Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING
BERBASIS PENILAIAN KINERJA TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA PADA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS V SD
Ni Nyoman Sukreni1, Ni Nyoman Ganing2, Made Putra3
1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: geghwicxchan@yahoo.com1, nyomanganing@yahoo.co.id2,
putra_md13@yahoo.com 3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan
berbicara antara siswa yang mengikuti pembelajaran Role Playing berbasis penilaian
kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada pelajaran Bahasa

Indonesia siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian
Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
V SD Gugus Kapten Japa Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 6
SD dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 442 orang siswa. Sampel penelitian ini
yaitu siswa kelas VB SD Negeri 17 Dauh Puri sebagai kelas eksperimen yang berjumlah
36 orang siswa dan siswa kelas VC SD Negeri 22 Dauh Puri sebagai kelas kontrol yang
berjumlah 37 orang siswa. Data keterampilan berbicara siswa diperoleh dengan
instrument tes keterampilan berbicara yang dilengkapi rubrik penilaian, kemudian
dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan
hasil analisis data, diketahui bahwa rata-rata nilai keterampilan berbicara kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (77,61>68,32). Hasil analisis uji-t
diperoleh thitung = 3,43 ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5% dan dk = 71, sehingga H 0
ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan
berbicara pada siswa yang mengikuti pembelajaran Role Playing berbasis penilaian
kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja terhadap keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia
siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran 2013/2014.
Kata kunci: model pembelajaran role playing, penilaian kinerja, pembelajaran

konvensional, keterampilan berbicara.
Abstract
This study aimed to determine significant differences of speaking skills between
students who followed the Role Playing learning model based performance assessment
and students who followed the conventional learning on Indonesian lesson at fifth grade
public elementary school students at Gugus Kapten Japa of academic year 2013/2014.
This research was quasi experimental study with Nonequivalent Control Group Design.
The populations of this research were all fifth grade elementary school students at
Gugus Kapten Japa North Denpasar of academic year 2013/2014 consist of 6
elementary schools with 442 students. The samples of this study were VB grade
elementary school students of SD Negeri 17 Dauh Puri as experiment class with 36

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
students and VC grade elementary school students of SD Negeri 22 Dauh as control
class with 37 students. The speaking skills data obtained by the speaking skills test
instrument equipped assessment rubric, then the collected data was analyzed by
descriptive statistical and inferential statistical (t-test). Based on the data analysis, the
average value of the experimental class speaking skills higher than the control class
ttable = 2,00 at 5%

(77,61>68,32). t-test analysis result obtained tcount = 3,43
significance level and df = 71, so H0 is rejected and Ha is accepted, that means there
was significant differences of speaking skills between students who followed the Role
Playing learning model based performance assessment and students who followed the
conventional learning. So, it can be concluded that there was significant determine of
the Role Playing learning model based performance assessment with speaking skills of
Indonesian lessons at fifth grade elementary school students at Gugus Kapten Japa of
academic year 2013/2014.
Keywords : role playing learning model, performance assessment, conventional
learning, speaking skills.

PENDAHULUAN
Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan juga
merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari
semua
bidang
studi.

Pembelajaran
bahasa
diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpatisipasi dalam masyarakat, dan
menemukan
serta
menggunakan
kemampuan analitis dan imajinatif yang
ada dalam dirinya.
Pembelajaran adalah suatu proses
yang di dalamnya terdapat serangkaian
hubungan timbal balik antara guru dan
siswa dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Proses
pembelajaran yang efektif dan efisien
sangat diperlukan untuk membantu siswa
dalam memperoleh hasil belajar yang

optimal. Pembelajaran Bahasa Indonesia
di Sekolah Dasar (SD) diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk memahami dan menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi secara
efektif, baik dengan cara lisan maupun
tulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia
mencakup empat aspek keterampilan
berbahasa, yang meliputi keterampilan
berbicara,
keterampilan
menyimak,
keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis.
Dalam
dunia
pendidikan
khususnya dalam pembelajaran bahasa
Indonesia,
keempat

keterampilan
berbahasa tersebut wajib dikuasai oleh
siswa. Salah satu keterampilan berbahasa

yang memiliki peranan penting untuk
menciptakan siswa yang aktif dan kreatif
dalam pembelajaran bahasa Indonesia
adalah keterampilan berbicara. Dengan
berbicara siswa dapat menyampaikan
pendapat, gagasan, atau ide yang ingin
disampaikan secara lisan.
Keterampilan berbicara merupakan
kemampuan menyatakan maksud dan
perasaan secara lisan. Taraf keterampilan
berbicara siswa bervariasi sesuai dengan
tahap perkembangannya mulai dari taraf
baik/lancar,
sedang,
gagap/kurang.
Tarigan (1991:145), menyatakan bahwa

