Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stimulasi Senam Otak (Brain Gym) pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD): Studi Kasus pada Anak ADHD T1 462012084 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan
yang
bersifat
manusia
progresif
merupakan
dan
perubahan
berlangsung
secara
berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai satu tahap
perkembangan akan sangat menentukan keberhasilan
pada tahap berikutnya. Proses tersebut bersifat dinamis
dan menitikberatkan pada hubungan antara pertumbuhan,
perkembangan, maturasi serta diferensiasi (Wong dkk,
2000). Apabila dalam proses diatas ada yang terganggu
atau
terhambat
dan
dibiarkan,
maka
pada
tahap
selanjutnya sulit untuk mencapai perkembangan yang
optimal. Tidak semua anak memiliki perkembangan yang
normal dan banyak di antara mereka mengalami gangguan
atau hambatan dalam proses tersebut, salah satunya
adalah anak berkebutuhan khusus (ABK).
Berdasarkan
data
dari
Badan
Pusat
Statistik
Nasional (BPSN), prevalensi ABK tahun 2007 terdapat 8,3
juta anak dari total 82 juta anak di Indonesia (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Menurut Balai
Pengembangan Pendidikan Khusus (BP-DIKSUS), jumlah
1
2
anak berkebutuhan khusus (ABK) di Provinsi Jawa Tengah
yaitu 15.206 anak yang terdaftar di sekolah-sekolah SLB
(Sekolah
Luar
Biasa).
Melihat
jumlah
pertumbuhan
penduduk Indonesia yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan, pemerintah memprediksi bahwa angka anak
berkebutuhan khusus juga akan bertambah (Republika,
2013). ADHD merupakan salah satu anak berkebutuhan
khusus (BP-DIKSUS, 2012).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas memiliki
kelemahan memusatkan perhatian pada sesuatu yang
dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat
dibandingkan anak lain yang seusia. Biasanya anak ADHD
juga disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang
impulsif. Anak ADHD relatif tidak mampu menahan diri
untuk merespon situasi pada saat itu, sehingga mereka
benar-benar tidak bisa menunggu (Martin G.L, 2008).
Berdasarkan DSM (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder) edisi IV pada tahun 2004, prevalensi
ADHD 3-5% diantaranya adalah anak-anak usia sekolah. Di
Indonesia belum ada data yang akurat mengenai jumlah
anak ADHD. Namun, berdasarkan survei yang dilakukan
Saputro (2009), angka kejadian anak ADHD pada populasi
3
anak Sekolah Dasar yaitu 16,3% (sekitar 3,5 juta) dari total
populasi 25,85 juta anak. Berdasarkan jumlah tersebut,
30%-80% diagnosis menetap hingga usia remaja dan 65%
hingga usia dewasa.
Penanganan
kasus
ADHD
pada
umumnya
menggunakan terapi farmakologi sebagai terapi utama.
Namun, terapi tersebut tidak disarankan sebagai terapi
tunggal karena dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kecanduan bahkan ketergantungan obat sampai ia dewasa
(Martin G.L, 2008). Pendekatan-pendekatan multidisiplin
bersama pengobatan ADHD memiliki hasil yang lebih baik
dalam jangka panjang daripada obat-obatan saja. Salah
satu manfaat dari stimulan adalah untuk memaksimalkan
(Martin G.L, 2008). Brain gym menjadi salah satu solusi
baru bagi penanganan anak ADHD. Selain merupakan
penanganan yang paling mudah dan murah dilakukan,
brain gym juga dapat menyeimbangkan otak kanan dan
otak
kiri
(Nughareni
serangkaian
gerak
K,
tubuh
2015).
yang
Brain
gym
adalah
sederhana
untuk
meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan
keseluruhan otak (Dennison PE & Dennison GE, 2002).
Hasil penemuan observasi awal yang dilakukan
peneliti di sekolah pada tanggal 28 Januari 2016 yaitu anak
4
ADHD memiliki perilaku yang sulit dikontrol seperti suka
mengamuk tiba-tiba, mengganggu anak lain yang berada
didekatnya, perhatian yang mudah teralihkan dan sulit
menerima pelajaran selama di sekolah. Hasil dari observasi
tersebut juga didukung oleh pernyataan wali kelas bahwa
selama disekolah anak dengan ADHD harus didampingi
baik guru maupun orang tua selama proses belajar
mengajar.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di
atas, maka peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut
mengenai Stimulasi Senam Otak (Brain Gym) pada Anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi
fokus penelitian, yaitu : Bagaimana Stimulasi Senam Otak
(Brain Gym) pada anak Attantion Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) ?
