Persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 terhadap pola asuh orang tua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA
Ivone Damayanti Dumanauw, 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta tahun Ajaran 2011- 2012 terhadap pola pengasuhan orang
tua, (2) Mengidentifikasi kualitas- kualitas butir dominan dalam pola asuh otoriter
dan permisif, (3) Mengetahui profil skor setiap siswa kelas VII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta Tahun ajaran 2011/ 2012 dari pola asuh demokratis, otoriter dan permisif
dalam upaya mengidentifikasi subyek yang direkomandasikan mendapat layanan
konseling kelompok.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Pola asuh Orang Tua dengan
jumlah 60 item. Aspek-aspek pola asuh orang tua adalah demokratis, otoriter, dan
permisif. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3Yogyakarta
tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 90 siswa yang terdiri dari empat kelas yaitu, VIIIA
20 siswa, VIIIB 22 siswa, VIIIC 23 siswa, dan VIIID 25 siswa.
Hasil penelitian adalah (1) siswa memiliki persepsi kuat terhadap pola asuh
demokratis dengan frekuensi tinggi (92,22%), persepsi lemah terhadap pola asuh

otoriter dengan frekuensi tinggi (65,56%), dan persepsi lemah terhadap pola asuh
permisif dengan frekuensi tinggi (73,33%). (2) Terdapat 6 butir dominan untuk pola
asuh otoriter dan 5 butir dominan untuk pola asuh permisif. (3) Terdapat 10 siswa
yang memiliki rata- rata skor sama antara pola asuh permisif dan otoriter dan 9 siswa
yang memiliki rata- rata skor sama antara ketiga pola asuh.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THE VIII GRADE STUDENT’S PERCEPTION TOWARD THEIR UPBRINGING
OF BOPKRI 3 JUNIOR HIGH SCHOOL
ACADEMY YEAR 2011/2012
Ivone Damayanti Dumanauw, 2012
This research aim at (1) knowing the perception of the VIII grade of junior
high school students of BOPKRI 3 Yogyakarta, Academic Year of 2011/2012 toward
parent’s upbringing model. (2) Identifying yhe quality of dominant items in the
pattern of otritarian and permissive upbringing pattern. (3) Knowing the score profile
of each students of the VIII Grade of BOPKRI 3 Junior High School Yogyakarta,

toward democratic, otoritatian, and permissive upbringing pattern in the ettempt of
identifying the recommended subjects to get group counseling service.
The research instrument use is a 60 item questionnaire on parnts upbringing
style. The aspects of upbringing style is cover to the democratic, otoritarian, and
permissive. The subject of the research are 90 students of grade VIII BOPKRI 3
Junior High School Yogyakarta, Academic Year of 2011/2012. The students are from
4 class, VIII A consists of 20 students, VIII B consists of 22 students, VIII C consists
of 23 students, and VIII D consists of 25 students.
The study shows that (1) students have story perception toward democratic
upbringing style with the high frequency of 92,22%, weak perception toward
otoritarian upbringing style with 65,56% and weak perception toward permissive
upbringing style with 73,33%. (2) There are 6 dominant items in the otoritarian
upbringing style and 5 dominan items in the permissive upbringing style. (3) There
are 10 students having similar average score on permissive and otoritarian upbringing
and 9 students having the same average score of the upbringing style.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

OL E H:
Ivone Damayanti Dumanauw
NIM: 071114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

OL E H:
Ivone Damayanti Dumanauw
NIM: 071114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2012
i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Cast your cares on The Lord and he will sustain you, He will never let the rigtheous fall.”
(Psalm 55: 22 NIV)
“Face the day with GOD Before facing the challenges of the day”
( Anonim )


“FAITH is not the belief that GOD will do what i want… It’s the belief that GOD will do
what is RIGHT.”
(Anonim)
“Mengucap syukurlah dalam segala hal”
(My Self)

Hal yang paling penting adalah bagaimana saya dapat belajar dalam setiap proses
yang boleh saya lewati dalam studi saya dan saya percaya segala tulisan dari awal
hingga akhir adalah wujud nyata KASIH ALLAH pada saya….

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kupersembahkan Karyaku ini untuk :
Bapa dan sahabatku, Yesus Kristus. Terima kasih untuk segala
cinta kasih yang selalu Kau berikan dalam hidupku. Terima kasih telah
membuatku belajar dan mengerti banyak hal. Terima kasih mau
mengangkat dan mengampuniku. Segala puji dan hormat hanya
bag i E n gk au . .

Papa, Ibu, dan kakakku yang menjadi sumber inspirasiku
dalam menulis karya ini, yang mengajariku betapa penting arti
kehangatan keluarga, yang membuatku mengerti arti dari kasih
sayang yang tulus. Keluarga yang luar biasa yang boleh Tuhan
berikan bagiku. Karyaku ini adalah salah satu bentuk ucapan
syukurku atas keluargaku.
Sahabat, teman baik dan saudaraku yang senantiasa
menerimaku dan memberikan semangat dalam menyelesaikan
karyaku ini.. Marita, Iriene, Ling- ling, Lisa, Adin, Daniel, Titi, Mbak
Suksma, kakak-kakak AID, Cha- Cha, Tika, Hesti, para sepupu yang
luar biasa, para Pakdhe- budhe, Om- tanteku, Omaku… kalian selalu
menjadi Guardian Angelku.

