, Jakarta.

Ditjen, POM., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi I,

10-12, Jakarta, Departemen Kesehatan Indonesia.

Division of Dockets Management, 2014, Guidance for Industry Analgesic Indications: Developing Drug and Biological Products Guidance for Industry Analgesic Indications: Developing Drug and, (February). Retrievedfrom

http://www.fda.gov/downloads/drugs/guidancecomplianceregulatoryinfor mation/guidances/ucm384691.pdf

Edijanti, G., Chodidjah, & Susanto, H., 2011, Uji Efektifitas Analgetik Madu pada Tikus dengan Metoda Geliat Asetat, 3(1), 48–53.

Eko P, T., 2013, Terapi Farmakologi Nyeri Neuropatik Pada Lanjut Usia. Jurnal Ilmiah Kedokteran MEDICINA, 44, 37–43.

Foong, J., Hon, W., & Ho, C., 2012, Bioactive Compounds Determination in Fermented Liquid Dragonfruit ( Hylocereus polyrhizus ),Borneo Science, (September), 31–48.

Ganiswara, S.,1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi (4th ed., pp. 207–215),Jakarta,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Goodman dan Gilman., 2008, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 1,diterjemahkan oleh Amalia Hanif.,et al.,Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Gunawan, S.G., Setiabudi, R., Nafrialdi, Elysabeh, editor, 2008, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departeme Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.


(28)

28

Guyton, A.C., 1991, Fisiologi Manusia dan MekanismePenyakit, Edisi III, 443, EGC , Jakarta.

Hyland, P., Hougton, P., & Bisset, N,1991, Some Current Trend in Medical Plant Research. In The Medical Plant Industry (pp. 115–116),Florida,CRC-Press. Kunnika, S dan Pranee, A., 2011, Influence of enzyme treatment on bioactive

compounds and colour stability of betacyanin in flesh and peel of red dragon fruit Hylocereus polyrhizus ( Weber ) Britton and Rose, International Food Research Journal,18(4), 1437–1448.

Kusmayadi A dan Sukandar D., 2009, Food Safety and It's Application in Daily Life to Prevent Dangers of Consuming Unsafe Food and Promote SPFS Farmer's Healty.

Lelo, A., 2004. Penggunaan Anti-Inflamasi Non-Steroid Yang Rasional Pada Penanggulangan Nyeri Rematik, e-USU Repository Universitas Sumatra Utara, 1–9.

Manitto, P., 1992, Biosintesis Produk Alami,K..Soemardiyah, Ed.,p. 350 dan 404,Semarang,IKIP Semarang.

Markham,K.R., 1988, Cara mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung

Ponggele, R. M., Wuisan, J.,Najoan.,J, 2013, Uji efek analgetik ekstrak kulit manggis( Graciniamangostana L . ) pada mencit swiss ( Mus muscullus ), 3– 9, Universitas Sam Ratulangi.

Pudjiastuti., et al, 1989, Di dalam Goenarwo, E., Chodijah., Susanto, H., Uji Efektifitas Analgetik Madu pada Tikus dengan Metoda Geliat Asetat, Universitas Sultan Agung.

Prasetya,H., 2013, Saktinya Buah naga dan Delima tangkal penyakit-penyakit mematikan, FlashBooks, Jogjakarta.

Rauen, U & Groot, H. de, 2009, Tissue injury by reactive oxygen species and the protective effects of flavonoids. Fundamental & Clinical Farmacology,

12(3), 249–376. doi:10.1111/j.1472-8206.1998.tb00951.x

Reynertson, 2007, Di dalam Sutrisna,E.M., Uji efek antiinflamasi ekstrak etil asetat buah semu jambu mete (Anacardium occidentale L.) terhadap edema pada kaki tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur wistar yang diinduksi karagenin. Biomedika 2:33-37.


(29)

29

Saneto,Budi, 2001, Karakterisasi kulit buah naga merah (H.polyrhizus), Agrika, Volume 2, Nomor 2.

Siswandono, & Soekarjo, B., 2000, Kimia Medisinal (1st ed., pp. 283– 308),Surabaya,Airlangga University Press.

Sukandar,e.Y., Andrajati,R., Sigit,J.I., Adyana,I.K., Setiadi,A.A., dan Kusnandar., 2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta, ECG.

Timmerman,H., 1997, New Prespectivefor Anti Inflamatory Drugs,10,Editor Suwijo Pramono,Aditya Medica,Jakarta

Tjay, T.H., Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting (Khasiat penggunaan dan efek-efek sampingnya), Edisi V, Cetakan Kedua, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, hal 259-296.

Turner,R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacological, 112-116, Academic Press, New York

Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 559-564, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.


(30)

30


(31)

31

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.656 4 20 .022

Tests of Normalityb

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

geliat kelompok negatif .201 5 .200* .978 5 .925

dosis 1 .187 5 .200* .955 5 .776

dosis 2 .229 5 .200* .956 5 .777

dosis 3 .247 5 .200* .954 5 .767

a. Lilliefors Significance Correction


(32)

32 Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok N Mean Rank

dayaanalgetik kelompok negatif 5 3.00

kelompok positif 5 8.00

dosis 0.2 5 13.00

dosis 0.5 5 18.00

dosis 1 5 23.00

Total 25

Test Statisticsa,b

dayaanalgetik

Chi-Square 23.265

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test pok positif. It has been omitted.


(33)

33

Test Statisticsa,b

dayaanalgetik

Chi-Square 23.265

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

dayaanalgetik kelompok negatif 5 3.00 15.00

kelompok positif 5 8.00 40.00

Total 10


(34)

34 dayaanalgetik

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.795

Asymp. Sig. (2-tailed) .005

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.


(1)

29

Saneto,Budi, 2001, Karakterisasi kulit buah naga merah (H.polyrhizus),

Agrika,

Volume 2, Nomor 2.

Siswandono, & Soekarjo, B., 2000,

Kimia Medisinal (1st ed., pp. 283

308),Surabaya,Airlangga University Press.

Sukandar,e.Y., Andrajati,R., Sigit,J.I., Adyana,I.K., Setiadi,A.A., dan Kusnandar.,

2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta, ECG.

Timmerman,H., 1997,

New Prespectivefor Anti Inflamatory Drugs,10,Editor

Suwijo Pramono,Aditya Medica,Jakarta

Tjay, T.H., Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting (Khasiat penggunaan dan

efek-efek sampingnya), Edisi V, Cetakan Kedua, PT. Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia, Jakarta, hal 259-296.

Turner,R.A., 1965,

Screening Methods in Pharmacological,

112-116, Academic

Press, New York

Voigt, R., 1995,

Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 559-564,

Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.


(2)

30


(3)

31

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. 3.656 4 20 .022

Tests of Normalityb

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. geliat kelompok negatif .201 5 .200* .978 5 .925

dosis 1 .187 5 .200* .955 5 .776 dosis 2 .229 5 .200* .956 5 .777 dosis 3 .247 5 .200* .954 5 .767 a. Lilliefors Significance Correction


(4)

32

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok N Mean Rank dayaanalgetik kelompok negatif 5 3.00

kelompok positif 5 8.00 dosis 0.2 5 13.00 dosis 0.5 5 18.00 dosis 1 5 23.00 Total 25

Test Statisticsa,b

dayaanalgetik Chi-Square 23.265

df 4

Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test


(5)

33

Test Statisticsa,b

dayaanalgetik Chi-Square 23.265

df 4

Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks dayaanalgetik kelompok negatif 5 3.00 15.00

kelompok positif 5 8.00 40.00 Total 10


(6)

34

dayaanalgetik Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

Z -2.795

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.