Dinamika Organisasi Kelompok Tani Di Kabupaten Langkat (Kelompok Tani Kelas Pemula Dan Utama, Desa Kwala Begumit Dan Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)

(1)

DINAMIKA ORGANISASI KELOMPOK TANI

DI KABUPATEN LANGKAT

(Kelompok Tani Kelas Pemula dan Utama, Desa Kwala Begumit dan Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH :

PASTY MARIANA LUMBANBATU

060309017

PENYULUHAN & KOMUNIKASI PERTANIAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

PASTY MARIANA LUMBANBATU (060309017) dengan judul skripsi “DINAMIKA ORGANISASI KELOMPOK TANI DI KABUPATEN LANGKAT”.

Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010 di Desa Sambirejo dan Desa Kwala Begumit, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara

purposive sedangkan sampel ditentukan secara simple random sampling dengan

jumlah 60 sampel.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) Laju perkembangan kelompok tani di dua daerah penelitian yaitu Kelompok Tani Kelas Pemula (KTP) di Desa Kwala Begumit dan Kelompok Tani Kelas Utama (KTU) di Desa Sambirejo tahun 2005-2009 dalam hal pertambahan jumlah kelompok tani, jumlah anggota kelompok tani dan jumlah kelas kelompok tani adalah relatif tetap, (2) Secara umum karakteristik petani sampel di daerah penelitian adalah berumur produktif 45 tahun, menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), lamanya menjadi anggota kelompok tani adalah 9 tahun dengan luas lahan 0,62 ha, (3) Penilaian anggota kelompok tani terhadap dinamika organisasi kelompok tani adalah baik pada kelompok tani kelas utama (KTU) di Desa Sambirejo dan sedang pada kelompok tani kelas pemula (KTP) di Desa Kwala Begumit, (4) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penilaian anggota kelompok tani terhadap dinamika organisasi kelompok tani di dua daerah kelompok sampel penelitian, (5) Terdapat permasalahan yang sama pada dua kelompok sampel penelitian yaitu sulitnya mengadakan pertemuan rapat anggota kelompok, hama/penyakit yang menyerang tanaman usaha tani.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

RIWAYAT HIDUP... … ii

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR TABEL……….. vi

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang……… 1

1.2.Identifikasi Masalah……… 4

1.3.Tujuan Penelitian……… 5

1.4.Kegunaan Penelitian……….. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1.Tinjauan Pustaka……… 6

2.2.Landasan Teori……… 9

2.3.Kerangka Pemikiran………... 11

2.4.Hipotesis Penelitian……… 15

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian……… 16

3.2.Metode Penentuan Sampel………. 17

3.3.Metode Pengumpulan Data……….... 18

3.4.Metode Analisis Data……….. 19

3.5.Defenisi dan Batasan Operasional……….. 23

Defenisi……….. 23


(4)

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1.Deskripsi Daerah Penelitian……… 27 4.2.Karakteristik Petani Sampel……… 38

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Perkembangan Kelompok Tani di Daerah Penelitian……… 39 5.2.Karakteristik Petani Anggota Kelompok Tani di Daerah

Penelitian……….. 42 5.3.Penilaian Anggota Kelompok Tani Kelas Pemula dan Kelas Utama Terhadap Dinamika Organisasi Kelompok Tani…... 45

5.4.Perbedaan Penilaian Anggota Kelompok Tani Terhadap Dinamika Organisasi Kelompok Tani di Dua Daerah

Penelitian………... 55 5.5.Masalah- Masalah Dalam Organisasi Kelompok Tani……… 57

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan………. 60

6.2.Saran……… 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

1. Distribusi Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Strata di

Kabupaten Langkat tahun 2009……… 16 2. Jumlah Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Tani di

Kecamatan Binjai Tahun 2009……….. 17 3. Spesifikasi Pengumpulan Data……….. 19 4. Penggunaan Lahan Berdasarkan Usahanya di Desa Sambirejo

Tahun 2009………. 28

5. Jumlah Kelompok Tani dan Gapoktan di Desa Sambirejo

Tahun 2009……….. …… 29 6. Jumlah Kelompok Tani yang sudah Dikukuhkan Tahun 2009… …… 29 7. Komposisi Penduduk Desa Sambirejo Menurut Umur

Tahun 2009……….. 30

8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009…… 31 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009…. 32 10.Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009…… 33 11.Penggunaan Lahan Berdasarkan Usahanya di Desa Kwala

Begumit Tahun 2009……….. 34 12.Jumlah Kelompok Tani dan Gapoktan di Desa Kwala Begumit

Tahun 2009……….. ……… 35 13.Jumlah Kelompok Tani Yang Sudah Dikukuhkan Tahun 2009…… 35 14.Komposisi Penduduk Desa Kwala Begumit Menurut Umur

Tahun 2009……….. 36


(6)

16.Karakteristik Sampel Penelitian di Dua Daerah Penelitian……….. 38 17.Jumlah Anggota Kelompok Tani di Desa Sambirejo

(Kelompok Tani 1)Tahun 2005-2009………. 40 18.Jumlah Kelas Kelompok Tani di Desa Kwala Begumit

(Kelompok Tani2)Tahun 2005-2009……….. 40 19.Jumlah Kelas Kelompok Tani di Dua Daerah Penelitian

Tahun 2005-2009……… 41

20.Karakteristik Sampel Penelitian……….. …… 43 21.Frekuensi Jumlah Anggota Kelompok Tani Menurut Skala

Penilaiannya Terhadap Dinamika Organisasi Kelompok Tani……. 45 22.Frekuensi Anggota Kelompok Tani Menurut Jawaban Tolak

Ukur Dinamika Organisasi Kelompok Tani Pada Dua Sampel

Penelitian………..…… 48 23.Hasil Uji U-Mann Whitney Test Antara Dua Jawaban Sampel

Kelompok Tani Kelas Utama (KTU) dan Kelompok Tani Kelas


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jumlah Kelompok Tani per Kabupaten di Sumatera Utara

Tahun 2009……… 63

2. Jumlah Kelompok Tani Menurut Kecamatan di Kabupaten

Langkat Tahun 2009………. 64

3. Data Kelompok Tani di Dua Daerah Penelitian Tahun 2009……. 65 4. Karakteristik Petani Sampel di Desa Sambirejo……….. ….. 66 5. Karakteristik Petani Sampel di Desa Kwala Begumit………. 67 6. Jawaban Responden Terhadap Dinamika Organisasi Kelompok

Tani Berdasarkan Tolak Ukur Penilaiannya Pada Sampel Kelompok Tani Kelas Utama di Desa Sambirejo………. 68 7. Jawaban Responden Terhadap Dinamika Organisasi Kelompok

Tani Berdasarkan Tolak Ukur Penilaiannya Pada Sampel Kelompok Tani Kelas Utama di Desa Kwala Begumit………. 70 8. Skor Jawaban Responden Atas Penilaian Dinamika Organisasi

Kelompok Tani oleh Anggota Kelompok Tani Pada Dua Sampel

Penelitian………..… 72 9. Hasil U-Mann Whitney Untuk Dua Sampel Penelitian Kelompok

Tani Kelas Utama (KTU) Desa Sambirejo dan Kelompok Tani Kelas Pemula (KTP) Desa Kwala Begumit Terhadap Penilaian

Dinamika Organisasi Kelompok Tani………. 73 10.Klasifikasi Kelompok Tani Menurut

Tingkat Kemampuannya………. 74 11.Rekapitulasi Hasil Penilaian Tingkat Kemampuan Kelompok Tani.. 75


(8)

ABSTRAK

PASTY MARIANA LUMBANBATU (060309017) dengan judul skripsi “DINAMIKA ORGANISASI KELOMPOK TANI DI KABUPATEN LANGKAT”.

Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010 di Desa Sambirejo dan Desa Kwala Begumit, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara

purposive sedangkan sampel ditentukan secara simple random sampling dengan

jumlah 60 sampel.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) Laju perkembangan kelompok tani di dua daerah penelitian yaitu Kelompok Tani Kelas Pemula (KTP) di Desa Kwala Begumit dan Kelompok Tani Kelas Utama (KTU) di Desa Sambirejo tahun 2005-2009 dalam hal pertambahan jumlah kelompok tani, jumlah anggota kelompok tani dan jumlah kelas kelompok tani adalah relatif tetap, (2) Secara umum karakteristik petani sampel di daerah penelitian adalah berumur produktif 45 tahun, menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), lamanya menjadi anggota kelompok tani adalah 9 tahun dengan luas lahan 0,62 ha, (3) Penilaian anggota kelompok tani terhadap dinamika organisasi kelompok tani adalah baik pada kelompok tani kelas utama (KTU) di Desa Sambirejo dan sedang pada kelompok tani kelas pemula (KTP) di Desa Kwala Begumit, (4) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penilaian anggota kelompok tani terhadap dinamika organisasi kelompok tani di dua daerah kelompok sampel penelitian, (5) Terdapat permasalahan yang sama pada dua kelompok sampel penelitian yaitu sulitnya mengadakan pertemuan rapat anggota kelompok, hama/penyakit yang menyerang tanaman usaha tani.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. (Anonimus, 2009).

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berdarti membangun kemauan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani. (Mardikanto, 1996).

Sampai saat ini kelompok tani masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000). Pendekatan kelompok dipandang lebih


(10)

efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas. Dengan demikian, kelompok tani memiliki kedudukan strategis dalam mewujudkan petani yang berkualitas. Petani yang berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani. (Margono, 2001).

Untuk mencapai petani yang berkualitas, maka menjadi suatu keharusan bahwa kelompok tani yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan secara efektif. Dengan kata lain kelompok tersebut harus berfungsi efektif untuk kepentingan para anggotanya. Salah satu faktor penting untuk terwujudnya kelompok tani yang efektif adalah berjalannya kepemimpinan dari ketua kelompok tani tersebut. (Wahyusumidjo, 1992).

Pengembangan kelompok tani mempunyai makna yang strategis dalam mengupayakan peningkatan sumber daya manusia, khususnya para petani. Kelompok tani merupakan kumpulan para petani yang mempunyai permasalahan dan kepentingan bersama, di samping itu juga merupakan wahana belajar berusahatani, media komunikasi antar anggota. (Kusnadi, 2006).

Upaya penumbuhan kelompok tani diarahkan pada tumbuhnya suatu kerjasama yang bersumber dari kesadaran petani dengan cara bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar, unit produksi, wahana kerjasama dan sebagai wadah pembinaan petani. Penumbuhan kelompok tani dilaksanakan oleh dan untuk kepentingan petani


(11)

sendiri. Penumbuhan kelompok tani dapat berdasarkan hamparan usahatani, domosili petani atau jenis usahatani, tergantung kesepakatan para petani anggota kelompok. (Nasir, 1997).

