PROFIL RESPON DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI HLT.

(1)

PROFIL RESPON DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PADA PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI HLT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh : Bayu Eka Putra

0905922

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PROFIL RESPON DAN

PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PADA PEMBELAJARAN FISIKA

BERORIENTASI HLT

Oleh

Bayu Eka Putra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

© Bayu Eka Putra 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan

dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PROFIL RESPON DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI HLT

Oleh Bayu Eka Putra

NIM. 0905922

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Ridwan Efendi, S.Pd, M.Pd. NIP. 19770110200801001

Pembimbing II,

Agus Fany Chandra, S.Pd, M.Pd. NIP. 198108122005011003

Mengetahui, Ketua Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001


(4)

PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI HLT UNTUK

MENGANALISIS PROFIL RESPON DAN PEMAHAMAN KONSEP

SISWA

B.E. Putra,

R. Efendi

1

, A.F. Chandra

3

Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

bayujidat@yahoo.com, readonee@yahoo.com, agus.fany@gmail.com

ABSTRAK

PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI HLT UNTUK MENGANALISIS PROFIL RESPON DAN PEMAHAMAN KONSEP

SISWA

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di kelas pada kegiatan studi pendahuluan yang dilakukan disalah satu SMP di Kota Bandung diperoleh bahwa terdapat masalah pada saat proses pembelajaran yaitu siswa kurang terfasilitasi dalam menerima materi atau konsep essensial pada materi gaya yang diajarkan. Masalah tersebut memunculkan kesulitan-kesulitan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu pemahaman konsep siswa yang kurang dan tahap pola pikir siswa yang beragam dalam menerima materi yang disampaikan. Dalam merencanakan suatu pembelajaran, guru sebaiknya dapat memprediksikan respon siswa apa saja yang mungkin muncul, sehingga guru dapat memberikan tindakan yang sesuai dan dapat mengatasi kesulitan belajar setiap siswa. Oleh karena itu untuk mempersiapkan prediksi respon siswa dalam pembelajaran perlu adanya suatu hypothetical learning trajectory (HLT) yang tepat. Dalam penelitian ini dilakukan pembelajaran fisika menggunakan perencanaan pembelajaran yang berorientasi pada HLT untuk menganalisis profil respon dan pemahaman konsep siswa, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar observasi dan tes pemahaman konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar respon-respon yang muncul sudah sesuai dengan prediksi yang telah ditentukan pada hypothetical learning trajectory (HLT) sehingga sesuai dengan alur yang telah dirancang sebelumnya dan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dari respon-respon yang muncul pada tiap sub materi, siswa cenderung berada pada tahap berpikir operasional konkrit. Penentuan yang tepat dalam memprediksi respon siswa juga berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Profil pemahaman konsep siswa yang diperoleh juga menunjukkan nilai yang baik. Dengan demikian dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika yang berorientasi hypothetical learning trajectory (HLT) telah membantu sebagian siswa keluar dari kesulitan khususnya pemahaman konsep siswa tentang gaya dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

Kata kunci : Hypothetical Learning Trajectory(HLT), Pemahaman konsep siswa.

1, 3


(5)

ABSTRACT

HLT PHYSICS ORIENTED LEARNING TO ANALYZE PROFILE RESPONSE AND CONCEPTUAL UNDERSTANDING OF

STUDENTS

Based on interviews and direct observation in the classroom on a preliminary study conducted activities in a junior high school in Bandung gained that there is a problem during the learning process that students are less facilitated in receiving the material or essential concepts in the style of the material being taught. These problems led to the difficulties of students in the learning process, namely the lack of conceptual understanding of the student and phase diverse student mindset in receiving the material presented. In planning a lesson, the teacher should be able to predict the response of any students that may arise, so that teachers can provide appropriate measures to overcome difficulties and learn each student. Therefore, to prepare students in the learning predictive response needs to be a hypothetical learning trajectory (HLT) is appropriate. In this research, using a physics lesson planning HLT-oriented learning to analyze the profile responses and conceptual understanding of student, the method used in this research is descriptive method. Data collected through observation sheets and test understanding of the concept. The results showed that most of the responses that appear are in accordance with the predictions that have been determined on the hypothetical learning trajectory (HLT) to fit the grooves that had been previously designed and students can achieve the learning objectives. From the responses that appear on each sub material, students tend to be at the stage of concrete operational thinking. Determination of precise in predicting students’ responses also affect the students’ conceptual understanding. Students’ understanding of the concept of profiles obtained also showed a good value. Thus the results of the data analysis it can be concluded that the learning-oriented physics hypothetical learning trajectory (HLT) has helped some students out of trouble, especially conceptual understanding of student learning styles and goals that have been set can be achieved.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hypothetical Learning Trajectory ... 9


(7)

1. Pengertian Hypothetical Trajectory (HLT) ... 9

2. Komponen Hypothetical Trajectory (HLT) ... 10

B. Karakteristik Pola Berpikir Piaget ... 12

C. Pemahaman Konsep Belajar Siswa ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 20

B. Desain Penelitian ... 20

C. Metode Penelitian ... 21

D. Definisi Operasional ... 23

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 26

G. Teknik Pengumpulan Data ... 27

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 27

I. Prosedur Penelitian ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyusunan HLT ... 35

1. Hasil ... 35

2. Pembahasan ... 42

B. Profil Respon Siswa ... 47

1. Hasil Penelitian ... 47


(8)

b. Identifikasi Jenis Respon Siswa ... 54

2. Pembahasan ... 62

a. Implementasi HLT ... 62

b. Identifikasi Jenis Respon Siswa ... 67

C. Pemahaman Konsep Siswa ... 70

1. Hasil Penelitian ... 70

2. Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Hasil Validitas Butir Soal ... 26

