MPLEMENTASI METODE BAMBOO DANCING UNTUK
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
IMPLEMENTASI METODE BAMBOO DANCING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Candra Dewi
IKIP PGRI Madiun
candra.dewi16090@ikippgrimadiun.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini dilatar belakangi karena adanya permasalahan dalam
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran siswa masih
cenderung pasif dan hasil belajarnya rendah. Salah satu faktor yang
melatarbelakangi permasalahan tersebut yaitu dalam proses pembelajaran guru
belum menggunakan pembelajaran inovatif sehingga siswa merasa bosan dalam
belajar. Sehubungan dengan permasalahan diatas maka diadakan penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan metode bamboo dancing pada pembelajaran
IPS. Penelitian ini mencakup beberapa siklus dan masing-masing siklus
memiliki tahapan antara lain perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi,
revisi perencanaan. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode
observasi, tes dan wawancara dengan menggunakan teknik tiangulasi untuk
mendapatkan validitas data. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V
Sekolah Dasar. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis interaktif. Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen, yaitu:
1) Reduksi Data (Data Reduction), 2) Penyajian Data (Data Display), 3)
Conslucion Drawing (verification). Hasilpenelitian ini ada peningkatan hasil
belajar IPS siswa Sekolah Dasar melalui penerapan metode bamboo dancing
pada proses pembelajaran.
Kata kunci : Bamboo Dancing, Hasil Belajar, Siswa Sekolah Dasar
Abstract
The purpose of this study dilator backs for their problems in learning social
studies in primary school. In lessons students still tend to be passive and low
learning outcomes. One of the factors behind these problems is in the learning
process teachers have to use innovative learning so that students feel bored in
learning. In connection with the above problems the classroom action research
conducted by applying the method of bamboo dancing on learning IPS. This
study includes several cycles and each cycle has phases including planning,
execution and observation, reflection, revision planning. Data were obtained by
using the method of observation, tests and interviews using tiangulasi
techniques to obtain data validity. The subject of this research is a fifth grade
elementary school students. The analysis technique used in this research is
15
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
interactive analysis. Interactive analysis model has three components, namely:
1) Reduction of Data (Data Reduction), 2) Presentation of Data (Data Display),
3) Conslucion Drawing (verification). The results of this study there was an
increase in the results of social studies of elementary school students through
the application of methods of bamboo dancing in the learning process.
Keywords: Bamboo Dancing, Learning Outcomes, Elementary School
Students
perkembangan anak sesuai dengan
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak lepas
dari
yang
Manusia
namanya
akan
pendidikan
hingga
akhir
pendidikan
pendidikan.
tetap
dari
Karakteristik anak usia sekolah
memerlukan
sejak
dasar menurut Sumantri dan Nana
dilahirkan
hayatnya.
manusia
usianya.
Syaodih (2006), karakteristik anak usia
Awal
berasal
sekolah
dari
di
perguruan
seiring
tinggi
sesuatu secara langsung.Guru harus
menyesuaikan
dengan
Pendidikan
sehingga
perlu
adanya
pembahuaran-pembaharuan
dalam
pembelajaran
Namun
masih
perkembangan dan kebutuhan siswa
sekolah dasar. Pembelajaran hanya
Pendidikan yang ada di Sekolah dasar
dan
pada kenyataannya
yang tidak sesuai dengan tingkat
adalah pendidikan di sekolah Dasar.
karakteristik
memungkinkan
banyak pembelajaran di Sekolah Dasar
yang pertama di alami oleh seseorang
menyesuaikan
yang
adanya unsur permaianan di dalamnya.
bidang pendidikan. Pendidikan formal
hendaknya
yang
dasar diharapkan dapat merancang
selalu
mengalami perubahan menjadi lebih
baik
pembelajaran
bermuatkan permaianan. Guru Sekolah
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
senang
(4) senang merasakan atau melakukan
(formal). Pendidikan terus mengalami
perkembangan
(1)
senang bekerja dalam kelompok; dan
kemudian mendapat pendidikan di
dan
yaitu:
bermain; (2) senang bergerak; (3)
lingkungan keluarga (informal) yang
sekolah
dasar
bertujuan
dengan
terselesaikannya
target
materi tiap tahun/ semesternya tanpa
tingkat
memperhatikan proses pembelajaran
16
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
yang
dilakukan.