berbicara adalah tingkah laku yang
dipelajari oleh siswa di lingkungan
keluarga, tetangga, dan lingkungan
lainnya di sekitar tempat hidup sebelum
mereka masuk ke sekolah. Keterampilan
berbicara dalam berbagai situasi dan
tujuan merupakan hal yang mendasar bagi
siswa, seperti yang dijelaskan oleh Norton
(dalam Arini, dkk, 2006:53) mengartikan
bahwa „keterampilan anak berbicara
merupakan hal yang sangat mendasar
untuk keberhasilannya dalam setiap
bagian kehidupan, baik di sekolah maupun
di rumahnya‟.
Menurut Haryadi dan Zamzani
(1996:56), berbicara merupakan tuntutan
kebutuhan manusia sebagai makhluk
sosial agar mereka dapat berkomunikasi
dengan sesamanya. Arjad dan Mukti
(1993:23) menyatakan, secara alamiah

setiap orang mampu berbicara, namun
berbicara secara terampil dan teratur
sangatlah jarang kita temui, sehingga kita
berbicara menimbulkan kegugupan dan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
gagasan yang dikemukakan menjadi tidak
teratur dan akhirnya bahasanya pun
menjadi tidak teratur. Anggapan bahwa
setiap orang dengan sendirinya dapat
berbicara, telah menyebabkan pembinaan
kemampuan dan keterampilan berbicara
ini sering diabaikan. Terkait dengan
pernyataan tersebut, mutu pendidikan
pada jenjang Sekolah Dasar, keterampilan
berbicara dalam berkomunikasi masih
menjadi persoalan ataupun masalah yang
dialami oleh siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan

informasi dari Wakasek Kurikulum dan
guru kelas V SD Gugus Kapten Japa
Denpasar Utara, ditemukan
bahwa
pembelajaran
di
kelas
khususnya
pembelajaran Bahasa Indonesia pada
umumnya menerapkan pembelajaran
dengan prinsip teacher center (berpusat
pada guru) yaitu dengan metode ceramah,
tanya jawab, dan penugasan. Metode
tersebut masih efektif digunakan dan tidak
dapat
dipisahkan
dalam
kegiatan
pembelajaran. Namun, seorang guru mesti
melakukan variasi dalam pembelajaran

dengan menerapkan model dan metode
pembelajaran inovatif agar siswa dapat
memperoleh hasil belajar yang optimal.
Seiring dengan perkembangan jaman,
berbagai pembelajaran inovatif dengan
prinsip student center (berpusat pada
siswa)
mulai
dikembangkan
dan
diterapkan dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat digunakan pada pelajaran
bahasa Indonesia khususnya keterampilan
berbicara adalah model pembelajaran
bermain peran (Role Playing).
Mulyasa (2004:139), menyatakan
model pembelajaran Role Playing adalah
cara
mengajar

yang
memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk
melakukan kegiatan memainkan peran
tertentu yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Melalui model pembelajaran
Role Playing, siswa dapat mencoba
mengimplementasikan
hubunganhubungan antar manusia dengan cara
memperagakan, mendiskusikannya, dan
mengkomunikasikannya sehingga secara
bersama-sama
siswa
dapat
mengeksplorasi
perasaan-perasaan,
sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai

strategi pemecahan masalah. Model
pembelajaran Role Playing banyak
memberikan manfaat kepada siswa
karena dengan pembelajaran Role Playing
siswa dapat lebih mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya dan dapat
menambah aktivitas dan kreativitas dalam
proses pembelajaran.
Menurut
Djamarah
dan
Zaini
(2006:89), salah satu keunggulan model
Role Playing adalah bahasa lisan siswa
dapat dibina menjadi bahasa yang baik
agar mudah dipahami orang lain.
Penerapan model pembelajaran Role
Playing sangat berpengaruh dan dapat
berkembang secara optimal terhadap
keterampilan berbicara siswa, karena
dengan
diterapkannya
model
pembelajaran
ini,
siswa
belajar
mengidentifikasi masalah - masalah
sosialnya dalam kehidupan sehari-harinya.
sehingga siswa lebih percaya diri untuk
berkomunikasi dengan siswa lainnya,
berkomunikasi dengan guru maupun
dengan lingkungan sosial siswa.
Model pembelajaran Role Playing ini
dapat
diterapkan
dengan
berbasis
penilaian kinerja. Dengan penilaian
kinerja, diharapkan proses pengukuran
keterampilan tidak lagi dianggap sebagai
suatu kegiatan yang tidak menarik dan
bukan
merupakan bagian
yang
terpisah
dari
proses pembelajaran.
Penilaian kinerja dapat didefinisikan
sebagai penilaian dengan berbagai
macam tugas dan situasi dimana peserta
tes diminta untuk mendemonstrasikan
pemahaman
dan
mengaplikasikan
pengetahuan yang mendalam, serta
keterampilan di dalam berbagai macam
konteks (Majid, 2006:200). Penilaian
kinerja menekankan pada apa yang
dikerjakan oleh siswa melalui unjuk kerja.
Jadi penilaian kinerja lebih menekankan
pada aspek afektif dan memiliki banyak
kriteria, tidak terbatas pada satu aspek
saja.
Penerapan model pembelajaran
Role Playing berbasis penilaian kinerja
diharapkan
dapat
menciptakan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa dapat mendiskusikan dan
mendemonstrasikan pemahaman serta
dapat
mengaplikasikan
pengetahuan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif akan berdampak pada hasil
belajar yang optimal khususnya dalam
keterampilan
berbicara
pada
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
dilaksanakan sebuah penelitian dengan
menguji cobakan dan meneliti sebuah
model
pembelajaran
yaitu
model
pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja yang dimaksudkan untuk
membuktikan
pengaruhnya
terhadap
keterampilan berbicara pada pelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas V SD
Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran
2013/2014.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada
siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa
Kecamatan Denpasar Utara Tahun Ajaran
2013/2014. Pada dasarnya penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran Role
Playing
berbasis
penilaian
kinerja
terhadap keterampilan berbicara siswa
pada pelajaran Bahasa Indonesia, dengan
memanipulasi variabel bebas yaitu model
pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja dan variabel terikat yaitu
keterampilan berbicara siswa yang tidak
dapat dikontrol secara ketat sehingga jenis
penelitian
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah eksperimen semu
(Quasy Eksperiment) dengan desain “non
equivalent
control
group
design”
(Sugiyono, 2012 : 116). Rancangan
penelitian ini hanya memperhitungkan
skor post-test saja yang dilakukan pada
akhir penelitian. Pre test dilakukan untuk
menguji kesetaraan sampel yakni antara
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas
kontrol.
Dalam suatu penelitian tidak lepas
dari objek yang akan diteliti, subjek yang
akan diteliti diistilahkan sebagai populasi
dan sampel. Menurut Darmadi (2011: 14)
Populasi
adalah
keseluruhan
atau
himpunan dengan ciri yang sama,
populasi terdiri dari orang, benda,
kejadian, waktu dan tempat dengan sifat
atau ciri yang sama. Sedangkan menurut
Sugiyono (2012:62) menyatakan populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi,
dapat disimpulkan populasi adalah
himpunan dari seluruh objek atau subjek
yang memiliki ciri-ciri dan sifat tertentu
yang akan diteliti. Populasi dalam
penilitian ini adalah seluruh siswa kelas V
SD yang berada di Gugus Kapten Japa
Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014
yang terdiri dari 6 SD diantaranya SD
Negeri 4 Dauh Puri, SD Negeri 9 Dauh
Puri, SD Negeri 17 Dauh Puri, SD Negeri
22 Dauh Puri, SD Negeri 20 Dangin Puri,
dan SD Negeri 33 Dangin Puri dengan
jumlah siswa keseluruhan 442 orang.
Dalam
melaksanakan
suatu
penelitian tidak dimungkinkan mempelajari
semua yang ada dalam populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu, maka dapat digunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Sampel
adalah sebagian dari populasi yang
dijadikan objek dalam penelitian (Darmadi,
2011: 14). Lebih lanjut (Agung, 2010:47)
mengatakan sampel adalah sebagian dari
populasi yang diambil, yang dianggap
mewakili seluruh populasi dan diambil
dengan menggunakan teknik tertentu.
Jadi,
dapat
disimpulkan
sampel
merupakan bagian dari populasi yang
diambil dan dianggap mewakili seluruh
populasi.
Pemilihan
sampel
pada
penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling atau teknik
acak yaitu dengan mengacak kelas yang
sudah ada pada populasi untuk dijadikan
sebagai sampel penelitian. Kelas yang
dipilih telah terbentuk tanpa campur
tangan peneliti dan tidak dilakukannya
pengacakan
individu,
kemungkinan
pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek
mengetahui dirinya dilibatkan dalam
eksperimen dapat dikurangi sehingga
penelitian
ini
benar-benar
menggambarkan pengaruh perlakuan
yang diberikan.
Pada teknik acak ini, kelas yang
dirandom sebanyak 12 kelas V yang ada
pada 6 SD di Gugus Kapten Japa
Denpasar Utara.
Random dilakukan
sebanyak dua kali. Pengundian yang

