Pengaruh perhatian orang tua terhadap akhlak siswa kelas VIII di SMPI Yapkum Depok

(1)

Oleh :

IDA LAELA

NIM: 18100110000029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013/2014


(2)

Skripsi berjudul

Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Siswa

Kelas VIII di SMPI Yapkum Depok

disusun oleh Ida Laela, NIM.

18100110000029, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui

bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 26 Nopember 2014

Yang mengesahkan

Pembimbing,

Marhamah Saleh, Lc., MA.

NIP. 19720313 200801 2 010


(3)

Skripsi yang berjudul

Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak

Siswa Kelas VIII di SMPI Yapkum Depok

disusun oleh Ida Laela, NIM.

18100110000029, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan

lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 20 Januari 2015 di hadapan dewan

penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam

bidang Pendidikan Agama Islam.


(4)

Ida Laela. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Siswa Kelas

VIII di SMPI Yapkum Depok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara perhatian orang

tua terhadap akhlak siswa kelas VIII di SMPI Yapkum Depok. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif, merupakan penelitian yang dilakukan untuk

mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran umum tentang suatu

fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau andaian, dalam hal ini

dapat diartikan sebagai pola fikir yang menunjukkan hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel 24% dari jumlah populasi yaitu 30 siswa.

Adapun teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perhatian orang tua siswa

sudah sangat baik, ini dapat dilihat dari nilai skor sebesar 1192 yang berada pada

posisi sangat baik. Akhlak siswa kelas VII SMPI Yapkum Depok cukup baik, ini

dapat dilihat dari nilai skor sebesar 970 yang berada pada posisi cukup baik. Dari

hasil analisis statistik diketahui bahwa korelasi antara perhatian orang tua dengan

akhlak siswa 0,639 yang berada pada kategori tingkat korelasi yang tergolong

kuat

. Perhatian orang tua mempunyai pengaruh sebesar 40,8% terhadap akhlak

siswa SMPI Yapkum Depok. Sedangkan dari uji hipotesis menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh antara variabel perhatian orang tua terhadap akhlak siswa kelas

VIII SMPI Yapkum Depok.


(5)

Ida Laela. Islamic Education Department of the Faculty of Science of MT

and Teaching. Effect of Attention Parents Against Morals Grade VIII in

SMPI Yapkum Depok.

This study aims to determine the effect of parental attention toward morals eighth

grade students in SMPI Yapkum Depok. This study uses a quantitative approach,

the research done to get the answer to a question or a general description of a

phenomenon or symptom that is based on the theory, assumptions or assumption,

in this case can be interpreted as the mindset that shows the relationship between

the variables studied. In this study, the authors took a sample of 24% of the total

population that is 30 students. The techniques used in data collection in this study,

observation, interviews and questionnaires. The results showed that in general the

attention of the parents has been very good, it can be seen from the score of 1192

which is located in a very good position. Morals class VII SMPI Yapkum Depok

good enough, it can be seen from the score of 970 which is in a position good

enough. From the results of statistical analysis known that the correlation between

parents' attention to the morals of 0.639 students who are in the category of

relatively strong degree of correlation. Attention parents have the effect of 40.8%

against the morals of students SMPI Yapkum Depok. While the hypothesis test

showed that there is influence between the variables of attention of parents of

eighth grade students SMPI character Yapkum Depok.


(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

: Ida Laela

NIM

: 18100110000029

Jurusan/Prodi

: Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi

: Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak

Siswa Kelas VIII di SMPI Yapkum Depok

Dosen Pembimbing

: Marhamah Saleh, Lc., MA.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.


(7)

i

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah, Segala puji dan syukur

penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan

muslimat.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada

-Nya.

Karena atas ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang

tidak mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan

penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan

do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1.

Nurlena

Rifa’i, Ph.D.

, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Dr. H. Abd. Majid, Khon, M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, berkat jasa beliau penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, beliau juga yang senantiasa

memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam.

3.

Marhamah Saleh, Lc., M.A., selaku dosen pembimbing, berkat jasa beliau,

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

4.

Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu

kepada saya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kau

berikan dengan pahala yang berlipat.

5.

Dra. Juhriatul Fitriah, kepala sekolah SMPI Yapkum Depok, yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk mengadakan penelitian di sekolah.


(8)

ii

untuk penulis, agar senantiasa mendapatkan ridho-Nya di setiap langkah

perjuangan dalam menempuh perjalanan yang berliku untuk menggapai

kesuksesan.

7.

Suami tercinta Maswadi yang telah memberikan doa, serta motivasi moril dan

materil.

8.

Anak-anakku tersayang Muhammad Faathir Raihan dan Zulfa Fathiyah Kamil

yang selalu memberikan semangat.

9.

Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan

banyak inspirasi kepada penulis.

10.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang

turut memberikan do’a dan dukungan

selama proses penyusunan skripsi.

Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa

yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang

jauh lebih baik dari-Nya. Amin.

Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala

kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis

menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 26 Nopember 2014

Penulis


(9)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR ISI

... iii

BAB I

PENDAHULUAN

...

1

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Identifikasi Masalah ...

4

C.

Pembatasan Masalah...

4

D.

Perumusan Masalah ...

4

E.

Tujuan Penelitian ...

4

F.

Kegunaan Penelitian ...

5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

...

6

A.

Deskripsi Teoritik ...

6

1.

Perhatian Orang Tua ...

6

2.

Akhlak ... 11

3.

Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Anak ... 22

B.

Hasil Penelitian Yang Relevan ... 25

C.

Kerangka Berfikir ... 26

D.

Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

... 28

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B.

Metode dan Desain Penelitian ... 28

C.

Populasi dan Sampel ... 28

D.

Teknik Pengumpulan Data ... 29

E.

Instrumen Penelitian ... 31

F.

Teknik Analisis Data ... 32


(10)

iv

1.

Sejarah SMPI Yapkum Depok ... 36

2.

Visi dan Misi SMPI Yapkum Depok ... 37

3.

Keadaan Siswa ... 38

B.

Deskripsi Data ... 39

C.

Analisis Data ... 54

BAB V PENUTUP

... 58

A.

Kesimpulan ... 58

B.

Implikasi ... 58

C.

Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA

... 60

LAMPIRAN


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat.1 Baik tidaknya suatu masyarakat ditentukan oleh baik tidaknya keadaan suatu keluarga umumnya pada masyarakat tersebut. Oleh karena itu, apabila kita menghendaki terwujudnya suatu masyarakat yang baik dan tertib mulailah dari keluarga. Dari institusi keluarga inilah akan lahir anak-anak yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Dalam kaitannya dengan pembentukan dan pembekalan terhadap generasi-generasi baru ini maka orang tua yang ada di dalam keluarga tersebutlah yang secara kodrati diserahi tanggung jawab untuk mendidik mereka.

Bagi seorang muslim pendidikan anak ini merupakan tanggung jawab yang sangat penting. Mendidik dan mengajar anak bukan merupakan hal yang mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan serampangan, dan bukan pula hal yang bersifat sampingan. Mendidik dan mengajar anak ini sama kedudukannya dengan kebutuhan pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim yang mengaku dirinya memeluk agama yang hanif ini.2 Bahkan mendidik dan mengajar anak merupakan tugas yang harus dan mesti dilakukan oleh setiap orang tua karena perintahnya datang dari Allah sebagaimana yang tersimpulkan dari makna firmanNya:

1

Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, h. 2

2

Jamaal Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak: Teladan Rasulullah SAW, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005). Cet. I, h. 23


(12)

ا ً ر َル ْ ﻢُﻜﻴ ِﻠ ْﻫَأ َ و ْ ﻢُﻜ َ ﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨ َ ﻣآ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﺎ َﻬﱡـﻳَأ َ レ

...

)

ﱘﺮﺤﺘﻟا

:

٦

(

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka… (Q.S. At Tahrim: 6)3

Hal tersebut merupakan peringatan kepada kita agar ketika di dunia sungguh-sungguh dalam mengajarkan dan mengawasi keluarga dan anak-anak kita, jangan sampai tergelincir pada perbuatan-perbuatan yang melanggar ketetapan agama.

Berdasarkan survey di SMPI Yapkum Depok diketahui bahwa banyaknya kedua orang tua siswa yang bekerja dari pagi sampai sore hari. Sehingga perhatian mereka terhadap pembentukan akhlak anak kurang maksimal. Konsekuensi dari kurangnya perhatian orang tua ini, pembentukan akhlak siswa kurang optimal yang mengakibatkan perilaku dan emosional mereka cenderung labil. Apabila tidak dibekali dengan pembinaan keagamaan yang kuat sejak dini, dikhawatirkan ketika mereka menghadapi zaman globalisasi, mereka tidak mampu menahan godaan yang menghampirinya. Untuk itu peran orang tua sangat dibutuhkan, terutama pada anak masa pubertas.

