Persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di SMP Dua Mei Ciputat

(1)

PERSEPSI SISWA TERHADAP POLA INTERAKSI DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DI SMP DUA MEI CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Yusuf Muarif Hidayat

NIM : 109015000106

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

PERSEPSI SISWA TERHADAP POLA INTERAKSI DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Guna Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Yusuf Muarif Hidayat NIM. 109015000106

Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Muhammad Arif, M.Pd NIP. 197006061997021002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Yusuf Muarif Hidayat

NIM : 109015000106

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di SMP Dua Mei Ciputat”

merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Maret 2014

Penulis

Yusuf Muarif Hidayat NIM. 109015000106


(5)

ABSTRAK

Yusuf Muarif Hidayat, NIM 109015000106, Persepsi Siswa terhadap Pola Interaksi dalam Pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penyebab proses pembelajaran di dominasi guru dan persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuatitatif. Teknik pengumpulan datanya antara lain observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Kemudian teknik analisisnya untuk wawancara yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan kuesioner menggunakan teknik yaitu editing, skorsing, dan tabulating.

Pola interaksi yang sering digunakan oleh guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat adalah pola satu arah dan pola dua arah. Pola satu arah merupakan cara untuk menyampaikan materi yang harus diketahui, atau sulit dipahami siswa. Sedangkan pola dua arah merupakan pola yang memungkinkan terjadinya timbal balik, guru menyampaikan materi dan siswa menanggapi materi yang disampaikan. Sedangkan persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat adalah sebagian kecil siswa mengatakan setuju terhadap pola interaksi satu arah. Sedangkan pola interaksi dua arah, hampir seluruhnya siswa mengatakan setuju.

Kata kunci : Persepsi siswa, Pola interaksi dalam pembelajaran, IPS, SMP Dua Mei Ciputat


(6)

ABSTRAK

Yusuf Muarif Hidayat, NIM 109015000106, Perception of Students about Patterns of Interaction in Learning Social Studies in Two May Junior High School, Ciputat. Thesis Studies Sociology of Education, Majoring in Social Study, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah of Jakarta, 2014.

The purposive of this research was to knowed the cause of the dominance of the teacher in the learning process and perception of students about patterns of interaction in learning social studies in Two May Junior High School, Ciputat. The method used in this research is descriptive qualitative approach and quantitative approach. Data collection techniques include observation, interviews, questionnaires, and documentation. Then analysis techniques for interviewing of data reduction, data display, and conclusion. And then questionnaire data using a technique is editing, suspension, and tabulating .

Patterns of interaction that are often used by social studies teacher in Two May Junior High School is the pattern one way and two-way pattern. One -way pattern is a way to convey the material to be unknown, or difficult to understand students. Meanwhile, two-way pattern is a pattern that allows for reciprocity, teachers and students respond to the material conveying the material presented. While the students' perception of patterns of interaction in learning social studies in Two May Junior High School is a small fraction of students said they agree on the pattern of one-way interaction. While the pattern of two-way interaction, nearly all the students said they agree.

Keywords : Perceptions of students, Patterns of interaction in learning, Social studies, Two May Junior High School


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur Alhamdulilah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, atas

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis maka selesailah skripsi ini yang berjudul

“Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat”. Tak lupa sholawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia, dan semoga kita menjadi pengikutnya hingga nanti, aamin. Selesainya skripsi ini tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan ini, dan lebih khusus ucapan terimakasih yang saya ucapkan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i MA.Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

3. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi,

terimakasih atas segala bimbingan, ilmu, waktu, serta motivasinya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

4. Ibu Cut Dhien Nourwahida. MA., selaku Dosen Pembimbing Akademik,

yang telah memberikan arahan, motivasi juga dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan,

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS, yang sudah memberikan ilmu dan

pengalaman dan mendidik untuk menjadi orang yang bermanfaat,

6. Bapak Enjang Supyan, M.Pd., selaku Kepala Sekolah Menengah Pertama

Dua Mei Ciputat yang telah memberikan banyak kontribusi,

7. Bapak Saptono, S.Pd dan Ibu Dra. Soparidah M.Pd, selaku Guru IPS SMP

Dua Mei Ciputat yang telah memberikan pembelajaran dan


(8)

8. Kedua orang tercinta yang sudah membesarkan dengan penuh rasa kasih sayang yang tak berujung,

9. Adik dan kakakku serta keluarga besar tercinta, ucapan terimakasih yang

tak terhitung oleh lembaran kertas maupun lisan,

10. Bella Septi Maulidya, S.Ip., yang telah merawat kembang menjadi indah

dan berbunga,

11. Bambang Prihadi, yang telah memberikan peristiwa di atas pangggung

miniatur,

12. Teater Syahid, Forum UKM dan kawan UKM, yang telah memberikan

catatan dalam riwayat baik lisan dan tulisan,

13. Ahmad Muhajir, yang telah berjuang untuk menjadi superman.

14. Kerabat seperjuangan dan jutawan yaitu Didik, Iqbal, Furqon, Rahman,

Cessna, Mubin dan Ridwan,

15. Teman seperjuang yaitu Bayu, Zaki, Desty, Nanda, Feri, Irul, Angga, Desi,

Ega, Maroh, Azar, Bus, Awang, Beles, Dj, Gagap, Didut, Ari Dll.

16. Teman-teman dari berbagai jurusan dan kampus lain yang telah terlibat

yaitu Reni, Naya, Arif Kud, Syafiq, Intje, Dkk.

17. Dan semua teman-teman Jurusan IPS ataupun dari Fakultas lainnya dari

berbagai angkatan baik yang kenal ataupun yang tidak, serta tak tercatatat dan terlupakan.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca umumnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Wassalamu’alaikumsalam Warrohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 19 Maret 2014


(9)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... i

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Persepsi ... 8

1. Pengertian Persepsi ... 8

2. Ciri-ciri Umum Persepsi ... 10

3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Persepsi ... 10

B. Pola Interaksi Guru dan Siswa ... 12

1. Pengertian Pola Interaksi ... 12

2. Jenis-jenis Pola Interaksi ... 14

3. Syarat Terjadinya Interaksi ... 24


(10)

C. Mata Pelajaran IPS ... 31

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 31

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 33

3. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial ... 34

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36

E. Kerangka Berpikir ... 38

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 41

C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Data dan Sumber Data ... 42

2. Teknik Pengumpulan Data ... 43

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 47

E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah ... 54

1. Identitas Sekolah ... 54

2. Sejarah Berdirinya SMP Dua Mei ... 54

3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Dua Mei Ciputat ... 55

a. Visi ... 56

b. Misi ... 56

c. Tujuan Umum ... 57

4. Struktur Organisasi SMP Dua Mei ... 57

5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 57

6. Keadaan Siswa ... 58

7. Kurikulum ... 59


(11)

C. Analisis dan Pembahasan ... 71

1. Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP

Dua Mei Ciputat ... 71 a. Pola Satu Arah ... 76 b. Pola Dua Arah ... 78

2. Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dimensi IPS dalam Kehidupan Manusia ... 36

