MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA NEGERI 20 BANDUNG.
No. Daftar FPIPS: 1565/ UN. 40. 2. 6. 1/ PL/ 2013
MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA NEGERI 20 BANDUNG
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari SyaratuntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan
Program StudiIlmuPendidikan Agama Islam
Oleh: Yusnita Ahdiani
0906378
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA
NEGERI 20 BANDUNG
Oleh Yusnita Ahdiani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Yusnita Ahdiani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA NEGERI 20 BANDUNG
Yusnita Ahdiani 0906378 ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah dengan melihat kenyataan yang terjadi pada saat sekarang ini bahwa semakin maraknya kasus kenakalan yang melibatkan para pelajar. Diantaranya semakin meningkatnya jumlah kasus tawuran pelajar yang terjadi di Indonesia, kemudian semakin maraknya kasus prostitusi yang diperankan oleh para pelajar Dengan melihat kasus-kasus tersebut, penulis berasumsi bahwa belum ditemukannya model pembinaan akhlak yang tepat dan relevan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung untuk mengatasi krisis moral yang terjadi dikalangan para pelajar saat ini.
Pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Alasan penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif ini adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan keadaan selama penulis melakukan penelitian di lokasi penelitian tanpa adanya rekayasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik observasi, wawancara, teknik dokumentasi, dan teknik triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di SMA Negeri 20 Bandung telah terdapat sebuah model pembinaan akhlak terhadap para siswanya. Pembinaan akhlak dilakukan melalui tiga metode, yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pemberian hukuman dan hadiah. Metode keteladanan dilakukan dengan cara menjadikan seorang guru menjadi sosok tauladan yang baik bagi para siswa. Metode pembiasaan dilakukan dengan melalui kegiatan yang dilaksanakan di sekolah seperti kegiatan pembacaan ayat suci al-qur’an selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, kegiatan 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopam, Santun), kegiatan ekstrakurikurel sekolah seperti DKM, ASQI, keputrian, basket, dan eskul lainnya, kegiatan upacara bendera, dan kegiatan doa bersama yang dilakukan setiap tahunnya ketika akan menghadapi ujian nasional. Sedangkan metode pemberian hukuman dan pemberian hadiah dilaksanakan melalui kegiatan BK, peraturan sekolah, pujian serta imbalan terhadap siswa yang berperilaku baik.
Dari kegiatan-kegiatan pembinaan akhlak tersebut berdampak cukup positif terhadap perilaku para siswa. Contoh kecilnya saja, para siswa lebih sopan santun terhadap para guru, dan semakin banyaknya siswa yang melaksanakan shalat dhuha disela-sela waktu istirahat para siswa. Ini menunjukan bahwa model pembinaan akhlak yang dilaksanakan di SMA Negeri 20 Bandung dapat berjalan secara baik dan menghasilkan siswa-siswa yang berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
(5)
MODEL OF MORALITY DEVELOPMENT AT 20 STATE SENIOR HIGH SCHOOL BANDUNG
Yusnita Ahdiati 0906378 ABSTRACT
The background of this research is to see the reality happening now days in delinquency cases which involved the students. One of them is the rise of the amount in engaged in a student fight cases which happen in Indonesia, more over is the widespread of the prostitution cases which the role is played by the students. From seeing those cases, the writer assumes that there is no model in morality development which is right and relevant with the progress and the need in students yet. The purpose of this research is to know the right model of morality development, taking place in 20 State Senior High School Bandung to settle the morality crisis that happens in students' society for the moment.
The approach and the method is used on this research is qualitative descriptive. The reason why the writer uses the approach qualitative descriptive is to draw or to describe the situation during the writer does the research in the research location without any changes in the data. The technique of data collection which is used in this research is through observation technique, interview technique and documentation technique.
The result from the research shows that 20 State Senior High School Bandung has a model of morality development to the students. Morality development is made through three methods that are to say, exemplary method, habit method, and punishment and prize method. Exemplary method is done by giving example from a teacher to become a good role model to their students. Habit method is used with doing useful activities which is done in the school, like reading holy Al-Quran for about 15 minutes before the class starts the lesson, 5S actions (Salam (shake hands), Senyum (smile), Sapa (greet), Sopan (polite), Santun (mannered)), extracurricular activities such as DKM, ASQI, Keputrian, Basketball, and etc, flag ceremony, and pray together which is done every year to face the national exams. While punishment and prize method is done through guidance counseling activities, school rules, praises and reward to the students who behave good.
From the activities in morality development above has impact positively enough to the behavior of the students, small samples which turns to good are that the students are more decorum to the teachers, and a lot more students are doing the Duha prayer on the sideline of the break time. It shows that the model of morality development which is done
(6)
in 20 State Senior High School could run well and produces students who have praiseworthy behavior in daily life.