Ini hanya akan menjadi sebuah karya tulis yang kurang berarti
bila di dalam proses penulisannya aku hanya berdiri sendiri.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Maret 2012
Penulis

Ivone Damayanti Dumanauw

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama


: Ivone Damayanti Dumanauw

Nomor Mahasiswa

: 071114016

Dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul :
PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 TAHUN AJARAN 2011/ 2012
TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam

bentuk

media

lain,


mengelolanya

dalam

bentuk

pangkalan

data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 15 Maret 2012
Yang menyatakan

(Ivone Damayanti Dumanauw)

vii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA
Ivone Damayanti Dumanauw, 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta tahun Ajaran 2011- 2012 terhadap pola pengasuhan orang
tua, (2) Mengidentifikasi kualitas- kualitas butir dominan dalam pola asuh otoriter
dan permisif, (3) Mengetahui profil skor setiap siswa kelas VII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta Tahun ajaran 2011/ 2012 dari pola asuh demokratis, otoriter dan permisif
dalam upaya mengidentifikasi subyek yang direkomandasikan mendapat layanan
konseling kelompok.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Pola asuh Orang Tua dengan
jumlah 60 item. Aspek-aspek pola asuh orang tua adalah demokratis, otoriter, dan
permisif. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3Yogyakarta
tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 90 siswa yang terdiri dari empat kelas yaitu, VIIIA
20 siswa, VIIIB 22 siswa, VIIIC 23 siswa, dan VIIID 25 siswa.
Hasil penelitian adalah (1) siswa memiliki persepsi kuat terhadap pola asuh
demokratis dengan frekuensi tinggi (92,22%), persepsi lemah terhadap pola asuh
otoriter dengan frekuensi tinggi (65,56%), dan persepsi lemah terhadap pola asuh
permisif dengan frekuensi tinggi (73,33%). (2) Terdapat 6 butir dominan untuk pola
asuh otoriter dan 5 butir dominan untuk pola asuh permisif. (3) Terdapat 10 siswa
yang memiliki rata- rata skor sama antara pola asuh permisif dan otoriter dan 9 siswa
yang memiliki rata- rata skor sama antara ketiga pola asuh.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THE VIII GRADE STUDENT’S PERCEPTION TOWARD THEIR UPBRINGING
OF BOPKRI 3 JUNIOR HIGH SCHOOL
ACADEMY YEAR 2011/2012
Ivone Damayanti Dumanauw, 2012
This research aim at (1) knowing the perception of the VIII grade of junior
high school students of BOPKRI 3 Yogyakarta, Academic Year of 2011/2012 toward
parent’s upbringing model. (2) Identifying yhe quality of dominant items in the
pattern of otritarian and permissive upbringing pattern. (3) Knowing the score profile
of each students of the VIII Grade of BOPKRI 3 Junior High School Yogyakarta,
toward democratic, otoritatian, and permissive upbringing pattern in the ettempt of
identifying the recommended subjects to get group counseling service.
The research instrument use is a 60 item questionnaire on parnts upbringing
style. The aspects of upbringing style is cover to the democratic, otoritarian, and
permissive. The subject of the research are 90 students of grade VIII BOPKRI 3
Junior High School Yogyakarta, Academic Year of 2011/2012. The students are from
4 class, VIII A consists of 20 students, VIII B consists of 22 students, VIII C consists
of 23 students, and VIII D consists of 25 students.
The study shows that (1) students have story perception toward democratic
upbringing style with the high frequency of 92,22%, weak perception toward
otoritarian upbringing style with 65,56% and weak perception toward permissive
upbringing style with 73,33%. (2) There are 6 dominant items in the otoritarian
upbringing style and 5 dominan items in the permissive upbringing style. (3) There
are 10 students having similar average score on permissive and otoritarian upbringing
and 9 students having the same average score of the upbringing style.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Persepsi Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012 terhadap Pola Asuh Orang Tua dan
Implikasinya pada Tema Layanan Konsultasi.”. Penyusunan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini.
Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun semua
pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri penulis.
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang
telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan kepada
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.

Dr. Gendon Barus, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dan
dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk membimbing serta memotivasi penulis dalam proses penulisan skripsi ini
sampai selesai. Bapak adalah inspirator saya.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.

Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan
selama ini sehingga berguna bagi penulis.

3.

Bapak Paryadi, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan uji coba dan
penelitian kepada para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

4.

Bapak Catur Suryo Nugroho S.Psi. dan Ibu Tri Nurjayanti, S.Pd. Guru
Bimbingan dan Konseling SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah membantu
penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap para siswa kelas
VIII.

5.

Para Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah berpartisipasi
dalam proses pengumpulan data.

6.

Papa (Johny N.M. Dumanauw), Ibu (Endah Siniwiwati) dan kakakku (Arya
Andika D.) yang menjadi inspirasi dan motivator terbaikku. I love you all.

7.

Keluarga besarku di Yogyakarta, Kartasura, Salatiga, NTT. Terima kasih untuk
kiriman doa dan semangatnya.

8.

Saudara- saudariku di Bible Pemuda 12, KOMPA, AID, Gupita Prana, Konco
Plastik, Semut Hitam. Terima kasih telah menjadi komunitas terbaikku, yang
mendukungku untuk tetap bertumbuh ke arah yang positif.

9.

Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2007 yang
selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses
xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penulisan skripsi. Teman- teman yang selalu ada untukku Tika, Cha- cha, Ira,
Hesti, Asti, Erot, Kichung, Warih, terima kasih telah mewarnai hariku.
10. Dimas Dwinanda Prasetya, terima kasih telah menjadi motivator dalam
menuntaskan jenjang pendidikanku.
11. Yuan Probo Krida Prastya, terima kasih telah menjadi motivator untuk
menyelesaikan skripsiku ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 15 Maret 2012
Penulis

Ivone Damayanti D.

x ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………..
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………….
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................
ABSTRAK……………………………………………………………...
ABSTRACT.............................................................................................
KATA PENGANTAR…………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………
DAFTAR TABEL……………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah…………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….
D. Manfaat Penelitian…………………………………………..
E. Definisi Operasional…………………………………………
BAB II KAJIAN TEORITIS…………………………………………..
A. Persepsi...................................................................................
B. Pola Asuh Orang Tua..............................................................
C. Peran Orang Tua dan Sekolah terhadap Perkembangan Anak
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………
A. Jenis Penelitian……………………………………………
B. Subyek Penelitian…………………………………………
C. Instrumen Penelitian………………………………………
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data………………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………
A. Hasil Penelitian.......................................................................
B. Pembahasan …………………………………………………
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………
B. Saran………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………………

xiii

i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
ix
x
xiii
x iv
xv
x vi
1
1
5
5
6
8
9
8
16
26
35
35
35
37
46
50
50
59
85
85
89
91
93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data Populasi Penelitian......................................................
Tabel 2 : Kisi- kisi kuesioner..………………………………………
Tabel 3 : Kriteria Guilford………………………………………….
Tabel 5 : Penggolongan dalam dua Kategori……………………….
Tabel 6 : Penggolongan Pola Asuh Demokratis……….....................
Tabel 7 : Penggolongan Pola Asuh Otoriter………………………...
Tabel 8 : Penggolongan Pola Asuh Permisif.......................................
Tabel 9 : Penggolongan butir dalam dua kategori……………………
Tabel 10: Butir Kualitas dominan Aspek otoriter………………………
Tabel 11: Butir Kualitas dominan Aspek Permisif……………………..
Tabel 12: Profil Subyek Penelitian Pola Asuh Orang Tua……………

x iv

37
41
45
48
51
51
52
54
54
55
56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 : Proses Persepsi……………………………..............

xv

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7

:
:
:
:
:
:
:

Data Hasil Uji Validitas Kuesioner………………………… 93
Data Hasil Penghitungan Reliabilitas Kuesioner...………… 95
Tabulasi hasil Uji coba…………………………………….. 98
Kuesioner Penellitian………………………………………. 101
Tabulasi Skor Tiap Aspek Pola Asuh Orang Tua.................. 105
Surat Pengantar Uji Coba dan Penelitian …………….….… 113
Surat Keterangan Penelitian……..…………………….…… 114

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini memuat latar belakang pemilihan judul, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah
“Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki. Jika anak
dibesarkan dengan permusuhan, maka ia akan belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan
dengan cemoohan, maka ia akan belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan
penghinaan, maka ia akan belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan
toleransi, maka ia akan belajar mengendalikan diri. Jika anak dibesarkan dengan
motivasi, maka ia akan belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan kelembutan,
maka ia akan belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia akan
belajar percaya. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia akan belajar
menghargai diri sendiri. Jika anak dibesarkan dengan persahabatan dan kasih sayang,
maka ia akan belajar menemukan kasih dalam kehidupannya” (Dorothy Law Nolte).
Daniel Goleman penulis buku laris Kecerdasan Emosional yang telah
diterjemahkan kembali oleh T. Hermaya (1996:268) menulis bahwa keluargalah
tempat pertama kali seseorang belajar untuk mengenal bentuk fisik, kepribadian,
pemikiran dan perasaan orang lain. Keluarga pula tempat pertama kali seseorang
belajar bagaimana dia dikenal orang lain. Di dalam proses mengenal dan dikenal di
lingkungan keluarga ini, seringkali terjadi benturan yang melibatkan emosi
pelakunya. Cara-cara mengatasi benturan-benturan yang terjadi di

lingkungan

keluarga inilah yang menjadi dasar pembelajaran untuk mengatasi masalah di
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

lingkungan yang lebih besar. Di dalam sebuah keluarga ada dua generasi, yaitu orang
tua dan anak yang saling mempengaruhi. Dua generasi ini harus saling bekerja sama
untuk mencapai kebutuhan tertinggi, yaitu kebahagian. Pengertian kebahagiaan
sangat beragam dan subjektif. Konsep bahagia menurut orang tua boleh jadi beda
menurut anak. Dalam hal ini, orang tua mempunyai cara sendiri dalam mendidik anak
mereka untuk mencapai kebahagiaan. Anak- anakpun mencapai kebahagiaan dengan
cara mereka sendiri. Di sinilah sering terjadi konflik antara orang tua dan anak,
karena baik anak maupun orang tua memiliki standar dan cara sendiri untuk
mencapai tujuan yang secara umum disebut dengan kebahagiaan.
Pada dasarnya tidak ada orang tua di dunia ini yang menginginkan anaknya
tidak bahagia dan tidak ada seorang anakpun yang ingin menyakiti atau
menyengsarakan orangtua. Tetapi terkadang jalan yang ditempuh baik oleh orang tua
maupun anak berbeda. Perbedaan akan tampak semakin mencolok ketika anak- anak
mencapai tahap kehidupan remaja yaitu anak- anak yang berusia 12 atau 13 tahun
sampai dengan 19 tahun. Di masa ini remaja sedang mencari jati diri agar eksistensi
mereka diakui. Sementara di waktu yang sama mereka sedang menghadapi
kebingungan dalam menghadapi perubahan fisik dan emosional dari masa anak ke
dewasa. Cara- cara mencari jati diri dan kebingungan menempatkan diri inilah yang
terkadang bertentangan dengan norma atau standar yang dianut oleh orang tua.
Media massa sering memberitakan mengenai remaja yang mengkonsumsi
narkoba sampai tindak pembunuhan, semua tindakan tersebut dapat digolongkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

