PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TUGAS 4 PROGR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“Tugas 4”
Disusun oleh :
DANIS PRABANDANA
12/331439/PA/14693
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
1. Apa yang dimaksud dengan kewarganegaraan?
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara
khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak
memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam
pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten,
karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi
penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbedabeda bagi warganya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris: nationality). Yang
membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu
negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga
dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam
filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga negara disyaratkan untuk menyumbangkan
kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja
sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar
pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (bahasa Inggris: Civics) yang diberikan di
sekolah-sekolah.
Pengertian Kewarganegaraan Menurut Para Ahli
Daryono
Kewarganegaraan adalah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban warga Negara.
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus :
Negara ) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang
dengan keanggotaan yang demikian disebut warga Negara.
Wolhof
Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah manusia yang terikat
dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran nasionalnya.
Ko Swaw Sik ( 1957 )
Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara dan seseorang. Ikatan itu menjadi suatu
“kontrak politis” antara Negara yang mendapat status sebagai Negara yang berdaulat dan diakui
karena memiliki tata Negara.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan . didalam pengertian ini, warga suatu
kota atau kapubaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga
merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masingmasing satuan politik akan memberikan hak (biasanya social) yang berbeda-beda bagi warganya.
R. Daman
Kewarganegaraan istilah hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.
Graham Murdock ( 1994 )
Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur social,
politik dan kehidupan kultural serta untuk membantu menciptakan bentuk-bentuk yang selanjutnya
dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
R. Parman
Kewarganegaraan ialah suatu hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.
Soemantri
Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai individu dalam suatu
perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan Negara.
Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus:Negara)
yang dengannya membawa hak untuk berprestasi dalam kegiatan-kegiatan politik.
Stanley E. Ptnord dan Etner F.Peliger
Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hakkewajiban warga Negara.
2. Apa yang dimaksud dengan hukum kewarganegaraan?
Hubungan antara warganegara dan negara dinyatakkan dengan istiah ”kewarganegaraan”. Jadi istilah
Kewarganegaraan menyatakan hubungan/ikatan hukum antara seorang individu dengan suatuu
negara/keanggotaan daripada suatu negara.
Dalam hukum perdata internasional dikenal dengan nama ”Nationaliteit Principe” (asas
kewarganegaraan), dimana menurut asas ini hukum seseorang warganegara mengenai status, hak
dan kewenangan tetap melekat dimanapun dia berada.
Menurut Kurniatmanto Sutoprawiro, Hukum Kewarganegaraan adalah seperangkat kaidah yang
mengatur tentang muncul dan berakhirnya hubungan antara negara dan warga negara. Jadi hukum
kewarganegaraan mempunyai pokok kajian tentang cara memperoleh dan hilangnya
kewarganegaraan. Selain pengertian kewarganegarran seperti yang disebutkan diatas, pengertian
kewarganegaraan dapat pula dilihat dari 2 segi :
1.
segi formal (formale Nasionaliteits) yaitu melihat tempat kewarganegaraan itu dalam
sistematika hukum, dimana masalah kewarganegaraan itu terletak dalam jajaran bidang
2.
hukum publik. Mengingat masalah kewarganegaraan terkait dengansalah satu sendi
negara, yaitu rakyat negara.
segi material (materieel Nationaliteits Bergip) yaitu melihat akibat hukum dari
pengertian kewarganegaraan, dimana masalah kewarganegaraan erat kaitanya dengan
masalah hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik antara negara dan warganya.
Sedangkan menurut Ko Swan Sik kewarganegaraan juga dibagi menjadi dua yaitu :
1. kewarganegaraan yuridis (yuridisce nationaliteit) adalah ikatan hukum antara negara dan
orang-orang pribadi yang kerena ikatan itu menimbulkan akibat, bahwa orang-orang tersebut
jatuh kedalam lingkungan kuasa pribadi dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata
lain warganegara tersebut. Dalam kewarganegaraan yuridis, tanda tanya ikatan dapat dilihat
secara kongkrit pernyataan dalam bentuk surat-surat, baik keputusan/keterangan
2. kewarganegaraan sosiologis (sosiologische nationaliteit), adalah kewarganegaraan yang tidak
didasarkan pada ikatan yuridis, tetapi sosial politik yang disebut natie.