Sehingga
(2007:
4)
adalah
suatu
perilaku
mengakibatkan hasil belajar siswa
bersama dalam membantu diantara
masih rendah terutama pada hasil
sesama dalam struktur kerja sama yang
belajar
Sosial.
teratur dalamkelompok, yang terdiri
memberikan
dari dua orang atau lebih dimana
pengertian tentang hasil belajar adalah
keberhasilan kerja dipengaruhi oleh
sebagai terjadinya perubahan tingkah
setiap anggota kelompok. Salah satu
laku pada diri seseorang yang dapat
metode pembelajaran kooperatif yang
diamati
bentuk
cocok untuk anak sekolah dasar adalah
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
metode bamboo dancing. Teknik ini
Hasil belajar tidak mutlak hanya
diberi nama bamboo dancing, karena
berupa nilai saja, namun dapat berupa
siswa berjajar dan saling berhadapan
perubahan atau peningkatan sikap,
dengan model yang mirip seperti dua
kebiasaan,
pengetahuan,
keuletan,
potong bambu yang digunakan dalam
ketabahan,
penalaran,
kedisiplinan,
tari bambu Filipina yang juga populer
keterampilan dan lain sebagainya yang
di beberapa daerah di Indonesia.
menuju
Model
Ilmu
Hamalik
Pengetahuan
(2007:30)
dan
pada
diukur
perubahan
positif.
pembelajaran
bamboo
Namun dalam penelitian ini penelitian
dancing/tari bambu dijelaskan dalam
memfokuskan pada penilaian ranah
Aris Shoimin, (2014: 31) yaitu model
kognitif.
pembelajaran yang bertujuan agar
Model
pembelajaran
siswa
yang
adal
model
teratur. Pembelajaran model ini akan
mengharuskan siswa untuk berperan
Dewi (2015:155) model pembelajaran
aktif dalam kegiatan berbicara yaitu
yang tepat itu harus memuat metode
saling
dan media yang relevan dengan materi
IPS.
informasi
berbeda dalam waktu singkat secara
pembelajaran
kooperatif. Sesuai dengan pendapat
pembelajaran
berbagi
bersama-sama dengan pasangan yang
cocok diterapkan untuk anak sekolah
Dasar
saling
mengungkapkan
pendapat
antarsiswa. Menurut Aris shoimin,
Pembelajaran
(2014: 31-33) pembelajaran bamboo
kooperatif menurut Etin Solihatin
dancing meliputi beberapa langkah
17
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
yaitu: (1) Pengenalan topik, topik yang
K & Lincoln Yvonna, 2009: 440)
akan dipelajari bisa dituliskan di papan
mengungkapkan
tulis atau dengan mengadakan tanya
tindakan kelas umumnya mencakup
jawab terkait dengan materi yang akan
penggunaan model-model penelitian
disampaikan;
Pembagian
dan pengumpulan data kualitatif dan
kelompok, kelas dibagi menjadi 2
interpretif dari kalangan pendidik/guru
kelompok besar. Setiap kelompok
sebagai langkah untuk memberikan
besar dibagi lagi menjadi 2 kelompok
penilaian tentang cara dan teknik
kecil, dan tiap kelompok kecil berjajar
untuk
yang saling berhadap-hadapan dengan
pengajaran guru itu sendiri. Menurut
posisi berdiri untuk bertukar informasi;
Sarwiji Suwandi (2008: 15) Penelitian
(3) Diskusi/bertukar informasi, Siswa
tindakan
bertukar
dengan
pencermatan terhadap kegiatan belajar
pasangannya, lalu bergeser searah
berupa sebuah tindakan yang sengaja
dengan putaran jarum jam. Setiap
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
siswa mendapatkan pasangan baru dan
kelas secara bersamaan. Penelitian ini
saling
yang
mencakup beberapa siklus dan masing-
seterusnya.
masing siklus memiliki tahapan antara
Pergerakan searah putaran jarum jam
lain perencanaan, pelaksanaan dan
mulai berhenti ketika siswa kembali ke
observasi, refleksi, revisi perencanaan.
tempat asalnya; (4) Presentasi, Hasil
Data
diskusi di tiap-tiap kelompok besar
menggunakan metode observasi, tes
kemudian
danwawancara dengan menggunakan
(2)
informasi
bertukar
berbeda,
informasi
demikian
dipresentasikan
kepada
seluruh kelas.