(7)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN ... 1
B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN ... 4
C. TUJUAN PENELITIAN ... 5
D. MANFAAT PENELITIAN ... 5
1. Secara Teoritis ... 5
2. Secara Praktis ... 5
E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 6
BAB II MODEL PEMBINAAN AKHLAK A. KONSEP MODEL ... 7
(8)
1. Definisi Model ... 7
2. Karakteristik Model ... 8
3. Syarat-Syarat Sebuah Model... 9
4. Model Penciptaan Suasana Religius di Sekolah ... 14
B. TINJAUAN TENTANG KONSEP PEMBINAAN ... 16
1. Arti Pembinaan ... 16
2. Ruang Lingkup Pembinaan ... 16
3. Pendekatan Pembinaan ... 21
4. Prosedur Pembinaan... 23
C. TINJAUAN TENTANG KONSEP AKHLAK ... 24
1. Pengertian Akhlak ... 24
2. Akhlak Islam ... 27
3. Pembentukan Akhlak ... 31
4. Metode Pembinaan Akhlak ... 33
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ... 37
6. Kenakalan Remaja Sebagai Penyimpangan Dari Akhlak ... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI PENELITIAN... 51
B. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN ... 52
C. DEFINISI OPERASIONAL ... 56
D. INSTRUMEN PENELITIAN ... 58
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 58
F. ANALISI DATA ... 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(9)
A. DESKRIPSI SINGKAT TENTANG OBJEK PENELITIAN ... 64
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 20 Bandung ... 64
2. Visi Misi Sekolah ... 66
3. Keadaan Sekolah ... 67
4. Pembinaan Kehidupan Beragama ... 70
B. HASIL PENELITIAN ... 71
1. Konsep Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung ... 71
2. Proses Pelaksanaan Pembinaan Akhlak SMA Negeri 20 Bandung... 72
3. Hasil Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung ... 105
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 108
1. Perencanaan Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung .... 110
2. Proses Pelaksanaan Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung... 112
3. Hasil Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung ... 120
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN ... 122
B. REKOMENDASI ... 123
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik SMA Negeri 20 Bandung ... 67
Tabel 4.2 Jumlah Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 20 Bandung... 68
Tabel 4.3 Alokasi Waktu Belajar Mengajar Hari Senin-Kamis ... 76
Tabel 4.4 Alokasi Waktu Belajar Mengajar Hari Jum’at ... 77
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Denah Lokasi SMA Negeri 20 Bandung ... 52
Gambar 4.2 Bagan Kehidupan Beragama di SMA Negeri 20 Bandung ... 70
Gambar 4.3 Bagan Organigram BK... 99
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Surat Izin Pra Penelitian ... 127
Lampiran Surat Izin Mengadakan Penelitian ... 128
Lampiran Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 129
Lampiran Hasil Wawancara ... 130
Lampiran Hasil Observasi... 144
(13)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN
Dunia pendidikan di Indonesia pada saat sekarang ini tengah mengalami krisis moral para pelajar. Problematika remaja saat ini sangat mencoreng dunia pendidikan. Di mulai dari kasus prostitusi di kalangan pelajar, hingga permasalahan geng di kalangan para remaja yang menyebabkan terjadinya kasus tawuran antar pelajar.
Menurut Fitria Nurmalasari (2012: 3) menuliskan bahwa:
Data di Jakarta (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lainnya. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban jiwa semakin meningkat. Sedangkan data lain mengenai kenakalan remaja yang ditulis oleh Iman Firmansyah (Menkominfo, dalam HU. Kompas, 10 Mei 2010) menjelaskan:
Bahwa pada tahun 2005, di Bandung dari 765.762 remaja diperoleh 388.288 atau 50,56% pernah melakukan seks pra nikah (Sumber: Pikiran Rakyat, 19 Juli 2005). Survei KPA terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia, menemukan 97% pernah mengakses pornografi, 93% pernah berciuman, dan 62,7% pernah berhubungan badan, dan 21% remaja telah melakukan aborsi.
Data di atas menunjukkan bahwa betapa buruknya akhlak para pelajar di Indonesia pada saat sekarang ini. Dunia pendidikan akhlak di Indonesia dewasa ini semakin merosot dikarenakan oleh perilaku sebagian siswa yang menyimpang dari aturan-aturan yang ada. Moralitas para pelajar dewasa ini tengah mengalami kemorosatan yang hebat hingga mengotori dunia pendidikan. Dunia pendidikan yang harusnya mampu membuat para pelajar menjadi pelajar yang berprestasi dan berakhlak mulia, kini dunia pendidikan sedang mengalami problematika moralitas yang sangat krusial.
Akhlak merupakan suatu pondasi yang utama dalam pembentukan kepribadian seseorang secara seutuhnya. Hal pertama yang harus dilakukan pada pembentukkan
(14)
2
kepribadian seseorang adalah pendidikan akhlaknya. Pada dasarnya akhlak seorang anak itu perlu dibina, baik di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan sekolah. Pembinaan akhlak di sekolah haruslah dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I dijelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003)
Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas di atas, jelas sekali bahwa salah satu tujuan dari pendidikan itu adalah bahwa pendidikan menjadikan seseorang mampu mengembangkan potensi dirinya agar berakhlak mulia. Akhlak merupakan salah satu dari tiga aspek ajaran agama Islam. Dalam ajaran agama Islam aspek aqidah, syariah, dan akhlak merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lain. Akhak merupakan kesempurnaan dari pondasi seorang muslim. Jika pondasi aqidah dan syariah seorang muslim telah terbentuk secara baik, maka akhlak yang baikpun akan terwujud dalam diri seorang muslim.