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 43

Tabel 3.3 Pendoman Observasi ... 44

Tabel 3.4 Pendoman Wawancara ... 45

Tabel 3.5 Pendoman Kuesioner ... 47

Tabel 3.6 Skor pada Angket ... 53

Tabel 4.1 Nama-nama Guru dan Staf SMP Dua Mei ... 58

Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2010-2013 ... 59

Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2013-2014 ... 59

Tabel 4.4 Struktur kurikulum SMP Dua Mei Ciputat ... 60

Tabel 4.5 Nama-nama Responden ... 67


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Interaksi dalam Pembelajaran ... 16

Gambar 2.2 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada isi ... 16

Gambar 2.3 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada guru ... 16

Gambar 2.4 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada siswa ... 17

Gambar 2.5 Pola komunikasi satu arah ... 21

Gambar 2.6 Pola komunikasi dua arah ... 22

Gambar 2.7 Pola banyak arah atau multi arah ... 23

Gambar 4.1 Persentase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Satu Arah ... 63

Gambar 4.2 Persentase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Dua Arah ... 65

Gambar 4.3 Persentase Pola Interaksi Dalam Pembelajaran di SMP Dua Mei Ciputat ... 72


(14)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Observasi Lampiran 2 Hasil Wawancara Lampiran 3 Panduan Kuesioner


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

“Pendidikan merupakan subsistem budaya yang memiliki peran strategis

dalam mendayagunakan potensi manusia agar menjadi lebih baik lagi, matang, mantap, utuh, dan produktif. Pendidikan bukan hanya dipersiapkan untuk pengembang potensi diri manusia, melainkan juga mengantisipasi dampak buruk

dari kecenderungan perkembangan kebudayaan manusia.”1

Dalam garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 – 1988 tujuan

pendidikan dinyatakan sebagai berikut.

“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.” 2

“Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi

proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat

membentuk pola perilaku itu sendiri.”3

“Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu

guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang di desain secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan

1

Aryani Ine Kusuma dan Markum Susatim, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 4.

2

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda karya. 2007), h. 28.

3Ibid , h. 10.


(16)

interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada kegiatan belajar mengajar, keduanya (guru-murid) saling mempengaruhi dan memberikan masukan. Karena itulah kegiatan belajar mengajar harus merupakan

aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.”4

“Pendidikan di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara

guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam

kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan

bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi

antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.”5

Proses kegiatan interaksi belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di dalam kelas akan mempengaruhi jalannya proses pembelajaran. Ketika siswa tidak dapat bertanya pada saat kegiatan belajar mengajar dapat menghambat berlangsungnya proses kegitan belajar mengajar. Proses ini diharapkan dapat memicu keterampilan guru, sehingga keterampilan guru dalam mengajar perlu dipersiapkan dengan membuat rencana pembelajaran sebaik-baiknya dan semenarik mungkin.

Makna penting dalam proses belajar mengajar, yaitu terciptanya suatu proses interaksi belajar baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi dalam proses belajar mengajar dapat memberikan manfaat di sekolah yang baik bagi keduanya, karena guru dan siswa secara tidak langsung saling mempengaruhi ke dalam hal yang baik. Guru dan siswa memiliki peran dalam berlangsungnya proses interaktif, dimana guru memiliki peran sebagai pengajar dan siswa sebagai anak yang belajar.

4

Pupuh Fathurrohman, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 8.

5

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 172


(17)

Belajar adalah proses interaksi guru dengan siswa, siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa, dalam proses ini siswa dapat memperoleh pengalaman dari gurunya dan juga teman-temannya sendiri. Kemudian pengalaman yang didapatkan oleh siswa itu akan di konsultasikan kepada guru. Atau siswa dihadapkan masalah agar dapat diatasinya untuk dipecahkan masalahnya. Dengan adanya hal ini, maka terjadnya proses interaksi yang sangat memungkinkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dan siswa akan berkembang, baik mental maupun intelektual.

Oleh karena itu, dari kedua belah pihak antara guru dan siswa akan melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkannya sebagai mediumnya. Maka dengan adanya interkasi belajar mengajar jika diperankan secara optimal guna mencapai pengajaran yang sesuai dengan tujuan akan memiliki dampak yang baik. Adapun tujuan pengajaran itu dianggap berhasil dengan melihat sejauh mana hasil belajar siswa yang dapat dicapai atau diperoleh oleh siswa. Maka untuk mencapai itu semua perlu adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa selama proses pembelajaran. Tidak terlepas guru yang berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan tranformator memiliki peran yang amat penting untuk mencapai tujuan itu sendiri, sebagai upaya penyampaian pembelajaran dengan memperoleh hasil belajar siswa yang memuaskan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari SD/MI, SMP/MTS sampai SMA/SMK/MAN. Di SMP/MTS dan SMA/SMK/MAN mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi yang terdiri dari Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan untuk dapat mengenal dan mempelajari lingkungan sekitar atau lingkungan sosial.

Jika ditinjau lebih dalam lagi, maka nampak yang dibicarakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan hubungan antar manusia, kelompok dengan kelompok, mengenal peradaban awal atau sejarah manusia, manusia dengan alam sekitarnya dan lingkungannya serta permasalahan-permasalahan sosial.


(18)

Hal ini berkaitan dengan fenomena yang terjadi di SMP Dua Mei Ciputat. Dalam beberapa bulan selama berlangsungnya Praktek Profesi Keguruan Terpadu peneliti telah mengamati di sekolah SMP Dua Mei Ciputat mengenai proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, khususnya pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran IPS.

Peneliti melihat ada sebuah fenomena yang terjadi di dalam kelas, yaitu kegiatan pembelajaran yang diciptakan guru lebih sering didominasi oleh metode ceramah dan kurang divariasikan dengan metode pembelajaran lain. Kecenderungan guru ialah hanya terfokuskan penyampaian materi atau siswa hanya menjadi objek selama proses mengajar yang seharusnya keduannya saling memiliki peran selama proses belajar mengajar. Siswa hanya menyimak dan mendengarkan dengan baik. Dalam hal ini, siswa menjadi lebih pasif dan sangat kurang aktif, sehingga minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menjadi sangat penting dalam mencapai pembelajaran yang optimal dan bertujuan.

“Untuk mencapai tujuan pembelajaran, tentu saja seseorang bergantung

pada ketrampilan guru dalam mengelola kegitan interaksi belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi mutlak dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai

tujuan.”6

Dalam interaksi guru dengan siswa menjadi sangat optimal apabila siswa memiliki rasa antusiasme dan semangat belajar. Salah satunya dengan adanya motivasi belajar pada setiap siswa. Motivasi menjadi hal yang penting dalam kegiatan proses belajar siswa, karena dapat mempengaruhi proses belajarnya. Motivasi dapat memberikan semangat belajar dengan menumbuhkan rasa ingin tahu, rasa ingin mencapai, sehingga dapat menunjang proses belajar menjadi lebih baik. Ada banyak faktor-faktor yang dapat menunjang seorang siswa terdorong motivasi belajarnya, antara lain dengan adanya sarana dan prasarana, lingkungan sekolah, perilaku seorang guru, dan materi yang materi yang disampaikan guru

6

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 12.


(19)

serta temen sekelas juga memiliki peran penting. Melalui interaksi antara guru dan siswa diharapkan siswa dapat berkembang dengan baik, baik mental maupun intelektual.