bahwa
penelitian
meningkatkan
kelas
penelitian
merupakan
diperoleh
praktik
suatu
dengan
teknik tiangulasi untuk mendapatkan
validitas data. Subjek dari penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
ini adalah siswa kelas V Sekolah
Metode
yang
digunakan
dalam
Dasar.Teknik analisis yang digunakan
penelitian ini adalah metode Penelitian
dalam penelitian ini adalah analisis
Tindakan Kelas (Classroom Action
interaktif. Model analisis interaktif
Research). Taggart (Denzin, Norman
mempunyai tiga komponen, yaitu: 1)
18
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
Reduksi Data (Data Reduction), 2)
mendalam terhadap guru dan siswa,
Penyajian Data (Data Display), 3)
kemudian
Conslucion
Drawing
(verification).
melakukan
pembelajaran
di
observasi
kelas
serta
Indikator kinerja dalam penelitian ini
mengumpulkan nilai awal siswa ketika
adalah
peningkatan
proses pembelajaran. Rata-rata nilai
kemampuan membaca peserta didik
IPS siswa yang diperoleh pada proses
sebesar 80% dan capaian nilai rata-rata
pembelajaran
kelas sebesar 80.
siswa yang nilainya di atas KKM 7
capaian
yaitu
55
sedangkan
siswa (35%),siswa yang nilainya di
HASIL
PENELITIAN
bawah KKM sebanyak 13 siswa
DAN
PEMBAHASAN
(65%), masih banyak siswa yang
Pra Siklus
nilainya di bawah KKM yang telah
Sebelum melakukan penelitian kelas
ditetapkan yaitu 60. Dari hasil study
ini peneliti lebih dahulu melakukan
awal diperoleh kesimpulan bahwa
observasi dan identifikasi masalah
hasil belajar siswa kelas V masih
terhadap
rendah
situasi
dan
kondisi
karena
siswa
kurang
pembelajaran di kelas V. Data awal
termotivasi
sebelum
Pembelajaran dilakukan dengan cara
dilaksanakannya
siklus
diperoleh dengan cara wawancara
untuk
belajar.
ceramah yang monoton.
Tabel 1. Tabel 1. Hasil Tes Pra Siklus
Tindakan
Banyak siswa
Prosentase (%) KKM Rata-rata
(60)
KKM
7
KKM
65 %
35%
55
Hasil Siklus I
pembelajaran pada siklus I. Dari hasil
Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali
observasi tersebut terlihat siswa masih
pertemuan.
Selain
diadakan
tes,
banyak yang bercanda sendiri, kurang
peneliti
juga
mengobservasi
kosntresi bahkan ada siswa yang pasif.
19
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
Setelah diadakan wawancara dengan
60%. Dari hasil tersebut dapat dilihat
siswa
masih
adanya peningkatan hasil belajar IPS
pembelajaran
siswa kelas V. Pada tindakan siklus I
sehari-hari seperti biasa dan belum
sudah terlihat adanya peningkatan
bisa
hasil belajar disbanding dengan hasil
ternyata
menganggap
siswa
seperti
menyesuaikan
dengan
pembelajaran yang inovatif. Hasil tes
belajar
sebelum
pada siklus I diperoleh nilai tertinggi
dilaksanakan. Namun dari hasil belajar
adalah 90, nilai terendah adalah 45,
siklus
dengan rata-rata kelas dalam siklus I
memenuhi indikator kinerja sehingga
adalah 65. Siswa yang mendapat nilai
perlu adanya siklus lanjutan dengan
dibawah KKM sebanyak 8 siswa
tujuan untuk lebih meningkatkan hasil
(40%), sedangkan siswa memperoleh
belajar
I tersebut
siklus
masih
satu
belum
nilai di atas KKM sebanyak 12 siswa
Tabel 2. Hasil Tes Siklus I
Tindakan
Banyak siswa
Prosentase (%) KKM Rata-rata
(60)
KKM
12
KKM
40%
60%
65
Hasil Siklus II
sesuai dengan tingkat kemampuan
Tindakan siklus II juga dilaksankan
masing-masing siswa. Pada proses
dengan 2 kali pertemuan. Dari hasil
pembelajaran terlihat siswa kompak
refleksi pada siklus I maka dilakukan
ketika melakukan kegiatan bamboo
revisi perencanaan untuk memperbaiki
dancing dan mereka saling membantu
pembelajaran sebelumnya. Pada siklus
untuk memberikan informasi. Dari
II
tidak
hasil tes diperoleh nilai tertinggi
dilakukan secara acak karena guru
adalah 100, nilai terendah adalah 50,
membagi kelompok secara merata
dengan rata-rata kelas dalam siklus II
pembegian
kelompok
20
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
adalah 81. Siswa yang mendapat nilai
hasil tersebut maka indicator kerja
dibawah KKM sebanyak 3 siswa
sudah terpenuhi.Pada siklus II terjadi
(15%),
sedangkan
memperoleh
nilai
siswa
yang
peningkatan hasil belajar IPS dari
atas
KKM
siklus I. Kelemahan-kelemahan yang
Dari hasil
ada pada siklus I, telah dicari solusinya
di
sebanyak 16 siswa 85%.