3. Jadi keterikatan tersebut hanyalah karena adanya perasaan kesatuan karena keturunan,
sejarah, daerah dan penguasa. Orang dianggap sebagai warganegara adalah dari sudut
penghayatan budaya, tingkah laku maupun cara hidupnya.
Selain dua sisi diatas, menurut BP. Paulus masih ada satu hal lagi yang merupakan ruang lingkup
hukum kewarganegaraan. Hal tersebut adalah mengenai status orang-orang yang sudah menjadi
warga negara sebelum peraturan baru mulai berlaku, yaitu warganegara berdasrkan penentuan UU.
(Citizen by operation of law).
Dalam kaitan dengan status kewarganegaraan, maka menurut Moh. Kusnardi Bintan Saragih
disebutkan bahwa ikatan seseorang yang menjadi warga Negara itu menimbulkan suatu hak dan
kewajiban baginya. Karena hak dan kewajiban itu, maka kedudukan seseorang warga Negara dapat
disimpulkan dalam beberapa hal yaitu :
1. status positif : status positif seorang warganegara adalah memberi hak kepadanya untuk
menuntut tindakan positif daripada negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik,
kemerdekaan dan sebagainya. Untuk itu maka negara membentuk badan-badan pengadilan,
kepolisian, kejaksaan dan sebagainya yang akan melaksanakan kepentingan warga negaranya
dalam pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan dengan hal-hal tersebut diatas.
2. status negati : status seorang warga negara akan memberi jainan kepadanya bahwa negara
tidak boleh ikut campur tangan terhadap hak asai warganya. Campur tangan negara
terhadap warga negaranya terbatas, untuk mencegah tindakan sewenang-wenang dari
negara. Meskipun demikian dalam hal-hal tertentu, negara dapat melanggar hak tersebut
jika ditujukan demi kepentingan umum.
3. status aktif : suatu status yang memberi hak kepada setiap warga negaranya untuk ikit serta
dalam pemerintahan.
4. status pasif : suat status yang menunjukan kewajiban bagi setiap warga negaranya untuk
mentaati dan tunduk kepada segala perintah negaranya.
3. Hak dan kewajiban warga negara menurut UU Kewarganegaraan No 12 Th 2006?
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan.
2. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
3. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan.
4. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Kewarganegaraan
Republik Indonesia.
5. Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu yang ditunjuk oleh Menteri untuk
menangani masalah Kewarganegaraan Republik Indonesia.
6. Setiap orang adalah orang perseorangan, termasuk korporasi.
7. Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia,
Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Konsulat Republik Indonesia, atau Perutusan Tetap Republik
Indonesia.
Pasal 2
Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Pasal 3
Kewarganegaraan Republik Indonesia hanya dapat diperoleh berdasarkan persyaratan yang
ditentukan dalam Undang-Undang ini.
BAB II
WARGA NEGARA INDONESIA
Pasal 4
Warga Negara Indonesia adalah:
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia.
e. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia; tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara
asala ayahnya tidak memberikan kewargaanegaraan kepada anak tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun
dan/atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan
ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Pasal 5
(1)
Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan
asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai
anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara
Indonesia.
Pasal 6
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf f, huruf m, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan
ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya.
(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara
tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di
dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah
kawin.
Pasal 7
Setiap orang yang bukan Warga Negara Indonesia diperlakukan sebagai orang asing.
4. Bagaimana cara menentukan kewarganegaraan?
Setiap negara yang berdaulat mempunyai wewenang untuk menentukan siapa – siapa saja yang
menjadi warga negaranya. dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.
Terkait dengan syarat – syarat menjadi warga negara dalam ilmu negara dikenal dengan dua asas
kewarganegaraan, yaitu asas ius sanguinis dan ius soli. Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari
kata solum yang artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Asas Ius Soli
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari dimana seseorang itu
dilahirkan.
b. Asas Ius Sanguinis
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan atau
dengan kata lain ditentukan berdasarkan kewarganegaraan dari orang tuanya.