sebagai kenakalan remaja. Salah satu penyebab hal tersebut adalah hubungan anak
dan orang tua yang kurang harmonis.
Namun, pada hakikatnya orang tua tetap memiliki harapan agar anak- anak
mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik dan tidak terjerumus dalam
perilaku yang merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Menyadari
banyaknya tuntutan dan harapan dari orang tua Gunarsa (2004:130) mengemukakan
bahwa remaja memerlukan pengertian dari orang lain yang ada di sekitarnya terutama
orang tua. Melalui pandangan humanistik, orang tua belajar untuk memiliki empati
pada anak mereka, belajar merasakan apa yang dirasakan oleh anak ketika
membutuhkan perhatian dan merasa kekurangan kasih sayang, sehingga orang tua
dapat lebih menyadari dan memenuhi kebutuhan anak.
Orang tua menempati posisi penting dalam pembentukan pola dan sikap
perilaku anak. Orang tua sebagai pendamping perkembangan anak berperan
meletakkan dasar-dasar kepribadian anak. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua
akan ditiru oleh anak. Anak cenderung mengadopsi apa yang ia lihat setiap hari. Pola
perilaku orang tua merupakan model

dalam proses belajar anak. Setiap anak

memiliki persepsi berbeda mengenai pola asuh orang tua mereka, karena setiap orang
tua memiliki cara mereka masing- masing. Pola asuh yang beragam ini menyebabkan
anak- anak tumbuh dengan perilaku yang beragam dan cenderung sesuai dengan apa
yang diterapkan oleh orang tua mereka. Perilaku anak yang diulang secara terus-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

menerus akan menjadi suatu kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter atau
kepribadian anak.
Pola orang tua saat mengasuh anak menjadi dasar yang kuat terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Layanan bimbingan pribadi sangat diperlukan
dalam prosaes atau tahap perkembangan anak, salah satunya dalam rangka
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan (Santoadi, Fajar. 2006:12).
Penelitian ini dipusatkan di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Dari hasil
pengamatan dan observasi peneliti pada saat mengikuti kegiatan non akademis di luar
jam pelajaran serta wawancara pada guru pembimbing, peneliti mendapatkan fakta
bahwa kebanyakan siswa memiliki masalah keluarga. Mereka cenderung masih sulit
atau takut meyampaikan pendapat pada orang tua, merasa tidak dimengerti tentang
kebutuhannya. Hal ini tampak dari sebagian siswa yang sering melanggar aturan
sekolah, bersikap selengekan, sulit menyampaikan pendapat, serta datang pada guru
pebimbing untuk berbagi permasalahan mengenai relasi mereka dengan kedua orang
tua mereka. Selain hal tersebut fakta di sekolah membuktikan bahwa persepsi siswa
mengenai pola asuh orang tua masih sangat beragam. Peneliti menduga bahwa
persepsi setiap siswapun cenderung beragam pula, setiap waktu. Alasan inilah yang
mengantarkan peneliti untuk membuktikan secara ilmiah bagaimana sesungguhnya
persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Sehubungan dengan fakta tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji Persepsi
Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012 terhadap
Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya pada Tema Layanan Konsultasi.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin dijawab
adalah :
1.

Bagaimana persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
tahun Ajaran 2011/ 2012 terhadap pola pengasuhan orang tua ?

2.

Butir- butir pengasuhan mana yang teridentifikasi dominan pada pola
asuh demokratis, otoriter dan permisif ?

3.

Bagaimana profil skor setiap siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta Tahun ajaran 2011/ 2012 dari ketiga pola asuh dalam
upaya mengidentifikasi subyek yang direkomandasikan mendapat
layanan konseling kelompok ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.

Mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
tahun Ajaran 2011- 2012 terhadap pola pengasuhan orang tua.

2.

Mengidentifikasi butir-butir pengasuhan mana yang teridentifikasi
dominan pada pola asuh otoriter dan permisif .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.

6

Mengetahui profil skor setiap siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta Tahun ajaran 2011/ 2012 dari ketiga pola asuh dalam
upaya mengidentifikasi subyek yang direkomandasikan mendapat
layanan konseling kelompok.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan sumbangan bagi mahasiswa mengenai
gambaran persepsi siswa terhadap pola pengasuhan orang tua mereka dan
potensi masalah yang berdampak pada siswa. Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti juga ingin memberikan sumbangan pengetahuan mengenai profil
siswa yang dapat direkomendasikan untuk mengikuti layanan konseling
kelompok terkait dengan hasil skor yang dicapai siswa.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan
layanan konseling kelompok dan pemahaman mengenai ketiga pola
asuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

b. Bagi Orang Tua
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi tentang pola
asuh orang tua dan inspirasi dalam menerapkan pendidikan karakter
anak.
c. Bagi Siswa
Melalui bimbingan dan kosneling kelompok siswa mampu
mengembangkan diri secara maksimal.
d. Bagi Guru Mata Pelajaran
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Guru Mata Pelajaran agar
guru semakin mampu mengupayakan pembelajaran yang mengarah
perkembangan terbaik siswa di kelas.
e. Bagi peneliti
Peneliti mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian serta
belajar

berpikir

kritis

dalam

menjawab

persoalan-persoalan

khususnya dalam pola pengasuhan orang tua di rumah pada siswa
kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012.
f. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain sebagai referensi jika
penelitiannya berkaitan dengan topik ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