Masa Pubertas sering juga disebut masa transisi dari sautu tahapan masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Biasanya mulai usia 14 tahun pada anak laki-laki dan usia 12 tahun pada anak wanita. Biasanya anak berada dalam jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).4

Masa pubertas ini biasanya anak ingin mencoba hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan sebelumnya. Dan juga pada masa ini anak mulai melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa memperdulikan disekitarnya, serta pada masa pubertas ini mereka mulai merasa ingin bebas, tidak ada aturan yang membelenggu mereka.

3

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1999), h. 951

4


(13)

Masa terpenting untuk sebuah pendidikan adalah masa kanak-kanak, yang merupakan masa terpanjang dalam kehidupan manusia. Dengan itu diperlukan adanya pendidikan akhlak, sehingga ketika mereka beranjak dewasa, mereka sudah terbiasa dengan akhlak yang baik. Oleh karena itu orang tua selaku pendidik pertama memiliki peran yang sangat menentukan dalam membentuk anak agar memiliki kepribadan yang baik.

Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia ( al-akhlaq al-mahmudah/al-karimah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-madzmumah/qabihah). Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedang akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita jauhi jangan sampai kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari.5

Akhlak itu tumbuh dan berkembang dari pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh anak-anak sejak ia lahir. Pembinaan akhlak tidak dapat terjadi hanya melalui pengertian-pengertian tanpa adanya latihan, pembiasaan dan contoh-contoh yang diperoleh sejak kecil. Kebiasaan itu tertanam dengan berangsur-angsur sesuai dengan pertumbuhan kecerdasannya, sesudah itu, barulah si anak diberikan pengertian-pengertian tentang akhlak. Pertumbuhannya baru dapat dikatakan mencapai kematangannya pada usia 13-21 tahun.

Dalam upaya menjaga diri dan keluarga, tidak ada jalan lain kecuali orang tua secara penuh bertanggung jawab, menanamkan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya, sehingga dari hasil didikan itu akan terbentuk kepribadian yang religius, yang terasah kefahamannya dan dapat diaktualisasikan di dunia nyata, serta kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengombinasikan antara pendidikan yang diperoleh dari keluarga dengan lembaga pendidikan tersebut, sehingga sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga.

5

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, (Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY, 2009), h. 21-22


(14)

Sejalan dengan pentingnya perhatian orang tua terhadap akhlak anak terutama masa pubertas yang berada dalam jenjang SMP, penulis tertarik untuk mengkajinya melalui penelitian ilmiah dengan judul: “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Siswa Kelas VIII SMPI Yapkum Depok”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka peneliti mencoba membahas masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian orang tua terhadap akhlak anak dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang.

2. Banyaknya perilaku siswa yang melanggar tata tertib sekolah. 3. Pengaruh perhatian orang tua terhadap akhlak siswa.

C. Pembatasan Masalah

Batasan pada penelitian ini ialah untuk mengetahui peranan perhatian orang tua terhadap akhlak anak, apakah dapat memberi pengaruh yang berarti atau tidak. Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Yapkum Depok Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 60 siswa dengan menggunakan penelitian lapangan (field research).

Ada dua batasan pokok dalam penelitian ini yaitu pehatian orang tua anak dan akhlak siswa kelas VIII SMPI Yapkum Depok Tahun Pelajaran 2014/2015. Maksud perhatian orang tua yaitu membimbing, melatih, mengajak, memberikan teladan, mengajarkan dan memperhatikan. Sedangkan akhlak siswa yaitu akhlak terhadap Allah, terhadap sesama manusia dan terhadap lingkungan.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah pengaruh perhatian orang tua terhadap akhlak siswa kelas VIII SMPI Yapkum Depok tahun pelajaran 2014/2015?”


(15)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perhatian orang tua siswa kelas VIII di SMPI Yapkum Depok.

2. Untuk mengetahui akhlak siswa kelas VIII di SMPI Yapkum Depok.

3. Untuk mengetahui apakah perhatian orang tua berpengaruh terhadap akhlak siswa kelas VIII di SMPI Yapkum Depok.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan oleh penulis diantaranya: 1. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk mengambangkan

teori pendidikan tentang perhatian orang tua terhadap akhlak anak. 2. Secara praktis

a. Bagi peneliti, untuk kelengkapan persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan untuk mengetahui hambatan atau kekurangan yang belum dilakukan berhubungan dengan siswa, sekolah, orang tua, bahkan lingkungan sekolah sehingga dapat ikut berperan dalam usaha pembentukan akhlak peserta didik sesuai yang diharapkan.

b. Bagi peserta didik, agar menyadari pentingnya kedisiplinan belajar, mengatur waktu, sopan terhadap semua serta selalu membiasakan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah atau masyarakat.

c. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan laporan/pedoman mengambil kebijakan mengingatkan orang tua tentang pentingnya perhatian terhadap akhlak anak.

d. Bagi masyarakat, sebagai sumbang pikir ilmiah menambah wawasan pengetahuan Pendidikan Agama Islam khususnya dalam pembentukan akhlak anak.


(16)

6 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik

1. Perhatian Orang Tua

Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaklah kasih sayang yang sejati pula.1

Keluarga memegang perenan utama dalam pemeliharaan dan pembiasaan sikap hormat kepada semua anggota keluarga tersebut. Kasih sayang semua anggota keluarga yang tumbuh akibat dari hubungan darah dan akan diberikan kepada anak dengan wajar atau sesuai kebutuhan, mempunyai arti penting bagi anak, karena anak akan merasa diperhatikan oleh semua anggota keluarga. Apabila keluarga tidak memberikan kasih sayang kepada anak, anak akan merasakan bahwa kehadiran dirinya tidak mempunyai arti bagi kedua orang tuanya, akibatnya anak sulit diatur, mudah berontak, dan mempunyai sikap negatif lain.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tayangan televisi terbukti cukup efektif untuk membentuk dan mempengaruhi perilaku anak-anak karena media ini

1

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 80


(17)

sekarang telah berfungsi sebagai sumber rujukan dan wahan peniruan. Televisi secara tidak langsung telah ikut mendidik dan menemani anak-anak di saat orang tua disibukkan dengan berbagai aktivitas. Oleh karena itu untuk membantu agar anak dapat memanfaatkan tayangan televisi secara positif tentunya sangat dibutuhkan peran optimal orang tua dalam mendampingi dan mengontrolnya. Orang tua harus sabar mendampingi anak-anak saat menonton televisi.

Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah.2

Pada umumnya pendidikan rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh-mempengaruhi secara timbal balik antara orangtua dan anak.

Anak lahir dalam keadaan suci atau fitrah sedangkan jika tidak beragama tauhid (menyimpang dari fitrah) itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan terutama lingkungan keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus mendidik anak-anak atau anggota keluarga agar mentaati Allah. Keharusan tanggung jawab orang tua untuk menyelamatkan diri dan keluarganya melalui pendidikan Islam juga telah ditegaskan dalam firman Allah surat At-Tahrim ayat 6:

َ و ُ سﺎﱠﻨﻟا ﺎ َﻫُدﻮُﻗ َ و ا ً رَル ْ ﻢُﻜﻴ ِﻠ ْﻫَأ َ و ْ ﻢُﻜ َ ﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨ َﻣآ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﺎ َﻬﱡـﻳَأ َ レ

ﺎ َﻬ ْـﻴَﻠَﻋ ُة َ رﺎ َﺠِ ْﳊا

َنو ُ ﺮ َ ﻣْﺆُ ـﻳ ﺎ َ ﻣ َنﻮُﻠ َﻌْﻔ َ ـﻳ َ و ْ ﻢ ُﻫ َ ﺮ َ ﻣَأ ﺎ َ ﻣ َﱠYا َنﻮ ُﺼْﻌ َ ـﻳ َﻻ ٌدا َﺪ ِﺷ ٌظ َﻼِﻏ ٌﺔَﻜِﺋ َﻼ َ ﻣ

)

ﱘﺮﺤﺘﻟا

:

٦

(

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At Tahrim: 6)

2


(18)

Dalam membentuk akhlak anak dengan baik, orang tua harus memberikan pendidikan kepada anak. Pendidikan adalah sebagai usaha membentuk akhlak manusia melalui proses yang panjang, dengan hasil (resultan) yang tidak dapat diketahui dengan segera. Dalam proses pembentukan, diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiran-pikiran atau teori yang tepat sehingga kegagalan atau kesalahan langkah pembentukan terhadap anak dapat dihindarkan, karena sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang dan mengandung berbagai kemungkinan, bila salah bentuk maka akan sulit memperbaikinya.

Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 9:

اﻮُﻟﻮُﻘ َـﻴْﻟ َ و َ ﱠYا اﻮُﻘﱠـﺘ َـﻴْﻠَـﻓ ْ ﻢِﻬْﻴَﻠ َﻋ اﻮُﻓﺎ َﺧ ﺎًﻓﺎ َﻌ ِﺿ ًﺔﱠﻳِ ّ رُذ ْ ﻢِﻬِﻔْﻠ َﺧ ْ ﻦِﻣ اﻮُﻛَ ﺮَـﺗ

ْ ﻮَﻟ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا َﺶْﺨَﻴْﻟ َ و

ا ًﺪﻳ ِﺪ َ ﺳ ًﻻْ ﻮَـﻗ

)

ءﺎﺴﻨﻟا

:

٩

(

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS An Nisa: 9) a. Pengertian perhatian

Perhatian adalah modus dari fungsi. Modus yaitu cara berposisi dan menggerakkan. Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju kepada suatu objek.3

Menurut Sayekti Pujdo Suwarno, perhatian adalah menaruh hati. Menaruh hati pada seluruh anggota keluarga adalah dasar pokok hubungan yang baik diantara pada anggota keluarga. Menaruh hati terhadap kejadian dan peristiwa yang terjadi di dalam keluarga berarti mengikuti dan memperhatikan perkembangan seluruh keluarga. 4

Berdasarkan pendapat yang telah disebutkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan pikiran, perasaan dan kemauan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek.

3

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 34

4

Sayekti Pudjo Suwarno, Bimbingan dan Konseling Keluarga, (Yogyakarta: Menara Mas, 1994), h. 54


(19)

Dalam penelitian ini istilah perhatian dikaitkan dengan orang tua, sehingga terbentuklah istilah perhatian orang tua. Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu dan bapak.

b. Sifat dan Jenis Perhatian

Perhatian dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis:

1) Perhatian yang konsentratif: dalam hal ini perhatian kita terpusat pada suatu objek, terbatas.

2) Perhatian yang statis, yaitu dengan suatu perangsangan saja sudah dapat menimbulkan perhatian dalam waktu yang cukup lama tercurah kepada suatu objek/kesibukan saja. Lawannya: perhatian yang dinamis, yaitu agar perhatian itu terus berlangsung diperlukan perangsangan berkali-kali, karena lagi-lagi perhatian itu merendah.

3) Perhatian yang pasif: dalam hal ini (di luar kehendak kita) kita tertarik pada suatu objek. Lawannya adalah: perhatian yang aktif yaitu kita harus sengaja (dibawah pengaruh kehendak) mencurahkan perhatian terhadap sesuatu hal.

Jenis-jenis perhatian:

1) Type terpusat (Fixerend); yaitu orang yang mudah memusatkan perhatiannya dan sebaliknya sukar mengalihkan perhatian kepada hal yang baru/lainnya.

2) Type tersebar (Fluctuerend); yaitu orang yang mudah mengalihkan perhatiannya dari suatu objek kepada objek lainnya, perhatiannya mudah dibelokkan ke arah yang lain.5

Dari pengertian perhatian serta macam-macam perhatian seperti telah dikutip di atas dihubungkan dengan perhatian orang tua yang tertuju pada akhlak anak, sehingga perhatian orang tua dapat diartikan sebagai pemusatan energi yang dilakukan secara sengaja, intensif dan terkonsentrasi dari orang tua yang dilandasi rasa penuh kesadaran dalam melakukan tindakan demi tercapainya akhlak mulia pada anak.

5

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 44-45


(20)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua

Perhatian merupakan kesadaran manusia untuk melakukan respon dengan memusatkan tenaga psikis tertuju pada obyek yang merangsang kesadaran seorang didalam melakukan respon yang berbeda, sehingga obyek dan kesadaran manusia yang berbeda akan mempunyai perbedaan terhadap besar kecilnya perhatian.

Orang tua yang disibukkan dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, lupa terhadap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Keadaan psikis anak semakin parah karena orang tua mengalami gangguan emosional disebabkan persaingan hidup dimasyarakat. Hal ini membuat orang tua stress, berperilaku negatif seperti cepat marah, bertengkar, anak dibiarkan sendiri bahkan ditinggal bekerja ke tempat yang jauh untuk memenuhi persaingan hidup keadaan tersebut berpengaruh negatif terhadap anak, anak akan bandel, kurang sopan bahkan sikap seperti ini dibawa ke sekolah dan akhirnya mempengaruhi kestabilan pribadi dan akhlak anak.

Menurut Sayekti Pudjo Suwarno, faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anak adalah: a) ajaran dan pengalaman agama, b) membiasakan kebersihan dan menjaga kesehatan, c) berbuat baik kepada sesama manusia, d) mencintai tanah air, e) memberi tauladan yang baik, f) perasaan cinta kasih, disiplin dan beraturan. 6

Suatu hal yang perlu diperhatikan setiap orang tua dalam membimbing anak adalah penyesuaian bimbingan pada perkembangan jiwa anak-anak. Banyak keluarga kurang berhasil didalam membimbing putra-putrinya hanya karena kurang perhatian terhadap masalah yang berhubungan dengan perkembangan akhlak anak.

Dari pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anak antara lain: a) tuntunan kemajuan zaman, b) kondisi orang tua, c) lingkungan, d) keutuhan rumah tangga, e) keadaan ekonomi, f) kesadaran orang tua, g) perasaan cinta kasih.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perhatian orang tua yang dicurahkan pada anak tak lepas dari pengalaman-pengalaman yang pernah

6


(21)

dimiliki yang diantaranya persepsi terhadap nilai pendidikan yaitu menumbuhkan dan mengembangkan aspek akhlak anak.

2. Akhlak

Dalam era modern sekarang ini, akhlak seolah-olah hanya sebagai slogan dalam menilai karakter seseorang. Banyak terlihat dengan jelas di sekitar kita bagaimana pola pergaulan yang bahkan dilakukan oleh umat Islam sendiri menyimpang dari esensi dan nilai akhlak. Oleh sebab itu, perlu disadari bahwa Islam datang dan disyiarkan pertama kali oleh Rasulullah saw adalah dengan dasar akhlak. Bahkan Rasulullah saw sendiri memproklamirkan kerasulannya adalah untuk menyempurnakan akhlak.

a. Pengertian akhlak

Secara etimologi (lughotan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti tabiat, budi pekerti.7 Sedangkan Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.8

Menurut Ahmad Amin yang dikutip oleh Abuddin Nata menjelaskan Bahwa Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk. Tetapi tidak semua amal yang baik atau buruk itu dapat dikatakan perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak dapat disebut perbuatan akhlaki, dan tidak dapat dikatakan baik atau buruk. Perbuatan manusia yang dilakukan tidak atas dasar kemauannya atau pilihannya seperti bernafas, berkedip, berbolak-baliknya hati, dan kaget ketika tiba-tiba terang setelah sebelumnya gelap tidaklah disebut akhlak, karena perbuatan tersebut yang dilakukan tanpa pilihan.9

Di antara tujuan mempelajari akhlak adalah karena misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw adalah karena akhlak. Karena seluruh ibadah yang kita

7

Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h. 364

8

Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher, 2006), hal 45-50

9

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. 13, h. 5


(22)

lakukan tujuan utamanya adalah memurnikan akhlak. Jika tidak, maka ibadah tidak lebih dari sekedar latihan dan olah raga semata.

Selanjutnya, di antara tujuan memperlajarinya adalah menghindari pemisah dan mempererat kaitan antara akhlak dengan ibadah. Atau singkatnya, mempererat hubungan antara agama dan dunia. Pemisah dalam hal ini sama sekali bukan dari ajaran Islam. Islam adalah satu kesatuan, saling melengkapi, komprehensif dan tidak parsial. Maka janganlah seperti orang yang hanya membuat orang banyak terpengaruh dengan ibadah-ibadahnya, tetapi perilakunya sangat berbeda dengan akhlak Islam.

b. Jenis-jenis akhlak

Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia ( al-akhlaq al-mahmudah/al-karimah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-madzmumah/qabihah). Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedang akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita jauhi jangan sampai kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari.10

Dilihat dari ruang lingkupnya akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah SWT.) dan akhlak terhadap makhluq (selain Allah). Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi menjadi beberapa macam, seperti akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan binatang), serta akhlak terhadap benda mati.

Diantara contoh-contoh dari akhlak terpuji (Al-Akhlaaqul Mahmuudah)

adalah:

1) Akhlak baik terhadap Allah, di antaranya meliputi:

a) Shalat (As-Sholaat), yaitu amalan yang disyariatkan kepada kita untuk mengingat Allah Azza Wajalla. Shalat sangatlah penting karena hal itu merupakan pernyataan lahiriah seseorang menjadi muslim. Sebagai seorang muslim diwajibkan mendirikan shalat wajib lima kali sehari,

10

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, (Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY, 2009), h. 21-22


(23)

selain shalat-shalat sunnah lainnya sesuai dengan yang di amalkan Rasulullah saw, dan agar mengetahui betapa besar manfaat shalat bagi individu seorang muslim. Rasulullah saw telah mengisyaratkan dalam hadist:

ِإ

َن

َأ َ و

َل

َﻣ

ُﻳ ﺎ

ْ ﺴ

َﺄ

ُل

َﻋ

ْﻨ

ُﻪ

ْﻟا

َﻌ

ْﺒ

ُﺪ

َـﻳ

ْ ﻮ

َم

ْﻟا

ِﻘ

َﻴ

َﻣﺎ

ِﺔ

ِﻣ

ْ ﻦ

َﻋ

َ ﻤ

ِﻠ

ِﻪ

َﺻ

َﻼ

ُﺗ

ُﻪ

َﻓ

ِﺈ

ْن

ُـﺗ

ُﻘ

ِ ّﺒ

َﻠ

َﺖ

ِﻣ

ْﻨ

ُﻪ

َﺻ

َﻼ

ُﺗ

ُﻪ

ُـﺗ

َﻘ

ُـﺒ

َﻠ

ْﺖ

ِﻣ

ْﻨ

ُﻪ

َ ﺳ

ِﺋﺎ

ُ ﺮ

َﻋ

َ ﻤ

ِﻠ

ِﻪ

.