Dengan demikian peneliti melihat, pola interaksi merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Khususnya siswa sebagai sesorang yang menjadi objek pembelajaran. Melalui pola interaksi yang dibagi menjadi tiga yaitu, pola satu arah, pola dua arah, dan pola tiga arah atau banyak arah memungkinkan salah satunya membentuk pembelajaran yang menjadi lebih efektik guna mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat menciptakan suasana belajar menjadi lebih efektif, kondusif dan produktif serta dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan. Atas dasar permasalahan di atas, maka peneliti tergugah untuk menela’ah lebih dalam terkait permasalahan tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti tertarik dengan judul “Persepsi Siswa terhadap Pola Interaksi dalam Pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru.

2. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh metode ceramah dan kurang

divariasikan dengan metode pembelajaran lain.

3. Siswa menjadi pasif kurang terlibat secara aktif.

4. Pola pembelajaran satu arah menyebabkan siswa kurang memiliki motivasi

dalam pembelajaran.

5. Kurang adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar.

6. Siswa kurang perhatian terhadap mata pelajaran IPS.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan keterbatasan peneliti untuk membatasi masalah-masalah yang sudah ada diidentifikasi dengan tujuan agar


(20)

penelitian lebih terarah dan terfokuskan serta tidak menyimpang dari pokok pembahasan dan pokok penelitian. Oleh karena itu, penelitian membatasi pada pokok pola interaksi dalam pembelajaran, serta difokuskan pada persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka dibuatlah suatu rumusan masalahnya, yaitu;

1. Apa yang menyebabkan proses pembelajaran di dominasi oleh guru.

2. Bagaimana persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di

SMP Dua Mei Ciputat.

E.

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang;

1. Mendeskripsikan penyebabkan proses pembelajaran di dominasi oleh guru.

2. Mengetahui persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat.

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian, yang terdiri dari :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu sosiologi. Belajar sebagai perubahan tingkah laku, karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.


(21)

Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.

2. Manfaat Pragtis

a. Manfaat bagi Instansi UIN Syarif Hidayatullah

Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada

b. Bagi Sekolah

1) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya

meningkatkan proses pembelajaran melalui interaksi

2) Sebagai informasi atau bahan pertimbangan lembaga membuat dan

menetapkan kebijakan dalam kegiatan proses belajar.

c. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumbangan pemikiran dan diharapkan mampu memberikan ruangan dan wahana baru bagi pengembangan ilmu dan konsep pendidikan dimasa yang akan datang.

d. Manfaat bagi Peneliti

Sebagai penambah khazanah keilmuan, pengalaman, latihan dan pengembangan teori untuk diterapkan, apa yang sudah di dapat selama dibangku perkuliahan.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.

Persepsi Siswa

1. Pengertian Persepsi

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno mengatakan

“dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran,

pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya

adalah orang lain.”7

Menurut kamus ilmiah popular yang diterbitkan oleh Tim Prima Pena,

“persepsi adalah hal mengetahui, melalui indera, tanggapan indera, daya

memahami”.8

Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah hasil sebuah pengamatan yang dapat diuraikan atau ditafsirkan melalui indera untuk mengetahui sesuatu hal.

Sedangkan menurut Slameto mengemukakan “persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar,

peraba, perasa, dan pencium.”9

“Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang

pengalaman terhadap sesuatu kejadian yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata mengunakan pengamatan penginderaan. Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan

7

Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial . (Jakarta; Salemba Humanika, 2011) h. 24

8

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 307 9

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 102.


(23)

mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar

akan diri kita sendiri.”10

Menurut Abdul Rahman Shaleh berpendapat “definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan. Mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi

berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.”11 Sarlito Wirawan

Sarwono dan Eko A. Meinarno berpendapat “secara umum, persepsi sosial adalah

aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali.

Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengeti orang lain.”12

“Dengan persepsi sosial, pertama kita berusaha mengetahui apa yang

dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan, orang lain. Kedua, membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka. Dan ketiga, menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan

pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.”13

Seperti pada contoh berikut ini yang dijelaskan oleh Sarlito Wirawan Sarwono dalam buku Pengatar Umum Psikologi mengatakan;

“Pada seorang bayi yang baru lahir, baying-bayang yang sampai ke otak

masih tercampur aduk, sehingga bayi belum dapat membeda-bedakan benda-benda dengan jelas. Makin besar anak itu, makin baiklah struktur susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah dengan bertambahnya pengalaman anak tersebut mulai dapat mengenal obyek-obyek satu persatu, menbedakan antara benda satu dengan benda yang lainnya dan mengelompokan benda-benda yang berdekatan dan serupa. Ia mulai dapat memfokuskan perhatian kepada satu obyek, sedangkan obyek-obyek lain

10

Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengatar Dalam Perspektif. (Jakarta; Kencana, 2004) h. 88

11Ibid, h. 89 12

Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial. (Jakarta; Salemba Humanika, 2011) h. 24

13Ibid, h. 25


(24)

di sekitarnya dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk

membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu.”14

Dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan proses pengamatan yang menciptakan sebuah pengetahuan yang diperoleh, ditafsirkan melaui penglihatan, pengalaman, perencanaan dan dipercaya sehingga menghasilkan sebuah pandangan pada sesuatu hal.

2. Ciri - Ciri Umum Persepsi

Menurut Abdul Rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab pada buku Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspekif Islam mengatakan bahwa

“penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, dan konteksi ini disebut

dengan sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi, diantaranya adalah:

a. Modalitas

Rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

b. Dimensi Ruang

Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar belakang, dan lain-lain.

c. Dimensi waktu

Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain.

d. Struktur Konteks

Keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya.

Struktur dan konteksi ini merupakan keseluruhan yang menyatu.”15

14

Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta; Bulan Bintang, 2000) h. 39

15

Abdul Rahman Saleh & Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengatar Dalam Perspektif. (Jakarta; Kencana, 2004) h. 89-90


(25)

3. Faktor – Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi

Menurut Abdul Rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab pada buku

Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspekif Islam mengatakan bahwa “karena

persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi:

a. Perhatian yang selektif.

b. Ciri-ciri rangsang.

c. Nilai dan kebutuhan individu.

d. Pengalaman terdahulu.”16

Untuk penjelasannya di atas diuraikan sebagai berikut;

a. Perhatian yang selektif.

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan.

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatian dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan.

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsag yang diam akan lebih menraik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangmya dan intensitas rangsangnya paling kuat.

e. Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamtannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga

16Ibid,


(26)

menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besardaripada anak-anak orang kaya.

f. Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengarui bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di pedalaman Irian.

B.

Pola Interaksi Guru dan Siswa

1. Pengertian Pola Interaksi

Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupan sehari-hari

membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut tercipta karena manusia saling membutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Karena manusia tidak bisa lepas dari manusia lainnya dan tidak bisa melakukan seorang diri. Kecenderungan manusia berhubungan melahirkan komunikasi dengan manusia yang lainnya. Sehingga terciptanya suatu interaksi.