E. Definisi Operasional
1. Persepsi adalah suatu proses menerima, memahami, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui panca
inderanya sehingga individu tersebut dapat meyadari dan memaknainya.
Dalam penelitian ini persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses memahami
aspek- aspek Pola asuh orang tua terhadap siswa kelas VIII.
2. Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 adalah
seluruh peserta didik kelas VIII yang tercatat sebagai siswa kelas VIII SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta pada tahun ajaran 2011/2012.
3. Orang tua adalah ayah dan ibu kandung atau wali yang menyekolahkan anakanaknya di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dan tinggal bersama anak tersebut.
4. Pola pengasuhan orang tua adalah bentuk- bentuk perlakuan orang tua dalam
mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak.
5. Butir dominan merupakan item- item yang memiliki skor tinggi untuk aspek
permisif dan otoriter serta skor rendah untuk aspek demokratis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam Bab ini peneliti akan memperjelas pemahaman mengenai aspek- aspek
yang berkaitan dengan Topik penelitian. Landasan teori ini meliputi : pembahasan
terhadap persepsi, pola asuh orang tua, peran serta orang tua dan sekolah dalam
perkembangan pribadi anak.
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Dimyati (1989:41) berpendapat bahwa persepsi adalah menafsirkan
stimulus yang telah ada dalam otak. Bimo Walgito (1994:53) menyatakan
persepsi sebagai suatu proses yang didahului penginderaan yang kemudian
diteruskan ke pusat susunan syaraf sehingga terjadi proses psiksis sehingga
individu menyadari stimulus. Jallaludin (1986:64) menyatakan persepsi
sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan- hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Davidoff (dalam Bimo Walgito, 1994:53) menyatakan persepsi
sebagai stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterupsikan sehingga individu menyadari, mengerti, tentang apa yang
diindera.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Sarlito Wirawan (1992:4) berpendapat bahwa persepsi adalah
sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf
yang kebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objekobjek.
Berdasarkan seluruh pendapat tersebut peneliti menyimpulkan
persepsi sebagai suatu proses menerima, memahami, mengorganisasikan, dan
menginterpretasikan suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui panca
indera sehingga individu tersebut dapat menyadari dan memaknainya.

2. Jenis Persepsi
Walgito (1997) menyatakan ada beberapa jenis persepsi yaitu persepsi
melalui indera pendengaran, persepsi melalui indera penglihatan, persepsi
melalui indera penciuman, persepsi melalui indera pengecap, persepsi melalui
indera kulit atau perasa.
Menurut Irwanto (1997) ada dua jenis persepsi yaitu :
a. Persepsi Positif
Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan
tanggapan yang selaras dengan objek persepsi yang diteruskan
dengan upaya pemanfaatannya.
b. Persepsi Negatif
Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan
tanggapan yang tidak selaras dengan objek persepsi. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

akan diteruskan dengan kepastian menerima atau menolak dan
menentang segala usaha objek yang dipersiapkan.

3. Tahap- Tahap Persepsi
Terdapat dua tahap persepsi (David O. Sears, 1999: 18), yaitu :
a. Tahap pertama adalah pemusatan perhatian pada rangsang
menyolok (figure) dan yang lain sebagai latar belakang (ground).
Biasanya rangsangan yang berwarna, bergerak, bersuara,
unik, dekat,

merupakan figure, sedangkan rangsangan yang

lembut, tidak menarik, tidak bergerak, tidak bersuara, umum, jauh,
merupakan ground. Misal : Perhatian kita biasanya tertuju pada
seorang ibu yang memerahai anaknya di depan teman- teman si
anak daripada melihat ibu yang sedang duduk menunggui anaknya
bermain.
b. Tahap kedua adalah mengorganisasikan dan menginterpretasikan
objek secara spontan.
Proses persepsi diawali adanya stimulus yang diungkap
setelah reseptor. Setelah menangkap stimulus tersebut selanjutnya
manusia

akan

cenderung

mengorganisasikan

da

menginterpretasikan objek secara spontan. Misal : pada saat
melihat sekelompok anak- anak berseragam dan sedang tertunduk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

bersama orang dewasa, kita cenderung berpikir bahwa anak- anak
tersebut adalah anak- anak yang sedang dimarahi oleh gurunya.

4. Proses Persepsi
Bimo Walgito (1994: 54) menuliskan proses terjadinya persepsi
sebagai berikut :
Objek menimbulkan stimulus. Stimulus mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus yang diterima oleh reseptor dilanjutkan oleh syaraf sensoris
ke otak. Kemudian otak memproses stimulus tersebut sehingga individu dapat
menyadari dan memaknai apa yang ia terima sebagai suatu akibat dari
stimulus yang diterimanya (objek persepsi).
Proses ini akan lebih jelas terlihat melalui bagan di bawah ini :