Kenakalan remaja yang terjadi pada saat sekarang ini merupakan sebuah cerminan dari fenomena merosotnya akhlak atau moralitas anak bangsa. Pada kenyataannya para pelajar saat ini sangat kurang sekali dibekali dengan pendidikan akhlak dari para orangtuanya. Para orangtua beranggapan bahwa pendidikan mengenai akhlak yang diterima oleh para anaknya sudah cukup hanya dari sekolah saja. Padahal seharusnya pendidikan akhlak seorang anak itu dimulai dari lingkungan keluarga. Dengan keadaan yang seperti itu menyebabkan semakin maraknya kasus kenakalan para remaja. Perilaku para remaja sekarang sudah tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan hingga mengakibatkan terjadinya kasus tawuran, seks bebas, dan tidak menghormati orang tua, guru, dan sesama teman. Para remajapun sangat sulit untuk mentaati norma-norma yang berlaku hingga menjadikan hidup mereka bebas tanpa adanya kedisiplinan.
(15)
3
Syahidin (2009: 3) menjelaskan bahwa masalah moralitas siswa dan remaja dewasa ini sudah menjadi problema umum dan merupakan pertanyaan yang belum ada jawabannya. Mengapa para siswa sekarang lebih gampang terpancing amarah dan sangat agresif sehingga mudah sekali tersinggung dan dengan mudahnya terjadi tawuran? Dari pertanyaan tersebut muncullah pernyataan jawaban yang tentunya perlu diuji kebenarannya. Misalnya apakah moralitas atau akhlak siswa yang menyimpang itu dikarenakan adanya penyimpangan pendidikan baik di sekolah atau di lingkungan keluarga? Ataukah pihak sekolah ataupun pihak keluarga pada saat sekarang ini mengabaikan pembinaan pendidikan akhlak untuk anaknya? Ataukah mata pelajaran PAI yang hanya 2 jam pelajaran tidak mampu untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para siswa?
Dari pernyataan tersebut muncullah sebuah anggapan bahwa untuk memperbaiki akhlak siswa yang semakin mengarah ke arah yang tidak baik, maka haruslah dilakukan sebuah pembinaan akhlak dikalangan para siswa tersebut. Untuk merealisasikan akhlak mulia haruslah dilakukan dengan sebuah pembinaan akhlak yang tidak hanya dilakukan di lingkungan keluarga saja. Sekolahpun harus terlibat secara langsung dalam pembinaan akhlak para siswanya. Pada kenyataannya pihak dari orangtua siswa beranggapan bahwa pendidikan akhlak yang diterima oleh anaknya itu sudah cukup dilakukan di sekolah, sehingga para orangtua tidak memberikan pendidikan akhlak lagi terhadap anak-anak mereka. Sedangkan seharusnya pembinaan akhlak setiap anak itu haruslah dimulai dari lingkungan keluarganya terlebih dahulu.
Pembinaan akhlak sangat penting dilakukan sejak dini kepada seorang anak. Ketika seorang anak yang sejak kecilnya dibina akhlaknya, maka ketika dia beranjak remaja tidak akan terpengaruh oleh pergaulan-pergaulan yang akan membawanya ke jurang kenistaan. Jika pembinaan akhlak dilakukan sejak dini, maka pondasi akhlak seorang anak ketika ia dewasapun akan semakin kuat. Karena pada dasarnya masa-masa remaja merupakan masa dimana seorang anak ingin mencoba segala sesuatu hal yang baru tanpa mereka berpikir apa akibat dari perbuatan yang mereka lakukan. Tidak akan ada lagi kasus tawuran antar pelajar, tidak akan ada lagi kasus pergaulan bebas, tidak akan ada lagi kasus kenakalan remaja lainnya jika para siswa dibina akhlaknya dengan baik dan benar.
(16)
4
Dalam pandangan Shaltut (Sauri, 2006: 149) bahwa “membangun kesadaran manusia berarti membangun akhlak, demikian pula membangun bangsa berarti membangun akhlak.” Pembahasan tentang akhlak sudah banyak dibicarakan, tapi fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya kaum pelajar sangat mengkhawatirkan. Dari latar belakang di atas, peneliti berasusmsi bahwa belum ditemukannya model pembinaan akhlak yang relevan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa. Sebab itu skripsi ini akan mengangkat judul “Model Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.”
B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Agar penelitian ini memperoleh sasaran yang sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaiman model pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung?
Dari fokus penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung? 3. Bagaimana hasil dari pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini secara umum adalah mengetahui gambaran aktual mengenai bagaimana pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.
Dari tujuan umum tersebut, tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.
3. Untuk mengetahui hasil dari pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung. D. MANFAAT PENELITIAN
(17)
5
1. Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menemukan pembinaan akhlak di SMA 20 Bandung secara komprehensif sehingga memberikan sumbangan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Atas khususnya dalam pembinaan materi akhlak sebagai salah satu upaya dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja yang marak terjadi.