Menurut Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip

mengatakan bahwa

interaksi merupakan hubungan antarmanusia yang sifat dari hubungan tersebut

adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika.”17

“Hubungan antara manusia satu dan lainnya disebut interaksi. Dari interaksi akan

menghasilkan produk-produk interaksi, yaitu tata pergaulan yang berupa nilai dan norma yang berupa kebaikan dan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut. Pandangan tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk tersebut

mempengaruhi perilaku sehari-hari.”18

Menurut Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip

dalam bukunya Ilmu

Sosial dan Budaya Dasar mengemukakan bahwa “i

nteraksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan

17

Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2011), h. 62.

18Ibid , h. 38.


(27)

tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya; Menurut H.

Booner dalam bukunya, Sosial Psychology, memberikan rumusan interaksi sosial,

bahwa: “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya. Menurut Gillin and Gillin yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual. Antar kelompok orang-orang, dan orang-orang perorang-orang dengan kelompok.” 19

Dengan demikian pada dasarnya, interaksi ialah hubungan antar inividu, kelompok, dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling mempengaruhi, merubah baik dari yang buruk menjadi lebih baik atau sebaliknya.

Dalam kamus bahasa Indonesia, “pola artinya adalah gambar, corak,

model, sistem, cara kerja, bentuk, dan struktur.”20 Sedangkan “ interaksi artinya

hal yang saling melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi, dan antar hubungan.”21 Apabila kata tersebut dikaitkan dengan interaksi maka dapat diartikan pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu dengan memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau hal-hal tertentu guna mencapai tujuan.

“Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia, M. Ali menyatakan bahwa pola

adalah gambar yang dibuat contoh / model. Jika dihubungkan dengan pola interaksi adalah bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Interaksi yang bernilai pendidikan dalam dunia pendidikan ataupun yang disebut dengan interaksi edukatif, sebagai contoh dari pola interaksi adalah dalam hal seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan suatu kelompok manusia di

19

M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007), h. 90-91.

20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008) h. 1088.

21Ibid


(28)

dalam kelas. Di dalam interaksi tersebut pada taraf pertama akan tampak bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses interaksi berlangsung dengan seimbang, di mana terjadi saling pengaruh-mempengaruhi antara kedua belah pihak. Sebagai contoh lain seorang guru mengadakan diskusi diantara anak didiknya untuk memecahkan sebuah persoalan, disinilah proses interaksi itu akan

terjadi, adanya saling memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.”22

Pola interasksi merupakan suatu cara, model, dan bentuk-bentuk interaksi yang saling memberikan pengaruh dan mempengaruhi dengan adanya timpal balik guna mencapi tujuan. Guru sebagai pengajar memiliki peran penting untuk dapat mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar melalui pola interaksi dimana guru berperan sebagai pemberi aksi melalui pengajaran dan juga bisa menjadi penerima aksi melalui pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh siswa. Sebaliknya siswa pun memiliki peran yang sama dengan guru bisa sebagai pemberi aksi melalui melalui pertanyaan-pertayaan yang diajukan olehnya dan juga bisa menjadi menjadi penerima aksi melaui belajar dan mendengarkan. Namun, kerjasama dapat sangat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar yang diperlukan oleh guru dan siswa.

2. Jenis-jenis Pola Interaksi

Belajar mengajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu atau kelompok secara sadar dan memiliki tujuan. Tujuannya berkaitan dengan arah dibawa kemana proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar interaksi dapat menjalankan fungsi sebagai media komunikasi agar mampu membawa perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Perlu adanya pola interaksi sebagai cara kerja atau bentuk arah komunikasi. Pola yang dimaksudkan ialah cara kerja atau bentuk komunikasi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Maka dengan itu diperlukannya bentuk atau jenis dari pola

22

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261303-pengertian-pola-interaksi/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 15.18 WIB


(29)

interaksi sebagai cara kerja atau bentuk agar terjadinya interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa.

“Kecenderungan manusia untuk berhubungan dengan yang lain

melahirkan komunikasi dua arah, baik melalui bahasa dan tindakan atau perbuatan. Karena ada aksi, maka reaksipun terjadi dan inilah unsur yang membentuk interaksi. Perlu dipahami bahwa interaksi sebagaimana dijelaskan di atas tidak sama dengan interaksi pendidikan. Oleh karenanya, interaksi di sekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai pendidikan. Menurut Djamarah interaksi pendidikan ini terjadi dengan sadar yang didasari atas tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan demikian, memunculkan istilah guru di satu pihak dan anak didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi pendidikan dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang

berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan.”23

“Proses pembelajaran tatap muka antara guru dengan siswa biasanya

dilakukan di dalam kelas (ruang), guru dalam proses itu lebih berfungsi sebagai pesan dan siswa penerimanya. Meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran termasuk komunikasi publik atau kelompok, guru sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal; hal ini bisa dilakukan karena proses komunikasi tatap muka dikelas mempunyai kelompok yang relatif kecil. Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Sikap responsif siswa tentunya tidak hanya merespon guru saja tetapi dapat merespon siswa lain yang telah lebih dahulu memberikan setimulus (pendapat, tanggapan atau pertanyaan) dalam kondisi seperti ini maka telah terjadi komunikasi multi arah. Jika siswa pasif saja, dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pertanyaan atau peryataan, maka meskipun komunikasi bersifat tatap muka,

tetap saja berlangsung komunikasi satu arah.”24

23

Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan, (Malang: UIN Malang Press, 008), h. 38. 24


(30)

ISI

Guru Siswa

Menurut Sumiati dan Asrabahwa “proses interaksi dalam mengajar terjadi

antara unsur guru, isi pembelajaran, dan siswa. Proses interaksi itu dapat di gambarkan dalam bagan seperti berikut:

a. Pola dasar interkasi dalam pembelajaran

Gambar 2.1

Proses Interaksi dalam Pembelajaran

b. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada isi

Gambar 2.2

Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada isi

c. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru

Gambar 2.3

Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada guru

d. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada siswa.”25

25

Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 62. Isi

Guru Siswa

Isi


(31)

Gambar 2.4

Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada siswa

Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :

a. Pola dasar interkasi dalam pembelajaran

Pola dasar interaksi terbagi kedalam tiga unsur, yaitu dengan adanya guru yang mengajarkan, siswa yang diajarkan dan materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar sangat bergantung kepada guru, karena secara langsung guru yang mengatur proses berjalannya kegiatan pembelajaran. Pengunaan metode sangat mempengaruhi terhadap dominasi guru dan siswa terhadap proses pembelajaran.

“Pola interaksi sebagaimana digambarkan oleh gambar di atas masih

bersifat pola dasar. Artinya dapat terlihat unsur mana dari ketiga unsur di atas mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Pola dasar ini dapat dijadikan dasar mengkaji berbagai gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru. Sebab kita amati praktek pembelajaran dewasa ini telah dijalankan, ternyata dapat membeda-bedakan gaya mengajar yang beraneka ragam. Disini tampak, bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakanya isi mendominasi proses interaksi, adakalanya siswa mendominasi proses

interaksi, dan adakalanya baik guru maupun siswa secara seimbang.”26

Ketiga unsur seperti, guru, siswa dan isi atau materi pembelajaran masih saling mempengaruhi dan saling tidak memiliki dominasi yang begitu kuat terhadap keberlangsungan pola interaksi. Dan pola interaksi yang terdiri pada unsur-unsur tersebut di jadikan pola dasar dalam proses pembelajaran agar terjadinya proses pembelajaran yang interaktif.