َ و

ِإ

ْن

ُ ر

ﱠد

ْت

َﺻ

َﻼ

ُﺗ

ُﻪ

ُ ر

ﱠد

َ ﺳ

ِﺋﺎ

ُ ﺮ

َﻋ

َ ﻤ

ِﻠ

ِﻪ

)

ﺪﲪأ ﻩاور

ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑإ و دواد ﰉأ

(

Amal yang pertama-tama ditanyai Allah pada hamba dihari Kiamat nanti ialah amalan shalat. Bila shalatnya dapat diterima, maka akan diterima seluruh amalnya, dan bila shalatnya ditolak akan tertolak pula seluruh amalnya. (HR Ahmad, Abi Daud, dan Ibnu Majah).

Setiap muslim semestinya mengetahui bahwa tujuan hakiki dari shalat adalah membangkitkan perasaan akan keagungan Tuhan sehingga ia merasa takut. Dengan demikian, ia akan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya11

b) Puasa (As-Saum) yaitu menahan masuknya sesuatu ke dalam rongganya, maka puasa itu batal dengan makan, minum, obat yang dihirup (sa'uth)

dan suntikan. Dengan puasa, banyak sekali manfaat yang didapat, diantaranya dapat mendatangkan kelembutan dan mengalahkan syahwat, serta menolak kejahatan dan kesombongan. Dan diantara hikmah lapar adalah tidak melupakan siksaan dan mengalahkan syahwat lainnya. Rasulullah saw bersabda:

ُﻛ

ْ ﻞ

َ ﺣ

َ ﺴ

َﻨ

ِﺔ

َـﺑ

َﻌ

ْﺸ

ِﺮ

َأ ْﻣ

ِﺜ

َﻠ

َﻬ

ِإ ﺎ

َﱃ

َ ﺳ

ْ ـﺒ

َﻌ

ِﻤ

َﺋﺎ

ِﺔ

َﺿ

ْﻌ

ٍﻒ

ِإ

َﻻ

َﺼﻟا

ْ ﻮ

ِ م

َﻓ

ِﺈ

َﻧ

ُﻪ

ْ ِ ﱃ

َ و

َأ َル

َأ

ْﺟ

َ ﺮ

ِﺑ ى

َﻪ

)

ﻢﻠﺴﳌا ﻩاور

(

Setiap kebaikan digandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang memberikan balasnya.

(HR. Muslim)12

11

Al-Jaziri, Kitab Shalat Fikih Empat Mazhab, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2010), h. 3

12


(24)

c) Membaca Al-Qur’an (Qiraatul Qur'an) adalah salah satu tradisi (sunnah)

Rasulullah saw, yang harus hidup dan membumi dalam kehidupan setiap muslim. Karena Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi ummat Islam, agar kita selamat dunia dan akhirat.

Rasulullah saw bersabda:

ِإ

ْـﻗ

َ ﺮ

ُأ

ْﻟا او

ُﻘ

ْ ﺮ

َا

َن

َﻓ

ِﺄ

ﱠﻧ ُﻪ

ْ َ

ِﺗ

َـﻳ ﻰ

ْ ﻮ

َم

ْﻟا

ِﻘ

َﻴ

َﻣﺎ

ِﺔ

َﺷ

ِﻔ

ْـﻴ

ًﻌ

َﻷ

ْﺻ

َ ﺤ

ِﺑﺎ

ِﻪ

.

)

ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور

(

Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat sebagai penolong orang yang rajin membacanya. (HR. Muslim)

Membaca Al-Qur’an dengan penuh khusyu dan tadabbur sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Bahkan, orang yang tidak mentadaburi Al-Qur’an disebut sebagai orang yang tertutup (terkunci) hatinya.13

d) Berdzkir (Adz-Zikru) yaitu mengingat Allah Yang Maha Pencipta. Dengan mengingat Allah swt maka hati menjadi tenang dan orang-orang yang beriman hatinya selalu terpaut pada Allah, ia menjadi tenang dalam hidupnya karena Allah ada dan menyertainya.

Allah swt berfirman:

ا ً ﲑِﺜَﻛ ا ً ﺮْﻛِذ َ ﱠYا او ُ ﺮُﻛْذا اﻮُﻨ َﻣآ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﺎ َﻬﱡـﻳَأ َ レ

)

٤١

(

ًﻼﻴ ِﺻَأ َ و ًة َ ﺮْﻜُﺑ ُﻩﻮ ُﺤِ ّﺒ َ ﺳ َ و

)

٤٢

(

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyakbanyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (QS Al Ahzab: 41-42)

e) Berdo’a (Ad-Du'a) adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah swt. Allah swt sangat mencintai hamba-Nya yang berdo’a kepada-Nya. Berdo’a hukumnya sunnah, barangsiapa yang tidak berdo’a kepada Allah berarti ia telah meninggalkan kebaikan yang banyak. Allah swt berfirman:

ْ ﻢُﻜَﻟ ْ ﺐ ِﺠَﺘ ْ ﺳَأ ِ ﱐﻮُﻋْدا ُ ﻢُﻜﱡﺑ َ ر َلﺎَﻗ َ و

ۚ ◌

ِ ﰐَدﺎ َﺒ ِﻋ ْ ﻦَﻋ َنوُ ِﱪْﻜَﺘ ْ ﺴَﻳ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﱠنِإ

َ ﻦﻳِﺮ ِﺧا َد َ ﻢﱠﻨ َ ﻬ َ ﺟ َنﻮُﻠ ُﺧ ْﺪَ ﻴ َ ﺳ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan

13


(25)

diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Ghofir: 60)

2) Akhlak baik terhadap sesama manusia, diantaranya:

a) Jujur (As-Shidqu) yaitu kesesuaian ucapan dengan hati kecil dan kenyataan obyek yang dikatakan. Diriwayatkan dalam hadist dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu „anhu “Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantar kepada surga. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku jujur hingga ia disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedang dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) dan perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku dusta hingga ia disebut pendusta besar”. (HR Bukhari).

Allah swt berfirman:

ٌفو ُ ﺮ ْﻌ َ ﻣ ٌل ْ ﻮَـﻗ َ و ٌﺔَﻋﺎَﻃ

ۚ ◌

َذِﺈَﻓ

ْ ﻢَُﳍ ا ً ﺮ ْ ـﻴ َﺧ َنﺎَﻜَﻟ َ ﱠYا اﻮُﻗ َﺪ َﺻ ْ ﻮَﻠَـﻓ ُ ﺮ ْ ﻣَْﻷا َم َ ﺰَﻋ ا

Ta'at dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS Muhammad: 21)

b) Memberi salam (At-Tasliim) yaitu mengucapkan salam

Assalamu'alaikum'. Salam juga merupakan amalan dan tradisi (sunnah) para rasul-rasul Allah dan para malaikat-Nya. Dalam Islam bukan hanya sekedar sapaan saja, tetapi lebih mulia dari itu. Ia merupakan sebagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala, yang jelas mempunyai nilai dan pahala yang besar di sisi-Nya. Ucapan salam itu adalah doa. Sedangkan doa itu sendiri merupakan inti ibadah dan diberikan pahala bagi siapa yang mengucapkannya.

Allah swt berfirman:

ﺎ َﻫوﱡد ُ ر ْ وَأ ﺎ َ ﻬْـﻨ ِﻣ َ ﻦ َ ﺴ ْ ﺣَِ اﻮﱡﻴ َ ﺤَﻓ ٍﺔﱠﻴ ِﺤَﺘِﺑ ْ ﻢُﺘﻴِ ّﻴ ُ ﺣ اَذِإ َ و

ۗ ◌

ِ ّ ﻞُﻛ ٰ ﻰَﻠ َﻋ َنﺎَﻛ َ ﱠYا ﱠنِإ


(26)

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS An Nisa: 86)

c) Menghormati orang tua; orang-orang yang terdekat dengan kita adalah anggota keluarga, kerabat, saudara dan tetangga. Sebagai seorang muslim, harus saling menghormati, yang muda menghormati yang tua, yang tua menyanyangi yang muda. Anak harus menghormati kedua orang tuanya, murid menghormati gurunya.

