ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA.

(1)

ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh

Daru Ahmad Sopyan 1006821

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Analisis Desain Alat Musik Keramik

di Desa Jatisura Kecamatan

Jatiwangi Kabupaten Majalengka

Oleh

Daru Ahmad Sopyan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Seni Rupa

© Daru Ahmad Sopyan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN DARU AHMAD SOPYAN

1006821

ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

Disetujui dan di sahkan oleh pembimbing: Dosen Pembimbing I

DR. H. Nanang Ganda P. M.Sn 196202071987031002

Dosen Pembimbing II

Drs. Yadi Rukmayadi, M.Pd. 196104011994031001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Seni Rupa

Bandi Sobandi, M.Pd. 197206131999031001


(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI DARU AHMAD SOPYAN

1006821

ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

Disetujui dan disahkan oleh:

Penguji I

Drs. Yaya Sukaya, M.pd. 195403031991031001

Penguji II

Drs. Harry Sulastianto, M.Sn. 196605251992021001

Penguji III

Yulia Puspita, M.Pd. 198107012005012004


(5)

ABSTRAK

Sopyan, Daru Ahmad. 2014: ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA. Departemen Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia.

Jatiwangi telah lama terkenal sebagai daerah sentra produksi genteng. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan sumber daya alamnya berupa tanah liat yang berkualitas baik. Di samping banyaknya ketersediaan tanah liat selain untuk diproduksi genteng dan bata, pekriya di JAF (Jatiwangi Art Factory) mampu melakukan riset menciptakan jenis alat musik yang berbahankan tanah liat terdiri dari jenis alat musik pukul meliputi Sadatana dan musik genteng serta jenis alat musik tiup yang disebut Ocarina (suling tanah). Ketiga jenis alat musik keramik tersebut memiliki bentuk desain yang berbeda serta menyesuaikan dengan cara penggunaannya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup bagaimana bentuk, bahan, alat, dan teknik pembuatan alat musik keramik serta mengkaji unsur-unsur desain yang diterapkan pada setiap alat musik keramik mencakup garis, bentuk, tekstur, warna dan motif dekorasi. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, lokasi penelitian ini adalah Studio JAF yang bertempat di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan alat musik keramik bahan utama yang digunakan adalah tanah liat asli Jatiwangi, air dan pasir sungai. Adapun alat yang digunakan adalah perbot (meja putar), kawat ukir, pisau bergerigi dan rata, alat penoreh, butsir, spons, mesin penggiling tanah (mesin molen), tuner, dan gerinda. Teknik pembentukan pada setiap alat musik keramik berbeda-beda. Pada Sadatana teknik yang digunakan yaitu throwing dan pilin. Ocarina menggunakan teknik pinching serta alat musik genteng menggunakan teknik pemotongan dan penipisan permukaan genteng menggunakan gerinda. Proses pembuatan pada alat musik Sadatana dan Ocarina melalui beberapa tahapan yaitu berawal dari kneading, pembentukan, pengeringan, dekorasi, pewarnaan, dan pembakaran. Berbeda dengan alat musik genteng yang semula telah terbentuk kemudian diolah hanya dengan teknik potong dan penipisan. Karakter visual alat musik keramik memiliki tekstur sedikit kasar dan bermotif dekorasi ukir bentuk geometris khusus pada Sadatana. Ocarina dan alat musik genteng tidak memiliki motif dekorasi. Suara yang dihasilkan dari setiap jenis alat musik keramik ditentukan dari suhu pembakaran dan desain yang dibentuk mencakup diameter, ketebalan, tinggi serta ukuran. Fungsi dari Sadatana, Ocarina, dan alat musik genteng lebih difungsikan sebagai alat musik. Dengan demikian penelitian ini sekiranya dapat memberikan kontribusi untuk penambah wawasan mengenai pengaruh desain terhadap gelombang bunyi pada alat musik bermaterial keramik.

Kata Kunci: Jatiwangi, tanah liat, JAF, Sadatana, Ocarina, alat musik genteng, desain, dan suara.


(6)

ABSTRACT

Sopyan, Daru Ahmad. 2014: THE ANALYSIS OF MUSIC CERAMIC TOOLS

DESIGN AT JATISURA – JATIWANGI, MAJALENGKA DISTRICT.

Department of Arts Education. University Education of Indonesia

Jatiwangi has long been known as a center production tile. This is due to the availability of natural resources in the form of good quality clay. In addition to the wide availability of clay in addition to manufactured tile and brick, craftman in JAF ( Jatiwangi Art Factory ) is able to conduct research in creating the kind of instrument that materials clay is composed of kinds of musical instruments and music at covering Sadatana tile and type of wind instrument called Ocarina ( flute ground ). The three types of ceramic musical instruments has a different design shapes and adapts to how to use them. The formulation of the problem in this study include how the shapes, materials, tools, and techniques of making ceramic musical instruments as well as reviewing the elements of design are applied to each ceramic musical instruments include lines, shapes, textures, colors and motifs decorating. The research method is descriptive the method with qualitative approach, this study site is located in Studio JAF Jatisura Village, District of Jatiwangi - Majalengka. The data collection techniques used in this study are: observation, interviews, literature review, and documentation. Based on the results of this study concluded that in the process of making ceramic musical instruments main materials used are genuine Jatiwangi clay, water and river sand. The tool used is perbot ( turntable ), wire sculpture, serrated knife and flat, the incising tool, butsir, sponge, soil grinding machine (Molen machine), tuner, and grinding. Formation technique of ceramic musical instruments is always different for its instruments. In Sadatana, the technique used is throwing and Gyre. Ocarina uses pinching techniques, instruments tile uses the techniques of cutting and thinning of the tile surface using a grinder. The process of making the musical instruments and Ocarina Sadatana throughs Several stages, starting from kneading , forming, drying, decoration, coloring, and combustion. Unlike the original tile musical instruments have been formed and processed only by cutting and thinning techniques. Visual character of ceramic musical instruments have a slightly rough texture and patterned decoration carved a special geometric shape on Sadatana. Ocarina and instruments do not have a motive tile decoration. The sound produced by each type of ceramic musical instrument is determined from the combustion temperature and the design of the molded cover diameter, thickness, height and size. The function of Sadatana, ocarina, and musical instruments tile are functioned as a musical instrument. Thus this study if it can contribute to enhancing insights into the influence of the design of the sound waves on a musical instrument ceramics.

Keywords : Jatiwangi, clay, JAF, Sadatana, ocarina, musical instruments tile, design, and sound.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang Masalah ... 1

A.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

B.Tujuan Penelitian ... 5

C.Manfaat Penelitian ... 5

D.Sistematika Penulisan ... 6

E. Kerangka Alur Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A.Dasar-Dasar Desain ... 9

1. Pengertian Desain... 9

2. Unsur-Unsur Desain Dalam Seni Rupa... 9

3. Konsep dan Prinsip-Prinsip Desain Dalam Seni Rupa ... 14

4. Kriya ... 15

5. Proses Desain ... 18

B.Ergonomi ... 20

1. Sifat Ergonomi ... 20

2. Lingkungan Kerja, Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 21

C.Kriya Keramik ... 23

1. Perkembangan Keramik di Indonesia ... 23

2. Instrumen Bahan Keramik ... 27

3. Teknik Pembentukan Keramik ... 31

4. Teknik Dekorasi ... 35


(8)

6. Kegunaaan Keramik Dalam Kehidupan... 42

D.Sekilas Tentang Kajian Organologi Akustik ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

B.Populasi dan Sampel ... 46

C.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 47

D.Instrumen dan Sumber data ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Teknik Pengolahan Data ... 53

BAB IV ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA ... 56

A.Gambaran Umum Mengenai Industri Keramik di Kecamatan Jatiwangi ... 56

1. Jatiwangi ... 56

2. Profil JAF (Jatiwangi Art Factory) ... 57

3. Matrik Penelitian Analisis Desain Alat Musik Keramik... 60

B.Sadata, Ocarina dan Genteng Sebagai Alat Musik Keramik Jatiwangi Art Factory Ditinjau Dari Segi Bentuk dan Fungsi ... 62