Menurut Samsudin bahwa dalam suatu kelompok sosial seperti halnya kelompok tani, selalu mempunyai apa yang disebut external structure atau socio group dan internal structure atau psycho group. External structure dalam kelompok tani adalah dinamika kelompok, yaitu aktivitas untuk menanggapi tugas yang timbul karena adanya tantangan lingkungan dan tantangan kebutuhan, antara lain termasuk tuntutan meningkatkan produktivitas usahatani. Sedangkan internal structure adalah menyangkut norma atau pranata dan kewajiban dalam mencapai prestasi kelompok. Internal struktur akan sekaligus merupakan dasar solidaritas kelompok, yang timbul dari adanya kesadaran setiap anggota kelompok tani yang bersangkutan. (Samsudin, 1993).

Dinamika kelompok secara umum tidak dapat dipisahkan dari tingkat kepuasan yang dimiliki para anggota kelompok tersebut dalam pengejaran tujuan, besarnya tujuan yang dicapai, serta penggunaan konsep efektif dan efisien dalam mengejar tujuan kelompok. (Yusmar, 1989).

Dinamika kelompok merupakan bidang penelitian yang dikaji, yang cenderung diarahkan pada komunikasi kelompok kecil yang berkecimpung dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Dengan demikian, komunikasi dalam kelompok kecil lebih banyak dilakukan sebagai cara untuk menyempurnakan pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam kelompok. (Mulyana, 1996).


(12)

Kedinamisan suatu kelompok sangat ditentukan oleh kedinamisan anggota kelompok melakukan interaksi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu untuk mengetahui dinamis tidaknya suatu kelompok dan untuk mengetahui apakah sistem sosial suatu kelompok tersebut dikatakan baik atau tidak, dapat dilakukan dengan menganalisis anggota kelompok tani melalui penilaian-penilaian anggota kelompok tani terhadap dinamika organisasi kelompok tani yaitu kelompok tani yang ada di kabupaten Langkat yang memiliki 1772 kelompok tani yang tersebar di 20 kecamatan. Sejumlah kelompok tani yang tersebar di 20 kecamatan di kabupaten Langkat dikelompokkan berdasarkan laju berdiri kelompok tani, jumlah anggota, jenis kelompok, dan kelas kemampuan kelompok tani. Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana perkembangan kelompok tani selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian?

2. Bagaimana karakteristik anggota kelompok tani (umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, dan luas lahan) di daerah penelitian?

3. Bagaimana penilaian anggota kelompok tani kelas pemula dan kelas utama terhadap dinamika organisasi kelompok tani di daerah penelitian?

4. Bagaimana perbedaan penilaian anggota kelompok tani kelas pemula dan utama terhadap dinamika organisasi kelompok tani di daerah penelitian?


(13)

5. Bagaimanakah masalah-masalah organisasi kelompok tani menurut petani anggota kelompok tani?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan kelompok tani di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui karakteristik anggota kelompok tani (umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, dan luas lahan) di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui penilaian anggota kelompok tani kelas pemula dan kelas utama terhadap dinamika organisasi kelompok tani di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui perbedaan penilaian anggota kelompok tani kelas lanjut dan utama terhadap dinamika organisasi kelompok tani di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui masalah-masalah organisasi kelompok tani menurut petani anggota kelompok tani.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan juga berguna untuk pihak-pihak akademik yang berkepentingan untuk mengadakan penelitian tentang kelompok tani, serta sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan atas pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pentingnya kepengurusan dalam kelompok tani.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua. (Trimo, 2006).

Kelompok tani menurut Anonim dalam Mardikanto diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara formal dalam suatu wilayah keluarga atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. (Mardikanto, 1993).

Efektifitas kelompok dibagi menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan sistem dan pendekatan tujuan. Teori pendekatan sistem menekankan pentingnya adaptasi terhadap tuntutan ekstern sebagai kriteria penilaian keefektifan kelompok. Teori sistem menerangkan pembahasan pengembangan kelompok secara intern dan ekstern. Secara intern melihat bagaimana dan mengapa orang di dalam organisasi melaksanakan tugas individual dan kelompok, sedangkan ekstern menghubungkan transaksi organisasi tersebut dengan organisasi atau lembaga lain. Setiap organisasi membutuhkan sumber daya dari lingkungan luar dimana organisasi tersebut menjadi bagiannya dan pada gilirannya menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan lingkungan yang lebih luas. Sedangkan pendekatan tujuan


(15)

menekankan seberapa jauh tujuan kelompok yang ditetapkan telah tercapai sebagai penilaian keefektifan kelompok. (Gibson, 1995).

Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana setiap petani anggota telah melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan mengenal satu sama lain. (Samsudin, 1993).

Suhardiyono menyatakan bahwa untuk meningkatkan dinamika kelompok tani harus dikembangkan sepuluh jenis kemampuan kelompok tani yang disebut dengan sepuluh jurus kemampuan kelompok tani yang terdiri atas : (1) menyusun rencana kerja kelompok tani, (2) kerjasama intern kelompok tani, (3) menerapkan teknologi baru, (4) memecahkan masalah kelompok dan mengatasi keadaan darurat, (5) pemupukan modal usaha, (6) kemampuan mengembangkan peralatan dan fasilitas kelompok, (7) membina hubungan melembaga dengan KUD, prosesor, eksportir, perbankan dan instansi terkait, (8) peningkatan produktivitas usaha tani, (9) ketaatan terhadap perjanjian, dan (10) pembinaan kader pimpinan kelompok. (Suhardiyono, 1992).

Kelompok tani biasanya dipimpin oleh seorang ketua kelompok, yang dipilih atas dasar musyawarah dan mufakat diantara anggota kelompok tani. Pada waktu pemilihan ketua kelompok tani sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi kelompot tani yaitu sekretaris kelompok, bendahara kelompok, serta seksi-seksi yang mendukung kegiatan kelompoknya. Seksi-seksi yang ada disesuaikan dengan tingkat dan volume kegiatan yang akan dilakukan. Masing-masing


(16)

pengurus dan anggota kelompok tani harus memiliki tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas dan dimengerti oleh setiap pemegang tugasnya. Selain itu juga kelompok tani harus memiliki dan menegakkan peraturan-peraturan yang berlaku bagi setiap kelompoknya dengan sanksi-sanksi yang jelas dan tegas. Biasanya jumlah anggota kelompok tani berkisar antara 10-25 orang anggota. (Suhardiyono, 1992).

Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani, antara lain sebagai berikut :

a) Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.

b) Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.

c) Semakin cepatnya proses perembesan (difusi) penerapan inovasi (teknologi) baru.

d) Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang (pinjaman) petani.

e) Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) maupun produk yang dihasilkan.

f) Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh petani. (Mardikanto, 1996).


(17)

Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Kelompok Tani : a) Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan usahatani.

b) Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan petugas/penyuluh serta kesepakatan yang berlaku.

c) Wajib bekerja sama dan akrab antar sesama anggota, pengurus maupun dengan petugas/penyuluh.

d) Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat demi berhasilnya kegiatan usahatani kelompok. (Nasir, 1997).

2.2. Landasan Teori

Pengaruh kehidupan kelompok yang makin kokoh terhadap kehidupan individu anggotanya ialah timbulnya sense of belongingness (rasa memiliki), yang ternyata mempunyai arti cukup mendalam pada kehidupan individu anggotanya. Sense of belongingness merupakan sikap peranan bahwa ia termasuk di dalam suatu kelompok sosial dan di dalamnya ia mempunyai peranan dan tugas sehingga merasakan semacam kepuasan dirinya, bahwa ia berharga sebagai anggota kelompok tani. Kepuasannya ialah bahwa ia sebagai makluk sosial di dalam kelompoknya telah memperoleh peranan sosial yang juga berdasarkan usahanya untuk menyumbangkan sesuatu demi kemajuan kelompok. (Gerungan, 2002).

Dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yaitu peningkatan hasil produksi dan mutunya yang gilirannya nanti akan meningkatkan pendapatan mereka. Dinamika kelompok tani mencakup seluruh kegiatan meliputi inisiatif,


(18)

daya kreatif dan tindakan nyata yang dilakukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja kelompoknya yang telah disepakati bersama. (Suhardiyono, 1992).

Untuk melakukan analisis terhadap dinamika kelompok, pada hakekatnya dilalukan melalui pendekatan, yakni pendekatan psiko-sosial, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok itu sendiri. Analisis dinamika kelompok dengan pendekatan psiko-sosial, dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok. (Mardikanto, 1996).

Sebuah kelompok tani dinilai efektif, bila kelompok itu memiliki karakteristik berikut :

a) Memahami dengan jelas tujuan sasarannya.

b) Mampu menetapkan prosedur secara luwes demi tercapainya sasaran bersama.

c) Komunikasi lancar serta adanya pengertian di antara anggotanya.

d) Tegas dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan seluruh anggota.

e) Keseimbangan produktivitas kelompok dan kepuasan individu terjaga.

f) Tanggung jawab kepemimpinan dipikul bersama, sehingga semua anggota terlibat dalam menyumbangkan ide dan pendapat.

g) Rasa kebersamaan.


(19)

i) Tidak ada dominasi baik oleh pemimpin maupun anggota kelompok.

j) Keseimbangan antara perilaku emosi dan perilaku rasional dalam setiap usaha pemecahan masalah. (Soewartoyo dan Lumbantoruan, 1992).

Unsur-unsur dinamika kelompok yang disebut juga variabel-variabel dinamika kelompok terdiri dari : (1) tujuan kelompok, (2) kekompakan kelompok, (3) struktur kelompok, (4) fungsi tugas kelompok, (5) pengembangan dan pemeliharaan kelompok, (6) suasana kelompok, (7) efektivitas kelompok, (8) tekanan kelompok, (9) maksud terselubung. (Huraearah dan Purwanto, 2006).

2.3. Kerangka Pemikiran

Di dalam struktur organisasi penyuluhan, petani anggota kelompok tani memiliki hubungan fungsional dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Hubungan ini terlihat dari penyampaian kebijaksanaan pembangunan pertanian oleh PPL kepada petani, penyampaian inovasi oleh PPL dan umpan balik dari petani anggota kelompok tani, pemecahan masalah yang dihadapi kelompok tani, pembinaan PPL dalam perencanaan program kelompok tani.

