Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB II

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Pengertian komunikasi

Komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Penyampaian pikiran ini biasanya merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lainnya yang timbul dari lubuk hati. (Onong, 2013:84)

2.2. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan atau planning

dan manajemen untuk mencapai satu tujuan. Strateegi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi untuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan. Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Paterson, dan M. Dallas Burnett, mengatakan bahwa strategi komunikasi memiliki tiga tujuan utama, yaitu to secure understanding, yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya, kedua yaitu to establish acceptance yaitu melakukan pembinaan ketika komunikan tersebut sudah memahami apa yang diterimanya, dan yang terakhir adalah to motivate action yaitu memberikan motivasi kepada komunikan tersebut. (Onong, 2013:84)

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi

Komunikasi” (1981 : 84). Menyatakan bahwa : strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communications management) untuk suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi.


(2)

2.3. Bentuk- Bentuk Strategi Komunikasi

Dalam ilmu komunikasi, pelaksanaan strategi komunikasi diwujudkan ke dalam dua bentuk, yaitu redudancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan menurut isinya, dikenal dengan teknik- teknik seperti informatif, persuasif, edukatif dan koersif. (Arifin, 1994:73)

1. Redudancy (repetition)

Redudancy atau repetition adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang- ulang pesan kepada khalayak. Dengan teknik ini, banyak manfaat yang didapat. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru berkontras dengan pesan yang tidak berulang- ulang, sehingga pesan tersebut tidak banyak mengikat perhatian.

2. Canalizing

Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi itu, maka harus dimulai dari memenuhi nilai-nilai standar kelompok dan masyarakat dan secara berangsur- angsur merubahnya ke arah yang dikendaki. Akan tetapi bila hal ini ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan-lahan dipecahkan, sehingga anggota- anggota kelompok itu sudah tidak lagi memiliki hubungan yang kuat. Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan akhirnya akan hilang sama sekali.

3. Informatif

Teknik informatif adalah suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan data yang benar serta pendapat- pendapat yang benar pula.


(3)

 Memberikan informasi tentang fakta semata- mata juga fakta bersifat kontroversial

 Memberikan informasi atau menuntun umum kearah pendapat. Teknik informatif ini lebih ditujukan pada pengguna akal pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa keterangan, penerangan, berita dan sebagainya.

4. Persuasif

Persuasif berarti mempengaruhi dengan cara membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya maupun perasaannya. Situasi yang mudah tersugesti ditentukan oleh kecakapan untuk menyugesti atau menyarankan sesuatu kepada komunikan dan khalayak berada dalam situasi mudah untuk dipengaruhi.

5. Edukatif

Teknik edukatif adalah salah satu strategi untuk mempengaruhi khalayak dengan cara memberikan fakta- fakta yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi kebenarannya, teratur dan berencana dengan tujuan merubah tingkah laku khalayak ke arah sesuatu yang diinginkan.

6. Koersif

Koersif yaitu mempengaruhi khalayak dengan cara memaksa. Teknik koersif ini biasanya diwujudkan dalam bentuk peraturan- peraturan.

2.4. Komunikasi Interpersonal

Menurut Liliweri (2011: 239), strategi komunikasi merupakan konsep yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide, pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memory, persepsi, dan harapan yang membimbing untuk menyusun suatu kerangka pemikiran umum


(4)

agar kita dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapainya tujuan.

Menurut Effendy, pada hakekatnya, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan, komunikasi ini dianggap paling efektif dalam mengubah pola pikir, sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan1.

2.5. Jenis- Jenis Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi interpersonal terbagi menjadi beberapa jenis: 1. Komunikasi Diadik

Komunikasi diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang 2. Komunikasi Triadik

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang melibatkan tiga orang, terdiri satu komunikator dan dua komunikan.