26Ibid,

h. 62.

Isi


(32)

b. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada isi

“Pada gambar di atas dapat dilihat, bahwa dalam proses pembelajaran

terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran di satu kutub, dan siswa mempelajari isi pembelajaran di kutub lain, namun terlihat berpusat pada isi/materi pembelajaran dalam praktek, proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru adakalanya terlihat kegiatan yang semata-mata

berpusat pada guru, dan adakalanya pula berpusat pada siswa.”27

Jadi dapat disimpulkan, bahwa pada penjelasan di atas memaparkan kegiatan belajar mengajar berpusat pada isi atau materi pembelajaran yang dilakukan baik oleh guru sebagai pengajar maupun siswa yang belajar.

c. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru

“Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada

guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktek pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada di pihak guru, sedangkan siswa hanya menerima

dan diberi pembelajaran (pasif).”28

Pada pembelajaran ini, guru menjadi pusat kegiatan belajar mengajar dan pada prakter pembelajaran sepenuhnya di pihak guru. Dalam hal ini, guru memiliki peran sebagai pusat informasi dan juga pusat belajar siswa, dimana guru sumber belajar siswa melalui materi pelajaran yang di sampaikan olehnya.

d. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada siswa

“Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada

siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari, dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Kegiatan dalam pembelajaran lebih banyak didominasi oleh siswa, sedangkan guru lebih banyak bersifat permisif, yakni

27Ibid,

h. 62. 28Ibid,


(33)

membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan siswa dalam mempelajari

apapun yang dimauinya.”29

Maka dapat disimpulkan bahwa ada pembelajaran ini, kegiatan belajar mengajar terdapat di pihak siswa. Keberlangsungan proses pembelajaran diperankan oleh siswa, sehingga siswa yang menyiapkan materi pembelajarannya yang akan menjadi bahan ajar untuk siswa sendiri.

“Ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses

interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan anak didik pasif. Mengajar di pandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. Dalam komunikasi sebagai interakasi atau komunikasi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akan terjadi dialog. Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik dituntut lebih aktif dari pada guru, seperti halnya

guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik lain.”30

Dalam jenis pola interaksi ini pendapat Moh. Uzer Usman dalam buku Syaiful Bahri Djamarah pada buku guru dan anak didik dalam interaksi edukatif juga “mengemukakan pendapatnya sebagai berikut;

a. Pola Guru – anak didik

Guru

Komunikasi sebagai aksi (satu arah)

Anak Anak Anak Didik Didik Didik

29Ibid,

h. 63. 30

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 12


(34)

b. Pola guru – anak didik – guru

Guru Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak

ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi

Anak Anak Anak Didik Didik Didik

c. Pola guru – anak didik – anak didik

Guru

Ada balikan bagi guru, anak didik saling belajar satu sama lain.

Anak Anak Anak Didik Didik Didik

d. Pola guru – anak didik, anak didik – guru, anak didik – anak didik

Interaksi optimal antara guru dan anak didik dengan anak didik (komunikasi sebagai transaksi, multi arah)

e. Pola melingkar

Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat giliran.” 31

Menurut Sumiati dan Asra pada buku Metode Pembelajaran “dalam proses pembelajaran, pola-pola komunikasi yang terjadi adakalanya bersifat searah, dua

arah, atau komunikasi banyak arah.”32

Untuk dapat lebih jelasnya di uraikan sebagai berikut:

a. Komunikasi satu arah

Keberlangsungan komunikasi satu arah biasanya di dominasi oleh guru. Karena proses pembelajaran berlangsung, hanya guru yang berperan aktif yaitu menyampaikan materi pembelajaran sehingga dominasi peran siswa menjadi lebih pasif, siswa mendengarkan dan guru menyampaikan.

“Komunikasi satu arah terjadi jika proses pembelajaran berlangsung

dengan cara penuangan atau penyampaian materi pembelajaran dari guru kepada siswa. Jadi arah komunikasi adalah dari guru kepada siswa. suasana kelas biasanya tenang dan tertib, tidak ada suara, kecuali yang ditimbulkan

31

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 13-14.

32


(35)

oleh guru keadaan ini disebut pola guru – siswa dengan komunikasi sebagai

aksi/satu arah.”33

Dapat disimpulkan bahwa pola satu arah atau komunikasi sebagai pemberi aksi dari guru kepada siswa dan juga pola yang didominasi oleh pihak guru selama proses pembelajaran. Guru menerangkan atau menyampaikan materi pembelajaran dan siswa mendengarkan dan menyimak dengan baik.

Gambar 2.5

Pola komunikasi satu arah

b. Komunikasi dua arah

“Komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran memungkinkan

terjadinya arus balik dalam komunikasi yaitu datang dari siswa kepada guru, selain dari guru kepada siswa. Komunikasi semacam ini terjadi jika proses pembelajaran dilakukan, misalnya dengan menggunakan metode atau teknik tanya jawab atau tidak ceramah saja. Suasana kelas dengan pola komunikasi dua arah jauh lebih hidup dan lebih dinamis dari suasana komunikasi satu arah. Ditandai dengan adanya umpan balik bagi guru meskipun kurang bahkan tidak ada komunikasi antar siswa. Keadaan seperti ini disebut pola

guru-siswa-guru dengan komunikasi sebagai interaksi.”34

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keberlangsungan pola dua arah atau komunikasi arus balik terjadi karena adanya komunikasi yang datang dari siswa kepada guru atau guru kepada siswa. Terjadinya pola

33Ibid, h. 65. 34Ibid,

h. 65.

Guru


(36)

ini karena penggunaan metode atau teknik tanya jawab. Pada kegiatan pembelajaran ini suasana kelas lebih interaktif karena adanya timbal balik antara guru dan siswa dan saling mendominasi.

Gambar 2.6

Pola komunikasi dua arah

c. Komunikasi banyak arah

“Komunikasi banyak arah dalam proses pembelajaran memungkinkan

terjadinya arah komunikasi ke segenap penjuru dan masing-masing berlangsung secara timbal balik. Arah komunikasi bisa terjadi dari guru ke siswa, siswa ke siswa dan siswa ke guru. Suasana kelas memungkinkan terjadinya interaksi belajar mengajar secara hidup dan dinamis. Untuk meningkatkan keaktifan belajar, pola komunikasi yang diciptakan oleh guru mempunyai arah banyak. Dengan pola komunikasi banyak arah dapat tercipta suasana kelas yang dapat merangsang kegiatan belajar mengajar secara aktif. Ditandai dengan adanya umpan balik/feedback bagi guru. Komunikasi bukan hanya antara guru dengan siswa, melainkan juga siswa dengan siswa.

Keadaan seperti ini disebut pola guru – siswa – siswa dengan komunikasi

sebagai interaksi.”35

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi banyak arah dapat memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih interaktif yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Dengan adanya timbal

35Ibid,

h. 66.

Guru


(37)

balik yang dilakukan oleh guru maupun siswa dapat meningkatkan keaktifan belajar.