Rasulullah saw bersabda:

ا ْ ﻮُﻠ َﺻَ و ، َمﺎ َﻌَﻄﻟا اﻮ ُ ﻤِﻌْﻃَأ َ و ، َمﺎ َ ﺣْ رَﻻا ا ْ ﻮُﻠ ِﺻ َ و ، َم َﻼ َ ﺴﻟا ا ُ ﻮ ْﺸَﻓا ُ سﺎَﻨﻟا ﺎ َﻬُـﻳَأ َ レ

ٍمَﻼ َ ﺴِﺑ َﺔَﻨ ََﳉا اﻮُﻠ ُﺧْﺪَﺗ ، ُمﺎ َ ﻴِﻧ ُ سﺎَﻨﻟا َ و ِﻞْﻴَﻠﻟ ِヨ

)

ىﺬﻣﱰﻟا ﻩاور

(

Hai manusia, syiarkan salam, dan hubungi keluargakeluarga dan berilah makan dan sembayanglah pada malam ketika manusia tidur, niscaya kamu masuk surga dengan sejahtera. (HR Tirmidzi)

d) Larangan hidup boros; Islam tidak membenarkan penggunaan harta secara boros, yakni menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak benar menurut Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena, pemborosan merupakan kebiasaan setan yang sangat merugikan manusia. Harta akan cepat habis, sementara kebiasaan berlebihan menjadi sangat sulit untuk ditinggalkan, meskipun dia tidak memiliki harta yang cukup.14 Sebagaimana difirmankan Allah:

ا ً ﺮﻳ ِﺬْﺒَـﺗ ْ رِ ّﺬَﺒُـﺗ َﻻَ و ِﻞﻴِﺒﱠﺴﻟا َ ﻦْﺑا َ و َﲔِﻜ ْ ﺴِﻤْﻟا َ و ُﻪﱠﻘ َ ﺣ َٰ ﰉْ ﺮُﻘْﻟا اَذ ِتآ َ و

)

٢٦

(

ﱠنِإ

ِﲔِﻃﺎ َﻴﱠﺸﻟا َنا َ ﻮ ْﺧِإ اﻮُﻧﺎَﻛ َ ﻦﻳِرِ ّﺬَﺒ ُ ﻤْﻟا

ۖ ◌

ا ً رﻮُﻔَﻛ ِﻪِ ّﺑ َ ﺮِﻟ ُنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا َنﺎَﻛَ و

)

٢٧

(

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra: 26-27)

14


(27)

3) Akhlak baik terhadap lingkungan

Alam dan sekitarnya adalah anugerah Allah swt yang amat besar yang diciptakan-Nya untuk keperluan hidup manusia seperti udara, sungai, hutan, lautan dan lain sebagainya. Manusia wajib menjaga keutuhan dan kebersihannya agar kehidupan atau ekosistem dapat seimbang. Manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya dapat hidup dengan baik.

Allah swt berfirman:

ﺎًﻗﺎ َ ﺒ ِﻃ ٍتا َ وﺎََﲰ َ ﻊْﺒ َ ﺳ َﻖَﻠ َﺧ يِﺬﱠﻟا

ۖ ◌

َـﺗ ْ ﻦِﻣ ِﻦٰ َْﲪﱠﺮﻟا ِﻖْﻠ َﺧ ِ ﰲ ٰىَ ﺮَـﺗ ﺎ َ ﻣ

ٍتُ وﺎَﻔ

ۖ ◌

ٍرﻮُﻄُﻓ ْ ﻦِﻣ ٰىَ ﺮَـﺗ ْ ﻞ َﻫ َ ﺮ َﺼَﺒْﻟا ِﻊ ِ ﺟْ رﺎَﻓ

(Allah) yang telah menciptakan tujuh langit berlapislapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS Al Mulk: 3)

Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.15

Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.16 Mencabut atau menebang pepohonan dilarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itupun harus seizin Allah. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

َﻨﻴّ ِﻟ ﻦّ ِﻣ ﻢُﺘ ْﻌَﻄَﻗ ﺎ َﻣ

َ ﺮَـﺗ ْ وَأ ٍﺔ

َ يِﺰ ْﺨُﻴ ِﻟ َ و ِﻪـﱠﻠﻟا ِنْذِﺈِﺒَﻓ ﺎَ ِﳍﻮُﺻُأ ٰ ﻰَﻠَﻋ ًﺔ َ ﻤِﺋﺎَﻗ ﺎ َﻫﻮ ُ ﻤُﺘْﻛ

َﲔِﻘ ِﺳﺎَﻔْﻟا

Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (QS. Al-Hasyr, 59:5).

15

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 358

16 Ibid.


(28)

Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT, dan menjadikan milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengatarkan manusia untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

Diantara contoh-contoh dari akhlak tercela (Al-Akhlaaqul Mahzumuumah)

adalah:

1) Akhlak tercela terhadap Allah, diantaranya meliputi:

a) Syirik secara bahasa adalah menyamakan dua hal, sedangkan menurut pengertian istilah, terdiri atas definisi umum dan definisi khusus. Definisi umum adalah menyamakan sesuatu dengan Allah dalam hal-hal yang secara khusus dimiliki Allah. Adapun definisi syurik secara khusus adalah menjadikan sekutu selain Allah SWT, dan memperlakukannya seperti Allah SWT, seperti berdoa dan meminta syafaat.17 Allah SWT berfirman:

...

ْ ﺮ َـﻳ َنﺎَﻛ ﻦَﻣ

َ ر َ ءﺎَﻘِﻟ ﻮ ُﺟ

ِﺮْﺸُﻳ َﻻَ و ﺎ ً ِﳊﺎ َﺻ ًﻼ َ ﻤَﻋ ْ ﻞ َ ﻤْﻌ َـﻴْﻠَـﻓ ِﻪّ ِﺑ

َ ر ِة َدﺎ َﺒِﻌِﺑ ْك

ِﻪّ ِﺑ

ا ًﺪ َ ﺣَأ

)

ﻒﻬﻜﻟا

:

١١٠

(

“… Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahf, 10: 110)

b) Kufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur merupakan kata sifat dari

kafir. Jadi, kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara’, kufur adalah tidak beriman kepada Allah SWT, dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakan atau tidak mendustakan.

َ ﺮَـﺘْـﻓا ِﻦﱠ ِ ﳑ ُ ﻢَﻠْﻇَأ ْ ﻦ َ ﻣ َ و

ُﻩ َ ءﺎ َ ﺟ ﺎﱠﻤَﻟ ّ ِﻖَ ْﳊِヨ َ بﱠﺬَﻛ ْ وَأ ً ヨِﺬَﻛ ِﻪـﱠﻠﻟا ﻰَﻠ َﻋ ٰى

ۚ ◌

َ ﺲْﻴَﻟَأ

ِﺮِﻓﺎَﻜْﻠّ ِﻟ ىً ﻮْـﺜ َﻣ َ ﻢﱠﻨ َﻬ َﺟ ِ ﰲ

َ ﻦﻳ

)

تﻮﺒﻜﻨﻌﻟا

:

٦٨

(

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala

17


(29)

yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?. (QS. Al-‘Ankabut, 29:68)18

2) Akhlak tercela terhadap sesama manusia, diantaranya:

a) Dengki, dalam bahasa Arab, dengki disebut hasad, yaitu perasasan y ang timbul dalam diri seseorang setelah memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi dimiliki oleh orang lain, kemudian dia menyebarkan berita bahwa yang dimiliki orang tersebut diperoleh dengan tidak sewajarnya. Dalam hadist disebutkan:

ルاﻮﺧإ ﷲدﺎﺒﻋ اﻮﻧﻮﻛو اوﺮﺑاﺪﺗﻻو اوﺪﺳ ﺎﲢﻻو

)

ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور

(

Jauhilah sifat dengki karena dengki itu melalap kebaikan sebagaimana api memakan kayu. (HR. Muslim)19

b) Gibah (mengupat), Raghib Al-Anshfahani menjelaskan bahwa gibah adalah membicarakan aib orang lain dan tidak ada keperluan dalam penyebutannya.

Allah SWT berfirman:

ٍة َ ﺰ َ ﻤﱡﻟ ٍة َ ﺰَُﳘ ّ ِﻞُﻜّ ِﻟ ٌ ﻞْﻳ َ و

.

)

ةﺰﻤـﳍا

:

١

(

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela”. (QS. Al-Humazah, 104:1)20

3) Akhlak tercela terhadap lingkungan

a) Membuang sampah tidak pada tempatnya b) Mencemari air atau udara

c) Membuang limbah di sungai atau laut d) Menebang hutan secara berlebihan. Allah swt berfirman:

ْﻌ َـﺑ ْ ﻢ ُﻬَﻘﻳ ِﺬُﻴ ِﻟ ِسﺎﱠﻨﻟا يِﺪْﻳَأ ْﺖَﺒ َ ﺴَﻛ ﺎَ ِﲟ ِﺮ ْﺤَﺒْﻟا َ و ِ ّ ﺮ َـﺒْﻟا ِ ﰲ ُدﺎ َ ﺴَﻔْﻟا َ ﺮ َﻬَﻇ

يِﺬﱠﻟا َﺾ

18

Ibid., h. 125

19

Ibid., h. 132-133

20


(30)

َنﻮُﻌ ِ ﺟْ ﺮ َـﻳ ْ ﻢ ُﻬﱠﻠ َﻌَﻟ اﻮُﻠ ِﻤَﻋ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagin dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar Ruum: 41)

Itulah beberapa contoh tentang akhlak baik dan buruk terhadap Tuhan, akhlak baik dan buruk terhadap manusia serta lingkungan, yang penulis uraikan dalam penelitian ini.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya; baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individual dan sosial. Diantaranya dampak negatifnya adalah kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai materil, sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.