3.2. Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 29

3.3. Kategori Nilai Daya Pembeda ... 29

3.4. Kriteria Interpretasi Validitas Butir Soal ... 31

3.5. Interpretasi Reliabilitas Tes ... 32

4.1. Prediksi Respon Siswa dan Batuan Guru Pada Pertemuan ke-1 ... 35

4.2. Prediksi Respon Siswa dan Batuan Guru Pada Pertemuan ke-2 ... 40

4.3. Rancangan Pembelajaran... 43

4.4. Aktivitas atau Kegiatan Siswa Pada Pertemuan ke-1 ... 44

4.5. Aktivitas atau Kegiatan Siswa Pada Pertemuan ke-2 ... 46

4.6. Kesesuaian Prediksi Respon dengan Respon yang Muncul Pada Saat Pelaksanaan ... 47

4.7. Jumlah Prediksi Respon dan Respon yang Muncul ... 54

4.8. Kriteria Kelulusan Belajar Siswa ... 71

4.9. Hasil Belajar Siswa Ditinjau dari Standar KKM ... 71

4.10. Skor tes Akhir Pemahaman Konsep Siswa ... 72


(10)

DAFTAR GAMBAR

3.1. Desain Penelitian ... 21 3.2. Prosedur Penelitian... 32 4.1. Hasil Pemahaman Konsep Siswa Per Butir Soal ... 72


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2002:159). Menurut Sudjana (1992:6), pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar mengajar. Dari pengertian tersebut, maka dapat diartikan bahwa pembelajaran adalah proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tidak lepas dari hubungan timbal balik atau interaksi antara guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Di dalam dunia pendidikan terdapat beberapa kesulitan yang sering muncul sehingga menjadi masalah dalam dunia pendidikan. Masalah pendidikan merupakan masalah yang melibatkan banyak faktor, salah satunya adalah masalah dalam proses pembelajaran yang dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman, khususnya dalam mata pelajaran fisika. Fisika yang merupakan studi dasar dalam penerapan ilmu-ilmu teknologi, dianggap sulit oleh banyak siswa karena mereka menganggap fisika adalah mata pelajaran yang kurang menarik dan terlalu banyak menggunakan rumus matematik. Hal tersebutlah yang menyebabkan siswa kurang semangat dalam mempelajari ilmu fisika, sehingga siswa mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan hasil prestasi belajar yang rendah dibawah batas kelulusan. Kesulitan yang dialami setiap siswa selalu berbeda-beda, ada siswa yang mengalami kesulitan dalam hal kognitif, afektif, psikomotor ataupun kesulitan-kesulitan belajar lainnya. Seperti yang diungkapkan Sunarta (1985 : 7) bahwa :

“Kesulitan belajar adalah kesulitan yag dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.


(12)

2

Menurut Berg (Sholihah, 2009) mengemukakan bahwa “rendahnya prestasi belajar fisika disebabkan tidak dipahaminya konsep-konsep fisika secara benar yang disebabkan oleh ketidakmampuan siswa untuk memahami sepenuhnya konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum fisika dalam memecahkan masalah”. Pemahaman konsep menurut Rosser (Sumantri, 2010) adalah “suatu konsep abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian- kejadian, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama.” Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Sehingga tujuan Depdiknas tentang pendidikan IPA dapat tercapai yang mana mata pelajaran fisika terdapat didalamnya. Depdiknas (2003) menyatakan bahwa pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh “pemahaman” yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu fisika diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa agar siswa mampu “memahami” alam sekitar secara ilmiah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di kelas pada kegiatan studi pendahuluan yang dilakukan disalah satu SMP di Kota Bandung dalam mata pelajaran Fisika, menunjukkan bahwa secara umum pembelajaran Fisika di kelas masih bersifat informatif, sehingga suasana kelas menjadi pasif. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru hanya 30 menit di awal pembelajaran, selebihnya banyak siswa yang melakukan aktivitas lain, misalnya tidur dan mengobrol dengan teman sebangkunya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru yang bersangkutan pada pelajaran fisika semester ganjil tahun 2012-2013, siswa mengalami kesulitan belajar pada beberapa materi, salah satunya yaitu materi

Gaya. Pada materi gaya siswa mengalami kesulitan untuk memahami pengertian gaya, mengklasifikasikan jenis-jenis gaya berdasarkan interaksinya, resultan gaya, dan membedakan massa dan berat benda. Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa terkait pembelajaran Fisika, banyak dari siswa yang mengatakan bahwa pembelajaran Fisika tidak menarik, “sulit”, hanya terfokus pada materi di kelas saja dan mengeluhkan jarangnya melakukan eksperimen di laboratorium. Sedangkan berdasarkan hasil observasi langsung didalam kelas, siswa terlihat


(13)

3

tidak antusias dalam proses pembelajaran dikelas. Pada penyampaian submateri pengertian gaya, siswa mengalami kesulitan untuk menemukan analogi yang tepat dalam menggambar-kan konsep gaya dan kesulitan dalam menjabarkan pengertian gaya secara tepat, karena siswa hanya mendapatkan materi melalui metode ceramah tanpa diberikan analogi maupun contoh dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pada submateri mengklasifikasikan gaya berdasarkan interaksinya, siswa sulit untuk menemukan analogi yang tepat dalam menggambarkan jenis-jenis gaya berdasarkan interaksinya, hal ini mengakibatkan siswa kurang dapat memahami submateri tersebut. Selanjutnya pada submateri resultan gaya, siswa sulit untuk menggambarkan diagram gaya dan mejumlahkan dua buah gaya yang searah atau berlawanan, yang menyebabkan siswa kesulitan dalam menghitung dan menentukan besar dan arah dari gaya-gaya yang terjadi. Dan pada submateri membedakan berat dan massa benda yang kebanyakan siswa mengalami miskonsepsi (menganggap sama antara berat dan massa), siswa tidak melakukan eksperimen, yang menyebakan siswa tidak terlalu paham mengenai perbedaan massa dan berat benda. Maka dapat disimpulkan siswa kurang terfasilitasi dalam menerima materi essensial pada materi gaya yang diajarkan. Ternyata hal ini berdampak buruk terhadap nilai rata-rata ulangan harian siswa, terlihat dari persentase siswa kelas VIII yang memperoleh nilai UTS mata pelajaran Fisika pada semester ganjil tahun 2012-2013 yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum ditetapkan yaitu 75 hanya 15 % dari jumlah siswa dan nilai rata-ratanya hanya berada pada skor 59 (skala 100). Dengan kata lain, masalah tersebut memunculkan kesulitan-kesulitan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu pemahaman konsep siswa yang kurang dan tahap pola pikir siswa yang beragam dalam menerima materi yang disampaikan.