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pertama yaitu untuk menentukan 2 kelas
dari 12 kelas untuk diuji kesetaraannya
secara empirik yaitu dengan uji-t.
Pengundian
yang
kedua
untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol terhadap 2 kelas yang telah diuji
dan dinyatakan setara. Secara teoritis
semua
anggota
dalam
populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sampel (Sukardi, 2011: 58).
Kelas yang menjadi sampel hasil dari
teknik acak yaitu kelas VB di SD Negeri 17
Dauh Puri dan kelas VC di SD Negeri 22
Dauh.
Untuk menguji kesetaraan di antara
kedua sampel tersebut, terlebih dulu
dilakukan analisis uji prasyarat terhadap
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
siswa kelas V yang diambil berdasarkan
nilai pre-test. Setelah menguji nilai pretest, terbukti bahwa data kedua kelas
tersebut
berdistribusi
normal
dan
homogen dilanjutkan dengan menguji
kesetaraan kedua kelas tersebut dengan
menggunakan uji-t dengan rumus polled
varians. Setelah kedua kelas tersebut
setara, selanjutnya akan dilakukan
pengundian untuk menentukan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dari
pengundian tersebut diperoleh siswa kelas
VB SD Negeri 17 Dauh Puri berjumlah 36
orang sebagai kelas eksperimen dan
siswa kelas VC SD Negeri 22 Dauh Puri
berjumlah 37 orang sebagai kelas kontrol.
Variabel penelitan adalah suatu
atribut, sifat, aspek, dari manusia, gejala,
objek yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari
dan diambil kesimpulannya (Darmadi,
2011:21). Dalam penelitian ini melibatkan
dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas atau
idependence variable merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2011:61). Sedangkan menurut Noor
(2012:48), menyatakan variabel bebas
adalah sebab yang diperkirakan dari
beberapa perubahan dalam variabel
terikat biasanya dinotasikan dengan
simbol X. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi timbulnya variabel terikat

dan biasanya dinotasikan dengan simbol
X. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran Role Playing
berbasis penilaian kinerja yang diterapkan
pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional yang diterapkan pada kelas
kontrol.
Variabel terikat atau dependen
variable
merupakan
variabel
yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2011:61). Sedangkan menurut Noor
(2012:49) menyatakan bahwa variabel
terikat adalah faktor utama yang ingin
dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor lain biasanya
dinotasikan dengan simbol Y. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi karena adanya
variabel bebas dan faktor lainnya yang
biasanya dinotasikan dengan simbol Y.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
keterampilan berbicara dalam pelajaran
bahasa Indonesia siswa kelas V SD.
Untuk
mengumpulkan
data
digunakan metode non tes yaitu observasi
karena dalam mengukur dan menilai
keterampilan
berbicara
siswa
menggunakan rubrik penilaian kinerja.
Metode observasi termasuk dalam metode
non tes yang banyak digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan
dengan penilaian terhadap tingkah laku
atau sebuah keterampilan. Jenis observasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi berstruktur, sebab dalam
penelitian ini dilakukan penilaian terhadap
keterampilan berbicara siswa yang telah
ditentukan indikator penilaiannya. Adapun
indikator keterampilan berbicara yang
dinilai menurut Tarigan, 2008:28 yaitu
pelafalan (vocal dan konsonan diucapkan
dengan tepat), intonasi (pola-pola intonasi,
naik turunya suara, serta tekanan suku
kata
diucapkan
dengan
tepat),
pemahaman / ekspresi (menampilkan
ekspresi yang tepat sesuai dengan
karakter yang diperankan), struktur kalimat
(kalimat-kalimat yang diucapkan dalam
bentuk dan urutan yang tepat), dan
kelancaran (kewajaran atau kelancaran
ketika berbicara).
Dalam mengevaluasi keterampilan
berbicara siswa, pada prinsipnya guru