tersebut
dapat
dilihat
dan diterapkan pada siklus II.
adanya
peningkatan hasil belajar IPS siswa
kelas V dari siklus I ke siklus II. Dari
Tabel 3. Hasil Tes Siklus II
Tindakan
Banyak siswa
Prosentase (%) KKM Rata-rata
(60)
KKM
3
17
KKM
15%
85%
81
Berdasarkan analisa kegiatan pada pra
peningkatan hasil belajar yang termuat
siklus, siklus I dan siklus II terjadi
dalam table sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulis Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Tindakan
Banyak siswa
Prosentase (%) KKM Rata-rata
(60)
KKM
KKM
Pra Siklus
13
7
65 %
35%
55
Siklus I
8
12
40%
60%
65
Siklus II
3
17
15%
85%
81
21
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
Berdasarkan table 4 diatas terjadi
menggunakan pendekatan, media dan
peningkatan hasil belajar IPS pada
metode yang tepat agar pembelajaran
siswa kelas V. Hasil siklus II pada
lebih bermakna dan kemampuan dalam
prosentase siswa yang mendapat nilai
mengelola kelas lebih meningkat.
diatas KKM mencapai 85% dengan
DAFTAR PUSTAKA
rata-rata nilai 81, dari hasil tersebut
Aris
maka indicator kinerja sudah tercapai.
Shoimin.
2014.
Model
Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum. Yogyakarta: Ar-
SIMPULAN DAN SARAN
Ruzz Media.
Pelaksanaan pembelajaran IPS
Candra
dengan menggunakan metodebamboo
dancing,
skenario
berjalan
sesuai
Dewi.
(2016).
Model
dengan
Pembelajaran
Kooperatif Tipe
yang ada pada rencana
share
pelaksanaan pembelajaran, dan tercipta
Penerapan
untuk
Think-pair-
Meningkatkan
pemahaman Konsep Masalah
situasi belajar yang kondusif yakni
Sosial IPS Pada Siswa Sekolah
siswa turut aktif dalam pembelajaran.
Dasa r. Premiere Educandum,
Pembelajaran berjalan sesuai dengan
5(2) pp 155-167.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). RPP tersebut dibuat dengan
Denzin, Norman K. Dan Yvonna S.
menyesuaikan pada materi, tingkat
Lincoln. (2009). Hand Book of
perkembangan siswa dan metode yang
Qualitative
tepat untuk pembelajaran. Hasil belajar
Terjemahan oleh Dariyatno,
siswa tentang pembeljaran IPS setelah
Badrus Samsul Fata, Abi, John
diadakan tindakan siklus I dan siklus II
Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka
mengalami peningkatan.
Pelajar.
Etin Solihatin & Raharjo. (2009).
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam
upaya
perbaikan
Proses
Research.
Kooperatif Learning Analisis
Belajar
Mengajar (PBM) dalam meningkatkan
Model
hasil belajar IPS, salah satu saran dari
Jakarta. Bumi Aksara.
peneliti
adalah
Guru
sebaiknya
22
Pembelajaran
IPS.
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
Mulyani Sumantri & Nana Syaodih.
Surakarta: Panitia Sertifikasi
(2007).Perkembangan Peserta
Rayon Guru 13.
Didik. Bandung: Universitas
Terbuka.
Oemar Hamalik. (2007). Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum.
Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dan
Penelitian
Karya
Ilmiah.