Kelompok tani yang terdiri dari kumpulan para petani yang bergabung di dalam kelompok pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kelompok tani dianggap sebagai wadah belajar dan wahana kerjasama dalam pembinaan petani untuk menyerap informasi dan mengadopsi inovasi yang berhubungan dengan kegiatan usaha tani mereka, membentuk kerja sama yang


(20)

saling menguntungkan yaitu mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah.

Fase pertumbuhan kemampuan dalam kelompok tani yang disebut dengan kelas kemampuan kelompok terdiri dari kelas pemula dan kelas utama, masing-masing kelompok tani berdasarkan tingkat kemampuannya memiliki anggota dimana anggota kelompok tani kelas pemula dan kelas utama berbeda-beda karakteristiknya, yaitu (1) umur, (2) tingkat pendidikan, (3) masa keanggotaan, (4) dan luas lahan.

Masing-masing anggota kelompok tani memiliki tugas dan wewenang terhadap organisasi kelompok tani. Anggota-anggota yang memiliki keterpaduan kelompok yang tinggi, ditunjukkan dengan semakin besarnya kekuatan dalam aktivitas kelompok, yang terwujud dalam sedikit absennya pada setiap pertemuan kelompok. Dan sebaliknya anggota kelompok yang memiliki kohesi kelompok rendah menunjukkan kerendahan keterikatannya dalam aktivitas kelompok. Sebagaimana diketahui, perilaku yang diharapkan seorang anggota kelompok adalah suatu posisi yang memberikannya nilai tersendiri dalam pekerjaan kelompoknya. Melalui peran tersebut, suatu pelaksanaan tugas dapat dikerjakan dengan baik dan efektif untuk mencapai tujuan kelompok. Dinamika kelompok, secara umum tidak dapat dipisahkan dari tingkat kepuasan yang dimiliki para anggota kelompok tani dalam pengejaran tujuan, besarnya tujuan yang dicapai.

Tujuan kelompok tani merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing. Kelompok yang baik seringkali mengadakan penilaian secara kontinu


(21)

terhadap perencanaan kegiatan, dan pengawasan kelompok, sehingga dapat diketahui tercapai atau tidaknya tujuan kelompok. Selain itu dapat diketahui semua motivasi dan hambatan yang dialami anggota maupun kelompok tani itu sendiri.

Dinamika kelompok tani merupakan analisis dari hubungan-hubungan kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah harus dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial. Dimana anggota-anggota kelompok tani yang digolongkan berdasarkan kelas kemampuan kelompok taninya melakukan evaluasi atau penilaian terhadap dinamika organisasi kelompok tani. Penilaian anggota kelompok tani kelas pemula dan utama adalah terhadap dinamika organisasi kelompok tani yang terdiri dari 9 unsur, yaitu : (1) tujuan kelompok, (2) kekompakan kelompok, (3) struktur kelompok, (4) fungsi tugas kelompok, (5) pengembangan dan pemeliharaan kelompok, (6) suasana kelompok, (7) efektivitas kelompok, (8) tekanan kelompok, (9) maksud terselubung. Kerangka alur penelitian disajikan pada gambar skema kerangka pemikiran sebagai berikut :


(22)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : Menyatakan Hubungan

Menyatakan Penilaian Penyuluh

Petani

Kelompok tani Kelompok tani kelas utama

Karakteristik anggota kelompok tani 1.Umur

2.Tingkat pendidikan 3.Masa keanggotaan 4.Luas lahan

Unsur-Unsur Dinamika Kelompok tani 1.Tujuan kelompok

2.Kekompakan kelompok 3.Struktur kelompok 4.Fungsi tugas kelompok

5.Pengembangan dan pemeliharaan kelompok

6.Suasana kelompok 7.Efektivitas kelompok 8.Tekanan kelompok 9.Maksud terselubung

Masalah Organisasi Kelompok tani

Anggota Anggota

Kelompok tani kelas pemula


(23)

2.4. Hipotesis Penelitian

1. Penilaian anggota kelompok tani kelas pemula dan kelompok tani kelas utama terhadap dinamika organisasi kelompok tani adalah baik.

2. Tidak terdapat perbedaan penilaian anggota kelompok tani kelas pemula dan utama terhadap dinamika organisasi kelompok tani.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja dengan pertimbangan tertentu. Adapun alasan peneliti memilih Kabupaten Langkat sebagai daerah penelitian karena Kabupaten Langkat merupakan Kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki jumlah kelompok tani tertinggi keempat setelah Kabupaten Mandailing Natal, Karo, dan Labuhan Batu (data pada lampiran 1), sehingga peneliti mengasumsikan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian dengan metode kelompok sudah berjalan intensif.

Kecamatan Binjai dipilih sebagai daerah penelitian di Kabupaten Langkat setelah dikategorikan berdasarkan jumlah kelompok tani tiap kecamatan di Kabupaten Langkat dengan cara membagi 20 kecamatan menjadi 2 strata. Berikut adalah hasil pembagian strata berdasarkan jumlah kelompok tani tiap kecamatan.

Tabel 1.Distribusi jumlah kelompok tani berdasarkan strata di Kabupaten Langkat tahun 2009

Strata Jumlah kelompok tani tiap kecamatan Jumlah Kecamatan

I 16-88 9

II 89-179 11

Total 20


(25)

Berdasarkan kedua strata tersebut maka yang dijadikan daerah penelitian adalah Kecamatan Binjai yang tergolong dalam strata II, yaitu jumlah yang memiliki kelompok tani di atas rata-rata. Kecamatan Binjai terdiri dari 7 desa. Adapun pemilihan desa sebagai daerah penelitian di Kecamatan Binjai adalah Desa Sambirejo dan Desa Kwala Begumit. Desa Sambirejo memiliki jumlah kelompok tani kelas utama sebanyak 5 kelompok dengan jumlah anggota 260 orang dan Desa Kwala Begumit memiliki jumlah kelompok tani kelas pemula sebanyak 13 kelompok dengan jumlah anggota 367 orang.

Tabel 2. Jumlah kelompok tani dan anggota kelompok tani di Kecamatan Binjai tahun 2009

Nama Desa Kelompok tani kelas pemula Kelompok tani kelas utama Jumlah anggota kelas pemula Jumlah anggota kelas utama 1.Sambirejo 2.Kwala Begumit 3.Suka Makmur 4.Perdamean 5.Sidomulyo 4 13 12 10 8 5 - - - - 173 367 328 178 197 260 - - - -

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Langkat tahun 2010.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian adalah anggota kelompok tani kelas pemula di desa Kwala Begumit dan anggota kelompok tani kelas utama di desa Sambirejo. Penentuan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling, yaitu sampel


(26)

diambil secara acak sederhana atas jumlah populasi yang ada di setiap daerah penelitian pada kedua desa di Kecamatan Binjai. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebesar 60 orang dan untuk masing-masing kelompok diambil secara acak yakni sebesar 30 orang untuk anggota kelompok tani kelas pemula dan 30 orang untuk anggota kelompok tani kelas utama. Hal ini sesuai dengan teori Bailey yang menyatakan bahwa untuk penentuan yang menggunakan analisa statistik, ukuran responden paling minimal adalah 30 orang. (Hasan, 2002).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan petani anggota kelompok tani yang menjadi sampel dalam penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang disusun peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari Dinas Pertanian Sumatera Utara, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Langkat serta literatur yang mendukung penelitian.


(27)

Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data Metode Alat

1. Populasi dan sampel kelompok tani

2. Karakteristik anggota kelompok tani

3. Evaluasi dinamika kelompok tani 4. Evaluasi masalah

kelompok tani

Dinas Pertanian dan Peternakan

Kelompok tani

Petani

Petani dan Penyuluh

Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Pencatatan dokumen Kuesioner Kuesioner Kuesioner,Pencatatan dokumen

3.4. Metode Analisis Data

− Analisis data untuk tujuan 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan melihat data perkembangan kelompok tani dalam jumlah kelompok tani, jumlah anggota, kelas kelompok tani di daerah penelitian selama 5 tahun terakhir (2005-2009).

− Analisis data untuk tujuan 2 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan melihat karakteristik petani anggota kelompok tani yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan luas lahan yang dimiliki petani sampel di daerah penelitian.

− Untuk hipotesis 1 dianalisis dengan metode scoring dengan menggunakan metode analisis skala kumulatif Skalogram Guttman dengan point positif dan negatif terhadap indikator yang dapat dinilai dan dijawab oleh anggota kelompok tani sebagai responden berdasarkan tolak ukur penilaian dinamika


(28)

organisasi kelompok tani. Tolak ukur skala penilaian anggota kelompok tani sebagai berikut:

Komponen dinamika kelompok tani Jawaban responden Positif (+) / Negatif(-)

1.Tujuan kelompok +/-

2.Kekompakan kelompok +/-

3.Struktur kelompok +/-

4.Fungsi tugas kelompok +/-

5.Pengembangan dan pemeliharaan kelompok +/-

6.Suasana kelompok +/-

7.Efektivitas kelompok +/-

8.Tekanan kelompok +/-

9.Maksud terselubung +/-

Dengan memberikan bobot jawaban sebagai berikut :

Sangat baik = 5 (9 jawaban positif)

Baik = 4 (7-8 jawaban positif)

Sedang = 3 (4-6 jawaban positif)

Kurang baik = 2 (1-3 jawaban postif)

Sangat tidak baik = 1 (tidak ada jawaban positif)

Berdasarkan komponen tersebut maka dilakukan wawancara kepada responden dengan kriteria penilaian dan bobot sebagai berikut : Kriteria “Sangat Baik” yaitu penilaian atau jawaban positif dari seluruh komponen dinamika kelompok tani. Kriteria “Baik” yaitu penilaian atau jawaban positif 7-8 komponen dinamika kelompok tani, Kriteria “Sedang” yaitu penilaian atau jawaban positif terhadap 4-6 komponen dinamika kelompok tani, Kriteria “Kurang Baik” yaitu penilaian atau jawaban positif 1-3 komponen dinamika kelompok tani, Kriteria “Sangat Tidak


(29)

Baik” yaitu tidak ada sama sekali penilaian terhadap komponen dinamika kelompok tani.