2. Secara Praktis
Manfaat penelitian ini secara praktis adalah untuk bahan masukan bagi pembaca mengenai model pembinaan akhlak di sekolah. Manfaat bagi sekolah yaitu sebagai bahan masukan bagi sekolah yang peneliti teliti mengenai pembinaan akhlak bagi para siswanya. Selain itu juga manfaat penelitian ini adalah informasi dan bahan pertimbangan bagi sekolah-sekolah lainnya yang ada di Indonesia dalam upaya pembinaan akhlak bagi para pelajar.
E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Penyajian laporan penelitian ini terdiri dari Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas subbab:
1. Latar Belakang masalah penelitian 2. Rumusan masalah penelitian 3. Tujuan penelitian
4. Manfaat penelitian
5. Struktur organisasi skripsi
Pada Bab II merupakan kajian pustaka yang akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Bab ini terdiri atas subbab:
1. Tinjauan tentang definisi model 2. Tinjauan tentang konsep pembinaan 3. Tinjauan tentang konsep akhlak 4. Tinjauan tentang kenakalan remaja
(18)
6
Pada Bab III membahas mengenai metode dan pendekatan penelitian, prosedur penelitian, tahap penelitian, dan teknik analisis data.
Bab IV berisi tentang “Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung”. Bab ini terdiri dari subbab diantaranya:
1. Deskripsi data hasil penelitian
2. Pembahasan tentang pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.
Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini isinya terdiri atas subbab kesimpulan serta rekomendasi.
(19)
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu langkah-langkah yang tepat yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Langkah tepat yang dilakukan dalam penelitian disebut metode penelitian. Metode penelitianmerupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian. Sehingga dengan begitu, dapat diperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan yang menjadi objek penelitian.
Penjelasan mengenai metode penelitian dalam penulisan ini terdiri dari beberapa bagian diantaranya yaitu lokasi penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahap-yahap penelitian. Semua penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut akan diuraikan secara rinci di bawah ini.
A. LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2009: 297) dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Dalam penelitian ini, peneliti memilih SMA Negeri 20 Bandung sebagai lokasi penelitian yang peneliti lakukan. SMA Negeri 20 Bnadung terletak di Jl. Citarum No. 23 Bandung. Sedangkan objek penelitiannya adalah warga SMA Negeri 20 Bandung, di mulai dari Wakil Kepala SMA Negeri 20 Bandung, Guru Mata Pelajaran PAI, Guru BK, Guru Ekstrakurikuler, siswa dan siswi SMA Negeri 20 Bandung.
(20)
3.1 Gambar Denah Lokasi SMA Negeri 20 Bandung
B. PENDEKATAN DAN METODEPENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam sebuah penelitian terdiri dari tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan penelitian secara kuantitatif, pendekatan penelitian secara kualitatif, dan pendekatan penelitian campuran atau mix. Pendekatan penelitian secara kualitatif adalah pendekatan yang peneliti gunakan dalam penyusunan penelitian ini. Menurut Sugiyono (2009: 15) penelitian kualitatif adalah:
Penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.”
Penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode aristik, karena proses penelitian
(21)
lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretatif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.
Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Menurut Sugiyono (2009: 14) filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala yang bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah. Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh penelitian dan kehadiran penelitian tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrimennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
Menurut Bogdan dan Biklen (Emir, 2011: 2-3) menyebutkan bahwa terdapat lima ciri utama dalam penelitian kualitatif yang menjadi karakteristik dari penelitian kualitatif itu sendiri, diantaranya yaitu:
1) Naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Kata naturalistic berasal dari pendektan ekologis dan biologi. Peneliti masuk dan menghabiskan waktu di sekolah, keluarga, kelompok, masyarakat, dan lokasi-lokasi lain untuk mempelajari seluk beluk pendidikan. Beberapa orang menggunakan peralatan videotape dan peralatan perekam, banyak juga yang pergi sepenuhnya tidak dilengkapi dengan peralatan tersebut kecuali izin dan tambahan pemahaman yang akan diperoleh di lokasi.
(22)
2) Data Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videtape, dokumen pribadi, memo, dan rekaman-rekaman resmi lainnya. Dalam pencarian mereka untuk pemahaman, peneliti kualitatif tidak mereduksi halaman demi halaman dari narasi dan data lain ke dalam simbol-simbol numerik. Mereka mencoba menganalisis data dengan segala kekayaannya sedapat dan sedekat mungkin dengan bentuk rekaman dan transkipnya.
3) Berurusan dengan proses. Penelitian kualitatif lebih berkonsentrasi pada proses daripada dengan hasil atau produk. Bagaimana orang melakukan negosiasi makna? Bagaimana istilah-istilah atau label-label tertentu muncul untuk diaplikasikan? Bagaiamana pemikiran-pemikiran tertentu datang untuk diambil menjadi bagian dari apa yang kita kenal sebagai pengertian umum (common sense)? Apa sejarah alami dari aktivitas atau peristiwa yang diteliti?