1. Bentuk ... 62

2. Fungsi ... 69

3. Sadata, Ocarina dan Genteng Sebagai Alat Musik Keramik Jatiwangi Art Factory Ditinjau dari Segi Alat dan Bahan Serta Teknik Pembuatan ... 72

4. Alat dan Bahan ... 72

5. Teknik Pembuatan Alat Musik Keramik ... 77

C.Unsur-Unsur Desain pada Alat Musik Sadatana, Ocarina dan Alat Musik Genteng Jatiwangi Art Factory ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

1. Kesimpulan ... 122


(9)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISTILAH LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

DAFTAR GAMBAR

1.1 Macam-Macam Garis ... 10

1.2 Bentuk Bangun ... 11

1.3 Lingkaran Warna... 11

1.4 Macam-Macam Tekstur ... 13

1.5 Ruang ... 13

1.6 Visual Gelap Terang ... 14

1.7 Kriya Rotan ... 17

1.8 Kriya Kulit ... 17

1.9 Kriya Keramik ... 17

1.10 Kriya Benang ... 18

1.11 Perancangan Handle Perkakas Kerja dengan Prinsip Ergonomi ... 23

1.12 Pengolahan Tanah Liat Keras Menjadi Elastis ... 30

1.13 Kneading ... 31

1.14 Pinching ... 32

1.15 Coiling ... 33

1.16 Slabbing ... 33

1.17 Teknik Cetak ... 34

1.18 Teknik Putar ... 35

1.19 Tungku Ladang ... 38

1.20 Tungku Catenary ... 39

1.21 Burner ... 39

1.22 Bagian Dalam Tungku Catenary ... 39

1.23 Tungku Pembakaran Bahan Bakar Gas ... 40


(10)

1.25 Peta Kabupaten Majalengka... 56

1.26 Peta Desa Jatisura ... 58

1.27 Halaman Depan Studio JAF ... 59

1.28 Kendi ... 62

1.29 Sadatana Desain 1 Tampak Sisi ... 63

1.30 Sadatana Desain 1 Tampak Atas ... 63

1.31 Sadatana Desain 2 ... 64

1.32 Sadatana Desain 3 ... 65

1.33 Sadatana Desain 4 ... 66

1.34 Deformasi Bentuk Sadatana ... 66

1.35 Bentuk Ocarina ... 67

1.36 Bentuk Ocarina ... 68

1.37 Alat Musik Genteng ... 68

1.38 Alat Musik Genteng ... 69

1.39 Cara Memainkan Sadatana... 70

1.40 Cara Memainkan Ocarina ... 71

1.41 Cara Memainkan Alat Musik Genteng ... 71

1.42 Meja Putar/Perbot ... 72

1.43 Alat Pengukir ... 72

1.44 Pisau Pengeruk ... 73

1.45 Alat Penoreh Garis ... 73

1.46 Pisau Pengeruk ... 73

1.47 Butsir dan Kawat Tipis ... 74

1.48 Spons ... 74

1.49 Mesin Penggiling Tanah ... 74

1.50 Tuner ... 75

1.51 Gerinda ... 75

1.52 Ember ... 75

1.53 Tanah Lempung Sawah ... 76

1.54 Pasir sungai ... 76


(11)

1.56 Tanah Merah ... 77

1.57 Persediaan Tanah Liat Olahan ... 78

1.58 Menggiling Tanah dengan Mesin ... 78

1.59 Mencampur Tanah Dengan Air ... 78

1.60 Pengadukan Tanah dengan Kaki ... 79

1.61 Mencampur Tanah Olahan Dengan Pasir ... 80

1.62 Tanah yang Digunakan Untuk Pembentukan Sadatana ... 81

1.63 Desain Sadatana ... 82

1.64 Proses Pembentukan Sadatana ... 83

1.65 Teknik Pembentukan Sadatana ... 84

1.66 Proses Pembentukan Sadatana ... 85

1.67 Sadatana yang Telah Dibentuk ... 86

1.68 Proses Pelubangan ... 86

1.69 Proses Pembentukkan Kepala Sadatana ... 87

1.70 Kepala Sadatana ... 88

1.71 Proses Pengukiran ... 89

1.72 Sadatana yang Telah Diwarnai ... 90

1.73 Sistem Pembakaran Sadatana ... 90

1.74 Ukuran Tanah Liat yang Diperlukan Untuk Membuat Ocarina ... 91

1.75 Tahap Awal Membentuk Ocarina ... 92

1.76 Tahap merapikan Ocarina yang Telah Dibentuk ... 93

1.77 Pembentukan Ocarina ... 94

1.78 Proses Pengerukan ... 95

1.79 Tahap Akhir Pembentukan Ocarina ... 96

1.80 Penentuan Posisi Lubang Suara ... 97

1.81 Ocarina yang Telah Mengering... 98

1.82 Tungku Pembakaran Ocarina ... 99

1.83 Pemilihan Genteng ... 100

1.84 Pembentukan Alat musik Genteng ... 100

1.85 Proses Tuning Alat Musik Genteng ... 101


(12)

1.87 Motif Ukir Sadatana Desain 1 ... 103

1.88 Analisis desain 2 Sadatana ... 104

1.89 Motif Ukir Bentuk Spiral ... 105

1.90 Analisis Desain 3 Sadatana ... 106

1.91 Motif Ukir Bentuk Setengah Lingkaran... 107

1.92 Analisis Desain 4 Sadatana ... 108

1.93 Permukaan Sadatana Untuk Dipukul ... 110

1.94 Permukaan Sadatana Bagian untuk Dipukul ... 110

1.95 Penegasan Posisi Bagian Untuk Dipukul Pada Sadatana... 111

1.96 Penegasan Pada Sekeliling Bagian yang Dipukul... 111

1.97 Bentuk Ocarina ... 114

1.98 Desain Ocarina ... 115

1.99 Pengaruh Desain Ocarina Terhadap Suara ... 116

1.100 Penempatan Lubang Pada Ocarina……… 117 1.101 Genteng Sebagai Atap Bangunan……….... 119

1.102 Desain Genteng………. 120

DAFTAR TABEL 3.1 Instrumen Penelitian……….………….. 51


(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen, batuan gunung api, batuan kapur, berbagai jenis tanah serta bahan mineral lainnya. Ketersediaan berbagai jenis sumber daya mineral di alam Indonesia telah mampu dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan hidup penduduk, dengan cara diolah terlebih dahulu menggunakan teknologi yang sederhana maupun tinggi.

Berdasarkan uraian di atas banyaknya jenis sumber daya mineral di Indonesia, penduduk banyak menggantungkan penghasilan terhadap sumber daya bahan mineral dengan memanfaatkannya sebagai bahan olahan untuk dijadikan sesuatu benda yang bermanfaat. Tanah liat menjadi salah satunya. Ketersediaan sumber daya alam berupa tanah liat telah melahirkan tradisi kegiatan kerajinan guna diolah menjadi benda yang dapat digunakan dalam kehidupan keseharian, seperti halnya keramik. Tanah liat merupakan tanah yang mudah dibentuk, lengket dan elastis, keramik merupakan tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Pengrajin membuat keramik diperuntukkan sebagai benda hias dan benda pakai. Kecamatan Jatiwangi merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Majalengka dan berdasarkan situasi letak geografisnya berada di dataran rendah yang bersuhu panas sehingga banyak didapati sumber daya alam berupa tanah liat. Tanah liat terbentuk di alam berasal dari batuan beku seperti granit yang secara proses alami selama ratusan tahun berubah menjadi tanah liat. Proses alami tersebut seperti angin, hujan, gas, dan erosi telah mempengaruhi batuan secara fisik maupun kimiawi sehingga mengubah komposisinya menjadi tanah liat (Ichsan, 2002, hlm. 12).

Daerah Jatiwangi memiliki potensi penghasil tanah liat yang terbilang baik ditambah masyarakatnya yang turun aktif produktif dalam mengolah tanah liat untuk dijadikan kerajinan keramik.