Berdasarkan skor tersebut maka ditentukan rataan skor dengan rumus :

Rentang Skor =Skor Tertinggi – Skor Terendah Jumlah Skala

Sangat Baik : 4.3 – 5 Baik : 3.5 – 4.2 Sedang : 2.7 – 3.4 Kurang Baik : 1.9 – 2.6 Sangat Tidak Baik : 1 – 1.8

−Untuk hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan metode Uji statistik U-Mann Whitney dengan alat bantu SPSS 17. Uji dari Mann Whitney ini digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan penilaian dari 2 kelompok di daerah penelitian. Adapun rumus dari U-Mann Whitney adalah sebagai berikut : (Nazir, 2003).

n2( n2 + 1) U1 = n1n2 + ___________ - R2 2

n1( n1 + 1) U2 = n1n2 + ___________ - R1 2


(30)

Dimana : n1 = Jumlah sampel 1 n2 = Jumlah sampel 2

U1 = Jumlah peringkat 1 U2 = Jumlah peringkat 2

R1 = Jumlah rangking pada sampel n1 R2 = Jumlah rangking pada sampel n2

Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : Tidak terdapat perbedaan penilaian antara anggota kelompok tani kelas pemula dan kelas utama.

H1 : Terdapat perbedaan penilaian antara anggota kelompok tani kelas pemula dan kelas utama.

Pengambilan keputusan :

H0 diterima jika Ucari ≥ Utabel atau jika sig ≥ α

H1 diterima jika Ucari < Utabel atau jika sig < α

- Analisis data untuk tujuan 5 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan melihat masalah-masalah yang terdapat dalam organisasi kelompok tani.


(31)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Penilaian adalah pandangan positif atau negatif anggota kelompok tani tentang kekuatan ataupun kelemahan dari organisasi kelompok tani.

2. Kelompok tani kelas pemula dan kelas utama adalah tingkat kemampuan kelompok tani yang diklasifikasikan sesuai kelasnya berdasarkan penilaian skor oleh penyuluh.

3. Karakteristik petani adalah faktor-faktor yang dimiliki oleh setiap individu petani di daerah penelitian yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama menjadi anggota kelompok tani (masa keanggotaan) dan luas lahan.

4. Umur responden adalah lama waktu hidup responden dari lahir hingga saat dilakukan penelitian.

5. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh responden.

6. Lama menjadi anggota kelompok tani adalah lamanya responden telah menjadi anggota kelompok tani (tahun).

7. Luas lahan adalah luasnya areal pertanaman yang diusahakan oleh responden.

8. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang berada dalam suatu wilayah yang terbentuk atas dasar keserasian, kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan


(32)

sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya yang berada dalam lingkungan pengaruh pimpinan seorang kontak tani.

9. Kontak tani adalah ketua kelompok tani yang dipilih dari anggota dan oleh anggota kelompok berdasarkan musyawarah.

10.Dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuan kelompok.

11.Dinamika kelompok tani meliputi inisiatif, daya kreatif, dan tindakan nyata yang dilakukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja kelompoknya yang telah disepakati bersama.

12.Tujuan kelompok adalah hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok tani.

13.Kekompakan kelompok adalah rasa keterkaitan anggota kelompok tani terhadap kelompoknya.

13.Struktur kelompok adalah suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok sekaligus menggambarkan kedudukan dan peran masing-masing dalam upaya pencapaian kelompok.


(33)

14.Fungsi tugas kelompok adalah seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok tani sesuai dengan fungsi masing-masing dalam kelompok tani.

15.Pengembangan dan pemeliharaan kelompok adalah upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok tani.

16.Suasana kelompok adalah suasana yang terdapat dalam suatu kelompok, sebagai hasil dari berlangsungnya hubungan-hubungan interpersonal atau hubungan antar anggota kelompok tani.

17.Efektivitas kelompok adalah keberhasilan kelompok tani dalam mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan yang memuaskan anggotanya.

18.Tekanan kelompok adalah tekanan-tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha terus untuk mencapai tujuan kelompok.

19.Maksud terselubung adalah tujuan yang dirumuskan oleh pengurus atau anggota namun tidak tertulis tetapi diharapkan akan tercapai.

20.Kelas kelompok tani adalah pengelompokan fase pertumbuhan kelompok tani yang terdiri dari kelas pemula dan kelas utama.

21.Masalah kelompok tani adalah sesuatu yang menghambat proses kerjasama dalam kelompok.


(34)

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di Desa Sambirejo dan Kwala Begumit, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.

3. Sampel penelitian adalah petani anggota kelompok tani padi sawah di daerah penelitian.


(35)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Sambirejo

Desa Sambirejo merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Binjai. Desa Sambirejo berada pada ketinggian 14 mdpl. Luas Desa Sambirejo adalah 10,81 Km2, dengan batas wilayah sebagai berikut:

− Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN II / Kwala Madu

− Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN II / Tanjung Jati

− Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kwala Begumit


(36)

4.1.2. Tata Guna Tanah

Berikut ini adalah tabel mengenai luas dan penggunaan lahan di desa Sambirejo.

Tabel 4. Penggunaan Lahan Berdasarkan Usahanya di Desa Sambirejo Tahun 2009

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Lahan Sawah

Pengairan 300

Tadah Hujan 280

2. Lahan Kering

Potensi Tan. Pangan/Hortikultura 321 Potensi Tan. Perkebunan 55

Potensi Peternakan 15

Potensi Perikanan 6

Jumlah 977

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan yang paling banyak digunakan adalah lahan untuk persawahan yaitu sebesar 580 Ha, dimana lahan persawahan ini dibagi kedalam dua bagian yaitu sawah pengairan seluas 300 Ha dan sawah tadah hujan seluas 280 Ha.


(37)

4.1.3. Data Kelembagaan Petani

Berikut ini adalah data mengenai kelembagaan petani yang ada di desa Sambirejo. Tabel 5. Jumlah Kelompok Tani dan Gapoktan di Desa Sambirejo Tahun

2009

No. Lembaga Jumlah

1. Kelompok Tani 16 kelompok

2. Gabungan Kelompok Tani 3 kelompok 3. Jumlah Anggota Kelompok Tani 987 orang

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Tabel 6. Jumlah Kelompok Tani Yang Sudah Dikukuhkan Tahun 2009 No. Jenis Kelompok Tani Jumlah (Kelompok)

1. Pemula 4

2. Lanjut -

3. Madya 7

4. Utama Jumlah

5 16

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kelompok tani yang ada di desa Sambirejo adalah 16 kelompok yang tergabung ke dalam 3 gapoktan. Kelompok-kelompok tani tersebut tergabung ke dalam 3 jenis kelas kelompok tani yaitu pemula, madya dan utama. Dan jenis kelompok tani yang paling banyak adalah kelompok tani madya.


(38)

4.1.4. Keadaan Penduduk

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di desa Sambirejo pada tahun 2009 adalah sebanyak 6.515 jiwa yang terdiri atas 1.674 KK atau 742 KKT.

Tabel 7. Komposisi Penduduk Desa Sambirejo Menurut Umur tahun 2009 No. Penggolongan Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Umur 0 – 9 tahun 1.007 15,45 2. Umur 10 – 19 tahun 1.130 17,34 3. Umur 20 – 29 tahun 1.270 19,49 4. Umur 30 – 39 tahun 1.106 16,97 5. Umur 40 – 49 tahun 1.019 15,64 6. Umur 50 – 59 tahun 761 11,68 7. Umur > 60 tahun

Jumlah

222 3,40 6.515 100%

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk golongan umur 20-29 tahun sebesar 19,49% merupakan jumlah penduduk yang paling banyak yaitu sebanyak 1.270 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk desa Sambirejo sebagian besar berada dalam usia yang masih muda.


(39)

b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berikut ini adalah tabel mengenai pembagian penduduk Desa Sambirejo berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2009 No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 3.328 51,08 2. Perempuan

Jumlah

3.187 48,91 6.515 100%

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan, namun perbedaan tersebut tidak terlalu mencolok. Sehingga bisa dikatakan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di desa Sambirejo hampir berimbang.


(40)

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berikut ini adalah pembagian jumlah penduduk desa Sambirejo menurut tingkat pendidikan:

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Belum Sekolah 362 5,55 2. Tidak Sekolah 1.167 17,91 3. Sekolah Dasar/TK 1.734 26,61 4. SLTP 1.249 19,17 5. SLTA 1.896 29,10 6. Akademi/ Perguruan Tinggi

Jumlah

107 1,64 6.515 100%

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh penduduk desa Sambirejo adalah SLTA sebesar 29,10%, kemudian diikuti oleh SD/TK sebesar 26,61%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk desa Sambirejo tergolong menengah.


(41)

d. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Berikut ini adalah tabel mengenai komposisi penduduk desa Sambirejo menurut mata pencaharian:

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Bidang Pertanian (Tan. Pangan

dan Hortikultura)

989 22,59 2. Bidang Pertambangan dan

Penggalian

20 0,45 3. Bidang Konstruksi dan Bangunan 45 1,02 4. Bidang Perdagangan 552 12,60 5. Karyawan, Pegawai Negeri Sipil,

TNI, POLRI 271 6,19 6. Lain-lain

Jumlah

2.501 57,12 4.378 100%

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa Sambirejo bekerja pada sektor lainnya sebesar 57,12% yaitu 2.501 jiwa kemudian diikuti sektor pertanian sebesar 22,59% yaitu 989 jiwa.


(42)

4.1.5. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Kwala Begumit

Desa Kwala Begumit berada pada ketinggian 6,5 mdpl. Luas Desa Kwala Begumit adalah 2,53 Km2 (253 Ha), dengan batas wilayah sebagai berikut:

− Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Perdamaian

− Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sambirejo

− Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Suka Makmur

− Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai 4.1.6. Tata Guna Tanah

Berikut ini adalah tabel mengenai luas dan penggunaan lahan di desa Kwala Begumit :

Tabel 11. Penggunaan Lahan Berdasarkan Usahanya tahun 2009

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Lahan Sawah

Pengairan -

Tadah Hujan 70

Potensi Tan. Pangan/Hortikultura 95 2. Lahan Kering Potensi Tan. Perkebunan 51,6 Potensi Peternakan 10

Jumlah 226,6

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan yang paling banyak digunakan adalah lahan untuk persawahan yaitu sebesar 70 Ha, dimana semua lahan persawahan di desa Kwala Begumit merupakan sawah tadah hujan.


(43)

4.1.7. Data Kelembagaan Petani

Berikut ini adalah data mengenai lembaga yang erat kaitannya dengan penyelengaraan penyuluh pertanian di desa Kwala Begumit :

Tabel 12. Jumlah Kelompok Tani dan Gapoktan di Desa Kwala Begumit Tahun 2009

No. Kelembagaan Jumlah (Unit)

1. Koptan 2

2. Kios Saprodi 5

3. Pos IA 1

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Tabel 13. Jumlah Kelompok Tani Yang Sudah Dikukuhkan Tahun 2009 No. Jenis Kelompok Tani Jumlah (Kelompok)

1. Pemula 13

2. Lanjut 2

3. Madya 1

4. Utama Jumlah

- 16

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kelompok tani yang ada di desa Kwala Begumit adalah 16 kelompok. Kelompok-kelompok tani tersebut tergabung ke dalam 3 jenis kelompok tani yaitu pemula, lanjut dan madya. Dan jenis kelompok tani yang paling banyak adalah kelompok tani pemula.