Bagan Proses Persepsi

OBYEK /
PERISTIWA

STIMULUS

RESEPTOR

PERSEPSI

OTAK

SYARAF
SENSORIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

6. Pengertian Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua
Menurut Hurlock (1990) perlakuan terhadap seorang anak oleh orang tua
mempengaruhi bagaimana anak itu memandang, menilai, dan mempengaruhi
sikap anak tersebut terhadap orang tua serta mempengaruhi kualitas hubungan
yang berkembang di antara mereka. Selain mengalami pertumbuhan fisik, seorang
anak juga mengalami perkembangan dalam hal intelektual. Kemampuan
intelektual anak memungkinkan untuk menilai pengalaman dengan pandangan
yang baru. Cara memandang yang baru itu tidak hanya ditunjukkan pada
lingkungan sekitarnya saja, melainkan juga pada dirinya sendiri dan orang tuanya
(Gunarsa, 1991). Rakhmat (2001) mengatakan persepsi terhadap pola asuh
merupakan cara pandang anak terhadap pola asuh orang tua yang diterimanya,
sehingga apabila seorang anak yang mempersepsi pola asuh orang tuanya secara
positif menurut pengalaman yang diterima anak, maka hal ini cenderung dapat
menciptakan motivasi belajar yamg tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap
pola asuh orang tua adalah cara pandang anak terhadap orang tua dalam
memberikan penerapan pendidikan dan melakukan bimbingan pada anak-anaknya
dan menanamkan norma-norma yang ada, sehingga apabila seorang anak yang
mempersepsi pola asuh orang tuanya secara positif menurut pengalaman yang
diterima anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap pola asuh orang
tua
Hasil dari proses persepsi yang dilakukan oleh setiap individu berbeda
meskipun objeknya sama. Hal ini disebabkan karena faktor yang mempengaruhi
persepsi tersebut.
Walgito (1997) secara sederhana menyebutkan adanya faktor yang
mempengaruhi persepsi individu yaitu:
a. Faktor internal, adalah segala hal yang ada dalam diri seseorang
bersumber pada dua hal yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik
meliputi kesehatan badan, sedangkan kondisi psikis meliputi unsur
pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan motivasi yang dimiliki.
b. Faktor eksternal meliputi stimulus dan lingkungan, dimana proses
persepsi ini berlangsung, berupa unsur kejelasan stimulus serta
lingkungan atau situasi khusus yang melatar belakangi munculnya
stimulus.
Rakhmat (2001) berpendapat bahwa persepsi bisa dipengaruhi oleh:
a. Faktor personal (fungsional), bahwa menentukan persepsi bukan jenis
atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon
pada stimuli.
b. Faktor situasional (struktural), bahwa persepsi berasal dari sifat stimuli
fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Menurut Satiadarma (2001), persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
a. Pengalaman di masa lampau. Ingatan-ingatan seseorang pada masa lampau
berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi pada diri seseorang. Pengalaman
secara pribadi cenderung membentuk standar subjektif yang belum tentu
cocok dengan kondisi objektif pada saat berbeda, sehingga dapat
menimbulkan kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu.
b. Harapan. Harapan sering berperan terhadap proses interpretasi sesuatu, hal ini
sering disebut sebagai set. Set adalah suatu bentuk ide yang dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum munculnya stimulus. Apabila set itu terbentuk
sedemikian besarnya, maka pandangan seseorang akan dapat mengalami bias
dan menimbulkan kesalahan persepsi.
c. Motif dan kebutuhan. Seseorang akan lebih cenderung menaruh perhatian
terhadap hal-hal yang dibutuhkannya, dimana hal itu akan mengarah pada
tindakan atau perilaku yang didorong oleh motif kebutuhannya, sehingga
keadaan tersebut dapat menimbulkan kesalahan dalam persepsi seseorang.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi antara lain faktor internal, faktor eksternal, adanya
pengalaman seseorang dimasa lampau, harapan seseorang, serta motif dan kebutuhan
seseorang, dimana hal tersebut termasuk dalam faktor personal. Selain itu faktor yang
mempengaruhi persepsi adalah faktor situasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

B. Pola Pengasuhan Orang Tua
1. Pengertian Pola Pengasuhan Orang Tua
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat (Turmudji, 2003).
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama anak lahir,
dibesarkan, berkembang dan mengalami “proses menjadi” pribadi yang lebih
dewasa. Selama masa bayi dan anak- anak, fungsi dan tanggung jawab orang
tua adalah mengasuh, memelihara, menlindugi, dan melatih anak untuk
bersosialisasi. Seiring dengan terjadinya perubahan pada anak menuju remaja,
maka bergeser pula fungsi- fungsi keluarga sebagai danpak penyesuaian
dengan perkembangan dan kebutuhan- kebutuhan anak. Seperti yang
dikemukakan oleh Hurlock (1992: 131) bahwa dengan lebih mandirinya anak,
orang tua menganggap bahwa anaknya tidak lagi memerlukan perawatan dan
pelatihan sebesar sebagaimana ia masih bayi.
Ada empat unsur penting dalam pola pengasuhan orang tua
(Hurlock,1999: 85- 92), yaitu :
a. Peraturan
Peraturan adalah pola pengendalian tingkah laku yang
ditetapkan oleh orang tua dengan tujuan untuk membekali anak dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Contohnya, anak
tidak boleh mengambil mainan saudaranya tanpa izin si pemilik. Anak
akan dihukum/ dimarahi bila melakukan tindakan terlarang ini. Agar
peraturan itu diterima, diingat dan dimengerti oleh anak sehingga
peraturan itu berharga sebagai pedoman perilaku dan mengekang
perilaku yang tidk diinginkan.
b. Hukuman
Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran. Hukuman
yang diberikan harus konsisten sehingga anak itu mengetahui bahwa
kapan saja suatu peraturan dilanggar, hukuman itu tidak dapat
dihindarinya. Apapun bentuk hukuman yang diberikan penjelasan
mengenai alasan secara adil dan benar sehingga anak tidak akan
menginterpretasikannya sebagai “kejahatan” si pemberi hukuman.
c. Penghargaan
Penghargaan berarti bentuk pengakuan untuk suatu hal yang
baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa
kata- kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan
mempunyai nilai edukatif yang penting. Penghargaan berdampak pada
tebentuknya motivasi yang kuat bagi anak untuk melanjutkan
usahanya dan berperilaku sesuai dengan harapan. Jenis penghargaan
dapat berupa : pujian, senyuman, pelukan, hadiah dan perlakun
istimewa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

d. Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keajegan atau stabilitas. Harus ada
konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman
perilaku. Anak yang menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti
perilaku yang disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang
dilarang, akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk
menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang
disetuji oleh lingkungannya. Suatu tingkah laku anak yang dilarang
oleh orang tua pada waktu tertentu apabila dilakukan kembali pada
waktu yang lain. Harus ada konsistensi dalam hal- hal apa yang
mendatangkan pujian atau hukuman pada anak. Antara ayah dan ibu
harus ada kesesuaian dalam melarang atau memperbolehkan tingkah
laku tertentu, tentang apa yang baik dilakukan atau yang tidak baik
untuk dilakukan oleh anaknya.

2. Macam- macam Pola Pengasuhan Orang Tua
Pola pengasuhan orang tua dalam mendidik anak dapat bervariasi,
setiap ahli memiliki cara yang berbeda- beda dalam melihat pola pengasuhan
orang tua. Dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada tiga tipe pola
pengasuhan anak menurut Hurlock (1999: 93) yaitu : otoriter, permisif dan
demokratik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Ketiga tipe pola pengasuhan orang tua tersebut di atas dapat diperinci
sebagai berikut :
a. Pola Pengasuhan demokratik
Menurut Hurlock (1999: 93- 94) pola pengasuhan demokratik
menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu
anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Pola ini lebih
menekankan aspek edukatif daripada aspek hukumannya. Pola
pengasuhan demokratik menggunakan hukuman dan penghargaan
dengan penekanan yang lebih besar dari penghargaan.
Gunarsa (2004: 280) menambahkan bahwa orang tua dengan
pola pengasuhan demokratik selalu melibatkan anak dalam segala hal
yang berkenaan dengan diri anak tersebut. Orang tua mempercayai
penilaian dan pertimbangan dari anak serta mau berdiskusi dalam
mengambil keputusan yang berkaitan denga kebutuhan anak. Anakpun
belajar untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri, belajar
mendengarkan dan berdiskusi dengan orang tua. Dari sikap orang tua
tersebut maka harga diri dan kepercayaan diri anak berkembang
karena anak dihargai, anak tidak takut untuk melakukan sesuatu
karena anak dilatih untuk mengambil keputusan, anak memiliki
keyakinan diri yang mantap karena terbiasa dilatih untuk brtanggung
jawab dan orang tua menerima diri anak apa adanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Gunarsa (2004: 281) juga berpendapat bahwa anak yang
dibesarkan dengan pola pengasuhan demokratik akan merasakan
suasana rumah yang saling menghormati, penuh kehangatan dan
penerimaan. Dengan demikian, anak akan lebih menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Gunarsa dan Gunarsa (1986: 84) menambahkan
bahwa dengan cara demokratik ini, rasa tanggung jawab pada anak
akan berkembang sehubungan dengan tingkah lakunya

dan

selanjutnya dapat memupuk rasa percaya dirinya. Selain itu anak
cenderung lebih mandiri, tegas, ramah, mudah bekerja sama dengan
orang lain, mudah bergaul, dapat mengendalikan diri dan berkembang
secara optimal, hal ini dikarenakan kepercayaan dan sikap terbuka dari
orang tua ke anak dalam aktualisasi dirinya. Hal ini menjadi dasar
untuk hidup yang produktif.
Berdasar uraian di atas dapat di atas poa asuh tipe demokratik
memiliki ciri :
1) Menghargai anak sebagai pribadi yang mandiri.
2) Bekerja sama dalam membuat keputusan.
3) Menggunakan wewenang tapi terapannya bersifat membimbing.
4) Mendukung,

menerima,

bertanggung

jawab

dalam

mempertimbangkan berbagai alternatif tetapi tidak mendominasi
dari sudut pengertian oranng tua.
5) Mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

6) Hangat tetapi tegas.
7) Menempatkan nilai- nilai yang tinggi pada perkembanga
kemandirian dan pebgaturan diri sendiri.

b. Pola Pengasuhan Otoriter
Pola pengasuhan otoriter ditandai dengan peraturan yang keras
untuk memaksakan perilaku yang diinginkan oleh orang tua terhadap
anak. Tekniknya mencakup hukuman yang keras apabila terjadi
kegagalan memenuhi standar dan kurangnya persetujuan, pujian atau
penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan
orang tua. Pola pengasuhan otoriter selalu berarti mengendalikan
tingkah laku anak dengan kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman,
terutama hukuman badan. Bahkan setelah anak bertambah besar, orang
tua yang menggunakan pola otoriter yang kaku jarang mengendurkan
pengendaliannya terhadap tingkah laku anaknya. Mereka cenderung
tidak mendukung perilaku bebas anak dan melarang otonomi anak.
Orang tua tidak mendorong anak untuk dengan mandiri mengambil
keputusan- keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka.
Orang tua hanya mengatakan apa yang harus dilakukan dan tidak
menjelaskan mengapa hal tersebut perlu unuk dilakukan. Jadi anakanak kehilangan kesempatan untuk belajar mengendalikan perilaku
mereka sendiri. Dalam keluarga otoriter anak tetap dibatasi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