(14)

2

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ahmad (2014) selaku staf studio keramik JAF sekaligus pekriya keramik Jatiwangi menerangkan bahwa ketersediaan hasil alam berupa tanah liat disana telah lama dimanfaatkan oleh warganya untuk dijadikan sebuah sentra kerajinan genteng, bata dan kerajinan keramik lainya. Sejak jaman penjajahan Belanda (awal tahun 1930-an) telah mulai berdiri industri pembuatan genteng. Karakter tanah liat di daerah jatiwangi terbilang tanah liat yang berkualitas baik sehingga sangat cocok untuk bahan baku keramik yang dulu sistem pengolahanya masih tradisional sampai sekarang telah berkembang ditambah dengan perpaduan antara pengalaman dan dukungan teknologi tinggi. Maka dari itu jatiwangi telah lama terkenal sebagai daerah sentra penghasil genteng terbaik, terbukti dengan tingkat kebutuhan produksi genteng berdasar pada data tahun 2010 yang ada di balai kecamatan desa Jatiwangi menunjukan nilai 1.778.735 ton tanah setiap tahunnya yang menghasilkan kurang lebih sekitar 889.367.500 buah genteng telah diproduksi oleh ratusan perusahaan. Genteng Jatiwangi adalah genteng yang dibuat dari tanah pilihan yang melalui pengujian di labolatorium dengan tujuan untuk memperoleh struktur dan komposisi tanah yang sesuai, sehingga menghasilkan genteng yang bermutu baik. Dilandasi oleh keragaman budaya yang telah ada di Jatiwangi sejak jaman dulu telah mendorong kreativitas sebagian perajin genteng untuk mengusung kembali salah satu bentuk budaya jaman dulu yang sempat tidak terdengar lagi kabarnya, yaitu kesenian gembyung. Menurut Ahmad sekitar tahun 1960-an

gembyung merupakan bentuk kesenian musik yang peralatan musiknya

menggunakan bahan tanah liat dibentuk menyerupai kendi/gerabah dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik gembyung digunakan ketika sedang berlangsung siraman rohani upacara adat, acara adat panen sawah, dan lain sebagainya, ditambah dengan ketersediaan tanah liat, tahun 2007 pekriya menemukan gagasan ide kreatif untuk memanfaatkanya dengan mengusung kembali konsep tema alat musik keramik yang berinduk pada alat musik tradisional gembyung, namun desain alat musik yang dibuat kembali memiliki desain bentuk visual yang berbeda dan beragam serta penamaan alat musiknya pun baru, sehingga penulis


(15)

3

tertarik untuk mengkajinya. Fakta secara umum yang ditemui, penggunaan bahan tanah liat seringkali dimanfaatkan serta diolah untuk dijadikan barang kebutuhan pelengkap rumah dalam bentuk keramik sebagai hiasan dekoratif, furniture ataupun perkakas. Dalam kajian ini penulis mendeskripsikan kajian mengenai pemanfaatan tanah liat yang digunakan tidak untuk dibuat menjadi barang seperti pada umumnya, yakni pemanfaatan sumber daya alam tanah liat dijadikan sebuah alat musik. Selain itu nilai estetik bentuk rupa merupakan fokus kajian dalam penelitian ini.

Keramik Indonesia sebagian besar tergolong keramik bakaran rendah, walaupun kekayaan bahan keramik semua tergolong semua kategori dimiliki oleh Indonesia. Keramik bakaran rendah penampilannya cenderung kasar dan berpori, namun dengan pengolahan yang benar dan kreativitas yang tinggi produk keramik bakaran rendah tidak kalah dengan bakaran tinggi salah satunya pada pembuatan alat musik keramik tersebut yang dikembangkan oleh pekriya keramik Jatisura

yang mereka namai “Jatiwangi Art Factory” atau disingkat dengan sebutan JAF.

JAF merupakan organisasi nirlaba yang fokus terhadap kajian kehidupan lokal pedesaan melalui kegiatan seni budaya seperti festival, pertunjukan, seni rupa, musik, video, keramik, pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan. Jaf didirikan pada 27 September 2005. Sejak tahun 2008 JAF bekerja sama dengan pemerintahan Desa Jatisura melakukan riset dan penelitian dengan menggunakan keterlibatan kesenian kontemporer yang kolaboratif. Alat musik keramik sebagai gagasan penciptaannya antara lain yang menjadi bahan penelitian yakni terdiri dari sadatana, ocarina dan alat musik genteng. Ketiga jenis alat musik tersebut memiliki desain bentuk serta fungsi yang berbeda. Sadatana adalah alat musik pukul yang bentuknya mirip kendi/gerabah tapi dengan modifikasi bentuk desain yang lebih unik dan memiliki nilai estetis tersendiri, berbeda dengan Ocarina yang merupakan jenis alat musik tiup dengan bentuk desain kecil. Selanjutnya oleh banyaknya ketersediaan keramik yang telah dibuat dalam bentuk genteng, maka pekriya mengembangkan kreativitasnya mengolah kembali bentuk genteng untuk dijadikan sebuah karya keramik yang tidak kalah


(16)

4

kualitas fungsinya sebagai genteng, dibuatlah alat musik tanah yang dipukul seperti Sadatana. Selain dari ketiga jenis alat musik di atas pekriya mengembangkan membuat alat musik pengiring lainnya seperti biola dan gitar berbahankan keramik.

Berdasarkan kajian ini penyusun menganalisis desain alat musik keramik dengan harapan dapat memberikan wawasan mengenai pengaruh desain terhadap suara serta memberikan pandangan bahwasanya keramik tidak hanya dibuat untuk menjadi barang hiasan seperti pada umumnya akan tetapi dapat dikembangkan menjadi sebuah alat musik seperti yang dibuat oleh pekriya JAF (Jatiwangi Art

Factory). Hal ini merupakan suatu kebanggaan dan nilai positif bagi kota

Majalengka tentunya warga jatiwangi yang memiliki potensi dalam rangka memperkaya keanekaragaman produktivitas masyarakatnya untuk dijadikan sebuah nilai identitas serta icon yang ada di desa Jatisura untuk dapat dikenal serta diapresiasi banyak orang dalam negeri maupun luar negeri karena jenis alat musik seperti ini unik dan belum dapat ditemukan di daerah manapun.

Bersamaan dengan skripsi ini penulis bertujuan untuk mengangkat serta mengenalkan potensi budaya lokal yang ada di daerah sendiri khususnya di Kabupaten Majalengka guna sebagai bahan penambah wawasan ataupun bahan referensi yang bermanfaat bagi para pembaca. Dengan demikian judul penelitian

ini adalah “ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA

JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA”.

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini akan memfokuskan pada bidang pendidikan Seni Rupa tentang analisis pemanfaatan keramik sebagai alat musik, dengan demikian rumusan masalahnya adalah: Bagaimana pemanfaatan keramik digunakan sebagai alat musik? Fokus penelitian ini diuraikan pada tiga pertanyaan penelitian yaitu:


(17)

5

1. Bagaimana bentuk dan fungsi alat musik keramik Sadatana, Ocarina dan alat musik genteng/musik tanah?

1. Bagaimana alat bahan dan teknik yang digunakan untuk membuat alat musik keramik?

2. Bagaimana unsur-unsur desain yang diterapkan pada jenis alat musik Sadatana, Ocarina dan alat musik genteng/musik tanah?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk dan fungsi alat musik keramik Sadatana. Ocarina dan musik genteng/musik tanah.

2. Mendeskripsikan bahan dan teknik apa yang digunakan untuk membuat alat musik keramik.

3. Menganalisis unsur-unsur desain yang diterapkan pada jenis alat musik Sadatana, Ocarina dan musik genteng/musik tanah.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, Departemen Pendidikan Seni Rupa dan produsen alat musik keramik.

1. Bagi Penulis

a. Mengetahui mengenai keramik Jatiwangi, bahwasanya material tanah liat tidak ditujukan untuk dibuat barang seperti pada umumnya.

b. Mengetahui pengolahan tanah liat desa Jatisura oleh pekriya di JAF untuk dijadikan sebuah kerajinan alat musik keramik.

c. Mengetahui penentuan desain yang diterapkan pada alat musik keramik Sadatana, Ocarina dan musik genteng / musik tanah.

d. Mengetahui unsur desain alat musik keramik Sadatana, Ocarina dan musik genteng/musik tanah meliputi pengaruh desain dan materialnya terhadap gelombang bunyi.