Secara moralistik, pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila; berarti pula cara tersebut sangat tepat untuk membina mental anak remaja. Dalam proses ini tersimpul indicator bahwa pembinaan akhlak merupakan penuntun bagi umat manusia untuk memiliki sikap mental dan kepribadian sebaik yang ditunjukkan Nabi Muhammad saw.

Pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya. Sebaliknya keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata


(31)

menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak memamng perlu dibina.21

c. Sumber akhlak

Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam, apakah termasuk akhlak yang baik atau akhlak yang tercela, sebagaimana keseluruhan ajaran Islam lainnya adalah al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia.22

Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena Syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah) menilai demikian. Dan Islam tidak menafikan peran hati nurani, akal dan pandangan masyarakat dalam menentukan baik dan buruk. Tapi semua keputusan Syara’ tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kedua-duanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah swt. Maka semua penilaian harus dikembalikan kepada Syara’.

d. Kemuliaan Akhlak dalam Islam

Dalam pandangan para humanis dan juga menurut kultur yang berkembang saat ini, setiap orang diklaim, karena ia manusia, mempunyai nilai alami kemuliaan, sekalipun misalnya pernah melakukan pembunuhan dan kejahatan. Berbeda dengan Islam yang memandang ada dua jenis kemuliaan, yaitu: kemuliaan umum, yakni bahwa setiap manusia tanpa peduli apa perilakunya memiliki kemuliaan. Kemuliaan jenis ini adalah kemuliaan ciptaan yang memang Allah Swt. telah menjadikan manusia sebagai ahsani-taqwim. Kemuliaan yang dimiliki manusia ini adalah karena manusia diberi akal pikiran sedang makhluk

21

Abuddin Nata, op.cit., hlm 134-135

22

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, (Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY, 2009), hlm. 19


(32)

yang lain tidak. Demikian pula Allah dengan tegas sudah menyatakan tentang kemuliaan bani Adam dengan firman-Nya:

ﱠﺮَﻛ ْﺪَﻘَﻟ َ و

ّ ِ َ ﱪْﻟا ِ ﰲ ْ ﻢ ُﻫﺎَﻨْﻠََﲪَ و َمَدآ ِﲏَﺑ ﺎَﻨ ْﻣ

ِﺮ ْﺤَﺒْﻟا َ و

َ ر َ و

ْ ﻢ ُﻫﺎَﻨْﻠﱠﻀَﻓ َ و ِتﺎ َﺒ ّ ِﻴﱠﻄﻟا َ ﻦّ ِﻣ ﻢ ُﻫﺎَﻨْـﻗَز

ٍﲑِﺜَﻛ ٰ ﻰَﻠ َﻋ

ًﻼﻴ ِﻀْﻔَـﺗ ﺎَﻨْﻘَﻠ َﺧ ْ ﻦﱠّ ِ ﳑ

)

ءاﺮﺳﻹا

:

٧٠

(

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. al-Isra’, 17:70)

Jenis kemuliaan yang kedua adalah kemuliaan yang dicapai dan dijangkau dengan kehendak dan pilihan bebas manusia. Di sinilah manusia akan dinilai siapa yang paling baik dan berlomba-lomba untuk beramal kebajikan. Dalam kemuliaan jenis ini manusia tidak semuanya sama. Bahkan jika seseorang tidak berusaha dan mengerjakan amal kebajikan bisa terjatuh derajatnya sedemikian rupa menjadi lebih rendah dari binatang. Kemuliaan seseorang dengan demikan akan sangat ditentukan oleh kerja kerasnya untuk senantiasa melaksanakan kebajikan dan juga ditentukan oleh kualitas amaliahnya.23

3. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Anak

Keluarga mempunyai fungsi dan pengaruh yang besar terhadap pendidikan dan kelanjutan anak, karena orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama. Keluarga harus merupakan basis untuk memenuhi kebutuhan setiap anggotanya, sehingga merasa berkembang dengan baik sebagai anggota masyarakat. Rumah tangga harus merupakan koordinasi harmonis yang harus diciptakan oleh suami istri sehingga ketenangan keluarga sebagai kebutuhan primer terpenuhi.

Akhir-akhir ini, telah muncul gejala yang kurang baik yang menimbulkan kegoncangan dalam kehidupan keluarga diantaranya adalah kenakalan anak. Salah satu sebab timbulnya kenakalan anak, karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak utamanya pembinaan akhlak.

23


(33)

Pembinaan akhlak sangat penting dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Pembinaan akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa pembinaan akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia. Nilai-nilai akhlak harus ditanamkan sejak usia dini melalui pendidikan dalam keluarga, sebagai makhluk individu, manusia mempunyai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir dan sangat potensial untuk dikembangkan. Potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan sempurna tanpa melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, disinilah pentingnya pendidikan utamanya pembinaan akhlak.

Sekarang ini, banyak orang tua lebih mengutamakan pekerjaan misalnya lembur larut malam, urusan bisnis, pertemuan rekan kerja, bahkan ada saja orang tua tidak pulang ke rumah, sehingga pembinaan akhlak dan kasih sayang yang seharusnya diberikan oleh orang tua terhadap anak menjadi terbengkalai. Adanya kesibukan orang tua yang diwujudkan dalam bentuk bekerja, mencari nafkah dan lain-lain merupakan suatu hal yang wajar dalam kehidupan sosial manusia demi untuk kebutuhan keluarganya. Namun apa yang dilakukan oleh orang tua tentunya tidak harus melepaskan tanggung jawabnya sebagai pembimbing dan pendidik dalam rumah tangga. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama seharusnya memberikan pembinaan akhlak, kasih sayang, perhatian, arahan dan bimbingan kepada anak-anaknya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Ahli pendidikan menetapkan bahwa setelah melewati masa kelahiran, seorang anak mengalami beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan yang harus diketahui oleh orang tua, sehingga orang tua mampu membuat program untuk diterapkan dalam pembinaan akhlak secara tepat yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Mengingat itu semua, maka kiranya perlu dikemukakan batas-batas usia perkembangan sebagaimana yang diajukan oleh seorang ahli psikologi perkembangan. Sekali lagi, batas-batas usia ini tidak dapat dijadikan, ukuran mutlak, akan tetapi kiranya dapat dijadikan ancer-acer untuk memperkirakan


(34)

berbagai tahap perkembangan, terutama jika kondisi psiko-sosial orang yang diselidiki Hurlock, yaitu manusia-manusia di negara maju seperti Amerika Serikat. Adapun tahapan-tahapan perkembangan menurut Hurlock yang dikutip oleh Sarlito selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. - : prenatal

2. 0 – 2 : orok (infancy) 3. 2 minggu – 2 tahun : bayi (babyhood)

4. 2 – 6 tahun : anak-anak awal (early childhood) 5. 6 – 12 tahun : anak-anak akhir (late childhood) 6. 12 – 14 tahun : pubertas (puberty)

7. 14 – 17 tahun : remaja awal (early adolescence) 8. 17 – 21 tahun : remaja akhir (late adolescence) 9. 21 – 40 tahun : dewasa awal (early adulthood) 10. 40 – 60 tahun : setengah baya (middle age) 11. 60 tahun ke atas : tua (senescence)24

Islam memandang keluarga sebagai awal kehidupan manusia yang dapat memberikan kemungkinan baik buruk, bahagia atau celaka bagi anggotanya. Anak bagi orang tua dipandang sebagai amanat dan titipan Allah swt. Orang tua mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi sebagai pendidik keluarga dan sebagai pemelihara keluarga.

Menurut Islam, anak bagi orang tuanya merupakan karunia sekaligus amanat dari Allah swt. Anak menempati posisi yang sangat bernilai, karena anak dapat menjadi hiasan bagi rumah tangga dan sekaligus menghapus kesan yang kurang enak yang datang dari masyarakat terhadap keluarga yang tidak mempunyai keturunan. Alangkah sepinya dalam sebuah keluarga yang tidak mempunyai anak. Itulah makna anak sebagai karunia Allah swt.

Anak merupakan titipan Allah swt yang harus dipelihara, dibimbing dan dididik. Allah berfirman dalam surat Al Anfal ayat 28:

ٌ ﻢﻴ ِﻈَﻋ ٌ ﺮ ْﺟَأ ُﻩَﺪْﻨ ِﻋ َ ﱠYا ﱠنَأ َ و ٌﺔَﻨْـﺘ ِﻓ ْ ﻢُﻛُد َﻻْ وَأ َ و ْ ﻢُﻜُﻟا َ ﻮ ْﻣَأ ﺎَﱠﳕَأ اﻮ ُ ﻤَﻠْﻋا َ و

)

لﺎﻔﻧﻻا

:

٢٨

(

24


(35)

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS Al Anfal 28)

Berdasarkan kutipan ayat di atas, anak merupakan titipan Allah swt dan merupakan ujian bagi setiap orang tua. Dengan kata lain anak merupakan titipan Allah swt yang diberikan kepada orang tuanya agar tidak disia-siakan. Orang tua berkewajiban mengasuh, membimbing, dan mendidiknya agar kelak setelah dewasa anak berhasil mengarungi kehidupannya, menjadi manusia yang shalih, manusia yang berkualitas sesuai yang diharapkan orang tua.

Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar bagi pengembangan dan pendidikan anak-anaknya. Orang tua (ayah ibu) memegang peranan yang penting dan berpengaruh terhadap pendidikan anak-anaknya. Sejak lahir, ibunya yang selalu ada disisinya, oleh karena itu anak akan meniru perangai ibunya. Ibu merupakan orang yang pertama kali dikenal anak, menjadi teman dan dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya kecuali apabila anak ditinggalkan dan tidak diperhatikan.

Orang tua merupakan figur bagi anggota keluarganya terutama bagi anak-anak yang masih memerlukan bimbingan. Sikap dan perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari harus menunjukkan perbuatan yang positif karena secara tidak langsung sikap itu akan ditiru oleh anaknya. Anak usia 12-15 tahun yaitu fase remaja atau baligh masih memerlukan bimbingan dan perhatian orang tua agar kelak tumbuh kepribadian yang baik dan dapat diterima di lingkungan sosial dan masyarakat.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Nasrullah, (2013). Skripsinya yang berjudul “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Sikap dan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Husna Jakarta Selatan”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara Perhatian orang tua dengan Sikap belajar siswa, dan terdapat hubungan antara Perhatian orang tua dengan Prestasi belajar siswa. Perhatian orang tua sangat penting bagi siswa karena dapat memberikan dampak positif baik


(36)

kepada sikap belajar dan prestasi belajar siswa. Untuk itu guru atau pihak sekolah harus berperan aktif dan juga harus mengimbangi tingginya tingkat perhatian orang tua dan sikap belajar siswa itu sehingga memberikan dampak lebih positif terhadap prestasi belajar siswa.

2. Mursalim, (2011). Skripsinya yang berjudul “Pengaruh Motivasi Orang Tua Terhadap Akhlak Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa diperoleh r hitung sebesar 0,92 yang dalam indeks korelasi r product moment berkisar antara 0,90 – 1,00 artinya terdapat pengaruh yang sangat kuat antara motivasi orang tua terhadap akhlak siswa dan jika dilihat dari r hitung tersebut, ternyata hasil r hitung lebih besar dari harga r tabel, pada taraf signifikan 5% (0,92 > 0,273). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan pula antara motivasi orang tua terhadap akhlak siswa.

3. Dias Woro Pertiwi, (2010). Skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pengawasan Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak di MTS Sa’adatuddarain Mampang Jakarta Selatan”. Hasil penelitiannya menerangkan bahwa ada pengaruh yang positof antara pengawasan orang tua dengan pendidikan akhlak anak. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan hitungan korelasi antara hasil penelitian angket pengaruh pengawasan orang tua terhadap pendidikan akhlak anak di MTS Sa’adatuddarain Mampang Jakarta Selatan sebesar rxy = 0,572 terletak antara rentang 0,40 – 0,70, yang menunjukkan korelasi yang sedang atau cukup.

C. Kerangka Berpikir

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perhatian pemusatan pikiran, perasaan dan kemauan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek, dalam hal ini orang tua yaitu ibu dan bapak.

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam hal pembentukan akhlak bagi anaknya. Disebut pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya


(37)

serta pendidik pertama karena merekalah yang pertama mendidik anak-anaknya. Sekolah, pesantren, dan guru agama yang di undang ke rumah hanyalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu anaknya.

Anak lahir dalam keadaan suci atau fitrah sedangkan jika tidak beragama tauhid (menyimpang dari fitrah) itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan terutama lingkungan keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus mendidik anak-anak atau anggota keluarga agar mentaati Allah.

Pembinaan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlaqulkarimah sangat tepat bagi anak agar didalam perkembangan mentalnya tidak mengalami hambatan dan penyimpangan ke arah negatif. Media yang dapat digunakan yakni lewat contoh-contoh, latihan-latihan dan praktek-praktek nyata yang dilakukan oleh kedua orang tua didalam kehidupan keluarga; oleh para guru dilingkungan sekolah.

Sejumlah nilai yang harus ditanamkan pada anak antara lain: kejujuran

(shidq), kasih sayang (ar-rahmah), dan segala macam cakupan nilai positif didalamnya. Tidak berlebih-lebihan (zuhud), menghormati orang tua (birrul walidain), memelihara kesucian diri (al-iffah), taat melaksanakan syariat dan bertaqwa.

D. Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh antara perhatian orang tua terhadap akhlak siswa kelas VIII di SMP Yapkum Depok.

Ha : Ada pengaruh antara perhatian orang tua terhadap akhlak siswa kelas VIII di SMP Yapkum Depok.


(38)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Yapkum Depok yang berlokasi di Jln. H. Usman No. 27 Meruyung Depok. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 sampai 20 September 2014.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran umum tentang suatu fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau andaian, dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola fikir yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan adalah untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang hendak digunakan1 dengan metode kurva dan teknik korelasional.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

1

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), Cet. 5, h. 17


(39)

merupakan penelitian populasi.2 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMPI Yapkum Depok kelas VIII yang berjumlah 125 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati. Penelitian terhadap sampel biasanya disebut studi sampling.3

Dikarenakan jumlah populasi cukup besar maka penulis mengambil sampel dengan system random sampling yaitu penelitian “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Dari sejumlah populasi sebanyak 125 siswa, dalam penelitian ini, penulis akan mengambil sampel 24% dari jumlah populasi yaitu 30.

Setelah angket yang diberikan kepada responden telah dikembalikan, tahap berikutnya adalah penyuntingan (editing) yaitu memeriksa angket yang telah dikembalikan oleh responden dalam tahap untuk mengelola data.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Salah satu cara pengumpulan data yang utama dalam mengkaji situasi sosial yang dijadikan sebagai objek penelitian ini dengan menggunakan teknik observasi partisipatif, di mana penelitian berinteraksi secara penuh dalam situasi sosial dengan subjek penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengamati, memahami peristiwa secara cermat, mendalam dan terfokus terhadap subjek penelitian, baik dalam suasana formal maupun santai.4

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet. 15, h. 173

3

Iskandar, op.cit., h. 70

4Ibid


(40)

Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan lengsung.5

2. Wawancara

Untuk memperoleh data yang memadai sebagai Cross Ceks, peneliti juga menggunakan teknik wawancara dengan subyek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili obyek penelitian. Wawancara dilakukan secara formal dan informal (terjadwal dan tidak terjadwal) di tempat resmi dan di tempat umum atau tidak resmi.6 Pada penelitian ini dilakukan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua siswa.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang variabel-variabel yang diteliti. Penyebaran kuesioner atau angket kepada subjek penelitian bertujuan untuk memperoleh data atau informasi mengenai masalah penelitian yang menggambarkan varibel-variabel yang diteliti. Kuesioner yang diedarkan kepada responden harus mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi.7

Dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan untuk mengungkap data variabel penelitian ini adalah angket tertutup, di mana setiap item telah diberikan sejumlah jawaban sehingga subjek penelitian tinggal memilih mana yang paling tepat sesuai dengan kondisi yang ada.

5

Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 199-200

6

Iskandar, op.cit., h. 78

7 Ibid.


(41)

E. Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen dalam penyusunan angket tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No. Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

1 Perhatian Orang Tua

(X)

- Membimbing untuk beribadah

- Melatih dalam beribadah

- Mengajak untuk beribadah

- Memberikan teladan dalam bersikap

- Mengajarkan dalam berprilaku

- Memperhatikan

kerapihan dan kesopanan

1

2,3,4,7

5

6

8,9,10,12

11

12

2 Akhlak Siswa (Y)

- Akhak siswa kepada Allah

- Akhlak siswa terhadap sesama manusia

- Akhlak baik terhadap lingkungan

1,2,3,4,5

6,7,8,9,12

10,11


(42)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan, penulis menempuh carasebagai berikut:

1. Teknik Pengolahan Data a. Editing

Mengedit adalah mempersiapkan naskah untuk dicetak dengan memperhatikan susunan bagian-bagiannya, peraturan paragrafnya, ejaan salah-salah titik (tulisan) dan sebagainya.

Setelah instrumen penelitian diisi oleh responden dan diserahkan kepada penulis, selanjutnya penulis memeriksa satu persatu angka tersebut. Bila ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Tujuan dari editing adalah mengurangi kesalahan pada pengolaan data selanjutnya.

b. Skoring

Setelah data-data tersebut melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberi skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2

Instrumen skala likert

Pernyataan Positif

Selalu 4

Sering 3

Kadang-kadang 2

Tidak pernah 1

c. Tabulating

Langkah selanjutnya mengolah data dengan memindahkan jawaban yang terdapat didalam angket dan telah dikelompokkan kedalam bentuk tabel frekuensi. Ini untuk memudahkan penulis dalam mengolah data yang telah diedit.