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
harus memperhatikan lima aspek yaitu,
pelafalan, intonasi, pemahaman/ekspresi,
struktur kalimat, dan kelancaran berbicara
siswa. Untuk menilai kelima aspek dalam
keterampilan berbicara siswa, yang
digunakan adalah rubrik dengan skala
rating. Rubrik adalah sebuah skala
penyekoran
(scoring
scale)
yang
dipergunakan untuk menilai kinerja subyek
didik untuk tiap kriteria terhadap tugastugas tertentu (Nurgiyantoro, 2011:143).
Skala rating yang dimaksud yaitu data
mentah yang diperoleh berupa angka
kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif.
Dalam
penilaian
yang
menggunakan
skala
rating,
setiap
indikator yang akan diukur dibuatkan skala
tertentu misalnya dari 1-5 yang setiap
skala tersebut memiliki makna mulai dari
kategori sangat baik, baik, cukup baik,
kurang baik, dan tidak baik. Untuk setiap
kategori dalam rubrik memiliki deskripsi
verbal yang diwakili. Bunyi deskripsi verbal
harus sesuai dengan rubrik yang akan
diukur. Penilaian tingkat capaian siswa
dilakukan dengan menandai angka angka yang sesuai.
Dalam
melakukan
penilaian,
melibatkan dua penilai yaitu guru dan
peneliti untuk memperkecil subjektivitas
penilaian. Sesuai dengan pendapat dari
Uno dan Koni (2012:21) yang menyatakan
bahwa penilaian sebaiknya dilakukan oleh
lebih dari satu penilai agar faktor
sujektivitas dapat diperkecil dan hasil
penilaian lebih akurat. Maka nilai akhir
keterampilan berbicara adalah nilai ratarata dari jumlah nilai guru dan peneliti.
Menurut Koyan (2004:59), uji
validitas dilakukan untuk mengetahui
ketepatan alat ukur dengan hal yang akan
diukur. Untuk rubrik penilaian kinerja
dengan skala rating digunakan validitas
logis (logical validity) yaitu validitas dari
hasil pemikiran. Validitas logis untuk
sebuah instrumen menunjuk pada kondisi
instrumen yang memenuhi persyaratan
valid
berdasarkan
hasil
penalaran.
Dengan demikian validitas logis tidak perlu
diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh
sesudah instrumen tersebut selesai
disusun.
Sebuah
instrumen
dapat
mencapai dua macam validitas logis, yaitu
validitas isi dan validitas konstrak. Untuk

rubrik dengan skala rating digunakan
validitas isi. Sebuah instrumen dikatakan
memiliki validitas isi (content validity)
apabila mengukur indikator tertentu yang
sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan. Sudjana (2005 : 13)
menyatakan, validitas isi berkenaan
dengan kesanggupan alat penilaian dalam
mengukur isi yang seharusnya. Artinya,
tes tersebut mampu mengungkapkan isi
suatu konsep atau variabel yang hendak
diukur. Validitas isi tidak memerlukan uji
coba dan analisis statistik atau dinyatakan
dalam bentuk angka-angka. Validitas isi
dilakukan dengan membuat kisi-kisi
keterampilan berbicara.
Setelah data terkumpul dari hasil
pengumpulan data, maka dilakukan
analisis terhadap data tersebut. Dalam
penelitian ini, teknik analisis yang
digunakan untuk menganalisis data adalah
adalah teknik analisis statistik deskriptif
dan statistik inferensial. Analisis statistik
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data keterampilan berbicara
siswa yang mengikuti pembelajaran role
playing berbasis penilaian kinerja dan data
keterampilan berbicara siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Deskripsi data ini berguna untuk
memberikan gambaran umum mengenai
penyebaran data menurut frekuensinya,
menjelaskan kecenderungan tertinggi,
kecenderungan
menengah,
dan
kecenderungan rendah, serta untuk
menjelaskan pola penyebaran data
penelitian. Statistik inferensial digunakan
untuk menguji kebenaran hipotesis
penelitian. Dalam penelitian ini uji
hipotesis
akan
dianalisis
dengan
menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan
analisis uji-t, terlebih dahulu dilaksanakan
uji prasyarat yang meliputi uji normalitas
dan uji homogenitas. Analisis Uji-t tersebut
dapat dilakukan apabila data sudah
memenuhi prasyarat, yaitu sebaran data
telah berdistribusi normal dan homogen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji penyetaraan
kelas yang dilakukan terhadap kelas
eksperimen maupun kelas kontrol dengan
memberikan pre-test pada pelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas VB SD