4) Induktif. Penelitian kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara induktif. Mereka tidak melakukan pencarian di luar atau bukti untuk menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum pelaksanaan penelitian. Teori yang dikembangkan dengan cara ini dari bawah ke atas (bukan dari atas ke bawah), dari banysk item berbeda-beda dari bukti-bukti yang terkumpul saling berhubungan. Teori tersebut didasarkan pada data. Sebagai seorang penelitian kualitatif yang merencanakan dan mengembangkan berapa jenis teori tentang apa yang telah anda teliti, arah yang akan anda tuju akan datang setelah anda mengumpulkan data, setelah anda menghabiskan waktu dengan subjek anda.
5) Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan kualitatif. Peneliti yang menggunakan pendekatan ini tertarik pada bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata lain, penelitian kualitatif peduli dengan apa yang disebut perspektif partisipan.
(23)
2. Metode Penelitian
Dalam penyusunan suatu penelitian harus diperlukan suatu cara yang tepat. Hal ini sejalan dengan tujuan dari penelitian itu sendiri. Menurut Hadi (Narbukko dan Achmadi, 2004: 2) bahwa penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran terhadap suatu pengetahuan. Maka dari itu, sebuah penelitian tidak dapat dengan seenaknya menggunakan sebuah metode. Penggunaan sebuah metode itu harus disesuaikan dengan tujuan penelitian itu sendiri dan harus disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam suatu objek. Jadi setiap penelitian itu akan berbeda dalam penggunaan metodenya, ini dikarenakan penyesuaian dengan permasalahan yang dihadapi.
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai suatu cara yang ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif, yaitu memperoleh data empiris pada saat melakukan penelitian. Penelitian deskriptif menyajikan suatu gambaran yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan.
Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini, peneliti berharap hasil dari penelitian ini bisa mengungkap rasa ingin tahu yang peneliti rasa dan dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca karena dalam penelitian ini bukan menuliskan angka-angka melainkan berisi informasi deskriptif yang berupa kata-kata dan gambar-gambar yang membantu untuk memperjelas isi penelitian ini, sehingga penelitan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
C.DEFINISI OPERASIONAL
Dalam judul penelitian ini, terdapat empat konsep utama yang akan penulis definisikan secara utuh dari tiap kata dan kalimat. Ke empat konsep utama tersebut diantaranya adalah: 1. Model
Model menurut Millis (Suprijono, 2009:45) adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Sedangkan definisi model menurut Muhaimin et al.
(24)
(2008:305) adalah sesuatu yang dianggap benar, tetapi bersifat kondisional.Yang dimaksud model dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dibuat oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan agar apa yang dibuat itu dapat dijadikan contoh bagi orang atau kelompok lain. Kemudian model tersebut disesuaikan dengan lingkungan tempat yang akan menjadi pelaksanaan dari model tersebut.
2. Pembinaan
Menurut Sudjana (2010: 199) pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara atau membawa, sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga suatu keadaan sebagaimana seharusnya. Secara lebih luas pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.
Maksud dari pembinaan dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang agar dapat berubah ke arah yang lebih baik. Usaha pembinaan ini dilakukan secara berkesinambungan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
3. Akhlak
Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita. Mungkin hampir semua orang mengetahui arti kata akhlak, karena perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengartikan dari kata akhlak itu sendiri. Dua pendekatan tersebut yaitu, pendekatan secara kebahasaan dan pendekatan secara terminologis (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, Menurut Ahmad Saebani (2010: 13) akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari kata “khuluqun” yang secara linguistik diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, tabiat, tatakrama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata akhlak juga berasal dari kata “khlaqa” atau “khulqun” artinya pencipta dan “makhluq” artinya yang diciptakan.
(25)
Secara terminologis, dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan dengan etika atau nilai moral (Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid (2010: 13).
Akhlak adalah perbuatan baik dan buruk tingkah laku sehari-hari dari seluruh aktivitas manusia. Ahmad Amin (Sauri, 2006: 148) mengatakan bahwa akhlak adalah:
Suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Dapat penulis simpulkan bahwa maksud akhlak dalam penelitian ini adalah suatu perilaku dari seseorang yang akan membentuk kepribadian orang tersebut. Kemudian akhlak seseorang dapat dibentuk dengan pendidikan yang diberikan baik di lingkungan keluarga, maupun lingkungan di luar lingkungan keluarga.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2009: 305) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kulaitatif sebagai human instrument, berfungsimenetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, manilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Instrumen penelitian yangpeneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan lembar observasi dan peneliti juga terjun langsung ke lapangan melihat bagaimana proses kegiatan penelitian berlangsung.
Karena peneliti berperan sebagai human instrument pada penelitian kualitatif, maka peneliti harus divalidasi lebih dahulu. Sugiyono (2009: 305) menjelaskan bahwa validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen penelitian, dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Sugiyono (2009: 306) menjelaskan bahwa peneliti melakukan validasi terhadap dirinya sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,
(26)
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Menurut Sugiyono (2009: 309) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam, dan dokumentasi.