(18)

6

e. Mendapat manfaat berupa pengetahuan tentang keramik yang tidak hanya didapat dikampus UPI.

2. Bagi Departemen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat terciptanya kerjasama antara Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI dengan produsen alat musik keramik JAF di Desa Jatisura

b. Menjadi bahan referensi atau kepustakaan tentang Analisis Desain Alat Musik Keramik di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, juga sebagai bahan ajaran mengenai mata kuliah keramik.

3. Bagi Produsen

a. Sebagai dokumentasi untuk memperkenalkan dan mempromosikan hasil karya alat musik keramik JAF agar karyanya lebih dikenal dalam negeri sampai mancanegara.

b. Mendorong produsen dalam meningkatkan kualitas baik model desain dan jenis alat musik keramik untuk lebih dikembangkan lagi.

c. Mendorong motivasi bagi pekriya alat musik keramik dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya agar lebih dapat dikenal ke wilayah luas. d. Mendorong motivasi bagi industri genteng Jatiwangi agar mampu

mengembangkan material tanah liat untuk dijadikan sebuah karya ataupun benda yang dibuat tidak seperti pada umumnya tanpa tidak menghilangkan kegunaan serta fungsi.

e. Memberikan inspirasi atau gagasan kepada mahasiswa dan seniman dalam menciptakan karya keramik.

E.Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

Bagian-bagian yang dibahas dalam BAB I berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.


(19)

7

Pada BAB II ini membahas mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian, seperti: unsur-unsur dan prinsip desain, seni kriya, desain kriya dan sekilas teori organologi. Selain itu juga sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis.

BAB III. METODE PENELITIAN

Seperti yang telah dijelaskan dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah (2013, hlm. 23) berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian secara garis besar beserta teknik pengumpulan data dan pendekatannya, termasuk beberapa komponen lainya seperti desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, lokasi dan sampel penelitian serta analisis data berupa laporan.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan mengenai hasil penelitian studi deskriptif tentang analisis desain alat musik keramik di desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka diuraikan berdasarkan hasil penelitian dan berlandaskan teori pada BAB II.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(20)

8


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yakni dari bulan Juli sampai bulan September tahun 2014.

2. Tempat

Pelaksanaan penelitian ini bertempat di studio JAF (Jatiwangi Art Factory) yang digunakan sebagai tempat pembuatan alat musik keramik dan di sampingnya terdapat sentra pembuatan genteng. Selain dijadikan sebagai tempat industri produksi keramik, studio JAF digunakan pula sebagai tempat berkegiatan diantaranya sebagai tempat berkumpulnya para pengrajin maupun seniman dalam menuangkan ide-ide gagasan, kegiatan pameran, workshop, serta latihan musik keramik. Studio ini berada di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Kecamatan Jatiwangi banyak ditemukan sentra industri genteng maupun bata yang dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk.

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Mahsyuri dkk, (2008:151) mengutarakan bahwa populasi penelitian adalah:

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Istilah populasi dalam kegiatan penelitian kualitatif tidak digunakan, hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Spradley (dalam Sugiyono, 2011, hlm.

297) dinamakan “social situation” atau situasi sosial yag terdiri dari 3 elemen

yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.


(22)

47

Populasi dalam penelitian ini meliputi pekriya yang menciptakan alat musik keramik, aktivitas di JAF, lingkungan sekitar JAF, serta produk yang dihasilkan JAF diantarnya alat musik keramik Sadatana, Ocarina dan alat musik genteng. 2. Sampel

Menurut Mahsyuri dkk (2008, hlm. 153) sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian disebabkan karena:

a. Peneliti ingin mereduksi (memotong) obyek yang akan diteliti. Peneliti tidak melakukan penyelidikanya pada semua objek atau gejala atau kejadian atau peristiwa tetapi hanya sebagian saja. Sebagian inilah yang disebut dengan sampel.

b. Peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil penelitianya, artinya mengenakan kesimpulanya kepada objek, kejadian, atau peristiwa yang lebih luas.

Sampel dalam penelitian ini yaitu jenis alat musik akustik dari dua jenis alat musik yang diproduksi JAF yaitu alat musik elektrik dan alat musik akustik. Jenis alat musik akustik yang menjadi sampel penelitian meliputi Sadatana, Ocarina dan alat musik genteng.

C.Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Manusia memiliki peranan penting saat berlangsungnya proses penelitian. Sebagaimana hal ini telah ditambahkan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 306) bahwasannya:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasanya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu yang masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Maka dari itu pengumpulan data dengan metode kualitatif, manusia memiliki peranan yang amat penting dalam memberikan pengaruh besar terhadap hasil ketercapaian serta keberhasilan proses penelitian yang dilakukan. Kenyataan


(23)

48

realita yang ada dilapangan harus menjadi tolak ukur dalam pengamatan peneliti, dalam artian kajian yang dihasilkan harus bersifat objektif serta keterbukaan sesuai fakta dilapangan. Hal ini sependapat dengan penjelasan penilitian kualitatif menurut Mahsyuri dkk (2011, hlm. 22) bahwasanya:

Penelitian kualitatif itu berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitianya pada usaha menemukan teori dasar-dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitianya disepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan subjek peneliti.

Instrumen atau alat utama dalam penelitian kualitatif adalah manusia. Manusia dalam pelaksanaan penelitian kualitatif yaitu menganalisis data secara induktif, bersifat deskriptif artinya lebih jelas dan menyeluruh, memanfaatkan metode kualitatif, mengarahkan sasaran penelitianya pada usaha menemukan teori dasar, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitianya bersifat sementara, dan hasil penelitianya disepakati oleh pihak peneliti dan subjek penelitian, lebih mementingkan prosesnya yang berdasar pada latar situasi alamiah, sedangkan melihat hasil yang akan dicapai tidak terlalu menjadi prioritas.

Moleong (1996, hlm. 85) mengemukakan bahwa ada beberapa tahapan dalam melakukan penelitian yang bersifat kualitatif yakni tahap pra lapangan, tahap kegiatan lapangan dan analisis data. Dalam hal ini peneliti mengambil langkah langkah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan survey lapangan ke tempat yang akan dijadikan objek penelitian, selanjutnya menyusun proposal penelitian untuk diajukan pada dewan skripsi. Proposal yang telah diperbaiki dan disahkan dosen pembimbing skripsi dengan diketahui ketua jurusan diajukan pada pihak fakultas dengan tujuan untuk mendapatkan perizinan melaksanakan penelitian (Moleong, 1996, hlm. 85)

Berikut beberapa langkah yang mesti dilakukan pada tahap pra lapangan ini diantaranya yaitu memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan fokus penelitian, memilih pendekatan dalam metode penelitian, menentukan sistem pola


(24)

49

yang diamati dan sumber data. Sebelumnya untuk mengetahui kondisi real lapangan yang akan diteliti, peneliti harus melakukan observasi terlebih dahulu sebagai awal pembacaan mengenai permasalahan yang ada pada objek yang akan diteliti. Hasil observasi awal sebagai pendekatan terhadap masalah yang akan diteliti tersebut dijadikan acuan guna penyusunan proposal skripsi yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh pembimbing, jurusan yang pada akhirnya untuk memperoleh SK yaitu surat perizinan melaksanakan skripsi.