(44)

4.1.8. Data Keadaan Penduduk

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di desa Kwala Begumit pada tahun 2009 adalah sebanyak 7.576 jiwa.

Tabel 14. Komposisi Penduduk Desa Kwala Begumit Menurut Umur tahun 2009

No. Penggolongan Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Umur 0 – 9 tahun 1.732 22,86

2. Umur 10 – 19 tahun 2.267 29,92 3. Umur 20 – 49 tahun 1.721 22,71 4. Umur 50 – 60 tahun 1.279 16,88 5. Umur > 60 tahun 577 7,61 Jumlah 7.576 100%

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk golongan umur 10-19 tahun sebesar 29,92% merupakan jumlah penduduk yang paling banyak yaitu sebanyak 2.267 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk desa Kwala Begumit sebagian besar berada dalam usia yang masih sangat muda.


(45)

b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berikut ini adalah pembagian jumlah penduduk desa Kwala Begumit menurut tingkat pendidikan :

Tabel 15. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Belum Sekolah 2.585 34,12 2. Tidak Sekolah 1.987 26,22 3. Sekolah Dasar/TK 1.818 23,99 4. SLTP 1.103 14,55 5. SLTA 83 1,09 Jumlah 7.576 100%

Sumber : BPP Kwala Begumit tahun 2010

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh penduduk desa Kwala Begumit adalah belum sekolah yaitu sebanyak 2.585 jiwa, kemudian diikuti tingkat pendidikan yang tidak sekolah sebanyak 1.987 jiwa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk desa Kwala Begumit tergolong rendah.


(46)

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelompok tani, umur,tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan luas lahan. Berikut ini adalah tabel karakateristik sampel penelitian.

Tabel 16. Karakteristik Sampel Penelitian di Dua Daerah Penelitian Karakteristik Kelompok Tani

Kelas Utama (Sambirejo) N = 30

Kelompok Tani Kelas Pemula (Kwala Begumit) N = 30

Total

N = 60

1.Umur 43,9 46,5 45,2

2.Tingkat Pendidikan 9,4 7 8,2

3.Masa Keanggotaan 15,33 2,8 9,06

4.Luas Lahan 0,58 0,66 0,62

Sumber : Lampiran 4 dan 5

Dari tabel 16 diatas bahwa rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian adalah 45 tahun, tingkat pendidikan menempuh Sekolah Menengah Pertama (SMP), Lamanya menjadi anggota kelompok tani adalah 9 tahun dan luas lahan 0,62 ha.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Kelompok Tani di Daerah Penelitian

Desa Sambirejo dan desa Kwala Begumit, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat merupakan dua desa yang memiliki populasi kelompok tani yang berbeda. Desa Sambirejo (KT1) memiliki 4 kelompok tani kelas pemula dengan jumlah anggota 173 orang dan 5 kelompok tani kelas utama dengan jumlah anggota 260 orang. Desa Kwala Begumit (KT2) memiliki 13 kelompok tani kelas pemula dengan jumlah anggota 367 orang.

Perkembangan Berdasarkan Jumlah Kelompok Tani, Anggota Kelompok Tani

dan Kelas Kelompok Tani Selama 5 tahun terakhir (2005-2009).

Perkembangan kelompok tani pada dua daerah penelitian dapat dilihat dari perkembangan populasi jumlah kelompok tani, anggota kelompok tani dan kelas kelompok tani yang ada dari data 5 tahun terakhir (2005-2009).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Penyuluhan Pertanian Kwala Begumit diketahui bahwa perkembangan jumlah kelompok tani di dua daerah penelitian yaitu Desa Sambirejo (KT1) dan Desa Kwala Begumit (KT2) tidak ada selama 5 tahun terakhir. Jumlah kelompok tani dari tahun 2005-2009 adalah tetap yaitu berjumlah 16 kelompok tani. Jumlah kelompok tani dikukuhkan sebanyak 16 kelompok tani pada daerah penelitian untuk memudahkan penyuluh dalam melakukan kunjungan ke kelompok-kelompok tani agar pengembangan kelompok


(48)

tani lebih intensif. Data 16 kelompok tani di dua daerah penelitian dapat dilihat pada lampiran 3.

Berikut adalah data jumlah anggota kelompok tani di dua daerah penelitian.

Tabel 17. Jumlah anggota kelompok tani di desa sambirejo (Kelompok Tani 1) tahun 2005 - 2009

Tahun Pemula (%) Lanjut (%) Madya (%) Utama (%) Jumlah (%) 2005 173 (25,07) - 280 (40,57) 237 (34,34) 690 (100) 2006 173 (25,07) - 280 (40,57) 237 (34,34) 690 (100) 2007 173 (25,07) - 280 (40,57) 237 (34,34) 690 (100) 2008 2009 295 (29,88) 295 (29,88) - - 432 (43,76) 432 (29,88) 260 (26,34) 260 (26,34) 987 (100) 987 (100)

Sumber : BPP Kwala Begumit

Tabel 18. Jumlah anggota kelompok tani di desa kwala begumit (Kelompok Tani 2) tahun 2005 - 2009

Tahun Pemula (%) Lanjut (%) Madya (%) Utama (%) Jumlah (%) 2005 145 (66,51) 30 (13,76) 43 (19,72) - 218 (100) 2006 215 (74,65) 30 (10,41) 43 (14,93) - 288 (100) 2007 215 (74,65) 30 (10,41) 43 (14,93) - 288 (100) 2008 2009 215 (74,65) 367 (77,42) 30 (74,65) 64 (13,50) 43 (14,93) 43 (9,07) - - 288 (100) 474 (100)

Sumber : BPP Kwala Begumit

Berdasarkan tabel 17 dan 18 jumlah anggota kelompok tani di dua desa penelitian mengalami perkembangan yang tidak begitu besar selama 5 tahun terakhir. Tahun


(49)

2008-2009 diketahui perkembangan jumlah anggota kelompok tani mengalami kenaikan yaitu kelompok tani kelas pemula, madya, dan utama. Sedangkan pada kelompok tani kelas pemula di desa kwala begumit mengalami kenaikan pada kelompok tani kelas pemula pada tahun 2006 dan tahun 2009. Anggota kelompok tani kelas lanjut juga mengalami kenaikan pada tahun 2009. Berdasarkan observasi di lapangan diketahui bahwa meningkatnya jumlah anggota kelompok tani disebabkan adanya kesadaran petani untuk bergabung dengan kelompok agar mereka mendapat kemudahan dan keuntungan menerima bantuan dari pemerintah. Berikut adalah data jumlah kelas kelompok tani di dua daerah penelitian.

Tabel 19. Jumlah Kelas Kelompok Tani di dua daerah penelitian tahun 2005-2009

Tahun Desa Sambirejo

Pemula Lanjut Madya Utama

Desa Kwala Begumit Pemula Lanjut Madya Utama 2005 4 - 8 4 13 2 1 - 2006 4 - 8 4 13 2 1 - 2007 4 - 8 4 13 2 1 - 2008

2009

4 - 7 5 4 - 7 5

13 2 1 - 13 2 1 -

Sumber: BPP Kwala Begumit

Dari tabel 19 diatas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah kelas kelompok tani di dua daerah penelitian mengalami kenaikan pada tahun 2008 di desa sambirejo. Sedangkan di desa kwala begumit tidak mengalami pertambahan atau kenaikan kelas kelompok tani. Adanya kenaikan tingkat kemampuan kelompok tani di desa sambirejo pada tahun 2008 dari kelas kelompok tani madya menjadi


(50)

kelompok tani kelas utama bahwa kegiatan pengurus dalam mencari dan memberikan informasi sangat aktif. Jadwal kunjungan PPL dilakukan 12 kali dalam 3 minggu untuk menggerakkan anggota-angota kelompok untuk lebih giat berpartisipasi dalam pertemuan kelompok. Berbeda dengan kelompok tani kelas pemula di desa sambirejo tidak mengalami kenaikan tingkat kelompok tani dikarenakan pengurus kelompok tani kurang giat dalam menggerakkan anggotanya untuk berpartispasi dalam kelompok. Pengurus hanya melaksanakan pertemuan kelompok tani di desa penelitian 6 kali dalam setahun.

5.2. Karakteristik Petani Anggota Kelompok Tani di Daerah Penelitian

Karakteristik petani yaitu umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dalam kelompok tani dan luas lahan yang dimiliki merupakan faktor-faktor yang dimiliki petani di daerah penelitian. Berikut adalah karakteristik petani anggota kelompok tani yang menjadi sampel penelitian.


(51)

Tabel 20. Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik Kelompok Tani 1 (Kelas Utama) N = 30

Kelompok Tani 2 (Kelas Pemula) N = 30

Total

N = 60

1.Umur 43,9 46,5 45,2

2.Tingkat Pendidikan 9,4 7 8,2

3.Masa Keanggotaan 15,33 2,8 9,06

4.Luas Lahan 0,58 0,66 0,62

Sumber : Lampiran 4 dan 5

1. Umur

Data di atas menunjukkan bahwa rata-rata diperoleh karakteristik umur di dua daerah penelitian cenderung sama. Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel pertama yaitu kelompok tani kelas utama (KTU) di desa Sambirejo memiliki umur rata-rata petani anggota adalah 44 tahun sedangkan sampel kedua yaitu kelompok tani kelas pemula (KTP) di desa Kwala Begumit diperoleh umur rata-rata petani anggota adalah 46 tahun. Perolehan rata-rataan umur tersebut mengindikasikan bahwa para anggota kelompok tani di dua daerah penelitian ini berada pada usia produktif.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan anggota kelompok tani pada dua kelompok sampel rata-rata berada pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun jika dilihat dari perolehan rata-rata lamanya petani menempuh pendidikan maka dapat diketahui


(52)

bahwa di desa Sambirejo lebih tinggi dibandingkan dengan desa Kwala Begumit dikarenakan kebanyakan petani sampel di desa Sambirejo telah menamatkan SMP. Berdasarkan perolehan rata-rata tingkat pendidikan yang telah ditempuh petani adalah sedang yaitu tingkat SMP secara keseluruhan sehingga dapat diindikasikan bahwa rata-rata anggota kelompok tani di daerah penelitian sudah baik dalam membaca, menulis dan menghitung sederhana.