(43)

Serta untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya hubungan perhatian orang tua dengan akhlak siswa, selain itu pula penulis juga menggunakan rumus “r” product moment untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel X (perhatian orang tua) dengan variabel Y (akhlak siswa).

Setelah diketahui skor tiap indikatornya maka seluruh data tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui hasil pengukurannya.

2. Teknik Analisis Data a. Deskriptif data

Untuk menjelaskan gambaran dalam penelitian ini berikut akan dijabarkan deskripsi data berupa rentang sekor, rata-rata, standar deviasi, dan modus. Selain itu, data akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan histogram untuk memperjelas deskripsi masing-masing variabel yang diteliti.

Skala data nominal menghasilkan data dalam bentuk kategori jawaban yang bisa dihitung jumlahnya dan dilukiskan dalam tabel frekuensi jawaban. Demikian juga data interval dalam bentuk skor-skor hasil pengukuran dapat dibuat kategori skor sehingga bisa dibuat dalam bentuk tabel distribusi skor.

Untuk mengukur frekuensi digunakan rumus persentase sebagai berikut:

P = 100 N

F Keterangan: P = Persentase

F = Jumlah jawaban responden N = Jumlah responden

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternatif jawaban apakah tergolong sangat baik, cukup baik, kurang baik dan sangat tidak baik, terlebih dahulu menentukan interval dengan cara berikut:


(44)

Interval =

bilangan Banyaknya

dah Skor teren

-nggi Skor terti

b. Uji Korelasi

Konsep analisis korelasi dapat dipahami melalui salah satu bentuk korelasi yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan teknik korelasi “product-moment” Person-r untuk melihat korelasi antara bariabel bebas dengan variabel terikat.8

Rumus Product Moment yaitu:

Keterangan:

rxy = Angka Indeks korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

X = Jumlah seluruh skor X

Y = Jumlah seluruh skor Y

Penafsiran nilai koefisien korelasi lebih jelasnya dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 3

Interprestasi Tingkat Hubungan Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat

8


(45)

c. Koefesien Deteminasi

Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi / sumbangan dari variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau “r” hitung dapat dihitung dengan menggunakan “Koefisien Determinasi” yakni merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan rumus:

Rumus Koefesien Determinan: KD = R2 x 100%

Keterangan:

KD = Konstribusi variabel X terhadap variabel Y

R2 = Koefesien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y d. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung

dengan ttabel. Untuk menghitung nilai thitung digunakan rumus sebagai

berikut: thitung =

2

1 2

r r

n r

 

Keterangan:

r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel Kriteria yang digunakan:

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik adalah pernyataan yang dapat diuji secara statistik mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian. Hipotesis statistik penelitian ini adalah:

Ho : ρ ≤ 0, artinya tidak ada pengaruh antara perhatian orang tua terhadap akhlak siswa.

Ha : ρ > 0, artinya ada pengaruh antara perhatian orang tua terhadap akhlak siswa.


(46)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah SMP Islam Yapkum Depok

SMP ISLAM YAPKUM didirikan pada tahun 1979. Gagasan berdirinya sekolah tersebut diawali keinginan pada tokoh masyarakat dan alim ulama setempat yang tergabung dalam jamaah Majlis Taklim Masjid Jami Al-Muthmainnah Meruyung Kecamatan Sawangan Kabupaten Bogor. Timbulnya gagasan tersebut karena saat itu diwilayah kecamatan Limo (sekarang) dan sekitarnya belum ada sekolah SMP atau yang sederajat baik negeri maupun swasta.

Gagasan tersebut juga mendapat respon yang baik dari kalangan generasi muda dan masyarakat sekitar yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh tani, dengan harapan tentunya bisa menyekolahkan anak-anak tanpa harus mengeluarkan biaya untuk transportasi.

Diawali dengan penyebaran amplop (sampul beramal) keseluruh masyarakat Meruyung yang dipungut setiap satu minggu sekali. Dalam jangka waktu beberapa bulan kemudian terkumpulah dana untuk memulai operasi, dengan dana yang sangat minim dan perlengkapan seadanya, maka dibentuklah sebuah yayasan dengan nama “Yayasan Pendidikan Kesejahteraan Ummat” yang disingkat “YAPKUM” sebagai salah satu persyaratan berdirinya sekolah.


(47)

Tanggal 5 Desember 1978 No. 8 oleh H. Bebasa Daeng Lalo, SH. Notaris di Jakarta, surat Akta Yayasan tersebut ditanda tangani/disahkan.

Tanggal 17 Januari 1979 akta tersebut didaftarkan dan ditanda tangani oleh Panitera Pengadilan Negeri Bogor.

Juli 1979 beroperasilan SMP ISLAM YAPKUM yang berlokasi sementara menumpang di MI Hayatul Islamiyah Meruyung Kecamatan Sawangan Kabupaten Bogor.

Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sore hari dari jam 13.00 WIB s.d. 18.00 WIB dengan jumlah murid pertama 27 orang, Guru 10 orang TU 1 orang.

2. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi:

Meningkatkan Disiplin Menciptakan Lulusan yang Berilmu Amaliyah dan Beramal Ilmiyah Selaras dengan Tatanan Iman

b. Misi:

1) Meningkatkan semangat berdisiplin untuk memberdayakan sekolah secara optimal sehingga tercipta kondisi sekolah yang memiliki karakteristik dan berwibawa

2) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

3) Meningkatkan kerja warga sekolah melalui inovasi dan kreativitas dalam input dan proses pembelajaran serta memiliki komitmen, pemahaman, dan kemampuan dalam melaksanakan tugas.

4) Menjunjung tinggi nilai-nilai agama, sehingga nuansa agama terasa dan dilaksanakan oleh seluruh sekolah sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.

5) Dukungan masyarakat terhadap program-program sekolah yang dibuktikan dengan tingkat partisipasi yang tinggi dari orang tua dan pihak lain terhadap sekolah.


(48)

c. Tujuan

Membentuk siswa berkepribadian baik sesuai dengan nilai-nilai Islam, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki kebugaran fisik dan kesehatan mental, mampu berkomunikasi secara baik dan lancar, serta memiliki sifat kepemimpinan dan keahlian hidup.

3. Keadaan Siswa

Tabel 1

Data Jumlah Siswa SMP Islam Yapkum Tahun Pelajaran 2014/2015

No Kelas L P Jumlah

1 7.A 22 16 39

2 7.B 21 17 39

3 7.C 21 16 37

4 7.D 21 15 36

5 8.A 15 15 30

6 8.B 16 14 30

7 8.C 18 20 33

8 8.D 20 17 32

9 9.A 19 16 35

10 9.B 21 16 37

11 9.C 19 18 37

Jumlah 213 180 385

Tingkat

Jumlah

Pertingkat Jumlah

L P

Kelas 7 85 64 151

Kelas 8 69 66 125

Kelas 9 59 50 109


(1)

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA

TERHADAP AKHLAK SISWA

Resp. X Y X2 Y2 XY

1 27 25 729 625 675

2 26 28 676 784 728

3 37 32 1369 1024 1184

4 39 28 1521 784 1092

5 40 35 1600 1225 1400

6 42 32 1764 1024 1344

7 43 33 1849 1089 1419

8 38 27 1444 729 1026

9 44 31 1936 961 1364

10 42 28 1764 784 1176

11 33 26 1089 676 858

12 38 35 1444 1225 1330

13 37 34 1369 1156 1258

14 36 32 1296 1024 1152

15 43 31 1849 961 1333

16 38 28 1444 784 1064

17 41 34 1681 1156 1394

18 40 36 1600 1296 1440

19 37 31 1369 961 1147

20 42 36 1764 1296 1512

21 40 34 1600 1156 1360

22 36 33 1296 1089 1188

23 43 34 1849 1156 1462

24 42 38 1764 1444 1596

25 45 36 2025 1296 1620

26 44 38 1936 1444 1672

27 48 38 2304 1444 1824

28 42 31 1764 961 1302

29 41 30 1681 900 1230

30 48 36 2304 1296 1728


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan pendidikan agama dalam keluarga terhadap sikap keagamaan siswa di SMPI YAPKUM Meruyung, Limo, Depok

0 5 89

Hubungan Antara Perhatian Orangtua Dengan Prestasi Belajar Siswa

1 6 100

Pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 3 16

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VIII Semester G

0 4 12

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Lingkungan Belajar Terhadap Kedisiplinan Belajar Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Mojosongo Ta

0 2 18

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Lingkungan Belajar Terhadap Kedisiplinan Belajar Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Mojosongo

0 3 14

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA, PERHATIAN GURU MATEMATIKA DAN AKTIVITAS PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA, PERHATIAN GURU MATEMATIKA DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X SMA

0 0 13

Perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar siswa (studi deskriptif tingkat perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015).

0 0 101

Pengaruh Perhatian Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP di Kota Mataram.

0 0 2

Pengaruh perhatian orang tua terhadap pr

0 0 12