2. Tahap Kegitan Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan dengan melihat dan meneliti fenomena yang sebenarnya, sehingga terlibat langsung dalam proses penelitian (Moleong, 1996, hlm. 85)

Tahapan ini merupakan tahapan dilakukanya kegiatan penelitian langsung terhadap obyek yang diteliti guna memperoleh data-data yang dikaji serta dimasukan dalam penulisan skripsi dengan menyimpulkanya secara deskriptif. Dalam hal ini penulis atau peneliti berlaku sebagai instrumen yang terlibat langsung dalam proses penelitian tersebut untuk mengamati fakta yang ada dilapangan.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini merupakan tahap setelah kegiatan lapangan berakhir. Setelah data-data diperoleh kemudian dianalisis untuk kemudian diolah dan dituangkan dalam karya tulis ilmiah (skripsi) yang terbagi dalam lima Bab, yaitu pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, pembahasan dan kesimpulan (Moleong, 1996, hlm. 85)

Setelah data-data yang diperlukan diperoleh sebagai akhir dari kegiatan lapangan, maka saatnya untuk dituangkan kemudian dianalisis dalam skripsi yang terbagi dalam lima Bab yakni pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, pembahasan dan kesimpulan.

D.Instrumen dan Sumber Data

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa penulis atau peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian kualitatif. Langkah selanjutnya setelah fokus penelitian jelas agar data yang diperoleh bersifat valid maka diperlukan adanya


(25)

50

instrumen penelitian sederhana yang dikembangkan dengan cara membandingkan data yang telah ditemukan.

Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2011:307) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakanya bermakna atau tidak bagi peneliti 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. 6. Hanya manusia yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang

dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, dan pelakan.

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantitatifkan agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan.

Dengan demikian yang menjadi instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif mencakup wawancara, dokumentasi serta observasi. Sumber penelitian ini adalah alat musik keramik produksi Jatiwangi Art Factory sebagai sumber utama didukung sebagian pekriya alat musiik keramik, buku-buku referensi, internet, observasi ke tempat produksi alat musik keramik dan sentra pembuatan genteng.

Observasi ke studio tempat pembuatan alat musik keramik yang bertempat di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka untuk mengumpulkan data-data mengenai profil sentra pembuatan alat musik keramik dan Observasi pula ke Balai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat untuk mendapatkan data-data mengenai profil Desa Jatiwangi.


(26)

51

Adapun angket mengenai fokus penelitian yang dilakukan sebagai instrumen penelitian adalah sebagai berikut,

Tabel 3.1

INSTRUMEN PENELITIAN

No. Aspek Penelitian Teknik Pengumpulan Data 1.

Sejarah Alat Musik Keramik Sadatana,

Ocarina dan Alat Musik Genteng Wawancara

2. Bentuk

Deformasi Bentuk Wawancara Desain Setiap Alat Musik

Keramik

Dokumentasi/Foto dan wawancara

3. Fungsi Setiap Alat Musik Keramik Wawancara

4.

Tahap Pembuatan

Material yang Digunakan Wawancara dan Dokumentasi Proses Observasi Non Partisipan dan

Dokumentasi

Teknik yang Dilakukan Wawancara, Observasi Non Partisipan dan Dokumentasi. 5. Prinsip Desain Setiap Alat Musik Keramik Analisis dan Tinjauan Pustaka 6.

Pengaruh Desain Setiap Alat Musik Keramik Terhadap Suara yang Dihasilkan

Analisis, Wawancara dan Tinjauan Pustaka.

(Dokumen Pribadi)

E.Teknik Pengumpulan Data

Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan tentunya sangat mengharapkan hasil dengan ketercapaian yang baik dan memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut peneliti dituntut berupaya melakukan penelitian dengan baik serta penuh keseriusan. Apabila terjadi adanya kesalahan maka akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil yang ingin dicapai. Proses pengumpulan data sangatlah penting hal ini seperti yang diutarakan oleh Arikunto (2002, hlm. 222) bahwa:


(27)

52

Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting didalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama bila penelitian menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaanya yaitu pengumpulan variable yang tetap. Instrumen yang sifatnya masih umum, Misalnya pedoman wawancara dan pedoman pengamatan, masih mudah diinterpresentasikan (mungkin salah) oleh pengumpul data.

Adapun teknik yang dugunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Teknik pengamatan (Observasi)

Menurut Moleong (2005, hlm 9) berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, obervasi terbagi menjadi dua yaitu observasi partisipan dan observasi non partisipan. Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan observasi non partisipan, dalam artian peneliti hanya mengamati subjek tanpa ikut aktif dalam kegiatan subjek. Objek yang akan diamati adalah desain alat musik keramik yang diproduksi oleh pengrajin atau seniman di Jatiwangi Art Factory. Ditinjau dari segi proses pembuatan dan analisis desain alat musik keramik tersebut.

Penulis melakukan observasi langsung studio JAF tempat produksi alat musik keramik yang berada di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Observasi dilakukan ketempat lain untuk menemukan data-data mengenai profil daerah Jatiwangi. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.

b. Teknik Wawancara

Wawancara dilakukan untuk pengumpulan data atau informasi dengan menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan, alat bantu seperti alat tulis, alat rekaman, kamera dan alat bantu lainya yang telah disiapkan terlebih dahulu agar mempermudah pada saat proses wawancara berlangsung. Agar informasi yang didapat jelas setiap pewawancara (interview) dengan objek wawancara/responden (interview) harus mampu menciptakan hubungan yang nyaman dan baik secara beretika.


(28)

53

Objek wawancara dalam penelitian yaitu Ahmad Thian berusia 27 tahun pendidikan lulusan sekolah menengah atas, beliau merupakan staf JAF bagian studio keramik.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam melaksanakan wawancara adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana gagasan awal alat musik berbahankan keramik diciptakan? 2) Ada berapa jenis alat musik yang diciptakan berbahan keramik?

3) Pada tahun berapakah berdirinya studio JAF dan tahun berapa asal mula alat musik keramik dibuat?

4) Siapa-siapa saja yang telah menciptakan berbagai alat musik yang berbahankan keramik?

5) Bagaimana proses produksi alat musik keramik dari mulai teknik, alat serta bahan yang digunakan?

c. Teknik Studi Pustaka dan Dokumentasi

Studi pustakan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis serta menunjang wawasan tentang objek yang diteliti. Hal ini berkaitan dengan buku-buku sumber yang berkaitan dengan nilai aspek yang akan diteliti yaitu analisis desain alat musik keramik di JAF.

Teknik dokumentasi berupa data foto hasil dokumentasi pribadi, dokumen foto sampel sentra produksi alat musik keramik JAF, dokumen tertulis sesuai dengan permasalahan yang diteliti sebagai gambaran bagi pembaca serta bukti hasil penelitian yang telah dilakukan.

F. Teknik Pengolahan Data

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul dari hasil perkumpulam data dilakukan. Adapun menurut Arikunto, (2006, hlm. 235) bahwa dalam melakukan analisis data terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan. Langkah-langkah tersebut adalah:


(29)

54

a. Persiapan

Dalam melakukan analisis data, langkah persiapan dilakukan untuk merapihkan data-data yang telah terkumpul, mengambil data yang dianggap penting dan merangkumnya. Seperti yang diutarakan oleh Arikunto, (2006, hlm. 236) bahwa:

Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan beramaksud merapikan data agar bersih, rapih dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau menganalisis.

b. Tabulasi

Menurut Arikunto (2006, hlm. 236) bahwa klasifikasi analisis data adalah sebagai berikut:

1) Tabulasi data (the tabulation of data).

2) Penyimpulan data (the summarizing of the data). 3) Analisis data untuk tujuan testing hipotesis. 4) Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan.