Untuk dapat mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi, guru harus dapat merancang perencanaan yang sangat matang agar dapat tercipta kegiatan belajar fisika yang menyenangkan dan dapat dipahami oleh siswa. Melihat pentingnya peran guru pada pemahaman konsep belajar siswa, guru harus memperhatikan suatu perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus disusun sebaik mungkin agar proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.


(14)

4

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan mengenai prinsip-prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), poin 2 adalah mendorong partisipasi aktif peserta didik, bahwa proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seharusnya disusun dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan banyak hal, baik dalam hal materi pokok maupun keadaan siswa yang akan menerima materi pelajaran. Segala aspek kebutuhan siswa harus menjadi landasan seorang guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran akan berbeda untuk setiap mata pelajaran dan siswa yang diajar. Hal ini disebabkan oleh metode yang akan digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran pada mata pelajaran tersebut. Setiap siswa memiliki perkembangan individu dalam aspek kognitif yang berbeda-beda untuk memperoleh pengetahuan dan cara belajarnya. Menurut Piaget, tahap-tahap perkembangan kognitif dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu : tahap sensori, tahap pra-operasi, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Urutan tahapan perkembangan kognitif anak tidak dapat ditukar atau dibalik, hanya saja ada beberapa anak yang melewati tahapan itu lebih cepat daripada anak yang lainnya, hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh keadaan lingkungan maupun kebudayaan yang merangsang kemampuan berpikir mereka.

Namun pada kenyataannya merencanakan suatu pembelajaran yang ideal, berkualitas dan dapat dipahami itu tidaklah mudah. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya guru dapat memprediksikan respon apa saja yang mungkin diberikan oleh siswa, sehingga guru dapat memberikan tindakan


(15)

5

yang sesuai dan dapat mengatasi kesulitan belajar setiap siswa. Seperti yang diungkapkan Ariyadi (2009: 373-374) bahwa:

Seharusnya guru menyiapkan hipotesis alternatif strategi pemecahan masalah yang digunakan siswa sehingga proses pembelajaran cenderung kurang bersifat

open ended. Hal ini karena adanya hipotesis alternatif strategi pemecahan masalah yang digunakan siswa akan membantu guru dalam menentukan strategi penanganan terhadap kemungkinan kesulitan yang dihadapi siswa.

Dalam jurnalnya Simon (1995) pertama kali memperkenalkan Hypothetical Learning Trajectory (HLT) untuk mengkarakterisasi sifat refleksif dari rancangan pembelajaran dan pertimbangan kesulitan belajar siswa di kelas. Menurut Simon (Shahibul, 2011) HLT ini disusun berdasarkan tiga komponen yaitu, tujuan pembelajaran secara langsung; aktivitas pembelajaran; dan hipotesis pembelajaran tentang prediksi pemikiran atau respon siswa. Shahibul (2011) melanjutkan bahwa, suatu HLTini dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan jalan yang lebih baik. Kemudian Klaassen (1995) telah mengadopsi konsep skenario HLT tersebut dalam penelitiannya yang berfokus pada interaksi proses belajar dan mengajar.

HLT merupakan suatu rute atau lintasan belajar yang disediakan oleh guru yang didasari pada pemikiran untuk memilih disain pembelajaran khusus, sehingga hasil belajar terbaik akan sangat mungkin dapat dicapai. Pentingnya peran HLT dapat dianalogikan dengan perencanaan rute perjalanan. Jika kita memahami rute-rute untuk menuju tujuan kita maka kita dapat memilih rute yang baik. Selain itu juga, kita dapat menyelesaikan permasalahan yang hadapi dalam perjalanan. Beberapa penelitian mengenai HLT telah juga telah dilakukan pada bidang matematika, diantaranya Ayunika (2011) menggunakan HLT untuk meningkatkan pemahaman konsep. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa dengan bantuan HLT dapat membangun pemahaman siswa mengenai konsep-konsep matematis. Selain itu Risnanosanti (2012) menggunakan HLT untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMA. Penelitiannya tersebut menghasilkan bahan ajar yang dapat mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif siswa yang valid dan reliabel.


(16)

6

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Ariyadi Wijaya (2009). Ariyadi menyimpulkan ternyata HLT dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep yang dipelajari pada pelajaran matematika.

Melihat pola pikir dari HLT, penulis tertarik untuk megadopsi ide pokok dari HLT tersebut. HLT banyak diterapkan dalam penelitian di bidang Matematika. Namun ide pokok dari HLT juga dapat diterapkan dalam bidang lain termasuk Fisika. HLT dapat dijadikan sebagai referensi pelaksanaan pembelajaran sekaligus sebagai tindakan terhadap kemungkinan masalah yang dihadapi siswa dalam proses belajar. Posisi penelitian yang dilakukan di sini berada pada bagaimana menyusun Hypothetical Learning Trajectory (HLT) sebagai awal dalam menentukan alur pembelajaran yang terbaik untuk ke depannya atau dengan kata lain, posisi HLT yang dibahas pada penelitian ini berada pada tahap

preliminary study (persiapan/pendahuluan pembelajaran) berdasarkan metode

design research. HLT yang telah dibuat kemudian dimasukkan kedalam poin kegiatan pembelajaran pada RPP, tanpa keluar dari peraturan penyusunan RPP yang sudah ditetapkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana pembelajaran Fisika apabila didesain berorientasi HLT. Adapun judul penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah “Profil Respon dan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran Fisika Berorientasi HLT”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi permasalahan yang akan diteliti adalah kesulitan belajar siswa dalam materi gaya disebabkan adanya perbedaan kemampuan berpikir sehingga memunculkan respon siswa yang beragam dan pemahaman konsep siswa yang kurang sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

Dari identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi profil respon dan profil pemahaman konsep siswa. Respon siswa yang dimaksud adalah jawaban siswa yang muncul pada pelaksanaaan pembelajaran terkait konten materi gaya. Selanjutnya karakteristik


(17)

7

respon siswa yang muncul akan diidentifikasi berdasarkan kemampuan berpikir menurut Piaget. Sedangkan untuk profil pemahaman konsep siswa, pemahaman konsep yang digunakan berdasarkan revisi taksonomi Bloom, menurut Anderson.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka secara operasional, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana profil respon dan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran fisika berorientasi HLT?”