Gambar 2.7

Pola komunikasi multi arah atau banyak arah

“Jika disimak secara lebih dalam sasaran pembelajaran adalah terjadinya

proses belajar pada diri siswa. Oleh karena itu kegiatan siswa yang bersifat aktif dalam mempelajari materi pembelajaran tertentu sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dalam kegiatan belajar siswa, diperlukan pula kegiatan yang bersifat aktif pada pihak guru, yaitu dengan memberikan bimbingan, dorongan, rangsangan dan arahan tentang apa yang sepatutnya dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, serta membantu siswa-siswi tertentu yang mendapat kesulitan belajar. Pada proses pembelajaran semacam ini keaktifan dalam melakukan kegiatan tidak hanya semata-mata berada pada guru semata, atau pada pihak siswa, melainkan tercermin pada adanya kegiatan guru yang bersifat aktif

dalam mengajar, dan kegiatan siswa yang bersifat pula dalam belajar.”36

Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, maupun yang berpusat pada siswa. Diketahui keberhasilan belajar melalui suatu penilaian yang dilakukan di akhir pembelajaran. Atas dasar penjelasan di atas, proses

36

Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 63.

Siswa

Siswa Siswa


(38)

pembelajaran merupakan upaya mempertemukan dua kutub ekstrim, yaitu guru

aktif – siswa pasif, dan guru pasif – siswa aktif, sehingga terjadi keseimbangan

keaktifan, baik di pihak guru maupun dipihak siswa.

Pandangan seorang guru tentang apa yang dimaksud dengan mengajar memberi warna pada metode pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagai suatu misal, guru yang berpandangan bahwa mengajar adalah menyampaikan pembelajaran kepada siswa, tentu akan menggunakan metode pembelajaran yang bersifat pemberian informasi kepada siswa tentang materi pembelajaran yang diajarkan. Sebaliknya, jika guru berpandangan bahwa, mengajar adalah membimbing siswa belajar, metode pembelajaran yang digunakan adalah membantu siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.

Pola tersebut dapat digambarkan dengan pembagian tiga bentuk pola interaksi, antara lain; komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi tiga arah arah atau banyak arah. Karena dengan adanya berbagai bentuk dari pola interaksi ini akan mempengaruhi terhadap metode yang dilakukan oleh guru. Metode pembelajaran inilah yang menjadi nilai penting terhadap keberlangsungan pola interaksi sebagai medium dari proses belajar mengajar. Guru memiliki peran penting dalam dalam proses belajar mengajar, karena guru seharusnya mengenali siswa dengan baik melalui interaksi yang lebih baik sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya.

3. Syarat Terjadinya Interaksi

Menurut Elly M. Setiadi dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

mengatakan “untuk terjadinya suatu interaksi sosial diperlukan adanya syarat

-syarat yang harus ada, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi”37

Untuk lebih jelasnya kedua syarat-syarat terjadinya suatu interaksi sosial

akan diuraikan sebagai berikut:

a. Adanya kontak sosial

37

M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007), h. 94.


(39)

“Kata kontak yang berasal dari bahasa latin “con” yang artinya

bersama-sama dan “tango” yang berarti menyentuh jadi secara harfiah

kontak berarti “bersama-sama menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak secara fisik. Misalnya, orang berbicara melalui telepon, berkirim kabar melalui surat, dan sebagainya. Kontak sosial ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negative. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak yang bersifat negative dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan bahkan

dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial.”38

“Suatu kontak dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak

primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum, dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan perantara. Misalnya A berkata kepada B, bahwa C mengangumi permainannya sebagai pemegang peranan utama salah satu sandiwara. Sama sekali tidak bertemu dengan C, akan tetapi telah terjadi kontak antara mereka, oleh karena masing-masing memberikan tanggapan, walaupun dengan sementara B. suatu kontak sekunder dapat dilakukan

secara langsung.”39

b. Adanya komunikasi

“Seseorang memberikan tafsir pada tingkah laku atau

perasaan-perasaan orang lain dalam bentuk pembicaraan gerak-gerik badan, atau sikap-sikap tertentu. Misalnya, seseorang anggota pramuka diatas sebuah bukit pada malam hari mengirimkan isyarat morse dengan lampu senter membuat huruf SOS secara berulang-ulang. Apabila orang tidak memahami sandi morse, barangkali isyarat tersebut dianggap sebagai sinar lampu biasa, dan itu juga tidak terjadi komunikasi. Lain halnya bila isyarat

38Ibid, h. 94. 39


(40)

tersebut diterima oleh anggota pramuka, pasti ia akan segera mengerti

maksud dari isyarat tersebut.”40

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan, dari satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi

pengertian bersama, pihak yang menyampaikan pesan disebut

komunikator, dan pihak penerima pesan disebut komunikasi.

4.

Interaksi dalam Pembelajaran

“Interaksi antara guru dan siswa adalah proses komunikasi yang dilakukan

secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Interaksi yang dimaksud disini tidak terlepas dari unsur komunikasi, yakni melibatkan komponen komunikator, komunikan, pesan, dan media. Keempat unsur ini akan melahirkan umpan balik yang disebut dengan interaksi (manakala dilihat dari istilah

komunikasi yang berasal dari Communicare yang berarti berpartisipasi,

memberitahukan, menjadi milik bersama).”41

“Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan

interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang

melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain.”42 “Dalam interaksi edukatif ada dua

buah kegiatan yakni kegiatan guru di satu pihak dan kegiatan anak didik di lain pihak. Guru mengajar dengan gayanya sendiri anak didik belajar dengan gayanya sendiri. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga memahami suasana psikologis

anak didik dan kondisi kelas.”43 Interaksi edukatif terjadi sepanjang proses

pembelajaran dan dapat berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan

40

M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007), h. 95.

41

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi– Cet. kedua, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2004), h. 91

42

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 1-2.

43

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 62


(41)

pembelajaran.44“Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi belajar mengajar, yaitu sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang merupakan substansi, sebagai medium antara guru dengan anak didik dalm rangka

mencapai tujuan.”45

“Prinsip interaktif mengandung makna bahwa pengajaran bukan hanya

sekedar menyampaiakan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan

berkembang baik mental maupun intelektual.”46

“Di dalam dunia pendidikan, interaksi dalam pembelajaran dan bertujuan

lebih dikenal dengan istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif dapat diartikan sebagai suatu aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf administrasi, maupun anak didik. Mereka dengan bersama-sama memiliki kesadaran dalam menciptakan suatu iklim pendidikan dan pembelajaran di sekolah, untuk menghasilkan sumber daya manusia (anak didik) yang berkualitas

dan handal sesuai perkembangan zaman.”47

Interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal apabila adanya kesadaran pendidik bahwa tugas mulia dalam mengajar dan mendidik anak didik itu sifatnya komperehensif. Melaksanakan tugas mencerdaskan anak didik yang memerlukan keteladanan baik di dalam maupun diluar sekolah. Interaksi merupakan dua unsur untuk saling berkomunikasi yang bertujuan, yaitu untuk menyampaikan sesuatu yang ingin disampaikan. Guru menyapaikan materi dan siswa menanggapi materi yang disampaikan. Perlu perhatian khusus saat terjadinya sebuah interaksi. Salah

44

Ahmadi, Lif Khoirun dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. 2011), h. 46.