Macam-macam teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini diantaranya:
1. Observasi
Menurut Nasution dalam buku yang ditulis oleh Sugiyono (2009:310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Dalam penelitian ini, jenis observasi yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data adalan observasi terus terang atau tersamar. Maksudnya adalah peneliti secara terus terang menyatakan kepada narasumber atau sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga narasumber mengetahui setiap kegiatan yang peneliti lakukan selama berada di lapangan.
Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi ke sekolah yang menjadi objek penelitian. Observasi dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi yang benar-benar akurat mengenai semua hal tentang objek penelitian.
(27)
2. Wawancara
Sugiyono (2009: 317) menjelaskan bahwa “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.”Teknik wawancara juga merupakan teknik percakapan dengan maksud tertentu. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara dengan berbagai sumber data yang dapat memeberikan informasi atau data.
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian kali ini adalah wawancara dengan bentuk terstruktur. Di mana peneliti telah merancang berbagai macam pertanyaan yang akan diajukan ketika proses wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi dari narasumber-narasumber yang terpercaya.
Karena teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara terstruktur, maka peneliti dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannyapun telah disiapkan. Dengan wawancara secara terstruktur ini setiap responden atau narasumber diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti mencatatnya. 3. Studi Dokumentasi
Sugiyono (2009: 329) menjelaskan bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan meminta data-data dari pihak sekolah. Misalnya saja, mengenai tata tertib sekolah, jadwal kegiatan belajar-mengajar, dan laim-lainnya. Hal ini dilakukan agar informasi yang didapatkan benar-benar bersumber dari objek yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Teknik dokumentasipun dilakukan dalam bentuk memotret semua kejadian yang berlangsung selama peneliti melakukan kegiatan penelitian.
(28)
4. Triangulasi/ Gabungan
Sugiyono (2009: 330) menjelaskan bahwa:
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Dalam penelitian ini, teknik triangulasi data merupakan teknik yang peneliti gunakan dengan tujuan untuk memperkuat data-data yang peneliti dapatkan dengan menggunakan teknik penelitian yang lainnya. Dengan kata lain, teknik triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggabungkan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi yang bertujuan semakin memperkuat data-data penelitian.
F. ANALISIS DATA
Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2012: 248) analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 335) menyebutkan bahwa analisis data adalah:
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganissikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data pada penelitian kualitatif itu didasarkan pada data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima
(29)
dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. Maka dari itu, penelitian kualitatif itu bersifat induktif.
Selanjutnya menurut Janice McDrury (Moleong, 2012:248) menjelaskan bahwa tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut.
(1) Membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada didalam data; (2)Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data; (3) Menuliskan model yang ditemukan; (4) Koding yang telah dilakukan.
Selain itu juga, yang perlu diperhatikan adalah proses analisis data. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2009: 337). Miles and Huberman (Sugiyono, 2009: 337) membagi proses analisis data menjadi tiga bagian, yaitu reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi Data. Menurut Sugiyono (2009: 339) reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan penelitian akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.Reduksi data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan diskusi dengan orang-orang yang peneliti anggap mampu memberikan masukan kepada peneliti. Dari hasil diskusi tersebut, peneliti mampu untuk mereduksikan data-data dari hasil penelitian.
2. Display data (Penyajian Data). Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dalam penelitiankualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya (Sugiyono, 2009: 341). Penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan cara mendeskripsikan semua kegiatan selama proses berlangsungnya kegiatan penelitian dan mendeskripsikan asil dari penelitian yang peneliti lakukan selama berada di lapangan.
(30)
Penyajian data yang digunakan oleh peneliti adalah dalam bentuk uraian dan gambaran-gambaran baik dari proses maupun hasil penelitian.
3. Kesimpulan atau verifikasi. Langkah terakhir dalam proses analisis data dalam penelitian kualitatif adalah menarik kesimpulan dari berbagai permasalahan yang diteliti. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2009: 345). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kesimpulan atau verifikasi data hasil penelitian setelah peneliti selesai melakukan semua proses penelitian di lapangan. Bentuk kesimpulan atau verifikasi yang penulis lakukan adalah dengan cara menarik kesimpulan datri semua permasalahan yang peneliti teliti selama berada di lapangan.
(31)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan dalam bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari model pembinaan akhlak yang dilakukan di SMA Negeri 20 Bandung akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dilandasi oleh adanya Undang-Undang tentang Pendidikan, Permendiknas No 19, dan Undang-Undang No 20. Kemudian landasan yang selanjutnya adalah dari sekolah yaitu melihat visi dari sekolah itu sendiri, yaitu mewujudkan sekolah yang berkualitas, bersih, sehat dan indah. Mewujudkan sekolah yang berkualitas di sini artinya diimplementasikan dalam misi, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Dari landasan tersebutlah, SMA Negeri 20 Bandung mengadakan suatu pembinaan akhlak bagi para siswanya. 2. Untuk proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dilakukan
melalui tiga metode yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pemberian hadiah dan hukuman. Metode keteladanan dilakukan dengan menjadikan guru sebagai contoh tauladan yang baik bagi para siswa. Dengan kata lain, seorang guru harus memberikan contoh perilaku yang baik kepada para siswanya. Untuk metode pembiasaan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pihak sekolah, dimulai dari kegiatan tadarus Al-Qur`ān, budaya 5S (salam, senyum, sapa, sopan, dan santun), pembiasaan ṣalat wajib berjamaah dan ṣalat sunat, hingga kegiatan ekstrakurikuler baik yang bersifat keagamaan atau bersifat umum. Selanjutnya untuk metode pemberian hadiah dan hukuman dilakukan melalui pemberian hukuman terhadap siswa yang bermasalah melalui tata tertib sekolah, pemberian hadiah terhadap siswa yang berprestasi. Pemberian hukuman biasanya ditangani oleh pihak BK, sedangkan untuk pemberian hadiah dilakukan ketika kegiatan upacara bendera.