Dari kedua asas penentuan kewarganegaraan tersebut menimbulkan masalah yaitu seseorang dapat
lahir tanpa kewarganegaraan atau dikenal dengan sebutan Apatride, seseorang lahir dengan
kewarganegaraan ganda atau sering disebut dengan Bipatride dan multipatride untuk orang – orang
yang memiliki kewarganegaraan yang lebih dari dua . Disini penulis akan menjelaskan mengapa
seseorang bisa lahir tanpa kewarganegaraan atau dikenal dengan sebutan Apatride, seseorang lahir
dengan kewarganegaraan ganda atau sering disebut dengan Bipatride dan multipatride untuk orang
– orang yang memiliki kewarganegaraan yang lebih dari dua.
a. Apatride dapat terjadi apabila seseorang anak dilahirkan disebuah negara yang menganut
asas ius sanguinis sedangkan negara tempat tinggal orang tua si anak tersebut menganut
asas ius soli. Secara otomatis si anak tersebut tidak dapat memiliki kewarganegaraan
dimana dia di lahirkan dan tidak dapat memiliki kewarganegaraan orang tuanyajuga, jadi si
anak tersebut tidak memiliki kewarganegaraan.
b. Bipatride terjadi apabila seorang anak dilahirkan di sebuah negara yang menganut asas ius
soli dan negara tempat tinggal orang tua si anak tersebut menganut asas ius sanguinis.
Dengan demikian anak tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda, karena negara tempat
lahir si anak tersebut mengakui bahwa anak tersebut adalah warga negara mereka,
sedangkan negara tempat tinggal orang tua anak tersebutjuga mengakui anak tersebut
sebagai warga negara mereka, jadi si anak tersebut memiliki kewarganegaraan ganda.
c. Multipatride terjadi jika seorang pria berkewarganegaraan A menikah dengan seorang
wanita berkewarganegaraan B, negara A dan B menganut asas ius sanguinis. Mereka pindah
ke negara Cyang menganut asas ius soli, lalu mereka melahirkan seorang anak di negara C.
Secara otomatis si anak tersebut memiliki 3 kewarganegaraan sekaligus yaitu
kewarganegaraan negara A, B dan negara C.
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai asas yang dianut negara
tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu negara tidak terikat oleh negara lain
dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lainjuga tidak boleh menentukan siapa saja yang
menjadi warga negara dari suatu negara.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan
http://umakur.wordpress.com/2010/10/11/penentuan-kewarganegaraan/
http://www.ras-eko.com/2011/05/pengertian-kewarganegaraan-menurut-para.html
http://www.lbh-apik.or.id/uu%20kewarganegaraan%202006.htm
“Tugas 4”
Disusun oleh :
DANIS PRABANDANA
12/331439/PA/14693
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
1. Apa yang dimaksud dengan kewarganegaraan?
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara
khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak
memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam
pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten,
karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi
penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbedabeda bagi warganya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris: nationality). Yang
membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu
negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga
dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam
filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga negara disyaratkan untuk menyumbangkan
kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja
sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar
pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (bahasa Inggris: Civics) yang diberikan di
sekolah-sekolah.
Pengertian Kewarganegaraan Menurut Para Ahli
Daryono
Kewarganegaraan adalah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban warga Negara.
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus :
Negara ) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang
dengan keanggotaan yang demikian disebut warga Negara.
Wolhof
Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah manusia yang terikat
dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran nasionalnya.
Ko Swaw Sik ( 1957 )
Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara dan seseorang. Ikatan itu menjadi suatu
“kontrak politis” antara Negara yang mendapat status sebagai Negara yang berdaulat dan diakui
karena memiliki tata Negara.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan . didalam pengertian ini, warga suatu
kota atau kapubaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga
merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masingmasing satuan politik akan memberikan hak (biasanya social) yang berbeda-beda bagi warganya.
R. Daman
Kewarganegaraan istilah hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.
Graham Murdock ( 1994 )
Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur social,
politik dan kehidupan kultural serta untuk membantu menciptakan bentuk-bentuk yang selanjutnya
dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
R. Parman
Kewarganegaraan ialah suatu hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.
Soemantri
Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai individu dalam suatu
perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan Negara.
Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus:Negara)
yang dengannya membawa hak untuk berprestasi dalam kegiatan-kegiatan politik.
Stanley E. Ptnord dan Etner F.Peliger
Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hakkewajiban warga Negara.
2. Apa yang dimaksud dengan hukum kewarganegaraan?
Hubungan antara warganegara dan negara dinyatakkan dengan istiah ”kewarganegaraan”. Jadi istilah
Kewarganegaraan menyatakan hubungan/ikatan hukum antara seorang individu dengan suatuu
negara/keanggotaan daripada suatu negara.