Adapun beberapa pertanyaan yang harus dijawab dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana profil respon siswa pada pembelajaran fisika berorientasi HLT?

2. Bagaimana profil pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya pembelajaran fisika berorientasi HLT?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis profil respon dan pemahaman konsep belajar siswa dalam pembelajaran fisika berorientasi HLT. Selain itu, dari hasil penelitiannya penulis dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun, yaitu:

1. menganalisis profil respon yang terjadi dalam pembelajaran fisika berorientasi HLT,

2. menganalisis profil pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya pembelajaran fisika berorientasi HLT

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat atau signifikansi dari segi teori untuk para pengajar atau guru fisika. Bagi para guru fisika, diharapkan dapat menjadi ide baru dan rekomendasi yang dapat meningkatkan pemahaman para guru mengenai prinsip dasar dalam merancang pelaksanaan pembelajaran. Pada proses menyusun rancangan pembelajaran yang akan


(18)

8

dilakukan di kelas, sebaiknya guru memprediksikan respon-respon siswa yang akan muncul dari beragam macam pola berpikir siswa tersebut yang sebelumnya dianalisis berdasarkan masalah pada tiap materi esensial untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tahap-tahap tersebut sesuai dengan pola pikir pada HLT.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima Bab. Kelima Bab tersebut disusun secara berurutan dari Bab I sampai Bab V. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari enam sub bab yaitu latar belakang, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan skripsi. Bab II merupakan kajian pustaka, terdiri dari tiga sub bab, yaitu HLT, penyusunan HLT pada materi gaya, karakteristik pola berpikir respon siswa, dan pemahaman konsep belajar siswa. Bab III merupakan metodelogi penelitian yang terdiri dari delapan sub bab, yaitu lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari dua sub bab yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hasil penelitian dijabarkan menjadi implementasi desain HLT dalam pembelajaran, karakteristik respon siswa berdasarkan pola pikir menurut teori Piaget dan tentang pemahaman konsep. Bab terakhir yaitu Bab V merupakan kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua sub bab yakni kesimpulan dan saran.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut menjadi lokasi penelitian dikarenakan peneliti pernah melakukan studi pendahuluan disekolah tersebut untuk mengetahui karakteristik pola pembelajaran di sekolah tersebut. Selain itu, adanya kesesuaian materi dan waktu penelitian yang telah direncanakan dengan materi dan waktu pembelajaran yang telah ditetapkan oleh salah satu guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut.

Untuk subyek pada penelitian ini adalah seluruh siswa disalah satu kelas VIII yang berjumlah 42 siswa. Pengambilan kelompok dilakukan secara acak dengan mengambil satu kelompok, dalam hal ini adalah satu kelas yang homogen.

B. Desain Penelitian

Untuk desain penelitian diawali dengan mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam memahami materi yang diajarkan selanjutnya tahap rancangan perencanaan yang berbasis hypothetical learning trajectory. Setelah dilakukan pengidentifikasian masalah dan penyusunan perangkat pembelajaran, dilakukanlah implementasi pada pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan HLT. Selanjutnya tahap akhir siswa diberi tes untuk melihat pemahaman konsep siswa. Dan untuk mengetahui keberhasilan prediksi respon pada pelaksanaan pembelajaran dapat dianalisis menggunakan transkrip video pembelajaran. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.


(20)

21

Gambar 3.1 Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

Seperti yang telah diungkapkan dalam Bab I bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil respon dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran berbasis HLT. Untuk mewujudkan tujuan dari penelitian ini hal yang harus dilakukan adalah memperoleh gambaran tentang hubungan dan perbandingan kesesuaian antara desain prediksi dan respon siswa yang muncul pada implementasi pembelajaran fisika yang direncanakan berbasis HLT dan melihat hubungannya dengan tingkat pemahaman konsep belajar siswa. Oleh sebab itu dibutuhkan metode deskriptif untuk memperoleh gambaran-gambaran tersebut. Sukmadinata (Erna: 2008) mengemukakan mengenai penelitian deskriptif sebagai berikut.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Feomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

Studi Pendahuluan

Identifikasi Masalah

Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Implementasi

Tes

Prediksi Respon


(21)

22

Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (Erna: 2008) bahwa (1) penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan objektivitas, dan dilakukan secara cermat; (2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan; dan (3) tidak adanya uji hipotesis. Selain itu, penelitian deskriptif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Penelitian deskriptif merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel utama subjek studi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.

2. Pada penelitian deskriptif murni tidak dibutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding karena yang dicari adalah prevalensi fenomena tertentu, atau untuk memperoleh gambaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah.

3. Terdapatnya hubungan sebab-akibat hanya merupakan perkiraan yang didasarkan atas tabel silang yang disajikan.

4. Hasil penelitian hanya disajikan sesuai dengan data yang diperoleh tanpa dilakukan analisis yang mendalam. Penyajian data hasil penelitian dapat berupa tabel distribusi frekuensi, tabel silang dan grafik.

5. Penelitian deskriptif merupakan penelitian pendahuluan dan digunakan bersama-sama dengan hampir semua jenis penelitian, misalnya untuk menentukan kriteria subjek studi.