(32)
3. Hasil pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dapat terlihat melalui suasana religius di lingkungan sekolah. Walaupun para siswa dan siswinya tidak semuanya berpakaian Islami, tetapi mereka menjunjung tinggi kesopanan dalam berpakaian. Hasil pembinaan akhlak dapat jelas dirasakan dengan melihat perilaku para siswa yang selalu melaksanakan budaya 5S di lingkungan sekolah. Selain itu, para siswa juga lebih rajin dalam melaksanakan ritual ibadah keagamaan, baik yang bersifat wajib maupun yang bersifat sunat.
B. REKOMENDASI
Dari kesimpulan yang telah dijelaskan oleh penulis, maka penulis mengajukan beberapa saran yang hendaknya bisa dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan pembinaan akhlak yang dilakukan di SMA Negeri 20 Bandung. Adapun saran yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk Pihak Guru atau Pegawai Sekolah di SMA Negeri 20 Bandung
a. Model pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung sudah cukup baik, hanya saja hendaknya pihak guru atau pihak sekolah lebih tegas lagi terhadap para siswa. Kemudian untuk pembinaan akhlak para siswa, hendaknya semua komponen guru bertanggungjawab dalam membina akhlak para siswa.
b. Hendaknya setiap kegiatan keagamaan yang diadakan di sekolah di wajibkan untuk para siswa.
c. Hendaknya kerjasama dan komunikasi yang terjalin antara orangtua siswa dan pihak sekolah semakin ditingkatkan lagi.
2. Untuk Siswa SMA Negeri 20 Bandung
a. Para siswa hendaknya mematuhi peratutan-peraturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah.
b. Para siswa hendaknya lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pihak sekolah.
(33)
c. Perilaku perubahan para siswa ke arah yang lebih baik hendaknya semakin ditingkatkan lagi dengan melakukan rutinitas ibadah yang menjadi kebiasaan para siswa di sekolah.
(34)
DAFTAR PUSTAKA
...,. (2002). Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahannya. Terjemahan Tim Penerjemah Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. Alaika, M. S.(2008). Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta: Pustaka Insani
Madani.
____________.(2008). Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.
Deni.(2013). Pengertian Budi Pekerti.
[online].Tersedia:http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=200911 03061839AAK1PAb.[13 April 2013].
Emir.(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Firmansyah, I.(2ety011). Konsep Pendidikan Karakter Islami. Powerpoint. UPI Bandung
Kartono, K.(2010). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Kurnia. N.U.(2011). Model Pendidikan Integratif Tradisional dan Modern (Suatu Kasus Pada Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidakditerbitkan
Moleong, L. J.(2010). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin et.al.(2008). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Narbukko, C dan Abu, A.(2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nata, A.(2003). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurmalasari, F.(2012). Model Pendidikan Akhlak Berbasis Riyadah Di Pondok Pesantren Azzaniyah Nagrog Sukabumi. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(35)
2
Ramayulis.(2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Saebani, B.A, dan Hamid, A. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia. Sauri, S.(2002). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo.
Sudarsono.(2008). Kenakalan Remaja (Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi). Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Djuju. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.
Suprijono, A.(2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suryabrata.(2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Syahidin, et.al.(2009). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.
Syahidin.(2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.
Undang - Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 23. (2010). Bandung : Fokus Media
Wedhiastuty, A.(2013). Pdf BAB 2 Landasan Teori.[Online].Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/anywedhiastutyunairbab2.pdf. [13 April 2013].
Willis, S.S.(2012). Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta.
(1)
Penyajian data yang digunakan oleh peneliti adalah dalam bentuk uraian dan gambaran-gambaran baik dari proses maupun hasil penelitian.