Dalam penelitian ini, penulis mengklasifikasikan data yang telah terkumpul ditinjau dari segi proses pembuatan dan desain alat musik keramik JAF. Setelah data selesai dianalisis, dapat diperoleh kesimpulan. Kesimpulan bukanlah suatu karangan yang diambil dari hasil-hasil pembicaraan atau imajinasi penulis, melainkan diperoleh dari hasil analisis data yang diteliti. Kesimpulan yang diperoleh bersifat sementara dan dapat berubah ataupun tidak berdasarkan ditemukannya data di lapangan pada saat penelitian. Seperti apa yang diutarakan Arikunto (2006, hlm. 342):

Menarik kesimpulan penelitian selalu harus mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti. Adalah salah besar apabila kelompok peneliti membuat kesimpulan yang betujuan menyenangkan hati pemesan, dengan cara memanipulasi data. c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

Pengolahan data yang diperoleh menggunakan aturan-aturan yang ada sesuai dengan yang diteliti. Dalam hal ini Arikunto (2006, hlm. 238) menjelaskan bahwa yang dimaksud penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian adalah:


(30)

55

Maksud yang dikemukakan dalam bagian bab ini adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Kecamatan jatiwangi merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Majalengka sebagai kecamatan yang terkenal akan sumber daya alam berupa tanah liat sehingga banyak didapat industri genteng. Salah satu desa yang berada di kecamatan Jatiwangi sekaligus merupakan tempat berdirinya studio JAF (Jatiwangi Art Factory) sebagai pusat penghasil kriya alat musik keramik adalah desa Jatisura. JAF merupakan organisasi nirlaba yang fokus terhadap kajian kehidupan lokal pedesaan melalui kegiatan seni budaya seperti festival, pertunjukan, seni rupa, musik, video, keramik, pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan Ketersediaan sumber daya alam berupa tanah liat di kecamatan Jatiwangi selain di manfaatkan untuk produksi genteng telah mampu dimanfaatkan pula oleh pekriya JAF untuk di eksplorasi dijadikan sebagai alat musik keramik.

Kegiatan eksplorasi mengubah tanah menjadi sebuah alat musik keramik mulai tumbuh dan berkembang di desa Jatisura sejak tahun 2007. Gagasan tersebut tentunya merupakan hasil riset dari keterlibatan pemerintahan desa dengan seniman kontemporer yang ada di Jatiwangi. Sebagai hasil risetnya studio JAF telah menciptakan beberapa jenis alat musik yang semuanya berbahan utama tanah liat Jatiwangi. Beberapa Jenis alat musik keramik tersebut yang menjadi bahan kajian penulis diantaranya alat musik pukul terdiri dari Sadatana dan alat musik genteng, kemudian alat musik tiup yaitu Ocarina. Masing-masing dari jenis alat musik keramik tersebut memiliki perbedaan baik dilihat dari segi desain bentuk, teknik pembuatan, cara penggunaan maupun suara yang dihasilkan. Masing-masing dari setiap jenis alat musik keramik memiliki bentuk desain yang sesuai dengan cara penggunaanya. Pada Sadatana memiliki karakter bentuk menyerupai kendi karena alat musik ini merupakan bentuk eksplorasi dari sebuah alat musik tradisional Jatiwangi berupa kendi yang dulu dijadikan sebagai alat


(32)

124

musik pukul digunakan ketika proses upacara adat berlangsung. Alat musik kendi tersebut dinamakan dengan sebutan Gembyung yang hingga saat ini seniman JAF kembali mengembangkanya dengan cara mengeksplorasi bentuk yang dulu hanya kendi biasa sekarang menjadi bentuk kendi yang dirancang dengan desain lebih spesifikasi menjadi alat musik sehingga dinamakan Sadatana, sada berarti suara dan tana berarti tanah.

Sadatana dapat difungsikan sebagai benda hias dekoratif untuk di pajang, sedangkan fungsi dalam musik Sadatana sebagai pengatur ritme. Alat musik yang dipukul selain Sadatana yaitu alat musik genteng, bentuk dari alat musik genteng itu sendiri berbentuk genteng seperti pada umumnya namun bentuknya mengalami perubahan dengan cara penipisan dan pemotongan bagian ujung sisi genteng hal ini dilakukan untuk mencapai nada suara yang diinginkan. Fungsi alat musik genteng dalam musik memiliki peranan sebagai ritme dan melodi. Sedangkan pada alat musik Ocarina atau suling tanah yakni merupakan alat musik keramik yang dimainkan dengan cara ditiup berbentuk lonjongan seperti buah-buahan berukuran sekepal tangan dengan bagian sisi mengerucut mengecil memiliki fungsi sebagai melodi dalam musik.

Secara keseluruhan alat musik keramik dibuat menggunakan tanah liat Jatiwangi sebagai bahan utama. Dalam pembuatan setiap jenis alat musik dilakukan beberapa teknik diantaranya Sadatana dibuat menggunakan teknik putar diatas meja putar atau biasa disebut dengan perbot dipadukan dengan teknik

pilin, proses pembakaran dilakukan dengan pembakaran rendah dengan suhu

sekitar 800o-900o Celcius. alat musik genteng dibuat serta dibentuk menggunakan

mesin press, untuk dijadikan alat musik dilakukan penipisan dan pemotongan menggunakan mesin gerinda. Berbeda halnya dengan alat musik Ocarina tidak membutuhkan alat atau mesin lain untuk membentuknya cukup mengandalkan keterampilan tangan yaitu menggunakan teknik tekan atau pinching, alat musik genteng dan Ocarina dilakukan pembakaran dengan suhu antara 900o Celcius – 1200o Celcius.

Alat musik keramik yang terdiri dari Sadatana, Ocarina dan alat musik genteng yang diproduksi oleh JAF memiliki unsur visual berupa prinsip desain yang


(33)

125

meliputi garis, bentuk, tekstur, warna serta motif hias. Penggunaan garis lengkung dan lurus dilihat dari bentuk dan motif yang terdapat pada alat musik Sadatana mengadopsi pada bentuk kendi, bentuk Ocarina berupa lonjongan seperti bentuk buah-buahan serta bentuk alat musik genteng berbentuk persegi panjang yang pipih. Adapun motif yang di terapkan pada alat musik keramik yaitu motif geometris dan stilasi tumbuhan. Permukaan setiap alat musik keramik cenderung bertekstur kasar karena menggunakan pembakaran rendah, adapun terlihat mengkilap karena telah mengalami proses penggosokan dengan kain halus.

Untuk proses dekorasi dilakukan dengan teknik toreh dan ada juga teknik dekorasi dilakukan setelah proses finishing, yaitu setelah pengeringan permukaan diberikan motif dengan cara di cat dengan kuas serta di ukir. Pewarnaan pada alat musik Sadatana dan Ocarina menggunakan tanah merah sebagai bahan utama, dilakukan dengan cara di oleskan ke permukaan lalu digosok menggunakan kain halus. Berbeda dengan pewarnaan pada alat musik genteng yang tidak menggunakan bahan baku pewarna. Warna yang dihasilkan murni dari proses pengeringan meskipun ada sebagian genteng yang berwarna mencolok karena dicat.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suara dari setiap jenis alat musik diantaranya yaitu suhu pembakaran dan pengaruh desain diameter ruang kosong pada alat musik Sadatana dan Ocarina. Semakin besar diameter ruang kosong maka semakin low (dentuman gema terkesan panjang) suara yang dihasilkan dan sebaliknya bila semakin kecil diameter ruang kosong maka akan terkesan semakin

high (dentuman gema terkesan pendek) suara yang dihasilkan. Berbeda halnya

dengan alat musik genteng, nada suara di pengaruhi oleh tebal tipisnya genteng. Semakin tebal maka suara yang dihasilkan bernada tinggi, jika tipis maka akan bernada suara rendah.

Secara keseluruhan dari ketiga jenis alat musik keramik tersebut termasuk kategori alat musik internasional. Nada suara yang dihasilkan dari alat musik Ocarina dan alat musik genteng bernadakan diatonis, meskipun pada alat musik genteng selain bernada diatonis ada juga yang bernada pentatonis. Namun secara


(34)

126

umum alat musik keramik JAF tergolong pada kategori jenis alat musik internasional.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis memberikan beberapa saran diantaranya:

1. Bagi Kriyawan

Perlu pembinaan berkelanjutan dalam rangka pengembangan bagi kebutuhan khalayak publik atau konsumen terutama dalam pengembangan kapasitas produksi baik dalam keseragaman bentuk maupun kualitas yang mampu digunakan secara meluas oleh para pelaku musik di pasar domestik maupun internasional.

2. Bagi Departemen Pendidikan Seni Rupa

Diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan referensi kepustakaan dalam kajian Analisis Desain Alat Musik Keramik serta pengaruh desain terhadap suara yang dihasilkan oleh masing-masing jenis alat musik dan membuat workshop untuk memperkenalkan keanekaragaman kriya keramik bahwasanya keramik tidak selalu di buat untuk menjadi barang yang seperti pada umumnya.