6. Pengumpulan data dilakukan dalam satu saat atau satu periode tertentu dan setiap subjek studi selama penelitian hanya diamati satu kali. 7. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional

berupa sampling survei atau data sekunder dari rekam medis. 8. Penelitian deskriptif dapat dilakukan pada wilayah terbatas.

Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut.


(22)

23

1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.

2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas. 3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.

5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.

6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data.

7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.

8. Membuat laporan penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka melalui metode deskriptif ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian bagaimana profil respond an pemahaman konsep siswa berbasis

hypothetical learning trajectory (HLT).

D. Definisi Operasional

1. Hypothetical Learning Trajector

HLT merupakan suatu rute atau trayek belajar yang disediakan oleh guru yang didasari pada pemikiran untuk memilih disain pembelajaran khusus, sehingga hasil belajar terbaik akan sangat mungkin tercapai. HLT terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: 1) Tujuan pembelajaran (learning goals) merupakan komponen pertama yang mengindikasikan perlunya perumusan tujuan pembelajaran sebagai bentuk hasil yang akan kita tuju atau capai setelah proses pembelajaran; 2) Kegiatan pembelajaran (learning activities) yaitu komponen yang disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, sehingga kegiatan pembelajaran (learning activities) sebagai jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat dirancang; dan 3) Hipotesis proses belajar siswa (hypothetical


(23)

24

learning process) adalah suatu komponen yang berguna untuk merancang tindakan ataupun strategi alternatif untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Hipotesis ini disusun berdasarkan pemahaman dan pola berpikir siswa.

Respon siswa yang dimaksud adalah respon siswa yang muncul dalam kegiatan pembelajaran fisika mengenai materi gaya. Respon yang muncul saat pembelajaran terdiri dari dua jenis, yaitu sesuai prediksi dan di luar prediksi. Setiap siswa memiliki beragam karakteristik pola berpikir, yang menyebabkan munculnya respon yang beragam pula. Maka selanjutnya karakteristik respon siswa yang muncul akan diidentifikasi berdasarkan kemampuan berpikir menurut Piaget. Pola berpikir menurut Piaget terbagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap sensori motori, tahap pra operasional, tahap operasional konkrit, dan tahap operasinal formal.

Analisis respon siswa yang muncul pada pembelajaran diukur dengan menggunakan tabel crosscheck antara respon siswa yang muncul pada saat implementasi dengan prediksi respon yang disusun pada HLT. Respon siswa yang muncul dapat dilihat dari video pembelajaran yang kemudian diubah menjadi bentuk transkip video. Dari transkip video tersebut dapat terlihat prediksi respon yang telah diprediksikan akan muncul atau tidak.

2. Pemahaman Konsep

Dari beberapa penjelasan mengenai pemahaman konsep, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memahami arti dari konsep, situasi, fakta yang diketahuinya, menangkap dan menguasai lebih dalam lagi sejumlah fakta yang mempunyai keterkaitan dengan makna tertentu. Berdasarkan revisi taksonomi Bloom pemahaman konsep dibagi menjadi dua dimensi. Pada dimensi proses kognitif dikategorikan ke dalam jenjang kognitif C2, yaitu

“understanding”. Anderson dan Krathwohl (dalam Aksela 2005) membagi menjadi tujuh kategori proses kognitif understanding


(24)

25

(exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas

(summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan

(comparing), dan menjelaskan (explaining). Instrumen yang akan digunakan adalah tes pilihan ganda yang mencakup unsur di atas. Untuk profil pemahaman konsep belajar siswa akan disajikan dalam bentuk skor dan presentasi kelulusan hasil belajar siswa yang diambil dari tes pemahaman konsep.

E. Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan terdiri dari data video pelaksanaan pembelajaran dan keterlaksanaan pembelajaran serta data kemampuan pemahaman konsep belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data penelitian adalah sebagai berikut.

1. Video Pembelajaran

Video pembelajaran digunakan sebagai instrumen dalam menganalisis data. Pengambilan video dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini, penulis menggunakan sebuah alat perekam untuk mengumpulkan data berupa video ini. Alat perekam diposisikan agar dapat berpindah-pindah tempat untuk merekam kegiatan siswa lebih dekat dan jelas. Hal tersebut dilakukan penulis selama penelitian berlangsung, yaitu terdiri dari dua pertemuan untuk kegiatan pembelajaran di kelas. Video pembelajaran akan dibuat menjadi transkrip video. Transkip video pembelajaran digunakan untuk membantu mendeskripsikan implementasi pembelajaran fisika yang disusun penulis dengan berbasis hypothetical learning trajectory.

2. Soal Tes Pemahaman Konsep Siswa

Soal tes pemahaman konsep siswa yang digunakan berupa tes pilihan ganda. Tes pemahaman konsep yang digunakan pada pembelajaran bermaterikan gaya untuk kelas VIII. Instrumen ini kemudian diujikan kepada siswa saat akhir pembelajaran atau penelitian. Dari hasil tes ini akan dihitung skor yang didapat oleh setiap siswa dan dihitung jumlah


(25)

26

siswa yang menjawab betul maupun salah pada tiap butir soal untuk mengetahui bahwa kesulitan belajar siswa telah dapat diatasi setelah diterapkannya pembelajaran yang dirancang dengan kerangka berpikir HLT.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dari hasil uji coba instrumen kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui kriteria butir soal apakah layak atau tidak untuk digunakan. Analisis instrumen tersebut mencakup validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.