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Negeri 17 Dauh Puri dan siswa kelas VC
di SD Negeri 22 Dauh Puri yang diuji
menggunakan uji-t, diketahui bahwa
kedua sampel memiliki keadaan sampel
yang berdistribusi normal dan homogen.
Ini menunjukkan sebelum diberikan
perlakuan kedua kelas mempunyai
kemampuan awal yang sama. Perlakuan
diberikan sebanyak 6 kali pada kelas
eksperimen dan kontrol.
Setelah diberikan perlakuan berupa
model pembelajaran role playing berbasis
penilaian kinerja pada kelas eksperimen
dan pembelajaran konvensional pada
kelas
kontrol
dilanjutkan
dengan
pemberian post-test terhadap kedua kelas.
Melalui hasil analisis data post-test dari
kedua kelas maka diketahui terdapat
perbedaan nilai rata-rata antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Nilai ratarata keterampilan berbicara pada kelas
eksperimen yaitu 77,61 dengan nilai
maksimal sebesar 96 dan nilai minimal 54.
Standar deviasi kelas eksperimen adalah
s = 11,60 dan varians (s2) = 134,58. Dari
perhitungan tingkat keterampilan berbicara
siswa kelas eksperimen didapatkan
klasifikasi
tingkat
kategori
nilai
keterampilan berbicara siswa, yaitu
63,89% dengan kategori sangat baik,
27,78% dengan kategori baik, dan 8,33%
dengan kategori cukup. Sedangkan nilai
rata-rata keterampilan berbicara siswa
kelas kontrol adalah 68,32 dengan nilai
maksimal sebesar 92 dan nilai minimal 52.
Standar deviasi kelas kontrol adalah s =
11,57 dan varians (s2) = 133,92. Dari
perhitungan tingkat keterampilan berbicara
siswa kelas kontrol didapatkan klasifikasi
tingkat
kategori
nilai
keterampilan
berbicara siswa, yaitu 30,56% dengan
kategori sangat baik, 52,78% dengan
kategori baik, dan 19,44% dengan
kategori cukup. Dari data tersebut
diketahui bahwa nilai rata-rata yang
diperoleh siswa kelas eksperimen lebih
besar daripada nilai rata-rata siswa kelas
kontrol.
Sebelum dilakukan uji hipotesis
menggunakan uji-t, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat, meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas varians.
Untuk
mengetahui
sebaran
data
berdistribusi normal atau tidak maka

digunakan
analisis
Chi-Square.
Berdasarkan atas kurva normal, kelas
interval, frekuensi observasi (fo) dan
frekuensi
empirik
(fe)
dari
data
keterampilan berbicara siswa pada kelas
eksperimen diperoleh 2hit = 0,96 dan pada
taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan
(dk) = 5 diperoleh 2tabel = 2(α=0,05,5) = 11,07
sehingga 2hitung ฀ 2tabel
maka data
berdistribusi normal. Ini berarti sebaran
data nilai keterampilan berbicara siswa
kelas eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan untuk siswa pada kelas kontrol
diperoleh 2hit = 4,69. Nilai 2tabel pada taraf
signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk)
= 5 diperoleh 2tabel = 2(α=0,05,5) = 11,07
sehingga 2hitung ฀ 2tabel maka data
berdistribusi normal. Ini berarti sebaran
data nilai keterampilan berbicara siswa
kelas kontrol berdistribusi normal.
Selanjutnya
dilakukan
uji
homogenitas varians. Uji homogenitas
data dilakukan dengan uji F dari Havley.
Pengujian dilakukan pada taraf signifikan
5% dengan derajat kebebasan untuk
pembilang n1-1 dan derajat kebebasan
untuk
penyebut
n2-1.
Dari
hasil
perhitungan diperoleh Fhitung = 1,01
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi
5% dengan db pembilang = 36 – 1 = 35
dan db penyebut = 37 – 1 = 36 adalah
1,78. Nilai Fhitung < Ftabel , ini berarti data
nilai keterampilan berbicara siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki
varians yang homogen.
Setelah data keterampilan berbicara
dari kedua kelas, di uji dengan uji
normalitas dan uji homogenitas, terbukti
bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen. Berdasarkan hal tersebut,
maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t
dengan rumus polled varians. Uji
signifikansinya adalah apabila thitung ttabel,
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan
dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5%
(α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%.
Hipotesis penelitian yang diuji dalam
penelitian ini adalah hipotesis nol (H0)
yaitu tidak terdapat perbedaan yang
signifikan keterampilan berbicara pada