1.3 Signifikansi dan Keunikan Penelitian
Pentingnya dilakukan penelitian tentang Stimulasi Brain
Gym pada Anak ADHD (Studi Kasus Pada anak ADHD)
adalah
untuk
menerapkan
stimulan
baru
dalam
penanganan anak ADHD. Seperti penelitian yang dilakukan
5
oleh Nancy Jackson tahun 2003 bahwa terapi musik
terbukti memiliki pengaruh terhadap penurunan kesulitan
perilaku siswa sekolah dasar dengan gangguan ADHD.
Selain itu dalam penelitian tersebut metode yang digunakan
menggunakan
metode
kuantitatif,
dimana
peneliti
menggunakan metode eksperimen. Sedangkan metode
yang digunakan dalam penelitian stimulasi brain gym pada
anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yaitu
kualitatif (studi kasus) dimana penelitian ini memerlukan
keterlibatan aktif dalam mengidentifikasi stimulasi Brain
Gym pada anak ADHD.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran Stimulasi senam otak (Brain
Gym)
pada
Anak
ADHD
(Attention
Deficit
Hyperactivity Disorder).
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Mendeskripsikan senam otak (brain gym)
pada anak ADHD.
1.4.2.2 Mendeskripsikan respon anak ADHD saat
diberikan stimulasi senam otak.
1.4.2.3 Mendeskripsikan pengaruh stimulasi senam
otak pada anak ADHD.
6
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberi informasi ilmiah yang bermanfaat dalam
pengembangan ilmu keperawatan pediatri tentang
stimulasi brain gym pada anak ADHD (studi kasus
pada anak ADHD) dan dapat dijadikan bahan
penelitian berikutnya.
1.5.2 Praktis
1.5.2.1 Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi
yang
pengembangan
bermanfaat
program
studi
dalam
ilmu
keperawatan pediatri khususnya mengenai
stimulasi brain gym pada anak ADHD (studi
kasus pada anak ADHD).
1.5.2.2 Bagi Orang Tua anak ADHD
Hasil penelitian ini dapat memberi wawasan
dan pengetahuan tentang penerapan maupun
pelaksanaan brain gym pada anak ADHD
sehingga dapat diterapkan oleh orang tua
kepada anaknya secara mandiri.
7
1.5.2.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengalaman,
wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian stimulasi brain
gym
pada
anak ADHD (studi kasus pada
anak ADHD).
1.5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah
data atau referensi bagi peneliti selanjutnya
untuk
dapat
mengembangkan
penelitian
stimulasi brain gym pada anak ADHD (studi
kasus pada anak ADHD).
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan
yang
bersifat
manusia
progresif
merupakan
dan
perubahan
berlangsung
secara
berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai satu tahap
perkembangan akan sangat menentukan keberhasilan
pada tahap berikutnya. Proses tersebut bersifat dinamis
dan menitikberatkan pada hubungan antara pertumbuhan,
perkembangan, maturasi serta diferensiasi (Wong dkk,
2000). Apabila dalam proses diatas ada yang terganggu
atau
terhambat
dan
dibiarkan,
maka
pada
tahap
selanjutnya sulit untuk mencapai perkembangan yang
optimal. Tidak semua anak memiliki perkembangan yang
normal dan banyak di antara mereka mengalami gangguan
atau hambatan dalam proses tersebut, salah satunya
adalah anak berkebutuhan khusus (ABK).
Berdasarkan
data
dari
Badan
Pusat
Statistik
Nasional (BPSN), prevalensi ABK tahun 2007 terdapat 8,3
juta anak dari total 82 juta anak di Indonesia (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Menurut Balai
Pengembangan Pendidikan Khusus (BP-DIKSUS), jumlah
1
2
anak berkebutuhan khusus (ABK) di Provinsi Jawa Tengah
yaitu 15.206 anak yang terdaftar di sekolah-sekolah SLB
(Sekolah
Luar
Biasa).
Melihat
jumlah
pertumbuhan
penduduk Indonesia yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan, pemerintah memprediksi bahwa angka anak
berkebutuhan khusus juga akan bertambah (Republika,
2013). ADHD merupakan salah satu anak berkebutuhan
khusus (BP-DIKSUS, 2012).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas memiliki
kelemahan memusatkan perhatian pada sesuatu yang
dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat
dibandingkan anak lain yang seusia. Biasanya anak ADHD
juga disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang
impulsif. Anak ADHD relatif tidak mampu menahan diri
untuk merespon situasi pada saat itu, sehingga mereka
benar-benar tidak bisa menunggu (Martin G.L, 2008).
Berdasarkan DSM (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder) edisi IV pada tahun 2004, prevalensi
ADHD 3-5% diantaranya adalah anak-anak usia sekolah. Di
Indonesia belum ada data yang akurat mengenai jumlah
anak ADHD. Namun, berdasarkan survei yang dilakukan
Saputro (2009), angka kejadian anak ADHD pada populasi
3
anak Sekolah Dasar yaitu 16,3% (sekitar 3,5 juta) dari total
populasi 25,85 juta anak. Berdasarkan jumlah tersebut,
30%-80% diagnosis menetap hingga usia remaja dan 65%
hingga usia dewasa.
Penanganan
kasus
ADHD
pada
umumnya
menggunakan terapi farmakologi sebagai terapi utama.
Namun, terapi tersebut tidak disarankan sebagai terapi
tunggal karena dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kecanduan bahkan ketergantungan obat sampai ia dewasa
(Martin G.L, 2008). Pendekatan-pendekatan multidisiplin
bersama pengobatan ADHD memiliki hasil yang lebih baik
dalam jangka panjang daripada obat-obatan saja. Salah
satu manfaat dari stimulan adalah untuk memaksimalkan
(Martin G.L, 2008). Brain gym menjadi salah satu solusi
baru bagi penanganan anak ADHD. Selain merupakan
penanganan yang paling mudah dan murah dilakukan,
brain gym juga dapat menyeimbangkan otak kanan dan
otak
kiri
(Nughareni
serangkaian
gerak
K,
tubuh
2015).
yang
Brain
gym
adalah
sederhana
untuk
meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan
keseluruhan otak (Dennison PE & Dennison GE, 2002).
Hasil penemuan observasi awal yang dilakukan
peneliti di sekolah pada tanggal 28 Januari 2016 yaitu anak
4
ADHD memiliki perilaku yang sulit dikontrol seperti suka
mengamuk tiba-tiba, mengganggu anak lain yang berada
didekatnya, perhatian yang mudah teralihkan dan sulit
menerima pelajaran selama di sekolah. Hasil dari observasi
tersebut juga didukung oleh pernyataan wali kelas bahwa
selama disekolah anak dengan ADHD harus didampingi
baik guru maupun orang tua selama proses belajar
mengajar.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di
atas, maka peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut
mengenai Stimulasi Senam Otak (Brain Gym) pada Anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi
fokus penelitian, yaitu : Bagaimana Stimulasi Senam Otak
(Brain Gym) pada anak Attantion Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) ?
1.3 Signifikansi dan Keunikan Penelitian
Pentingnya dilakukan penelitian tentang Stimulasi Brain
Gym pada Anak ADHD (Studi Kasus Pada anak ADHD)
adalah
untuk
menerapkan
stimulan
baru
dalam
penanganan anak ADHD. Seperti penelitian yang dilakukan
5
oleh Nancy Jackson tahun 2003 bahwa terapi musik
terbukti memiliki pengaruh terhadap penurunan kesulitan
perilaku siswa sekolah dasar dengan gangguan ADHD.
Selain itu dalam penelitian tersebut metode yang digunakan
menggunakan
metode
kuantitatif,
dimana
peneliti
menggunakan metode eksperimen. Sedangkan metode
yang digunakan dalam penelitian stimulasi brain gym pada
anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yaitu
kualitatif (studi kasus) dimana penelitian ini memerlukan
keterlibatan aktif dalam mengidentifikasi stimulasi Brain
Gym pada anak ADHD.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran Stimulasi senam otak (Brain
Gym)
pada
Anak
ADHD
(Attention
Deficit
Hyperactivity Disorder).
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Mendeskripsikan senam otak (brain gym)
pada anak ADHD.
1.4.2.2 Mendeskripsikan respon anak ADHD saat
diberikan stimulasi senam otak.
1.4.2.3 Mendeskripsikan pengaruh stimulasi senam
otak pada anak ADHD.
6
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberi informasi ilmiah yang bermanfaat dalam
pengembangan ilmu keperawatan pediatri tentang
stimulasi brain gym pada anak ADHD (studi kasus
pada anak ADHD) dan dapat dijadikan bahan
penelitian berikutnya.
1.5.2 Praktis
1.5.2.1 Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi
yang
pengembangan
bermanfaat
program
studi
dalam
ilmu
keperawatan pediatri khususnya mengenai
stimulasi brain gym pada anak ADHD (studi
kasus pada anak ADHD).
1.5.2.2 Bagi Orang Tua anak ADHD
Hasil penelitian ini dapat memberi wawasan
dan pengetahuan tentang penerapan maupun
pelaksanaan brain gym pada anak ADHD
sehingga dapat diterapkan oleh orang tua
kepada anaknya secara mandiri.
7
1.5.2.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengalaman,
wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian stimulasi brain
gym
pada
anak ADHD (studi kasus pada
anak ADHD).
1.5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah
data atau referensi bagi peneliti selanjutnya
untuk
dapat
mengembangkan
penelitian
stimulasi brain gym pada anak ADHD (studi
kasus pada anak ADHD).