1. Validitas Butir Soal

Analisis validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal menggunakan software Microsoft Excel. Berikut hasil pengolahan datanya :

Tabel 3.1 Hasil Validitas Butir Soal

2. Reliabilitas

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel dan hasil pengolahan tersebut kemudian

No Soal

Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Keterangan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,26 Rendah 0,68 Sedang 0,11 Buruk Dipakai

2 0,41 Sedang 0,63 Sedang 0,53 Baik Dipakai

3 0,42 Sedang 0,50 Sedang 0,46 Baik Dipakai

4 0,27 Rendah 0,63 Sedang 0,41 Baik Dipakai

5 0,41 Sedang 0,71 Mudah 0,47 Baik Dipakai

6 0,49 Sedang 0,68 Sedang 0,41 Baik Dipakai

7 0,44 Sedang 0,66 Sedang 0,59 Baik Dipakai

8 0,24 Rendah 0,68 Sedang 0,05 Buruk Dipakai

9 0,49 Sedang 0,61 Sedang 0,59 Baik Dipakai

10 0,29 Rendah 0,66 Sedang 0,35 Cukup Dipakai

11 0,65 Tinggi 0,37 Sedang 0,51 Baik Dipakai

12 0,44 Sedang 0,37 Sedang 0,51 Baik Dipakai

13 0,50 Sedang 0,37 Sedang 0,39 Cukup Dipakai

14 0,28 Rendah 0,53 Sedang 0,40 Baik Dipakai


(26)

27

dimasukan kedalam rumus untuk mencari reliabilitas soal, diperoleh reliabilitas tes ini adalah 0,6 dengan kriteria sedang.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan yaitu data kuantitatif yang diperoleh berupa data hasil tes tertulis untuk mengetahui pemahaman konsep siswa. Selain itu penulis juga mengambil data non tes yang berupa analisis video pelaksanaan pembelajaran berupa transkrip video.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini ada beberapa data yang harus diolah dan dianalisis. Data-data tersebut adalah video pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan pemahaman konsep siswa berupa tes pilihan ganda.

1. Video Pembelajaran

Pada saat melakukan penelitian, proses kegiatan pembelajaran akan di rekam mulai dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Dari video tersebut dapat dilihat proses pembelajaran serta aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Video tersebut akan dianalisis untuk melihat setiap respon siswa saat guru memberikan permasalahan. Penulis akan menganalisis prediksi respon siswa yang muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran, serta respon siswa yang muncul diluar prediksi respon. Respon yang muncul kemudian akan dianalisis berdasarkan teori berpikir Piaget. Hasil analisis tersebut akan dideskripsikan untuk mengetahui profil respon dan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran fisika berbasis hypothetical learning trajectory.

2. Tes Pemahaman Konsep Siswa

Tes pilihan ganda digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa pada ranah kognitif. Penyusunan instrumen ini didasarkan pada indikator hasil belajar yang hendak dicapai. Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka diadakan uji coba instrumen, tujuannya untuk melihat


(27)

28

validitas dan reliabilitas instrumen tersebut telah valid dan reliabel. Uji instrumen ini dilakukan pada kelas yang sudah mempelajari materi pada penelitian dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelas sampel. Data hasil uji coba selanjutnya dianalisis. Analisis ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran.

Setelah data uji instrumen valid maka instrumen soal tersebut dapat dijadikan sebagai tes akhir dalam penelitian yang akan dilakukan. Setelah diperoleh hasil skor tes akhir kemudian penulis akan menganalisis apakah sudah terselesaikan kesulitan siswa pada materi-materi tersebut.

a. Uji Coba Instrumen

Sebelum soal test digunakan pada kelas yang dijadikan sampel penelitian, terlebih dahulu soal ini diujicobakan di kelas lain yang bukan merupakan sampel penelitian. Analisis soal yang digunakan meliputi uji tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, uji validitas butir soal, dan uji reliabilitas.

1) Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran suatu butir soal merupakan proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

B P

JS

……… Persamaan 3.1

keterangan:

P = indeks kesukaran.

B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar pada suatu soal.

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Interpretasi dari nilai indeks kesukaran yang diperoleh adalah sebagai berikut:


(28)

29

Tabel 3.2 Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai P Kriteria

0.00 – 0.30 Sukar

0.30 – 0.70 Sedang

0.70 – 1.00 Mudah

(Suharsimi Arikunto, 2008: 210) 2) Daya Pembeda Butir Soal

Suharsimi Arikunto (2009:211) dalam bukunya menuliskan bahwa daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, digunakan rumus:

B B

A A

J B J B

DP  ……….. Persamaan 3.2

keterangan:

DP= indeks daya pembeda butir soal. JA = banyaknya peserta kelompok atas.

JB = banyaknya peserta kelompok bawah.

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar.

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

itu dengan benar.

Sedangkan interpretasi nilai daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori Nilai Daya Pembeda

Nilai DP Kategori

Negatif – 0.00 Tidak baik 0.00 – 0.20 Jelek (poor) 0.20 – 0.40 Cukup (satisfactory)


(29)

30

Nilai DP Kategori

0.40 – 0.70 Baik (good) 0.70 – 1.00 Baik sekali (exellent) (Suharsimi Arikunto, 2008: 218)

3) Validitas Soal

Scarvia B. Anderson dalam buku Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi yang ditulis Suharsimi Arikunto (2009:65) menyebutkan A test is valid if it measures what it purpose to measure. Yang apabila diartikan adalah sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2009: 65). Validitas berhubungan dengan ketepatan atau kesahihan instrumen yaitu kesesuaian tujuan dengan alat ukur yang digunakan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriteria. Teknik untuk mengetahui kesejajaran tersebut salah satunya dengan menggunakan rumus γpbi atau rumus korelasi poin biseral

(Suharsimi Arikunto, 2008: 72), yaitu:

q p S M M t t p pbi  

 ………. Persamaan 3.3

keterangan:

γpbi = koefisien korelasi biseral.

Mp = rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul untuk

butir soal yang dicari validitasnya. Mt = rata-rata skor total.

St = standar deviasi dari skor total.

p = proporsi siswa yang menjawab benar atau banyaknya siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah seluruh siswa.


(30)

31

Sedangkan interpretasi besarnya koefisien korelasi rxy adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Validitas Butir Soal

Koefisien Korelasi Kriteria 0.00 – 0.200 Sangat rendah

0.200 – 0.400 Rendah

0.400 – 0.600 Sedang

0.600 – 0.800 Tinggi

0.800 – 1.00 Sangat tinggi (Suharsimi Arikunto, 2008: 75) 4) Reliabilitas

Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-dasar Evalusai Pendidikan (2009:86) mengatakan bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan atau suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes terbetu memberikan hasil yang tetap dan bila hasilnya berubah-ubah maka perberubah-ubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten. Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan rumus K-R 20 dengan persamaan (Suharsimi Arikunto, 2008: 100), yaitu:              

 2 2

11 1 S pq S n n

r ……….. Persamaan 3.4

keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item salah ( q = 1 – p)


(31)

32

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes

Sedangkan interpretasi besar koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Tes

Koefisien Korelasi Kriteria 0.00 – 0.200 Sangat rendah

0.201 – 0.400 Rendah

0.401 – 0.600 Sedang

0.601 – 0.800 Tinggi

0.801 – 1.00 Sangat tinggi

b. Skor Tes Akhir

Peningkatan pemahaman konsep siswa setelah

diimplementasikannya strategi pembelajaran yang dikembangkan melalui hypothetical learning trajectory dihitung dengan menghitung skor atau nilai rata-rata dari soal (tes) yang diberikan diakhir pembelajaran

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan penelitian:

a. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi lapangan.

b. Merumuskan masalah hasil studi pendahuluan.

c. Melakukan studi literatur dan studi kurikulum untuk mencari alternatif solusi permasalahan.

2. Tahap perencanaan dan penyusunan instrumen a. Menentukan populasi dan sampel


(32)

33

b. Merancang RPP pembelajaran yang dikembangkan melalui perangkat rancangan pembelajaran hypothetical learning trajectory. c. Menyusun instrumen penelitian, seperti instrumen tes ranah kognitif

siswa berupa soal.

d. Judgement instrumen penelitian oleh pakar. e. Revisi instrumen.

f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

g. Mengolah data hasil uji coba instrumen dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.

3. Tahap pelaksanaan penelitian:

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan yang telah disusun.

(pada kegitan ini dilakukan pengambilan video pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 dan 2)

b. Melaksanakan Tes Akhir 4. Tahapan akhir penelitian:

a. Pengolahan data b. Analisis data

c. Kesimpulan dan saran

Alur dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk bagan pada gambar 3.2 berikut ini.


(33)

34


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung pada kelas VIII semester 1 mengenai profil respon dan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran fisika berorientasi hypothetical learning trajectory (HLT) diperoleh hasil bahwa pembelajaran fisika yang telah dirancang menghasilkan pembelajaran yang baik dan nilai kognitif pemahaman konsep siswa yang baik pula. Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa:

1. Dengan strategi pembelajaran fisika yang disusun berorientasi

hypothetical learning trajectory penulis sebelumnya memprediksi respon siswa dan bantuan yang harus diberikan. Pada saat implementasi, sebagian besar respon-respon yang muncul sudah sesuai dengan prediksi yang telah ditentukan. Dari respon-respon yang muncul tersebut, penulis kemudian memberikan bantuan yang tepat sesuai dengan prediksi respon sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya respon-respon yang muncul dikategorikan berdasarkan teori pola berpikir Piaget. Dari respon-respon yang muncul pada tiap sub materi, siswa cenderung pada tahap berpikir operasional konkrit.

2. Profil pemahaman konsep belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran fisika berorientasi hypothetical learning trajectory

(HLT) didapat rata-rata skor skor tes akhir pemahaman konsep siswa yang didapat adalah 84,92 dari nilai maksimum 100. Dengan persentase kelulusan sebesar 69% dari jumlah keseluruhan siswa. Dan pada materi tertentu siswa sudah tidak mengalami kesulitan belajar, walaupun ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan belajar. Hasil tes akhir belajar siswa pada aspek pemahaman konsep siswa menunjukan adanya perubahan positif dibandingkan dari hasil


(35)

80

studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian pembelajaran fisika berbasis hypothetical learning trajectory telah membantu sebagian siswa keluar dari kesulitan khususnya pemahaman konsep siswa tentang gaya.

B. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Penelitian mengenai pembelajaran fisika berorientasi hypothetical learning trajectory ini sebaiknya dilakukan berkali-kali atau berulang. Hal tersebut dilakukan agar pendidik dapat merevisi dan menemukan pola rancangan pembelajaran yang paling efektif dan terbaik berdasarkan perbaikan dari rancangan pembelajaran sebelumnya yang memiliki kekurangan.

2. Lebih baik dilakukan tes diagnostik sub materi untuk mengetahui kesulitan belajar siswa secara lebih jelas yang kemudian dijadikan dasar penyusunan HLT.


(36)

Daftar Pustaka

Anderson, L.W., dan Kratwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing; A revision of Bloom’s Taxonomyof Education

Objectives. New York: Addison Wesley LonmanInc.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Ayunika, Elisabet. (2011). Pengembangan Hipotesis Trayektori Pembelajaran

Untuk Konsep Pecahan. Artikel dari Pendidikan Matematika

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Bakker, A. (2004). “Design research in statistics education : On Symbolizing

and computer tools”. Disertasi pada Utrecht University : Freudenthal Institute.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta:Erlangga.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Evans, R. L. (1973). Jean Piaget : The Man And His Ideas. E.P. Dutton & Co.,

Inc. New York.

Rosser, (Sumantri, 2010).

www//id.shvoong.com/sociascience/education/2264151-definisi-pemahaman-konsep-dalam-pembelajaran.

Sholihah, N. (2009). Remidiasi Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Mekanika

Dengan Model Fikir Pada Siswa Kelas X Madrasah Mu’allimat

Muhammadiyah Yogyakarta Tahun Ajaran 2008-2009. Skripsi pada program studi pendidikan fisika UIN Kalijaga.