3. Masa Keanggotaan

Masa keanggotaan petani anggota kelompok tani berkisar antara 1-35 tahun dimana untuk anggota kelompok tani kelas utama di desa Sambirejo sudah 15 tahun tergabung dalam kelompok tani. Sedangkan anggota kelompok tani kelas pemula di desa Kwala Begumit, masa keanggotaan petani adalah 3 tahun. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata petani anggota kelompok tani di dua daerah penelitian memiliki masa keanggotaan dalam kelompok tani adalah lama yaitu 9 tahun yang berarti telah mampu menyesuaikan diri dengan suasana kelompok.

4. Luas Lahan

Rata-rata yang dimiliki petani anggota kelompok tani pada dua kelompok sampel adalah 0,62 Ha. Anggota kelompok tani kelas utama di desa Sambirejo memiliki rata-rata luas lahan adalah 0,58 Ha sedangkan kelompok tani kelas pemula di desa Kwala Begumit 0,66 Ha. Hal ini berarti bahwa rata-rata kepemilikan lahan anggota kelompok tani kelas pemula di desa Kwala Begumit sedikit lebih luas jika dibandingkan dengan rat-rata luas lahan anggota kelompok tani kelas utama di desa Sambirejo.


(53)

5.3. Penilaian Anggota Kelompok Tani Kelas Pemula Dan Kelas Utama Terhadap Dinamika Organisasi Kelompok Tani

Anggota kelompok tani sebagai responden melakukan penilaian terhadap dinamika organisasi kelompok tani yang memiliki 9 indikator sebagai tolak ukur dalam pemilaian dinamika kelompok. Berikut adalah tabel frekuensi jumlah anggota kelompok tani menurut skala penilaian terhadap dinamika kelompok pada dua sampel penelitian setelah dilakukan analisis sesuai dengan komponen dinamika kelompok tani.

Tabel 21. Frekuensi jumlah anggota kelompok tani menurut skala penilaiannya terhadap dinamika organisasi kelompok tani.

Penilaian

KTU Sambirejo

Frekuensi Skor

KTP Kwala Begumit

Frekuensi Skor Sangat Baik 2(6,6%) 10 1(3,33%) 5 Baik 20(66,6%) 80 13(43,3%) 52 Sedang 8(26,6%) 24 12(40%) 36 Kurang Baik 0(0%) 0 4(13,3%) 8 Sangat Tidak Baik 0(0%) 0 0(0%) 0 Jumlah 30(100%) 114 30(100%) 101 Rata-rata 3,8 3,3

Penilaian

Baik

Sedang


(54)

Dari tabel 21 dapat dijelaskan bahwa 30 orang anggota kelompok tani kelas utama di desa Sambirejo menilai dinamika organisasi kelompok tani adalah baik. Sedangkan 30 orang anggota kelompok tani kelas pemula di desa Kwala Begumit menilai dinamika organisasi kelompok tani adalah sedang. Penilaian dari kedua kelompok ini tidak jauh berbeda. Sehingga dari perolehan rata-rata disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan penilaian anggota kelompok tani kelas utama adalah baik diterima, sedangkan untuk penilaian anggota kelompok tani kelas pemula adalah baik ditolak.

Adanya perbedaan kriteria skala pada dua sampel yaitu KTU Sambirejo dan KTP Kwala Begumit secara skoring masih belum dapat menunjukkan perbedaan tersebut signifikan atau tidak. Gejala di lapangan menjawab bahwa secara umum anggota kelompok tani kelas utama (KTU) menilai baik beberapa komponen dinamika organisasi kelompok tani bahwa mereka menganggap tujuan, struktur dan suasana kelompok sesuai dengan yang mereka harapkan. Anggota kelompok tani kelas utama menganggap bahwa tujuan mereka masuk dalam anggota kelompok tani memiliki makna dan dapat dicapai seperti kemudahan dalam memperoleh pupuk bersubsidi dan banyaknya informasi yang diperoleh dari PPL tentang usahatani mereka dalam pemberantasan hama dan penyakit tanaman padi sawah anggota kelompok.

Anggota kelompok tani kelas pemula menjawab beberapa komponen dinamika organisasi kelompok tani yaitu tujuan, kekompakan, dan fungsi tugas kelompok dinilai oleh anggota adalah sedang. Hal ini dapat diketahui dari tujuan anggota


(55)

masuk dalam kelompok tani tidak sepenuhnya dapat diterima oleh anggota dikarenakan penyaluran bantuan pupuk, benih dan pestisida sering tidak tepat waktu (setelah selesai musim tanam) diberikan kepada petani. Kekompakan kelompok dianggap anggota bahwa adanya tingkat keseringan berinteraksi di dalam pertemuan kelompok tani maupun di luar pertemuan kelompok tani. Fungsi tugas kelompok tani hanyalah bersifat informatif, pengurus kelompok tani tidak aktif dalam menggerakkan anggota-angotanya untuk lebih giat dalam berpartisipasi dalam musyawarah kelompok tani. Untuk keterangan lebih jelas mengenai tolak ukur penilaian dalam penelitian ini, berikut pemamaparan tentang 9 komponen dinamika organisasi kelompok tani.


(56)

Tabel 22. Frekuensi anggota kelompok tani menurut jawaban tolak ukur dinamika organisasi kelompok tani pada dua sampel penelitian.

Tolak ukur penilaian(%) Kelompok tani kelas utama (N = 30)

Perbedaan Kelompok tani kelas pemula (N = 30)

Total (N=60) 1.Tujuan Kelompok

Positif N (%) Negatif N (%) 2.Kekompakan Kelompok

Positif N (%) Negatif N (%) 3.Struktur Kelompok

Positif N (%) Negatif N (%) 4.Fungsi Tugas Kelompok

Positif N (%) Negatif N (%) 5.Pengembangan dan Pemeliharaan Kelompok

Positif N (%) Negatif N (%) 6.Suasana Kelompok

Positif N (%) Negatif N (%) 7.Efektivitas Kelompok

Positif N (%) Negatif N (%) 8.Tekanan Kelompok

Positif N (%) Negatif N (%) 9.Maksud Terselubung

Positif N (%) Negatif N (%)

30(100) 0(0) 23(76,7) 7(23,3) 30(100) 0(0) 28(93,3) 2(6,7) 21(70) 9(30) 30(100) 0(0) 21(70) 9(30) 15(50) 15(50) 12(40) 18(60) 20(66,7) 10(33,3) 22(73,3) 8(26,7) 22(73,3) 8(26,7) 23(76,7) 7(23,3) 22(73,3) 8(26,7) 30(100) 0(0) 10(33,3) 20(66,7) 11(36,7) 19(63,3) 19(63,3) 11(36,7) 50(83,3) 10(16,7) 45(75) 15(25) 52(86,7) 8(13,3) 51(85) 9(15) 43(71,7) 17(28,3) 60(100) 0(0) 31(51,7) 29(48,3) 26(43,3) 34(56,7) 31(51,7) 29(48,3)


(57)

1. Tujuan Kelompok

Adapun tujuan kelompok dalam kelompok tani kelas utama di desa sambirejo adalah pada umumnya memiliki makna bagi anggota kelompok dan dapat dicapai yakni dalam hal meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok tani dengan menggunakan teknologi tepat guna melalui kelompok tani, meningkatkan pendapatan petani, tercapainya tingkat koordinasi diantara anggota-anggota seperti gotong royong, pengaturan pola cocok tanam, cepatnya informasi yang didapat oleh anggota dari PPL kelompok tani.

Pada kelompok tani kelas pemula, tujuan kelompok didefenisikan memiliki makna bagi anggota kelompok adalah peningkatan jiwa kerjasama antar anggota kelompok. Adapun tujuan kelompok yang belum dapat dicapai adalah penyaluran bantuan pupuk, benih dan pestisida sering tidak tepat waktu (setelah selesai musim tanam) diberikan kepada petani.

2. Kekompakan Kelompok

Pada kedua sampel kelompok tani menilai kekompakan kelompok adalah adanya tingkat keseringan berinteraksi di dalam pertemuan kelompok tani maupun di luar pertemuan kelompok tani. Adapun sebagian anggota kelompok tani pada dua sampel penelitian menilai bahwa kekompakan kelompok tidak begitu akrab dikarenakan mereka yang sebagian jarang menghadiri pertemuan kelompok.


(58)

3. Struktur Kelompok

Struktur kelompok terbagi dalam tiga cakupan yaitu struktur kewenangan, struktur tugas, dan struktur komunikasi. Kelompok tani kelas utama di desa sambirejo menilai pola pembagian wewenang oleh pengurus kelompok tani terbagi sesuai dengan bagan struktur organisasi yaitu keputusan suatu kebijakan kelompok tani ditentukan secara bersama-sama pengurus dan anggota melalui rapat anggota. Anggota kelompok tani kelas utama menilai struktur tugas yang dilaksanakan oleh pengurus dan anggota telah sesuai pengaturan hak dan kewajiban. Hak setiap anggota adalah dapat mengetahui dana tabungan kelompok tani yang dikelola kelompok tani kelas utama, anggota kelompok tani dapat mengajukan kredit dari dana tabungan kelompok. Adapun kewajiban dari anggota adalah menghadiri rapat pertemuan anggota, membayar angsuran pinjaman, wajib membayar iuran kelompok tani setiap satu bulan sekali dan saling tolong menolong diantara sesama anggota. Struktur komunikasi atau penyampaian pesan-pesan adalah dinilai baik dimana setiap anggota telah mendapat informasi dan bimbingan dalam meningkatkan usaha tani anggota.

Pada kelompok tani kelas pemula menilai struktur kewenangan kelompok tani berada pada ketua dan pengurus-pengurus kelompok tani. Struktur tugas sama halnya dengan pengaturan hak dan kewajiban kelompok tani kelas utama, bahwa setiap anggota berhak dan wajib mendapat informasi serta bimbingan dalam peningkatan usaha taninya, petani melalui kelompok tani dapat mengajukan kredit. Adapun struktur komunikasi/penyampaian pesan-pesan oleh kelompok tani dinilai cukup baik dikarenakan kegunaan kelompok hanyalah bersifat informatif,


(59)

kontak tani belum aktif dalam memotivasi anggota untuk menabung dalam bentuk tabungan sukarela.

4. Fungsi Tugas Kelompok

Fungsi tugas kelompok terdiri dari 3 hal yaitu :

- Informasi, berfungsi memberikan informasi kepada anggota kelompok tani.

- Kejelasan, berfungsi menciptakan kejelasan kepada anggota kelompok tani seperti tujuan dan kebutuhan-kebutuhan anggota kelompok tani.

- Koordinasi, berfungsi untuk menjembatani kesenjangan antara anggota kelompok tani.

Pada kedua sampel kelompok tani bahwa rata-rata anggotanya menilai fungsi tugas kelompok tani adalah kelompok tani sebagai unit usaha sarana produksi pertanian seperti pengadaan penyaluran benih, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian. Kelompok tani dapat menyajikan berbagai gagasan dan penyusunan rencana sehingga memberikan kejelasan dan informasi kepada setiap anggota, membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan kelompok tani yang memerlukan kesepakatan dan keputusan bersama, mengkoordinasikan antar anggota dalam peningkatan kekompakan sesama anggota. Adapun sebagian anggota kelompok tani kelas pemula menilai negatif fungsi tugas kelompok tani bahwa kelompok tani masih bersifat informatif.


(60)

5. Pengembangan dan Pemeliharaan Kelompok

Pengembangan dan pemeliharaan kelompok pada dua sampel penelitian adalah apa yang harus ada dalam kelompok, antara lain :

- Pembagian tugas yang jelas oleh pengurus kelompok tani.

- Adanya jalinan komunikasi antar anggota kelompok tani.

- Adanya pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok tani oleh PPL.

- Adanya proses sosialisasi kelompok tani dengan kelompok tani lainnya.

- Kegiatan untuk menambah anggota baru melalui penyuluhan dan penyebarluasan informasi.

Anggota kelompok tani kelas utama sebagian menilai negatif pengembangan dan pemeliharaan kelompok bahwa belum adanya aturan atau sanksi dalam kelompok bagi anggota yang jarang mengikuti rapat anggota dan kurangnya kegiatan peningkatan partisipasi anggota kelompok tani. Pada kelompok tani kelas pemula, menilai kurangnya pengembangan dan pemeliharaan kelompok hanyalah pada sulitnya untuk menggerakkan anggota kelompok tani untuk berpartisipasi dalam menghadiri musyawarah kelompok tani.

6. Suasana Kelompok

Suasana kelompok yang terdapat dalam dua sampel kelompok tani yaitu kelompok tani kelas utama dan kelas pemula adalah hasil dari berlangsungnya hubungan antar anggota kelompok tani. Suasana atau iklim kelompok mengacu


(61)

pada interaksi anggota dalam kelompok tani dimana pada dua sampel kelompok tani suasana yang terjadi pada kelompok adalah bersifat akrab, ramah, dan persaudaraan.

7. Efektivitas Kelompok

Anggota kelompok tani kelas utama menilai tingkat keberhasilan kelompok yang dicapai adalah suasana dalam pertemuan rapat anggota yang bersahabat, struktur kelompok yang telah sesuai pengaturan kelompok, adanya mufakat dalam kelompok yaitu semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak, kemampuan mengatasi keadaan darurat seperti pengendalian hama/penyakit tanaman, kemampuan mencari dan menyampaikan informasi oleh pengurus dan PPL, kemampuan dalam pemupukan modal dengan cara menerapkan pembayaran iuran pada setiap anggota kelompok dan tercapainya tingkat produktivitas usaha tani anggota kelompok.

Sedangkan anggota kelompok tani kelas pemula menilai tingkat keberhasilan kelompok yang dicapai adalah suasana dalam pertemuan rapat anggota yang bersahabat, struktur kelompok yaitu hak dan kewajiban yang telah sesuai pengaturan kelompok, adanya mufakat dalam kelompok yaitu semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak, kemampuan mencari dan menyampaikan informasi oleh pengurus dan PPL.


(62)

Hal-hal yang belum dapat dicapai oleh kelompok tani menurut anggota kelompok tani kelas utama adalah kesadaran kelompok yaitu sulitnya anggota kelompok tani untuk mengikuti rapat anggota kelompok/musyawarah. Berbeda dengan anggota kelompok tani kelas pemula menilai hal-hal yang belum dapat dicapai kelompok adalah sulitnya melakukan pemupukan modal, rendahnya tingkat produktivitas dari usaha tani para anggota kelompok, tidak mampu mengerjakan rencana kerja kelompok secara mandiri.

8. Tekanan Kelompok

Tekanan kelompok yaitu tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok. Pada kelompok tani kelas pemula (KTP) dan kelas utama (KTU) yang menjadi tekanan kelompok adalah untuk bekerja keras dalam mencapai kesejahteraan kelompok seperti peningkatan pendapatan dan peningkatan kelas kemampuan kelompok tani bagi kelompok tani kelas pemula untuk naik tingkat menjadi kelompok tani kelas lanjut, madya, dan utama.

Tekanan kelompok yang belum dicapai bagi kedua sampel kelompok tani adalah tidak adanya penghargaan bagi kelompok tani yang sudah berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok seperti naiknya tingkat kemampuan kelompok tani dan tidak ada sanksi/hukuman bagi anggota yang jarang mengikuti pertemuan rapat anggota.


(63)

9. Maksud Terselubung

Maksud terselubung atau agenda terselubung adalah tujuan yang dirumuskan oleh pengurus atau anggota namun tidak tertulis tetapi diharapkan akan tercapai. Dalam kelompok tani kelas utama di desa sambirejo, agenda terselubung atau maksud terselubung dari kelompok tani adalah hendaknya kelompok tani memberlakukan sanksi bagi anggota yang melanggarnya dan memberikan penghargaan bagi anggota yang berprestasi. Sejauh ini hal tersebut belum terlaksana dalam kelompok tani kelas utama desa sambirejo. Kelompok tani kelas pemula di desa kwala begumit menyatakan agenda terselubung dari kelompok tani mereka adalah keinginan untuk menjadi kelompok tani yang terbaik yakni naiknya tingkat kemampuan kelompok tani mereka dari kelompok tani kelas pemula menjadi kelas lanjut sampai ke tingkat kelas utama dengan mengharapkan pengurus kelompok tani lebih giat dan banyak memberikan masukan-masukan kepada anggota dalam pentingnya berpartisipasi dalam kelompok. Sejauh ini pengurus kelompok tani dinilai anggota tidak begitu aktif dalam kelompok tani mereka.

5.4. Perbedaan Penilaian Anggota Kelompok Tani Terhadap Dinamika Organisasi Kelompok Tani di dua daerah Penelitian

Berdasarkan metode skoring penilaian anggota kelompok tani kelas pemula (KTP) di desa Kwala Begumit dan kelompok tani kelas utama (KTU) di desa Sambirejo berada pada skala yang berbeda namun apabila diuji signifikansinya maka akan diperoleh hasil yang tidak berbeda antara dua sampel tersebut.


(64)

Tabel 23. Hasil Uji U-Mann Whitney Test antara dua jawaban sampel Kelompok Tani kelas Utama (KTU) dan Kelompok Tani kelas Pemula (KTP).

Test Statistic Dinamika Organisasi Kelompok Tani

Mann-Whitney U 311.000

Z -2.303

Asymp. Sig (2-tailed) 0.021

a.Grouping Variable : Kelompok tani

Untuk menguji hipotesis komparatif mengenai ada tidaknya perbedaan penilaian anggota kelompok tani kelas utama (KTU) dengan anggota kelompok tani kelas pemula (KTP) maka berdasarkan uji statistik U-Mann Whitney dihasilkan nilai probabilitas 0,021 dimana lebih besar dari probabilitas 0,05 sehingga menerima hipotesis yang menyatakan tidak terdapat perbedaan penilaian anggota kelompok tani kelas pemula dan utama terhadap dinamika organisasi kelompok tani. Umumnya kelompok tani yang tersebar di daerah penelitian memiliki respon yang cukup baik terhadap dinamika organisasi kelompok tani bahwa kelompok tani mempunyai tujuan dan rencana kegiatan yang dirumuskan dan disepakati oleh seluruh anggota, kelompok tani sebagai unit usaha memiliki makna yang jelas bagi petani yaitu petani bergabung dalam kelompok tani atas kesadaran dan pilihannya sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dalam menerima kemudahan bantuan dari pemerintah, kelompok tani melakukan pertemuan sesuai waktu yang disepakati yang dipimpin oleh kontak tani dan PPL, kelompok tani memberlakukan pergantian kepengurusan sesuai kesepakatan seluruh anggota.


(65)

5.5. Masalah-Masalah Dalam Organisasi Kelompok Tani

Kelompok Tani Kelas Pemula di Desa Kwala Begumit

Berdasarkan tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota kelompok tani dalam penerapan teknologi budaya, sosial dan ekonomi masih banyak masalah yang dihadapi anggota kelompok tani kelas pemula di desa kwala begumit, antara lain :

1. Keadaan iklim yang tidak menentu/tidak dapat diperkirakan seperti banjir dan kekeringan yang terjadi pada pertanaman padi di lahan sawah sehingga menyebabkan produksi padi masih rendah.

2. Pemupukan yang belum sesuai dengan rekomendasi seperti dosis jumlah pupuk yang digunakan dibawah anjuran dengan alasan musim paceklik sehingga pupuk dianggap terlalu mahal.

3. Masih banyak petani yang belum memanfaatkan lahan setelah panen pada sawah karena lahan sawah mengeras disebabkan tidak adanya air.

4. Hama/penyakit tanaman yang menyerang tanaman padi sawah.

5. Sulitnya mengadakan pertemuan kelompok pada masing-masing anggota kelompok tani.

6. Pupuk yang telah disediakan pada kios saprodi sering tidak tepat waktu untuk diberikan kepada petani.


(66)

Berdasarkan analisa keadaan agar tujuan dapat dicapai maka cara pencapaian tujuan yang dilakukan pada anggota kelompok tani adalah :

1. Penanggulangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) secara serentak/massal.

2. Menggerakkan dalam hal pemanfaatan pupuk kandang lahan pertanian.

3. Menggerakkan dalam hal pemanfaatan lahan secara optimal.

4. Melakukan pengendalian terhadap hama/penyakit tanaman padi sawah.

5. Melaksanakan pertemuan kelompok setiap minggu dengan melakukan kegiatan seperti menampung masalah atau usulan anggota, dan menyampaikan informasi atau pemecahan masalah.

6. Pengurus kelompok tani khususnya kontak tani lebih aktif bekerja sama dan mencari informasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam penyaluran bantuan kepada anggota kelompok tani.