3. Kesimpulan atau verifikasi. Langkah terakhir dalam proses analisis data dalam penelitian kualitatif adalah menarik kesimpulan dari berbagai permasalahan yang diteliti. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2009: 345). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kesimpulan atau verifikasi data hasil penelitian setelah peneliti selesai melakukan semua proses penelitian di lapangan. Bentuk kesimpulan atau verifikasi yang penulis lakukan adalah dengan cara menarik kesimpulan datri semua permasalahan yang peneliti teliti selama berada di lapangan.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan dalam bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari model pembinaan akhlak yang dilakukan di SMA Negeri 20 Bandung akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dilandasi oleh adanya Undang-Undang tentang Pendidikan, Permendiknas No 19, dan Undang-Undang No 20. Kemudian landasan yang selanjutnya adalah dari sekolah yaitu melihat visi dari sekolah itu sendiri, yaitu mewujudkan sekolah yang berkualitas, bersih, sehat dan indah. Mewujudkan sekolah yang berkualitas di sini artinya diimplementasikan dalam misi, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Dari landasan tersebutlah, SMA Negeri 20 Bandung mengadakan suatu pembinaan akhlak bagi para siswanya. 2. Untuk proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dilakukan
melalui tiga metode yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pemberian hadiah dan hukuman. Metode keteladanan dilakukan dengan menjadikan guru sebagai contoh tauladan yang baik bagi para siswa. Dengan kata lain, seorang guru harus memberikan contoh perilaku yang baik kepada para siswanya. Untuk metode pembiasaan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pihak sekolah, dimulai dari kegiatan tadarus Al-Qur`ān, budaya 5S (salam, senyum, sapa, sopan, dan santun), pembiasaan ṣalat wajib berjamaah dan ṣalat sunat, hingga kegiatan ekstrakurikuler baik yang bersifat keagamaan atau bersifat umum. Selanjutnya untuk metode pemberian hadiah dan hukuman dilakukan melalui pemberian hukuman terhadap siswa yang bermasalah melalui tata tertib sekolah, pemberian hadiah terhadap siswa yang berprestasi. Pemberian hukuman biasanya ditangani oleh pihak BK, sedangkan untuk pemberian hadiah dilakukan ketika kegiatan upacara bendera.
(3)
3. Hasil pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dapat terlihat melalui suasana religius di lingkungan sekolah. Walaupun para siswa dan siswinya tidak semuanya berpakaian Islami, tetapi mereka menjunjung tinggi kesopanan dalam berpakaian. Hasil pembinaan akhlak dapat jelas dirasakan dengan melihat perilaku para siswa yang selalu melaksanakan budaya 5S di lingkungan sekolah. Selain itu, para siswa juga lebih rajin dalam melaksanakan ritual ibadah keagamaan, baik yang bersifat wajib maupun yang bersifat sunat.
B. REKOMENDASI
Dari kesimpulan yang telah dijelaskan oleh penulis, maka penulis mengajukan beberapa saran yang hendaknya bisa dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan pembinaan akhlak yang dilakukan di SMA Negeri 20 Bandung. Adapun saran yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk Pihak Guru atau Pegawai Sekolah di SMA Negeri 20 Bandung
a. Model pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung sudah cukup baik, hanya saja hendaknya pihak guru atau pihak sekolah lebih tegas lagi terhadap para siswa. Kemudian untuk pembinaan akhlak para siswa, hendaknya semua komponen guru bertanggungjawab dalam membina akhlak para siswa.
b. Hendaknya setiap kegiatan keagamaan yang diadakan di sekolah di wajibkan untuk para siswa.
c. Hendaknya kerjasama dan komunikasi yang terjalin antara orangtua siswa dan pihak sekolah semakin ditingkatkan lagi.
2. Untuk Siswa SMA Negeri 20 Bandung
a. Para siswa hendaknya mematuhi peratutan-peraturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah.
b. Para siswa hendaknya lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pihak sekolah.
(4)
c. Perilaku perubahan para siswa ke arah yang lebih baik hendaknya semakin
ditingkatkan lagi dengan melakukan rutinitas ibadah yang menjadi kebiasaan para siswa di sekolah.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
...,. (2002). Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahannya. Terjemahan Tim Penerjemah Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. Alaika, M. S.(2008). Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta: Pustaka Insani
Madani.
____________.(2008). Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.
Deni.(2013). Pengertian Budi Pekerti.
[online].Tersedia:http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=200911 03061839AAK1PAb.[13 April 2013].
Emir.(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Firmansyah, I.(2ety011). Konsep Pendidikan Karakter Islami. Powerpoint. UPI Bandung
Kartono, K.(2010). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Kurnia. N.U.(2011). Model Pendidikan Integratif Tradisional dan Modern (Suatu Kasus Pada Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidakditerbitkan
Moleong, L. J.(2010). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin et.al.(2008). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Narbukko, C dan Abu, A.(2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nata, A.(2003). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurmalasari, F.(2012). Model Pendidikan Akhlak Berbasis Riyadah Di Pondok Pesantren Azzaniyah Nagrog Sukabumi. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(6)
Ramayulis.(2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Saebani, B.A, dan Hamid, A. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia. Sauri, S.(2002). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo.
Sudarsono.(2008). Kenakalan Remaja (Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi). Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Djuju. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.
Suprijono, A.(2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suryabrata.(2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Syahidin, et.al.(2009). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.
Syahidin.(2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.
Undang - Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 23. (2010). Bandung : Fokus Media
Wedhiastuty, A.(2013). Pdf BAB 2 Landasan Teori.[Online].Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/anywedhiastutyunairbab2.pdf. [13 April 2013].
Willis, S.S.(2012). Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta.