Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Prinsip Kepentingan Terbaik bagi Anak dan Problematikanya T1 312012050 BAB IV
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak merupakan prinsip yang mendasari Konvensi
Internasional tentang Hak anak. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak secara
tertulis dalam Pasal 3 Ayat (1) Konvensi Internasional Mengenai Hak Anak.
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama dalam
setiap kebijakan yang menyangkut anak baik yang dilakukan oleh
lembaga-
lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta, pengadilan, penguasapenguasa pemerintahan atau badan-badan legislatif.
Indonesia adalah salah satu negara yang sudah meratifikasi konvensi ini, ini
berimplikasi bahwa Indonesiapun harus menerapkan prinsip ini dalam setiap
kebijakan yang dilakukan. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 Konvensi
Internasional mengenai Hak Anak.
Permasalahan dalam prinsip kepentingan terbaik bagi anak dapat kita jumpai dalam
berbagai bidang yaitu bidang Politik (Keseriusan Pemerintah
terhadap
Perlindungan Anak dan Kepentingan terbaik bagi anak dalam program parpol),
Problem Ekonomi (Keterkaitan daya beli yang rendah terhadap kesejahteraan anak,
Belum semua sekolah gratis, dan Pemenuhan biaya kesehatan), Problem Sosial
(Secara sosiologis masyarakat belum berfikir secara benar tentang Kepentingan
Terbaik bagi Anak, Penguatan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan
Permasalahan pekerja anak), Problem Budaya (Belum semua budaya lokal paham
tentang Kepentingan Terbaik Bagi Anak dan Permasalahan anak-anak suku
terasing), Problem Hukum (Lemahnya legislasi tentang perlindungan anak tingkat
daerah, Tingginya angka kriminalitas anak, Belum ada adanya pemberlakuan
kesadaran hukum dalam kurikulum sekolah, dan Belum meratanya program
pendampingan anak bermasalah dengan hukum), dan Problem Psikologis (Rasa
aman dan nyaman bagi anak dan Eksploitasi anak)
94
B.
Saran
1.
Anak adalah manusia, hak asasi adalah milik semua manusia termasuk anak.
Oleh karena itu hendaknya setiap kehidupan anak dapat terlindungi oleh
hukum melalui pembentukan peraturan perundang-undangan. Penerapan
prinsip kepentingan terbaik bagi anak hendaknya diterapkan secara
keseluruhan tidak hanya secara semu atau sebagian. Bukan hanya secara
tertulis namun juga dalam penerapannya sehari-hari.
2.
Melakukan berbagai perbaikan baik secara politik, sosial, budaya, hukum,
ekonomi, dan psikologis agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak dapat
menjadi pertimbangan utama dalam mengambil setiap kebijakan. Hal ini
sesuai dengan bunyi Pasal 3 Ayat (1) Konvensi Internasional tentang Hak
Anak.
95
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak merupakan prinsip yang mendasari Konvensi
Internasional tentang Hak anak. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak secara
tertulis dalam Pasal 3 Ayat (1) Konvensi Internasional Mengenai Hak Anak.
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama dalam
setiap kebijakan yang menyangkut anak baik yang dilakukan oleh
lembaga-
lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta, pengadilan, penguasapenguasa pemerintahan atau badan-badan legislatif.
Indonesia adalah salah satu negara yang sudah meratifikasi konvensi ini, ini
berimplikasi bahwa Indonesiapun harus menerapkan prinsip ini dalam setiap
kebijakan yang dilakukan. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 Konvensi
Internasional mengenai Hak Anak.
Permasalahan dalam prinsip kepentingan terbaik bagi anak dapat kita jumpai dalam
berbagai bidang yaitu bidang Politik (Keseriusan Pemerintah
terhadap
Perlindungan Anak dan Kepentingan terbaik bagi anak dalam program parpol),
Problem Ekonomi (Keterkaitan daya beli yang rendah terhadap kesejahteraan anak,
Belum semua sekolah gratis, dan Pemenuhan biaya kesehatan), Problem Sosial
(Secara sosiologis masyarakat belum berfikir secara benar tentang Kepentingan
Terbaik bagi Anak, Penguatan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan
Permasalahan pekerja anak), Problem Budaya (Belum semua budaya lokal paham
tentang Kepentingan Terbaik Bagi Anak dan Permasalahan anak-anak suku
terasing), Problem Hukum (Lemahnya legislasi tentang perlindungan anak tingkat
daerah, Tingginya angka kriminalitas anak, Belum ada adanya pemberlakuan
kesadaran hukum dalam kurikulum sekolah, dan Belum meratanya program
pendampingan anak bermasalah dengan hukum), dan Problem Psikologis (Rasa
aman dan nyaman bagi anak dan Eksploitasi anak)
94
B.
Saran
1.
Anak adalah manusia, hak asasi adalah milik semua manusia termasuk anak.
Oleh karena itu hendaknya setiap kehidupan anak dapat terlindungi oleh
hukum melalui pembentukan peraturan perundang-undangan. Penerapan
prinsip kepentingan terbaik bagi anak hendaknya diterapkan secara
keseluruhan tidak hanya secara semu atau sebagian. Bukan hanya secara
tertulis namun juga dalam penerapannya sehari-hari.
2.
Melakukan berbagai perbaikan baik secara politik, sosial, budaya, hukum,
ekonomi, dan psikologis agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak dapat
menjadi pertimbangan utama dalam mengambil setiap kebijakan. Hal ini
sesuai dengan bunyi Pasal 3 Ayat (1) Konvensi Internasional tentang Hak
Anak.
95