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pelajaran Bahasa Indonesia antara siswa
yang mengikuti pembelajaran role playing
berbasis penilaian kinerja dan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD Gugus Kapten
Japa
Tahun
Ajaran
2013/2014.
Sedangkan untuk hipotesis alternatif (Ha)
yaitu terdapat perbedaan yang signifikan
keterampilan berbicara pada pelajaran

Kelas
Eksperimen
Kontrol

77,61
68,32

Bahasa Indonesia antara siswa yang
mengikuti pembelajaran role playing
berbasis penilaian kinerja dan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD Gugus Kapten
Japa Tahun Ajaran 2013/2014.
Adapun rekapitulasi hasil analisis
data penghitungan uji hipotesis data dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t
s2
N
thitung
ttabel
134,58
36
3,43
2,00
133,92
37

Dari perhitungan uji hipotesis
menggunakan uji-t dengan rumus polled
varians diperoleh diperoleh thit sebesar
3,43.
Nilai
tersebut
kemudian
dibandingkan dengan nilai ttabel dengan
dk=36+37–2=71 dan taraf signifikansi 5%
sehingga diperoleh nilai ttabel = 2,00.
Karena thit>ttabel (3,43 > 2,00) maka H0
ditolak atau Ha diterima. Ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan keterampilan
berbicara
pada
pelajaran
Bahasa
Indonesia antara siswa yang mengikuti
pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus Kapten Japa Tahun
Ajaran 2013/2014.
Hal ini mengandung arti bahwa
siswa yang dibelajarkan menggunakan
model
pembelajaran
Role
Playing
berbasis penilaian kinerja keterampilan
berbicaranya lebih baik daripada siswa
yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional. Hal tersebut dikarenakan
dalam penerapan model pembelajaran
role playing berbasis penilaian kinerja di
kelas,
guru berusaha menciptakan
pembelajaran
yang
aktif
dan
menyenangkan.
Pembelajaran
yang
melibatkan siswa secara aktif akan
berdampak pada hasil belajar khususnya
keterampilan berbicara siswa. Banyak
cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
menciptakan
suasana
yang
menyenangkan tersebut, salah satunya
yaitu dengan menugaskan siswa untuk
berunjuk kerja salah satunya dengan
bermain peran. Melalui kegiatan tersebut

Kesimpulan
thitung > ttabel
(H0 ditolak, Ha diterima)