23
September 2016 ISSN 2528-004X
IMPLEMENTASI METODE BAMBOO DANCING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Candra Dewi
IKIP PGRI Madiun
candra.dewi16090@ikippgrimadiun.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini dilatar belakangi karena adanya permasalahan dalam
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran siswa masih
cenderung pasif dan hasil belajarnya rendah. Salah satu faktor yang
melatarbelakangi permasalahan tersebut yaitu dalam proses pembelajaran guru
belum menggunakan pembelajaran inovatif sehingga siswa merasa bosan dalam
belajar. Sehubungan dengan permasalahan diatas maka diadakan penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan metode bamboo dancing pada pembelajaran
IPS. Penelitian ini mencakup beberapa siklus dan masing-masing siklus
memiliki tahapan antara lain perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi,
revisi perencanaan. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode
observasi, tes dan wawancara dengan menggunakan teknik tiangulasi untuk
mendapatkan validitas data. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V
Sekolah Dasar. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis interaktif. Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen, yaitu:
1) Reduksi Data (Data Reduction), 2) Penyajian Data (Data Display), 3)
Conslucion Drawing (verification). Hasilpenelitian ini ada peningkatan hasil
belajar IPS siswa Sekolah Dasar melalui penerapan metode bamboo dancing
pada proses pembelajaran.
Kata kunci : Bamboo Dancing, Hasil Belajar, Siswa Sekolah Dasar
Abstract
The purpose of this study dilator backs for their problems in learning social
studies in primary school. In lessons students still tend to be passive and low
learning outcomes. One of the factors behind these problems is in the learning
process teachers have to use innovative learning so that students feel bored in
learning. In connection with the above problems the classroom action research
conducted by applying the method of bamboo dancing on learning IPS. This
study includes several cycles and each cycle has phases including planning,
execution and observation, reflection, revision planning. Data were obtained by
using the method of observation, tests and interviews using tiangulasi
techniques to obtain data validity. The subject of this research is a fifth grade
elementary school students. The analysis technique used in this research is
15
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
interactive analysis. Interactive analysis model has three components, namely:
1) Reduction of Data (Data Reduction), 2) Presentation of Data (Data Display),
3) Conslucion Drawing (verification). The results of this study there was an
increase in the results of social studies of elementary school students through
the application of methods of bamboo dancing in the learning process.
Keywords: Bamboo Dancing, Learning Outcomes, Elementary School
Students
perkembangan anak sesuai dengan
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak lepas
dari
yang
Manusia
namanya
akan
pendidikan
hingga
akhir
pendidikan
pendidikan.
tetap
dari
Karakteristik anak usia sekolah
memerlukan
sejak
dasar menurut Sumantri dan Nana
dilahirkan
hayatnya.
manusia
usianya.
Syaodih (2006), karakteristik anak usia
Awal
berasal
sekolah
dari
di
perguruan
seiring
tinggi
sesuatu secara langsung.Guru harus
menyesuaikan
dengan
Pendidikan
sehingga
perlu
adanya
pembahuaran-pembaharuan
dalam
pembelajaran
Namun
masih
perkembangan dan kebutuhan siswa
sekolah dasar. Pembelajaran hanya
Pendidikan yang ada di Sekolah dasar
dan
pada kenyataannya
yang tidak sesuai dengan tingkat
adalah pendidikan di sekolah Dasar.
karakteristik
memungkinkan
banyak pembelajaran di Sekolah Dasar
yang pertama di alami oleh seseorang
menyesuaikan
yang
adanya unsur permaianan di dalamnya.
bidang pendidikan. Pendidikan formal
hendaknya
yang
dasar diharapkan dapat merancang
selalu
mengalami perubahan menjadi lebih
baik
pembelajaran
bermuatkan permaianan. Guru Sekolah
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
senang
(4) senang merasakan atau melakukan
(formal). Pendidikan terus mengalami
perkembangan
(1)
senang bekerja dalam kelompok; dan
kemudian mendapat pendidikan di
dan
yaitu:
bermain; (2) senang bergerak; (3)
lingkungan keluarga (informal) yang
sekolah
dasar
bertujuan
dengan
terselesaikannya
target
materi tiap tahun/ semesternya tanpa
tingkat
memperhatikan proses pembelajaran
16
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
yang
dilakukan.