3. Penetrasi Sosial

Proses komunikasi antarpribadi selalu mengalami tahapan-tahapan : entri-personal-exit. Proses tahap ke tahap dilakukan dengan cara penetrasi; sedikit demi sedikit sehingga hubungan akan semakin dalam. Berkembangnya hubungan-hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan yang bukan bersifat pribadi menuju ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Kedekatan hubungan bukan sekedar kedekatan fisik, namun melibatkan pula kedekatan intelektual, emosional dan sejauh mana individu-individu yang berinteraksi itu dapat membagikan (sharing) pengalamannya. Tahapan dari penetrasi sosial yaitu

a. Orientation membuka diri sedikit demi sedikit.

b. Exploratory Affective Exchange  aspek kepribadian mulai muncul. c. Affective Exchange  ditandai dengan persahabatan yang dekat.

1

www.gurupendidikan.com/pengertian-komunikasi-interpersonal-menurut -para-ahli// (terakhir diakses pada tanggal 6 Oktober 2015 pukul 17.47)


(5)

d. Stable Exchange  berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka.

4. Social Exchange (Pertukaran sosial)

Teori Pertukaran Sosial dalam bidang komunikasi mengasumsikan bahwa dalam menjalankan suatu hubungan antar pribadi, individu selalu melakukan kalkulasi ekonomis; menghitung-hitung berapa “penghargaan”

yang akan didapatkan dan berapa “biaya” yang harus dikeluarkan.

Individu selalu cenderung mencari reward yang lebih besar dari pada cost.

5. Proksemik

Proksemik adalah jarak untuk menjelaskan hubungan antara komunikator dengan komunikan dalam melakukan komunikasi interpersonal.

2.6. Bentuk- Bentuk Komunikasi Interpersonal

1. Interaksi Intim

Interaksi intim termasuk komunikasi diantara teman, saudara dan orang lain yang telah memiliki ikatan emosional.

2. Percakapan Sosial

Percakapan sosial adalah interaksi antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

3. Interogasi

Interogasi adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol yang mengharapkan informasi dari komunikan.

4. Wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. (Muhammad, 2004: 159-160)


(6)

Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai yujuan dimana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbal-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial. Berikut ini ialah fungsi dari komunikasi

interpersonal:

1. Memahami diri sendiri

Ketika kita melakukan komunikasi interpersonal, kita dapat banyak sekali pengalaman dari orang lain dan dapat memberikan feeback

dalam bentuk perasaan dan bertukar pikiran yang dapat merubah tingkah laku.

2. Menemukan dunia luar

Menjadikan kita memahami diri kita sendiri dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.

3. Membentuk dan menjaga hubungan

Memelihara hubungan baik dengan orang lan. 4. Merubah sikap dan tingkah laku

Pertemuan yang dilakukan secara interpersonal dapat merubah jalan pikir dan tingkah laku.

5. Untuk membantu menyelesaikan masalah orang lain dengan cara interaksi interpersonal2.

2.8. Komunikasi Massa

Menurut Devito, Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak/ massa melalui media massa jika dibandingkan dengan jenis- jenis komunikasi lainnya. Komunikasi massa memiliki ciri- ciri khusus, yaitu: (Onong, 2013:21-24)

1. Komunikasi Massa berlangsung satu arah

2. Komunikator pada komunikasi massa biasanya melembaga

2

www.gurupendidikan.com/pengertian-komunikasi-interpersonal-menurut -para-ahli// (terakhir diakses pada tanggal 6 Oktober 2015 pukul 23.49 WIB)


(7)

3. Pesan yang disampaikan pada komunikasi massa bersifat umum 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen (diklasifikasikan). Melalui sejumlah pengertian komunikasi massa, kita dapat mengetahui ciri komunikasi massa. Sehubungan dengan bahasan ini, Nurudin dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa (2004: 19), dikemukakan ciri - ciri dari komunikasi massa yakni:

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan,simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri sebagai berikut: (1) kumpulan individu, (2) dalam berkomunikasi individu - individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, (3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur- unsur yang terlibat, (4) apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen. Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis


(8)

kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, dan memiliki agama atau kepercayaan yang berbeda pula.

Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik audience (komunikan) sebagai berikut: Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat. Berisi individu - individu yang tidak mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi langsung satu sama lain. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya Bersifat Umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan ke pada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan - pesannya ditujukan kepada khalayak yang plural. Karena itu, pesan- pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah keserempakan proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. 6. Komunika si Massa Mengandalkan Peralatan Teknis


(9)

Media massa sebagai alat utama menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan peralatan teknis. Peralatan teknis misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah sering televisi menyajikan siaran langsung (live) dan bukannya rekaman (recorded).

7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper

juga berfungsi menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan- pesannya. Intinya, gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan.

2.9. Bentuk- Bentuk Komunikasi Massa

1. Media Massa

Media Massa adalah sarana atau alat yang digunakan dalam proses komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Jenis media massa ada 3, yaitu media massa cetak, elektronik dan online.


(10)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya.

3. Advokasi

Advokasi adalah strategi yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.

2.10. Fungsi Komunikasi Massa

1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

2.11. Upaya Dalam Mengatasi Permasalahan 1. Preventif

Preventif adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang dianggap menyimpang.

2. Kuratif

Kuratif adalah sebuah tindakan pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial.


(11)

2.12. Kerangka Pikir

Gambar 1: Kerangka Pikir

Pernikahan usia dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh anak dibawah umur 18 tahun. Istilah pernikahan usia dini merupakan fenomena sosial yang sering terjadi di Indonesia. Di Indonesia sendiri fenomena tersebut lebih sering

Pernikahan Usia Dini

Kecamatan Selo Boyolali

Upaya Mengatasi Pernikahan Usia Dini

Komunitas „Srikandi Merapi‟ di Desa Samiran

Kecamatan Selo

Strategi Komunikasi

Massa Strategi

Komunikasi Interpersonal

Sosialisasi Media Massa

Advokasi

Wawancara Interogasi

Percakapan sosial Interaksi


(12)

terjadi di daerah perdesaan, angka pernikahan usia dini mencapai 47,79%. Masyarakat yang tinggal di perdesaan lebih banyak menyumbang angka pernikahan usia dini. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kesederhanaan pola pikir masyarakat, tradisi yang sudah turun temurun, keinginan orang tua dan remaja yang sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. (Daru dan Seto, 2013:7-8)

Kecamatann Selo, merupakan salah satu dari dari 19 Kecamatan di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Kecamatan Selo memiliki 10 desa yang tersebar disisi sebelah timur dan utara lereng Gunung Merapi dan sebelah barat selatan lereng Gunung Merbabu. 10 desa tersebut ialah Desa Jrakah, Desa Lencoh, Desa Samiran, Desa Selo, Desa Senden, Desa Tarubatang, Desa Jeruk, Desa Tlogolele, Desa Suroteleng dan Desa Klakah. Daerah yang berada di lereng Gunung Merapi dan Merbabu ini mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 1.200m dpl- 1.500m dpl. Penduduk kecamatan Selo berjumlah 26.777 jiwa dengan jumlah laki-laki 12.969 jiwa dan jumlah perempuan 13.808 jiwa. Masyarakat yang terbagi dalam 7.649 Kepala Keluarga ini memiliki tingkat pendidikan yang rata-rata cukup rendah yaitu hanya tamat SD dengan angka 9.971 jiwa dari total 24.800 jiwa. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Selo bermatapencaharian sebagai petani, baik petani pangan maupun peternak.3.