45

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 62.

46

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2006), h. 133. 47

Abdullah dan Safarina HD. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 130.


(42)

satunya ialah sebuah proses saat belangsungnya kegiatan belajar mengajar. Melalui proses yang baik akan mendapatkan hasil yang baik.

“Kegiatan belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma

ke dalam jiwa anak didik. Itulah sebabnya kegiatan ini di dalam pembahasan ini

dipakai istilah Proses Interaksi Edukatif. Semua norma yang diyakini

mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Interaksi antara guru dengan anak didik terjadi karena saling membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai

kesamaan langkah dan tujuan, yakni kebaikan.”48 Menurut Syaiful Bahri Djamrah

maka tepatlah bila dikatakan bahwa “guru mitra anak didik dalam kebaikan.” Terciptanya suatu interaksi karena adanya komunikasi guru dengan siswa yang bertujuan merupakan proses dari kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari pembelajaran ialah dapat mengembangkan kemampuan siswa, baik mental maupun intelektual. Hubungan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar merupakan dua unsur yang dapat saling mempengaruhi. Karena antara guru dan siswa merupakan unsur penting dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Guru yang berperan sebagai pengajar atau subyek yang dapat mengatur terhadap keberlangsungan proses pembelajaran sangat memiliki pengaruh di dalam proses pembelajaran, salah satunya penggunaan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Karena metode merupakan alat atau medium untuk menciptakan interaksi yang lebih teratur dan terarah. Penentuan metode pembelajaran merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran.

Sebab dapat berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran. Jika guru semakin kreatif terhadap penggelolaan kelas maka semakin bervariatif metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru tersebut. Penggunaan

48

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 5.


(43)

metode yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh terhadap keaktifan siswanya di dalam ruang kelas.

“Hubungan guru dengan siswa atau anak didik di dalam proses belajar

mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dan siswa yang tidak harmonis dapat

menciptakan suatu hasil yang tidak di inginkan.”49

Pendidik dan peserta didik merupakan dua pelaku terjadinya interaksi edukatif. Dan memiliki peran fungsional dalam wilayah aktifitas dalam dunia pendidikan. Masing-masing dari guru dan siswa saling pengaruh dan mempengaruhi di antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, maka keberlangsungan proses pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik. Karena guru dan siswa harus memiliki hubungan yang erat dan baik demi mencapai tujuan belajar mengajar.

“Pendidikan di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interakasi antara

guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam

kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan

bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi

antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.”50

Menurut Nana Sudjana

dalam bukunya

Penilaian Hasil Proses Belajar

Mengajar mengatakan bahwa “proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa

dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing

49

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 147.

50Ibid , 172.


(44)

jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.”51

“Hampir semua pelajaran memerlukan kemampuan berpikir. Kemampuan

berpikir termasuk ranah pada ranah kognitif, meliputi kemampuan menganalisis, kemampuan mengevaluasi, dan kemampuan mencipta atau dalam istilah taksonomi hasil revisi taksonomi Bloom yaitu mampu untuk menguasai dimensi proses kognitif. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan menstransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena didalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya. Kemampuan yang kedua psikomotor, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan gerak, yaitu menggunakan otot seperti lari, melompat melukis, berbicara,

menbongkar dan memasang peralatan dan sebagaianya.”52

Kemampuan siswa yang baik secara mental dan intelektual merupakan hasil dari belajar. Karena hasil merupakan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik antara guru dengan siswa guna mencapai tujuan tersebut. Sekolah sebagai wadah kegiatan mereka sangat memiliki peran sebagai medium atau perantara yang di antaranya dengan adanya sarana dan prasana dapat mendorong untuk terjalinnya hubungan atara guru yang baik. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. maka dari itu perlu adanya suatu kerja sama yang baik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai yang diajarkan, karena secara tidak langsung dan tanpa disadari

51

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22.

52Ibid . h 12.


(45)

guru juga belajar dari siswa. Melalui pola interaksi guru dapat lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga selama proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, dan kondusif.

“Hubungan guru dan murid di dalam kelas secara langsung sudah

menanamkan rasa keimanan yang bisa dibuktikan secara interaksi belajar mengajar, sedangkan interaksi belajar mengajar adalah hubungan aktif antara guru yang mengajar dengan siswa yang belajar untuk mencapai tujuan instruksional

yang telah ditentukan.”53

Makna dari hubungan antara guru dengan siswa di dalam ruang pendidikan bukanlah hanya sekedar aktifitas sederhana yang dilakukan oleh keduanya, guru yang menyampaikan dan siswa yang menerima. Akan tetapi ini merupakan sebuah fenomena dari realitas sosial dimana guru dan siswa secara langsung dan tidak langsung dituntut untuk saling memahami, bagaimana siswa yang diajarkan harus dapat memahami apa yang guru sampaikan begitu juga siswa harus dapat memahami apa yang guru sampaikan. Karena guru dan siswa merupakan unsur dasar terjadinya interaksi edukatif yang diharuskan berproses dalam ikatan guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, interaksi edukatif adalah satu gambaran hubungan aktif antara guru dan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.

b.

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

“Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil

kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam system pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah

53

Etty Ratnawati, Interaksi dan Proses Komunikasi dalam pembelajaran, Jurnal Al-Tarbiyah, Volume XX Nomor 2, Desember 2007, h. 274


(46)

nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi

serta mata pelajaran ilmu sosial lainnnya.”54

Menurut Muhammad Nu'man Somantri, IPS adalah ”sutau penyederhana disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi, dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan padan tingkat pendidikan dasar dan

menengah.”55

Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya karena pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup sendirian untuk memenuhi kebutuhannya. Melalui cabang-cabang yang dipelajari saat disekolah seperti pelajaran sosiologi, ekonomi, sejarah dan geografi.

Menurut Ali Amran Udin pada buku ilmu Sosial dasar menyatakan “Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk

tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and

secondary school).”56

Menurut Trianto dalam Buku Model Pembelajaran Terpadu mengatakan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang

ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena social yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu social (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan

budaya).”57 IPS atau studi social merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang

diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Pengetahuan sosial meliputi konsep-konsep ynag tercangkup sederhana yang sering kali terdapat pada kehidupan sehari-hari yang meliputi kegiatan

54

Sapriya, Pendidikan IPS. (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7 55

Nu'man Sumantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001) cet.1, h.74

56

Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 2. 57


(47)

interaksi sosial baik dengan keluarga, teman sebaya, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Kegiatan sosial dapat dimulai sejak kita baru lahir dengan adanya interaksi dengan orang tua atau pun keluarga, lalu berkembang terus menerus sehingga dapat mengenal teman, mengenal tetangga, Negara, dan dunia. Mengenal Negara antara lain kita dapat mengenal kota-kota serta pulau-pulau yang terdapat di Negara, khususnya Negara yang kita tempati. Selain Negara kita mengenal juga letak geografis dari kota dan pulau tersebut. maka dengan kita mengenal itu semua secara tidak langsung kita sudah belajar mengenai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

“Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia

dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan

sosial masyarakatynya.”58

Ilmu pengetahuan sosial salah satu mata pelajaran yang dipelajari dari SD/MI, SMP/MTS, sampai SMA/SMK/MAN. Banyak siswa yang mengeluhkan terkait pada mata pelajar Ilmu pengetahuan sosial dikarenakan materi yang di ajarkan banyak terdapat teori-teori yang diharuskan dihafal.