Sehingga
(2007:
4)
adalah
suatu
perilaku
mengakibatkan hasil belajar siswa
bersama dalam membantu diantara
masih rendah terutama pada hasil
sesama dalam struktur kerja sama yang
belajar
Sosial.
teratur dalamkelompok, yang terdiri
memberikan
dari dua orang atau lebih dimana
pengertian tentang hasil belajar adalah
keberhasilan kerja dipengaruhi oleh
sebagai terjadinya perubahan tingkah
setiap anggota kelompok. Salah satu
laku pada diri seseorang yang dapat
metode pembelajaran kooperatif yang
diamati
bentuk
cocok untuk anak sekolah dasar adalah
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
metode bamboo dancing. Teknik ini
Hasil belajar tidak mutlak hanya
diberi nama bamboo dancing, karena
berupa nilai saja, namun dapat berupa
siswa berjajar dan saling berhadapan
perubahan atau peningkatan sikap,
dengan model yang mirip seperti dua
kebiasaan,
pengetahuan,
keuletan,
potong bambu yang digunakan dalam
ketabahan,
penalaran,
kedisiplinan,
tari bambu Filipina yang juga populer
keterampilan dan lain sebagainya yang
di beberapa daerah di Indonesia.
menuju
Model
Ilmu
Hamalik
Pengetahuan
(2007:30)
dan
pada
diukur
perubahan
positif.
pembelajaran
bamboo
Namun dalam penelitian ini penelitian
dancing/tari bambu dijelaskan dalam
memfokuskan pada penilaian ranah
Aris Shoimin, (2014: 31) yaitu model
kognitif.
pembelajaran yang bertujuan agar
Model
pembelajaran
siswa
yang
adal
model
teratur. Pembelajaran model ini akan
mengharuskan siswa untuk berperan
Dewi (2015:155) model pembelajaran
aktif dalam kegiatan berbicara yaitu
yang tepat itu harus memuat metode
saling
dan media yang relevan dengan materi
IPS.
informasi
berbeda dalam waktu singkat secara
pembelajaran
kooperatif. Sesuai dengan pendapat
pembelajaran
berbagi
bersama-sama dengan pasangan yang
cocok diterapkan untuk anak sekolah
Dasar
saling
mengungkapkan
pendapat
antarsiswa. Menurut Aris shoimin,
Pembelajaran
(2014: 31-33) pembelajaran bamboo
kooperatif menurut Etin Solihatin
dancing meliputi beberapa langkah
17
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
yaitu: (1) Pengenalan topik, topik yang
K & Lincoln Yvonna, 2009: 440)
akan dipelajari bisa dituliskan di papan
mengungkapkan
tulis atau dengan mengadakan tanya
tindakan kelas umumnya mencakup
jawab terkait dengan materi yang akan
penggunaan model-model penelitian
disampaikan;
Pembagian
dan pengumpulan data kualitatif dan
kelompok, kelas dibagi menjadi 2
interpretif dari kalangan pendidik/guru
kelompok besar. Setiap kelompok
sebagai langkah untuk memberikan
besar dibagi lagi menjadi 2 kelompok
penilaian tentang cara dan teknik
kecil, dan tiap kelompok kecil berjajar
untuk
yang saling berhadap-hadapan dengan
pengajaran guru itu sendiri. Menurut
posisi berdiri untuk bertukar informasi;
Sarwiji Suwandi (2008: 15) Penelitian
(3) Diskusi/bertukar informasi, Siswa
tindakan
bertukar
dengan
pencermatan terhadap kegiatan belajar
pasangannya, lalu bergeser searah
berupa sebuah tindakan yang sengaja
dengan putaran jarum jam. Setiap
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
siswa mendapatkan pasangan baru dan
kelas secara bersamaan. Penelitian ini
saling
yang
mencakup beberapa siklus dan masing-
seterusnya.
masing siklus memiliki tahapan antara
Pergerakan searah putaran jarum jam
lain perencanaan, pelaksanaan dan
mulai berhenti ketika siswa kembali ke
observasi, refleksi, revisi perencanaan.
tempat asalnya; (4) Presentasi, Hasil
Data
diskusi di tiap-tiap kelompok besar
menggunakan metode observasi, tes
kemudian
danwawancara dengan menggunakan
(2)
informasi
bertukar
berbeda,
informasi
demikian
dipresentasikan
kepada
seluruh kelas.
bahwa
penelitian
meningkatkan
kelas
penelitian
merupakan
diperoleh
praktik
suatu
dengan
teknik tiangulasi untuk mendapatkan
validitas data. Subjek dari penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
ini adalah siswa kelas V Sekolah
Metode
yang
digunakan
dalam
Dasar.Teknik analisis yang digunakan
penelitian ini adalah metode Penelitian
dalam penelitian ini adalah analisis
Tindakan Kelas (Classroom Action
interaktif. Model analisis interaktif
Research). Taggart (Denzin, Norman
mempunyai tiga komponen, yaitu: 1)
18
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
Reduksi Data (Data Reduction), 2)
mendalam terhadap guru dan siswa,
Penyajian Data (Data Display), 3)
kemudian
Conslucion
Drawing
(verification).
melakukan
pembelajaran
di
observasi
kelas
serta
Indikator kinerja dalam penelitian ini
mengumpulkan nilai awal siswa ketika
adalah
peningkatan
proses pembelajaran. Rata-rata nilai
kemampuan membaca peserta didik
IPS siswa yang diperoleh pada proses
sebesar 80% dan capaian nilai rata-rata
pembelajaran
kelas sebesar 80.
siswa yang nilainya di atas KKM 7
capaian
yaitu
55
sedangkan
siswa (35%),siswa yang nilainya di
HASIL
PENELITIAN
bawah KKM sebanyak 13 siswa
DAN
PEMBAHASAN
(65%), masih banyak siswa yang
Pra Siklus
nilainya di bawah KKM yang telah
Sebelum melakukan penelitian kelas
ditetapkan yaitu 60. Dari hasil study
ini peneliti lebih dahulu melakukan
awal diperoleh kesimpulan bahwa
observasi dan identifikasi masalah
hasil belajar siswa kelas V masih
terhadap
rendah
situasi
dan
kondisi
karena
siswa
kurang
pembelajaran di kelas V. Data awal
termotivasi
sebelum
Pembelajaran dilakukan dengan cara
dilaksanakannya
siklus
diperoleh dengan cara wawancara
untuk
belajar.
ceramah yang monoton.
Tabel 1. Tabel 1. Hasil Tes Pra Siklus
Tindakan
Banyak siswa
Prosentase (%) KKM Rata-rata
(60)
KKM
7
KKM
65 %
35%
55
Hasil Siklus I
pembelajaran pada siklus I. Dari hasil
Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali
observasi tersebut terlihat siswa masih
pertemuan.
Selain
diadakan
tes,
banyak yang bercanda sendiri, kurang
peneliti
juga
mengobservasi
kosntresi bahkan ada siswa yang pasif.
19
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
Setelah diadakan wawancara dengan
60%. Dari hasil tersebut dapat dilihat
siswa
masih
adanya peningkatan hasil belajar IPS
pembelajaran
siswa kelas V. Pada tindakan siklus I
sehari-hari seperti biasa dan belum
sudah terlihat adanya peningkatan
bisa
hasil belajar disbanding dengan hasil
ternyata
menganggap
siswa
seperti
menyesuaikan
dengan
pembelajaran yang inovatif. Hasil tes
belajar
sebelum
pada siklus I diperoleh nilai tertinggi
dilaksanakan. Namun dari hasil belajar
adalah 90, nilai terendah adalah 45,
siklus
dengan rata-rata kelas dalam siklus I
memenuhi indikator kinerja sehingga
adalah 65. Siswa yang mendapat nilai
perlu adanya siklus lanjutan dengan
dibawah KKM sebanyak 8 siswa
tujuan untuk lebih meningkatkan hasil
(40%), sedangkan siswa memperoleh
belajar
I tersebut
siklus
masih
satu
belum
nilai di atas KKM sebanyak 12 siswa
Tabel 2. Hasil Tes Siklus I
Tindakan
Banyak siswa
Prosentase (%) KKM Rata-rata
(60)
KKM
12
KKM
40%
60%
65
Hasil Siklus II
sesuai dengan tingkat kemampuan
Tindakan siklus II juga dilaksankan
masing-masing siswa. Pada proses
dengan 2 kali pertemuan. Dari hasil
pembelajaran terlihat siswa kompak
refleksi pada siklus I maka dilakukan
ketika melakukan kegiatan bamboo
revisi perencanaan untuk memperbaiki
dancing dan mereka saling membantu
pembelajaran sebelumnya. Pada siklus
untuk memberikan informasi. Dari
II
tidak
hasil tes diperoleh nilai tertinggi
dilakukan secara acak karena guru
adalah 100, nilai terendah adalah 50,
membagi kelompok secara merata
dengan rata-rata kelas dalam siklus II
pembegian
kelompok
20
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
adalah 81. Siswa yang mendapat nilai
hasil tersebut maka indicator kerja
dibawah KKM sebanyak 3 siswa
sudah terpenuhi.Pada siklus II terjadi
(15%),
sedangkan
memperoleh
nilai
siswa
yang
peningkatan hasil belajar IPS dari
atas
KKM
siklus I. Kelemahan-kelemahan yang
Dari hasil
ada pada siklus I, telah dicari solusinya
di
sebanyak 16 siswa 85%.