Kecamatan Selo memiliki budaya lokal menikahkan putra-putrinya diusia dini. Seperti yang sudah disinggung pada bab I bahwa masyarakat desa tersebut

memberi label „tidak laku‟ atau „perawan tua‟ jika ada perempuan yang belum

menikah diusia 17 tahun. Pemberian label tersebut memiliki dampak pernikahan usia dini. Pernikahan dini tersebut memiliki beberapa dampak buruk antara lain dari segi sosial yaitu mengurangi keharmonisan keluarga sehingga tingginya angka perceraian, adanya perubahan peran karena belum siap untuk menjadi seorang ibu. Dari segi ekonomi yaitu kemiskinan meningkatkarena belum mencukupi dari segi ekonomi.

3

www.beritaboyolalikita.com/2013/11/tentang-kecamatan-selo-boyolali.html?m=1? (terakhir diakses tanggal 6 Oktober 2015 pukul 18.19 WIB)


(13)

Dari segi kesehatan yaitu tingginya resiko kematian perempuan yang hamil diusia 15-19 tahun, perempuan muda yang hamil akan mengalami resiko pendarahan, keguguran bahkan persalinan yang lama atau sulit, bayi yang dilahirkan juga mengalami resiko lahir prematur bahkan cacat fisik karena kurangnya asupan gizi. Dari segi psikologis yaitu mereka yang menikah usia dini biasanya secara mental belum siap mengahadapi perubahan pada saat berumah tangga dan kehamilan, sehingga mengakibatkan stres4.

Berangkat dari keprihatinan dan minimnya pengetahuan tentang dampak pernikahan usia dini di Kecamatan Selo, maka ibu-ibu anggota PKK dan beberapa bidan yang ada di Kecamatan Selo berupaya mengatasi terjadinya pernikahan usia dini di Kecamatan tersebut, dengan cara membentuk komunitas dengan nama

„Srikandi Merapi‟. Komunitas tersebut beranggotakan ketua tim penggerak PKK

dari beberapa Desa di Kecamatan Selo, anggota PKK yang telah dibagi dalam kelompok kerja (pokja) 1 dan 4. Pokja 1 yang bergerak dalam bidang pendidikan di Kecamatan dari tiap Desa di Kecamatan Selo, Pokja 4 yang bergerak dalam bidang kesehatan di Kecamatan dari tiap Desa di Kecamatan Selo, anggota PKK tiap desa di Kecamatan Selo yang telah mengisi formulir anggota dan berkomitmen terhadap penanganan kasus dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kelompok „Srikandi Merapi‟ memiliki visi yaitu mendorong terwujudnya tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi kesetaraan dan keadilan

gender melalui upaya pemenuhan Hak Kesehatan dan Seksual Reproduksi Perempuan. Misinya ialah mendorong peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender melalui pendidikan dan penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pembangunan berdasarkan prinsip kesetaraan dan keadilan gender5. Dengan adanya kelompok

„Srikandi Merapi‟ ini penulis ingin menggambarkan peran komunikasi

interpersonal dan komunikasi massa yang dilakukan oleh „Srikandi Merapi‟ untuk mengatasi permasalahan pernikahan usia dini di Kecamatan Selo.

4

Selanjutnya dapat dibaca di m.beritasatu.com/gaya-hidup/177423-beragam-efek-buruk-pernikahan-dini.html (terakhir diakses tanggal 6 Oktober 2015 pukul 23.00 WIB)

5


(14)

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui strategi komunikasi yang digunakan oleh komunitas „Srikandi Merapi‟ dalam upaya mengatasi terjadinya pernikahan usia dini di Kecamatan Selo Boyolali. Peneliti menggunakan teori komunikasi interpersonal dan teori komunikasi massa. Komunikasi

interspersonal merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada hakekatnya membutuhkan orang lain untuk membantu ketika menghadapi masalah. Manusia membutuhkan orang lain untuk membantu perkembangan kepribadian.. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara face to face. Devito berpendapat bahwa komunikasi massa ialah komunikasi yang ditujukan untuk khalayak. (Onong, 2013:21) Dalam strategi komunikasi massa, penulis membaginya menjadi tiga cara, yaitu media massa, sosialisasi dan advokasi.