Simon, M. & Tzur, R. (2004). Explicating the Role of Mathematical Tasks in Conceptual Learning: An Elaboration of the Hypothetical Learning Trajectory. Mathematical Thinking and Learning, 6, 91-104

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wijaya, Ariyadi. (2010). Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan

Pemahaman Konsep Pengukuran Panjang. Skripsi Pada Jurusan


(1)

32

Bayu Eka Putra, 2014

Profil Respon Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Fisika Berorientasi HLT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes

Sedangkan interpretasi besar koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi Kriteria

0.00 – 0.200 Sangat rendah 0.201 – 0.400 Rendah 0.401 – 0.600 Sedang 0.601 – 0.800 Tinggi

0.801 – 1.00 Sangat tinggi

b. Skor Tes Akhir

Peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diimplementasikannya strategi pembelajaran yang dikembangkan melalui hypothetical learning trajectory dihitung dengan menghitung skor atau nilai rata-rata dari soal (tes) yang diberikan diakhir pembelajaran

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan penelitian:

a. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi lapangan.

b. Merumuskan masalah hasil studi pendahuluan.

c. Melakukan studi literatur dan studi kurikulum untuk mencari alternatif solusi permasalahan.

2. Tahap perencanaan dan penyusunan instrumen a. Menentukan populasi dan sampel


(2)

Bayu Eka Putra, 2014

Profil Respon Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Fisika Berorientasi HLT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Merancang RPP pembelajaran yang dikembangkan melalui perangkat rancangan pembelajaran hypothetical learning trajectory. c. Menyusun instrumen penelitian, seperti instrumen tes ranah kognitif

siswa berupa soal.

d. Judgement instrumen penelitian oleh pakar. e. Revisi instrumen.

f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

g. Mengolah data hasil uji coba instrumen dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.

3. Tahap pelaksanaan penelitian:

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan yang telah disusun.

(pada kegitan ini dilakukan pengambilan video pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 dan 2)

b. Melaksanakan Tes Akhir 4. Tahapan akhir penelitian:

a. Pengolahan data b. Analisis data

c. Kesimpulan dan saran

Alur dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk bagan pada gambar 3.2 berikut ini.


(3)

34

Bayu Eka Putra, 2014

Profil Respon Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Fisika Berorientasi HLT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(4)

Bayu Eka Putra, 2014

Profil Respon Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Fisika Berorientasi HLT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung pada kelas VIII semester 1 mengenai profil respon dan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran fisika berorientasi hypothetical learning trajectory (HLT) diperoleh hasil bahwa pembelajaran fisika yang telah dirancang menghasilkan pembelajaran yang baik dan nilai kognitif pemahaman konsep siswa yang baik pula. Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa:

1. Dengan strategi pembelajaran fisika yang disusun berorientasi

hypothetical learning trajectory penulis sebelumnya memprediksi respon siswa dan bantuan yang harus diberikan. Pada saat implementasi, sebagian besar respon-respon yang muncul sudah sesuai dengan prediksi yang telah ditentukan. Dari respon-respon yang muncul tersebut, penulis kemudian memberikan bantuan yang tepat sesuai dengan prediksi respon sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya respon-respon yang muncul dikategorikan berdasarkan teori pola berpikir Piaget. Dari respon-respon yang muncul pada tiap sub materi, siswa cenderung pada tahap berpikir operasional konkrit.

2. Profil pemahaman konsep belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran fisika berorientasi hypothetical learning trajectory

(HLT) didapat rata-rata skor skor tes akhir pemahaman konsep siswa yang didapat adalah 84,92 dari nilai maksimum 100. Dengan persentase kelulusan sebesar 69% dari jumlah keseluruhan siswa. Dan pada materi tertentu siswa sudah tidak mengalami kesulitan belajar, walaupun ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan belajar. Hasil tes akhir belajar siswa pada aspek pemahaman konsep siswa menunjukan adanya perubahan positif dibandingkan dari hasil


(5)

80

Bayu Eka Putra, 2014

Profil Respon Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Fisika Berorientasi HLT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian pembelajaran fisika berbasis hypothetical learning trajectory telah membantu sebagian siswa keluar dari kesulitan khususnya pemahaman konsep siswa tentang gaya.

B. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Penelitian mengenai pembelajaran fisika berorientasi hypothetical learning trajectory ini sebaiknya dilakukan berkali-kali atau berulang. Hal tersebut dilakukan agar pendidik dapat merevisi dan menemukan pola rancangan pembelajaran yang paling efektif dan terbaik berdasarkan perbaikan dari rancangan pembelajaran sebelumnya yang memiliki kekurangan.

2. Lebih baik dilakukan tes diagnostik sub materi untuk mengetahui kesulitan belajar siswa secara lebih jelas yang kemudian dijadikan dasar penyusunan HLT.


(6)

Bayu Eka Putra, 2014

Profil Respon Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Fisika Berorientasi HLT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Anderson, L.W., dan Kratwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning,

Teaching, and Assesing; A revision of Bloom’s Taxonomyof Education

Objectives. New York: Addison Wesley LonmanInc.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Ayunika, Elisabet. (2011). Pengembangan Hipotesis Trayektori Pembelajaran

Untuk Konsep Pecahan. Artikel dari Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Bakker, A. (2004). “Design research in statistics education : On Symbolizing and computer tools”. Disertasi pada Utrecht University : Freudenthal Institute.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta:Erlangga.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Evans, R. L. (1973). Jean Piaget : The Man And His Ideas. E.P. Dutton & Co.,

Inc. New York.

Rosser, (Sumantri, 2010).

www//id.shvoong.com/sociascience/education/2264151-definisi-pemahaman-konsep-dalam-pembelajaran.

Sholihah, N. (2009). Remidiasi Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Mekanika Dengan Model Fikir Pada Siswa Kelas X Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta Tahun Ajaran 2008-2009. Skripsi pada program studi pendidikan fisika UIN Kalijaga.

Simon, M. & Tzur, R. (2004). Explicating the Role of Mathematical Tasks in Conceptual Learning: An Elaboration of the Hypothetical Learning Trajectory. Mathematical Thinking and Learning, 6, 91-104

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wijaya, Ariyadi. (2010). Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Panjang. Skripsi Pada Jurusan Pendidikan Matematika UNY. Yogyakarta: Tidak diterbitkan