siswa belajar mengidentifikasi masalahmasalah sosialnya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa lebih percaya
diri untuk berkomunikasi dengan siswa
lainnya, dengan guru maupun dengan
lingkungan sosial siswa. Unjuk kerja yang
dilakukan oleh siswa dapat dinilai dengan
rubrik penilaian kinerja. Penilaian ini
digunakan untuk melihat perkembangan
kemampuan ataupun keterampilan yang
dimiliki oleh siswa dengan menggunakan
teknik nontes yaitu observasi. Misalkan,
kemampuan berbicara dalam bermain
peran.
Berbeda
dengan
pembelajaran
Bahasa Indonesia yang menerapkan
pembelajaran
konvensional,
selama
pembelajaran berlangsung siswa menjadi
kurang aktif. Guru hanya menerapkan
metode ceramah dengan menyampaikan
informasi,
sehingga
siswa
hanya
mendengarkan serta mencatat materi
yang disampaikan oleh guru, sehingga
pembelajaran tampak monoton, siswa
menjadi bosan dan jenuh, kurang motivasi
dalam belajar dan proses pembelajaran
berpusat pada guru. Pembelajaran
konvensional mengakibatkan siswa sangat
bergantung pada guru. Hal ini dapat
mengakibatkan aktivitas siswa kurang
optimal sehingga siswa hanya menerima
apa yang disampaikan guru.
Hal ini mendukung hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan keterampilan berbicara
pada pelajaran Bahasa Indonesia antara
siswa yang mengikuti pembelajaran Role
Playing berbasis penilaian kinerja dan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada siswa kelas V SD
Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran
2013/2014.
PENUTUP
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan
pembahasan
hasil
penelitian
yang
diperoleh, bahwa pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran Role
Playing
berbasis
penilaian
kinerja
memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan
dibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari perolehan nilai rata-rata siswa
= 77,61 lebih besar
kelas eksperimen
daripada nilai rata-rata siswa kelas kontrol
= 68,32 dan berdasarkan kriteria
pengujian taraf signifikansi 5% diperoleh
thitung = 3,43 > ttabel = 2,00 sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan keterampilan berbicara
pada pelajaran Bahasa Indonesia antara
siswa yang mengikuti pembelajaran Role
Playing berbasis penilaian kinerja dan
siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada siswa kelas V SD
Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran
2013/2014.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa, (1) pada kelas eksperimen yang
terdiri dari 36 siswa terdapat 23 siswa
kategori keterampilan berbicaranya sangat
baik dengan persentase 63,89%, 10 siswa
kategori keterampilan berbicaranya baik
dengan persentase 27,78%, dan 3 siswa
kategori keterampilan berbicaranya cukup
dengan persentase 8,33% hal ini
menunjukkan
bahwa
kecenderungan
siswa yang mengikuti pembelajaran Role
Playing
berbasis
penilaian
kinerja
memperoleh nilai keterampilan berbicara
dengan kategori sangat baik; (2) pada
kelas kontrol yang terdiri dari 37 siswa
terdapat 11 siswa kategori keterampilan
berbicaranya
sangat
baik
dengan
persentase 30,56%, 19 siswa kategori
keterampilan berbicaranya baik dengan
persentase 52,78%, dan 7 siswa kategori
keterampilan berbicaranya cukup dengan
persentase 19,44% hal ini menunjukkan
bahwa kecenderungan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional
memperoleh nilai keterampilan berbicara
dengan kategori baik; (3) berdasarkan
hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 3,43
ttabel =2,00 pada taraf signifikansi 5% dan
dk=71, sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima, yang artinya terdapat perbedaan
yang signifikan keterampilan berbicara
pada siswa yang mengikuti pembelajaran
Role Playing berbasis penilaian kinerja
dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Hal tersebut menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh
model
pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja terhadap keterampilan
berbicara
pada
pelajaran
Bahasa
Indonesia siswa kelas V SD Gugus
Kapten Japa Tahun Ajaran 2013/2014.
Berdasarkan
simpulan
tersebut
adapun saran yang disampaikan yaitu
kepada guru diharapkan untuk lebih
menambah
wawasan
tentang
pembelajaran inovatif, serta mampu
mengembangkan inovasi pembelajaran
dengan menerapkan strategi, pendekatan,
model, dan metode yang mampu
memberikan kontribusi yang baik. Dengan
penerapan model pembelajaran Role
Playing berbasis penilaian kinerja menjadi
salah satu model yang dapat diterapkan
guru dalam proses pembelajaran pada
pelajaran Bahasa Indonesia sehingga
proses
pembelajaran
menjadi
lebih
bermakna serta dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
Kepada siswa diharapkan agar lebih
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
serta mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mencapai hasil belajar yang
optimal pada pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya dalam keterampilan berbicara.
Kepada sekolah diharapkan bisa
menciptakan kondisi pembelajaran yang
aktif dan menyenangkan, serta mampu
mendorong para guru untuk mencoba
menerapkan model-model pembelajaran
yang baru untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran di sekolah.
Kepada peneliti lain diharapkan
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai
referensi penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti disarankan melakukan penelitian
dengan model yang sama tetapi dengan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
subjek yang berbeda, sehingga siswa lebih
aktif dan tertarik belajar Bahasa Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A. Gede. 2010. Evaluasi
Pendidikan. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.
Arini. 2006. Peningkatan Keterampilan
Berbicara
Bahasa
Indonesia
Berbasis Kompetensi. Singaraja :
Undiksha.
Arjad dan Mukti. 1993. Pembinaan
Kemampuan
Berbicara
Bahasa
Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Djamarah, Bahri dan Aswan Zain. 2006.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Haryadi dan Zamzani. 1996. Peningkatan
Keterampilan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta : Depdikbud
Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar
daan Teknik Evaluasi Hasil Belajar.
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Majid,
Abdul.
2006.
Perencanaan
Pembelajaran.
Bandung:
PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi
Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi,
Dan Karya Ilmiah. Jakarta :
Kencana.
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian
dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra
Indonesia.
Yogyakarta:
BPFE.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2011. Metodelogi Penelitian
Pendidikan.
Yogyakarta:
Bumi
Aksara.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara
Sebagai
suatu
Keterampilan
Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Uno dan Satria Koni. 2012. Assesssment
Pembelajaran.
Jakarta:
Bumi
Aksara.