(1)

Media massa sebagai alat utama menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan peralatan teknis. Peralatan teknis misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah sering televisi menyajikan siaran langsung (live) dan bukannya rekaman (recorded).

7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper

juga berfungsi menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan- pesannya. Intinya, gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan.

2.9. Bentuk- Bentuk Komunikasi Massa 1. Media Massa

Media Massa adalah sarana atau alat yang digunakan dalam proses komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Jenis media massa ada 3, yaitu media massa cetak, elektronik dan online.


(2)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya.

3. Advokasi

Advokasi adalah strategi yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.

2.10. Fungsi Komunikasi Massa

1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

2.11. Upaya Dalam Mengatasi Permasalahan 1. Preventif

Preventif adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang dianggap menyimpang.

2. Kuratif

Kuratif adalah sebuah tindakan pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial.


(3)

2.12. Kerangka Pikir

Gambar 1: Kerangka Pikir

Pernikahan usia dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh anak dibawah umur 18 tahun. Istilah pernikahan usia dini merupakan fenomena sosial yang sering terjadi di Indonesia. Di Indonesia sendiri fenomena tersebut lebih sering

Pernikahan Usia Dini

Kecamatan Selo Boyolali

Upaya Mengatasi Pernikahan Usia Dini

Komunitas „Srikandi Merapi‟ di Desa Samiran

Kecamatan Selo

Strategi Komunikasi

Massa Strategi

Komunikasi Interpersonal

Sosialisasi Media Massa

Advokasi Wawancara

Interogasi Percakapan

sosial Interaksi


(4)

terjadi di daerah perdesaan, angka pernikahan usia dini mencapai 47,79%. Masyarakat yang tinggal di perdesaan lebih banyak menyumbang angka pernikahan usia dini. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kesederhanaan pola pikir masyarakat, tradisi yang sudah turun temurun, keinginan orang tua dan remaja yang sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. (Daru dan Seto, 2013:7-8)

Kecamatann Selo, merupakan salah satu dari dari 19 Kecamatan di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Kecamatan Selo memiliki 10 desa yang tersebar disisi sebelah timur dan utara lereng Gunung Merapi dan sebelah barat selatan lereng Gunung Merbabu. 10 desa tersebut ialah Desa Jrakah, Desa Lencoh, Desa Samiran, Desa Selo, Desa Senden, Desa Tarubatang, Desa Jeruk, Desa Tlogolele, Desa Suroteleng dan Desa Klakah. Daerah yang berada di lereng Gunung Merapi dan Merbabu ini mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 1.200m dpl- 1.500m dpl. Penduduk kecamatan Selo berjumlah 26.777 jiwa dengan jumlah laki-laki 12.969 jiwa dan jumlah perempuan 13.808 jiwa. Masyarakat yang terbagi dalam 7.649 Kepala Keluarga ini memiliki tingkat pendidikan yang rata-rata cukup rendah yaitu hanya tamat SD dengan angka 9.971 jiwa dari total 24.800 jiwa. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Selo bermatapencaharian sebagai petani, baik petani pangan maupun peternak.3.

Kecamatan Selo memiliki budaya lokal menikahkan putra-putrinya diusia dini. Seperti yang sudah disinggung pada bab I bahwa masyarakat desa tersebut memberi label „tidak laku‟ atau „perawan tua‟ jika ada perempuan yang belum menikah diusia 17 tahun. Pemberian label tersebut memiliki dampak pernikahan usia dini. Pernikahan dini tersebut memiliki beberapa dampak buruk antara lain dari segi sosial yaitu mengurangi keharmonisan keluarga sehingga tingginya angka perceraian, adanya perubahan peran karena belum siap untuk menjadi seorang ibu. Dari segi ekonomi yaitu kemiskinan meningkatkarena belum mencukupi dari segi ekonomi.