Dalam hukum perdata internasional dikenal dengan nama ”Nationaliteit Principe” (asas
kewarganegaraan), dimana menurut asas ini hukum seseorang warganegara mengenai status, hak
dan kewenangan tetap melekat dimanapun dia berada.
Menurut Kurniatmanto Sutoprawiro, Hukum Kewarganegaraan adalah seperangkat kaidah yang
mengatur tentang muncul dan berakhirnya hubungan antara negara dan warga negara. Jadi hukum
kewarganegaraan mempunyai pokok kajian tentang cara memperoleh dan hilangnya
kewarganegaraan. Selain pengertian kewarganegarran seperti yang disebutkan diatas, pengertian
kewarganegaraan dapat pula dilihat dari 2 segi :
1.
segi formal (formale Nasionaliteits) yaitu melihat tempat kewarganegaraan itu dalam
sistematika hukum, dimana masalah kewarganegaraan itu terletak dalam jajaran bidang
2.
hukum publik. Mengingat masalah kewarganegaraan terkait dengansalah satu sendi
negara, yaitu rakyat negara.
segi material (materieel Nationaliteits Bergip) yaitu melihat akibat hukum dari
pengertian kewarganegaraan, dimana masalah kewarganegaraan erat kaitanya dengan
masalah hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik antara negara dan warganya.
Sedangkan menurut Ko Swan Sik kewarganegaraan juga dibagi menjadi dua yaitu :
1. kewarganegaraan yuridis (yuridisce nationaliteit) adalah ikatan hukum antara negara dan
orang-orang pribadi yang kerena ikatan itu menimbulkan akibat, bahwa orang-orang tersebut
jatuh kedalam lingkungan kuasa pribadi dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata
lain warganegara tersebut. Dalam kewarganegaraan yuridis, tanda tanya ikatan dapat dilihat
secara kongkrit pernyataan dalam bentuk surat-surat, baik keputusan/keterangan
2. kewarganegaraan sosiologis (sosiologische nationaliteit), adalah kewarganegaraan yang tidak
didasarkan pada ikatan yuridis, tetapi sosial politik yang disebut natie.
3. Jadi keterikatan tersebut hanyalah karena adanya perasaan kesatuan karena keturunan,
sejarah, daerah dan penguasa. Orang dianggap sebagai warganegara adalah dari sudut
penghayatan budaya, tingkah laku maupun cara hidupnya.
Selain dua sisi diatas, menurut BP. Paulus masih ada satu hal lagi yang merupakan ruang lingkup
hukum kewarganegaraan. Hal tersebut adalah mengenai status orang-orang yang sudah menjadi
warga negara sebelum peraturan baru mulai berlaku, yaitu warganegara berdasrkan penentuan UU.
(Citizen by operation of law).
Dalam kaitan dengan status kewarganegaraan, maka menurut Moh. Kusnardi Bintan Saragih
disebutkan bahwa ikatan seseorang yang menjadi warga Negara itu menimbulkan suatu hak dan
kewajiban baginya. Karena hak dan kewajiban itu, maka kedudukan seseorang warga Negara dapat
disimpulkan dalam beberapa hal yaitu :
1. status positif : status positif seorang warganegara adalah memberi hak kepadanya untuk
menuntut tindakan positif daripada negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik,
kemerdekaan dan sebagainya. Untuk itu maka negara membentuk badan-badan pengadilan,
kepolisian, kejaksaan dan sebagainya yang akan melaksanakan kepentingan warga negaranya
dalam pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan dengan hal-hal tersebut diatas.
2. status negati : status seorang warga negara akan memberi jainan kepadanya bahwa negara
tidak boleh ikut campur tangan terhadap hak asai warganya. Campur tangan negara
terhadap warga negaranya terbatas, untuk mencegah tindakan sewenang-wenang dari
negara. Meskipun demikian dalam hal-hal tertentu, negara dapat melanggar hak tersebut
jika ditujukan demi kepentingan umum.
3. status aktif : suatu status yang memberi hak kepada setiap warga negaranya untuk ikit serta
dalam pemerintahan.
4. status pasif : suat status yang menunjukan kewajiban bagi setiap warga negaranya untuk
mentaati dan tunduk kepada segala perintah negaranya.
3. Hak dan kewajiban warga negara menurut UU Kewarganegaraan No 12 Th 2006?
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan.
2. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
3. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan.
4. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Kewarganegaraan
Republik Indonesia.
5. Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu yang ditunjuk oleh Menteri untuk
menangani masalah Kewarganegaraan Republik Indonesia.
6. Setiap orang adalah orang perseorangan, termasuk korporasi.
7. Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia,
Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Konsulat Republik Indonesia, atau Perutusan Tetap Republik
Indonesia.
Pasal 2
Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Pasal 3
Kewarganegaraan Republik Indonesia hanya dapat diperoleh berdasarkan persyaratan yang
ditentukan dalam Undang-Undang ini.
BAB II
WARGA NEGARA INDONESIA
Pasal 4
Warga Negara Indonesia adalah:
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia.
e. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia; tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara
asala ayahnya tidak memberikan kewargaanegaraan kepada anak tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun
dan/atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan
ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Pasal 5
(1)
Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan
asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai
anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara
Indonesia.
Pasal 6
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf f, huruf m, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan
ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya.
(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara
tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di
dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah
kawin.
Pasal 7
Setiap orang yang bukan Warga Negara Indonesia diperlakukan sebagai orang asing.
4. Bagaimana cara menentukan kewarganegaraan?
Setiap negara yang berdaulat mempunyai wewenang untuk menentukan siapa – siapa saja yang
menjadi warga negaranya. dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.
Terkait dengan syarat – syarat menjadi warga negara dalam ilmu negara dikenal dengan dua asas
kewarganegaraan, yaitu asas ius sanguinis dan ius soli. Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari
kata solum yang artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Asas Ius Soli
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari dimana seseorang itu
dilahirkan.
b. Asas Ius Sanguinis
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan atau
dengan kata lain ditentukan berdasarkan kewarganegaraan dari orang tuanya.
Dari kedua asas penentuan kewarganegaraan tersebut menimbulkan masalah yaitu seseorang dapat
lahir tanpa kewarganegaraan atau dikenal dengan sebutan Apatride, seseorang lahir dengan
kewarganegaraan ganda atau sering disebut dengan Bipatride dan multipatride untuk orang – orang
yang memiliki kewarganegaraan yang lebih dari dua . Disini penulis akan menjelaskan mengapa
seseorang bisa lahir tanpa kewarganegaraan atau dikenal dengan sebutan Apatride, seseorang lahir
dengan kewarganegaraan ganda atau sering disebut dengan Bipatride dan multipatride untuk orang
– orang yang memiliki kewarganegaraan yang lebih dari dua.
a. Apatride dapat terjadi apabila seseorang anak dilahirkan disebuah negara yang menganut
asas ius sanguinis sedangkan negara tempat tinggal orang tua si anak tersebut menganut
asas ius soli. Secara otomatis si anak tersebut tidak dapat memiliki kewarganegaraan
dimana dia di lahirkan dan tidak dapat memiliki kewarganegaraan orang tuanyajuga, jadi si
anak tersebut tidak memiliki kewarganegaraan.
b. Bipatride terjadi apabila seorang anak dilahirkan di sebuah negara yang menganut asas ius
soli dan negara tempat tinggal orang tua si anak tersebut menganut asas ius sanguinis.
Dengan demikian anak tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda, karena negara tempat
lahir si anak tersebut mengakui bahwa anak tersebut adalah warga negara mereka,
sedangkan negara tempat tinggal orang tua anak tersebutjuga mengakui anak tersebut
sebagai warga negara mereka, jadi si anak tersebut memiliki kewarganegaraan ganda.
c. Multipatride terjadi jika seorang pria berkewarganegaraan A menikah dengan seorang
wanita berkewarganegaraan B, negara A dan B menganut asas ius sanguinis. Mereka pindah
ke negara Cyang menganut asas ius soli, lalu mereka melahirkan seorang anak di negara C.
Secara otomatis si anak tersebut memiliki 3 kewarganegaraan sekaligus yaitu
kewarganegaraan negara A, B dan negara C.
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai asas yang dianut negara
tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu negara tidak terikat oleh negara lain
dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lainjuga tidak boleh menentukan siapa saja yang
menjadi warga negara dari suatu negara.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan
http://umakur.wordpress.com/2010/10/11/penentuan-kewarganegaraan/
http://www.ras-eko.com/2011/05/pengertian-kewarganegaraan-menurut-para.html
http://www.lbh-apik.or.id/uu%20kewarganegaraan%202006.htm