5.

Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

“Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah

58Ibid,.


(48)

diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.”59

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode

yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun

diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun

masyarakat.

f. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

g. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat

menghakimi.

h. Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam

kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a

democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

i. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa

terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.

6.

Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial

59Ibid,.


(1)

HASIL WAWANCARA

Nama : Dra. Soparidah, M.Pd

Inisial : SPD

Jabatan : Wali kelas IX, Guru IPS

Mata Pelajaran : Ekonomi dan Sejarah Hari dan Tanggal : Rabu, 22 Januari 2014

Waktu : 10.10 – selesai

1. Menurut bapak/ibu, dalam kegiatan belajar mengajar metode apa saja yang digunakan?

“biasannya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.”

2. Mengapa dalam kegiatan belajar mengajar bapak/ibu sering menggunakan metode tersebut?

karena metode-metode tersebut akan mempermudah kita dalam mengajar, mentranfer dan menginformasikan materi yang akan

dibahas.”

3. Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode ceramah apa saja?

kelebihan metode caramah ialah pertama, dapat menjangkau penyajian materi bisa lebih luas. Kedua, guru dapat mengatur materi yang akan menjadi prioritas. Dan ketiga, guru dapat memantau keadaan kelas.

Kekurangannya ialah pertama, materi yang dikuasai siswa terbatas. Kedua, membuat anak-anak jenuh dan mengantuk. Dan ketiga sulit

untuk mengatahui daya serap siswa.”

4. Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Tanya jawab apa saja?

kelebihannya ialah pertama, siswa dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan


(2)

pendapat. Dan kedua, merangsang siswa untuk berlatih mengembangkan daya pikir.

Kekurangannya ialah banyak waktu terbuang,waktu terbatas, dan

membuat siswa takut karena tidak siap untuk menjawab pertanyaan.” 5. Menurut bapak/ ibu kelebihan dan kekurangan metode diskusi apa

saja?

kelebihannya ialah. meyadarkan siswa bahwa masalah dapat diselesaikan, menyadarkan siswa bahwa mereka bisa memberikan pendapat, dan membiasakan anak-anak untuk dapat menghargai pendapat orang lain.

Kekurangannya ialah tidak dapat dipakai untuk kelompok besar, siswa mendapatkan informasi yang terbatas, dan dikuasai oleh siswa yang suka berbicara.

6. Metode apa yang paling sering bapak/ibu gunakan untuk mengajar? “biasanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.” 7. Mengapa bapak/ibu sering menggunakan metode tersebut?

“karena sebagai sarana untuk memotivasi anak agar memiliki rasa ingin keingintahuan yang besar ”

8. Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak/ibu dalam menentukan metode-metode untuk mengajar?

“pertama, untuk menjelaskan materi yang menjadi pokok bahasan. Kedua, untuk memotivasi peserta didik supaya lebih giat dalam belajar. Dan ketiga, agar peserta mulai belajar untuk berani menyampaikan pendapat, serta tanggung jawab.”

9. Apakah ada keterkaitan atau pengaruh antara metode yang satu dengan yang lainnya? Kenapa?

“pasti berpengaruh, misal metode ceramah berfungsi mentransfer

materi ke anak-anak, kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab. Tujuannya untuk mengetahuai daya serap anak-anak dan metode diskusi untuk melatih anak-anak berani dalam menyampaikan serta


(3)

menjelaskan dan menjabarkan materi yang di dapat dari pola satu

arah.”

10. Dalam mengajar apakah ada perbedaan pada saat mengajar mata pelajaran ekonomi dan sejarah?

tidak, karena dalam mengajar kita didukung oleh buku-buku yang cukup, media dan metode yang memudahkan siswa untuk memahami

mater yang disampaikan.”

11. Menurut bapak/ibu, apakah ada kesulitan pada saat mengajar pada materi ekonomi dan sejarah?

“tidak ada.”

12. Bagaimana bapak/ ibu dalam mengatasi kesulitan pada saat mengajar pada materi ekonomi dan sejarah?

“tidak ada.”

13. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kendala pada saat mengajar ketika menggunakan salah satu metode?

“pernah.”

14. Kendala apa saja yang sering bapak/ibu hadapi pada saat mengajar? “pertama, kesulitan dalam menyerap materi yang kita ajarkan dan

kedua, tidak ada yang ingin bertanya karena tidak berani dan malu.”

15. Bagaimana solusi bapak/ibu terhadap kendala-kendala yang sering bapak/ibu hadapi?

“solusinya dengan melakukan perubahan dalam penggunaan metode

media pembelajaran. mengulang dalam menjelaskan materi yang di bahas, dan kita beri umpan atau pertanyaan kepada peserta didik

agar peserta didik ingin dan berani berpendapat.””

16. Pola interaksi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu satu arah, dua arah dan tiga arah atau banyak arah. Adakah pola yang memiliki pengaruh terhadap belajar siswa? Mengapa?

“ada, pola Tanya jawab. karena pola-pola tersebut dapat memotivasi


(4)

adanya interaksi dua arah dapat meningkatkan siswa lebih giat

belajar.”

17.Tahun berapa bapak/ibu sudah mulai mengajar? dan sudah berapa lama bapak/ibu mengajar di sekolah?

“mengajar sejak 1995, disekolah ini tahun 2001.” 18.Mata pelajaran apa saja yang bapak/ibu ajarkan?


(5)

KUESIONER

A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih jawaban setuju atau tidak setuju. Jika pertanyaan sesuai dengan anda, berilah tanda ceklist ( √ ).

B. Jawaban tidak sama sekali berpengaruh terhadap nilai. C. Tulislah identitas dibawah ini

Nama : Kelas :

No. Pertanyaan

Jawaban Setuju Tidak

Setuju

Alasan setuju dan tidak setuju

1 Saya senang guru menjelaskan materi dengan ceramah.

2 Saya senang guru menjelaskan dan siswa diam mendengarkan penjelasan dengan baik. 3 Saya senang jika guru menjelaskan tanpa

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

4 Saya senang jika hanya diam mendengarkan guru menjelaskan tanpa diberi kesempatan untuk berpendapat

5 Saya senang jika hanya menyimak saat guru menjelaskan materi yang disampaikan dan tidak mengajukan sebuah pertanyaan

6 Saya senang guru menjelaskan materi dengan tanya jawab

7 Saya senang jika guru menjelaskan materi dengan memberi kesempatan untuk memberikan pendapat.

8 Saya senang jika guru menjelaskan materi dengan melibatkan siswa dengan

memberikan pertanyaan.

9 Saya senang jika terlibat dalam memberikan pendapat saat guru menjelaskan materi yang disampaikan.

10 Saya senang jika diberi pertanyaan oleh guru, saat menjelaskan materi yang disampaikan kepada siswa.


(6)