3. Bagi JAF

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi dalam pengembangan inovasi baru mengenai kriya keramik baik dalam segi bentuk dan keseragaman desain jenis alat musik keramik yang diciptakan, serta bahan yang sesuai dalam upaya penciptaan alat musik keramik yang berkualitas.

4. Bagi Lembaga Pemerintah Daerah

Diharapkan bagi pemerintah daerah setempat memberikan bantuan berupa modal usaha pada para kriyawan dalam upaya pengembangan usaha karena kriya keramik merupakan warisan budaya masyarakat yang memiliki potensi dalam mengembangkan aset dan sebagai identitas bagi daerah tersebut.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Industri Keramik (1999). Bahan Mentah Plastis. Bandung: Balai Besar Industri Keramik

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Keramik (1982). Bahan Bakar

Tungku dan Pembakaran. Bandung: Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Industri Keramik

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atkin, J. (2004). Handbuilt Pottery Techniques Revealed. Singapore: Page One. Banoe, P. (2008). Pengantar Akustik Organologi. Jakarta: STKIP Musik _______ (2010). Pengantar Organologi. Jakarta: STKIP Musik

Budiyanto, dkk. a. (2008). Kriya Keramik (Untuk Menengah Kejuruan) Jilid I. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

b. (2008). Kriya Keramik (Untuk Menengah Kejuruan) Jilid II. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Chappelhow, M. (2002). Throw Poterry Techniques Revealed. Singapore: Page One.

Giancoli, D.C. (2001).Fisika. Jakarta: Erlangga

Hendarto S. (2011). Organologi dan Akustika 1 & 2. Bandung: CV. Lubuk Agung Herawati, dkk. (1996). Pendidikan Kesenian. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Ichsan, N. (2002). Membuat Keramik. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. Mahsyuri dkk. (2008). Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktis dan Aplikatif).

Malang: Refika Aditama.

Moleong, L.J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Murrel, K. F. H. (1965). Ergonomics: Man is Working Environment. London: Chapman and Hall Inc.


(36)

Nurmianto, E. (1996). Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Palgunadi, B. (2007). Disain Produk: Disain, Disainer, Proyek Disain. Bandung: ITB.

Sachari, A. (2005). Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Erlangga Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: CV. Alfabeta. Suptandar, J.P. (2008). Desain Keramik. Jakarta: Universitas Trisakti. Sutrisno. (1979). Fisika Dasar. Bandung: ITB

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Daftar Internet:

1stheretic. (2011). Color Theory. [Online]. Tersedia di: http://www.screamingheretic.com. Diakses 29 Januari 2015.

Factorybuy. (2013). Mousai Leather Craft Lighter Set 003. [Online]. Tersedia di: http://www.factorybuy.com. Diakses 29 Januari 2015.

Fauzha. (2011). Kendi Sedang. [Online]. Tersedia di: http://www.rumahkerajinan.com. Diakses 3 Januari 2015.

Davis, D. (1999). Space Colony Art. [Online]. Tersedia di: http://www.hobbyspace.com. Diakses 29 Januari 2015.

Iconshock. (2008). Shapes Icon. [Online]. Tersedia di: http://www.veryicon.com. Diakses 29 Januari 2015.

Jiaxing, (2007). Jinjiang Chaoxing Shoes Firm. [Online]. Tersedia di: http://www.jiaxingwear.en.made-in-china.com. Diakses 29 Januari 2015 Keramik88. (2009). Cara Mencetak Pas Bunga. [Online]. Tersedia di:

http://www.keramik88.com. Diakses 26 Agustus 2014.

Kolacny Musik. (2011). Korg Combo Tuner Metronome. [Online]. Tersedia di: http://www.kolacnymusic.com. Diakses 3 Januari 2015

Radhika. (2012). Lacy Bookmarks. [Online]. Tersedia di: http://www.imprinsthandmade.com. Diakses 29 Januari 2015.


(37)

Rebellion. (2013). Slab Building Pottery. [Online]. Tersedia di: http://www.rebellion159.weebly.com. Diakses 8 Januari 2015.

Reynolds, E. (2012). Rain Room. [Online]. Tersedia di: http://www.dailymail.co.uk. Diakses 29 Januari 2015

Sdwhaven. (2011). Various Stone Style Textures. [Online]. Tersedia di: http://sdwhaven.deviantart.com. Diakses 29 Januari 2015.

Studio Keramik. (2013). Jenis Tungku Pembakaran Keramik. [Online]. Tersedia di: http://www.studio.keramik.org. Diakses 6 Januari 2015.

The Own Sound Artist’s Co-op. (2013). Make a Pinch Pot. [Online]. Tersedia di: http://www.osartistco-op.com. Diakses 8 Januari 2015.


(38)

DAFTAR ISTILAH

Ball Clay (Inggris) : Berupa lempung bola atau tanah liat sedimen kaolinitik yang biasa terdiri dari 20-80% kaolinit, mika 10-25%, 6-66% kuarsa, halus dan plastis di alam

Burner (Inggris) : Alat perapian untuk tungku pembakaran keramik bahan bakar minyak

Catenary (Inggris) : Jenis tungku pembakaran keramik untuk bahan bakar minyak.

Centering (Inggris) : Teknik pembuatan keramik menggunakan meja putar Deformasi : Perjalanan bentuk dari semula sampai yang terbaru Dekorasi : Sebuah karya yang mempunyai unsur hias

Deltfs Blue : Nama produk keramik Belanda Earthenware Clay : Sejenis Gerabah

(Inggris)

Eksplorasi : Pengembangan

Empleg (Sunda) : Istilah nama untuk jenis tanah kasar

Engineering (Inggris) : Adalah sebuah profesi sama seperti halnya dengan ilmuan, dokter maupun profesi lainya yang di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan alam tercapai melalui proses pendidikan.

Entitas : Sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda walaupun tidak harus dalam bentuk fisik.

Ergonomi : Ilmu yang memperlajari interaksi antara manusia dengan elemen- elemen lain dalam satu sistem, serta proses yang mempraktekan untuk mengoptimalkan sistem agar sesuai dengan kebutuhan, kelemahan dan keterampilan manusia.

Estetika : Keindahan Finishing (Inggris) : Proses akhir


(39)

Feldspar : Batuan yang menggandung sodium, potassium, alumina dan silica, sifatnya untuk melelhkan, menurunkan titik bakar.

Fire Clay (Inggris) : Bahan mentah keramik yang bersifat tahan panas dan dan berkarakter kasar.

Flux : Sebuah zat dalam sebuah reaksi, yang berfungsi untuk menyerap zat pengotor dalam suatu reaksi.

Furniture (Inggris) :Istilah yang biasa untuk perabot rumah tangga. Gembyung(Sunda) : Alat musik pukul tradisional berupa kendi Gerabah : Alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat Gerinda : Mesin pengikis dan pemotong

Gyps : Salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya, sering digunakan sebagai bahan baku.

Handle (Inggris) : Pegangan

Inovasi : Pemasukan/pengenalan hal-hal yang baru. Keramik : Karya seni yang dibuat dengan bahan tanah liat. Kneading (Inggris) : Tahap awal membuat adonan tanah liat.

Lay Out (Inggris) : Pengaturan tata letak tulisan dan gambar. Molen Wales : Mesin penggiling

Motif : Pola, corak ragam hias Pekriya : Pengrajin kriya

Perbot(Sunda) : Istilah meja putar yang terbuat dari meja dan besi Pilin : Merupakan teknik pembuatan keramik dengan cara

membuat pilinan kecil seperti cacing.

Pinching (Inggris) : Pembuatan keramik dengan membuat bulatan tanah yang dipijit dari tengah


(40)

Puder : Istilah nama untuk jenis tanah agak halus Pure Clay (Inggris) : Tanah liat murni

Redefining (Inggris) : Pengolahan kembali suatu desain agar menjadi bentuk yang berbeda dan lebih baik

Sentra : Unit kecil kawasan yang memiliki ciri tertentu dimana didalamnya terdapat kegiatan proses produksi.