Kelompok Tani Kelas Utama di Desa Sambirejo

Masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok tani kelas utama di desa sambirejo pada tingkat penerapan teknologi budidaya tanaman, sosial, dan ekonomi antara lain :

1. Masih sangat sedikit petani memakai PPC/ZPT yang sesuai anjuran karena sulitnya ekonomi keluarga.


(67)

2. Pengambilan keputusan yang disepakati bersama dalam musyawarah kelompok yaitu ketaatan anggota terhadap pembayaran iuran tabungan kelompok sering dilaksanakan terlambat oleh sebagian besar anggota kelompok tani.

3. Sulitnya mengadakan pertemuan kelompok tani disebabkan masing-masing anggota memiliki kesibukan kerja sebagai buruh bangunan untuk menambah penghasilan petani sehingga jadwal untuk mengikuti musyawarah sering terabaikan.

4. Hama/penyakit tanaman yang menyerang tanaman padi.

Cara pencapaian tujuan agar tujuan dapat dicapai maka dilakukan beberapa kegiatan kepada petani anggota kelompok :

1. Demplot penggunaan pupuk berimbang sesuai rekomendasi.

2. Pengurus kelompok tani mendata anggota bagi yang belum membayar iuran dan memungut biaya iuran langsung ke rumah anggota kelompok tani.

3. Pada pertemuan kelompok yang telah disepakati dilakukan penyaluran kredit, penerimaan angsuran, pemungutan biaya iuran anggota untuk tabungan kelompok, menampung masalah atau usulan anggota dan menyampaikan informasi yang berhubungan dengan usahatani.


(68)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Laju perkembangan kelompok tani di dua daerah penelitian yaitu Kelompok Tani Kelas Pemula (KTP) di Desa Kwala Begumit dan Kelompok Tani Kelas Utama (KTU) di Desa Sambirejo tahun 2005-2009 dalam hal pertambahan jumlah kelompok tani, jumlah anggota kelompok tani dan jumlah kelas kelompok tani adalah relatif tetap.

2. Secara umum karakteristik petani sampel di daerah penelitian adalah berumur produktif 45 tahun, menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), lamanya menjadi anggota kelompok tani adalah 9 tahun dengan luas lahan 0,62 ha.

3. Penilaian anggota kelompok tani terhadap dinamika organisasi kelompok tani adalah baik pada kelompok tani kelas utama (KTU) di Desa Sambirejo dan sedang pada kelompok tani kelas pemula (KTP) di Desa Kwala Begumit.

4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penilaian anggota kelompok tani terhadap dinamika organisasi kelompok tani di dua daerah kelompok sampel penelitian.

5. Terdapat permasalahan yang sama pada dua kelompok sampel penelitian yaitu sulitnya mengadakan pertemuan rapat anggota kelompok, hama/penyakit yang menyerang tanaman usaha tani.


(69)

6. Dinamika organisasi kelompok tani pada dua sampel kelompok tani penelitian adalah :

- Anggota kelompok tani tetap mengadakan komunikasi di luar pertemuan kelompok tani demi tetap terjaganya kekompakan kelompok dan suasana kelompok tani yang bersifat akrab, ramah dan persaudaraan.

- Pengurus dan anggota kelompok tani tetap menjalankan hak dan kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati dalam kelompok tani.

- Pengurus dan anggota kelompok tani mengikuti pertemuan rapat anggota untuk memperoleh informasi dan bimbingan dari PPL tentang rencana kerja kelompok tani dan penyaluran subsidi pupuk kepada kelompok tani.

- Pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok tani oleh PPL.

- Kegiatan menambah anggota baru melalui penyuluhan dan penyebarluasan informasi untuk pengembangan dan pemeliharaan kelompok tani.


(70)

6.2. Saran

Kepada Penyuluh

Hendaknnya Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) melaksanakan kunjungan kegiatan ke kelompok tani sesuai rencana kerja yang telah terprogram sehingga pengurus dan anggota kelompok tani dapat lebih aktif berpartisipasi dalam berorganisasi demi keberhasilan kelompok tani.

Kepada Pengurus Kelompok Tani

Pengurus kelompok tani lebih giat menggerakkan anggotanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok tani serta menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengurus kelompok tani agar suasana harmonis kelompok dapat dipertahankan dan efektivitas organisasi dapat terwujud.

Kepada Anggota Kelompok Tani

Sebaiknya anggota kelompok tani lebih aktif dalam mengikuti rapat anggota kelompok/musyawarah dan menaati segala kesepakatan yang telah ditetapkan bersama dalam kelompok tani demi keberlangsungan tujuan kelompok.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2009. Pengertian kelompok tani. Dikutip dari : http : // azisturindra.wordpress.com/2009/12/02/pengertian-kelompok-tani/

Gibson, J. L., J. M. Ivancevich dan J.H. Donnelly. 1995. Organisasi : Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga. Jakarta.

Gerungan, W. A. 2002. Psikologi Sosial. Refika Aditama. Bandung.

Hasan, M.I. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Huraerah dan Purwanto. 2006. Dinamika kelompok : Konsep dan Aplikasi. PT Refika Aditama. Bandung.

Kusnadi, Dedy. 2006. Kepemimpinan Kelompok tani Dalam Meningkatkan Efektivitas Kelompok tani. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol.1 No.1,Mei2006

Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.

Margono. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.

Mulyana, D. 1996. Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.


(1)

Keterangan :

(+) Jawaban responden positif terhadap tolak ukur penilaian (-) Jawaban responden negatif terhadap tolak ukur penilaian Sangat baik = 5 (9 jawaban positif)

Baik = 4 (7-8 jawaban positif)

Sedang = 3 (4-6 jawaban positif)

Kurang baik = 2 (1-3 jawaban postif) Sangat tidak baik = 1 (tidak ada jawaban positif)


(2)

Lampiran 8. Skor Jawaban responden atas penilaian dinamika organisasi kelompok tani oleh anggota kelompok tani pada dua sampel penelitian.

No Sampel Kelompok tani kelas utama Kelompok tani kelas pemula

1 5 4

2 4 4

3 4 4

4 4 4

5 4 2

6 4 4

7 4 3

8 3 4

9 3 5

10 3 4

11 4 4

12 3 4

13 4 3

14 3 3

15 4 2

16 3 3

17 4 3

18 4 4

19 5 3

20 4 3

21 4 2

22 4 3

23 4 2

24 4 3

25 3 4

26 4 3

27 4 3

28 3 4

29 4 3

30 4 4

Jumlah 114 101

Rataan 3.8 3.36

Kategori Baik Sedang

Skor rataan : Keterangan skor :

Sangat Baik : 4.3 – 5 Sangat Baik : 5

Baik : 3.5 – 4.2 Baik : 4

Sedang : 2.7 – 3.4 Sedang : 3

Kurang Baik : 1.9 – 2.6 Kurang Baik : 2 Sangat Tidak Baik : 1 – 1.8 Sangat Tidak Baik : 1


(3)

Lampiran 9. Hasil U- Mann Whitney untuk dua sampel penelitian Kelompok tani kelas utama (KTU) Desa Sambirejo dan Kelompok tani kelas pemula (KTP) Desa Kwala Begumit terhadap penilaian dinamika organisasi kelompok tani.

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok tani N Mean Rank Sum of Ranks

Dinamika organisasi kelompok tani

Kelompok tani kelas

pemula (KTP) 30 25.87 776.00

Kelompok tani kelas

utama (KTU) 30 35.13 1054.00

Total 60

Test Statisticsa Dinamika organisasi kelompok tani

Mann-Whitney U 311.000

Wilcoxon W 776.000

Z -2.303

Asymp. Sig. (2-tailed) .021 a. Grouping Variable: Kelompok tani


(4)

Lampiran 10. Klasifikasi Kelompok Tani Menurut Tingkat Kemampuannya.

1. Kelas Pemula

- Ketua kelompok masih belum aktif. - Kegiatan kelompok bersifat informatif.

- Pemimpin formal jauh lebih aktif (PPL dan Kepala Desa). - Masih taraf pembentukan kelompok inti.

2. Kelas Lanjut

- Ketua kelompok mampu memimpin gerakan kerja sama kelompok. - Kegiatan kelompok dalam perencanaan (masih terbatas).

- Telah melaksanakan kegiatan percontohan seperti denfarm. - Pemimpin formal aktif.

3. Kelas Madya

- Melaksanakan kerjasama petani sehamparan.

- Ketua kelompok tani bekerja sebagai pemimpin usahatani sehamparan. - Pemimpin formal kurang menonjol.

- Berlatih mengembangkan rencana kerja sendiri. 4. Kelas Utama

- Hubungan melembaga dengan koperasi atau lembaga ekonomi lainnya. - Adanya rencana kerja tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan

pendapatan.

- Program usaha tani terapadu.

- Program disesuaikan dengan koperasi atau lembaga ekonomi lainnya. - Adanya pemupukan modal dan pemilikan serta penggunaan modal


(5)

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tingkat Kemampuan Kelompok Tani

No. Kriteria Nilai Jawaban Nilai maximum

1. Penyebaran informasi ……… 50

2. 3. 4. 5. 6. 7. Proses perencanaan Kemampuan kerjasama

Kemampuan pengembangan fasilitas Kemampuan pemupukan modal Kemampuan dalam mentaati perjanjian

Kemampuan dalam mengatasi hal darurat *) ……… ……… ……… ……… ……… ……… 200 200 100 50 100 50 8. 9. 10. Pengembangan kader

Hubungan melembaga dengan KUD *) Produktivitas usahatani ……… ……… ……… 50 100 100

Jumlah ………. 1.000

Klasifikasi kelompok ……..

Catatan :

1. Nilai 0-250 = Kelompok Pemula Nilai 251-500 = Kelompok Lanjut Nilai 501-750 = Kelompok Madya Nilai 751-1000 = Kelompok Utama

2. Bila dalam wilayah/daerah dimana kelompok berada, tidak ada keadaan darurat (butiran 7) atau tidak ada hubungan melembaga dengan KUD karena di tempat tersebut tidak atau belum ada KUD yang berfungsi maka nilai batas klasifikasi adalah sebagai berikut :

0-240 = Kelas Pemula 241-480 = Kelas Lanjut 481-720 = Kelas Madya >720 = Kelas Utama


(6)

3. Apabila dalam wilayah/daerah dimana kelompok tani berada, butiran 7 dan 9 kedua-duanya tidak bisa dinilai karena tidak ada explosi dan juga tidak ada KUD atau KUD yang tidak berfungsi maka nilai batas klasifikasi adalah sebagai berikut :

0-215 = Kelas Pemula 216-430 = Kelas Lanjut 431-650 = Kelas Madya >650 = Kelas Utama