tindakan mereka dan keputusan- keputusan tentang permaslahan
mereka diambil oleh orang tua (Hurlock, 1999:93).
Gunarsa (2004: 280) menambahkan bahwa orang tua otoriter
juga tidak melakukan komunikasi yang baik dengan anak. Komunikasi
yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu dari orang tua ke
anak. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak menyebabkan
ketrampilan komunikasi anak menjadi kurang.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1986: 82) pada cara ototriter
ini orang tua menentukan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati
oleh anak, jika anak tidak memenuhi tuntutan orang tua anak akan
diancam dan dihukum. Dengan cara otoriter akan menjadikan anak
“patuh” di hadapan orang tuanya, tetapi di luar pengawasan orang tua
anak

dapat

memperlihatkan

reaksi-

reaksi

menentang

atau

melawannya karena anak merasa dipaksa dalam perkembangannya.
Gunarsa (2004: 280) berpendapat bahwa pola pengasuhan
otoriter ini sering kali membuat anak memberontak. Anak akan
bersikap bermusuhan kepada orang tua serta seringkali menyimpan
perasaan tidak puas terhadap dominasi orang tua bila orang tuanya
keras, tidak adil, dan tidak menunjukkan afeksi. Selain itu anak
menjadi kurang matang dan menjadi agresif bila orang tua menerapkan
hukuman fisik kepada anak. Kartono (1985: 97- 99) menambahkan
bahwa dengan cara otoriter ini, anak berkembang menjadi anak yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

canggung dalam pergaulan karena anak merasa tidak dapat
mengimbangi teman- temannya dalam banyak hal, sehingga anak
menjadi pasif dalam pergaulan, lama kelamaan anak akan memiliki
rasa rendah diri dan kehilangan kepercayaan diri. Selain itu anak takut
untuk membuka diri, selalu tegang, khawatir, bimbang, labil dan anak
tampak penurut tetapi perasaannya sering diliputi oleh kegelisahan dan
potensinya tidak dapat berkembang secara maksimal.
Berdasar uraian di atas dapat di atas poa asuh tipe demokratik
memiliki ciri :
1) Menuntut kepatuhan yang tinggi.
2) Kecenderungan suka menghukum dan kaku dalam disiplin.
3) Menuntut anak untuk menerima aturan dan standar yang
ditetapkan orang tua tanpa mempersoalkannya.
4) Cenderung untuk tidak mendukung perilaku bebas dan melarang
otonomi anak.
5) Membuat peraturan untuk mengendalikan perilaku anak.
6) Kurang hangat, kurang menerima dan menukung anak, membatasi
keterlibatan anak dalam membuat keputusan.
7) Mendesak anak untuk mematuhi perintah orang tua.
8) Berusaha mengendalikan perilaku dan sikap anak sesuai dengan
peraturan yang diterapkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

c. Pola Pengasuhan Permisif
Pola

pengasuhan

pe r m i s i f

biasanya

orang

tua

tidak

membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui oleh masyarakat
dan tidak menggunakan hukuman. Orang tua menganggap kebebasan
sama dengan membiarkan anak meraba- raba dalam situasi yang sulit
untuk dijalan oleh anak- anak sendiri. Anak sering tidak diberi batasbatas atau aturan- aturan yang mengatur apa saja yang boleh
dilakukan, mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan
berbuat sekehendak mereka sendiri (Hurlock, 1999: 93).
Orang tua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri
tata cara yang memberi batasan- batasan dari tingkah lakunya. Hanya
pada hal yang dianggap sudah keterlaluan oleh orang tua, barulah
orang tua bertindak mengendalikannya. Dalam pola permisif ini
pengawasan menjadi longgar. Anak telah terbiasa mengatur dan
menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya
keadaan seperti ini terdapat pada keluarga yang kedua orang tuanya
bekerja, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga tidak ada
waktu untuk mendidik anak dalam arti yang sebaik- baiknya. Karena
harus menentukan sendiri, maka perkembangan kepribadian anak
cenderung tidak terarah. Pada diri anak berkembang sifat egosentrik
yang terlalu kuat dan kaku menghadapi larangan- larangan yang ada
dalam lingkungan sosialnya (Gunarsa dan Gunarsa, 1986: 83).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Dari penjelasan di atas dalam pola pengasuhan permisif orang
tua cenederung membebaskan anak untuk melakukan apapun yang
mereka inginkan dan bersikap kurang tegas. Semua keputusan diambil
oleh anak tanpa pertimbangan dari orang tua, sehingga kecenderungan
anak tidak tahu apakah keputusan maupun tingkah lau yang diambil
tersebut benar atau salah. Pola permisif cenderung menempatkan
orang tua pada posisi pasif, dalam artian orang tua cenderung
membiarkan anak bersikap tanpa batasan, aturan, dan larangan yang
jelas. Hal ini menyebabkan anak yang tumbuh dalam pola asuh
keluarga yang permisif cenderung tampak kurang matang secara
sosial, mementingkan diri sendiri dan kurang percaya diri, ada juga
yang agresif, terutama anak yang tidak pernah ditegur atau dilarang
ketika anak bergaul dengan teman sebaya. Gunarsa (2004: 281)
menambahkan bahwa cara permisif ini menyebabkan anak tidak
memi