Sintesis : Reaksi kimia antara dua atau lebih zat membentuk zat baru

Slabbing (Inggris) : Teknik pembuatan keramik dengan cara membuat

lempengan dari tanah Spiral : Bentuk lilitan

Stilasi : Salah satu bentuk deformasi, tetapi lazimnya dikhususkan untuk menamai bentuk dalam ornamentik


(41)

(1)

Nurmianto, E. (1996). Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Palgunadi, B. (2007). Disain Produk: Disain, Disainer, Proyek Disain. Bandung: ITB.

Sachari, A. (2005). Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Erlangga Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: CV. Alfabeta. Suptandar, J.P. (2008). Desain Keramik. Jakarta: Universitas Trisakti. Sutrisno. (1979). Fisika Dasar. Bandung: ITB

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Daftar Internet:

1stheretic. (2011). Color Theory. [Online]. Tersedia di: http://www.screamingheretic.com. Diakses 29 Januari 2015.

Factorybuy. (2013). Mousai Leather Craft Lighter Set 003. [Online]. Tersedia di: http://www.factorybuy.com. Diakses 29 Januari 2015.

Fauzha. (2011). Kendi Sedang. [Online]. Tersedia di: http://www.rumahkerajinan.com. Diakses 3 Januari 2015.

Davis, D. (1999). Space Colony Art. [Online]. Tersedia di: http://www.hobbyspace.com. Diakses 29 Januari 2015.

Iconshock. (2008). Shapes Icon. [Online]. Tersedia di: http://www.veryicon.com. Diakses 29 Januari 2015.

Jiaxing, (2007). Jinjiang Chaoxing Shoes Firm. [Online]. Tersedia di: http://www.jiaxingwear.en.made-in-china.com. Diakses 29 Januari 2015 Keramik88. (2009). Cara Mencetak Pas Bunga. [Online]. Tersedia di:

http://www.keramik88.com. Diakses 26 Agustus 2014.

Kolacny Musik. (2011). Korg Combo Tuner Metronome. [Online]. Tersedia di: http://www.kolacnymusic.com. Diakses 3 Januari 2015

Radhika. (2012). Lacy Bookmarks. [Online]. Tersedia di: http://www.imprinsthandmade.com. Diakses 29 Januari 2015.


(2)

Rebellion. (2013). Slab Building Pottery. [Online]. Tersedia di: http://www.rebellion159.weebly.com. Diakses 8 Januari 2015.

Reynolds, E. (2012). Rain Room. [Online]. Tersedia di: http://www.dailymail.co.uk. Diakses 29 Januari 2015

Sdwhaven. (2011). Various Stone Style Textures. [Online]. Tersedia di: http://sdwhaven.deviantart.com. Diakses 29 Januari 2015.

Studio Keramik. (2013). Jenis Tungku Pembakaran Keramik. [Online]. Tersedia di: http://www.studio.keramik.org. Diakses 6 Januari 2015.

The Own Sound Artist’s Co-op. (2013). Make a Pinch Pot. [Online]. Tersedia di: http://www.osartistco-op.com. Diakses 8 Januari 2015.


(3)

DAFTAR ISTILAH

Ball Clay (Inggris) : Berupa lempung bola atau tanah liat sedimen kaolinitik yang biasa terdiri dari 20-80% kaolinit, mika 10-25%, 6-66% kuarsa, halus dan plastis di alam

Burner (Inggris) : Alat perapian untuk tungku pembakaran keramik bahan bakar minyak

Catenary (Inggris) : Jenis tungku pembakaran keramik untuk bahan bakar minyak.

Centering (Inggris) : Teknik pembuatan keramik menggunakan meja putar Deformasi : Perjalanan bentuk dari semula sampai yang terbaru Dekorasi : Sebuah karya yang mempunyai unsur hias

Deltfs Blue : Nama produk keramik Belanda Earthenware Clay : Sejenis Gerabah

(Inggris)

Eksplorasi : Pengembangan

Empleg (Sunda) : Istilah nama untuk jenis tanah kasar

Engineering (Inggris) : Adalah sebuah profesi sama seperti halnya dengan ilmuan, dokter maupun profesi lainya yang di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan alam tercapai melalui proses pendidikan.

Entitas : Sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda walaupun tidak harus dalam bentuk fisik.

Ergonomi : Ilmu yang memperlajari interaksi antara manusia dengan elemen- elemen lain dalam satu sistem, serta proses yang mempraktekan untuk mengoptimalkan sistem agar sesuai dengan kebutuhan, kelemahan dan keterampilan manusia.

Estetika : Keindahan


(4)

Feldspar : Batuan yang menggandung sodium, potassium, alumina dan silica, sifatnya untuk melelhkan, menurunkan titik bakar.

Fire Clay (Inggris) : Bahan mentah keramik yang bersifat tahan panas dan dan berkarakter kasar.

Flux : Sebuah zat dalam sebuah reaksi, yang berfungsi untuk menyerap zat pengotor dalam suatu reaksi.

Furniture (Inggris) :Istilah yang biasa untuk perabot rumah tangga. Gembyung(Sunda) : Alat musik pukul tradisional berupa kendi Gerabah : Alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat Gerinda : Mesin pengikis dan pemotong

Gyps : Salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya, sering digunakan sebagai bahan baku.

Handle (Inggris) : Pegangan

Inovasi : Pemasukan/pengenalan hal-hal yang baru. Keramik : Karya seni yang dibuat dengan bahan tanah liat. Kneading (Inggris) : Tahap awal membuat adonan tanah liat.

Lay Out (Inggris) : Pengaturan tata letak tulisan dan gambar. Molen Wales : Mesin penggiling

Motif : Pola, corak ragam hias Pekriya : Pengrajin kriya

Perbot(Sunda) : Istilah meja putar yang terbuat dari meja dan besi Pilin : Merupakan teknik pembuatan keramik dengan cara

membuat pilinan kecil seperti cacing.

Pinching (Inggris) : Pembuatan keramik dengan membuat bulatan tanah yang dipijit dari tengah


(5)

Puder : Istilah nama untuk jenis tanah agak halus Pure Clay (Inggris) : Tanah liat murni

Redefining (Inggris) : Pengolahan kembali suatu desain agar menjadi bentuk yang berbeda dan lebih baik

Sentra : Unit kecil kawasan yang memiliki ciri tertentu dimana didalamnya terdapat kegiatan proses produksi.

Sintesis : Reaksi kimia antara dua atau lebih zat membentuk zat baru

Slabbing (Inggris) : Teknik pembuatan keramik dengan cara membuat

lempengan dari tanah

Spiral : Bentuk lilitan

Stilasi : Salah satu bentuk deformasi, tetapi lazimnya dikhususkan untuk menamai bentuk dalam ornamentik


(6)

Dokumen yang terkait

Dinamika Organisasi Kelompok Tani Di Kabupaten Langkat (Kelompok Tani Kelas Pemula Dan Utama, Desa Kwala Begumit Dan Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)

14 118 86

Analisis Usahatani Kakao(Studi Kasus : Desa Kuala Lau Bicik, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

19 155 59

Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat

0 35 55

Analisis kegiatan produksi pabrik gula jatiwangi (Kasus PT. PG Rajawali II Unit PG Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat)

1 11 281

PENGARUH KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA : Survei pada Pengusaha di Industri Genteng Jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka.

2 7 72

PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN.

0 13 99

ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA - repository UPI S PSR 1006821 Title

0 0 4

x DAFTAR ISI - HUBUNGAN BUDAYA KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA INDUSTRI GENTENG JATIWANGI DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus di Sentra/Desa Sukaraja Kecamatan Jatiwangi) - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN BUDAYA KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA INDUSTRI GENTENG JATIWANGI DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus di Sentra/Desa Sukaraja Kecamatan Jatiwangi) - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - HUBUNGAN BUDAYA KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA INDUSTRI GENTENG JATIWANGI DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus di Sentra/Desa Sukaraja Kecamatan Jatiwangi) - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 15