3

www.beritaboyolalikita.com/2013/11/tentang-kecamatan-selo-boyolali.html?m=1? (terakhir diakses tanggal 6 Oktober 2015 pukul 18.19 WIB)


(5)

Dari segi kesehatan yaitu tingginya resiko kematian perempuan yang hamil diusia 15-19 tahun, perempuan muda yang hamil akan mengalami resiko pendarahan, keguguran bahkan persalinan yang lama atau sulit, bayi yang dilahirkan juga mengalami resiko lahir prematur bahkan cacat fisik karena kurangnya asupan gizi. Dari segi psikologis yaitu mereka yang menikah usia dini biasanya secara mental belum siap mengahadapi perubahan pada saat berumah tangga dan kehamilan, sehingga mengakibatkan stres4.

Berangkat dari keprihatinan dan minimnya pengetahuan tentang dampak pernikahan usia dini di Kecamatan Selo, maka ibu-ibu anggota PKK dan beberapa bidan yang ada di Kecamatan Selo berupaya mengatasi terjadinya pernikahan usia dini di Kecamatan tersebut, dengan cara membentuk komunitas dengan nama „Srikandi Merapi‟. Komunitas tersebut beranggotakan ketua tim penggerak PKK dari beberapa Desa di Kecamatan Selo, anggota PKK yang telah dibagi dalam kelompok kerja (pokja) 1 dan 4. Pokja 1 yang bergerak dalam bidang pendidikan di Kecamatan dari tiap Desa di Kecamatan Selo, Pokja 4 yang bergerak dalam bidang kesehatan di Kecamatan dari tiap Desa di Kecamatan Selo, anggota PKK tiap desa di Kecamatan Selo yang telah mengisi formulir anggota dan berkomitmen terhadap penanganan kasus dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kelompok „Srikandi Merapi‟ memiliki visi yaitu mendorong terwujudnya tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi kesetaraan dan keadilan

gender melalui upaya pemenuhan Hak Kesehatan dan Seksual Reproduksi Perempuan. Misinya ialah mendorong peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender melalui pendidikan dan penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pembangunan berdasarkan prinsip kesetaraan dan keadilan gender5. Dengan adanya kelompok „Srikandi Merapi‟ ini penulis ingin menggambarkan peran komunikasi

interpersonal dan komunikasi massa yang dilakukan oleh „Srikandi Merapi‟ untuk mengatasi permasalahan pernikahan usia dini di Kecamatan Selo.

4

Selanjutnya dapat dibaca di m.beritasatu.com/gaya-hidup/177423-beragam-efek-buruk-pernikahan-dini.html (terakhir diakses tanggal 6 Oktober 2015 pukul 23.00 WIB)

5


(6)

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui strategi komunikasi yang digunakan oleh komunitas „Srikandi Merapi‟ dalam upaya mengatasi terjadinya pernikahan usia dini di Kecamatan Selo Boyolali. Peneliti menggunakan teori komunikasi interpersonal dan teori komunikasi massa. Komunikasi

interspersonal merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada hakekatnya membutuhkan orang lain untuk membantu ketika menghadapi masalah. Manusia membutuhkan orang lain untuk membantu perkembangan kepribadian.. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara face to face. Devito berpendapat bahwa komunikasi massa ialah komunikasi yang ditujukan untuk khalayak. (Onong, 2013:21) Dalam strategi komunikasi massa, penulis membaginya menjadi tiga cara, yaitu media massa, sosialisasi dan advokasi.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab dan Dampak Terjadinya Pernikahan Dini pada Remaja di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng Kabupaten Semarang T1 462012094 BAB II

0 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB V

0 2 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepuasan Pernikahan pada Wanita yang Menikah di Usia Remaja Awal T1 802009081 BAB II

0 0 16

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Kesusilaan dalam PerundangUndangan Indonesia T1 BAB II

0 0 22

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi dalam Transaksi Judi Togel Melalui Media Handphone di Kota Temanggung T1 BAB II

0 0 9