tersebut
dapat
dilihat
dan diterapkan pada siklus II.
adanya
peningkatan hasil belajar IPS siswa
kelas V dari siklus I ke siklus II. Dari
Tabel 3. Hasil Tes Siklus II
Tindakan
Banyak siswa
Prosentase (%) KKM Rata-rata
(60)
KKM
3
17
KKM
15%
85%
81
Berdasarkan analisa kegiatan pada pra
peningkatan hasil belajar yang termuat
siklus, siklus I dan siklus II terjadi
dalam table sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulis Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Tindakan
Banyak siswa
Prosentase (%) KKM Rata-rata
(60)
KKM
KKM
Pra Siklus
13
7
65 %
35%
55
Siklus I
8
12
40%
60%
65
Siklus II
3
17
15%
85%
81
21
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
Berdasarkan table 4 diatas terjadi
menggunakan pendekatan, media dan
peningkatan hasil belajar IPS pada
metode yang tepat agar pembelajaran
siswa kelas V. Hasil siklus II pada
lebih bermakna dan kemampuan dalam
prosentase siswa yang mendapat nilai
mengelola kelas lebih meningkat.
diatas KKM mencapai 85% dengan
DAFTAR PUSTAKA
rata-rata nilai 81, dari hasil tersebut
Aris
maka indicator kinerja sudah tercapai.
Shoimin.
2014.
Model
Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum. Yogyakarta: Ar-
SIMPULAN DAN SARAN
Ruzz Media.
Pelaksanaan pembelajaran IPS
Candra
dengan menggunakan metodebamboo
dancing,
skenario
berjalan
sesuai
Dewi.
(2016).
Model
dengan
Pembelajaran
Kooperatif Tipe
yang ada pada rencana
share
pelaksanaan pembelajaran, dan tercipta
Penerapan
untuk
Think-pair-
Meningkatkan
pemahaman Konsep Masalah
situasi belajar yang kondusif yakni
Sosial IPS Pada Siswa Sekolah
siswa turut aktif dalam pembelajaran.
Dasa r. Premiere Educandum,
Pembelajaran berjalan sesuai dengan
5(2) pp 155-167.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). RPP tersebut dibuat dengan
Denzin, Norman K. Dan Yvonna S.
menyesuaikan pada materi, tingkat
Lincoln. (2009). Hand Book of
perkembangan siswa dan metode yang
Qualitative
tepat untuk pembelajaran. Hasil belajar
Terjemahan oleh Dariyatno,
siswa tentang pembeljaran IPS setelah
Badrus Samsul Fata, Abi, John
diadakan tindakan siklus I dan siklus II
Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka
mengalami peningkatan.
Pelajar.
Etin Solihatin & Raharjo. (2009).
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam
upaya
perbaikan
Proses
Research.
Kooperatif Learning Analisis
Belajar
Mengajar (PBM) dalam meningkatkan
Model
hasil belajar IPS, salah satu saran dari
Jakarta. Bumi Aksara.
peneliti
adalah
Guru
sebaiknya
22
Pembelajaran
IPS.
INDRIA, Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal Vol.1. No.1
September 2016 ISSN 2528-004X
Mulyani Sumantri & Nana Syaodih.
Surakarta: Panitia Sertifikasi
(2007).Perkembangan Peserta
Rayon Guru 13.
Didik. Bandung: Universitas
Terbuka.
Oemar Hamalik. (2007). Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum.
Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dan
Penelitian
Karya
Ilmiah.
23